SlideShare a Scribd company logo
BRIDGING THERAPY PADA AMPUTASI TRANSFEMORAL EC
SPINDEL CELL TUMOR REGIO CRURIS SINISTRA POST
MITRAL VALVE REPLACEMENT DENGAN RIWAYAT
PEMAKAIAN ANTIKOAGULAN ORAL
(LAPORAN KASUS I)
Oleh :
dr. Rudy Humisar Siahaan
NIM 04102781923004
Pembimbing :
dr. Agustina br Haloho, SpAn(K), MKes
PENDAHULUAN
• Antikoagulan perioperative  meningkatkan risiko perdarahan
• Menghentikan antikoagulan  meningkatkan risiko tromboemboli
arteri atau vena
• Bridging therapy masih kontroversial
• Sbuah studi observasi RCT  bridging therapy menurunkan
perdarahan perioperatif
• Pada laporan kasus ini akan dibahas tatalaksana bridging therapy
pada pasien operasi amputasi tranfermoral karena spindle cell
carcinoma kruris dekstra dengan riwayat operasi mitral valve
replacement dengan terapi antikoagulan
TINJAUAN PUSTAKA
Mitral Valve
Replacement
Antikoagulan
Spindle Cell Tumor
dan Amputasi
Ekstremitas Bawah
Anestesi Regional
pada pasien
dengan terapi
antikoagulan
Mitral Valve Replacement
Antikoagulan
Antikoagulan
Warfarin
Unfractionated
heparin (UFH)
Low-molecular-
weight heparin
(LMWH)
Warfarin
Mekanisme
Kerja
• Warfarin bekerja melalui inhibisi vitamin K epoksida reduktase
• Efek inisial pemberian warfarin muncul dalam 24 jam, namun puncak
efek antikoagulasi dapat bertahan 3-5 hari.
Efek
samping
• Perdarahan merupakan efek samping yang paling sering dan problematik
• Efek samping lain adalah nekrosis kulit dan teratogenesis
Persiapan
Perioperatif
• Indikasi yang paling umum penggunaan obat antikoagulan oral adalah
atrial fibrilasi, adanya katub jantung mekanis, dan tromboemboli vena
• Target INR terapetik yang harus dicapai yaitu 2.0-3.0
Algoritma Warfarin Perioperatif
Skor CHADS2 dan skor CHA2DS-VASc
Score untuk atrial fibrilasi non valvular
Unfractionated heparin (UFH)
• Heparin terikat pada antitrombin III, yang memperkuat aktifitas inhibisi
trombin dan faktor Xa
• Heparin injeksi intravena dengan infus kontinyu digunakan untuk mencapai
efek antikoagulan penuh, dan terapi ini di monitoring dengan aPTT
Mekanisme
kerja
• Efek samping utama yaitu perdarahan
• Efek samping yang lain yaitu heparin-induced thrombocytopenia (HIT),
osteoporosis, dan meningkatnya level serum transaminase.
Efek
samping
• Heparin intravena biasanya diberikan sebagai bolus 100 Unit/kg dilanjutkan
dengan 1000 Unit/jam dititrasi untuk mencapai aPTT 1.5-2.5 kali kontrol.
• Efek heparin dapat direversal dengan protamin
Persiapan
perioperatif
Low-molecular-weight heparin (LMWH)
Mekanisme kerja
LMWH hanya memiliki satu pentasakarida yang
berinteraksi dengan antitrombin
Efek samping
Efek samping utama yaitu perdarahan
Persiapan perioperatif
LMWH memiliki waktu paruh yang lebih panjang sehingga
dapat diberikan sebagai dosis profilaksis rumatan harian.
Penghentian heparin preoperatif
•Untuk pasien yang menerima ”bridging
anticoagulation” dengan dosis terapi LMWH,
dosis terakhir harus diberikan sekurang-
kurangnya 24 jam sebelum prosedur
pembedahan
•Untuk UFH, direkomendasikan infus
dihentikan 4-6 jam sebelum prosedur
pembedahan.
Melanjutkan heparin postoperatif
•Warfarin dapat dilanjutkan pada malam hari
setelah prosedur pembedahan
•LMWH atau UFH dapat dilanjutkan 12-24 jam
setelah prosedur pembedahan minor. Untuk
prosedur pembedahan mayor, dosis pertama
harus diberikan 24-72 jam setelah
pembedahan
Spindle Cell Tumor dan Amputasi Ekstremitas Bawah
• Spindle cell carcinoma adalah sejenis kanker jaringan ikat di mana
sel-selnya berbentuk gelendong jika diperiksa di bawah mikroskop.
• Tumor umumnya dimulai pada lapisan jaringan ikat seperti di bawah
kulit, di antara otot, dan organ sekitarnya, dan umumnya akan mulai
sebagai benjolan kecil dengan peradangan yang tumbuh perlahan.
• Amputasi ekstremitas bawah (AEB) adalah prosedur yang biasa
dilakukan pada pasien yang gagal terapi revaskularisasi, komorbiditas
atau faktor anatomi yang menghambat upaya revaskularisasi, luasnya
jaringan yang terkena dan adanya infeksi.
• AEB  risiko tinggi kematian pasca operasi.
Anestesi Regional pada pasien dengan
terapi antikoagulan
• Secara umum, resiko perdarahan yang signifikan meningkat seiring
dengan umur, adanya abnormalitas dari medula spinalis atau
kolumna vertebra, adanya koagulopati, kesulitan saat penusukan
jarum, dan adanya retensi kateter neuraksial saat pemberian terapi
antikoagulan yang paling sering terjadi yaitu pada terapi heparin
standar dan LMWH
Rekomendasi teknik neuraksial dengan
penggunaan heparin intraoperatif
• Hindari teknik ini pada pasien dengan resiko koagulopati lainnya
• Tunda pemberian heparin selama 1 jam setelah penempatan jarum
neuraksial,
• Pencabutan kateter neuraksial dilakukan 2-4 jam setelah dosis
terakhir heparin dan cek ulang status koagulasi pasien; heparin baru
dapat diberikan lagi 1 jam setelah pencabutan kateter
• Monitoring pasien postoperatif untuk melihat tanda-tanda blokade
motorik, dan pertimbangkan penggunaan obat anestesi lokal dengan
konsentrasi minimal untuk mempermudah deteksi awal adanya
hematoma spinal.
LAPORAN KASUS
Identifikasi
• Inisial nama : Tn S
• MR : 1181385
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 43 Tahun
• Agama : Islam
• Bangsa : Indonesia
• Alamat : Palembang
• TB/BB : 170 cm / 60 kg
• Tanggal Periksa : 19 November 2020
Anamnesis
• Pasien Mengeluh bengkak di betis kiri sejak 1 tahun, awalnya kecil
semakin lama semakin membesar. Sejak 3 bulan terakhir pasien tidak
bisa berjalan karena bengkak semakin besar, Pasien ada riwayat
terjatuh terpeleset seblumnya dengan kaki kanan menumpu badan.
Anamnesis
• Pasien riwayat Operasi Penggantian Katup jantung bulan Oktober
2019 dan mendapatkan terapi Warfarin tablet 2x1, Bisoprolol tablet
1x1,25 mg, saat ini tidak ada keluhan sesak napas, tidak ada keluhan
gusi gampang berdarah, tidak ada keluhan BAB berdarah. Pasien
sudah menghentikan mengonsumsi obat warfarin sejak tanggal 18
November 2020 (1 hari yang lalu)
Anamnesis
• Riwayat Hipertensi tidak ada
• Riwayat DM tidak ada
• Riwayat alergi/asma tidak ada
• Riwayat operasi di RS King Abdul Medical City Saudi Arabia 28
Agustus 2019, Penggantian katup Mitral karena mitral valve
endocarditis pseudomonas diganti dengan katup mekanis.
Pemeriksaan Fisik
• Sense CM TD 100/70 HR 90 reguler, RR 20 Spo2 99% udara bebas T
36,2
• Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
• Leher : JVP (5+ 2) cmH20, massa (-)
• Thoraks : statis : simetris
dinamis : simetris
• Cor : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
• Pulmo : suara napas vesikuler normal, ronkhi (-), wheezing (-)
• Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (-), BU (+) normal
• Ekstremitas: Regio Cruris sinistra: tampak pembengkakan di regior
cruris ukuran 11x12 x14 cm
Laboratorium (18/11/2020)
Pemeriksaan
Hematologi
• Hb : 9,3 gr/dl
• Ht : 29 %
• Leukosit : 10100
/mm3
• Trombosit :
316.000/µL
• DC :
0/1/79/14/6
Faal Hati
• Albumin : 3.6 gr%
Metabolisme
karbohidrat
• Glukosa sewaktu :
91 mg/dL
Laboratorium (18/11/2020)
Faal
Hemostasis
• PT : 27,1
(14,3)
• INR: 1,98
• APTT: 34,2
(31,4)
Ginjal
• Ureum :
28 mg/dL
• Kreatinin :
1,15 mg/dL
Elektrolit
• Natrium (Na) :
138 mEq/L
• Kalium (K) :
4,1 mEq/L
• Cl :
110 mEq/L
Rapid test SARS-Cov 19 Non reaktif
Pemeriksaan Penunjang Lain
EKG
•Irama sinus HR 90 kali permenit
Rontgen Thorax
(1/9/2020)
•Cor tidak membesar, CTR 50%, Pulmo dalam batas normal
•Terpasang multipel sternotomi wire dan valve ring pada kontur jantung
Echocardiografi
•Dimensi Ruang jantung LV dilatasi, tidak ada LVH, Fungsi sistolik LV menurun, EF
49%, Global hipokinetik, Fungsi RV cukup, MR prostetik gerakan baik (MVA 1,6)
katup lain dalam batas normal, E/A <1.
•Kesan gerakan katup prostetik baik.
CT scan Cruris sinisitra
Lesi litik destruktif bagian proksimal os tibia et fibula sinistra disertai
fraktur patologis di 1/3 bagian proksimal os tibia dan soft tissue ukuran
12,74 x 13,75 x 13,36 cm dengan densitas yang sama di region tersebut
menginfiltrasi otot tibialis anterior dan posterior dan gastrognemius.
Assesment
Spindle Cel Carcinoma
Regio Cruris Sinistra +
Post Mitral Valve
Replacement pro
Amputasi Transfemoral
Planning
Menghentikan pengunaan warfarin sampai 5 hari preoperatif ( stop
tanggal 18/11/2021)
Diberikan injeksi lovenox 2 x 0,6 sc jam sampai 24 jam
preoperatif dengan target aPTT 1,5 -2 kali control dan INR kurang
dari 1,5
Selanjutnya lovenox digantikan ke drip heparin 900 unit/jam sampai
4 jam sebelum operasi dengan target aPTT 1,5 -2 kali control dan INR
kurang dari 1,5
Folow up Tgl 23-11-2020
S: Bengkak di kaki kanan, Nyeri Vas 2-3, Tidak ada perdahan gusi, tidak ada
BAB darah
O: Sense CM TD 100/70 HR 90 reguler, RR 20 Spo2 99% udara bebas T 36,2
Ekstremitas: Regio Cruris sinistra: tampak pembengkakan di regior cruris
ukuran 11x12 x14 c
Faal Hemostasis PT : 22,6 (15,6), INR: 1,66, APTT: 35,8 (32,8)
A: Spindle Cell Carcinoma Regio cruris sinistra + Post Mitral Valve replacement
pro Amputasi transfemoral
P:
• Menghentikan injeksi lovenox
• Diberikan drip heparin 900 unit/ dengan target aPTT 1,5 -2 kali control dan
INR kurang dari 1,5 sampai 4 jam sebelum operasi
• Pasca operasi drip heparin dilanjutkan bila tidak ada perdarahan aktif
• Periksa faal hemostasis tiap 24 jam
Folow up Tgl 24-11-2020
P:
• Transfusi PRC 2 kantong sampai target Hb >10 g/dl preoperatif
• Menghentikan drip heparin kontinyu 900 unit/jam Periksa faal
hemostasis tiap 12 jam
• Periksa ulang Hb dan Faal hemostasis post koreksi
Folow up Tgl 25-11-2020
P:
• Transfusi PRC 1 kantong sampai target Hb >10 g/dl preoperatif
• Menghentikan drip heparin kontinyu 900 unit/jam 6 jam sebelum
oeperasi (sekitar pukul 02.00 WIB)
• Periksa darah rutin besok pagi pukul 06.00 WIB
Folow up Tgl 26-11-2020 pukul 06.00
P:
• Setuju indakan anestesi operasi elektif
• Persiapan darah PRC 2 kantong
• Menghentikan drip heparin kontinyu 900 unit/jam, Pasca operasi
melanjutkan drip heparin kontinyu 900 unit/jam dan diperiksa faal
hemostasis tiap 24 jam
• Pasca operasi dirawat di ruang perawatan intensif (ICU)
Persiapan Operasi
• Persiapan Psikis
• Persiapan fisik
• Persiapan di ruang penerimaan kamar operasi
• Persiapan di Kamar Operasi
Pengelolaan Anestesi
Hemodinamik sebelum induksi:
• Sens: CM, TD : 130/90 mmHg HR: 88x/mnt RR: 20 x/mnt temp:
36,50 C
Pasien dilakukan tindakan epidural dengan jarum Tuohy ukuran 18,
dengan test dose 3 ml, dan obat anestesi Bupivacain 0,5% 10 ml
Pukul Tekanan
Darah
Denyut
jantung
RR SpO2 Keterangan
08.00 120/80 70 20 99% Dilakukan pemasangan kateter epidural
dengan target T8 puncture di L2-3 tip di T12
Bupivacain 0,5% 13 cc test dose 3 cc
Ringer Laktat 500 cc
08.15 104/60 70 20 100% Pemeriksaan taget T8 dengan otonom panas
dingin, sensorik prick test, dan motorik dengan
skor bromage
08.30 110/64 70 20 99% Epidural berhasil mencapai target di T8 blok
sensorik di bawah procesus xipoideus, operasi
dimulai
08.45 112/76 70 18 99%
09.00 110/60 70 20 100%
09.15 116/64 74 20 99%
09.30 112/76 70 18 99%
Monitoring Intraoperatif
Pukul Tekanan
Darah
Denyut
jantung
RR SpO2 Keterangan
10.15 112/76 72 18 99%
10.30 112/76 70 20 99%
10.45 110/60 70 20 99%
11.00 116/64 74 20 99%
11.15 112/76 70 18 99%
11.30 112/76 72 20 99% Transfusi PRC 1 kantong
11.45 110/60 70 22 99% Penambahan Bupivacain 0,5% 8 cc
12.00 116/64 72 20 99%
12.15 110/80 78 18 100%
12.30 113/74 75 20 99% Operasi selesai
bupivacain 0,125 % + Fentanyl 12 mcg/jam
continue via easy pump
Monitoring Intraoperatif
Cairan masuk
• Kristaloid : 1000 ml
• Koloid : 500 ml
• PRC : 250 cc
Cairan keluar
• Perdarahan : 1000 ml
• Urine : 500 ml
• Pasien ditransfer ke ICU
Monitoring Intraoperatif
Instruksi post operasi di ICU
• Bridging dilanjutkan dengan Lovenox 2 x 0,6 cc Subkutan 6 jam
setelah operasi dengan mengawasi tanda tanda perdarahan di luka
bekas jahitan
• Periksa faal hemostasis tiap 6 jam
• Cek laboratorium darah rutin post operasi
• Analgetik epidural dilanjutkan dengan bupivacain 0,125 % + Fentanyl
12 mcg/jam continue via easy pump (H1)
(Hari 1) Folow up Tgl 27-11-2020 pukul
06.00
S: Nyeri vas 2-3, luka operasi baik, tidak ada perdarahan
O: Sense CM TD 100/70 HR 90 reguler, RR 20 Spo2 99% udara bebas T 36,2
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : JVP (5+ 2) cmH20, massa (-)
Thoraks : statis : simetris vesikuler kiri = kanan
dinamis : simetris
Cor : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : suara napas vesikuler normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (-), BU (+) normal
Ekstremitas : Luka amputasi tidak ada perdarahan
A: Post Amputasi transfemoral ai Spindle Cell Carcinoma Regio cruris sinistra + Post
Mitral Valve replacement
P:
• Lovenox 2 x 0,6 cc Subkutan
• Periksa faal hemostasis tiap 6 jam
• Diberikan Warfarin 2 mg 1x1 tablet po
• Analgetik epidural dilanjutkan dengan bupivacain 0,125 % + Fentanyl 12
mcg/jam continue via easy pump (H2)
• Rencana pindah ruangan hari ini
(Hari 2) Folow up Tgl 28-11-2020
P:
• Injeksi lovenox diganti dengan dip heparin 900 unit/jam continue
target INR lebih dari 2 dan target aPTT lebih dari 2 kali kontrol
• Periksa faal hemostasis tiap 12 jam
• warfarin 2 mg 1 kali sehari
• Cabut kateter epidural kateter.
(Hari ke 3) Folow up Tgl 29-11-2020
P:
• Drip heparin 900 unit/jam continue target INR lebih dari 2 dan target
aPTT lebih dari 2 kali kontrol
• Periksa faal hemostasis tiap 12 jam
• warfarin 2 mg 2 kali sehari
(Hari ke 7) Folow up Tgl 03-12-2020
P:
• Pasien diperbolehkan Rawat jalan dengan konsumsi warfarin tablet 2
mg 2 kali sehari.
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
•Seorang laki-laki usia 43 tahun dengan diagnosis
Spindle Cell Carcinoma Regio cruris sinistra + Post
Mitral Valve replacement pro Amputasi
transfemoral. Pasien dengan riwayat mengkonsumsi
obat antikoagulan jenis warfarin 2 mg 2 kali sehari.
• Riwayat Mitral Stenosis Berat, regurgitasi trikuspid
berat, dan hipertensi pulmonal berat.
•Indikasi penggantian katup  gejala yang berat
NYHA III/IV
Rekomendasi AHA untuk indikasi penggantian katup
pada pasien ini adalah terdapatnya gejala yang berat
Pembahasan
Teori Kasus
Konsiderasi
Anestesi
Riwayat antikoagulan karena
risiko thrombosis katup dan
komplikasi perdarahan
Anamnesis , tidak ada keluhan perdrahan
sebelumnya seperti perdrahan gusi,
perdarahan saluran cerna dan lain-lain
Evaluasi preoperasi Gejala klinis dan
Echocardiografi
Tidak ada riwayat sesak napas saat beraktivitas
ringan, tidak ada dada berdebar debar.
Pemeriksaan fisik
TD 100/70 mm Hg, Nadi 90 kali/menit, RR 20
kali/menit , SpO2 98% udara bebas, T 36,2˚C
Target Hemostasis European Society of
Cardiology
INR 3,0 (rentang 2,5-3,5)
aPTT 1,5 – 2 kali normal
PT pasien 27,1
PT kontrol 14,3
aPTT pasien 34,2; kontrol 31,4
INR 1,98
Target INR dan aPTT Belum tercapai
Teori Kasus
Terapi LMWH Bridging therapy LMWH dosis
1 mg/kg SC sampai 12 jam
preop. Dilanjutkan
maintenance IV 900 U/ jam
Dosis 0,6 cc subkutan 2x/hari sampai 12 jam
preoperative dan pemeriksaan faal hemostasis
tiap 24 jam
Teknik Anestesi ASRA 2010
Teknik neuraksial dengan
penggunaan heparin
intraoperative sebagai
antikoagulan
• Hindari teknik ini pada
pasien dengan risiko
koagulopati lain
• Tunda pemberian heparin
selama 1 jam setelah
penempatan jarum
neuraksial
• Pencabutan kateter
neuraksial 2-4 jam setelah
dosis terakhir dan cek
ulang status koagulasi
pasien
• Hepari dapat diberikan 1
jam setelah pencabutan
kateter
Anestesi Regional Epidural
Tindakan epidural dengan jarum Tuohy ukuran
18, dengan test dose 3 ml, dan obat anestesi
Bupivacain 0,5% 10 ml
Teknik insersi kateter 6 jam setelah
penghentian heparin, dan pecabutan kateter
dilakukan setelah 4 jam penghentian heparin
intravena.
Pembahasan
Teori Kasus
Monitoring
postoperasi
Melihat tanda-tanda blokade
motoric
Tidak ada tanda-tanda blokade motorik
Manajemen
postoperasi
Target INR 2,5 – 3,0 INR 1,1
Dilanjutkan pemberian heparin kontinu drip
900 U per jam
Hari ke 7  INR 1,72 rawat jalan
Edukasi mengawasi adanya tanda-tanda
perdarahan di luka jahitan operasi, gusi
berdarah dan perdarahan saluran cerna
KESIMPULAN
Manajemen perioperatif pada pasien yang mendapat obat
anti koagulan yang akan menjalani operasi dengan risiko
tinggi untuk terjadinya perdarahan perlu dilakkan bridging
therapy
Pada laporan kasus ini menggunakan teknik epidural anestesi
dengan mempertimbangkan penusukan dan pelepasan
kateter epidural yang melihat dari nilai INR dan aPTT pasien
dan tidak terjadi komplikasi seperti hematoma epidural.
PPT RD.pptx

More Related Content

Similar to PPT RD.pptx

CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxCASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
MuhammadMutashimBill
 
case ujian tahap anestesi.pptx
case ujian tahap anestesi.pptxcase ujian tahap anestesi.pptx
case ujian tahap anestesi.pptx
ssuser49be04
 
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptxPresentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Sofia Yanti Sari
 
174107021 penatalaksanaan-kegawatdaruratan-medik
174107021 penatalaksanaan-kegawatdaruratan-medik174107021 penatalaksanaan-kegawatdaruratan-medik
174107021 penatalaksanaan-kegawatdaruratan-medik
Soraya Grenavada
 
Ct scan kepala
Ct scan kepalaCt scan kepala
Ct scan kepalaRere Ndhut
 
FARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptxFARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptx
IryaIryani02
 
post op Tur-p
post op Tur-ppost op Tur-p
post op Tur-p
Lorensius Fidelis
 
Hemodialisa ak
Hemodialisa akHemodialisa ak
Hemodialisa ak
Rofi Irman
 
Ngaji HD Juni 2021.pptx
Ngaji HD Juni 2021.pptxNgaji HD Juni 2021.pptx
Ngaji HD Juni 2021.pptx
Anisa Karamina
 
Kraniotomi Removal Astrositoma.pptx
Kraniotomi Removal Astrositoma.pptxKraniotomi Removal Astrositoma.pptx
Kraniotomi Removal Astrositoma.pptx
Alvian Reza
 
Case Report Anestesi.pptx
Case Report Anestesi.pptxCase Report Anestesi.pptx
Case Report Anestesi.pptx
xenalevin
 
Emcase 12 agustus 2023.pptx
Emcase 12 agustus 2023.pptxEmcase 12 agustus 2023.pptx
Emcase 12 agustus 2023.pptx
haniffakhruddin2
 
Deep Vein Thrombosis S1.pptx
Deep Vein Thrombosis S1.pptxDeep Vein Thrombosis S1.pptx
Deep Vein Thrombosis S1.pptx
buatvideointan
 
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Fransiska Oktafiani
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
Winda Qowiyatus
 
Preskas ENA.pptx
Preskas ENA.pptxPreskas ENA.pptx
Preskas ENA.pptx
Sennamoca
 
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptxKEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
AHJjamhari1
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
Puteri Mentira
 
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi SpinalPresentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
Aris Rahmanda
 

Similar to PPT RD.pptx (20)

CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxCASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
 
case ujian tahap anestesi.pptx
case ujian tahap anestesi.pptxcase ujian tahap anestesi.pptx
case ujian tahap anestesi.pptx
 
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptxPresentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
 
174107021 penatalaksanaan-kegawatdaruratan-medik
174107021 penatalaksanaan-kegawatdaruratan-medik174107021 penatalaksanaan-kegawatdaruratan-medik
174107021 penatalaksanaan-kegawatdaruratan-medik
 
Ct scan kepala
Ct scan kepalaCt scan kepala
Ct scan kepala
 
FARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptxFARKLIN KELOMPOK 2.pptx
FARKLIN KELOMPOK 2.pptx
 
post op Tur-p
post op Tur-ppost op Tur-p
post op Tur-p
 
Hemodialisa ak
Hemodialisa akHemodialisa ak
Hemodialisa ak
 
Ngaji HD Juni 2021.pptx
Ngaji HD Juni 2021.pptxNgaji HD Juni 2021.pptx
Ngaji HD Juni 2021.pptx
 
Kraniotomi Removal Astrositoma.pptx
Kraniotomi Removal Astrositoma.pptxKraniotomi Removal Astrositoma.pptx
Kraniotomi Removal Astrositoma.pptx
 
Case Report Anestesi.pptx
Case Report Anestesi.pptxCase Report Anestesi.pptx
Case Report Anestesi.pptx
 
Emcase 12 agustus 2023.pptx
Emcase 12 agustus 2023.pptxEmcase 12 agustus 2023.pptx
Emcase 12 agustus 2023.pptx
 
Deep Vein Thrombosis S1.pptx
Deep Vein Thrombosis S1.pptxDeep Vein Thrombosis S1.pptx
Deep Vein Thrombosis S1.pptx
 
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia Askep Benigna Prostat Hiperplasia
Askep Benigna Prostat Hiperplasia
 
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIAKEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH - BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA
 
Askep dic
Askep dicAskep dic
Askep dic
 
Preskas ENA.pptx
Preskas ENA.pptxPreskas ENA.pptx
Preskas ENA.pptx
 
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptxKEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
KEGaWADARURATAN GINJAL.pptx
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi SpinalPresentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
 

Recently uploaded

MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 

Recently uploaded (8)

MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 

PPT RD.pptx

  • 1. BRIDGING THERAPY PADA AMPUTASI TRANSFEMORAL EC SPINDEL CELL TUMOR REGIO CRURIS SINISTRA POST MITRAL VALVE REPLACEMENT DENGAN RIWAYAT PEMAKAIAN ANTIKOAGULAN ORAL (LAPORAN KASUS I) Oleh : dr. Rudy Humisar Siahaan NIM 04102781923004 Pembimbing : dr. Agustina br Haloho, SpAn(K), MKes
  • 2. PENDAHULUAN • Antikoagulan perioperative  meningkatkan risiko perdarahan • Menghentikan antikoagulan  meningkatkan risiko tromboemboli arteri atau vena • Bridging therapy masih kontroversial • Sbuah studi observasi RCT  bridging therapy menurunkan perdarahan perioperatif • Pada laporan kasus ini akan dibahas tatalaksana bridging therapy pada pasien operasi amputasi tranfermoral karena spindle cell carcinoma kruris dekstra dengan riwayat operasi mitral valve replacement dengan terapi antikoagulan
  • 3. TINJAUAN PUSTAKA Mitral Valve Replacement Antikoagulan Spindle Cell Tumor dan Amputasi Ekstremitas Bawah Anestesi Regional pada pasien dengan terapi antikoagulan
  • 7. Warfarin Mekanisme Kerja • Warfarin bekerja melalui inhibisi vitamin K epoksida reduktase • Efek inisial pemberian warfarin muncul dalam 24 jam, namun puncak efek antikoagulasi dapat bertahan 3-5 hari. Efek samping • Perdarahan merupakan efek samping yang paling sering dan problematik • Efek samping lain adalah nekrosis kulit dan teratogenesis Persiapan Perioperatif • Indikasi yang paling umum penggunaan obat antikoagulan oral adalah atrial fibrilasi, adanya katub jantung mekanis, dan tromboemboli vena • Target INR terapetik yang harus dicapai yaitu 2.0-3.0
  • 9. Skor CHADS2 dan skor CHA2DS-VASc Score untuk atrial fibrilasi non valvular
  • 10. Unfractionated heparin (UFH) • Heparin terikat pada antitrombin III, yang memperkuat aktifitas inhibisi trombin dan faktor Xa • Heparin injeksi intravena dengan infus kontinyu digunakan untuk mencapai efek antikoagulan penuh, dan terapi ini di monitoring dengan aPTT Mekanisme kerja • Efek samping utama yaitu perdarahan • Efek samping yang lain yaitu heparin-induced thrombocytopenia (HIT), osteoporosis, dan meningkatnya level serum transaminase. Efek samping • Heparin intravena biasanya diberikan sebagai bolus 100 Unit/kg dilanjutkan dengan 1000 Unit/jam dititrasi untuk mencapai aPTT 1.5-2.5 kali kontrol. • Efek heparin dapat direversal dengan protamin Persiapan perioperatif
  • 11. Low-molecular-weight heparin (LMWH) Mekanisme kerja LMWH hanya memiliki satu pentasakarida yang berinteraksi dengan antitrombin Efek samping Efek samping utama yaitu perdarahan Persiapan perioperatif LMWH memiliki waktu paruh yang lebih panjang sehingga dapat diberikan sebagai dosis profilaksis rumatan harian.
  • 12. Penghentian heparin preoperatif •Untuk pasien yang menerima ”bridging anticoagulation” dengan dosis terapi LMWH, dosis terakhir harus diberikan sekurang- kurangnya 24 jam sebelum prosedur pembedahan •Untuk UFH, direkomendasikan infus dihentikan 4-6 jam sebelum prosedur pembedahan.
  • 13. Melanjutkan heparin postoperatif •Warfarin dapat dilanjutkan pada malam hari setelah prosedur pembedahan •LMWH atau UFH dapat dilanjutkan 12-24 jam setelah prosedur pembedahan minor. Untuk prosedur pembedahan mayor, dosis pertama harus diberikan 24-72 jam setelah pembedahan
  • 14. Spindle Cell Tumor dan Amputasi Ekstremitas Bawah • Spindle cell carcinoma adalah sejenis kanker jaringan ikat di mana sel-selnya berbentuk gelendong jika diperiksa di bawah mikroskop. • Tumor umumnya dimulai pada lapisan jaringan ikat seperti di bawah kulit, di antara otot, dan organ sekitarnya, dan umumnya akan mulai sebagai benjolan kecil dengan peradangan yang tumbuh perlahan. • Amputasi ekstremitas bawah (AEB) adalah prosedur yang biasa dilakukan pada pasien yang gagal terapi revaskularisasi, komorbiditas atau faktor anatomi yang menghambat upaya revaskularisasi, luasnya jaringan yang terkena dan adanya infeksi. • AEB  risiko tinggi kematian pasca operasi.
  • 15. Anestesi Regional pada pasien dengan terapi antikoagulan • Secara umum, resiko perdarahan yang signifikan meningkat seiring dengan umur, adanya abnormalitas dari medula spinalis atau kolumna vertebra, adanya koagulopati, kesulitan saat penusukan jarum, dan adanya retensi kateter neuraksial saat pemberian terapi antikoagulan yang paling sering terjadi yaitu pada terapi heparin standar dan LMWH
  • 16. Rekomendasi teknik neuraksial dengan penggunaan heparin intraoperatif • Hindari teknik ini pada pasien dengan resiko koagulopati lainnya • Tunda pemberian heparin selama 1 jam setelah penempatan jarum neuraksial, • Pencabutan kateter neuraksial dilakukan 2-4 jam setelah dosis terakhir heparin dan cek ulang status koagulasi pasien; heparin baru dapat diberikan lagi 1 jam setelah pencabutan kateter • Monitoring pasien postoperatif untuk melihat tanda-tanda blokade motorik, dan pertimbangkan penggunaan obat anestesi lokal dengan konsentrasi minimal untuk mempermudah deteksi awal adanya hematoma spinal.
  • 17. LAPORAN KASUS Identifikasi • Inisial nama : Tn S • MR : 1181385 • Jenis Kelamin : Laki-laki • Usia : 43 Tahun • Agama : Islam • Bangsa : Indonesia • Alamat : Palembang • TB/BB : 170 cm / 60 kg • Tanggal Periksa : 19 November 2020
  • 18. Anamnesis • Pasien Mengeluh bengkak di betis kiri sejak 1 tahun, awalnya kecil semakin lama semakin membesar. Sejak 3 bulan terakhir pasien tidak bisa berjalan karena bengkak semakin besar, Pasien ada riwayat terjatuh terpeleset seblumnya dengan kaki kanan menumpu badan.
  • 19. Anamnesis • Pasien riwayat Operasi Penggantian Katup jantung bulan Oktober 2019 dan mendapatkan terapi Warfarin tablet 2x1, Bisoprolol tablet 1x1,25 mg, saat ini tidak ada keluhan sesak napas, tidak ada keluhan gusi gampang berdarah, tidak ada keluhan BAB berdarah. Pasien sudah menghentikan mengonsumsi obat warfarin sejak tanggal 18 November 2020 (1 hari yang lalu)
  • 20. Anamnesis • Riwayat Hipertensi tidak ada • Riwayat DM tidak ada • Riwayat alergi/asma tidak ada • Riwayat operasi di RS King Abdul Medical City Saudi Arabia 28 Agustus 2019, Penggantian katup Mitral karena mitral valve endocarditis pseudomonas diganti dengan katup mekanis.
  • 21. Pemeriksaan Fisik • Sense CM TD 100/70 HR 90 reguler, RR 20 Spo2 99% udara bebas T 36,2 • Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- • Leher : JVP (5+ 2) cmH20, massa (-) • Thoraks : statis : simetris dinamis : simetris • Cor : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-) • Pulmo : suara napas vesikuler normal, ronkhi (-), wheezing (-) • Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (-), BU (+) normal • Ekstremitas: Regio Cruris sinistra: tampak pembengkakan di regior cruris ukuran 11x12 x14 cm
  • 22. Laboratorium (18/11/2020) Pemeriksaan Hematologi • Hb : 9,3 gr/dl • Ht : 29 % • Leukosit : 10100 /mm3 • Trombosit : 316.000/µL • DC : 0/1/79/14/6 Faal Hati • Albumin : 3.6 gr% Metabolisme karbohidrat • Glukosa sewaktu : 91 mg/dL
  • 23. Laboratorium (18/11/2020) Faal Hemostasis • PT : 27,1 (14,3) • INR: 1,98 • APTT: 34,2 (31,4) Ginjal • Ureum : 28 mg/dL • Kreatinin : 1,15 mg/dL Elektrolit • Natrium (Na) : 138 mEq/L • Kalium (K) : 4,1 mEq/L • Cl : 110 mEq/L Rapid test SARS-Cov 19 Non reaktif
  • 24. Pemeriksaan Penunjang Lain EKG •Irama sinus HR 90 kali permenit Rontgen Thorax (1/9/2020) •Cor tidak membesar, CTR 50%, Pulmo dalam batas normal •Terpasang multipel sternotomi wire dan valve ring pada kontur jantung Echocardiografi •Dimensi Ruang jantung LV dilatasi, tidak ada LVH, Fungsi sistolik LV menurun, EF 49%, Global hipokinetik, Fungsi RV cukup, MR prostetik gerakan baik (MVA 1,6) katup lain dalam batas normal, E/A <1. •Kesan gerakan katup prostetik baik.
  • 25. CT scan Cruris sinisitra Lesi litik destruktif bagian proksimal os tibia et fibula sinistra disertai fraktur patologis di 1/3 bagian proksimal os tibia dan soft tissue ukuran 12,74 x 13,75 x 13,36 cm dengan densitas yang sama di region tersebut menginfiltrasi otot tibialis anterior dan posterior dan gastrognemius.
  • 26. Assesment Spindle Cel Carcinoma Regio Cruris Sinistra + Post Mitral Valve Replacement pro Amputasi Transfemoral
  • 27. Planning Menghentikan pengunaan warfarin sampai 5 hari preoperatif ( stop tanggal 18/11/2021) Diberikan injeksi lovenox 2 x 0,6 sc jam sampai 24 jam preoperatif dengan target aPTT 1,5 -2 kali control dan INR kurang dari 1,5 Selanjutnya lovenox digantikan ke drip heparin 900 unit/jam sampai 4 jam sebelum operasi dengan target aPTT 1,5 -2 kali control dan INR kurang dari 1,5
  • 28. Folow up Tgl 23-11-2020 S: Bengkak di kaki kanan, Nyeri Vas 2-3, Tidak ada perdahan gusi, tidak ada BAB darah O: Sense CM TD 100/70 HR 90 reguler, RR 20 Spo2 99% udara bebas T 36,2 Ekstremitas: Regio Cruris sinistra: tampak pembengkakan di regior cruris ukuran 11x12 x14 c Faal Hemostasis PT : 22,6 (15,6), INR: 1,66, APTT: 35,8 (32,8) A: Spindle Cell Carcinoma Regio cruris sinistra + Post Mitral Valve replacement pro Amputasi transfemoral P: • Menghentikan injeksi lovenox • Diberikan drip heparin 900 unit/ dengan target aPTT 1,5 -2 kali control dan INR kurang dari 1,5 sampai 4 jam sebelum operasi • Pasca operasi drip heparin dilanjutkan bila tidak ada perdarahan aktif • Periksa faal hemostasis tiap 24 jam
  • 29. Folow up Tgl 24-11-2020 P: • Transfusi PRC 2 kantong sampai target Hb >10 g/dl preoperatif • Menghentikan drip heparin kontinyu 900 unit/jam Periksa faal hemostasis tiap 12 jam • Periksa ulang Hb dan Faal hemostasis post koreksi
  • 30. Folow up Tgl 25-11-2020 P: • Transfusi PRC 1 kantong sampai target Hb >10 g/dl preoperatif • Menghentikan drip heparin kontinyu 900 unit/jam 6 jam sebelum oeperasi (sekitar pukul 02.00 WIB) • Periksa darah rutin besok pagi pukul 06.00 WIB
  • 31. Folow up Tgl 26-11-2020 pukul 06.00 P: • Setuju indakan anestesi operasi elektif • Persiapan darah PRC 2 kantong • Menghentikan drip heparin kontinyu 900 unit/jam, Pasca operasi melanjutkan drip heparin kontinyu 900 unit/jam dan diperiksa faal hemostasis tiap 24 jam • Pasca operasi dirawat di ruang perawatan intensif (ICU)
  • 32. Persiapan Operasi • Persiapan Psikis • Persiapan fisik • Persiapan di ruang penerimaan kamar operasi • Persiapan di Kamar Operasi
  • 33. Pengelolaan Anestesi Hemodinamik sebelum induksi: • Sens: CM, TD : 130/90 mmHg HR: 88x/mnt RR: 20 x/mnt temp: 36,50 C Pasien dilakukan tindakan epidural dengan jarum Tuohy ukuran 18, dengan test dose 3 ml, dan obat anestesi Bupivacain 0,5% 10 ml
  • 34. Pukul Tekanan Darah Denyut jantung RR SpO2 Keterangan 08.00 120/80 70 20 99% Dilakukan pemasangan kateter epidural dengan target T8 puncture di L2-3 tip di T12 Bupivacain 0,5% 13 cc test dose 3 cc Ringer Laktat 500 cc 08.15 104/60 70 20 100% Pemeriksaan taget T8 dengan otonom panas dingin, sensorik prick test, dan motorik dengan skor bromage 08.30 110/64 70 20 99% Epidural berhasil mencapai target di T8 blok sensorik di bawah procesus xipoideus, operasi dimulai 08.45 112/76 70 18 99% 09.00 110/60 70 20 100% 09.15 116/64 74 20 99% 09.30 112/76 70 18 99% Monitoring Intraoperatif
  • 35. Pukul Tekanan Darah Denyut jantung RR SpO2 Keterangan 10.15 112/76 72 18 99% 10.30 112/76 70 20 99% 10.45 110/60 70 20 99% 11.00 116/64 74 20 99% 11.15 112/76 70 18 99% 11.30 112/76 72 20 99% Transfusi PRC 1 kantong 11.45 110/60 70 22 99% Penambahan Bupivacain 0,5% 8 cc 12.00 116/64 72 20 99% 12.15 110/80 78 18 100% 12.30 113/74 75 20 99% Operasi selesai bupivacain 0,125 % + Fentanyl 12 mcg/jam continue via easy pump Monitoring Intraoperatif
  • 36. Cairan masuk • Kristaloid : 1000 ml • Koloid : 500 ml • PRC : 250 cc Cairan keluar • Perdarahan : 1000 ml • Urine : 500 ml • Pasien ditransfer ke ICU Monitoring Intraoperatif
  • 37. Instruksi post operasi di ICU • Bridging dilanjutkan dengan Lovenox 2 x 0,6 cc Subkutan 6 jam setelah operasi dengan mengawasi tanda tanda perdarahan di luka bekas jahitan • Periksa faal hemostasis tiap 6 jam • Cek laboratorium darah rutin post operasi • Analgetik epidural dilanjutkan dengan bupivacain 0,125 % + Fentanyl 12 mcg/jam continue via easy pump (H1)
  • 38. (Hari 1) Folow up Tgl 27-11-2020 pukul 06.00 S: Nyeri vas 2-3, luka operasi baik, tidak ada perdarahan O: Sense CM TD 100/70 HR 90 reguler, RR 20 Spo2 99% udara bebas T 36,2 Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Leher : JVP (5+ 2) cmH20, massa (-) Thoraks : statis : simetris vesikuler kiri = kanan dinamis : simetris Cor : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Pulmo : suara napas vesikuler normal, ronkhi (-), wheezing (-) Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan (-), BU (+) normal Ekstremitas : Luka amputasi tidak ada perdarahan A: Post Amputasi transfemoral ai Spindle Cell Carcinoma Regio cruris sinistra + Post Mitral Valve replacement P: • Lovenox 2 x 0,6 cc Subkutan • Periksa faal hemostasis tiap 6 jam • Diberikan Warfarin 2 mg 1x1 tablet po • Analgetik epidural dilanjutkan dengan bupivacain 0,125 % + Fentanyl 12 mcg/jam continue via easy pump (H2) • Rencana pindah ruangan hari ini
  • 39. (Hari 2) Folow up Tgl 28-11-2020 P: • Injeksi lovenox diganti dengan dip heparin 900 unit/jam continue target INR lebih dari 2 dan target aPTT lebih dari 2 kali kontrol • Periksa faal hemostasis tiap 12 jam • warfarin 2 mg 1 kali sehari • Cabut kateter epidural kateter.
  • 40. (Hari ke 3) Folow up Tgl 29-11-2020 P: • Drip heparin 900 unit/jam continue target INR lebih dari 2 dan target aPTT lebih dari 2 kali kontrol • Periksa faal hemostasis tiap 12 jam • warfarin 2 mg 2 kali sehari
  • 41. (Hari ke 7) Folow up Tgl 03-12-2020 P: • Pasien diperbolehkan Rawat jalan dengan konsumsi warfarin tablet 2 mg 2 kali sehari.
  • 43. PEMBAHASAN •Seorang laki-laki usia 43 tahun dengan diagnosis Spindle Cell Carcinoma Regio cruris sinistra + Post Mitral Valve replacement pro Amputasi transfemoral. Pasien dengan riwayat mengkonsumsi obat antikoagulan jenis warfarin 2 mg 2 kali sehari. • Riwayat Mitral Stenosis Berat, regurgitasi trikuspid berat, dan hipertensi pulmonal berat. •Indikasi penggantian katup  gejala yang berat NYHA III/IV
  • 44. Rekomendasi AHA untuk indikasi penggantian katup pada pasien ini adalah terdapatnya gejala yang berat
  • 45. Pembahasan Teori Kasus Konsiderasi Anestesi Riwayat antikoagulan karena risiko thrombosis katup dan komplikasi perdarahan Anamnesis , tidak ada keluhan perdrahan sebelumnya seperti perdrahan gusi, perdarahan saluran cerna dan lain-lain Evaluasi preoperasi Gejala klinis dan Echocardiografi Tidak ada riwayat sesak napas saat beraktivitas ringan, tidak ada dada berdebar debar. Pemeriksaan fisik TD 100/70 mm Hg, Nadi 90 kali/menit, RR 20 kali/menit , SpO2 98% udara bebas, T 36,2˚C Target Hemostasis European Society of Cardiology INR 3,0 (rentang 2,5-3,5) aPTT 1,5 – 2 kali normal PT pasien 27,1 PT kontrol 14,3 aPTT pasien 34,2; kontrol 31,4 INR 1,98 Target INR dan aPTT Belum tercapai
  • 46. Teori Kasus Terapi LMWH Bridging therapy LMWH dosis 1 mg/kg SC sampai 12 jam preop. Dilanjutkan maintenance IV 900 U/ jam Dosis 0,6 cc subkutan 2x/hari sampai 12 jam preoperative dan pemeriksaan faal hemostasis tiap 24 jam Teknik Anestesi ASRA 2010 Teknik neuraksial dengan penggunaan heparin intraoperative sebagai antikoagulan • Hindari teknik ini pada pasien dengan risiko koagulopati lain • Tunda pemberian heparin selama 1 jam setelah penempatan jarum neuraksial • Pencabutan kateter neuraksial 2-4 jam setelah dosis terakhir dan cek ulang status koagulasi pasien • Hepari dapat diberikan 1 jam setelah pencabutan kateter Anestesi Regional Epidural Tindakan epidural dengan jarum Tuohy ukuran 18, dengan test dose 3 ml, dan obat anestesi Bupivacain 0,5% 10 ml Teknik insersi kateter 6 jam setelah penghentian heparin, dan pecabutan kateter dilakukan setelah 4 jam penghentian heparin intravena.
  • 47. Pembahasan Teori Kasus Monitoring postoperasi Melihat tanda-tanda blokade motoric Tidak ada tanda-tanda blokade motorik Manajemen postoperasi Target INR 2,5 – 3,0 INR 1,1 Dilanjutkan pemberian heparin kontinu drip 900 U per jam Hari ke 7  INR 1,72 rawat jalan Edukasi mengawasi adanya tanda-tanda perdarahan di luka jahitan operasi, gusi berdarah dan perdarahan saluran cerna
  • 48. KESIMPULAN Manajemen perioperatif pada pasien yang mendapat obat anti koagulan yang akan menjalani operasi dengan risiko tinggi untuk terjadinya perdarahan perlu dilakkan bridging therapy Pada laporan kasus ini menggunakan teknik epidural anestesi dengan mempertimbangkan penusukan dan pelepasan kateter epidural yang melihat dari nilai INR dan aPTT pasien dan tidak terjadi komplikasi seperti hematoma epidural.