Dokumen tersebut membahas sejarah pengembangan kurikulum di Indonesia mulai dari Rencana Pelajaran 1947 hingga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Beberapa poin kuncinya adalah perubahan pendekatan kurikulum dari waktu ke waktu untuk meningkatkan kualitas pendidikan, penekanan pada pembentukan karakter anak bangsa, dan peningkatan kebebasan guru dalam merencanakan pembelajaran.
5. 1. Bagi guru : sebagai pedoman dalam melaksanakan
proses pembelajaran
2. Bagi sekolah atau pengawas : sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan
3. Bagi orang tua : sebagai pedoman dalam membimbing
anaknya belajar di rumah
4. Bagi masyarakat : sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di
sekolah
5. Bagi siswa : sebagai suatu pedoman belajar
7. Jenis-jenis Kurikulum
Jika dilihat dari sudut guru sebagai pengembang
kurikulum, jenis-jenis kurikulum sebagai berikut:
1. Open curriculum (kurikulum terbuka)
2. Close curriculum (kurikulum tertutup)
3. Guide curriculum (kurikulum terbimbing)
9. Rencana Pelajaran 1947
Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar
mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus
garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran
1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang
pelajaran dihubungkan dengan kejadian
sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan
pendidikan jasmani
10. Rencana pelajaran terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata
pelajaran. Yang paling menonjol dan sekaligus
ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap
rencana pelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Fokusnya pada
pengembangan Pancawardhana, yaitu :a) Daya
cipta, b) Rasa, c) Karsa, d) Karya, e) Moral
11. Rencana pendidikan 1964
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa
pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu
pengembangan moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani
12. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari
Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus. Tujuannya pada pembentukan manusia
Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan
pendekatan organisasi materi pelajaran:
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah
pelajarannya 9
13. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar
pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional
(PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi:
petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK),
materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-
mengajar, dan evaluasi. Pada Kurikulum 1975 guru
dibuat sibuk dengan berbagai catatan kegiatan
belajar mengajar
14. Kurikulum 1984
Berorientasi proses dan lebih menekankan pada
keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran.
Mengubah prilaku guru dari komunikator
menjadi fasilitator. Munculnya model
pembelajaran yang dikenal dengan istilah CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif). Istilah “Pengajaran”
dialihkan menjadi “Pembelajaran
15. Kurikulum 1994 dan suplemen
kurikulum 1999
beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari
muatan nasional hingga lokal. Materi muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing, misalnya bahasa daerah
kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain.
Walhasil,menjelma menjadi kurikulum super
padat.Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998,
diikuti kehadiran suplemen Kurikulum 1999.Tapi
perubahannya lebih pada menambah sejumlah
materi
16. Kurikulum 2004
Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi
apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya,
kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat
ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir
sekolah maupun nasional masih berupa soal
pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin
dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada
praktik atau soal uraian yang mampu mengukur
seberapa besar pemahaman dan kompetensi
siswa.
17. KTSP 2006
Guru lebih diberikan kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah
berada. Hal ini disebabkan (KD), (SKL), dan (SKKD)
setiap mata pelajaran untuk setiap satuan
pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan
perangkat pembelajaran, seperti silabus dan
sistem penilaian merupakan kewenangan satuan
pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan
supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)