Psikologi kognitif mempelajari proses kognitif manusia seperti persepsi, penalaran, dan pengingatan. Teori utama psikologi kognitif berawal dari kontribusi Kurt Lewin dan teori lapangannya serta pengaruh psikologi Gestalt. Lewin memperkenalkan pendekatan fungsi kejiwaan dalam mempelajari proses kognitif. Perkembangan psikologi kognitif dipengaruhi pula oleh dominasi behaviorisme di Amerika Serikat.
Psikologi Kognitif adalah hal-hal seperti sikap, ide, harapan dan sebagainya. Psikologi Kognitif mempelajari bagaimana arus informasi yang ditangkap indera diproses dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan dalam kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk tingkah laku.
Psikologi Kognitif adalah hal-hal seperti sikap, ide, harapan dan sebagainya. Psikologi Kognitif mempelajari bagaimana arus informasi yang ditangkap indera diproses dalam jiwa seseorang sebelum diendapkan dalam kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk tingkah laku.
Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti menggambarkan konfigurasi atau bentuk yang utuh. Suatu gestalt dapat berupa objek yang berbeda dari jumlah bagian-bagiannya. Semua penjelasan tentang bagian-bagian objek akan mengakibatkan hilangnya gestalt itu sendiri. Istilah “Gestalt” mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme Wundt. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.
psikologi kognitif sering kali di kaitkan dengan teori belajar, dalam teori kognitif beranggapan bahwa manusi bisa mengatensi dan menyeleksi stimulus yang datang dari lingkungan
Arnold Lucious Gessel (1880-1961), Lewis Madison Terman (1877-1956), Henry Alexander Murray (1893-1988), Jean Piaget (1896-1980), Louis Leon Thurstone (1887-1955), Sir Godfrey Hilton Thomson (1881-1955).
Psikologi Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti menggambarkan konfigurasi atau bentuk yang utuh. Suatu gestalt dapat berupa objek yang berbeda dari jumlah bagian-bagiannya. Semua penjelasan tentang bagian-bagian objek akan mengakibatkan hilangnya gestalt itu sendiri. Istilah “Gestalt” mengacu pada sebuah objek/figur yang utuh dan berbeda dari penjumlahan bagian-bagiannya.
Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap teori strukturalisme Wundt. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian kecil.
psikologi kognitif sering kali di kaitkan dengan teori belajar, dalam teori kognitif beranggapan bahwa manusi bisa mengatensi dan menyeleksi stimulus yang datang dari lingkungan
Arnold Lucious Gessel (1880-1961), Lewis Madison Terman (1877-1956), Henry Alexander Murray (1893-1988), Jean Piaget (1896-1980), Louis Leon Thurstone (1887-1955), Sir Godfrey Hilton Thomson (1881-1955).
penjelasan singkat tentang psikologi khususnya psikologi social. Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah.
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu, sehingga secara etimologis, psikologidapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan[sunting | sunting sumber]
Walaupun sejak dulu telah ada pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia dalam kurun waktu bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi karena kerumitan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta sebagai ilmu sejak akhir 1800-an yaitu sewaktu Wilhem Wundtmendirikan laboratorium psikologi pertama didunia.
Sejarah psikologi[sunting | sunting sumber]
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Konsep psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Psikologi memiliki akar dari bidang ilmu filosofi yang diprakarsai sejak zaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup (levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala - gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap - tiap makhluk hidup mempunyai jiwa.[2] Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.[3]
1. Metodologi Eksperimental
Cara ini dilakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai eksperimen.Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen. Yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan ditelitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya. Pada metode eksperimental, maka sifat subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat diatasi.
2. Observasi Ilmiah
Pada pengamatan ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang ditimbulkan tidak dengan sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan. Observasi alamiah ini dapat diterapkan pula pada tingkah laku yang lain, misalnya saja : tingkah laku orang-orang yang berada di toko serba ada, tingkah laku pengendara kendaraan bermotor dijalan raya, tingkah laku anak yang sedang bermain, perilaku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.
3. Sejarah Kehidupan (metode biografi)
Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita ibunya, seorang anak yang tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia bukannya kurang pandai tetapi minatnya sejak kecil memang dibidang musik sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya. Dalam metode ini orang menguraikan tentang keadaa
2. Psikologi kognitif dikatakan sebagai
perpaduan antara psikologi gestalt dan
behaviorisme.
Arti dari kata kognisi (cognition) itu sendiri
sebetulnya tidak pengertian secara umum,
namun kesadaran tetap yang dipelajari dalam
psikologi kognitif adalah berbagai hal seperti
sikap, ide, harapan dan sebagainya. Dengan
perkataan lain psikologi kognitif mempelajari
bagaimana arus informasi yang ditangkap oleh
indra dan diproses dalam jiwa seseorang
sebelum diendapkan dalam kesadaran atau
diwujudkan dalam bentuk tingkah laku.
3.
Perkembangan psikologi kognitif berawal dari
hijrahnya Kurt Lewin ke Amerika Serikat karena
kejaran Nazi Jerman menjelang Perang Dunia II.
Di Amerika Serikat, dari universitas-universitas
tempatnya ia bekerja di Iowa dan
Massachussets, Lewin menyebarkan teori-teori
Psikologi Gestalt yang telah dikembangkannya
menjadi Teori Lapangan. Mula-mula ia tertarik
pada paham Gestalt tetapi kemudian ia
mengkritik teori Gestalt karena dianggapnya
tidak adekuat. Lewin kurang setuju dengan cara
pendekatan Aristotelian yang mementingkan
struktur dan isi gejala-gejala kejiwaan.
Lewin lebih cenderung kepada cara pendekatan
yang Galilean yaitu yang mementingkan fungsi
kejiwaan.
4.
Teori lapangan yang dikemukankan oleh Lewin itu sendiri
adalah teori yang membahas proses psikologi yang
terjadi dalam diri seseorang.
Dengan perkataan lain teori lapangan mempelajari unsur
O (organisme) yang dalam teorinya Tolman dinyatakan
bahwa mempelajari O harus dilaksanakan dengan
mencari hubungan Antara B (behavior atau tingkah laku)
dengan S (situasi) dan A (antecedent atau peristiwaperistiwa yang mendahului).
Hubungan S-R dalam teori Thorndike, menurut Tolman
perlu dijadikan hubungan S-O-R dalam hubungan S-O-R
inilah teori-teori psikologi lapangan mendapat
tempatnya dalam dunia psikologi di Amerika Serikat
yang pada waktu itu didominasi oleh Behaviorisme,
untuk kemudian berkembang menjadi teori kognitif.
5. Psikologi kognitif
═ Mempelajari cara manusia
menerima, mempersepsi, mempelajari, menalar, menging
at dan berpikir tentang suatu informasi.
═ Membahas mengenai pemrosesan informasi. Bagaimana
cara kita memperoleh informasi mengenai dunia dan
bagaimana pemerosesannya, bagaimana cara informasi
itu disimpan dan di proses oleh otak, bagaimana
informasi itu disampaikan dengan struktur penyusunan
bahasa, dan proses-proses tersebut ditampilkan dengan
sebuah prilaku yang dapat diamati dan juga yang tidak
dapat diamati.
═ Mencakup keseluruhan proses psikologis dari sensasi ke
persepsi, pengenalan
pola, atensi, kesadaran, belajar, memori, formasi
konsep, berpikir, imajinasi, bahasa, kecerdasan, emosi,
dan bagaimana keseluruhan hal tersebut berubah
sepanjang hidup (terkait perkembangan manusia) dan
bersilangan dengan berbagai bidang prilaku.
6.
metafora = definisi dalam psikologi kognitif
(menjelaskan proses-proses kognitif)
Cara aktif yang dilakukan dapat berupa mencari
pengalaman baru, memecahkan suatu masalah,
mencari informasi, mencermati lingkungan,
mempratekkan, mengabaikan respon-respon guna
mencapai tujuan.
teori yang sangat berkaitan erat dengan teori
kognitif adalah teori pemrosesan informasi karena
menurut teori ini setelah proses pembelajaran ada
proses pengolahan informasi di dalam otak manusia
yang dimulai dari pengamatan seseorang terhadap
informasi yang berada di lingkungannya, kemudian
informasi tersebut diterima oleh reseptor-reseptor
yang berupa simbol-simbol yang kemudian diteruskan
pada registor pengindraan yang terdapat pada
syaraf pusat.
7. Teori kognitif tidak mempelajari proses
yang terjadi dalam alam bawah sadar
dan ketidaksadaran.
Psikologi kognitif agak sulit dibedakan,
terutama dalam aspek metodologinya.
Behaviorisme tidak menyetujui metode
introspeksi, tetapi untuk mendapatkan
data, psikologi behaviorisme dalam
eksperimennya tetap bertanya kepada
Orang Percobaan ‘OP’ dan jawaban
‘OP’ dicatat sebagai data.
8.
Misalnya „OP‟ diminta membaca sesuatu dan
pemimpin percobaan „PP‟ bertanya: “Apa yang
Anda baca?” , „OP‟menjawab misalnya “Tulisan itu
berbunyi ZRT”.
Jawaban „OP‟ oleh kaum behaviorisme dinamakan
respons verbal, akan tetapi oleh penganut
psikologi kognitif dinamakan introspeksi.
introspeksi dalam psikologi kognitif terbatas
pada apa yang diindrakan atau dirasakan oleh „OP‟
secara langsung dan spontan
introspeksi dalam aliran struktualisme
mengandung pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab secara lebih mendalam dan untuk
menjawab „OP‟ perlu memiliki pengalaman dan
kemampuan tertentu. Disinilah letak
subjektivitias introspeksi model struktualisme.
9. Perbedaan antara psikologi kognitif dan
psikologi behaviorisme antara lain:
Psikologi Behaviorisme
· Berkaitan dengan kondisioning
dan proses belajar.
· Mempelajari perilaku yang nyata
(overt)
Psikologi Kognitif
· Lebih banyak mempelajari
pembentukan konsep, proses,
berpikir dan membangun
pengetahuan.
· Membicarakan konsep-konsep
mentalistik yaitu proses kejiwaan
yang tidak selalu nampak dari luar.
· Lebih mementingkan tingkah laku
molekular (tingkah laku refleks)
· Lebih mementingkan tingkah laku
molar (tingkah laku keseluruhan)
· Mementingkan faktor kebutuhan
pemuasan kebutuhan.
· Berpendapat bahwa tanpa ada
kebutuhnan-kebutuhan tertentu,
proses belajar dapat tetap terjadi.
10. Psikologi kognitif menaruh perhatian atas
pertanyaan-pertanyaan yang menunjuk pada
cakupan psikologi kognitif antara lain:
1. Bagaimana kita memperoleh,
mentransformasikan, merepresentasikan,
menyimpan, dan mendapatkan kembali suatu
pengetahuan/informasi.
2. Bagaimana pengetahuan/informasi tersebut
merebut perhatian kita.
3. Bagaimana kita merespon
pengetahuan/informasi yang kita
terima.Kognisi merupakan proses internal
yang tidak nampak.
Pengetahuan (teori-teori/model-model) yang
dikembangkan untuk menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut dibangun atas dasar
asumsi-asumsi tertentu.
11. Asumsi-asumsi dan Topik-topik dalam Psikologi Kognitif
ASUMSI
TOPIK DALAM PSIKOGNITIF
Kemampuan untuk mendeteksi dan
Deteksisinyal-sinyal penginderaan dan neuro-
menginterpretasi stimulus penginderaan
science.
(sensory)
Kecenderungan untuk memusatkan pada
Perhatian (attention).
stimulus penginderaan tertentu dan
mengabaikan stimulus lainnya.
Pengetahuan yang mendetail tentang
Pengetahuan (knowledge).
karakteristik fisik dari lingkungan.
Kemampuan untuk mengabstraksi bagian-
Pengenalan pola( pattern recognition).
bagian dari suatu peristiwa dan
mengintegrasikan bagian-bagian tersebut
kedalam skema yang terstruktur dengan baik,
yang memberikan arti/makna bagi
keseluruhan episode.
Kemampuan untuk memerasarti (memetik inti
Membaca dan pemrosesan informasi.
sari) dari tulisan dan kata-kata.
Kapasitas untuk menyimpan peristiwaperistiwa yang baru saja terjadi dan
mengintegrasikannya kedalam rangkaian
Short –term memory.
( library online ).
12. Tokoh yang tergolong paling awal dalam mengemukakan
teori-teori yang dapat digolongkan dalam aliran
Psikologi Kognitif ini adalah F. Heider. Tulisannya yang
pertama, Attitudes and Cognitive Organisation,
dipublikasikan pada tahun 1946. Setelah itu muncul
tokoh-tokoh seperti L. Festinger, C.E. Osgood, P.H.
Tannenbaum dan T.M. Newcomb.
F. Heider (Teori P-O-X): Dalam tulisannya yang telah
disebutkan, Heider mengemukakan teori yang
berpangkal pada perasaan-perasaan yang ada pada
seorang terhadap seseorang lain dan sesuatu hal yang
lain (pihak ketiga) yang menyangkut orang pertama dan
orang kedua. Orang pertama yang mengalami perasaan
itu diberinya lambang P (Person atau Pribadi). Orang
kedua yang berhubungan dengan P akan diberi lambang
O (Others atau orang lain), sedangkan pihak ketiga yang
bisa berupa orang, benda, situasi dan sebagainya
dilambangkan dengan X.
13. Dengan demikian hubungan tiga pihak itu
disebut hubungan P-O-X yang dapat
diskemakan sebagai berikut:
Sejalan dengan prinsip-prinsip Psikologi
Gestalt, hubungan P-O-X dapat bersifat
saling memiliki (yang satu merupakan bagian
dari yang lain, sangat erat) dan saling tidak
memiliki. Hubungan yang saling memiliki
dinamakan hubungan tipe-U, sedangkan
hubungan yang tidak saling memiliki disebut
hubungan tipe bukan-U. Tipe-tipe hubungan
ini dipengaruhi oleh prinsip-prinsip persepsi
dari Psikologi Gestalt seperti kesamaan,
kedekatan, kelangsungan, set dan pengalaman
masa lalu.
14. Skema hubungan P-O-X:
P
O
X
Disamping itu, dengan meminjam prinsip-prinsip
psikologi lapangan Kurt Lewin, g=hubungan
P-O-X menurut Heider bisa juga bersifat positif
(menyukai, memuja, menyetujui, dan
sebagainya) atau negatif (mencela, tidak
menyetujui, tidaik menyukai dan sebagainya).
Sifat hubungan yang positif dinamakan
hubungan L(like), sedangkan hubungan yang
negatif dinamakan hubungan DL (dislike).
15. Berdasarkan sifat-sifat hubungan P-O-X
tersebut dapat terjadi berbagai kombinasi
hubungan P-O-X yang akibatnya terhadap kognisi
(kesadaran) P bisa tiga macam, yaitu:
1. Keadaan seimbang (balance) yang menimbulkan
rasa puas, senang dan mendorong P untuk berbuat
sesuatu untuk mempertahankan hubungan.
2. Keadaan tidak seimbang (imbalance) yang
menyebabkan timbulnya perasaan tidak senang,
tidak puas, penasaran dan sebagainya dan
menyebabkan P terdorong untuk berbuat sesuatu
untuk mengubah sifat-sifat hubungan P-O-X
sehingga mendekati keadaan yang seimbang.
3. Keadaan tidak relevan (irrelevant) yang tidak
berpengaruh apa-apa terhadap P, sehingga P
tidak terdorong untuk berbuat apa-apa.
16. Contoh-contoh dari ketiga keadaan
kognitif tersebut diatas adalah sebagai
berikut:
1. a.Seorang guru (P) menyukai seorang
murid (O) dan ia pun menyukai nilain
ulangan yang bagus (X). Hubungan P-O
adalah hubungan L. Demikian pula
hubungan P-X. Sedangkan nilai yang bagus
itu adalah hasil ulangan dari O. Hubungan
O-X adalah tipe U. Maka pada guru (P)
terdapat keadaan kognitif yang seimbang.
Skema hubungan P-O-X
P
O Ket: P X= +, P O= +, X O= +
X
17. b. Seorang guru (P) tidak menyukai seorang
murid (O) dan ia tidak menyukai nilai
ulangan yang jelek (X). Hubungan P-O
maupun P-X adalah hubungan DL.
Sedangkan nilai jelek itu adalah hasil
ulangan ulangan dari P, sehingga hubungan
nilai O-X adalah hubungan tipe U. Maka
guru P mengalami keadaan kognitif yang
seimbang.
18. 1. Seorang guru (P) menyukai seorang
murid (O) dan ia tidak menyukai nilai
yang jelek (X). Hubungan P-O adalah
hubungan L, sedangkan hubungan P-X
adalah hubungan DL. Padahal nlai yang
jelek itu adalah hasil ulangan O,
sehingga hubungan O-X adalah tipe U.
Akibatnya timbul perasaan tidak
seimbang dalam diri P
P
O P -> X= - , P O= + , X O= +
X
19. 2. Seorang guru (P) menyukai seorang
murid (O). Hubungsn P-O adalah
hubungan PL. Guru itu tidak menyukai
nilai ulangan yang jelek (X), sehingga
hubungan P-X adalah hubungan DL.
Tetapi nilai yang jelek itu bukan hasil
ulangan O, sehingga hubungan O-X
adalah hubungan tipe bukan U. Dalam
hal ini dalam diri P tidak akan timbul
apa-apa (relevant)
P
O
P -> X= - , P O= + , X O= X
20. Leon Festinger(Disonansi Kognitif)
Dalam teori Festinger, sektor-sektor dalam
lapangan kesadaran dinamakan Elemenelemen kognisi. Elemen-elemen kognisi itu
saling berhubungan satu sama lain dan
jenis hubungan itu ada tiga macam, yaitu
(1) hubuyngan yang tidak relevan, (2)
hubungan disonan, dan (3) hubungan
konsonan.
Contoh -> jika seseorang tahu bahwa setiap
musim hujan kota Jakarta kebanjiran dan ia
pun tahu bahwa di Kalimantan Timur ada
sebuah pabrik pupuk. Hubungan antara
kedua elemen kognisi itu tidak relevan
sehingga tidak timbul reaksi apa-apa pada
diri orang yang bersangkutan. (disonan)
21. Contoh lainnya -> kita tahu bahwa jika
seseorang berdiri di bawah hujan (elemen
pertama), maka ia akan basah (elemen
kedua). Kalau kita melihat orang karena
berdiri di bawah hujan, maka kita
merasakan sesuatu keadaan yang bisa
dimengerti sebagai akibat adanya
hubungan yang konsonan antara elemenelemen kognisi. (konsonan / tidak disonan)
22. Untuk mengurangi disonansi ada tiga cara yang bisa
ditempuh, yaitu:
1. Mengubah elemen tingkah laku,
misalnya: seorang gadis membeli baju yang mahal, tetapi
kawan-kawannya mencela baju itu karena mereka
anggap jelek. Gadis itu merasa disonan karena baju
mahal ternyata tidak bagus (elemen I ditolak oleh
elemen II). Reaksi gadis itu mungkin menjuak
kembali baju itu atau memberikannya pada orang
lain.
2. Mengubah elemen kognisi dari lingkungan,
misalnya: gadis tersebut di atas mencoba meyakinkan
teman-temannya bahwa baju tersebut sedang mode,
disukai oleh bontang-bintang film dan terlihat sangat
cantik.
3. Mengubah elemen kognisi baru,
misalnya mencari pendapat teman-teman lainnya yang
mendukung pendapat bahwa baju itu cantik sehingga
penyangkalan oleh elemen kedua bisa dinetralkan.