Stratifikasi sosial di Desa Krekel terbagi menjadi tiga lapisan yaitu lapisan atas, menengah, dan bawah berdasarkan kekayaan, kekuasaan, pendidikan, dan pengetahuan. Lapisan atas memiliki kekuasaan dan kekayaan, lapisan menengah terdidik, sementara lapisan bawah miskin. Lapisan atas, menengah, dan pihak luar membantu menyelesaikan masalah lapisan bawah melalui bantuan sosial, e
Menguraikan tentang toeri-teori dalam ilmu wilayah seperti export base model, teori pertumbuhan jalur cepat, teori pusat pertumbuhan, teori neo-klasik, model kumulatif kausatif, model interregional, dan teori jaringan keterkaitan desa-kota.
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
Menguraikan tentang toeri-teori dalam ilmu wilayah seperti export base model, teori pertumbuhan jalur cepat, teori pusat pertumbuhan, teori neo-klasik, model kumulatif kausatif, model interregional, dan teori jaringan keterkaitan desa-kota.
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa) dan MANGGA (Mangifera indica) di AREAL PERSAWAHAN BALAI BENIH PALUR, DESA SONOBIJO, KEC. MOJOLABAN, KAB. SUKOHARJO, SURAKARTA”
The Great Escape: Health, Wealth and the Origin of Inequality (2013)
Fokus penelitiannya pada masalah kosumsi, kemiskinan dan kesejahteraan
Melihat resesi, kemiskinan dan kemakmuran dari sisi konsumsi
Memberikan instrumen kebijakan publik yang baik
Pemberdayaan Keluarga Melalui Pemanfaatan Potensi Lingkungan Keluarga (Pengalaman LK-3 STISIP Widuri Dalam Meningkatkan Keberdayaan Keluarga)
Oleh : MM Sri Dwiyantari*)
Pemberdayaan Keluarga Melalui Pemanfaatan Potensi Lingkungan Keluarga
(Pengalaman LK-3 STISIP Widuri Dalam Meningkatkan Keberdayaan Keluarga)
Oleh : MM Sri Dwiyantari*)
Efforts to Minimize Poverty of the Central Lombok Sasak Farmer CommunityRizkiAminAlQadry
Poverty of farmers is a problem that is still often encountered in Central Lomobok. From this problem, the purpose of this article is expected to be a reference and educational material, especially for the government and farmers in producing natural products optimally and can support the welfare of farmers. The method used in this research is Literature review because the analysis is integrated with scientific writing that is directly related to the research question. Each substance and problem shows the correspondence between the writings and research questions that have been formulated to draw a hypothesis and conclusion. Efforts or strategies that support a structure for the welfare of farmers apart from the community itself, the role of the government is expected to be able to support the activities and activities of productive farmers and be able to boost the economy of the farmers.
petani rasional adalah petani yang seperti apa? pertanyaan itu selalu terlontar saat mendengar kata itu. ada perbedaan antara petani rasinal dengan petani lainnya, presentasi ini akan menjelaskannya lebih lanjut.
“tahap setelah analisa dari siklus pengembangan sistem yakni berupa pendefin...amallia7
“tahap setelah analisa dari siklus pengembangan sistem yakni berupa pendefinisian dari kebutuhan fungsional dan persiapan untuk rancang bangun implementasi, dan menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk
HOTOGEL - Situs Bandar Togel Terpercaya dan Toto Togel Hadiah Terbesar.pdfHOTOGEL
HOTOGEL merupakan situs bandar togel online resmi terpercaya yang mampu menyediakan bergam jenis pasaran togel terlengkap serta toto togel hadiah terbesar di Indonesia saat ini.
HOTOGEL - Situs Bandar Togel Terpercaya dan Toto Togel Hadiah Terbesar.pdf
Permasalahan pertanian di indonesia dan cara mengatasinya
1. permasalahan pertanian di Indonesia dan cara mengatasinya....
saat kita masih sekolah dulu tentunya kita selalu diajarkan oleh guru kita bahwa negara kita adalah negara agraris yang basis
ekonominya adalah bidang pertanian namun kenyaataan saat ini khususnya di jawa sudah sulit di temukan lahan pertanian
yang ada lahan-lahan pertanian tersebut telah beralih fungsi menjadi permukiman penduduk, lahan industri, pusat
perbelanjaan, atau lainnya. itu adalah salah satu masalah pertanian di Indonesia lebih jelas nya chek this out...
1. skala pertanian kecil atau lahan yang dimiliki oleh sebagian besar petani relatif sempit.
solusi :
pemerintah atau pihak yang berkepentingan memberikan penyuluhan atau pelatihan langsung kepada petani untuk dapat
memaksimalkan lahan yang sempit tersebut agar dapat menghasilkan hasil pertanian yang maksimal, contohnya adalah
dengan sistem pertanian tumpang sari dimana di sekitar pematang sawah ditanami tanaman jenis lainnya misal kacang
panjang atau jagung. hasil tanaman yang menumpang ini dapat dimanfaatkan sendiri atau dijual untuk menambah
penghasilan bagi petani.
2. Modal yang dimiliki oelh petani sangat terbatas.
solusi:
memberikan bantuan finansial terhadap petani, caranya dengan mengembangkan kelompok tani didesa-desa, dalam
kelompok tani ini diberi pinjaman oleh pemerintah untuk mengolah modal ini agar terjadi perputaran modal. dalam
kelompok tani ini juga dapat dikembangkan simpan pinjam diantara anggota tentunya dengan bunga yang relatif rendah.
selain secara finansial kelompok tani akan memberikan banyak keuntungan bagi petani-petani keci di desa antara lain: dapat
memberikan bantuan pupuk dan benih unggul secara cuma-cuma bagi anggota kelompok tani, sesama anggota saling
bertukar informasi harga hasil pertanian sehingga tidak ada petani yang menjual hasil taninya terlalu rendah, pemerintah
akan lebih mudah dalam memberikan penyuluhan tentang pertanian karena dikelompok tani dikenal adanya ketua yang
memandu semua anggota.
3. Penggunaan tekhnologi yang masih sederhana.
satu-satu nya cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan meningkatkan tekhnologi yang saat ini dipakai oleh petani
caranya dengan lebih banyak mengadakan penelitian oleh ilmuwan dalam negeri agar dapat menghasilkan tekhnologi tepat
guna dengan harga lebih murah dan penggunaan yang mudah oleh petani-petani kecil yang kebanyakan memiliki tingkat
pendidikan yang relaif lebih rendah. hal ini tentunya sangat memerlukan apresiasi dari pemerintah entah itu memberikan
sponsor bagi peneliti atau langsung memberikan apresiasi yang sangat prestisius bagi pemeliti penemu teknologi terbaru.
4. Pertanian sangat dipengaruhi oleh musim.
solusi:
meningkatkan sistem irigasi yang saat ini sudah ada atau membuat sistem irigasi yang baik didaerah yang belum terdapat
saluran irigasinya. jika sistem irigasinya sudah bagus dan petani dapat dengan adil memabagi air irigasi tentunya musim
kemarau tidak akan lagi menjadi penghambat musim tanam tiba.
5. Wilayah pasaran hasil pertanian yang sifatnya masih sempit atau lokal.
solusi:
petani melalui organisasi seperti KUD atau kelompok tani dapat mengemas hasil pertanian tersebut agar lebih tahan lama
dan lebih menarik tampailannya, hal ini akan memudahkan untuk menjual ke lingkup yang lebih luas.
6. Tekhnologi pasca panen di kalangan petani sangat minim sehingga pada saat panen langsung dijual padahal jika diolah
terlebih dahulu nilai jualnya akan lebih mahal.
solusi:
pihak terkait memberikan penyuluhan atau pelatihan kepada petani prosuder pengolahan hasil pertanian tersbut agar menjadi
produk yang lebih tinggi nilai jualnya. contoh nya untuk hasil ubi jalar dapat diolah menjadi kue dengan harga yang lebih
mahal dibanding saat masih dalam bentuk ubi jalar.
7. Pembaruan agraria (konversi lahan pertanian) yang semakin tidak terkendali.
solusi:
regulasi konversi lahan dengan ditetapkannya kawasan lahan abadi yang eksistensinya dilindungi oleh Undang-undang.
2. 8. Masalah ketersediaan pupuk dan harganya yang mahal
solusi:
pemerintah seharusnya memberikan subsidi yang lebih banyak untuk pupuk agar petani lebih mudah memperoleh pupuk dan
dengan harga yang murah.
9. Ketersediaan Bibit unggul yang masih terbatas.
solusi:
para ilmuwa atau akademisi lebih giat lagi melakukan rekayasa genetika agar dapat menghasilkan bibit ynggul yang benar-
benar dapat di unggulkan.
1 0. Umumnya berusaha dengantenaga kerja keluarga sehingga menyebabkanterjadinya involusipertanian(pengangguran
tersembunyi).
solusi:
meningkatkanproduktivitaslebihtinggi bagi petani salahsatu nya adalahmembuat proyek padat karya yang dikerjakan
olehsebagianbesar petani, halinbertujuan untuk menghilangkankesongan yang terjadi pada petani saat menunggu
penen tiba.
Makalah Sosiologi Pedesaan
June 20th, 2010 | Author: pradianap08
PERANAN STRATIFIKASI SOSIAL DI DESA KAREHKEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sosiologi pedesaan merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari dan menganalisis budaya
masyarakat pedesaan secara sosiologis,yang meliputi organisasidan stuktur, nilai-nilai dan proses-proses sosial,
dan juga termasuk perubahan-perubahan sosial.Objek kajian dari studisosiologi pedesaan adalah masyarakat
desa dengan pola-pola kebudayaan yang ada di desa tersebut.Desa merupakan satuan administratif yang diatur
oleh pemerintah, selain itu desa diartikan sebagaisuatu sistemyang merupakan suatu kesatuan yang utuh,
terbentuk secara berkesinambungan dalam kurun waktu yang relatif lama.Seorang sosiolog terkemuka yaitu
Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sistem berlapis-lapis merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap
masyarakat yang hidup teratur, sepertiyang terjadi pada desa.Hal tersebut menyebabkan stratifikasi sosial yang
melekat pada desa. Stratifikasi sosialdapat dipengaruhi oleh kekuasaan dan peran yang terdapat dalam
kedudukan sosial seseorang.Faktor-faktor yang menjadi ukuran atau kriteria sebagaidasarpembentukan dasar
pelapisan sosialyaitu, ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan dan wewenang, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu
pengetahuan.Kedudukan sosial merupakan tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya yang
berhubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,prestisenya,dan hak-hak serta kewajiban-
kewajibannya.
Di dalam sebuah desa biasanya terdapat orang-orang yang dihormati, berpendidikan, memiliki kekuasaan dan
wewenang serta memiliki kekayaan. Hal tersebut mengindikasikan adanya lapisan-lapisan yang akan terbentuk
di Desa Krekel yang biasa disebut dengan stratifikasi sosial. Lapisan yang terdapat dalam stratifikasi sosial
tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu lapisan atas,lapisan menengah, dan lapisan bawah. Lapisan atas
umumnya terdiri dari orang-orang yang memiliki kekayaan, kekuasaan dan wewenang. Sedangkan untuk lapisan
menengah terdiri dari orang-orang yang terdidik, sementara untuklapisan bawah terdiri dari masyarakat miskin.
Dari uraian tersebut kelompok kami ingin mengetahui siapa saja yang ikut membantu permasalahan yang
dihadapi oleh lapisan bawah, apakah lapisan atas, lapisan menengah, pihak yang berada di luar desa ataukah
lapisan bawah tersebut yang menyelesaikan masalah mereka sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana srtatifikasi sosial yang terbentuk di Desa Krekel?
3. 2. Bagaimana dampak yang terjadi akibat adanya stratifikasi sosial di Desa Krekel?
3. Bagaimana peranan setiap lapisan dalam mengatasi masalah lapisan bawah?
1.3 Tujuan
1. Mengetahuistratifikasi sosialyang terjadi di Desa Krekel.
2. Mengetahuidampak yang terjadi akibat adanya stratifikasi sosial di Desa Krekel.
3. Mengetahuiperanan setiap lapisan dalam mengatasi masalah lapisan bawah.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memperoleh gambaran dan menambah khasanah pengetahuan tentang stratifikasi yang terjadi di desa
tersebut.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademis untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
3. Dapat membantu pemerintah serta penyuluh untukmemperbaiki pembangunan desa tersebut.
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
Kata stratification berasaldari stratum (jamaknya : strata yang berarti lapisan). Social stratification adalah
pembedaan pendudukatau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hierarkis). Perwujudannya
adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Dasar dan inti lapisan-lapisan dalam masyarakat
adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, kewajiban-kewajiban
dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat (Sorokin (1959)
dalam Soekanto (1987)).
Berbeda dengan pendapat Soekanto,Pareto dalam Kartodirjo menemukan dua strata pendudukdiantaranya :
pertama, lapisan yang lebih tinggi, golongan elite yang dibagi lagi kedalam dua kelompok, yaitu elite yang
memerintah dan elite yang tidak memerintah. Kedua,lapisan yang lebih rendah, yang bukan elite dan mungkin
berpengaruh juga dalam pemerintahan. KonsepsiPareto ini ada hubungannya dengan karya Gaetanomosca.
Mosca mengemukakan bahwa dalam suatu masyarakat senantiasa muncul dua kelas : kelas yang memerintah
dan kelasyang tidak memerintah. Namun, ada pula unsurlain dalam teori Mosca yang sedikit mengubah
cetusan pokok-pokok pikirannya semula. Unsur tersebut adalah munculnya suatu kelas menengah baru yang
lebih besarjumlahnya
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasarpembentukan pelapisan sosial adalah sebagai
berikut : Pertama, ukuran kekayaan. Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan
anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak
maka ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa
tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat
antara lain pada bentuktempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun
kebiasaannya dalam berbelanja
Kedua,ukuran kekuasaan dan wewenang, seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar
akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.Menurut
Mac. Iver dalam Soekanto (1987) terdapat tiga pola umum dari sistem lapisan-lapisan kekuasaan yaitu : Tipe
Kasta adalah sistemlapisan kekuasaan dengan garis-garis pemisahan yang tegas dan kaku. Tipe senacamini
biasanya dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang berkasta yang hampir tak terjadi gerak sosial vertikal;
Tipe Oligarkis yang masih mempunyai garis-garis pemisah yang tegas, akan tetapi dasarpembedaan kelas-
kelas sosialditentukan oleh kebudayaan tersebut terutama dalam hal kesempatan yang diberikannya kep ada para
warga masyarakat untuk memperoleh kekuasaan-kekuasaan tertentu.Tipe semacam ini dijumpai pada
masyarakat-masyarakat feodal yang telah berkembang; Tipe Demokratis menunjukkan kenyataan-kenyataan
akan adanya garis-garis pemisah antara lapisan yang bersifat mobile sekali. Kelahiran tidak menentukan
seseorang berkuasa akan tetapi kemampuan dan keberuntungan yang menentukan seseorang berkuasa.
4. Ketiga,ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang
disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistempelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran
kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang
yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi
luhur.
Keempat, ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan.Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sist em
pelapisan sosialmasyarakat yang bersangkutan (Soekanto, 1987).
Unsur-unsurdalam teori sosiologiyang mewujudkan tentang sistemberlapis-lapis dalam masyarakat adalah
kedudukan dan peranan. Kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam mas yarakatnya yang
berhubungan dengan orang-orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya,dan hak-hak serta
kewajiban-kewajiban. Kedudukan sosial tidaklah semata-mata berarti kumpulan kedudukan seseorang dalam
kelompok-kelompok yang berbeda, akan tetapi kedudukan sosial mempengaruhi kedudukan seseorang dalam
kelompok-kelompok sosial yang berbeda (Roucek dan Warren (1962) dalam Soekanto (1987)).
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan yaitu: Pertama, Ascribed-Status
merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbdeaan-perbedaan kerohaniah dan
kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan
adalah bangsawan pula. Kedua, Achieved-Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-
usaha yang disengaja. Kedudukan tidak diperoleh atas dasarkelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa
saja, tergantung dari kemampuannya masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya,misalnya
setiap orang dapat menjadi hakim apabila memenuhi persyaratan-persyaratan yang meliputi telah menempuh
beberapa pendidikan tertentu,syarat-syarat kepegawaian, dsb (Soekanto, 1987).
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan atau status.Apabila ses orang melaksanakan hak-hak
dan kewajiban-kewajibannya sesuaidengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan.Pembedaan
antara kedudukan dari peranan adalah untukkepentingan ilmu pengetahuan,keduanya tidak dapat dipisah -
pisahkan, karena satu dengan yang lain saling bergantung dan tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan
tanpa peranan (Soekanto, 1982). Tiga hal yang mencakup suatu peranan adalah : Pertama, peranan meliputi
norma-norma yang dihubungkan dengan posisi-posisiatau tempat seseorang dalam masyarakat. Kedua,peranan
adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagaiorganisasi.
Ketiga,peranan dapat dikatakan sebagi perilaku individu yang penting bagi struktur masyarakat (Levinson
(1964) dalam Soekanto (1987)).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami lakukan adalah penelitian kualitatf dengan mengunakan metode wawancara terhadap
orang-orang yang dianggap memilki informasi mengenai objek penelitian.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Karehkel, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Penelitian ini berlangsung
pada tanggal18-20 Desember 2009.
3.3 Tenik Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekuder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung
dengan informan di RW 04 dan RW 10, yang kami temui dengan menggunakan panduan pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari studipustaka mengenai teori-teori yang berkaitan
dengan tema.
5. Wawancara yang dilakukan menggunakan panduan pertanyaan yang telah dipesiapkan sebelumnya (ada pula
yang spontan).Panduan pertanyaan tersebut telah mewakili alat analisis yang kami gunakan dengan
mengimplementasikan ke dalam bentuk pertanyaan yang mudah dimengerti oleh para informan.
3.4 Teknik Analisis Data
Data diperoleh dari hasil wawancara kami dengan para informan di RW 04 dan RW 10, hasil pengamatan, atau
kutipan dari berbagai dokumen yang kami analisis sejak pertama kali ke lapangan sampai penelitian berakhir.
Kemudian setelah data terkumpul dilakukan suatu proses pemilihan, pemusatan, serta penyederhanaan data
kasar untuk dibuat kesimpulan berdasarkan sub tema yang kami angkat. Dengan proses tersebut diharapkan
akan menghasilkan suatu outline laporan akhir yang dapat memudahkan peneliti untuk menyelesaikan laporan
hasil penelitian secara terstruktur.
BAB IV
GAMBARAN UMUM DESA
4.1 Keterangan Umum
Desa Karehkel merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Desa ini
terdiri dari 13 RW, 36 RT, dan 4 dusun dengan luas daerah ± 520 hektar. Tanah di Desa Karehkel lebih
didominasi oleh tanah kering dan persawahan. Karena kondisi tanah yang kering maka wilayah di desa Karehkel
lebih cocok ditanami tanaman bayam dan kangkung.
Desa ini dinamakan Desa Karehkel karena pada zaman dahulu ditemukan seekor ikan yang bernama “Kehkel”
ketika orang-orang sedang memancing. Selain itu, desa ini memiliki empat Kelompok Tani, diantaranya : Mitra
Tani, Sugih Tani, Barokah Tani, dan Pandan Wangi. Akan tetapi dari keempat Kelompok Tani tersebut yang
masih aktif adalah Kelompok Sugih Tani.
4.2 Mata Pencaharian Desa
Sebagian besar masyarakat Desa Karehkel bekerja sebagaipetani. Profesi petani tersebut terdiri atas petani
lahan dan petani tak berlahan. Hal ini terbukti dari banyaknya lahan pertanian yang ada di Desa Karehkel. Selain
petani, mata pencaharian di Desa Karehkel terdiri dari PNS, Pedagang, dan Supir Angkot (Odong-odong).
4.3 Kelembagaan Pertanian Desa
Masyarakat di Desa Karehkel awalnya menggunakan pertanian konvensional yaitu pertanian sayuran dan padi
non organik. Kedatangan Mr. Hwang dari Taiwan untuk melakukan penelitian tanah di Desa Karehkel, telah
memberikan suatu perubahan baru pada sistempertanian di desa tersebut.Disamping melakukan penelitian,
beliau juga menawarkan suatu inovasiunuk perbaikan sistempertanian, yaitu perubahan dari sistempertanian
konvensionalmenjadi sistempertanian organik. Namun, hal ini lebih dikhususkan untukpertanian sayuran.
Informasi disampaikan kepada GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani), yang selanjutnya GAPOKTAN
menyebarkan informasi ini kepada kelompok tani di desa tersebut.
4.4 Sarana dan Prasarana
Dari segi sarana dan prasarana, Desa Karehkel sudah tergolong cukup baik. Terlihat dari banyak sarana
kesehatan yang terdiri dari Puskesmas Pembantu dan Puskesdes.Puskesmas pembantu dibangun oleh
pemerintah, dan buka atau memmberikan pelayanan setiap hari, sedangkan Puskesdes dibangun oleh pihak
swasta dan buka atau memberikan pelayanan pada hari sabtu.Disamping itu, terdapat sarana transportasiyang
terdiri dari angkot (± 70 unit) dan ojek (± 30 unit). Untuk prasarana pendidikan, desa ini memiliki satu
bangunan Sekolah Dasar (SD) dan dua bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Di Desa Karehkel juga
terdapat Koperasi, yaitu Koperasi Pandan Wangi. Koperasi ini lebih banyak beranggotakan perempuan
dibandingkan laki-laki.
BAB V
6. PEMBAHASAN
5.1 Stratifikasi Sosial yang Terbentuk di Desa Karehkel
Mengacu pada pendapat Pitirim A. Sorokin (1959) dalam Soekanto (1987) stratifikasi sosialmerupakan
pembedaan pendudukatau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hierarkis). Soekanto
(1987) menyatakan bahwa kriteria pembentukan kedudukan sosialdiantaranya kekayaan, kekuasaan,
kehormatan, dan pendidikan. Kami meninjau bahwa stratifikasi sosial yang terbentuk di desa Karehkel RW 04
dan RW 10 terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan bawah, lapisan menengah, dan lapisan atas.Berdasarkan hasil
turun lapang kali ini, kami menggunakan ukuran kekuasaan sebagaikriteria pembentukan kedudukan sosial
untuk ketiga lapisan tersebut.
Untuk memudahkan klasifikasi masyarakat ke dalam lapisan atas, tengah dan bawah, berikut penjelasan dari
masing – masing lapisan di Desa Karehkel :
1. Lapisan atas merupakan anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi
masyarakat di Desa Karehkel. Di Desa Karehkel orang yang dianggap mempunyai kekuasaan adalah
Bapak Yunus (RW 04) dan Bapak Saefudin (RW 10). Hal ini dibuktikan dari hasil turun lapang
berdasarkan wawancara dengan beberapa warga di Desa Karehkel. Menurut penuturan beberapa warga,
seperti Ibu Emang, Doni, Ibu Samin, Ibu Ratna, Ibu Rina, Pak Sholeh, dll. Mereka sama-sama
menyebutkan bahwa orang yang berpengaruh dan disegani di desa tersebut adalah Bapak Yunus di RW
04 dan Bapak Syaifudin di RW 10. Kedua orang tersebut mempunyai kesamaan profesi yang bergerak
dalam bidang keagamaan. Mereka dinilai mempunyai kekuasaan karena perkataan dan pendapat
mereka yang mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadits selalu didengar oleh warga. Selain itu, mereka
juga ikut berperan dalam pengambilan keputusan suatu masalah yang terjadi di desa tersebut.
2. Lapisan menengah merupakan anggota masyarakat yang mempunyai posisisebagaiketua kelompok
tani yang bernama Bapak Sholeh (Ketua Kelompok Sugih Tani). Hal ini dibuktikan dari hasil
kunjungan dan wawancara kami secara langsung kepada Bapak Sholeh. Dari hasil wawancara, terlihat
bahwa beliau memiliki akses informasi langsung terhadap pihak luar yaitu Mr. Huang dari Taiwan
tentang sistempertanian organik. Oleh karaena itu, beliau mempunyai kekuasaan dalam membina
anggota kelompoknya. Selanjutnya, anggota kelompok tersebut akan menyebarkan informasi tentang
penyuluhan kepada buruh tani.
3. Lapisan bawah merupakan anggota masyarakat yang berprofesi sebagaiburuh tani. Mereka tidak
memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan secara langsung.Selain itu mereka tidak memiliki
sumber daya yang cukup dan tidak mau menerapkan inovasi. Adapun alas an mereka tidak mau
menerapkan inovasipertanian organik karena sistem pertanian ini membutuhlkan modal yang sangat
besaruntuk pembelian net, perawatan yang sulit dan resiko kerugian yang ckup tinggi apabila
mengalami gagal panen.
Berdsarkan penjelasan diatas dapat diilustrasikan melalui tabel di bawah ini :
Tabel 5.1.1 Stratifikasi Sosial di Desa Karehkel
No Kelas Masyarakat Kelompok Masyarakat
yang Menempati
Temuan Lapang
Terkait
AspekPembentuk
1 Atas Tokoh agama Jawaban dari
masyarakat (Ibu
Emang, Ibu Rina,
Bapak Samin, Bapak
Jendi,dll)
Kekuasaan
2 Menengah Ketua kelompok tani Berdasarkan hasil
wawancara langsung
dengan pihak yang
bersangkutan (Bapak
Soleh)
Kepemilikan
informasi dan lahan
3 Bawah Petani dan buruh tani Kunjungan dan
wawancara langsung
Tidak memiliki
sumber daya dan
akses informasi
7. Menurut Mac. Iver dalam Soekanto (1987) terdapat tiga pola umum dari sistemlapisan-lapisan kekuasaan yaitu:
tipe kasta, tipe oligarkis, dan tipe demokratis. Berdasarkan ukuran kekuasaan dari tiga lapisan diatas, maka pola
sistemlapisan kekuasaan yang terbentukdi Desa Karehkel adalah tipe demokratis. Tipe ini menunjukkan
kenyataan-kenyataan akan adanya garis-garis pemisah antara lapisan yang bersifat mobile sekali. Tipe
demokratis ditentukan dari kemampuan dan keberuntungan seseorang yang berkuasa.Kedudukan yang dimiliki
oleh penguasa dari masing-masing lapisan bukan berasal dari kelahiran, tetapi diperoleh berdasarkan usaha
mereka sendiri, misalnya tokoh agama yang menduduki lapisan atas di desa tersebut memperoleh jabatan
sebagaiKetua MUI karena ilmu yang didapatkan selama bersekolah di pesantren.
5.2 Dampak yang Terjadi Akibat Adanya Stratifikasi Sosial di Desa Karehkel
Stratifikasi yang terdapat pada Desa Karehkel menyebabkan adanya ketimpangan sosial diantara masing-masing
lapisan. Hal ini terjadi karena penyebaran informasi mengenai inovasi tentang penerapan sistempertanian yang
lebih berkelanjutan kurang merata. Lapisan atas yang merupakan pemuka agama tidak memiliki andil dalam
menyampaikan informasi mengenai pertanian, karena lapisan ini tidak mempunyai kepentingan terhadap bidang
pertanian. Sedangkan, lapisan tengah yang mendapat informasi tentang sistempertanian berkelanjutan (sistem
pertanian organik) dari pihak swasta,hanya menyebarkan ke sebagian wilayah Desa Karehkel. Namun, lapisan
bawah yang mendapatkan informasi tersebut tetap menggunakan sistem pertanian konvensial dan tidak
melakukan perubahan terhadap sistempertaniannya. Akhirnya, mereka pun berusaha sendiri untuk memajukan
dan mensejahterakan kehidupannya.
5.3 Peran Setiap Lapisan dalam Mengatasi Permasalahan Lapisan Bawah
Di Desa Karehkel terdapat berbagai lapisan masyarakat. Ditinjau dari indikator kekuasaan menurut Pitirim A.
Sorokin (1959), kami melihat Desa Karehkel terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan bawah, menengah, dan atas.
Kami menggunakan indikator kekuasaan karena indikator tersebut sangat terlihat jelas jika dibandingkan dengan
indikator kekayaan, pendidikan dan kehormatan.
Lapisan atas terdiri dari tokoh agama yang disegani oleh masyarakat setempat karena memiliki pengetahuan
agama yang kebenarannya sudah dapat dipastikan, sehingga apa pun yang diinformasikan oleh tokoh agama
tersebut selalu dipercaya oleh masyarakat. Lapisan menengah terdiri dari ketua kelompok tani kerena ketua
kelompok tani memiliki kekuasaan memberitahu dan mempengaruhi anggota kelompoknya dalam pengambilan
keputusan pada saat adopsiinovasi berlangsung.Lapisan bawah terdiri dari lapisan petani mandiri dan buruh
tani kerena mereka tidak memiliki kekuasaan untuk membuat suatu keputusan adopsiinovasitetapi mereka
hanya dapat menyampaikan pendapat mereka mengenai inovasi tersebut.
Diantara ketiga lapisan tersebut permasalahan yang sering muncul terjadi pada lapisan bawah, yaitu tidak
adanya hak atas kepemilikan lahan. Disamping itu lapisan atas tidak berkontribusi atas kesejahteraan petani.
Mereka tidak menyokong kehidupan petani, terutama dalam ekonomi. Mereka hanya bertindak sebagaipemberi
saran atas penyelesaian masalah tanpa turun langsung menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh para petani.
Sedangkan lapisan menengah yang terdiri dari ketua kelompok tani hanya berkontribusi memberikan informasi
dan melaksanakan pembinaan pertanian organik untuk petani mandiri dan buruh tani di desa tersebut.Lapisan
menengah mendapat pendidikan tentang pertanian organik dari pihak swasta yang bekerja sama dengan IPB.
Namun, petani di Desa Karehkel tidak dengan mudah menerima inovasi, karena mereka menganggap pertanian
organik mahal dalam segi pelaksanaannya.Kebanyakan dari mereka tetap bertani sayuran non-organik dan padi
non-organik yang tidak baik untuk kesehatan.Jadi, lapisan bawah menyelesaikan permasalahan mereka dengan
usaha sendiri. Segala keputusan mengenai informasi yang didapat guna meningkatkan taraf hidupnya berada di
tangan mereka sendiri.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Masyarakat Desa Karehkel terdiri dari tiga lapisan masyarakat, yaitu lapisan atas,lapisan menengah dan lapisan
bawah. Pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan turun lapang kali ini adalah pendekatan objektif dengan
menggunakan variabel kekuasaan sebagai tolak ukur untuk menentukan lapisan masyarakat. Dari hasil analisis
8. dapat disimpulkan bahwa anggota masyarakat yang termasuk golongan atas adalah tokoh masyarakat (pemuka
agama), sedangkan golongan menengah adalah ketua kelompok tani. Sementara itu, golongan bawah adalah
buruh tani.
Adapun sistemstratifikasi lapisan masyarakat di Desa Karehkel bersifat terbuka atau disebut Achieved Status.
Oleh karena itu tipe masyarakat di desa tersebut dikategorikan kedalam Tipe Demokratis. Peranan antar lapisan
mengindikasikan adanya ketimpangan sosial. Hal ini disebabkan kurangnya kontribusi dari lapisan atas maupun
lapisan menengah terhadap lapisan bawah. Lapisan atas tidak terlibat dalam membantu permasalahan di bidang
ekonomi petani. Adapun lapisan menengah hanya berkontribusi dalam memberikan informasi mengenai inovasi
pertanian kepada lapisan bawah.
6.2 Saran
Desa Karehkel merupakan daerah yang potensialuntuk mengembangkan sumberdaya di bidang pertanian.
Kesempatan ini harus dimanfaatkan oleh para petani, terutama kelompok tani yang sudah terbentukuntuk
meningkatkan keterampilan dan hasil produksi pertanian. Di samping itu, buruh tani sebaiknya dapat
memanfaatkan informasi yang didapatkan dari kelompok tani yang sudah memiliki pengetahuan yang cukup
dalam bidang pertanian.. Hal ini dikarenakan kontribusi dari pihak luar (Taiwan dan IPB) sudah baik dalam
memberikan bimbingan kepada kelompok tani di Desa Karehkel.