SlideShare a Scribd company logo
1. PENDAHULUAN

       Pada tahun 1943, Warren McCulloch dan Walter Pitts memperkenalkan salah satu
  artificial neurons [McPi43]. Fitur utama dari model neuron mereka adalah bahwa jumlah
  bobot sinyal input dibandingkan dengan ambang batas untuk menentukan neuron output.
  Ketika jumlah lebih besar dari atau sama dengan ambang batas, output adalah 1. Ketika
  jumlah kurang dari ambang batas, keluaran adalah 0. Mereka tetap meneruskan penelitian
  dengan menunjukkan bahwa jaringan neuron ini pada prinsipnyabisa menghitung setiap
  fungsi aritmetika atau logika. Tidak seperti jaringan biologis, parameters jaringan mereka
  harus dirancang, karena tidak ada metode pelatihan yang tersedia. Namun, hubungan yang
  dirasakan antara biologi dan komputer digital menghasilkan banyak minat.

       Pada akhir 1950-an, Frank Rosenblatt dan beberapa peneliti lain mengembangkan suatu
  kelas jaringan saraf yang disebut Perceptrons. Neuron dalam jaringan yang mirip dengan
  McCulloch dan pitts. Kunci kontribusi Rosenblatt adalah pengenalan aturan belajar untuk
  pelatihan jaringan perceptron untuk memecahkan masalah pengenalan pola [Rose58]. Ia
  membuktikan bahwa aturan belajarnya akan selalu bertemu untuk bobot jaringan yang benar,
  jika bobot yang ada memecahkan masalah. Pembelajarannya sederhana dan otomatis. Contoh
  perilaku yang layak diajukan ke jaringan yang belajar dari kesalahan. Perceptron bahkan bisa
  belajar ketika diinisialisasi dengan nilai acak untuk bobot dan bias.

      Sayangnya, jaringan perceptron secara inheren terbatas. Keterbatasan ini dipublikasikan
  secara luas dalam buku Perceptrons [MiPa69] oleh Marvin Minsky dan Seymour Papert.
  Mereka menunjukkan bahwa jaringan perceptron tidak mampu melaksanakan fungsi dasar
  tertentu. Hal ini tidak sampai tahun 1980-an dimana keterbatasan ini diatasi dengan
  memperbaiki jaringan perceptron (multilayer) dan aturan belajar yang saling
  terkait/berhubungan. Saat ini perceptron masih dipandang sebagai jaringan penting. Ia
  menyisakan suatu jaringan yang cepat dan handal untuk kelas masalah yang dapat
  dipecahkan. Selain daripada itu, pemahaman tentang operasi dari perceptron menyediakan
  dasar yang baik untuk memahami jaringan yang lebih kompleks. Jadi jaringan perceptron,
  dan aturan belajar yang terkait, adalah baik dan layak untuk didiskusikan di sini.

      Pada sisa dari bab ini kita akan mendefinisikan apa yang kitamaksud dengan aturan
  belajar, menjelaskan jaringan perceptron dan aturan belajar, dan mendiskusikan keterbatasan
  jaringan perceptron.
2. METODE PERCEPTRON
       Perceptron juga termasuk salah satu bentuk jaringan syaraf yang sederhana. Perceptron
   biasanya digunakan untuk mengklasifikasikan suatu tipe pola tertentu yang sering dikenal
   dengan pemisahan secara linear. Pada dasarnya, perceptron pada jaringan syaraf dengan satu
   lapisan memiliki bobot yang bisa diatur dan suatu nilai ambang (threshold). Algoritma yang
   digunakan oleh aturan perceptron ini akan mengatur parameter-parameter bebasnya melalui
   proses pembelajaran. Nilai threshold (θ) pada fungsi aktivasi adalan non negatif.
   Fungsiaktivasi ini dibuat sedemikian rupa sehingga terjadi pembatasan antara daerah positiF
   dan daerah negative. Perhatikan gambar di bawah ini :




                            Gambar pembatasan linear dengan perceptron.

       Garis pemisah antara daerah positif dan daerah nol memiliki pertidaksamaan:

       W1X1 + W2X2 + b > 0

       Sedangkan garis pemisah antara daerah negatif dengan daerah nol memiliki
   pertidaksamaan:

       W1X1 + W2X2 + b < -0

      Misalkan kita gunakan pasangan vektor input s dan vektor output sebagai pasangan
   vektor yang akan dilatih.



       ALGORITMA :

       0. Inisialisasi semua bobot dan bias:

         (untuk sederhananya set semua bobot dan bobot bias sama dengan nol).

         Set learning rate: α(0 < α ≤1).

         (untuk sederhananya set sama dengan 1).

       1. Selama kondisi berhenti bernilai false, lakukan langkah-langkah sebagai berikut:

         (i). Untuk setiap pasangan pembelajaran s-t, kerjakan:
a. Set input dengan nilai sama dengan vektor input:

             Xi= Si;

        b. Hitung respon untuk unit output:




        c. Perbaiki bobot dan bias jika terjadi error:

           Jika y ≠t maka:

           Wi(baru) = Wi(lama) + α*t*Xi

           b(baru) = b(lama) + α*t

           jika tidak, maka:

           Wi(baru) = Wi(lama)

           b(baru) = b(lama)

     (ii). Tes kondisi berhenti: jika tidak terjadi perubahan bobot pada (i) maka kondisi
           berhenti TRUE, namun jika masih terjadi perubahan maka kondisi berhenti
           FALSE.

   Algoritma di atas bisa digunakan baik untuk input biner maupun bipolar, dengan θ
tertentu, dan bias yang dapat diatur. Pada algoritma tersebut bobot-bobot yang diperbaiki
hanyalah bobot-bobot yang berhubungan dengan input yang aktif (xi ≠0) dan bobot-bobot
yang tidak menghasilkan nilai yang benar.



  Contoh soal:

   Misalkan kita ingin membuat jaringan syaraf untuk melakukan pembelajaran terhadap
fungsi AND dengan input biner dan target bipolar sebagai berikut:

  Input Bias Target
  1111
  1 0 1 -1
  0 1 1 -1
  0 0 1 -1
Arsitektur jaringan untuk contoh soal:




Bobot awal : w = [0,0 0,0]
Bobot bias awal : b = [0,0]
Learning rate (alfa): 0,8
Threshold (tetha) : 0,5
1. Epoh ke-1
    Data ke-1
      y_in = 0,0 + 0,0 + 0,0 = 0,0
      Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5)
      Target = 1
      Bobot baru:
             w1 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8
             w2 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8
      Bobot bias baru : b = 0,0 + 0,8 * 1,0 = 0,8

    Data ke-2
     y_in = 0,8 + 0,8 + 0,0 = 1,6
     Hasil aktivasi = 1 (y_in >0,5)
     Target = -1
     Bobot baru:
            w1 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,0
            w2 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,8
     Bobot bias baru : b = 0,8 + 0,8 * -1,0 = 0,0

    Data ke-3
     y_in = 0,0 + 0,0 + 0,8 = 0,8
     Hasil aktivasi = 1 (y_in >0,5)
     Target = -1
     Bobot baru:
            w1 = 0,0 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,0
            w2 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,0
     Bobot bias baru : b = 0,0 + 0,8 * -1,0 = -0,8
 Data ke-4
     y_in = -0,8 + 0,0 + 0,0 = -0,8
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

2. Epoh ke-2
    Data ke-1
      y_in = -0,8 + 0,0 + 0,0 = -0,8
      Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
      Target = 1
      Bobot baru:
             w1 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8
             w2 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8
      Bobot bias baru : b = -0,8 + 0,8 * 1,0 = 0,0

    Data ke-2
     y_in = 0,0 + 0,8 + 0,0 = 0,8
     Hasil aktivasi = 1 (y_in >0,5)
     Target = -1
     Bobot baru:
            w1 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,0
            w2 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,8
     Bobot bias baru : b = 0,0 + 0,8 * -1,0 = -0,8

    Data ke-3
     y_in = -0,8 + 0,0 + 0,8 = 0,0
     Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5)
     Target = -1
     Bobot baru:
            w1 = 0,0 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,0
            w2 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,0
     Bobot bias baru : b = -0,8 + 0,8 * -1,0 = -1,6

    Data ke-4
     y_in = -1,6 + 0,0 + 0,0 = -1,6
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1
3. Epoh ke-3
    Data ke-1
      y_in = -1,6 + 0,0 + 0,0 = -1,6
      Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
      Target = 1
      Bobot baru:
             w1 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8
             w2 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8
      Bobot bias baru : b = -1,6 + 0,8 * 1,0 = -0,8

    Data ke-2
     y_in = -0,8 + 0,8 + 0,0 = 0,0
     Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5)
     Target = -1
     Bobot baru:
            w1 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,0
            w2 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,8
     Bobot bias baru : b = -0,8 + 0,8 * -1,0 = -1,6

    Data ke-3
     y_in = -1,6 + 0,0 + 0,8 = -0,8
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

    Data ke-4
     y_in = -1,6 + 0,0 + 0,0 = -1,6
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

4. Epoh ke-4
    Data ke-1
      y_in = -1,6 + 0,0 + 0,8 = -0,8
      Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
      Target = 1
      Bobot baru:
             w1 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8
             w2 = 0,8 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 1,6
      Bobot bias baru : b = -1,6 + 0,8 * 1,0 = -0,8
 Data ke-2
     y_in = -0,8 + 0,8 + 0,0 = 0,0
     Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5)
     Target = -1
     Bobot baru:
            w1 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,0
            w2 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 1,6
     Bobot bias baru : b = -0,8 + 0,8 * -1,0 = -1,6

    Data ke-3
     y_in = -1,6 + 0,0 + 1,6 = 0,0
     Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5)
     Target = -1
     Bobot baru:
            w1 = 0,0 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,0
            w2 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,8
     Bobot bias baru : b = -1,6 + 0,8 * -1,0 = -2,4

    Data ke-4
     y_in = -2,4 + 0,0 + 0,0 = -2,4
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

5. Epoh ke-5
    Data ke-1
      y_in = -2,4 + 0,0 + 0,8 = -1,6
      Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
      Target = 1
      Bobot baru:
             w1 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8
             w2 = 0,8 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 1,6
      Bobot bias baru : b = -2,4 + 0,8 * 1,0 = -1,6

    Data ke-2
     y_in = -1,6 + 0,8 + 0,0 = -0,8
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

    Data ke-3
     y_in = -1,6 + 0,0 + 1,6 = -0,0
Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5)
       Target = -1
       Bobot baru:
              w1 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,8
              w2 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,8
       Bobot bias baru : b = -1,6 + 0,8 * -1,0 = -2,4

    Data ke-4
     y_in = -2,4 + 0,0 + 0,0 = -2,4
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

6. Epoh ke-6
    Data ke-1
      y_in = -2,4 + 0,8 + 0,8 = -0,8
      Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
      Target = 1
      Bobot baru:
             w1 = 0,8 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 1,6
             w2 = 0,8 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 1,6
      Bobot bias baru : b = -2,4 + 0,8 * 1,0 = -1,6

    Data ke-2
     y_in = -1,6 + 1,6 + 0,0 = -0,0
     Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5)
     Target = -1
     Bobot baru:
            w1 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,8
            w2 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 1,6
     Bobot bias baru : b = -1,6 + 0,8 * -1,0 = -2,4

    Data ke-3
     y_in = -2,4 + 0,0 + 1,6 = -0,8
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

    Data ke-4
     y_in = -2,4 + 0,0 + 0,0 = -2,4
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1
7. Epoh ke-7
    Data ke-1
      y_in = -2,4 + 0,8 + 1,6 = -0,0
      Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5)
      Target = 1
      Bobot baru:
             w1 = 0,8 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 1,6
             w2 = 1,6 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 2,4
      Bobot bias baru : b = -2,4 + 0,8 * 1,0 = -1,6

    Data ke-2
     y_in = -1,6 + 1,6 + 0,0 = -0,0
     Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5)
     Target = -1
     Bobot baru:
            w1 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,8
            w2 = 2,4 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 2,4
     Bobot bias baru : b = -1,6 + 0,8 * -1,0 = -2,4

    Data ke-3
     y_in = -2,4 + 0,0 + 2,4 = 0,0
     Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5)
     Target = -1
     Bobot baru:
            w1 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,8
            w2 = 2,4 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 1,6
     Bobot bias baru : b = -2,4 + 0,8 * -1,0 = -3,2

    Data ke-4
     y_in = -3,2 + 0,0 + 0,0 = -3,2
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

8. Epoh ke-8
    Data ke-1
      y_in = -3,2 + 0,8 + 1,6 = -0,8
      Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
      Target = 1
      Bobot baru:
             w1 = 0,8 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 1,6
w2 = 1,6 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 2,4
       Bobot bias baru : b = -3,2 + 0,8 * 1,0 = -2,4

    Data ke-2
     y_in = -2,4 + 1,6 + 0,0 = -0,8
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

    Data ke-3
     y_in = -2,4 + 0,0 + 2,4 = 0,0
     Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5)
     Target = -1
     Bobot baru:
            w1 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 1,6
            w2 = 2,4 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 1,6
     Bobot bias baru : b = -2,4 + 0,8 * -1,0 = -3,2

    Data ke-4
     y_in = -3,2 + 0,0 + 0,0 = -3,2
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

9. Epoh ke-9
    Data ke-1
      y_in = -3,2 + 1,6 + 1,6 = 0,0
      Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5)
      Target = 1
      Bobot baru:
             w1 = 1,6 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 2,4
             w2 = 1,6 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 2,4
      Bobot bias baru : b = -3,2 + 0,8 * 1,0 = -2,4

    Data ke-2
     y_in = -2,4 + 2,4 + 0,0 = 0,0
     Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5)
     Target = -1
     Bobot baru:
            w1 = 2,4 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 1,6
            w2 = 2,4 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 2,4
     Bobot bias baru : b = -2,4 + 0,8 * -1,0 = -3,2
 Data ke-3
     y_in = -3,2 + 0,0 + 2,4 = -0,8
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

    Data ke-4
     y_in = -3,2 + 0,0 + 0,0 = -3,2
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

10. Epoh ke-10
     Data ke-1
       y_in = -3,2 + 1,6 + 2,4 = 0,8
       Hasil aktivasi = 1 (y_in >0,5)
       Target = 1

    Data ke-2
     y_in = -3,2 + 1,6 + 0,0 = -1,6
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

    Data ke-3
     y_in = -3,2 + 0,0 + 2,4 = -0,8
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

    Data ke-4
     y_in = -3,2 + 0,0 + 0,0 = -3,2
     Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5)
     Target = -1

       Pada epoh ke-10 ini sudah tidak terjadi perubahan bobot, sehingga proses
       pembelajaran dihentikan. Hasil akhir
       diperoleh:
       Nilai bobot, w1= 1,6; dan w2= 2,4.
       Bobot bias, b = -3,2.

       Dengan demikian garis yang membatasi daerah positifdengan daerah nol
       memenuhi pertidaksamaan:
       1,6 x1+ 2,4 x2– 3,2 > 0,5
Sedangkan garis yang membatasi daerah negatif dengan daerah nol memenuhi
pertidaksamaan:
1,6 x1+ 2,4 x2– 3,2 < -0,5

More Related Content

What's hot

Back propagation
Back propagationBack propagation
Back propagation
AMIK AL MA'SOEM
 
Jaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruanJaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruan
poposayangmomo
 
Rekursi
Rekursi Rekursi
Rekursi
Fahrul Usman
 
Penyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi BooleanPenyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi BooleanFahrul Razi
 
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Farichah Riha
 
Penyederhanaan Karnaugh Map
Penyederhanaan Karnaugh MapPenyederhanaan Karnaugh Map
Penyederhanaan Karnaugh Map
Cheria Asyifa
 
(Jst)hebb dan delta rule
(Jst)hebb dan delta rule(Jst)hebb dan delta rule
(Jst)hebb dan delta rule
Junior Iqfar
 
Interpolasi Newton
Interpolasi  NewtonInterpolasi  Newton
Interpolasi Newton
Ratih Vihafsari
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
Edhy Suadnyanayasa
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Ayuk Wulandari
 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Kelinci Coklat
 
Koefisien binomial
Koefisien binomialKoefisien binomial
Koefisien binomial
oilandgas24
 
Bab 5 penyederhanaan fungsi boolean
Bab 5 penyederhanaan fungsi booleanBab 5 penyederhanaan fungsi boolean
Bab 5 penyederhanaan fungsi booleanCliquerz Javaneze
 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATyuni dwinovika
 
2. galat
2. galat2. galat
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Syafrizal
 
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsistenMenentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsistenBAIDILAH Baidilah
 
Aljabar boolean MK matematika diskrit
Aljabar boolean MK matematika diskritAljabar boolean MK matematika diskrit
Aljabar boolean MK matematika diskritriyana fairuz kholisa
 
Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )
Kelinci Coklat
 

What's hot (20)

Back propagation
Back propagationBack propagation
Back propagation
 
Jaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruanJaringan syaraf tiruan
Jaringan syaraf tiruan
 
Rekursi
Rekursi Rekursi
Rekursi
 
Penyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi BooleanPenyederhanaan Fungsi Boolean
Penyederhanaan Fungsi Boolean
 
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
 
Penyederhanaan Karnaugh Map
Penyederhanaan Karnaugh MapPenyederhanaan Karnaugh Map
Penyederhanaan Karnaugh Map
 
(Jst)hebb dan delta rule
(Jst)hebb dan delta rule(Jst)hebb dan delta rule
(Jst)hebb dan delta rule
 
Interpolasi Newton
Interpolasi  NewtonInterpolasi  Newton
Interpolasi Newton
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
 
Koefisien binomial
Koefisien binomialKoefisien binomial
Koefisien binomial
 
Bab 5 penyederhanaan fungsi boolean
Bab 5 penyederhanaan fungsi booleanBab 5 penyederhanaan fungsi boolean
Bab 5 penyederhanaan fungsi boolean
 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
 
2. galat
2. galat2. galat
2. galat
 
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
 
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsistenMenentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
Menentukan sistem persamaan linier dalam bentuk sistem konsisten dan inkonsisten
 
Aljabar boolean MK matematika diskrit
Aljabar boolean MK matematika diskritAljabar boolean MK matematika diskrit
Aljabar boolean MK matematika diskrit
 
Algoritma brute force
Algoritma brute forceAlgoritma brute force
Algoritma brute force
 
Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )
Ruang Hasil kali Dalam ( Aljabar Linear Elementer )
 

Viewers also liked

Pengenalan pola sederhana dg perceptron
Pengenalan pola sederhana dg perceptronPengenalan pola sederhana dg perceptron
Pengenalan pola sederhana dg perceptron
Arief Fatchul Huda
 
Hebb, perceptro dan adaline
Hebb, perceptro dan adalineHebb, perceptro dan adaline
Hebb, perceptro dan adaline
petrus fendiyanto
 
Model Jaringan Hopfield
Model Jaringan HopfieldModel Jaringan Hopfield
Model Jaringan Hopfield
Sherly Uda
 

Viewers also liked (6)

Pengenalan pola sederhana dg perceptron
Pengenalan pola sederhana dg perceptronPengenalan pola sederhana dg perceptron
Pengenalan pola sederhana dg perceptron
 
Jaringan perceptron & matlab
Jaringan perceptron & matlabJaringan perceptron & matlab
Jaringan perceptron & matlab
 
Hebb, perceptro dan adaline
Hebb, perceptro dan adalineHebb, perceptro dan adaline
Hebb, perceptro dan adaline
 
14237 19 & 20 jst
14237 19 & 20 jst14237 19 & 20 jst
14237 19 & 20 jst
 
Create mental sphere
Create mental sphereCreate mental sphere
Create mental sphere
 
Model Jaringan Hopfield
Model Jaringan HopfieldModel Jaringan Hopfield
Model Jaringan Hopfield
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
VenyHandayani2
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
Rismawati408268
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
kusnen59
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
ppgpriyosetiawan43
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 

Perceptron

  • 1. 1. PENDAHULUAN Pada tahun 1943, Warren McCulloch dan Walter Pitts memperkenalkan salah satu artificial neurons [McPi43]. Fitur utama dari model neuron mereka adalah bahwa jumlah bobot sinyal input dibandingkan dengan ambang batas untuk menentukan neuron output. Ketika jumlah lebih besar dari atau sama dengan ambang batas, output adalah 1. Ketika jumlah kurang dari ambang batas, keluaran adalah 0. Mereka tetap meneruskan penelitian dengan menunjukkan bahwa jaringan neuron ini pada prinsipnyabisa menghitung setiap fungsi aritmetika atau logika. Tidak seperti jaringan biologis, parameters jaringan mereka harus dirancang, karena tidak ada metode pelatihan yang tersedia. Namun, hubungan yang dirasakan antara biologi dan komputer digital menghasilkan banyak minat. Pada akhir 1950-an, Frank Rosenblatt dan beberapa peneliti lain mengembangkan suatu kelas jaringan saraf yang disebut Perceptrons. Neuron dalam jaringan yang mirip dengan McCulloch dan pitts. Kunci kontribusi Rosenblatt adalah pengenalan aturan belajar untuk pelatihan jaringan perceptron untuk memecahkan masalah pengenalan pola [Rose58]. Ia membuktikan bahwa aturan belajarnya akan selalu bertemu untuk bobot jaringan yang benar, jika bobot yang ada memecahkan masalah. Pembelajarannya sederhana dan otomatis. Contoh perilaku yang layak diajukan ke jaringan yang belajar dari kesalahan. Perceptron bahkan bisa belajar ketika diinisialisasi dengan nilai acak untuk bobot dan bias. Sayangnya, jaringan perceptron secara inheren terbatas. Keterbatasan ini dipublikasikan secara luas dalam buku Perceptrons [MiPa69] oleh Marvin Minsky dan Seymour Papert. Mereka menunjukkan bahwa jaringan perceptron tidak mampu melaksanakan fungsi dasar tertentu. Hal ini tidak sampai tahun 1980-an dimana keterbatasan ini diatasi dengan memperbaiki jaringan perceptron (multilayer) dan aturan belajar yang saling terkait/berhubungan. Saat ini perceptron masih dipandang sebagai jaringan penting. Ia menyisakan suatu jaringan yang cepat dan handal untuk kelas masalah yang dapat dipecahkan. Selain daripada itu, pemahaman tentang operasi dari perceptron menyediakan dasar yang baik untuk memahami jaringan yang lebih kompleks. Jadi jaringan perceptron, dan aturan belajar yang terkait, adalah baik dan layak untuk didiskusikan di sini. Pada sisa dari bab ini kita akan mendefinisikan apa yang kitamaksud dengan aturan belajar, menjelaskan jaringan perceptron dan aturan belajar, dan mendiskusikan keterbatasan jaringan perceptron.
  • 2. 2. METODE PERCEPTRON Perceptron juga termasuk salah satu bentuk jaringan syaraf yang sederhana. Perceptron biasanya digunakan untuk mengklasifikasikan suatu tipe pola tertentu yang sering dikenal dengan pemisahan secara linear. Pada dasarnya, perceptron pada jaringan syaraf dengan satu lapisan memiliki bobot yang bisa diatur dan suatu nilai ambang (threshold). Algoritma yang digunakan oleh aturan perceptron ini akan mengatur parameter-parameter bebasnya melalui proses pembelajaran. Nilai threshold (θ) pada fungsi aktivasi adalan non negatif. Fungsiaktivasi ini dibuat sedemikian rupa sehingga terjadi pembatasan antara daerah positiF dan daerah negative. Perhatikan gambar di bawah ini : Gambar pembatasan linear dengan perceptron. Garis pemisah antara daerah positif dan daerah nol memiliki pertidaksamaan: W1X1 + W2X2 + b > 0 Sedangkan garis pemisah antara daerah negatif dengan daerah nol memiliki pertidaksamaan: W1X1 + W2X2 + b < -0 Misalkan kita gunakan pasangan vektor input s dan vektor output sebagai pasangan vektor yang akan dilatih. ALGORITMA : 0. Inisialisasi semua bobot dan bias: (untuk sederhananya set semua bobot dan bobot bias sama dengan nol). Set learning rate: α(0 < α ≤1). (untuk sederhananya set sama dengan 1). 1. Selama kondisi berhenti bernilai false, lakukan langkah-langkah sebagai berikut: (i). Untuk setiap pasangan pembelajaran s-t, kerjakan:
  • 3. a. Set input dengan nilai sama dengan vektor input: Xi= Si; b. Hitung respon untuk unit output: c. Perbaiki bobot dan bias jika terjadi error: Jika y ≠t maka: Wi(baru) = Wi(lama) + α*t*Xi b(baru) = b(lama) + α*t jika tidak, maka: Wi(baru) = Wi(lama) b(baru) = b(lama) (ii). Tes kondisi berhenti: jika tidak terjadi perubahan bobot pada (i) maka kondisi berhenti TRUE, namun jika masih terjadi perubahan maka kondisi berhenti FALSE. Algoritma di atas bisa digunakan baik untuk input biner maupun bipolar, dengan θ tertentu, dan bias yang dapat diatur. Pada algoritma tersebut bobot-bobot yang diperbaiki hanyalah bobot-bobot yang berhubungan dengan input yang aktif (xi ≠0) dan bobot-bobot yang tidak menghasilkan nilai yang benar. Contoh soal: Misalkan kita ingin membuat jaringan syaraf untuk melakukan pembelajaran terhadap fungsi AND dengan input biner dan target bipolar sebagai berikut: Input Bias Target 1111 1 0 1 -1 0 1 1 -1 0 0 1 -1
  • 4. Arsitektur jaringan untuk contoh soal: Bobot awal : w = [0,0 0,0] Bobot bias awal : b = [0,0] Learning rate (alfa): 0,8 Threshold (tetha) : 0,5 1. Epoh ke-1  Data ke-1 y_in = 0,0 + 0,0 + 0,0 = 0,0 Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5) Target = 1 Bobot baru: w1 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8 w2 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8 Bobot bias baru : b = 0,0 + 0,8 * 1,0 = 0,8  Data ke-2 y_in = 0,8 + 0,8 + 0,0 = 1,6 Hasil aktivasi = 1 (y_in >0,5) Target = -1 Bobot baru: w1 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,0 w2 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,8 Bobot bias baru : b = 0,8 + 0,8 * -1,0 = 0,0  Data ke-3 y_in = 0,0 + 0,0 + 0,8 = 0,8 Hasil aktivasi = 1 (y_in >0,5) Target = -1 Bobot baru: w1 = 0,0 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,0 w2 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,0 Bobot bias baru : b = 0,0 + 0,8 * -1,0 = -0,8
  • 5.  Data ke-4 y_in = -0,8 + 0,0 + 0,0 = -0,8 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1 2. Epoh ke-2  Data ke-1 y_in = -0,8 + 0,0 + 0,0 = -0,8 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = 1 Bobot baru: w1 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8 w2 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8 Bobot bias baru : b = -0,8 + 0,8 * 1,0 = 0,0  Data ke-2 y_in = 0,0 + 0,8 + 0,0 = 0,8 Hasil aktivasi = 1 (y_in >0,5) Target = -1 Bobot baru: w1 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,0 w2 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,8 Bobot bias baru : b = 0,0 + 0,8 * -1,0 = -0,8  Data ke-3 y_in = -0,8 + 0,0 + 0,8 = 0,0 Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5) Target = -1 Bobot baru: w1 = 0,0 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,0 w2 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,0 Bobot bias baru : b = -0,8 + 0,8 * -1,0 = -1,6  Data ke-4 y_in = -1,6 + 0,0 + 0,0 = -1,6 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1
  • 6. 3. Epoh ke-3  Data ke-1 y_in = -1,6 + 0,0 + 0,0 = -1,6 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = 1 Bobot baru: w1 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8 w2 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8 Bobot bias baru : b = -1,6 + 0,8 * 1,0 = -0,8  Data ke-2 y_in = -0,8 + 0,8 + 0,0 = 0,0 Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5) Target = -1 Bobot baru: w1 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,0 w2 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,8 Bobot bias baru : b = -0,8 + 0,8 * -1,0 = -1,6  Data ke-3 y_in = -1,6 + 0,0 + 0,8 = -0,8 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1  Data ke-4 y_in = -1,6 + 0,0 + 0,0 = -1,6 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1 4. Epoh ke-4  Data ke-1 y_in = -1,6 + 0,0 + 0,8 = -0,8 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = 1 Bobot baru: w1 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8 w2 = 0,8 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 1,6 Bobot bias baru : b = -1,6 + 0,8 * 1,0 = -0,8
  • 7.  Data ke-2 y_in = -0,8 + 0,8 + 0,0 = 0,0 Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5) Target = -1 Bobot baru: w1 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,0 w2 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 1,6 Bobot bias baru : b = -0,8 + 0,8 * -1,0 = -1,6  Data ke-3 y_in = -1,6 + 0,0 + 1,6 = 0,0 Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5) Target = -1 Bobot baru: w1 = 0,0 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,0 w2 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,8 Bobot bias baru : b = -1,6 + 0,8 * -1,0 = -2,4  Data ke-4 y_in = -2,4 + 0,0 + 0,0 = -2,4 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1 5. Epoh ke-5  Data ke-1 y_in = -2,4 + 0,0 + 0,8 = -1,6 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = 1 Bobot baru: w1 = 0,0 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 0,8 w2 = 0,8 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 1,6 Bobot bias baru : b = -2,4 + 0,8 * 1,0 = -1,6  Data ke-2 y_in = -1,6 + 0,8 + 0,0 = -0,8 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1  Data ke-3 y_in = -1,6 + 0,0 + 1,6 = -0,0
  • 8. Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5) Target = -1 Bobot baru: w1 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,8 w2 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,8 Bobot bias baru : b = -1,6 + 0,8 * -1,0 = -2,4  Data ke-4 y_in = -2,4 + 0,0 + 0,0 = -2,4 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1 6. Epoh ke-6  Data ke-1 y_in = -2,4 + 0,8 + 0,8 = -0,8 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = 1 Bobot baru: w1 = 0,8 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 1,6 w2 = 0,8 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 1,6 Bobot bias baru : b = -2,4 + 0,8 * 1,0 = -1,6  Data ke-2 y_in = -1,6 + 1,6 + 0,0 = -0,0 Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5) Target = -1 Bobot baru: w1 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,8 w2 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 1,6 Bobot bias baru : b = -1,6 + 0,8 * -1,0 = -2,4  Data ke-3 y_in = -2,4 + 0,0 + 1,6 = -0,8 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1  Data ke-4 y_in = -2,4 + 0,0 + 0,0 = -2,4 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1
  • 9. 7. Epoh ke-7  Data ke-1 y_in = -2,4 + 0,8 + 1,6 = -0,0 Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5) Target = 1 Bobot baru: w1 = 0,8 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 1,6 w2 = 1,6 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 2,4 Bobot bias baru : b = -2,4 + 0,8 * 1,0 = -1,6  Data ke-2 y_in = -1,6 + 1,6 + 0,0 = -0,0 Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5) Target = -1 Bobot baru: w1 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 0,8 w2 = 2,4 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 2,4 Bobot bias baru : b = -1,6 + 0,8 * -1,0 = -2,4  Data ke-3 y_in = -2,4 + 0,0 + 2,4 = 0,0 Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5) Target = -1 Bobot baru: w1 = 0,8 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 0,8 w2 = 2,4 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 1,6 Bobot bias baru : b = -2,4 + 0,8 * -1,0 = -3,2  Data ke-4 y_in = -3,2 + 0,0 + 0,0 = -3,2 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1 8. Epoh ke-8  Data ke-1 y_in = -3,2 + 0,8 + 1,6 = -0,8 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = 1 Bobot baru: w1 = 0,8 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 1,6
  • 10. w2 = 1,6 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 2,4 Bobot bias baru : b = -3,2 + 0,8 * 1,0 = -2,4  Data ke-2 y_in = -2,4 + 1,6 + 0,0 = -0,8 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1  Data ke-3 y_in = -2,4 + 0,0 + 2,4 = 0,0 Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5) Target = -1 Bobot baru: w1 = 1,6 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 1,6 w2 = 2,4 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 1,6 Bobot bias baru : b = -2,4 + 0,8 * -1,0 = -3,2  Data ke-4 y_in = -3,2 + 0,0 + 0,0 = -3,2 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1 9. Epoh ke-9  Data ke-1 y_in = -3,2 + 1,6 + 1,6 = 0,0 Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5) Target = 1 Bobot baru: w1 = 1,6 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 2,4 w2 = 1,6 + 0,8 * 1,0 * 1,0 = 2,4 Bobot bias baru : b = -3,2 + 0,8 * 1,0 = -2,4  Data ke-2 y_in = -2,4 + 2,4 + 0,0 = 0,0 Hasil aktivasi = 0 (-0,5 < y_in <0,5) Target = -1 Bobot baru: w1 = 2,4 + 0,8 * -1,0 * 1,0 = 1,6 w2 = 2,4 + 0,8 * -1,0 * 0,0 = 2,4 Bobot bias baru : b = -2,4 + 0,8 * -1,0 = -3,2
  • 11.  Data ke-3 y_in = -3,2 + 0,0 + 2,4 = -0,8 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1  Data ke-4 y_in = -3,2 + 0,0 + 0,0 = -3,2 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1 10. Epoh ke-10  Data ke-1 y_in = -3,2 + 1,6 + 2,4 = 0,8 Hasil aktivasi = 1 (y_in >0,5) Target = 1  Data ke-2 y_in = -3,2 + 1,6 + 0,0 = -1,6 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1  Data ke-3 y_in = -3,2 + 0,0 + 2,4 = -0,8 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1  Data ke-4 y_in = -3,2 + 0,0 + 0,0 = -3,2 Hasil aktivasi = -1 (y_in < -0,5) Target = -1 Pada epoh ke-10 ini sudah tidak terjadi perubahan bobot, sehingga proses pembelajaran dihentikan. Hasil akhir diperoleh: Nilai bobot, w1= 1,6; dan w2= 2,4. Bobot bias, b = -3,2. Dengan demikian garis yang membatasi daerah positifdengan daerah nol memenuhi pertidaksamaan: 1,6 x1+ 2,4 x2– 3,2 > 0,5
  • 12. Sedangkan garis yang membatasi daerah negatif dengan daerah nol memenuhi pertidaksamaan: 1,6 x1+ 2,4 x2– 3,2 < -0,5