Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan untuk neonatus, bayi, dan balita melalui penerapan kewaspadaan standar, teknik aseptik, dan pengelolaan lingkungan yang baik."
1. Dokumen tersebut membahas panduan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas kesehatan di rumah sakit untuk mencegah penularan infeksi dan menjaga keselamatan kerja. 2. APD seperti sarung tangan, gaun, masker, dan respirator digunakan sesuai situasi paparan bahaya tertentu untuk melindungi dari kontak darah atau cairan tubuh pasien. 3. Pedoman penggunaan APD mencakup cara mengen
Kewaspadaan umum (universal precautions) pjj_kemenkes
Modul ini membahas langkah-langkah kewaspadaan universal dalam pencegahan penularan infeksi, termasuk cuci tangan, penggunaan alat pelindung diri seperti sarung tangan, dan pengelolaan limbah medis. Langkah-langkah ini perlu dilaksanakan dengan ketat khususnya dalam tindakan medis invasif yang berisiko terpapar darah dan cairan tubuh pasien.
sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) lokbul bulan Agustus.pptxAnggitaDwiP1
1. Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. 2. Beberapa komponen kunci kewaspadaan standar yang dibahas adalah kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri, dekontaminasi peralatan, pengendalian lingkungan, dan penempatan pasien. 3. Program pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan bertujuan untuk melindungi sumber daya
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan untuk neonatus, bayi, dan balita melalui penerapan kewaspadaan standar, teknik aseptik, dan pengelolaan lingkungan yang baik."
1. Dokumen tersebut membahas panduan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas kesehatan di rumah sakit untuk mencegah penularan infeksi dan menjaga keselamatan kerja. 2. APD seperti sarung tangan, gaun, masker, dan respirator digunakan sesuai situasi paparan bahaya tertentu untuk melindungi dari kontak darah atau cairan tubuh pasien. 3. Pedoman penggunaan APD mencakup cara mengen
Kewaspadaan umum (universal precautions) pjj_kemenkes
Modul ini membahas langkah-langkah kewaspadaan universal dalam pencegahan penularan infeksi, termasuk cuci tangan, penggunaan alat pelindung diri seperti sarung tangan, dan pengelolaan limbah medis. Langkah-langkah ini perlu dilaksanakan dengan ketat khususnya dalam tindakan medis invasif yang berisiko terpapar darah dan cairan tubuh pasien.
sosialisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) lokbul bulan Agustus.pptxAnggitaDwiP1
1. Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan. 2. Beberapa komponen kunci kewaspadaan standar yang dibahas adalah kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri, dekontaminasi peralatan, pengendalian lingkungan, dan penempatan pasien. 3. Program pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan bertujuan untuk melindungi sumber daya
Kewaspadaan isolasi merupakan bagian penting dari program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dengan tujuan memutus mata rantai infeksi. Terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan cara transmisi penyakit melalui kontak, droplet, atau udara. Kewaspadaan standar mencakup kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri, penanganan limbah, dan lingkungan bersih.
Pencegahan infeksi dalam praktik kebidananDewi260205
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan infeksi dalam praktik kebidanan, mencakup pengelolaan sampah medis, kewaspadaan baku, perlengkapan perlindungan diri, antisepsis tindakan/bedah, dan memahami infeksi nosokomial."
Dokumen tersebut membahas tentang orientasi pencegahan dan pengendalian infeksi bagi dokter internship. Tujuannya adalah memahami prinsip-prinsip PPI dan menerapkannya di fasyankes. Dokumen ini menjelaskan konsep dasar infeksi, ruang lingkup program PPI, kewaspadaan isolasi, penanganan limbah, dan prinsip-prinsip lainnya untuk mencegah penularan infeksi.
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi petugas dan pasien dari paparan darah atau cairan tubuh. Ada berbagai jenis gaun pelindung seperti gaun kedap air dan gaun steril, yang digunakan dalam kegiatan seperti membersihkan luka dan tindakan bedah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Modul ini membahas tentang pencegahan infeksi pada persalinan dan bayi baru lahir, meliputi metode cuci tangan, persiapan persalinan dan penerimaan bayi, pencegahan infeksi infus, dan pengolahan alat dan bahan.
Dokumen tersebut membahas program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, meliputi konsep dasar infeksi, kewaspadaan standar, dan langkah-langkah pencegahan seperti kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri, dan penempatan pasien."
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) di rumah sakit, termasuk tujuan, jenis, dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaannya. Dokumen juga menjelaskan penyimpangan yang sering terjadi dalam penggunaan APD di ruangan, seperti hanya menggunakan satu sarung tangan atau menyimpan masker kotor di saku. Penggunaan APD yang tepat diperlukan untuk memut
Penerapan Kewaspadaan Standar di Fasilitas Pelayanan Kesehatan - WHO uning wikandari
Latar belakang Penerapan Kewaspadaan Standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Penerapan ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan (FPK). Kebersihan tangan merupakan komponen terpenting dari Kewaspadaan Standar dan merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam mencegah penularan patogen yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Selain kebersihan tangan, pemilihan alat pelindung diri (APD) yang akan dipakai harus didahului dengan penilaian risiko pajanan dan sejauh mana antisipasi kontak dengan patogen dalam darah dan cairan tubuh. Untuk mendukung praktik yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan saat memberikan pelayanan perawatan, semua individu (termasuk pasien dan pengunjung) harus mematuhi program pencegahan dan pengendalian infeksi di FPK. Pengendalian penyebaran patogen dari sumber yang infeksius merupakan kunci program pengendalian sumber penularan infeksi. Salah satu langkah pengendalian sumber penularan infeksi adalah kebersihan pernapasan dan etika batuk yang dikembangkan saat munculnya severe acute respiratory syndrome (SARS), kini termasuk dalam Kewaspadaan Standar. Peningkatan penerapan Kewaspadaan Standar ini di seluruh dunia akan secara signifikan menurunkan risiko yang tidak perlu dalam pelayanan kesehatan. Peningkatan lingkungan kerja yang aman sesuai dengan langkah yang dianjurkan dapat menurunkan risiko transmisi. Dibutuhkan kebijakan dan dukungan pimpinan untuk pengadaan sarana, pelatihan untuk petugas kesehatan, dan penyuluhan untuk pasien serta pengunjung. Hal tersebut penting dalam meningkatkan lingkungan kerja yang aman di tempat pelayanan kesehatan.
Dokumen tersebut membahas prinsip pencegahan infeksi, termasuk cara penularan infeksi, pengertian prinsip pencegahan infeksi, komponen proses terjadinya penyakit, dan tindakan pencegahan penyakit seperti mencuci tangan, menggunakan perlengkapan pelindung, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan untuk mencegah penularan COVID-19, termasuk jenis, tujuan, dan cara penggunaannya. APD utama yang disebutkan adalah masker, pelindung mata, pelindung wajah, sarung tangan, gaun/coverall, dan pelindung kaki. Dokumen ini juga memberikan rekomendasi alternatif penggunaan APD selama krisis, seperti memakai masker bedah di luar
Kewaspadaan isolasi merupakan bagian penting dari program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dengan tujuan memutus mata rantai infeksi. Terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan cara transmisi penyakit melalui kontak, droplet, atau udara. Kewaspadaan standar mencakup kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri, penanganan limbah, dan lingkungan bersih.
Pencegahan infeksi dalam praktik kebidananDewi260205
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan infeksi dalam praktik kebidanan, mencakup pengelolaan sampah medis, kewaspadaan baku, perlengkapan perlindungan diri, antisepsis tindakan/bedah, dan memahami infeksi nosokomial."
Dokumen tersebut membahas tentang orientasi pencegahan dan pengendalian infeksi bagi dokter internship. Tujuannya adalah memahami prinsip-prinsip PPI dan menerapkannya di fasyankes. Dokumen ini menjelaskan konsep dasar infeksi, ruang lingkup program PPI, kewaspadaan isolasi, penanganan limbah, dan prinsip-prinsip lainnya untuk mencegah penularan infeksi.
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi petugas dan pasien dari paparan darah atau cairan tubuh. Ada berbagai jenis gaun pelindung seperti gaun kedap air dan gaun steril, yang digunakan dalam kegiatan seperti membersihkan luka dan tindakan bedah.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Modul ini membahas tentang pencegahan infeksi pada persalinan dan bayi baru lahir, meliputi metode cuci tangan, persiapan persalinan dan penerimaan bayi, pencegahan infeksi infus, dan pengolahan alat dan bahan.
Dokumen tersebut membahas program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, meliputi konsep dasar infeksi, kewaspadaan standar, dan langkah-langkah pencegahan seperti kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri, dan penempatan pasien."
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) di rumah sakit, termasuk tujuan, jenis, dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaannya. Dokumen juga menjelaskan penyimpangan yang sering terjadi dalam penggunaan APD di ruangan, seperti hanya menggunakan satu sarung tangan atau menyimpan masker kotor di saku. Penggunaan APD yang tepat diperlukan untuk memut
Penerapan Kewaspadaan Standar di Fasilitas Pelayanan Kesehatan - WHO uning wikandari
Latar belakang Penerapan Kewaspadaan Standar diharapkan dapat menurunkan risiko penularan patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui. Penerapan ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin dilaksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan (FPK). Kebersihan tangan merupakan komponen terpenting dari Kewaspadaan Standar dan merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam mencegah penularan patogen yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Selain kebersihan tangan, pemilihan alat pelindung diri (APD) yang akan dipakai harus didahului dengan penilaian risiko pajanan dan sejauh mana antisipasi kontak dengan patogen dalam darah dan cairan tubuh. Untuk mendukung praktik yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan saat memberikan pelayanan perawatan, semua individu (termasuk pasien dan pengunjung) harus mematuhi program pencegahan dan pengendalian infeksi di FPK. Pengendalian penyebaran patogen dari sumber yang infeksius merupakan kunci program pengendalian sumber penularan infeksi. Salah satu langkah pengendalian sumber penularan infeksi adalah kebersihan pernapasan dan etika batuk yang dikembangkan saat munculnya severe acute respiratory syndrome (SARS), kini termasuk dalam Kewaspadaan Standar. Peningkatan penerapan Kewaspadaan Standar ini di seluruh dunia akan secara signifikan menurunkan risiko yang tidak perlu dalam pelayanan kesehatan. Peningkatan lingkungan kerja yang aman sesuai dengan langkah yang dianjurkan dapat menurunkan risiko transmisi. Dibutuhkan kebijakan dan dukungan pimpinan untuk pengadaan sarana, pelatihan untuk petugas kesehatan, dan penyuluhan untuk pasien serta pengunjung. Hal tersebut penting dalam meningkatkan lingkungan kerja yang aman di tempat pelayanan kesehatan.
Dokumen tersebut membahas prinsip pencegahan infeksi, termasuk cara penularan infeksi, pengertian prinsip pencegahan infeksi, komponen proses terjadinya penyakit, dan tindakan pencegahan penyakit seperti mencuci tangan, menggunakan perlengkapan pelindung, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Dokumen tersebut membahas tentang Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan untuk mencegah penularan COVID-19, termasuk jenis, tujuan, dan cara penggunaannya. APD utama yang disebutkan adalah masker, pelindung mata, pelindung wajah, sarung tangan, gaun/coverall, dan pelindung kaki. Dokumen ini juga memberikan rekomendasi alternatif penggunaan APD selama krisis, seperti memakai masker bedah di luar
Similar to PERSENTASI PROGRAM TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI .ppt (20)
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
3. KONSEP DASAR HAIs
Infeksi Nosokomial (Hospital Acquired Infection) adalah Penyakit
infeksi yang didapat di rumah sakit.
“HAIs” (Healthcare-Associated Infections) dengan pengertian yang
lebih luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit,
tetapi juga dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Tidak
terbatas infeksi kepada pasien namun dapat juga kepada petugas
kesehatan dan pengunjung yang tertular pada saat berada di dalam
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Jenis HAIs yang paling sering terjadi di fasyankes, terutama
rumah sakit mencakup :
1. Ventilator Asociated Pneumonia (VAP)
2. Infeksi Aliran Darah (IAD)
3. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
4. Infeksi Daerah Operasi (IDO)
5. Faktor Risiko HAIs meliputi :
1.Umur : neonatus dan orang lanjut usia lebih rentan.
2.Status imun yang rendah/terganggu (immuno-
compromised) : penderita dengan penyakit kronik,
3.Penderita tumor ganas, pengguna obat-obat
imunosupresan.
4.Petugas kurang menerapkan kewaspadaan standar
5.Pemakaian antibiotika yang tidak bijak
6. Kewaspadaan Standar :
1. Kebersihan tangan
2. Penggunaan APD
3. Dekontaminasi peralatan
perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Pengelolaan limbah
6. Penatalaksanaan linen
7. Perlindungan kesehatan
petugas
8. Penempatan Pasien
9. Etika batuk dan bersin
10.Praktek menyuntik yang aman
11.Praktek lumbal pungsi yang
aman
Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi :
1. Melalui kontak
2. Melalui droplet
3. Melalui airborn
4. Melalui common vehicle (makanan,
air, obat, peralatan)
5. Melalui vector (lalat, nyamuk, tikus)
7. Kapan harus cuci tangan :
1. Sebelum kontak pasien
2. Sebelum tindakan aseptik
3. Setelah kontak darah dan
cairan tubuh
4. Setelah kontak pasien
5. Setelah kontak dengan
lingkungan sekitar
Cuci tangan dengan sabun dilakukan
pada saat :
1. Bila tangan tampak kotor, terkena
kontak cairan tubuh pasien yaitu
darah, cairan tubuh sekresi,
ekskresi, kulit yang tidak utuh,
ganti verband, walaupun telah
memakai sarung tangan.
2. Bila tangan beralih dari area
tubuh yang terkontaminasi ke
area lainnya yang bersih,
walaupun pada pasien yang
sama.
Kewaspadaan Standar
Cuci Tangan
8.
9. Alat Pelindung Diri (APD)
1. APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat, pelindung
mata (goggle), perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun
pelindung/apron, sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot).
2. Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran mukosa
dari resiko pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak
utuh dan selaput lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
3. Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang
memungkinkan tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik
darah atau cairan tubuh atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari
petugas.
4. Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di lakukan.
5. Tidak dibenarkan menggantung masker di leher, memakai sarung tangan
sambil menulis dan menyentuh permukaan lingkungan.
10. Sarung Tangan
Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu:
1. Sarung tangan bedah (steril), dipakai
sewaktu melakukan tindakan invasif
atau pembedahan.
2. Sarung tangan pemeriksaan (bersih),
dipakai untuk melindungi petugas
pemberi pelayanan kesehatan
sewaktu melakukan pemeriksaan
atau pekerjaan rutin
3. Sarung tangan rumah tangga, dipakai
sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan-bahan
terkontaminasi, dan sewaktu
membersihkan permukaan yang
terkontaminasi.
11. Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan
membran mukosa mulut dari cipratan darah dan
cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan
udara yang kotor dan melindungi pasien atau
permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat
batuk atau bersin
Terdapat tiga jenis masker, yaitu:
1. Masker bedah, untuk tindakan bedah atau
mencegah penularan melalui droplet.
2. Masker respiratorik, untuk mencegah penularan
melalui airborne. Respirator partikulat untuk
pelayanan kesehatan N95 atau FFP2 (health care
particular respirator), merupakan masker khusus
dengan efisiensi tinggi untuk melindungi
seseorang dari partikel berukuran <5 mikron yang
dibawa melalui udara.
3. Masker rumah tangga, digunakan di bagian gizi
atau dapur.
12. Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan
paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau
melindungi pasien dari paparan pakaian petugas pada tindakan steril seperti:
1. Membersihkan luka
2. Tindakan drainase
3. Menuangkan cairan terkontaminasi kedalam lubang pembuangan atau
WC/toilet
4. Menangani pasien perdarahan masif
5. Tindakan bedah
6. Perawatan gigi
Jenis-jenis gaun pelindung:
1. Gaun pelindung tidak kedap air
2. Gaun pelindung kedap air
3. Gaun steril
4. Gaun non steril
13. Goggle dan Perisai Wajah
Tujuan pemakaian Goggle dan perisai wajah : Melindungi mata dan wajah dari
percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.
Indikasi :
Pada saat tindakan operasi, pertolongan persalinan dan tindakan persalinan,
tindakan perawatan gigi dan mulut, pencampuran B3 cair, pemulasaraan jenazah,
penanganan linen terkontaminasi di laundry, di ruang dekontaminasi CSSD.
Sepatu Pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindung kaki petugas dari
tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan
tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan, sepatu tidak boleh berlubang
agar berfungsi optimal.
Indikasi pemakaian sepatu pelindung :
1. Penanganan pemulasaraan jenazah
2. Penanganan limbah
3. Tindakan operasi
4. Pertolongan dan Tindakan persalinan
5. Penanganan linen
6. Pencucian peralatan di ruang gizi
7. Ruang dekontaminasi CSSD
14. Topi Pelindung
Tujuan pemakaian topi pelindung adalah
untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan
kulit kepala petugas terhadap alat-
alat/daerah steril atau membran mukosa
pasien dan juga sebaliknya untuk
melindungi kepala/rambut petugas dari
percikan darah atau cairan tubuh dari
pasien.
Indikasi pemakaian topi pelindung :
1. Tindakan operasi
2. Pertolongan dan tindakan persalinan
3. Tindakan insersi CVL
4. Intubasi Trachea
5. Penghisapan lendir massive
6. Pembersihan peralatan kesehatan
Pelepasan APD
Langkah-langkah melepaskan APD
adalah sebagai berikut :
1. Lepaskan sepasang sarung tangan
2. Lakukan kebersihan tangan
3. Lepaskan apron
4. Lepaskan perisai wajah (goggle)
5. Lepaskan gaun bagian luar
6. Lepaskan penutup kepala
7. Lepaskan masker
8. Lepaskan pelindung kaki
9. Lakukan kebersihan tangan
Ingatlah bahwa bagian luar APD
telah terkontaminasi
15. 1. Kritikal (masuk ke
pembuluh darah)
2. Semikritikal (masuk ke
mukosa)
3. Non-kritikal (kontak kulit)
Dekontaminasi Peralatan
Perawatan Pasien
16. Pengendalian Lingkungan
1. Kualitas Udara
Tidak dianjurkan melakukan fogging dan sinar ultraviolet untuk kebersihan udara,
kecuali dry mist dengan H2O2 dan penggunaan sinar UV untuk terminal
dekontaminasi ruangan pasien dengan infeksi yang ditransmisikan melalui air
borne.
2. Kualitas air
Seluruh persyaratan kualitas air bersih harus dipenuhi baik menyangkut bau,
rasa, warna dan susunan kimianya termasuk debitnya sesuai ketentuan peraturan
perundangan mengenai syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum dan
mengenai persyaratan kualitas air minum.
3. Permukaan lingkungan
Seluruh pemukaan lingkungan datar, bebas debu, bebas sampah, bebas
serangga (semut, kecoa, lalat, nyamuk) dan binatang pengganggu (kucing, anjing
dan tikus) dan harus dibersihkan secara terus menerus.
Perbersihan permukaan dapat dipakai klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-1,4%, bila
ada cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%. alcohol 70 % digunakan untuk area
sempit
17. Pengelolaan Limbah
Proses pengelolaan limbah dimulai dari :
1. Identifikasi
2. Pemisahan
3. Labeling
4. Pengangkutan
5. penyimpanan hingga
6. pembuangan/pemusnahan.
Identifikasi jenis limbah :
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan gas
Sedangkan kategori limbah medis padat terdiri dari :
Benda tajam, limbah infeksius, limbah patologi, limbah sitotoksik, limbah
tabung bertekanan, limbah genotoksik, limbah farmasi, limbah dengan
kandungan logam berat, limbah kimia, dan limbah radioaktif.
18. Lanjutan
Pengelolaan Limbah
1. Limbah infeksius : Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh
masukkan kedalam kantong plastik berwarna kuning.
Contoh: sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan, organ, bagian
dari tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk darah yang terdiri dari serum,
plasma, trombosit dan lain-lain), diapers dianggap limbah infeksius bila
bekas pakai pasien infeksi saluran cerna, menstruasi dan pasien dengan
infeksi yang di transmisikan lewat darah atau cairan tubuh lainnya.
2. Limbah non-infeksius : Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan
cairan tubuh, masukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam.
Contoh: sampah rumah tangga, sisa makanan, sampah kantor.
3. Limbah benda tajam : Limbah yang memiliki permukaan tajam, masukkan
kedalam wadah tahan tusuk dan air. Contoh: jarum, spuit, ujung infus,
benda yang berpermukaan tajam.
4. Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair
(spoelhoek).
19. Penanganan limbah benda tajam/pecahan kaca :
1. Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam.
2. Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat.
3. Segera buang limbah benda tajam ke wadah yang tersedia tahan tusuk
dan tahan air dan tidak bisa dibuka lagi.
4. Selalu buang sendiri oleh si pemakai.
5. Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai (recapping).
6. Bila menangani limbah pecahan kaca gunakan sarung tangan rumah
tangga.
Lanjutan
Pengelolaan Limbah
20. Penatalaksanaan Linen
1. Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan
tubuh, pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh
perawat atau petugas.
2. Linen kotor dimasukan kedalam kantong hitam, Linen yang
terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya harus dibungkus,
dimasukkan kantong kuning
3. Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke washer bedpan,
spoelhoek atau toilet dan segera tempatkan linen terkontaminasi ke
dalam kantong kuning/infeksius. Pengangkutan dengan troli yang
terpisah, untuk linen kotor atau terkontaminasi dimasukkan ke dalam
kantong kuning. Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama
transportasi.Kantong tidak perlu ganda.
21. Perlindungan Kesehatan
Petugas
Tatalaksana pajanan :
1. Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir dan sabun/cairan
antiseptik sampai bersih
2. Bila darah/cairan tubuh mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau
tusukan, cuci dengan sabun dan air mengalir
3. Bila darah/cairan tubuh mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur
dengan air beberapa kali.
4. Bila terpecik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi),
dengan posisi kepala miring kearah mata yang terpercik.
5. Bila darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan
air.
6. Bagian tubuh yang tertusuk tidak boleh ditekan dan dihisap dengan
mulut.
7. Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan kepada yang berwenang yaitu
atasan langsung dan Komite PPI atau K3.
23. Penempatan Pasien
1. Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
2. Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi
penyakit pasien (kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan
tersendiri.
3. Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat bersama
pasien lain yang jenis infeksinya sama dengan menerapkan sistem
cohorting. Jarak antara tempat tidur minimal 1 meter. Untuk
menentukan pasien yang dapat disatukan dalam satu ruangan,
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Komite atau Tim PPI.
4. Semua ruangan terkait cohorting harus diberi tanda kewaspadaan
berdasarkan jenis transmisinya (kontak,droplet, airborne).
5. Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara
(airborne) agar dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan
untuk menghindari terjadinya transmisi penyakit yang tidak perlu
kepada yang lain.
6. Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien TB
dalam satu ruangan tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan
sesama pasien TB.
24. Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk
Dan Bersin
Diterapkan untuk semua orang terutama pada kasus infeksi dengan jenis transmisi
airborne dan droplet.
Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas, harus
melaksanakan dan mematuhi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan atas.
2. Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan.
25. Praktik Menyuntik Yang Aman
Rekomendasi penyuntikan yang aman :
1. Menerapkan aseptic technique untuk mecegah
kontaminasi alat-alat injeksi
2. Semua alat suntik yang dipergunakan harus
satu kali pakai untuk satu pasien dan satu
prosedur
3. Gunakan cairan pelarut/flushing hanya untuk
satu kali (NaCl, WFI, dll)
4. Gunakan single dose untuk obat injeksi (bila
memungkinkan)
5. Tidak memberikan obat-obat single dose
kepada lebih dari satu pasien atau mencampur
obat-obat sisa dari vial/ampul untuk pemberian
berikutnya
6. Bila harus menggunakan obat-obat multi dose,
semua alat yang akan dipergunakan harus steril
7. Simpan obat-obat multi dose sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik yang membuat
8. Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih
dari 1 pasien
26. Praktik Lumbal Pungsi Yang Aman
Semua petugas harus memakai masker bedah, gaun bersih, sarung
tangan steril saat akan melakukan tindakan lumbal pungsi, anestesi
spinal/epidural/pasang kateter vena sentral.
Penggunaan masker bedah pada petugas dibutuhkan agar tidak terjadi
droplet flora orofaring yang dapat menimbulkan meningitis bakterial.