Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Teks tersebut membahas tentang penilaian risiko lingkungan untuk merehabilitasi atau menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) secara permanen menggunakan pendekatan berbasis risiko terpadu (IRBA). IRBA mempertimbangkan aspek teknis, lingkungan, dan sosial untuk menghitung indeks risiko TPA berdasarkan parameter lokasi, karakteristik sampah, dan karakteristik lindi. Indeks risiko digunakan untuk mengklasifikas
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
Dokumen tersebut membahas kriteria teknis dan non-teknis yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Kriteria teknisnya meliputi jarak minimum IPAL dari pemukiman, topografi lahan, kualitas badan air penerima, tingkat bahaya banjir, dan jenis tanah. Sedangkan kriteria non-teknisnya adalah legalitas lahan, batas administrasi, dan tata guna lahan. Dokumen ini bertuju
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...Joy Irman
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan sistem pengelolaan air limbah (SPAL), mencakup jenis perencanaan SPAL seperti rencana induk, studi kelayakan, dan perencanaan teknis. Dokumen ini juga menjelaskan muatan dan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ketiga jenis perencanaan tersebut.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Pelatihan Pengantar Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (terdiri dari beberapa modul dan sub-modul, yaitu Modul (1) Kamus, Istilah dan Definisi, (2) Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T), (3) Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S), (4) Kebijakan dan Strategi SPAL, (5) Perencanaan SPAL, (6) Pelaksanaan Konstruksi SPAL, (7) Operasi dan Pemeliharaan SPAL, (8) Kelembagaan, Administrasi dan Pembiayaan, (9) Peran Masyarakat dan Badan Usaha Swasta, (10) Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Penyelenggaraan SPAL, (11) Wewenang dan Tanggung Jawab Penyelenggaraan SPAL, dan (12) Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan SPAL. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...Joy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Anaerobic Bafle Reactor - Per...Joy Irman
1. Anaerobic Baffle Reactor (ABR) adalah teknologi tangki septik yang dimodifikasi dengan menambah kompartemen untuk meningkatkan waktu kontak antara limbah dengan biomassa.
2. ABR mampu menurunkan COD hingga 70% tanpa energi tetapi menghasilkan metana, dan dapat dibangun di bawah tanah dengan biaya rendah.
3. Beberapa kriteria perencanaan ABR adalah waktu retensi 2-5 jam,
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan SampahJoy Irman
Persyaratan teknis pemilahan dan pewadahan sampah rumah tangga mencakup pemilahan minimal 5 jenis sampah, penggunaan sarana pewadahan berdasarkan jenis sampah, dan perencanaan volume serta penempatan sarana pewadahan sesuai jumlah sampah dan akses pengangkutan.
Sistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air LimbahJoy Irman
Dokumen tersebut merupakan bagian keempat dari empat bagian yang membahas sistematika dokumen rencana induk air limbah. Dokumen ini menjelaskan rincian bab demi bab yang akan ada dalam rencana induk air limbah mulai dari pendahuluan, visi dan misi, analisis kondisi daerah, arah pengembangan sarana prasarana, hingga program-program pengembangan.
Pemilihan Lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
Dokumen tersebut membahas kriteria teknis dan non-teknis yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Kriteria teknisnya meliputi jarak minimum IPAL dari pemukiman, topografi lahan, kualitas badan air penerima, tingkat bahaya banjir, dan jenis tanah. Sedangkan kriteria non-teknisnya adalah legalitas lahan, batas administrasi, dan tata guna lahan. Dokumen ini bertuju
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Perencanaan SPAL (Renc...Joy Irman
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan sistem pengelolaan air limbah (SPAL), mencakup jenis perencanaan SPAL seperti rencana induk, studi kelayakan, dan perencanaan teknis. Dokumen ini juga menjelaskan muatan dan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam penyusunan ketiga jenis perencanaan tersebut.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) - Sistem Setempat (SPAL-...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Pelatihan Pengantar Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (terdiri dari beberapa modul dan sub-modul, yaitu Modul (1) Kamus, Istilah dan Definisi, (2) Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T), (3) Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S), (4) Kebijakan dan Strategi SPAL, (5) Perencanaan SPAL, (6) Pelaksanaan Konstruksi SPAL, (7) Operasi dan Pemeliharaan SPAL, (8) Kelembagaan, Administrasi dan Pembiayaan, (9) Peran Masyarakat dan Badan Usaha Swasta, (10) Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Penyelenggaraan SPAL, (11) Wewenang dan Tanggung Jawab Penyelenggaraan SPAL, dan (12) Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan SPAL. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) - Operasional, Pemeliharaan dan Peng...Joy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Anaerobic Bafle Reactor - Per...Joy Irman
1. Anaerobic Baffle Reactor (ABR) adalah teknologi tangki septik yang dimodifikasi dengan menambah kompartemen untuk meningkatkan waktu kontak antara limbah dengan biomassa.
2. ABR mampu menurunkan COD hingga 70% tanpa energi tetapi menghasilkan metana, dan dapat dibangun di bawah tanah dengan biaya rendah.
3. Beberapa kriteria perencanaan ABR adalah waktu retensi 2-5 jam,
Perencanaan Teknis Bangunan Pengolahan Air Limbah secara GabunganJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Persyaratan Teknis Pemilahan dan Pewadahan SampahJoy Irman
Persyaratan teknis pemilahan dan pewadahan sampah rumah tangga mencakup pemilahan minimal 5 jenis sampah, penggunaan sarana pewadahan berdasarkan jenis sampah, dan perencanaan volume serta penempatan sarana pewadahan sesuai jumlah sampah dan akses pengangkutan.
Sistematika Dokumen Rencana Induk (Master Plan) Air LimbahJoy Irman
Dokumen tersebut merupakan bagian keempat dari empat bagian yang membahas sistematika dokumen rencana induk air limbah. Dokumen ini menjelaskan rincian bab demi bab yang akan ada dalam rencana induk air limbah mulai dari pendahuluan, visi dan misi, analisis kondisi daerah, arah pengembangan sarana prasarana, hingga program-program pengembangan.
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...Joy Irman
Dokumen tersebut membahas aspek-aspek pengelolaan sampah secara sistematis, meliputi aspek kelembagaan, pembiayaan, peraturan, dan peran masyarakat. Dokumen ini menjelaskan kondisi saat ini serta kondisi yang diharapkan pada masing-masing aspek untuk meningkatkan pengelolaan sampah secara berkelanjutan.
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Penataan Ruang
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga - Lampiran 3
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...Joy Irman
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman ini bertujuan untuk memberikan pedoman dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman secara terpadu, efisien, dan efektif guna mendukung pencapaian sasaran nasional pengelolaan air limbah permukiman."
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...Joy Irman
Dokumen tersebut membahas langkah-langkah perencanaan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang meliputi survei lokasi, penentuan daerah pelayanan, lokasi, dan kapasitas IPLT. Dokumen tersebut juga menjelaskan komponen-komponen utama IPLT seperti unit pengumpul, penyaringan, stabilisasi, pemekatan, pengolahan cairan, dan pengeringan lumpur.
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman menjelaskan aspek-aspek peraturan dan perundangan yang mendasari, strategi dan kebijakan pengelolaan air llimbah permukiman, berbagai opsi teknologi penanganan air limbah. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)Joy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Detail instalasi pengolahan air limbah sistem setempat (on site sanitation) s...Sahno Hilhami
Dokumen tersebut membahas berbagai sistem pengolahan air limbah rumah tangga secara on site, antara lain tangki septik, biofilter, wetland, kolam stabilisasi, komposting, dan beerput. Dokumen ini juga menjelaskan persyaratan dan keuntungan masing-masing sistem pengolahan limbah cair on site.
Sistem pengelolaan air limbah memiliki dua pilihan utama, yaitu sistem setempat (on-site) dan sistem terpusat (off-site). Sistem setempat mengolah air limbah di dalam atau dekat lokasi sumbernya menggunakan fasilitas seperti septik tank. Sistem terpusat mengalirkan seluruh air limbah ke fasilitas pengolahan terpusat melalui jaringan pipa. Pemilihan sistem ditentukan berdasarkan faktor seperti kepadatan pendu
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi SanitasiJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Penataan Ruang
Peraturan ini mengatur tentang pedoman pembinaan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Pembinaan meliputi koordinasi, pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, dan pengawasan terhadap penyelenggara pengembangan sistem penyediaan air minum agar dapat meningkatkan kinerjanya.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Biaya Investasi Sistem Pengeloaan Air Limbah - Instalasi Pengolahan Lumpur TinjaJoy Irman
Dokumen tersebut membahas perhitungan biaya investasi untuk pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di beberapa kota di Indonesia. Biaya investasi IPLT terdiri dari biaya engineering, pembebasan lahan, konstruksi, dan pengadaan truk pengangkut lumpur tinja. Dokumen ini juga menjelaskan perkiraan persentase dari masing-masing komponen biaya terhadap total biaya investasi IPLT.
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan PemekatanJoy Irman
Dokumen tersebut membahas tentang instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang meliputi beberapa unit pengolahan seperti tangki imhoff, clarifier, kolam pemisahan lumpur, dan bak pengeringan. Dokumen ini juga menjelaskan prinsip kerja, kriteria desain, dan contoh gambar setiap unit pengolahan lumpur tinja.
Tujuan, Pendekatan, dan Prinsip SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)Joy Irman
Dokumen ini membahas pendekatan dan prinsip sanitasi berbasis masyarakat yang disebut Sanimas, yang mencakup 5 pendekatan dan 4 prinsip dasar sanitasi, serta 4 prinsip penyelenggaraan sanitasi berbasis masyarakat.
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Pelatihan Pengantar Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (terdiri dari beberapa modul dan sub-modul, yaitu Modul (1) Kamus, Istilah dan Definisi, (2) Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T), (3) Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S), (4) Kebijakan dan Strategi SPAL, (5) Perencanaan SPAL, (6) Pelaksanaan Konstruksi SPAL, (7) Operasi dan Pemeliharaan SPAL, (8) Kelembagaan, Administrasi dan Pembiayaan, (9) Peran Masyarakat dan Badan Usaha Swasta, (10) Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Penyelenggaraan SPAL, (11) Wewenang dan Tanggung Jawab Penyelenggaraan SPAL, dan (12) Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan SPAL. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Aspek Kelembagaan, Pembiayaan, Peraturan, dan Peran Masyarakat dalam Pengelol...Joy Irman
Dokumen tersebut membahas aspek-aspek pengelolaan sampah secara sistematis, meliputi aspek kelembagaan, pembiayaan, peraturan, dan peran masyarakat. Dokumen ini menjelaskan kondisi saat ini serta kondisi yang diharapkan pada masing-masing aspek untuk meningkatkan pengelolaan sampah secara berkelanjutan.
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Per...Penataan Ruang
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga - Lampiran 3
Peraturan Menteri PU No. 16 Tahun 2008 tentang Sistem Pengelolaan Air Limbah ...Joy Irman
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman ini bertujuan untuk memberikan pedoman dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman secara terpadu, efisien, dan efektif guna mendukung pencapaian sasaran nasional pengelolaan air limbah permukiman."
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Perencanaan Instalasi Pengola...Joy Irman
Dokumen tersebut membahas langkah-langkah perencanaan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang meliputi survei lokasi, penentuan daerah pelayanan, lokasi, dan kapasitas IPLT. Dokumen tersebut juga menjelaskan komponen-komponen utama IPLT seperti unit pengumpul, penyaringan, stabilisasi, pemekatan, pengolahan cairan, dan pengeringan lumpur.
Pola Penanganan Air Limbah Permukiman menjelaskan aspek-aspek peraturan dan perundangan yang mendasari, strategi dan kebijakan pengelolaan air llimbah permukiman, berbagai opsi teknologi penanganan air limbah. Disajikan oleh Direktorat PPLP, Cipta Karya, Kementrian PU.
Instalasi Pengolahan Lumpur TInja (IPLT) - Tahap Pra Konstruksi (Persiapan)Joy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Detail instalasi pengolahan air limbah sistem setempat (on site sanitation) s...Sahno Hilhami
Dokumen tersebut membahas berbagai sistem pengolahan air limbah rumah tangga secara on site, antara lain tangki septik, biofilter, wetland, kolam stabilisasi, komposting, dan beerput. Dokumen ini juga menjelaskan persyaratan dan keuntungan masing-masing sistem pengolahan limbah cair on site.
Sistem pengelolaan air limbah memiliki dua pilihan utama, yaitu sistem setempat (on-site) dan sistem terpusat (off-site). Sistem setempat mengolah air limbah di dalam atau dekat lokasi sumbernya menggunakan fasilitas seperti septik tank. Sistem terpusat mengalirkan seluruh air limbah ke fasilitas pengolahan terpusat melalui jaringan pipa. Pemilihan sistem ditentukan berdasarkan faktor seperti kepadatan pendu
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat - Opsi Teknologi SanitasiJoy Irman
Pelatihan Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL-S atau on-site) terdiri dari beberpa modaul, yaitu Modul (A) Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL-S atau on-site), (B) Cubluk Kembar, (C) Tangki Septik dengan Bidang Resapan), (D) Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, (E) Biofilter, (F) Upflow Aerobic Filter, (G) Rotating Biological Contactactor atau RBC, (H) Anaerobic Bafle Reactor, (I) Sarana Pengangkut Tinja, dan (J) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Masing-masing Modul tersebut terdiri lagi dari beberapa sub-modul yang menjelaskan mengenai aspek-aspek (1) Perencanaan Teknis, (2) Pelaksanaan Konstruksi, (3) Operasional, Pemeliharaan dan Rehabilitasi, (4) Kelembagaan, Administrasi dan Keuangan, (5) Pemantauan dan Evaluasi. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Permen PU Nomor 18 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pen...Penataan Ruang
Peraturan ini mengatur tentang pedoman pembinaan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Pembinaan meliputi koordinasi, pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, dan pengawasan terhadap penyelenggara pengembangan sistem penyediaan air minum agar dapat meningkatkan kinerjanya.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Sistem Pengelolaan Ter...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Biaya Investasi Sistem Pengeloaan Air Limbah - Instalasi Pengolahan Lumpur TinjaJoy Irman
Dokumen tersebut membahas perhitungan biaya investasi untuk pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di beberapa kota di Indonesia. Biaya investasi IPLT terdiri dari biaya engineering, pembebasan lahan, konstruksi, dan pengadaan truk pengangkut lumpur tinja. Dokumen ini juga menjelaskan perkiraan persentase dari masing-masing komponen biaya terhadap total biaya investasi IPLT.
Perencanaan Teknis IPLT - Unit Pengolahan PemekatanJoy Irman
Dokumen tersebut membahas tentang instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang meliputi beberapa unit pengolahan seperti tangki imhoff, clarifier, kolam pemisahan lumpur, dan bak pengeringan. Dokumen ini juga menjelaskan prinsip kerja, kriteria desain, dan contoh gambar setiap unit pengolahan lumpur tinja.
Tujuan, Pendekatan, dan Prinsip SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)Joy Irman
Dokumen ini membahas pendekatan dan prinsip sanitasi berbasis masyarakat yang disebut Sanimas, yang mencakup 5 pendekatan dan 4 prinsip dasar sanitasi, serta 4 prinsip penyelenggaraan sanitasi berbasis masyarakat.
Pemilihan Teknologi dan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk IPAL Kawasan/KotaJoy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Operasi, Pemeliharaan,...Joy Irman
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (SPAL) terdiri atas Sistem Terpusat atau Off-site System dan Sistem Setempat atau On-Site System. Sistem setempat diantaranya adalah Cubluk Kembar, Tangki Septik dengan Bidang Resapan), Mandi-Cuci-Kakus atau MCK, Biofilter, Upflow Aerobic Filter, Rotating Biological Contactactor atau RBC, Anaerobic Bafle Reactor, Sarana Pengangkut Tinja, dan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Pelatihan Pengantar Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem (terdiri dari beberapa modul dan sub-modul, yaitu Modul (1) Kamus, Istilah dan Definisi, (2) Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T), (3) Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (SPAL-S), (4) Kebijakan dan Strategi SPAL, (5) Perencanaan SPAL, (6) Pelaksanaan Konstruksi SPAL, (7) Operasi dan Pemeliharaan SPAL, (8) Kelembagaan, Administrasi dan Pembiayaan, (9) Peran Masyarakat dan Badan Usaha Swasta, (10) Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Penyelenggaraan SPAL, (11) Wewenang dan Tanggung Jawab Penyelenggaraan SPAL, dan (12) Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan SPAL. Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Similar to Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Tahap pra-konstruksi dan konstruksi pemasangan pipa gas berpotensi menimbulkan beberapa dampak lingkungan seperti keresahan masyarakat, penurunan kualitas udara dan air, peningkatan kebisingan, gangguan lalu lintas, serta limbah B3 berupa oli bekas. Dampak-dampak tersebut perlu diantisipasi dan dikelola agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
Penetapan Area (Permukiman) Beresiko Sanitasiinfosanitasi
Dokumen ini membahas penetapan area berisiko sanitasi di suatu kota/kabupaten. Terdapat beberapa langkah yang dilakukan yaitu mengumpulkan data sekunder dan primer, menganalisis data, menentukan skor berdasarkan indikator, dan akhirnya menetapkan area berisiko sanitasi tinggi berdasarkan hasil analisis tersebut. Area berisiko akan ditunjukkan dalam peta untuk memudahkan perencanaan penanganan masalah sanitasi di masa
Dokumen tersebut membahas tentang sampah dan pengelolaannya. Ada tiga jenis sampah utama yaitu sampah perkotaan, industri, dan bahan berbahaya. Dokumen juga menjelaskan teknik pengolahan sampah seperti reduksi volume, insinerasi, daur ulang, serta pembuangan akhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Week 04 pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kesehatansunarto bin sudi
Dokumen tersebut membahas tentang pencemaran lingkungan dan upaya penanggulangannya. Beberapa poin kunci meliputi definisi pencemaran lingkungan, jenis-jenis pencemaran (udara, air, tanah), sumber dan dampak pencemaran, serta langkah-langkah penanggulangan seperti modifikasi proses industri dan penerapan standar emisi.
Dokumen tersebut membahas tentang tata cara pemilihan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. TPA merupakan tempat terakhir pengelolaan sampah yang melakukan proses akhir pengembalian sampah ke lingkungan secara aman. Lokasi TPA ideal harus memenuhi kriteria geologi, hidrogeologi, hidrologi, dan tidak membahayakan sumber air serta jauh dari pemukiman. Dokumen ini juga menjelaskan parameter yang mempeng
Dokumen tersebut membahas rekomendasi desain dan lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sanitary landfill di Kabupaten Kota. Beberapa pertimbangan yang dijelaskan mencakup aksesibilitas, curah hujan, geologi, hidrologi, serta persepsi sosial ekonomi masyarakat setempat. Dilakukan pula analisis kelayakan lokasi berdasarkan aspek teknis, lingkungan, dan sosial untuk memastikan kesesuaian lokasi.
Dokumen tersebut membahas mengenai estimasi emisi gas rumah kaca akibat pengelolaan limbah padat, khususnya di tempat pembuangan akhir (TPA). Metode yang digunakan adalah metode first order decay (FOD) sesuai pedoman IPCC 2006, yang mempertimbangkan komposisi limbah, laju dekomposisi, dan faktor lain untuk memperkirakan tingkat emisi metana."
Persyaratan Teknis Penyediaan TPA Sampah Joy Irman
Persyaratan Teknis Pengoperasian, Penutupan dan Rehabilitasi TPA Sampah dalam rangka Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga
Land application atau aplikasi lahan adalah pemanfaatan limbah cair dari industri kelapa sawit untuk digunakan sebagai pupuk tanaman kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit. Limbah cair mengandung unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman.
Dipresentasikan dalam acara Webinar Nasional “Kajian Kubah Gambut dan Penerapan Metode Paludikultur dalam Rehabilitasi dan Restorasi Lahan Gambut”, 22 Desember 2020.
Buku Putih Sanitasi - 3-2 Pemetaan Sanitasiinfosanitasi
Buku Putih Sanitasi - 3-2 Pemetaan Sanitasi merupakan salah satu modul pelatihan PPSP yang diberikan kepada para fasilitator dan pokja sanitasi (di tingkat kabupaten/kota dan provinsi).
Similar to Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (20)
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancang...Penataan Ruang
Peraturan Menteri ini mengatur tentang pelimpahan kewenangan Menteri Pekerjaan Umum kepada gubernur dalam pemberian persetujuan substansi rancangan perda tentang rencana rinci tata ruang kabupaten/kota. Pelimpahan kewenangan ini dilakukan setelah provinsi memenuhi kriteria seperti telah memiliki perda RTRW provinsi dan kabupaten/kota, memiliki unit organisasi penataan ruang, dan memiliki sumber daya manusia yang komp
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran XII - Sistematika Penyajian Album Peta
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut merangkum proses penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kabupaten/kota yang meliputi persiapan, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis, perumusan konsepsi, dan penyusunan naskah akademis serta peraturan daerah. Proses tersebut melibatkan berbagai pihak dan dilaksanakan selama kurang lebih 12 bulan.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen ini menjelaskan sistematika penyajian laporan akhir Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi (RDTR dan PZ). Untuk RDTR terdiri dari 8 bab yang membahas tujuan penataan, rencana pola ruang, jaringan prasarana, prioritas penanganan, ketentuan pemanfaatan ruang, dan peraturan zonasi. Sedangkan untuk PZ terdiri dari 5 bab yang membahas ketentuan umum, text zonasi, peta zonasi, dan perubahan peratur
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut membahas tentang keterkaitan substansi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang mencakup tujuan, struktur ruang, dan jaringan prasarana seperti transportasi, energi, telekomunikasi, air minum, dan sumber daya air."
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran VIII - Rincian Perumusan Substansi RDTR dan Peraturan Zonasi
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran VII - Rincian Analisis dalam Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran VI - Contoh Perhitungan Untuk Menentukan Tata Bangunan
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut menjelaskan cara menghitung intensitas pemanfaatan ruang dengan menentukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan tinggi bangunan. KDB dihitung berdasarkan luas bangunan dan luas lahan, sedangkan tinggi bangunan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jalur penerbangan, kebakaran, ekonomi, pencahayaan, dan gempa. Dokumen ini memberikan contoh perhitungan KDB dan menjelaskan berbagai pert
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut berisi contoh teks zonasi untuk zona perumahan dengan subzona kepadatan sangat tinggi. Teks zonasi ini mengatur ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, intensitas pemanfaatan ruang, tata bangunan, prasarana dan sarana minimum, pelaksanaan, perubahan peraturan zonasi, dan ketentuan khusus untuk wilayah rawan bencana gempa.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Lampiran IV-A - Contoh Matriks Penulisan Ketentuan Kegiatan dan Pemanfaatan Ruang Zonasi
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen ini menampilkan ilustrasi peta rencana jaringan prasarana di BWP yang terdiri dari 6 lampiran yang menunjukkan skema jaringan prasarana dasar wilayah perkotaan.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
Dokumen tersebut membahas kriteria pengklasifikasian zona dan subzona kawasan lindung serta kawasan budi daya. Terdapat empat kriteria utama pengklasifikasian yaitu definisi, tujuan penetapan, kriteria kinerja, dan kriteria perencanaan untuk masing-masing zona.
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota - Batang Tubuh RDTR
Permen PU Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruan...Penataan Ruang
Pedoman ini mengatur penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka non hijau (RTNH) di kawasan perkotaan. Dokumen ini menjelaskan definisi, fungsi, manfaat, tipologi, standar luas penyediaan, dan pengaturan material RTNH pada berbagai skala lingkungan perkotaan. Pedoman ini bertujuan menjamin ketersediaan dan keberlanjutan RTNH bagi kepentingan masyarakat perkotaan.
Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) Departemen P...Penataan Ruang
Peraturan ini mengatur tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) di Departemen Pekerjaan Umum. SMM bertujuan untuk menjamin kualitas pelaksanaan proyek infrastruktur dengan prinsip efisiensi dan efektivitas serta peningkatan kualitas berkelanjutan. Peraturan ini menjelaskan tentang ruang lingkup, pengelolaan, tugas dan tanggung jawab terkait penerapan SMM di seluruh unit kerja Departemen Pekerjaan Um
Permen PU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Rekayasa Sosial Pembangunan Bend...Penataan Ruang
(1) Peraturan Menteri ini menetapkan pedoman rekayasa sosial pembangunan bendungan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan mengurangi permasalahan sosial selama proses pembangunan bendungan.
(2) Pedoman ini memberikan panduan bagi pelaksana untuk memahami dan menangani masalah sosial yang muncul selama prakonstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi bendungan.
(3) Peraturan ini mulai berlaku se
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...Penataan Ruang
Pedoman ini mengatur tata cara pembangunan pos duga air tipe konsol di sungai atau saluran terbuka dengan menetapkan ketentuan lokasi, persyaratan teknis, dan tahapan pembangunan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data muka air yang berkualitas guna perencanaan sumber daya air.
Permen PU Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pembangunan Pos Duga A...
Permen PU Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
1. 1
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR
TENTANG
PENYELENGGARAAN PRASARANA
DAN SARANA PERSAMPAHAN DALAM
PENANGANAN SAMPAH RUMAH
TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS
SAMPAH RUMAH TANGGA
INDEKS RISIKO PENUTUPAN/REHABILITASI
TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH
1. Ketentuan Teknis
Sebelum mengambil keputusan melakukan rehabilitasi TPA atau penutupan
TPA permanen, perlu dilakukan evaluasi kualitas lingkungan melalui
penilaian indeks risiko lingkungan atau Integrated Risk Based Approach
(IRBA). IRBA adalah metoda pengambilan keputusan dalam melakukan
penutupan atau rehabilitasi penimbunan sampah terbuka melalui penilaian
risiko lingkungan.
Dalam IRBA aspek yang dikaji meliputi aspek teknis, dampak lingkungan
dan aspek sosial terutama dampak terhadap masyarakat. Parameter yang
dipertimbangkan dalam analisis IRBA dikatagorikan atas 3 katagori yaitu
kriteria lokasi (20 parameter), karakteristik sampah (4 parameter) dan
karakteristik lindi (3 parameter). Parameter diberikan bobot dan indeks
sensivitas.
Perangkat penilaian indeks risiko dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1 Perangkat Penilaian Indeks Risiko Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
No Parameter
Bobot Indeks sensivitas
0.0-0,25 0,25-0,5 0,5-0,75 0,75-1,0
I -Kriteria Tempat Pemrosesan Akhir
1 Jarak terhadap
sumber air terdekat
69 >5000 2500-5000 1000-2500 <1000
2 Kedalaman pengisian
sampah (m)
64 3 3-10 10-20 >20
3 Luas TPA (Ha) 61 <5 5-10 10-20 >20
4 Kedalaman air tanah
(m)
54 >20 10-20 3-10 <3
2. 2
No Parameter
Bobot Indeks sensivitas
0.0-0,25 0,25-0,5 0,5-0,75 0,75-1,0
5 Permeabilitas tanah
(1 x 10 -6 cm/detik
54 <0,1 1-0,1 1-10 >10
6 Kualitas air tanah 50 Tidak
menjadi
perhatian
Air dapat
diminum
Dapat
diminum
jika tidak
ada
alternatif
Tidak
dapat
diminum
7 Jarak terhadap
habitat
(wetland/hutan
konservasi) (km)
46 >25 10-25 5-10 <5
8 Jarak terhadap
bandara terdekat (km)
46 >20 10-20 5-10 <5
9 Jarak terhadap air
permukaan (m)
41 >8000 1500-8000 500-1500 <500
10 Jenis lapisan tanah
dasar (% tanah liat)
41 >50 30-50 15-30 0-15
11 Umur lokasi untuk
penggunaan masa
mendatang (tahun)
36 <5 5-10 10-20 >20
12 Jenis sampah
(sampah
perkotaan/permukima
n)
30 100%
sampah
perkotaa
n
75%
sampah
perkotaan,
25 %
permu-
kiman
50%
sampah
perkotaan,
50 %
permu-
kiman
>50%
sampah
permukim
an
13 Jumlah sampah yang
di dibuang total (ton)
30 < 104 104 -105 105 -106 >106
14 Jumlah sampah
dibuang per hari
(ton/hari)
24 <250 250-500 500-1000 >1000
15 Jarak terhadap
permukiman terdekat
pada arah angin
dominan (m)
21 >1000 600-1000 300-600 <300
16 Periode ulang banjir
(tahun)
16 >100 30-100 10-30 <10
17 Curah hujan tahunan
(cm/tahun)
11 <25 25-125 125-250 >250
18 Jarak terhadap kota
(km)
7 >20 10-20 5-10 <5
19 Penerimaan
masyarakat
7 Tidak
menjadi
perhatian
masya-
rakat
Menerima
rehabilitas
i
penimbun
an sampah
terbuka
Menerima
penutupan
penimbun
an sampah
terbuka
Menerima
penutupan
dan
remidiasi
penimbun
an
sampah
terbuka
20 Kualitas udara ambien
CH4 (%)
3 <0,01 0,05-0,01 0,05-0,1 >0,1
3. 3
No Parameter
Bobot Indeks sensivitas
0.0-0,25 0,25-0,5 0,5-0,75 0,75-1,0
II Karakteristik sampah di TPA
21 Kandungan B3 dalam
sampah
71 <10 10-20 20-30 >30
22 Fraksi sampah
biodegradable (%)
66 <10 10-30 30-60 60-100
23 Umur pengisian
sampah (tahun)
58 >30 20-30 10-20 <10
24 Kelembaban sampah
di TPA (%)
26 <10 10-20 20-40 >40
III Karakteristik lindi
25 BOD lindi (mg/L) 36 <30 30-60 60-100 >100
26 COD lindi (mg/L) 19 <250 250-350 350-500 >500
27 TDS lindi (mg/L) 13 <2100 2100-3000 3000-4000 >4000
Sumber : Kurian J, et.al 2005
Indeks Risiko (Risk Index/RI) dihitung dengan rumus berikut :
n
RI = Σ WiSi
i = 1
Keterangan :
Wi : Bobot dari parameter ke - i, dengan rentang nilai 0 – 1000
Si : Indeks sensitivitas parameter ke - i, dengan rentang nilai 0-1
RI : Indeks Risiko, dengan rentang nilai 0 – 1000
Indeks Risiko (Risk Index/RI) dapat digunakan untuk klasifikasi dari tempat
penimbunan sampah untuk ditutup atau direhabilitasi. Nilai 0 meng-
indikasikan tidak atau kurang bahaya, nilai 1 mengindikasikan potensi
bahaya tertinggi. Semakin tinggi nilai mengindikasikan Risiko yang lebih
besar terhadap kesehatan manusia dan tindakan-tindakan yang harus
segera dilakukan di lokasi TPA. Prioritas selanjutnya menurun dengan
turunnya total nilai. Nilai terendah mengindikasikan sensitivas rendah dan
dampak lingkungan kecil.
Kriteria evaluasi tingkat bahaya berdasar nilai indeks risiko tempat
penimbunan sampah dapat dilihat pada Tabel 2.
4. 4
Tabel 2 Kriteria Evaluasi Tingkat Bahaya Berdasarkan Nilai Indeks Risiko
No Nilai
Indeks
Risiko (RI)
Evaluasi
bahaya
Tindakan yang disarankan
1 601-1000 Sangat
tinggi
TPA harus segera ditutup karena mencemari
lingkungan atau masalah sosial
3 300-600 Sedang TPA diteruskan dan direhabilitasi menjadi lahan
urug terkendali secara bertahap
4 <300 Rendah TPA diteruskan dan direhabilitasi menjadi lahan
urug terkendali. Lokasi ini berpotensi untuk
dikembangkan menjadi lahan urug dalam waktu
yang lama
Tabel 3 Parameter dan Sumber Data yang Dibutuhkan untuk Penilaian
Indeks Risiko
No Parameter
I Kriteria lokasi Sumber data
1 Jarak terhadap sumber air
terdekat
Observasi lapangan
2 Kedalaman pengisian sampah
(m)
Pengukuran lapangan/data dari
pengelola/laporan
3 Luas TPA (Ha) Pengukuran lapangan/data dari
pengelola/laporan
4 Kedalaman air tanah (m) Pengukuran lapangan/observasi
5 Permeabilitas tanah (1 x 10 -6
cm/detik)
Pengujian permeabilitas
6 Kualitas air tanah Pengujian laboratorium kualitas
air tanah
7 Jarak terhadap habitat
(wetland/hutan konservasi) (km)
Pengukuran/peta/data dari
pengelola
8 Jarak terhadap bandara terdekat
(km)
Pengukuran/peta/data dari
pengelola
9 Jarak terhadap air permukaan
(m)
Pengukuran
10 Jenis lapisan tanah dasar (%
tanah liat)
Pengujian laboratorium kualitas
tanah dasar TPA
11 Umur lokasi untuk penggunaan
masa mendatang (tahun)
Perhitungan kapasitas TPA
/data dari pengelola
12 Jenis sampah (sampah
perkotaan/permukiman)
Sampling komposisi sampah/
data dari pengelola
13 Jumlah sampah yang di dibuang
total (ton)
Perhitungan/penimbangan/
data dari pengelola
14 Jumlah sampah dibuang per
hari (ton/hari)
Perhitungan/penimbangan/
data dari pengelola
15 Jarak terhadap desa terdekat
pada arah angin dominan (m)
Pengukuran lapangan
16 Periode ulang banjir (tahun) Data klimatologi
17 Curah hujan tahunan
(cm/tahun)
Data klimatologi
18 Jarak terhadap kota (km) Pengukuran/peta
19 Penerimaan masyarakat Kuesioner/wawancara
20 Kualitas udara ambien CH4 (%) Pengukuran kualitas udara
II Karakteristik sampah TPA
5. 5
No Parameter
I Kriteria lokasi Sumber data
21 Kandungan B3 dalam sampah Sampling sampah B3
22 Fraksi sampah biodegradable (%) Sampling komposisi sampah
23 Umur pengisian sampah (tahun) Data operasional TPA
24 Kelembaban sampah di TPA (%) Hasil pengujian laboratorium
III Karakteristik lindi
25 BOD lindi (mg/L) Hasil pengujian laboratorium
26 COD lindi (mg/L) Hasil pengujian laboratorium
27 TDS lindi (mg/L) Hasil pengujian laboratorium
Contoh Analisis IRBA
Tabel 4 Data Untuk Contoh Analisis IRBA
No Parameter TPA
A
I -Kriteria lokasi
1 Jarak terhadap sumber air terdekat 400
2 Kedalaman pengisian sampah (m) 25
3 Luas TPA (Ha) 23,5
4 Kedalaman air tanah (m) 2
5 Permeabilitas tanah (1 x 10 -6 cm/detik) < 0,1
6 Kualitas air tanah Tidak dapat diminum
7 Jarak terhadap habitat (wetland/hutan
konservasi) (km)
12
8 Jarak terhadap bandara terdekat (km) 5
9 Jarak terhadap air permukaan (m) <500
10 Jenis lapisan tanah dasar (% tanah liat) 36
11
Umur lokasi untuk penggunaan masa
mendatang (tahun)
<5
12 Jenis sampah (sampah
perkotaan/permukiman)
50/50
13 Jumlah sampah yang di dibuang total (ton) 1800000
14 Jumlah sampah dibuang per hari (ton/hari) 830
15
Jarak terhadap desa terdekat pada arah
angin dominan (m)
500
16 Periode ulang banjir (tahun) 50
17 Curah hujan tahunan (cm/tahun) 200
18 Jarak terhadap kota (km) <5
19 Penerimaan masyarakat Penutupan dengan
remidiasi
20 Kualitas udara ambien CH4 (%) <0,01
II Karakteristik sampah TPA
21 Kandungan B3 dalam sampah (%) 2
22 Fraksi sampah biodegradable (%) 70
23 Umur pengisian sampah (tahun) 16
24 Kelembaban sampah di TPA (%) 64
III Karakteristik lindi
25 BOD lindi (mg/L) 1200
6. 6
No Parameter TPA
A
I -Kriteria lokasi
26 COD lindi (mg/L) 2400
27 TDS lindi (mg/L) 10000
Sumber : TPA A : data salah satu TPA di Jawa Barat
Contoh analisis indeks Risiko untuk TPA A dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil Analisis Indeks Risiko TPA A
No Parameter Bobot TPA A
Pengukuran SI Nilai
I Kriteria lokasi
1
Jarak terhadap sumber air
terdekat 69 400 0,75 51,75
2 Kedalaman pengisian sampah (m) 64 25 1 64
3 Luas TPA (Ha) 61 23,5 0,75 45,75
4 Kedalaman air tanah (m) 54 2 0,8 43,2
5
Permeabilitas tanah (1 x10-6)
cm/detik
54 < 0.1 0,1 5,4
6 Kualitas air tanah 50
tidak dapat
diminum
1 50
7
Jarak terhadap habitat
(wetland/hutan konservasi) (km)
46 12 0,3 13,8
8
Jarak terhadap bandara terdekat
(km)
46 5 0,5 23
9 Jarak terhadap air permukaan (m) 41 <500 0,8 32,8
10
Jarak lapisan tanah dasar (%
tanah liat) 41 36 0,3 12,3
11
Umur lokasi untuk penggunaan
masa mendatang 36 <5 0,2 7,2
12
Jenis sampah (sampah
perkotaan/permukiman)
30 50/50 0,5
15
13
Jumlah sampah yang dibuang total
(ton) 30 1800000 1 30
14
Jumlah sampah yang dibuang per
hari (ton) 24 830 0,7 16,8
15
Jarak terhadap desa terdekat pada
arah angin dominan (m) 21 500 0,7 14,7
16
Periode ulang banjir tahunan
(cm/tahun) 16 50 0,4 6,4
17 Curah hujan tahunan (cm/thn) 11 200 0,7 7,7
18 Jarak terhadap kota (km) 7 <5 1 7
19 Penerimaan masyarakat 7 penutupan
dengan
remidiasi
1 7
20 Kualitas udara ambien CH4 (%) 3 <0,01 0,1 0,3
II Karakteristik sampah TPA
21 Kandungan B3 dalam sampah (%) 71 2 0,1 7,1
22 Fraksi sampah biodegradable (%) 66 70 0,8 52,8
23 Umur pengisian sampah di TPA (%) 58 16 0,6 34,8
24 Kelembaban sampah di TPA (%) 26 64 0,8 20,8
III Karakteristik lindi
25 BOD lindi (mg/L) 36 1200 1 36
26 COD lindi (mg/L) 19 2400 1 19
7. 7
No Parameter Bobot TPA A
Pengukuran SI Nilai
27 TDS lindi (mg/L) 13 10000 1 13
INDEKS RISIKO TPA A 637,6
Tabel 6 Klasifikasi TPA Berdasarkan Nilai Indeks Risiko
TPA
Nilai
Indeks
Risiko
Evaluasi
bahaya Tindakan yang disarankan
A 638 Tinggi TPA harus segera ditutup karena
mencemari lingkungan atau masalah sosial
Alur pilihan aktivitas rehabilitasi TPA berdasarkan nilai Indeks Risiko dapat
dilihat pada Gambar 1 berikut:
Gambar 1 - Alur Pilihan Penilaian Indeks Risiko
2. Tata Cara Penilaian Indeks Risiko dan Rekomendasi Penutupan /
Rehabilitasi
Tata Cara Penilaian Indeks Risiko dan Rekomendasi Penutupan /
Rehabilitasi adalah sebagai berikut :
1. Pembentukan tim penilai
a. Penilaian indeks risiko untuk kota metropolitan, kota besar, dan
TPA regional dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum
melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup.
8. 8
Tim penilai terdiri dari :
1) Kementerian Pekerjaan Umum meliputi :
• Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan
Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum.
• Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum.
2) Kementerian Lingkungan Hidup meliputi :
• Asisten Deputi Pengelolaan Sampah, Deputi IV MenLH
Bidang Pengelolaan Limbah B3 dan Sampah, Kementerian
Lingkungan Hidup.
• Bidang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup
b. Penilaian indeks risiko untuk kota sedang dan kecil dilaksanakan
oleh Gubernur
Tim penilai minimal terdiri dari :
1) BAPPEDA Provinsi
2) Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
3) Badan Lingkungan Hidup Provinsi
4) Dinas Kesehatan Provinsi
2. Melakukan tinjauan ke TPA
3. Melakukan penilaian berdasarkan penilaian indeks risiko
4. Evaluasi terhadap hasil penilaian
5. Melaporkan hasil evaluasi penilaian
6. Mengeluarkan rekomendasi penutupan atau rehabilitasi TPA.
9. 9
Contoh surat berita acara penilaian indeks risiko untuk TPA kota
metropolitan, TPA kota besar, dan TPA Regional :
KOP SURAT KEMENTERIAN PU
BERITA ACARA
PENILAIAN INDEKS RISIKO TPA ……………
Nomor : …………………………………
Pada hari ini …………., tanggal ……….bulan ………. tahun ………., yang
bertanda tangan dibawah ini selaku tim penilai indeks risiko
TPA…………. telah melakukan penilaian indeks risiko pada TPA
…………….……, yang berlokasi di Desa/Kelurahan ……………..,
Kecamatan………………, Kabupaten/Kota ………………., Provinsi
……………
Nilai indeks risiko TPA adalah ………………………
Hasil penilaian indeks risiko dan kriteria evaluasi terlampir.
Demikian Berita Acara ini dibuat untuk diketahui dan dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, tgl/bulan/tahun
Tim Penilai :
No. TIM PENILAI TANDA TANGAN
1 Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman, Direktorat
Jenderal Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum
2 Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal
Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum
3 Asisten Deputi Pengelolaan Sampah, Deputi
IV MenLH Bidang Pengelolaan Limbah B3
dan Sampah, Kementerian Lingkungan
Hidup
4 Bidang Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Lingkungan Hidup
10. 10
Lampiran 1 :
No Parameter
Bobot
TPA A
Pengukuran SI Nilai
I Kriteria lokasi
1
Jarak terhadap sumber air
terdekat 69
2 Kedalaman pengisian sampah (m) 64
3 Luas TPA (Ha) 61
4 Kedalaman air tanah (m) 54
5
Permeabilitas tanah (1 x10-6)
cm/detik
54
6 Kualitas air tanah 50
7
Jarak terhadap habitat
(wetland/hutan konservasi) (km)
46
8
Jarak terhadap bandara terdekat
(km)
46
9 Jarak terhadap air permukaan (m) 41
10
Jarak lapisan tanah dasar (%
tanah liat) 41
11
Umur lokasi untuk penggunaan
masa mendatang 36
12
Jenis sampah (sampah
perkotaan/permukiman)
30
13
Jumlah sampah yang dibuang total
(ton) 30
14
Jumlah sampah yang dibuang per
hari (ton) 24
15
Jarak terhadap desa terdekat pada
arah angin dominan (m) 21
16
Periode ulang banjir tahunan
(cm/tahun) 16
17 Curah hujan tahunan (cm/thn) 11
18 Jarak terhadap kota (km) 7
19 Penerimaan masyarakat 7
20 Kualitas udara ambien CH4 (%) 3
II Karakteristik sampah TPA
21 Kandungan B3 dalam sampah (%) 71
22 Fraksi sampah biodegradable (%) 66
23 Umur pengisian sampah di TPA (%) 58
24 Kelembaban sampah di TPA (%) 26
III Karakteristik lindi
25 BOD lindi (mg/L) 36
26 COD lindi (mg/L) 19
27 TDS lindi (mg/L) 13
INDEKS RISIKO TPA A
11. 11
Lampiran 2 :
No Nilai
Indeks
Risiko (RI)
Evaluasi
bahaya
Tindakan yang disarankan
1 601-1000 Sangat
tinggi
TPA harus segera ditutup karena mencemari
lingkungan atau masalah sosial
3 300-600 Sedang TPA diteruskan dan direhabilitasi menjadi
lahan urug terkendali secara bertahap
4 <300 Rendah TPA diteruskan dan direhabilitasi menjadi
lahan urug terkendali. Lokasi ini berpotensi
untuk dikembangkan menjadi lahan urug
dalam waktu yang lama
12. 12
Contoh surat rekomendasi penutupan atau rehabilitasi TPA kota
metropolitan, TPA kota besar, dan TPA Regional :
KOP SURAT KEMENTERIAN PU
Nomor : …………………………… Jakarta, tgl/bulan/tahun
Lampiran: Berita Acara Penilaian
Indeks Risiko TPA
………………
Kepada Yth.
Gubernur …………….
Di …………………..
Perihal : Rekomendasi Penutupan atau Rehabilitasi TPA
…………….
Berdasarkan hasil evaluasi tim penilai indeks risiko TPA, sebagaimana
dimuat dalam berita acara hasil evaluasi tim penilai indeks risiko,
Nomor ……….. Tanggal ………… maka TPA …………….. yang berlokasi
di Desa/Kelurahan …………….., Kecamatan………………,
Kabupaten/Kota ………………., direkomendasikan untuk
ditutup/direhabilitasi.
Demikian rekomendasi ini saya sampaikan untuk dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
MENTERI PEKERJAAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA,
DJOKO KIRMANTO
13. 13
Contoh berita acara penilaian indeks risiko untuk TPA kota sedang dan
TPA kota kecil:
KOP SURAT GUBERNUR
BERITA ACARA
PENILAIAN INDEKS RISIKO TPA ……………
Nomor : …………………………………
Pada hari ini …………., tanggal ……….bulan ………. tahun ………., yang
bertanda tangan dibawah ini selaku tim penilai indeks risiko
TPA…………. telah melakukan penilaian indeks risiko pada TPA
…………….……, yang berlokasi di Desa/Kelurahan ……………..,
Kecamatan………………, Kabupaten/Kota ……………….,
Nilai indeks risiko TPA adalah ………………………
Hasil penilaian indeks risiko dan kriteria evaluasi terlampir.
Demikian Berita Acara ini dibuat untuk diketahui dan dipergunakan
sebagaimana mestinya.
………………, tgl/bulan/tahun
Tim Penilai :
No. TIM PENILAI TANDA TANGAN
1 BAPPEDA PROPINSI
2 Dinas Pekerjaan Umum Tingkat Propinsi
3 Badan Lingkungan Hidup Propinsi
4 Dinas Kesehatan Propinsi
14. 14
Lampiran 1 :
No Parameter
Bobot
TPA A
Pengukuran SI Nilai
I Kriteria lokasi
1 Jarak terhadap sumber air terdekat 69
2 Kedalaman pengisian sampah (m) 64
3 Luas TPA (Ha) 61
4 Kedalaman air tanah (m) 54
5 Permeabilitas tanah (1 x10-6) cm/detik 54
6 Kualitas air tanah 50
7
Jarak terhadap habitat
(wetland/hutan konservasi) (km)
46
8 Jarak terhadap bandara terdekat (km) 46
9 Jarak terhadap air permukaan (m) 41
10
Jarak lapisan tanah dasar (% tanah
liat) 41
11
Umur lokasi untuk penggunaan masa
mendatang 36
12
Jenis sampah (sampah
perkotaan/permukiman)
30
13
Jumlah sampah yang dibuang total
(ton) 30
14
Jumlah sampah yang dibuang per hari
(ton) 24
15
Jarak terhadap desa terdekat pada
arah angin dominan (m) 21
16
Periode ulang banjir tahunan
(cm/tahun) 16
17 Curah hujan tahunan (cm/thn) 11
18 Jarak terhadap kota (km) 7
19 Penerimaan masyarakat 7
20 Kualitas udara ambien CH4 (%) 3
II Karakteristik sampah TPA
21 Kandungan B3 dalam sampah (%) 71
22 Fraksi sampah biodegradable (%) 66
23 Umur pengisian sampah di TPA (%) 58
24 Kelembaban sampah di TPA (%) 26
III Karakteristik lindi
25 BOD lindi (mg/L) 36
26 COD lindi (mg/L) 19
27 TDS lindi (mg/L) 13
INDEKS RISIKO TPA A
Lampiran 2 :
No Nilai
Indeks
Risiko (RI)
Evaluasi
bahaya
Tindakan yang disarankan
1 601-1000 Sangat
tinggi
TPA harus segera ditutup karena mencemari
lingkungan atau masalah sosial
3 300-600 Sedang TPA diteruskan dan direhabilitasi menjadi lahan
urug terkendali secara bertahap
4 <300 Rendah TPA diteruskan dan direhabilitasi menjadi lahan
urug terkendali. Lokasi ini berpotensi untuk
dikembangkan menjadi lahan urug dalam waktu
yang lama
15. 15
Contoh rekomendasi penutupan atau rehabilitasi TPA kota sedang dan
TPA kota kecil :
KOP SURAT GUBERNUR
Nomor : …………………………… ……………., tgl/bulan/tahun
Lampiran: Berita Acara Penilaian
Indeks Risiko TPA
………………
Kepada Yth.
Bupati/Walikota …………….
Di …………………..
Perihal : Rekomendasi Penutupan atau Rehabilitasi TPA
…………….
Berdasarkan hasil evaluasi tim penilai indeks risiko TPA, sebagaimana
dimuat dalam berita acara hasil evaluasi tim penilai indeks risiko,
Nomor ……….. Tanggal ………… maka TPA …………….. yang berlokasi
di Desa/Kelurahan …………….., Kecamatan………………,
direkomendasikan untuk ditutup/direhabilitasi.
Demikian rekomendasi ini saya sampaikan untuk dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
Gubernur ………….
……………………………….
MENTERI PEKERJAAN UMUM
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DJOKO KIRMANTO
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
Kepala Biro Hukum,
Siti Martini
NIP. 195803311984122001