Dokumen tersebut membahas tentang senyawa kompleks, yang merupakan senyawa yang mengandung satu atau lebih ion kompleks yang terdiri dari atom pusat logam yang mengikat ligan. Dibahas pula tentang jenis-jenis ligan, bilangan koordinasi, teori ikatan valensi, dan tatanama senyawa kompleks.
1. SENYAWA KOMPLEKS
Pengertian senyawa Kompleks
Susunan Senyawa Kompleks
Ligan
Monoden
tat
Bidentat
Polidentat
Menentukan Bilangan Koordinasi
Atom
Pusat
Teori Ikatan Valensi
Penjelasan Teori Ikatan Valensi Pada
Senyawa Kompleks
Bentuk Senyawa
Kompleks
Tatanama Senyawa kompleks
Urutan Ion-
Ion
Urutan
Ligan
2. PENGERTIAN SENYAWA KOMPLEKS
Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung satu atau lebih
ion kompleks. Ion kompleks terdiri dari satu atom pusat berupa logam
transisi ataupun logam pada golongan utama, yang mengikat anion atau
molekul netral yang disebut ligan.
agar senyawa kompleks dapat bermuatan netral maka ion kompleks dari
senyawa tersebut, akan bergabung dengan ion lain yang disebut counter
ion. Jika ion kompleks bermuatan positif, maka counter ion pasti akan
bermuatan negative dan sebaliknya.
3. SUSUNAN SENYAWA KOMPLEKS
Alfred Werner (1866-1919) mengatakan bahwa senyawa kompleks tersusun
atas ion logam transisi yang dikelilingi oleh ion atau molekul yang lain yang
disebut ligan. Berdasarkan jumlah atom dalam sebuah molekul ligan:
a. Ligan monodentat
Ligan yang terkoordinasi ke atom logam melalui satu atom saja disebut
ligan monodentat, misalnya F-, Cl-, H2O dan CO. Kebanyakan ligan
adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor elektron.
Beberapa ligan monodentat yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3,
H2O, CH3OH, dan OH-.
4. b. Ligan bidentat
Jika ligan tersebut terkoordinasi pada logam melalui dua atom
disebut ligan bidentat. Ligan ini terkenal diantara ligan
polidentat. Ligan bidentat yang netral termasuk diantaranya
anion diamin, difosfin, dieter.
5. c. Ligan polidentat
Ligan yang memiliki dua atau lebih atom donor yang dapat
dikoordinasikan dengan ion logam sehingga dapat mengisi dua atau
lebih orbital d ion logam disebut dengan istilah ligan polidentat.
6. MENENTUKAN BILANGAN KOORDINASI
Bilangan koordinasi adalah jumlah dari ligan-ligan yang terikat langsung oleh
atom pusat. Bilangan koordinasi dari Co3+ dalam senyawa [Co(NH3)6]3+ adalah
6, karena enam atom ligan (N dari NH3) terikat oleh atom pusat yaitu Co3+.
Umumnya, bilangan koordinasi yang paling sering muncul adalah 6, tetapi
terkadang bilangan koordinasi 2 dan 4 juga dapat muncul dan tidak menutup
kemungkinan bilangan yang lebih besar pun bisa muncul.
7. TATANAMA SENYAWA KOMPLEKS
Dalam menuliskan nama dari suatu senyawa kompleks, beberapa aturan dasar adalah sebagai
berikut :
1. Nama ion positif dalam senyawa kompleks dituliskan di awal, diikuti nama ion negatif
2. Untuk menuliskan nama ion kompleks, nama ligan dituliskan pertama dan diurutkan secara
alfabetis (tanpa memandang jenis muatannya), diikuti oleh nama logam
Contoh :
[CoSO4(NH3)4]NO3 : tetraamminsulfatkobalt (III) nitrat
K4[Fe(CN)6] : kalium heksasianoferat (II)
8. Aturan Penulisan Nama Logam
a. Nama logam pusat dalam ion kompleks dituliskan paling akhir
b. Logam pada kompleks negatif (anion) diberi akhiran –at
Contoh : Na[Co(CO)4] = natrium tetrakarbonilkobaltat (I)
c. Logam pada kompleks netral atau kompleks positif (kation) tidak diberi akhiran khusus
Contoh :
[Co(NO2)3(NH3)3] = Triammindinitrokobalt(III)
[CoSO4(NH3)4]NO3 = Tetraamminsulfatokobalt(III)
d. Muatan dari logam pusat ditunjukkan dengan angka Romawi yang langsung dituliskan di
belakang nama logam tersebut
9. Penulisan Rumus Senyawa Kompleks
Dalam menuliskan rumus molekul senyawa kompleks, ada beberapa aturan yang harus iikuti, yaitu sebagai
berikut :
1. Ion kompleks dituliskan dalam tanda kurung persegi “ […..]”
2. Logam dituliskan pertama, diikuti ligan
3. Ligan dituliskan setelah logam dengan urutan : ligan negatif – ligan netral – ligan positif
4. Urutan penulisan ligan dengan muatan yang sama disesuaikan dengan urutan abjad.
Contoh :
Triammin trinitrokobalt (III) = [Co(NO2)3(NH3)3]
kalium nitrosil pentasianoferat(II) = K[Fe(CN)5NO ]
[Co(NH3)5(NO2)]Cl2 = Pentaammin nitrokobalt(III) klorida pentaamminnitrito-N-kobalt(III) klorida
[Co(NH3)5(ONO)]Cl2= Pentaammin nitritokobalt(III) klorida Pentaamminnitrito-O-kobalt(III) klorida
10. TEORI IKATAN VALENSI
Teori ikatan valensi, sangat membantu dalam menjelaskan pembentukan ikatan dan
struktur dalam golongan utama. Ikatan valensi ini juga berguna untuk menjelaskan
pembentukan ikatan pada ion kompleks.
Pada pembentukan ion kompleks, orbital dari ligan yang telah terisi, elektronnya
berhibridisasi (overlap) ke orbital ion logam yang masih kosong.
Pada umumnya, untuk senyawa kompleks, jenis hibridisasi pada ion logam
(atom pusat) akan menentukan bentuk (geometri) dari ion kompleks
tersebut.
11. Contoh :
TETRAHEDRAL
Ion logam yang mempunyai subkulit d yang terisi penuh, seperti Zn2+, biasanya akan
membentuk kompleks tetrahedral. Contohnya ion [Zn(OH)4]2-
.1 orbital 4s dan 3 orbital 4p
dalam Zn2+ berhibridisasi membentuk empat orbital sp3.