SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
KANDUNGAN NDF DAN ADF SERTA KECERNAAN BAHAN KERING
DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO HIJAUAN PAKAN PADANG
PENGGEMBALAAN ALAM DI KELURAHAN LELOGAMA
KECAMATAN AMFOANG SELATAN AKBUPATEN KUPANG
SKRIPSI
Oleh:
MARKUS LUTHER TAEBENU
NIM. 1605030226
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
KANDUNGAN NDF DAN ADF SERTA KECERNAAN BAHAN KERING
DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO HIJAUAN PAKAN PADANG
PENGGEMBALAAN ALAM DI KELURAHAN LELOGAMA
KECAMATAN AMFOANG SELATAN KABUPATEN KUPANG
SKRIPSI
Oleh:
MARKUS LUTHER TAEBENU
NIM. 1605030226
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana
peternakan pada Fakultas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Universitas
Nusa Cendana
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
KANDUNGAN NDF DAN ADF SERTA KECERNAAN BAHAN KERING
DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO HIJAUAN PAKAN PADANG
PENGGEMBALAAN ALAM DI KELURAHAN LELOGAMA
KECAMATAN AMFOANG SELATAN KABUPATEN KUPANG
SKRIPSI
Oleh:
MARKUS LUTHER TAEBENU
NIM. 1605030226
Skripsi ini telah disetujui untuk diuji
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Ir. Herayanti Panca Nastiti, M.Si
Pembimbing Utama
Ir. Stefanus Tany Temu, M.Si
Pembimbing Anggota
KANDUNGAN NDF DAN ADF SERTA KECERNAAN BAHAN KERING
DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO HIJAUAN PAKAN PADANG
PENGGEMBALAAN ALAM DI KELURAHAN LELOGAMA
KECAMATAN AMFOANG SELATAN KABUPATEN KUPANG
SKRIPSI
Oleh:
MARKUS LUTHER TAEBENU
NIM. 1605030226
Skripsi ini telah disidangkan di hadapan komisi ujian lisan :
Tim Penguji Skripsi
Ir. Herayanti Panca Nastiti, M.Si
Ketua
Ir. Stefanus Tany Temu, M.Si
Anggota I
Dr. Ir. Edi Djoko Sulistijo, MP
Anggota II
Mengesahkan
Dekan
Fakultas Peternakan
Universitas Nusa Cendana
Dr. Ir. Arnol E. Manu, MP
NIP : 19680416 199203 1 002
Ketua Program Studi
Peternakan
Dr. Ir. Edi Djoko Sulistijo, MP
NIP :19650414 198903 1 002
Tanggal Ujian: 05-01-2022
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIASI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Markus Luther Taebenu
NIM : 1605030226
Judul Skripsi : Kandungan NDF dan ADF serta Kecernaan Bahan Kering
dan Bahan Organik In Vitro Hijauan Pakan Padang
Penggembalaan Alam di Kelurahan Lelogama, Kecamatan
Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis,
data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain atau terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara di tulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka. Skripsi ini di tulis dengan kaidah-kaidah
ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat
dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia
menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dari
pernyataan ini.
Dibuat di Kupang,
Tanggal, Desember
2021
Penulis,
Markus Luther Taebenu
MOTTO
Berpikirlah Sebelum bertindak karena penyesalan
selalu datang di akhir kisah
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah yang diberikanNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini
disusun berdasarkan hasil penelitian yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Nusa
Cendana. Seluruh rangkaian penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan
terima kasih dengan doa yang tulus kiranya Tuhan Yang Maha Esadengan kasih
setia-Nya melimpahkan berkat kepada Ibu Ir. Herayanti Panca Nastiti, M.Siselaku
pembimbing utama; Bapak Ir. Stefanus Tany Temu, M.Si selaku pembimbing
anggota; Bapak Dr. Ir. Edi Djoko Sulistijo, MP selaku dosen penguji dan spenilai
yang telah meluangkan waktu memberikan saran dan petunjuk dalam rangka
penulisan skripsi ini. Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Arnol E. Manu, MP selaku Dekan Fakultas
Peternakan,Kelautan dan Perikanan Universitas Nusa Cendana.
2. Ibu Dr. Ir. Maria Yasinta Luruk, MP selaku Ketua Program Studi
Peternakan.
3. Ibu Solvi Makandolu, S. Pt, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik dan
seluruh Dosen serta staf Fakultas Peternakan yang selalu memberikan
dukungan, bimbingan dan motivasi kepada penulis.
4. Orang tua tercinta Bapak dan Mama, Kakak, dan Adik serta semua
keluarga yang selalu memberikan dukungan bagi penulis baik secara moril
v
dan materil, serta memberikan kasih sayang dan doa.
5. Rekan-rekan penelitian padang penggembalaan Kakak Yoseph dan Meri
yang selalu setia menemani dan membantu selama masa penelitian hingga
akhir penulisan skripsi ini.
6. Adik Nachi, Adik Nofi, Adik Arit, Kakak Yamin Olla, S.Pi, Kakak Yustus,
Febi, Kakak Us Taneo, Kakak Tamar Laome, Mama Yosina Nenobais,
Bapak Yunus Laome, Bapak Kos dan Mama Kos, yang selalu memberi
dukungan dan membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Keluarga besar Forum Studi Feto Mone (FSFM-TTS), keluarga besar
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang
Kupang ST. Fransiskus Xaverius, keluarga besar Perhimpunan Mahasiswa
Kabupaten Kupang (PERMASKKU) dan keluarga besar Komite Nasional
Pemuda Indonesia (KNPI) cabang Kabupaten Kupang. Terima kasih atas
segala proses belajar yang diberikan dan kebersamaan yang telah kita rajut
bersama kiranya persahabatan kita tetap utuh.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala kritik dan saran demi
penyempurnaan tulisan ini. Akhirnya semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Kupang, April 2022
Penulis
vi
ABSTRAK
KANDUNGAN NDF DAN ADF SERTA KECERNAAN BAHAN KERING
DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO HIJAUAN PAKAN PADANG
PENGGEMBALAAN ALAM DI KELURAHAN LELOGAMA
KECAMATAN AMFOANG SELATAN KABUPATEN KUPANG
Oleh
Markus Luther Taebenu, Herayanti Panca Nastiti, Stefanus Tany Temu
Fakultas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Universitas Nusa Cendana,
Jln. Adisucipto, Penfui, Kupang
Email.taebenumarko@gmail.com
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan NDF dan ADF serta
kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro hijauan pakan pada padang
penggembalaan di Kelurahan Lelogama, Kecamatan Amfoang Selatan,
Kabupaten Kupang. Metode yang digunakan dalam penelitian ialah survei,
pengukuran dan pengamatan langsung serta diuji secara in vitro di laboratorium.
Materi penelitian adalah hijauan rumput dan legum yang tumbuh di atas areal
padang rumput alam di lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai rata-rata NDF
64.14 % dan ADF 55.64 %, serta kecernaan bahan kering 49.87 % dan kecernaan
bahan organik 42.35 %. Simpulan bahwa nilai NDF dan ADF tinggi dan tingkat
kecernaan hijauan pakan di padang penggembalaan alam Lelogama tergolong
rendah.
Kata kunci : NDF, ADF, Bahan Kering, Bahan Organik, Kecernaan, Hijauan
Pakan
vii
ABSTRACT
CONTENT OF NDF AND ADF AND DIGESTABILITY OF DRY
MATERIALS AND ORGANIC MATERIALS IN VITRO FORGIVE FEED
PADANG NATURAL SHAREHOLDERS IN LELOGAMA KELURAHAN,
AMFOANG SELATAN DISTRICT, KUPANG REGENCY
By
Markus Luther Taebenu, Herayanti Panca Nastiti, Stefanus Tany Temu
Faculty of Animal Husbandry, Maritime Affairs and Fisheries, University of Nusa
Cendana,
Jln. Adisucipto, Penfui, Kupang
Email.taebenumarko@gmail.com
This study aims to determine the content of NDF and ADF as well as dry
matter digestibility and organic matter in vitro forage in grazing fields in
Lelogama Village, South Amfoang District, Kupang Regency. The method used
in this research is survey, measurement and direct observation and tested in vitro
in the laboratory. The research material is forage grass and legumes that grow on
natural grassland areas at the research location. The results showed that the
average value of NDF 64.14% and ADF 55.64%, and dry matter digestibility
49.87% and organic matter digestibility 42.35%. The conclusion is that the NDF
and ADF values are high and the digestibility level of forage in the Lelogama
natural grazing field is low.
Keywords : NDF, ADF, Dry Matter, Organic Matter, Digestibility, Forage
viii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. vi
ABSTRACT........................................................................................... vii
DAFTAR ISI.......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3. Tujuan ........................................................................................ 3
1.4. Manfaat....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Padang Penggembalaan............................................................... 4
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Padang Penggembalaan ..... 6
2.3. Neutral Detergent Fiber (NDF) .................................................. 6
2.4. Acid Detergent Fiber (ADF) ....................................................... 7
2.5. Kecernaan Bahan Kering............................................................. 8
2.6. Kecernaan Bahan Organik........................................................... 9
2.7. Kecernaan In Vitro ...................................................................... 10
BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 11
3.2. Data dan Sumber Data................................................................. 11
3.3. Materi dan Alat-Alat Penelitian .................................................. 11
3.4. Metode Penelitian........................................................................ 12
3.5. Prosedur Pengambilan Sampel Hijauan ...................................... 12
3.6. Teknik Pengambilan Cairan Rumen............................................ 13
3.7. Prosedur In Vitro......................................................................... 13
3.8. Variabel Penelitian ...................................................................... 15
3.9. Analisis Data ............................................................................... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
ix
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 18
4.2. Sistem Pemanfaatan Padang Pengembalaan Alam dan Populasi
Ternak di Lokasi Penelitian.........................................................
20
4.3. Keadaan Iklim Lokasi Penelitian ................................................ 21
4.4. Kelembapan Udara...................................................................... 23
4.5. Kandungan NDF dan ADF Hijauan Pakan ................................. 24
4.6. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik ............................ 26
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan.................................................................................. 30
5.2. Saran............................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 31
LAMPIRAN........................................................................................... 35
RIWAYAT HIDUP............................................................................... 37
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan Unsur Hara dan Tekstur Tanah di Kelurahan Lelogama
................................................................................................................
19
2. Populasi Ternak di Kelurahan Lelogama Tahun 2018........................... 21
3. Rata-Rata Curah Hujan di Kabupaten Kupang ...................................... 22
4. Kandungan NDF dan ADF hijauan pakan di padang
penggembalaan Lelogama......................................................................
24
5. Tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik hijauan pakan
di padang penggembalaan lelogama.......................................................
26
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pemotongan Hijauan ........................................................................... 36
2. Penimbangan Hijauan Pakan ............................................................... 36
3. Koleksi Sampel .................................................................................... 36
4. Penyimpanan Selama Satu Minggu Sebelum Dianalisis di
Laboratorium........................................................................................
36
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Hasil Analisis Laboratorium................................................................ 35
2. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kabupaten Kupang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT) dengan luas wilayah 5.298,13 km. Kecamatan Amfoang
Selatan merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk mencapai
366.383 jiwa dengan laju pertumbuhan per tahun 2010-2020 sebesar 1,87%.
Ketersediaan hijauan yang relatifbanyak sangat cocok bagi pengembangan ternak
ruminansia maupun non ruminansia, daya dukung alami berupa tersedianya
padang penggembalaan alam yang cukup luas merupakan aset yang berpotensi
untuk dikembangkan di wilayah Amfoang, khususnya di Kelurahan Lelogama
dengan luas 13,42 ha (BPS Kabupaten Kupang, 2020).
Pengembangan ternak ruminansia besar sangat ditentukan oleh potensi
daya dukung wilayah khususnya ketersediaan pakan ternak berupa hijauan pakan
(rumput dan leguminosa). Padang penggembalaan adalah areal untuk
menggembalakan ternak ruminansia dengan manajemen pemeliharaan diliarkan
(grazing) dalam mendukung efisiensi tenaga kerja dalam budidaya ternak.
Umumnya ternak ruminan di Kecamatan Amfoang Selatan khususnya Kelurahan
Lelogama dipelihara secara ekstensif tradisional. Daya dukung pakan di padang
penggembalaan sangat ditentukan oleh jenis tanaman yangdapat tumbuh karena
akan berpengaruh terhadap besar kecilnya ketersediaan hijauan yang dapat
dikonsumsi ternak. Jenis hijauan yang cocok untuk dibudidayakan pada padang
penggembalaan adalah hijauan yang memiliki perakaran yang kuat, tahan
2
injakan, tahan renggutan, dan tahan terhadap kekeringan.
Persiapan daya dukung pakan di padang penggembalaan perlu
diperhatikan. Adapun salah satu upaya yang dapat dilakukan melalui kajian
komposisi nutrisi serta tingkat kecernaan hijauan pakan pada lahan
penggembalaan sebagai referensi dalam mengoptimalkan dan mengevaluasi
kualitas suatu padang penggembalaan. Metode in vitro adalah suatu metode
pendugaan kecernaan secara tidak langsung yang dilakukan di laboratorium
dengan meniru proses yang terjadi di dalam saluran pencernaan ruminansia.
Keuntungan metode in vitro adalah waktu lebih singkat dan biaya lebih murah.
Kecernaan menunjukkan tingkat penggunaan zat-zat makanan serta dapat
mempengaruhi konsumsi. Kecernaan bahan kering dipengaruhi oleh kandungan
protein pakan, karena setiap sumber protein memiliki kelarutan dan ketahanan
degradasi yang berbeda-beda. Kecernaan bahan organik merupakan faktor
penting yang dapat menentukan nilai pakan. Dalam mengestimasi kandungan
serat dalam pakan digunakan metode Van Soest. Metode ini terdiri dari 2 bagian
yaitu : Sistem netral untuk mengukur total serat atau serat yang tidak larut dalam
Neutral Detergent Fiber (NDF) dan sistem detergen asam yang digunakan untuk
mengisolasi sellulosa yang tidak larut dan lignin serta beberapa komponen yang
terikat dengan keduanya yang disebut Acid Detergen Fiber (ADF).
Sutardi dkk. (2001) menyatakan bahwa setiap jenis ternak ruminansia
memiliki mikroba rumen dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam
mendegradasi ransum, sehingga mengakibatkan perbedaan kecernaan. Oleh sebab
itu suatu kajian mengenai tingkat kecernaan hijauan pakan pada suatu padang
3
penggembalaan alam penting untuk menentukan kualitas hijauan makanan ternak
serta efisiensi kecernaannya. Berdasarkan hal tersebut telah dilakukan suatu
penelitian mengenai kandungan NDF dan ADF serta Kecernaan Bahan Kering
dan Bahan Organik In Vitro Hijauan Pakan Padang Penggembalaan Alam di
Kelurahan Lelogama, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahan
yang diteliti, yakni bagaimana kandungan NDF dan ADF serta Kecernaan Bahan
Kering dan Bahan Organik hijauan padang penggembalaan alam Lelogama secara
in vitro?
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan NDF dan ADF serta
Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik secara in vitro hijauan pakan
padang penggembalaan alam di Kelurahan Lelogama, Kecamatan Amfoang
Selatan, Kabupaten Kupang.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai informasi bagi peternak setempat dalam memanfaatkan padang
penggembalaan alam.
2. Sebagai salah satu sumbangan informasi ilmiah untuk pengembangan
ilmupengetahuan dan teknologi di bidang peternakan.
3. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pemerintah dalam
memanfaatkan potensi sumber daya alam yang tersedia secara optimal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Padang Penggembalan
Daya dukung pakan di padang penggembalaan ditentukan oleh jenis
tanaman yang dapat tumbuh yang akan berpengaruh terhadap besar kecilnya
ketersediaan hijauan yang dapat dikonsumsi ternak. Jenis hijauan yang cocok
untuk dibudidayakan pada padang penggembalaan adalah hijauan yang memiliki
perakaran yang kuat, tahan pijakan, tahan renggutan, dan tahan terhadap
kekeringan (Mcilroy, 1976). Biasanya sistem pemeliharaan dengan cara ternak
diumbar di lahan tertentu pada periode tertentu, ternak bebas memilih hijauan
yang dibutuhkan, sehingga memacu produktivitas ternak itu sendiri. Adapun
macam-macam padang penggembalaan menurut Reksohadiprodjo (1994) yang
disitasi oleh Marta (2015) adalah sebagai berikut :
1. Padang Penggembalaan Alam
Padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput
perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada
pohon, sering disebut padang penggembalaan permanen, tidak ada campur
tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak
yang digembalakan.
2. Padang Penggembalaan Alam yang Sudah Ditingkatkan
Spesies-spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belumditanam
oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga
didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan
5
mengatur pemotongan (defoliasi).
3. Padang Penggembalaan Buatan
Tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan
dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanen
atau diselingi dengan tanaman pertanian.
4. Padang Penggembalaan dengan Irigasi
Padangan biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat
sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan
selama 2 sampai 4 hari.
Syarat padang penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan
kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang
mudah dikembangbiakkan (Reksohadiprojo, 1985 yang disitasi oleh Marta,
2015). Menurut Susetyo (1980) bahwa kondisi optimum suatu padang
penggembalaan yang baik adalah komposisi 60% rumput dan 40% leguminosa..
Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki oleh suatu padangan
adalah 70 sampai 80% untuk kadar air dan bahan keringnya 20 sampai 30%.
Hijauan pastura membutuhkan periode istirahat untuk tumbuh kembali 45
sampai 60 hari setelah dipotong. Untuk pastura alam sebaiknyadibakar secara
periodik, karena hal ini dapat memusnahkan rumput yang tidak palatabel dan
kering, serta untuk merangsang pertumbuhan tanaman muda yang lebih tinggi
nilai gizinya dan lebih disukai ternak (Reksohadiprodjo dan Utomo, 1983 yang
disitasi oleh Marta (2015).
6
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Padang Penggembalaan
Padang penggembalaan merupakan suatu areal yang pertumbuhan
vegetasinya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Susetyo (1981), faktor-
faktor yang mempengaruhi padang penggembalaan adalah antara lain air,
intensitas sinar matahari, kompetisi zat-zat makanan, kekompakan tanah,
inokulasi, temperatur lingkungan, angin dan curah hujan.
Selain faktor-faktor tersebut, spesies atau jenis tanaman merupakan salah
satu faktor penting yang tidak terlepas dari peran vitalnya dalam menunjang
kemampuan produksi padang penggembalaan karena setiap spesies memiliki
karakteristik pertumbuhan komposisi nutrisi dan produksi yang berbeda.
Kemampuan suatu tanaman untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dari
faktor genetik berpengaruh pada proses pertumbuhan dan produksi suatu
tanaman.
2.3. Neutral Detergent Fiber (NDF)
Neutral Detergent Fiber (NDF) merupakan zat makanan yang tidak larut
dalam detergent netral dan NDF bagian terbesar dari dinding sel tanaman. Bahan
ini terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika serta protein fibrosa (Van
Soest, 1982 dalam Usman dkk, 2019). NDF merupakan fraksi serat kasar yang
sulit dicerna sehingga konsumsi bahan kering yang berbeda tidak nyata
menyebabkan konsumsi NDF juga berbeda tidak nyata sesuai dengan yang
dijelaskan Tillman dkk (1991) bahwa fraksi serat kasar mempunyai pengaruh
yang paling besar terhadap daya cerna. Penurunan nilai NDF disebabkan
meningkatnya kadar lignin yang mengakibatkan menurunnya kadar hemiselulosa.
7
Menurut Wahyono dkk (2019) semakin rendah komponen fraksi serat maka
semakin kecil pula energi yang diperlukan mikroba untuk mencerna selulosa,
hemiselulosa dan lignin, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kecernaan.
Hemiselulosa dan selulosa merupakan komponen dinding sel yang dapat
dicerna oleh mikroba. Tinggi-nya kadar lignin menyebabkan mikroba tidak
mampu menguasai hemiselulosa dan selulosa secara sempurna. Degradasi NDF
lebih tinggi dibanding degradasi ADF di dalam rumen, karena NDF mengandung
fraksi yang mudah larut, yaitu hemiselulosa (Church and Pond, 1988 dalam
Novika, 2013). Hal ini sesuai dengan pendapat Zakariah (2016), yakni
hemiselulosa adalah polisakarida yang mempunyai tingkat kecernaan lebih baik
dibanding selulosa dan lignin.). Hemiselulosa adalah suatu nama untuk
menunjukkan suatu golongan substensi termasuk didalamnya pentosa, hektosa,
araban, xilan dan polinuorat yang kurang tahan terhadap pelarut kimia maupun
reaksi enzimatis (Tillman dkk., 1991).
2.4. Acid Detergent Fiber (ADF)
ADF merupakan zat makanan yang tidak larut dalam detergent asam yang
terdiri dari selulosa,lignin dan silika (Van Soest, 2006 dalam Usman dkk, 2019).
Acid DetergentFibre (ADF) dan Neutral Detergent Fibre (NDF) merupakan fraksi
dinding sel dengan nilai cerna rendah. Semakin rendah fraksi Neutral Detergent
Fibre dan Acid Detergent Fibre, kecernaan pakan semakin tinggi (Preston dan
Leng, 1987 dalam Sudirman dkk, 2015). ADF digunakan sebagai suatu langkah
persiapan untuk mendeterminasikan lignin, sehingga hemiselulosa dapat
diestimasi dari perbedaan struktur dinding sel dengan ADF itu sendiri.
8
Komponen ADF yang mudah dicerna adalah selulosa, sedangkan lignin sulit
dicerna karena memiliki ikatan rangkap, jika kandungan lignin dalam bahan
pakan tinggi maka koefisien cerna pakan tersebut menjadi rendah (Sutardi 1980).
Secara normal persentase ADF dalam hijauan 25–45% dari bahan kering
hijauan untuk diberikan pada ternak (Ruddel et al, 2002). Semakin tinggi Acid
Detergent Fibre, kualitas atau daya cerna hijauan semakin rendah (Crampton dan
Haris, 1969 dalam Sudirman dkk, 2015). Hal ini sesuai dengan laporan Despal
(2000) yang melaporkan bahwa NDF dan ADF memiliki hubungan yang negatif
dengan kecernaan dimana semakin rendah NDF dan ADF maka semakin tinggi
kecernaan ransum sebaliknya semakin tinggi NDF dan ADF maka kecernaan
ransum semakin rendah. Serat di dalam rumen ruminansia dapat didegradasi oleh
bakteri selulolitik menjadi sumber energi untuk ternak (Zain, 2007). Fraksi serat
pada ternak ruminansia merupakan sumber energi yang sangat potensial
sepanjang ketersediaannya tidak dihambat oleh faktor lain seperti lignifikasi dan
kristalisasi (Retno, 2003 dalam Sudirman dkk., 2015).
2.5. Kecernaan Bahan Kering
Kecernaan bahan kering mampu menunjukkan kualitas pakan dan besarnya
kemampuan ternak dalam memanfaatkan suatu jenis pakan (Rahman dkk., 2013).
Kecernaan bahan kering merupakan salah satu indikator untuk menentukan
kualitas ransum. Semakin tinggi kecernaan bahan kering maka semakin tinggi
pula peluang nutrisi yang dapat dimanfaatkan ternak untuk pertumbuhannya
(Afriyanti, 2008). Kisaran normal kecernaan bahan kering yaitu 50,7-59,7%.
Faktor-faktor yang mempengaruhikecernaan bahan kering, yaitu jumlah ransum
9
yang dikonsumsi, laju perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan dan jenis
kandungan gizi yang terkandung dalam ransum tersebut. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering ransum adalah tingkat proporsi
bahan pakan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein ransum, persentase
lemak dan mineral (Sutardi, 1995 yang disitasi oleh Sahanaya, 2019).
2.6. Kecernaan Bahan Organik
Menurut pendapat Hariyadi dkk. (2013) kecernaan bahan organik pakan
merupakanpersentase dari protein, lemak, vitamin dan karbohidrat yang dicerna
selama prosespencernaan. Fathul dan Wajizah (2010) menyatakan bahwa bahan
organik merupakan bagian dari bahan kering, sehingga apabila bahan kering
meningkat akan meningkatkan bahan organik begitu juga sebaliknya. Tillman
dkk. (1991) menyatakan bahwa kecernaan bahan organik juga dipengaruhi oleh
kandungan serat kasar dalam bahan pakan sebab kandungan serat kasar dalam
pakan akan mengakibatkan rendahnya nilai degradasi, karena serat kasar yang
berupa selulosa dan hemiselulosa sering berikatan dengan lignin. Fathul dan
Wajizah (2010) menambahkan bahwa kandungan abu dapat memperlambat atau
menghambat tercernanya bahan organik pada ransum. dipecah oleh enzim
pencernaan, dengan demikian kecernaan akan semakin rendah apabila suatu
bahan pakan mengandung serat yang tinggi. Selain itu, sesuai dengan pernyataan
Wodzicka et al. yang disitasi oleh Nugroho dkk. (2020) bahwa tinggi rendahnya
kecernaan bahan organik disebabkan oleh tinggi rendahnya konsumsi bahan
organiknya. Besarnya konsumsi bahan organik ini akan mempengaruhi
ketersediaan energi dalam rumen untuk pertumbuhan mikroba rumen.
10
Pertumbuhan mikroba rumen akan berhubungan dengan kerja optimal mikroba
yang nantinya berpengaruh terhadap kecernaan ternak (Kamal, 1994). Sehingga
konsumsi bahan organik akan berbanding lurus dengan kecernaan bahan
organiknya.
2.7. Kecernaan In Vitro
Teknik in vitro adalah suatu prosedur yang mencoba mempelajari atau
mengikuti proses kecernaan yang terjadi dalam tubuh ternak. Teknik in vitro
meniru kondisi rumen, teknik ini tergantung pemindahan keseluruhan mikrobia
yang diambil di dalam rumen ternak ruminansia (Tilley and Terry, 1963). Teknik
kecernaan in vitro memiliki keuntungan mudah, ekonomis dan menyerupai in
vivo supaya menghasilkan nilai yang mendekati nilai in vivo atau relatif lebih
besar 1 – 2 % sehingga memperkecil perbedaan dari standar (Omed et al., 2000
yang disitasi oleh Setiyaningsih dkk., 2012). Hal ini didukung oleh pedapat Arora
(1989) yang menyatakan bahwa pengukuran dengan metode in vitro mempunyai
beberapa keutungan antara lain mengurangai resiko kematian ternak, mewakili
penampilan ternak dan lebih ekonomis.
11
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di padang penggembalaan alam di Kelurahan
Lelogama, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang selama 6 (enam)
bulan terhitung 26 Juli 2019 sampai 26 Januari 2020.
3.2. Data dan Sumber Data
Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapangan dan
setelah itu dimasukan ke laboratorium untuk dianalisis kandungan bahan kering
(BK) dan bahan organik (BO) serta data sekunder bersumber dari literatur. Data
yang diperoleh di lapangan kemudian dianalisis di Laboratorium Kimia Pakan
Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana. Data sekunder meliputi kondisi
geografis, temperatur, kelembaban udara, curah hujan, suhu/temperatur dan
ketinggian tempat dari permukaan laut (dPL), jumlah dan jenis ternak yang
dipelihara di padang penggembalaan alam tersebut.
3.3. Materi dan Alat-Alat Penelitian
Materi penelitian adalah hijauan rumput dan legum yang tumbuh di atas
areal padang rumput alam di lokasi penelitian dan alat-alat yang digunakan
berupa petak ukur/plot 1m x 1m, sabit, gunting, kantong plastik, kompas,
timbangan duduk kapasitas 5-10 kg, kalkulator, alat tulis, tali dan kertas label.
12
3.4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode survei,
pengukuran dan pengamatan langsung di lokasi penelitian.
3.5. Prosedur Pengambilan Sampel Hijaun
Setelah hijauan dipotong di lapangan dan di timbang untuk mengetahui
berat segar kemudian dikeringkan selama satu minggu untuk mengetahui berat
keringnya. Setelah itubahan tersebut dihaluskan menggunakan mesin mol untuk
selajutnya di bawa ke Laboratorium untuk dianalisis.
Prosedur kerjanya sebagai berikut:
1. Menentukan daerah pengamatan
2. Menlakukan survei pendahuluan guna memahami bentuk dan zona
lingkungan lahan pengamatan
3. Menentukan bingkai kuadrat untuk pengambilan sampling plot. Bingkai
kuadrat yang digunakan berukuran 1 m X 1 m.
4. Pada daerah pegamatan dilakukan penempatan sampling plot secara
sistematis berupa plot-plot dalam jarak 10 m.
5. Melakukan identifikasi jenis spesies rumput, leguminosa dan gulma
6. Melakukan pemotongan hijauan dengan jarak potong dari permukaan
tanah 5 cm
7. Hijauan yang sudah dipotong dimasukkan kedalam kantong plastik yang
sudah diberi label sesuai arah mata angin
8. Hijauan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat segarnya
9. Hijauan dikeringkan selama satu minggu
13
10. Setelah kering hijauan ditimbang untuk mengetahui berat keringnya
11. Hijauan yang telah kering kemudian digiling hingga menjadi tepung
12. Tepung hijauan kemudian diambil sebanyak 100 g sesuai arah mata
angin dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis
3.6.Teknik Pengambilan Cairan Rumen
Cairan rumen diambil dari ternak sapi bali jantan yang mengkonsumsi
rumputgajah milik Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana. Pengambilan
cairan rumen dilakukan 3-4 jam setelah pemberian pakan dengan cara
memasukan selang plastik yang telah di sambungkan dengan pompa vakum ke
dalam mulut ternak hingga ke dalam rumen lalu dipompa hingga keluar,
selanjutnya dimasukan ke dalam termos yang sebelumnya diisi air panas, dibawa
ke laboratorium lalu cairan rumen disaring menggunakan gelas woll dengan kain
kasa berlapis, kemudian dicampur dengan saliva sesuai takaran 1:4.
3.7. Prosedur In Vitro (sesuai petunjuk Tilley dan Terry, 1963)
1. Timbang sampel untuk kecernaan invitro. Tempatkan 0,5 gr sampel ke
dalam tabung sentrifugi yang telah diberi nomor (duplikat).
2. Tambahkan 50 ml larutan bufer dan cairan rumen (4 : 1) ke dalam setiap
tabung. Sebelum tabung ditutup dengan karet, dialiri lebih dengan CO2
agar kondisi dalam tabung diusahakan anaerob. dahulu Kemudian di
tabung–tabung ditempatkan dalam penangas air temperatur 39o
C selama
48 jam dan dikocok 2x setiap hari. Dikerjakan dua tabung blangko, berisi
larutan bufer dan cairan rumen.
3. Setelah 48 jam, tabung-tabung diangkat dari penangas air, lalu direndam
14
dalam air dingin, kadang-kadang dikocok.
4. Tabung diputar dalam sentrifugi pada 2000 rpm selama 15 menit,
kemudian supernatannya diambil untuk selanjutnya di ukur NH3 dan VFA
rumen.
5. Tambahkan 2 ml pepsin 5%, gojok pelan dan tempatkan dalam penangas
air atau inkubator pada temperatur 39o
C kocok pelan lagi 2 kali pada hari
pertama dan 3 kali pada hari kedua. Untuk menghindari penguapan larutan
media,tabung disumbat dengan karet yang sama.
6. Setelah 48 jam tabung diambil, diputar dalam sentrifugi selama 15 menit
pada 2000 rpm, tuangkan supernatan dan tambahkan 50 ml pepsin 0,2%
dan 0,1 NHCL.
7. Disiapkan gooch crucible dengan membuat lapisan glass-wool yang terdiri
dari3-4 lapis. Cuci glass-wool dengan air disedot dengan pompa vakum,
kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105o
C selama 5 jam,
dinginkan dalam desikator dan timbang.
8. Setelah didigesti selama 48 jam, pindahkan isi tabung sentrifugi kedalam
crucuble yang kering dan sudah ditimbang. Cuci tabung dan residu dalam
crucible dengan akuadest, letakkan crucible dalam oven pengering 1050
C
selama 1 malam, dinginkan dalam desikator dan timbang.
15
3.8. Variabel Penelitian
Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kandungan NDF dan ADF
serta kecernaan BK dan BO.
1. Kandungan NDF
Analisis NDF dilakukan dengan prosedur dari Van Soest (1976).
Adapun prosedur analisisnya sebagai berikut, kaca masir di oven selama
1-2 jam dan ditimbang sebagai bobot awal (b gram), kemudian sampel
sebanyak 1g (a gram) dimasukan ke dalam kaca masir dengan 50 ml
larutan NDS. Larutan dipanaskan selama 1 jam atau sampai mendidih.
Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum kemudian dibilas
dengan air panas dan aseton hinga busa atau buih tidak terlihat lagi.
Hasil penyaringan tersebut dikeringkan dalamoven dengan suhu 105o
C
sampai kering, setelah itu dimasukan lagi ke dalam desikator selama 1
jam. Kemudian dilakukan penimbangan akhir (c gram) jika dibakar
dalam tanur 5000-6000o
C, kemudian didinginkan dengan cara
memasukannya ke dalam desikator selama 1 jam dan timbang kembali.
Setalah itu hasilnya dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
%NDF = c-b/a X 100%.
2. Kandungan ADF
Analisis ADF dilakukan dengan menggunakan prosedur dari Van
Soest (1976). Adapun prosedur analisisnya sebagai berikut, cara kaca
masir di oven selama 1-2 jam dan ditimbang beratnya (b gram),
kemudian sampel sebanyak 1g (a gram) dimasukan kedalam kaca masir
16
dan ditambahkan 50 ml larutan ADS. Larutan dipanaskan selama 1 jam
atau sampai mendidih di atas pemanas air, kemudian disaring dengan
bantuan pompa vakum kemudian dibilas dengan air panas dan aseton
hingga busa atau buih tidak terlihat lagi. Lakukan pengeringan dengan
memasukan hasil penyaringan tersebut dalam oven temperature 105o
C
sampai kering, setelah itu dimasukan ke dalam desikator untuk
pendinginan dan ditimbang (c gram). Setalah itu hasilnya dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
%ADF = c-b/a x 100%.
3. Kecernaan Bahan Kering
Penentuan nilai kecernaan bahan kering menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh Tillman (2001), yaitu :
Kecernaan Bahan Kering =
𝑩𝑲𝒔 π’‚π’˜π’‚π’βˆ’(𝑩𝑲 π’“π’†π’”π’Šπ’…π’–βˆ’π‘©π‘²π’“ π’ƒπ’π’‚π’π’Œπ’)
𝑩𝑲𝒔 π’‚π’˜π’‚π’
𝑿 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan:
BKs = Bahan Kering sampel
BKr = Bahan Kering residu
4. Kecernaan Bahan Organik
Penentuan nilai kecernaan bahan organik menggunakan rumus
yang dikemukakan oleh Tillman dkk. (2001), yaitu :
Kecernaan Bahan Organik =
𝑩𝑢𝒔 π’‚π’˜π’‚π’βˆ’(𝑩𝑢 π’“π’†π’”π’Šπ’…π’–βˆ’π‘©π‘Άπ’“ π’ƒπ’π’‚π’π’Œπ’)
𝑩𝑢𝒔 π’‚π’˜π’‚π’
𝑿 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan:
BOs = Bahan Organik sampel
BOr = Bahan Organik residu
17
3.9. Analisis Data
Semua data primer yang diperoleh, dianalisis untuk mendapatkan
persentase NDF, ADF, kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro.
Sedangkan data sekunder dianalisis sesuai dengan kebutuhan penulisan hasil
penelitian.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Wilayah Kabupaten Kupang secara geografis terletak pada titik koordinat
9ΒΊ19 - 10ΒΊ57 Lintang Selatan dan 121ΒΊ30 – 124ΒΊ11 Bujur Timur dengan ketinggian
daratan dari permukaan laut berkisar antara 0 sampai dengan 500 meter. Kondisi
Permukaan tanah Kabupaten Kupang umumnya berbukit, bergunung dan sebagian
terdiri dari dataran rendah dengan tingkat kemiringan rata – rata mencapai 45ΒΊ.
Batas wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten Kupang adalah :
1. Sebelah Utara dan Barat berbatasan dengan Laut Sawu;
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia dan Selat Timor
serta;
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan
Negara Republic Democratic Timor Leste
Lelogama merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan
Amfoang Selatan dengan ketinggian dari permukaan laut 558 m. Amfoang
Selatan merupakan sebuah Kecamatan yang terletak di Kabupaten Kupang,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten ini memiliki topografi
bergunung-gunung dan berbukit-bukit dengan derajat kemiringan 45o
dan
sebagian adalah dataran rendah. Secara geografis Kabupaten Kupang umumnya
beriklim tropis dan kering yang cenderung dipengaruhi oleh angin dan
dikategorikan daerah semi arid karena curah hujan yang relatif rendah serta
keadaan vegetasi didominasi oleh savana dan stepa. Tekanan udaranya berkisar
19
antara 926,3 milibar, arah dan kecepatan angin mencapai 6 knot/jam. Suhu
udaranya berkisar 24o
-34o
dengan kelembaban udara rata-rata 75-76% RH
(Kupangkab.go.id, 2019).
Tabel 1. Kandungan Unsur Hara dan Tekstur Tanah di Kelurahan Lelogama
Kandungan unsur hara Nilai
Pusat Penelitian tanah
Bogor
N (%) 0,28 Sedang (0,20-0,50)
P (ppm) 60,21 Sedang (21-40)
K (Me/100g) 0,98 Sangat rendah (<10)
Ca (Me/100g) 28,48 Sangat tinggi (>20)
Ph 6,44 Agak asam (5,5-6,5)
Tekstur lempung berpasir
Sumber : Lembaga Pusat Penelitian Tanah Bogor 1983 dan Laboratorium Kimia
Tanah Faperta Undana Kupang 2019.
Adapun jumlah populasi ternak di Kecamatan Amfoang Selatan
berdasarkan data BPS Kabupaten Kupang (2020), populasi ternak sapi sebanyak
12.398 ekor, ternak kambing 2.539 ekor, kerbau 3 ekor, kuda 641 ekor. Pada
umumnya pola pemeliharaan ternak di tempat ini masih bersifat tradisional
dengan menggunakan sitem semi intensif dan cenderung bergantung pada lahan
savana. Pada umumnya ternak dilepas dari kandang pada pagi hari sekitar pukul
07:00 dan digiring ke kandang pada sore hari pukul 16:00.
Luas wilayah Kelurahan Lelogama 13,42 km2, keaneragaman hayati baik
flora maupun fauna yang hidup cukup beragam. Keaneragaman flora sebagian
besar terdiri dari padang rumput, pohon lontar dan gewang. Tumbuhan yang
mampu beradaptasi dengan lingkungan daerah ini adalah rumput. Meskipun ada
pula tumbuhan lain yang hidup selain rumput, tetapi karena mereka merupakan
vegetasi yang dominan makadisebut padang rumput sedangkan kelompok fauna
meliputi ternak besar: sapi, kerbau, kuda dan ternak kecil terdiri dari: kambing,
20
babi, dan unggas (BPS Kabupaten Kupang, 2020).
Lahan savana di Amfoang Selatan masih cukup luas dan menjadi sumber
makanan ternak utama bagi ternak ruminansia disana. Savana di wilayah ini juga
memiliki potensi tinggi dalam menyediakan rumput alam yang berkualitas karena
memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan ternak secara kontinue. Hal
tesebut merupakan bukti nyata bahwa padang penggembalaan tersebut sangat
potensial untuk dioptimalkan sebagai lahan pengembangan peternakan
kedepannya.
4.2. Sistem Pemanfaatan Padang Pengembalaan Alam dan Populasi Ternak
di Lokasi Penelitian
Sistem pemanfaatan padang penggembalaan alam di Kelurahan Lelogama,
Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten Kupang masih bersifat tradisional atau
Ekstensif dan Semi Ekstensif, yaitu ternak dilepas secara bebas dan dibiarkan
untuk mencari pakan dan merumput sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dan dimasukan ke kandang pada waktu tertentu yang disesuaikan dengan
keinginan peternak. Padang pengembalaan alam dikelurahan Lelogama tergolong
padang Pengembalaan permanen karena tanaman didominasi rumput. Hal ini juga
sama dengan pendapat (Moore, 1964) dalam Reksohadiprojo (1994), yang
menyatakan bahwa padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa
rumput perenial, sedikit atau tidak ada belukar gulma (weed), tidak ada pohon
Sering disebutpadang penggembalaan permanen, Tidak ada campur tangan
manusia dalam susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang
digembalakan peternak dan berpindah-pindah mengikuti pemiliknya. Populasi
ternak baik ruminansia maupun non-ruminansia dikelurahan Lelogama, terlihat
21
pada tabel 2.
Tabel 2. Populasi Ternak di Kelurahan Lelogama Tahun 2018
Jenis Ternak Jumlah/Ekor Presentase (%)
Ternak Sapi 1.956 84
Ternak Kerbau 19 1
Ternak Kambing 194 8
Ternak Kuda 156 7
Total 2.325 100
Sumber: Kantor Kelurahan Lelogama Tahun 2018.
Berdasarkan Tabel 2. dapat dijelaskan bahwa populasi ternak besardi
Kelurahan Lelogama, didominasi oleh ternak sapi bali dengan jumlah 1.956
(84%), diikuti oleh ternak kambing dengan jumlah 194 ekor (8%), ternak
kuda dengan jumlah 156 ekor (7%), dan yang terakhir adalah ternak kerbau yang
jumlahnya adalah 19 ekor (1%). Berdasarkan data persentasi ternak yang ada di
wilayah tersebut, menunjukkan bahwa masyarakat petani peternak lebih banyak
memeliharaternak besar dibanding dengan ternakkecil. Sesuai hasil pengamatan
dan observasi yang dilakukan dilokasi penelitian, menunjukkan bahwa
ketersediaan pakan bagi ternak juga sangat bergantung pada padang
pengembalaan alam tersebut.
4.3.Keadaan Iklim di Lokasi Penelitian
Iklim merupakan faktor yang sangat berperan terhadap kondisi pakan yang
berpengaruh terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik suatu padang
penggembalaan, dimana area penelitian termasuk dalam kawasan beriklim tropis.
Di NTTdikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan
Juni sampai September, arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak
mengandung uap air sehingga terjadi musim kemarau. Sebaliknya pada bulan
22
Desember - Maret, arus angin yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik
banyak mengandung uap air sehinggaterjadi musim hujan. Keadaan seperti ini
berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-
Mei dan Oktober-November (Priyanto, 2016).
Mengingat NTT dekat dengan Australia, arus angin yang banyak
mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik tersebut, setelah sampai
wilayah di NTT kandungan uap airnya sudah berkurang sehingga hari hujan di
NTT lebih sedikit dibanding wilayah yang dekat dengan Asia. Hal ini menjadikan
NTT sebagai wilayah beriklim kering dengan 4 bulan basah (Desember - Maret)
dan 8 bulan kering, bahkan pada bulan Agustus-September sering tidak turun
hujan (Priyanto, 2016).
Tabel 3. Rata - Rata Curah Hujan di Kabupaten Kupang
Bahan
Curah Hujan (mm/tahun)
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Januari 844 650 204 157 151 271
Februari 832 305 107 89 97 227
Maret 207 155 171 145 92 245
April 219 133 0 104 27 90
Mei 86 21 84 8 12 24
Juni 2 4 3 0 0 0
Juli 48 0 16 0 0 0
Agustus 1 0 0 0 0 0
September 0 0 33 0 0 0
Oktober 0 0 8 88 7 36
November 88 0 26 145 270 39
Desember 449 156 308 220 110 306
Jumlah 2.816 1.424 1.060 956 748 1.237
Rata-rata 234,68 118,67 88,33 79,67 62,33 103,12
Sumber : BPS Kabupaten Kupang
Berdasarkan kondisi iklim dan curah hujan demikian, maka turut
berpengaruh terhadap kondisi vegetasi di daerah padang penggembalaan. Hal
tersebut tentu berdampak juga terhadap ketersediaan pakan di padang
23
penggembalaan alam karena populasi vegetasi padang penggembalaan sangat
bergantung oleh faktor hujan. Kondisi iklim ini juga turut berpengaruh terhadap
vegetasi di padang penggembalaan Lelogama sehingga hijauan pakan di kawasan
ini mengalami fluktuasi sesuai musim, produksitertinggi di akhir musim hujan,
kualitas terbaik di musim hujan serta produksi dan kualitas terendah di akhir
musim kemarau (Kupangkab.go.id, 2019).
4.4. Kelembapan Udara
Rataaan tekanan udara pada kelurahan lelogama adalah 926,3 milibar, arah
dan kecepatan angin mencapai 6 knot perjam. Suhu udaranya berkisar antara
250
𝐢 dan kelembapan udaranya berkisara antara 74,58% sedangkan rata-rata lama
penyinaran matahari antara 80,41%. (BPS, 2020). Kondisi iklim seperti ini sangat
mempengaruhi proses pertumbuhan hijauan pakan di daerah tersebut. Iklim
memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Karena kecepatan tumbuh tanaman juga dipengaruhi oleh radiasi sinar
matahari yang memberikan energinya untuk tanaman melakukan proses
fotosintesis. Kemudian juga, curah hujan dan kelembapan yang berhubungan
dengan ketersediaan air tanah sebagai pelarut dan pengangkut zat-zat nutrisi serta
temperatur dalam mempercepat proses pertumbuhan dan respirasi tanaman. Hal
ini sesuai dengan pendapat Poerwowidodo, (1992) yang menyatakan bahwa
temperatur merupakan suatu ukuran intensitas panas yang berpengaruh langsung
pada fungsi-fungsi fotosintesis, respirasi, permeabilitas didnding sel, serapan air
dan unsur hara, transpirasi, aktivitas enzim dan koagulasi protein.
24
4.5.Kandungan NDF dan ADF Hijauan Pakan
Neutral Detergent Fiber (NDF) merupakan metode yang cepat untuk
mengetahui total serat dari dinding sel yang terdapat dalam serat tanaman. NDF
mempunyai kolerasi yang tinggi dengan jumlah konsumsi hijauan makanan
ternak. Semakin tinggi NDF, maka kualitas daya cerna pakan semakin rendah.
Sedangkan Acid Detergen Fiber (ADF) digunakan untuk mengestimasi kecernaan
bahan kering dan energi makanan ternak. ADF ditentukan dengan larutan
Detergent Acid, dimana residunya terdiri atas selulosa dan lignin. Kandungan
NDF dan ADF hijauan pakan di padang penggembalaan Lelogama dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan NDF dan ADF hijauan pakan di padang penggembalaan
Lelogama
Arah Mata Angin Kandungan NDF (%) Kandungan ADF (%)
Barat 61,29 58,21
Selatan 60,81 51,54
Utara 67,33 58,59
Timur 67,11 54,23
Rata-rata 64,14 55,64
Β±SD 3,57 3,37
Sumber: Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan Undana
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa rataan kandungan NDF adalah 64,14%
dan ADF adalah 55,641%. Kandungan NDF dan ADF yang diperoleh pada
penelitian kali ini sesuia dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Minson
(1990) yaitu kandungan NDF dan ADF hijauan tropika berkisar 45–85 % dan 21–
55 %. Hasil ini juga relative sama dengan hasil penelitian Malaikal (2021) yang
menyatakan bahwa kandungan NDF dan ADF hijauan pada padang rumput alam
Desa Pailelang, Kecamatan Alor Barat ialah 62, 963% dan 53,391%.
25
Tinggi rendahnya kandungan NDF dan ADF hijauan berpengaruh terhadap
kualitas dari hijauan tersebut. Apabila kandungan NDF dan ADF hijauan rendah
maka tingkat kecernaannya tinggi begitupun sebaliknya apabila Kandungan NDF
dan ADF tinggi maka tingkat kecernaannya rendah. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Anam dkk. (2012) yang menyatakan tingkat kecernaan suatu bahan
pakan berbanding terbalik dengan jumlah kandungan NDF dan ADF dalam pakan.
Kandungan NDF dan ADF hijaun pada penelitian kali ini tergolong tinggi,
hal itu diduga karena pengambilan sampel dilakukan pada musim kemarau dimana
hijauan sudah mulai tua atau mengering sehingga kandungan dinding sel hijauan
tinggi. Hal tersebut sejalan dengan (Infitria and Khalil 2014) yang menyatakan
semakin tua tanaman maka kandungan dinding sel tanaman semakin meningkat.
Djuned dkk. (2005) juga menyatakan bahwa kandungan fraksi serat pada tanaman
pakan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Ditambahkan
oleh Manu (2013) bahwa semakin tua umur hijauan maka proporsi selulosa dan
hemiselulosa bertambah, sedangkan karbohidrat yang mudah larut berkurang.
Selain itu Martaguri et al. (2015) juga menjelaskan bahwa tingginya nilai masing-
masing fraksi serat rumput diperkirakan karena kemampuan rumput yang tinggi
dalam menyerap karbon selama proses fotosintesis, lebih banyak dirubah menjadi
komponen karbohidrat struktural.
Perbedaan tinggi rendahnya kandungan gizi pada tanaman ditentukan oleh
jenis vegetasi tanaman, kondisi lingkungan, tinggi rendahnya curah hujan serta
manajemen yang sumber daya manusia termasuk saat pemotongan dan
perenggutan oleh ternak (Muhajirin dkk. 2017). Rumput yang dilakukan
26
pemotongan terlalu lama akan menghasilkan produksi tinggi tetapi memiliki
kualitas yang rendah (Susetyo, 1980).
4.6. Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan Bahan Organik (KcBO)
Kecernaan bahan kering secara in vitro adalah salah satu metode dalam
menentukan proporsi bahan kering pakan yang dapat dicerna oleh mikroba rumen.
Kecernaan bahan kering dapat menjadi parameter kualitas dari suatu bahan pakan
Yulianto dkk. (2015). Afriyanti (2008) menyatakan bahwa semakin meningkat
nilai kecernaan BK maka akan semakin menigkat juga potensi pemanfaatan
nutrien yang dimanfaatkan oleh ternak dalam memenuhi kebutuhan untuk
produksi. Kecernaan bahan organik secara in vitro dapat dijadikan rujukan yang
menunjukkan nilai estimasi proporsi kecernaan komponen bahan organik oleh
enzim pencernaan di dalam rumen yang dihasilkan oleh mikroba. BO adalah
komponen yang terakumulasi dalam BK sehingga ada keterkaitan beberapa faktor
yang turut mempengaruhi tinggi dan rendahnya Kecernaan BK dengan Kcernaan
BO pakan. Tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik hijauan pakan di
padang penggembalaan lelogama ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik hijauan pakan di
padang penggembalaan lelogama
Arah Mata Angin
Kecernaan Bahan Kering (%)
Kecernaan Bahan Organik
(%)
Barat 47,02 39,34
Selatan 57,80 47,64
Utara 47,40 41,60
Timur 47,25 40,81
Rata-rata 49,87 42,35
Β±SD 5,29 365
Sumber: Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan Undana
Berdasarkan Tabel 5 rataan nilai kecernaan BK secara in vitro adalah
27
49,87%. Hasil KcBK penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan KcBK di
padang penggembalaan Batu Beringin Desa Sumlili, Kecamatan Kupang Barat
yang dilaporkan oleh Ati dkk. (2018) yakni 45,72 % dan lebih tinggi dari laporan
Sahanaya (2019), yakni rataan kecernaan bahan kering 42,84% di padang
penggembalaan Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende.
Sedangkan Berdasarkan Tabel 5 rataan nilai kecernaan BK secara in vitro adalah
42,35% lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Ati dkk. (2018) dan Sahanaya
(2019), yaitu 47,60%, dan 91,42%.
Menurut Schneider et al. (1984) apabila nilai kecernaan suatu bahan pakan
lebih besar dari 70% maka dapat dikategorikan tinggi akan tetapi apabila nilainya
lebih kecil dari 50% maka dapat dikategorikan rendah. Rataan presentase yang
diperoleh dari padang penggembalaan Lelogama belum mencapai standar tersebut
dengan hasil rataan yang diperoleh adalah 49,87% untuk BK dan 42,35% untuk
BO. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecernaan hijauan pakan di padang
penggembalaan Lelogama masih tergolong rendah.
Rendahnya persentasi kecernaan bahan kering dan bahan organik diduga
dipengaruhi oleh faktor pembatas, yakni kandungan SK (lignin, silika, sellulosa
dan hemiselulosa) karena jika kian meningkat persentase komponen SK yang
terkandung dalam suatu bahan pakan dapat menghambat proses degradasi nutrien
oleh serat kasar sehingga sulit dirombak oleh mikroba rumen yang kemudian
berdampak pada rendahnya tingkat kecernaan dari bahan pakan tersebut. Hal
tersebut didukung data analisis kandungan NDF (64,14 %) dan ADF (55,64 %)
yang cukup tinggi, data tersebut merupakan suatu gambaran yang mewakili
28
kandungan dinding sel yang terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa dan protein
yang berikatan dengan dinding sel. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Manu
(2013), apabila semakin rendah PK dan semakin tinggi NDF yang terkandung
dalam suatu bahan pakan maka kecernaan bahan pakan tersebut akan semakin
rendah. Rendahnya kecernaan BK dan BO pada penelitian kali ini diduga
diakibatkan juga oleh pengambilan sampel yang di lakukan pada musim kemarau
dimana hijauan memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi. Kandungan
serat kasar yang tinggi pada hijauan dapat menurunkan kecernaan zat-zat pakan
lainya seperti PK, LK, karbohidrat dan BETN yang merupakan komponen
penyusun BK dan BO (Ati dkk., 2018).
Hasil penelitian ini juga lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian
dari Jelantik et al. (2008) yang melaporkan kandungan PK rumput pada musim
hujan dapat mencapai 15% dengan kecernaan in vitro mencapai 65%, sedangkan
pada penelitian kali ini kandungan PK hanya sebesar 4,8% dengan kandungan
fraksi serat kasar mencapai 55,64% (ADF) hinga 64, 14% (NDF) seperti pada
umumnya kualitas padang pengembalaan alam pada musim kemarau. Menurut Ati
dkk. (2018) tingginya kandungan serat kasar menyebabkan rendahnya kandungan
BK dan BO, kandungan SK bahan pakan sangat mempengaruhi
kecernaan/degradasi BK dan BO. Semakin tinggi kandungan serat kasar maka
degradasi bahan pakan semakin rendah
Menurut Anggrodi (1994) adapun beberapa faktor yang berpengaruh dalam
kecernaan BK dan BO ialah pebandingan bahan pakan yang dipakai dalam
menyusun ransum, kandungan protein dan struktur kimia dalam ransum. Selain
29
itu, kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi nilai kecernaan BK dan BO,
yakni derajat keasaman (pH), kondisi suhu, kemudian udara baik secara aerob
atau anaerob, cairan rumen, lama waktu inkubasi, ukuran partikel sampel, dan
larutan penyangga (Sitorus dkk., 2007).
30
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai NDF dan ADF
tinggi dan tingkat kecernaan hijauan pakan di padang penggembalaan alam
Lelogama tergolongrendah.
5.2. Saran
Pengembangan padang penggembalaan Lelogama perlu didukung upaya
penanaman leguminosa baik pohon maupun rambat dan hijauan rumput berkualitas
baik yang tahan kering, serta mengatur pola pemeliharaan sehingga ketersediaan
pakan alam selalu terjamin dan proses pertumbuhan kembali tanaman dapat
terkontrol dengan baik.
31
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanti, M. 2008. Fermentabilitas dan Kecernaan In Vitro Ransum yang Diberi
Kursin Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) pada Ternak Sapi dan
Kerbau. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anam. 2012. Kadar Neutral Ditergent Fiber dan Acid Detergent Fiber pada Jerami
Padi dan Jerami Jagung yang difermentasi isi Rumen Kerbau. Animal
Agriculture Journal. 1 (2): 353 hal.
Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminan. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Ati, A. R. A., Y. H. Manggol., D. B. Osa. 2018. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan
Organik Secara In Vitro Hijauan Padang Penggembalaan Batu Beringin Desa
Sumlili Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Jurnal Nukleus
Peternakan.5 (2):155– 162. ISSN : 2355-9942.
BPS, Kabupaten Kupang. 2020. Kecamatan Amfoang Dalam Angka 2020.
Kupang
Crampton, E. W. and L. E. Haris, 1969. Applied Animal Nutrition Ed. 1 st.
The Engsminger Publishing Company, California, U.S.A.
Church, D. C. And W. G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and 2nd
. Ed. Jhon
Willey and Sons. New York
Despal, 2000. Kemampuan komposisi kimia dan kecernaan in vitro dalam
mengestimasi kecernaan in vivo. Media Peternakan. 23, 84 – 88.
Djuned, H., Mansyur., H. B. Wijayanti. 2005. Pengaruh Umur Pemotongan Terhadap
Kandungan Fraksi Serat Hijauan Murbei (Morus Indica L. Var. Kanva-2).
Fakultas peternakan. Universitas Padjajaran. Sumedang
Fathul, F. dan S. Wajizah. 2010. Additional Micromineral Mn And Cu In Ration
to Rumen Biofermentation Activities of Sheep In Vitro Method. JITV, 15 (1) :
9-15.
Hariyadi, W. Y., S. N. O. Suwandyastuti., dan M. Bata. 2013. Peningkatan
Kualitas Pakan Kerbau Ditinjau dari Kecernaan Bahan Kering dan Bahan
Organik. Jurnal I. Pet. 1 (3): 768773.
Jelantik, I Gusti Ngurah, M. L. Mullik, C. Leo-Penu, J. Jeremias, and R. Copland.
2008. β€œImproving Calf Survival and Performance by Supplementation in Bali
32
Cattle.” Australian Journal of Experimental Agriculture 48 (7): 243–46
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan Ternak Fapet.
Yogyakarta.
Kupangkab.go.id, 2019. Profil Kabupaten Kupang. Diskominfo Kab. Kupang 2019
Kabupaten Kupang.
Malaikal, Loni Estorina. 2021. β€œKandungan ADF, NDF Dan Selulosa Hijauan Pakan
Padang Rumput Alam Di Desa Pailelang Kecamatan Alor Barat Daya
Kabupaten Alor.” Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana.
Manu, A. E. 2013. Produksi padang sabana Timor Barat. Jurnal Pastura 3(1):25-29
Marta, Y. 2015. Sistem Penggembalaan Sebagai Alternatif Peternakan Sapi Potong
yang Efektif dan Efisien. Pastura Vol. 5 No. 1 : 51 - 55.ISSN : 2088-818.
Martaguri. 2015. Simpanan Karbon dan Kandungan Nutrisi Beberapa Spesies
Rumput Tropis Asal Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten
Sarolangun Propinsi Jambi. Patura. 4 (2): 66-69.
Mcilroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. (An Introduction
To Tropical, Grass Land Husbandry) diterjemahkan oleh S. Susetyo, Soedarmadi, I.
Kismono dan S. Harini I.S: Pradnya Piramita. Jakarta.
Minson. 1990. Forage in Ruminant Nutrition.Academic Press, Inc. California.
Moore, Wilbert Ellis.1964. SocialChange, New Jersey:Prentice-Hall Inc.
Muhajirin., Despal., Khalil. 2017. Pemenuhan Kebutuhan Nutrien Sapi Potong Bibit
yang Digembalakan di Padang Mengatas.Bulmate. 104 (1) : 9-20
Novika, D. 2013. Degradasi Fraksi Serat (NDF, ADF, Selulosa dan Hemiselulosa)
Ransum yang Menggunakan Daun Coklat Secara In-Vitro. Skripsi.Fakultas
Peternakan Universitas Andalas Padang.
Nugroho, A. D., Muhtarudin., Erwanto., dan Fathul. F. 2020. Pengaruh Perlakuan Fermentasi
dan Amoniasi Kulit Singkong Terhadap Nilai Kecernaan Bahan Kering dan Bahan
Organik Ransum Pada Domba Jantan. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 4 (2):
119-125 Agustus 2020. .https://doi.org/10.23960//JRIP.2020.4.2.119
Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung
Priyanto, D. 2016. Strategi Pengembalian Wilayah Nusa Tenggara Timur Sebagai
Sumber Ternak Sapi Potong. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 35 No.4 Desember
33
2016:167-178.167.
Rahman, Andi Murlina Tasse dan Dian Agustina. 2013. Pengaruh Penambahan
Tepung Daun Sisik Naga (Drymoglosum pilloselloides) terhadap KecernaanIn
Vitro Konsentrat Berbahan Pakan Fermentasi. Jurnal Agriplus Volume 23,
Nomor 03 September 2013.
Reksohadiprojo. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Fakultas
Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Djogjakarta.
Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak
Tropik.BPFE, Yogyakarta
Ruddel, A., S. Filley and M. Porat, 2002. Understanding Your Forage Test Result.
Oregon State University. Extension Service. Situs http://alfalfa.ucdavis.edu.
Sahanaya R. 2019. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Hijauan SecaraIn Vitro
Hijauan Padang Penggembalaan Alam pada Musim Hujan di Desa Nuamuri
Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende. Skripsi. Fakultas Peternakan Undana.
Schneider, P. L., Beede D. K., Wilcox C. J., and Collier R. J. 1984. Influence of
Dietary Sodium and Potassium Bicarbonate and Total Potassium on Heat-
Stressed Lactating Dairy Cows. Journal of Dairy Science, 67, 2546-2553.
Setiyaningsih, K. D., M. Christiyanto., dan Sutarno. 2012. Kecernaan Bahan Kering
dan Bahan Organik Secara In Vitro Hijauan Desmodium cinereum pada
Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair dan Jarak Tanam. Animal Agriculture
Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p 51-63.
Sitorus, T. F., J. Achmadi, dan C. I. Sutrisno. 2007. Kecernaan Jerami Padi Secara In
Vitro yang Difermentasi dengan Aras Ragi Isi Rumen dan Waktu yang
Berbeda. JPPT. 32(2): 173 – 178.
Sudirman, Suhubdy, Sofyan Damrah Hasan, Syamsul Hidayat Dilaga, I Wayan
Karda. 2015. Kandungan Neutral Detergent Fibre (NDF) dan Acid Detergent
Fibre (ADF) Bahan Pakan Lokal Ternak Sapi yang Dipelihara pada Kandang
Kelompok. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan IndonesiaVolume 1 (1) : 77
– 81; Desember 2015. ISSN : 2460-6669.
Susetyo, 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak
Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Susetyo, 1981. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Departemen Pertanian.
Jakarta.
34
Sutradi, T. 1995. Peningkatan Produksi Ternak Ruminansia Melalui Amoniasi pakan
serat bermutu
Sutardi, T. 1980. Ketahanan Protein Bahan Makanan Terhadap Degradasi Mikroba
Rumen dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Produktivitas Ternak. Prosiding
Seminar Penelitian dan Penunjang Peternakan. LPP IPB. Bogor.
Tilley, J. M. A., and R. A. Terry. 1963. A Two Stage Technique for The In Vitro
Digestion of Forage Crops. Journal of the British Grassland Society 1 (8): 104-
111.
Tillman, A. D. 2001. Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kedua. UGM-Press,
Yogyakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi. S. Lebdosukojo, S. Prawirakusuma dan S.
Reksohadiprodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Usman, N., Saleh E. J., N. Musrifah. 2019. Kandungan Acid Detergent Fiber Dan
Neutral detergent Fiber Jerami Jagung fermentasi Dengan Mengunakan Jamur
Trichoderma Viride Dengan Lama Inkubasi Berbeda. Jambura Journal of
Animal Science. E-ISSN: 2855-2280 Volume 1 No 2 Mei 2019.P- ISSN: 2655-
4356.
Van Soest, P. J. 1976. β€œNew Chemical Methods for Analysis of Forages for The
Purpose of
Predicting Nutritive Value.” In Pref IX Internasional Grassland Cong. Wahyono, T.,
E. Jatmiko., Firsoni., S. N. W. Hardani dan E. Yunita. 2019. Evaluasi nutrien
dan kecernaan in vitro beberapa spesies rumput lapangan tropis di Indonesia.
J.Sains Peternakan. 17 (2): 17-23.
Zain, M. 2007. Optimalisasi penggunaan serat sawit sebagai pakan serat alternatif
dengan suplementasi daun ubi kayu dalam ransum ruminansia. J. Indonesian
Tropical Animal Agriculture. 32 (2): 100-105.
Zakariah, M. A. 2016. Potensi Kulit Buah Kakao sebagai Pakan Ternak Ruminansia.
Makassar: Pusaka Almaida.
35
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Hasil Analisis Laboratorium
Tabel 4. Hasil Analisis Laboratorium
Arah mata angin BK (%) BO (%) KcBK(%) KcBO(%) NDF (%) ADF (%)
Barat 92.933 80.445 47.016 39.341 61.285 58.210
Selatan 93.836 81.018 57.796 47.644 60.811 51.540
Utara 94.624 80.938 47.396 41.603 67.334 58.586
Timur 93.008 79.598 47.253 40.814 67.110 54.231
Total 374.40 322.00 199.46 169.40 256.54 222.57
Rata-rata 93.60 80.50 49.87 42.35 64.14 55.64
Standar deviasi
(SD) 0.80 0.65 5.29 3.65 3.57 3.37
Keterangan :
o BK : Bahan Kering
o BO : Bahan Organik
o KCBK : Kecernaan Bahan Kering
o KCBO : Kecernaan Bahan Organik
o NDF: Neutral Detergent Fibre
o ADF: Acid Detergent Fibre
36
LAMPIRAN 2. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Pemotongan Hijauan Pakan Gambar 2. Penimbangan Hijauan Pakan
Gambar 3. Koleksi Sampel Gambar 4. Penyimpanan Selama 1
Minggu Sebelum Dianalisis di
Laboratorium
37
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Amfoang Tengah
Kabupaten Kupang pada tanggal 31 Oktober 1995,
penulis merupakan anak ke 2 dari 7 orang bersaudara
dari pasangan Bapak Kornelis Taebenu dan Ibu Yohana
Yosepina Lake. Penulis mengawali pendidikan sekolah
dasar pada SD Negeri Bonmuti pada tahun 2004 dan
tamat tahun 2010. pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di
SMP Negeri 1 Amfoang Selatan dan tamat pada tahun
2013. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah
menengah atas di SMA Negeri 1 Amfoang Selatan dan
tamat pada tahun 2016. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang
perguruan tinggi dan diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana melaluijalur seleksi mandiri. Selama
menjadi mahasiswa penulis memiliki pengalaman berorganisasi/kepemudaan,
sebagai berikut:
1. Sebagai ketua panitia pelaksana badan pengurus Perhimpunan Mahasiswa
Kabupaten Kupang periode 2017/2018.
2. Sekretaris panitia pelaksana masa penerimaan anggota baru periode
2017/2018.
3. Ketua bidang pemberdayaan masyarakat pada Forum Studi Feto Mone
(FSFM-TTS).
4. Menjadi anggota resmi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia (PMKRI) cabang Kupang St. Fransiskus Xaverius pada tahun
2017.
5. Ketua bidang kerohanian pada Perhimpunan Mahasiwa Katolik Republik
Indonesia (PMKRI) cabang Kupang St. Fransiskus Xaverius periode
2018/2019.
6. Ketua bidang pendidikan dan kaderisasi pada Perhimpunan Mahasiswa
Kabupaten Kupang periode 2019/2020.
7. Ketua bidang ekonomi pada Komite Nasional Pemuda Indonesia periode
2020/2023. Demikian riwayat hidup singkat penulis.

More Related Content

Similar to Perbaikan Skripsi.mario.d0cx2021x2022judul

Uswaton%20 khasanah
Uswaton%20 khasanahUswaton%20 khasanah
Uswaton%20 khasanah
yogisaka1
Β 
Abstrak syarat mendaftar wisuda
Abstrak syarat mendaftar wisudaAbstrak syarat mendaftar wisuda
Abstrak syarat mendaftar wisuda
Ramalike Apaaja
Β 
Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi d...
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi d...Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi d...
Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi d...
achiii19
Β 
Hambatan belajar bio
Hambatan belajar bioHambatan belajar bio
Hambatan belajar bio
HeppiNiwer
Β 
Agustin eka pujiono 071810401049 tetracelmis
Agustin eka pujiono   071810401049 tetracelmisAgustin eka pujiono   071810401049 tetracelmis
Agustin eka pujiono 071810401049 tetracelmis
Feri Gunawan
Β 
Sri hariyadi kipa 2014
Sri hariyadi kipa 2014Sri hariyadi kipa 2014
Sri hariyadi kipa 2014
Sri Hariyadi
Β 
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
08552723782
Β 
Tumbuhan obat tradisional di sulut jilid ii
Tumbuhan obat tradisional di sulut jilid iiTumbuhan obat tradisional di sulut jilid ii
Tumbuhan obat tradisional di sulut jilid ii
H4llud4l
Β 
SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...
SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...
SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...
Ana Puja Prihatin
Β 
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
 -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
Dentimaressa
Β 

Similar to Perbaikan Skripsi.mario.d0cx2021x2022judul (20)

Uswaton%20 khasanah
Uswaton%20 khasanahUswaton%20 khasanah
Uswaton%20 khasanah
Β 
Abstrak syarat mendaftar wisuda
Abstrak syarat mendaftar wisudaAbstrak syarat mendaftar wisuda
Abstrak syarat mendaftar wisuda
Β 
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Laporan Lengkap Manajemen Akuakultur Laut 2018
Β 
Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi d...
Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi d...Unud 441-399343039-identifikasi  arah  rembesan  dan letak akumulasi  lindi d...
Unud 441-399343039-identifikasi arah rembesan dan letak akumulasi lindi d...
Β 
Hambatan belajar bio
Hambatan belajar bioHambatan belajar bio
Hambatan belajar bio
Β 
Skripsi
SkripsiSkripsi
Skripsi
Β 
Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018
Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018
Laporan lengkap manajemen akuakultur laut 2018
Β 
PERILAKU ADAPTASI DALAM UPAYA KONSERVASI KARBON HUTAN DI KAWASAN TAMAN NASION...
PERILAKU ADAPTASI DALAM UPAYA KONSERVASI KARBON HUTAN DI KAWASAN TAMAN NASION...PERILAKU ADAPTASI DALAM UPAYA KONSERVASI KARBON HUTAN DI KAWASAN TAMAN NASION...
PERILAKU ADAPTASI DALAM UPAYA KONSERVASI KARBON HUTAN DI KAWASAN TAMAN NASION...
Β 
Agustin eka pujiono 071810401049 tetracelmis
Agustin eka pujiono   071810401049 tetracelmisAgustin eka pujiono   071810401049 tetracelmis
Agustin eka pujiono 071810401049 tetracelmis
Β 
Cover
CoverCover
Cover
Β 
Ikan tenggiri
Ikan tenggiriIkan tenggiri
Ikan tenggiri
Β 
Skripsi lengkap
Skripsi lengkapSkripsi lengkap
Skripsi lengkap
Β 
Sri hariyadi kipa 2014
Sri hariyadi kipa 2014Sri hariyadi kipa 2014
Sri hariyadi kipa 2014
Β 
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
Β 
Tumbuhan obat tradisional di sulut jilid ii
Tumbuhan obat tradisional di sulut jilid iiTumbuhan obat tradisional di sulut jilid ii
Tumbuhan obat tradisional di sulut jilid ii
Β 
SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...
SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...
SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...
Β 
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
 -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
Β 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) Menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) Menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) Menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) Menggun...
Β 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) Menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) Menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) Menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) Menggun...
Β 
pengamatan metode ilmiah
pengamatan metode ilmiahpengamatan metode ilmiah
pengamatan metode ilmiah
Β 

Recently uploaded

PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
Β 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
Β 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
Β 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
FarhanPerdanaRamaden1
Β 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
Β 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
Β 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
Β 

Recently uploaded (20)

BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
Β 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
Β 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Β 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Β 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Β 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Β 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Β 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Β 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
Β 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Β 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Β 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
Β 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Β 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
Β 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Β 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Β 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
Β 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Β 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Β 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Β 

Perbaikan Skripsi.mario.d0cx2021x2022judul

  • 1. KANDUNGAN NDF DAN ADF SERTA KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO HIJAUAN PAKAN PADANG PENGGEMBALAAN ALAM DI KELURAHAN LELOGAMA KECAMATAN AMFOANG SELATAN AKBUPATEN KUPANG SKRIPSI Oleh: MARKUS LUTHER TAEBENU NIM. 1605030226 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2022
  • 2. KANDUNGAN NDF DAN ADF SERTA KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO HIJAUAN PAKAN PADANG PENGGEMBALAAN ALAM DI KELURAHAN LELOGAMA KECAMATAN AMFOANG SELATAN KABUPATEN KUPANG SKRIPSI Oleh: MARKUS LUTHER TAEBENU NIM. 1605030226 Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana peternakan pada Fakultas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Universitas Nusa Cendana PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2022
  • 3. KANDUNGAN NDF DAN ADF SERTA KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO HIJAUAN PAKAN PADANG PENGGEMBALAAN ALAM DI KELURAHAN LELOGAMA KECAMATAN AMFOANG SELATAN KABUPATEN KUPANG SKRIPSI Oleh: MARKUS LUTHER TAEBENU NIM. 1605030226 Skripsi ini telah disetujui untuk diuji Menyetujui Komisi Pembimbing Ir. Herayanti Panca Nastiti, M.Si Pembimbing Utama Ir. Stefanus Tany Temu, M.Si Pembimbing Anggota
  • 4. KANDUNGAN NDF DAN ADF SERTA KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO HIJAUAN PAKAN PADANG PENGGEMBALAAN ALAM DI KELURAHAN LELOGAMA KECAMATAN AMFOANG SELATAN KABUPATEN KUPANG SKRIPSI Oleh: MARKUS LUTHER TAEBENU NIM. 1605030226 Skripsi ini telah disidangkan di hadapan komisi ujian lisan : Tim Penguji Skripsi Ir. Herayanti Panca Nastiti, M.Si Ketua Ir. Stefanus Tany Temu, M.Si Anggota I Dr. Ir. Edi Djoko Sulistijo, MP Anggota II Mengesahkan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Dr. Ir. Arnol E. Manu, MP NIP : 19680416 199203 1 002 Ketua Program Studi Peternakan Dr. Ir. Edi Djoko Sulistijo, MP NIP :19650414 198903 1 002 Tanggal Ujian: 05-01-2022
  • 5. PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIASI Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Markus Luther Taebenu NIM : 1605030226 Judul Skripsi : Kandungan NDF dan ADF serta Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik In Vitro Hijauan Pakan Padang Penggembalaan Alam di Kelurahan Lelogama, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain atau terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara di tulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Skripsi ini di tulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dari pernyataan ini. Dibuat di Kupang, Tanggal, Desember 2021 Penulis, Markus Luther Taebenu
  • 6. MOTTO Berpikirlah Sebelum bertindak karena penyesalan selalu datang di akhir kisah
  • 7. iv KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah yang diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana. Seluruh rangkaian penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih dengan doa yang tulus kiranya Tuhan Yang Maha Esadengan kasih setia-Nya melimpahkan berkat kepada Ibu Ir. Herayanti Panca Nastiti, M.Siselaku pembimbing utama; Bapak Ir. Stefanus Tany Temu, M.Si selaku pembimbing anggota; Bapak Dr. Ir. Edi Djoko Sulistijo, MP selaku dosen penguji dan spenilai yang telah meluangkan waktu memberikan saran dan petunjuk dalam rangka penulisan skripsi ini. Tidak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Arnol E. Manu, MP selaku Dekan Fakultas Peternakan,Kelautan dan Perikanan Universitas Nusa Cendana. 2. Ibu Dr. Ir. Maria Yasinta Luruk, MP selaku Ketua Program Studi Peternakan. 3. Ibu Solvi Makandolu, S. Pt, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik dan seluruh Dosen serta staf Fakultas Peternakan yang selalu memberikan dukungan, bimbingan dan motivasi kepada penulis. 4. Orang tua tercinta Bapak dan Mama, Kakak, dan Adik serta semua keluarga yang selalu memberikan dukungan bagi penulis baik secara moril
  • 8. v dan materil, serta memberikan kasih sayang dan doa. 5. Rekan-rekan penelitian padang penggembalaan Kakak Yoseph dan Meri yang selalu setia menemani dan membantu selama masa penelitian hingga akhir penulisan skripsi ini. 6. Adik Nachi, Adik Nofi, Adik Arit, Kakak Yamin Olla, S.Pi, Kakak Yustus, Febi, Kakak Us Taneo, Kakak Tamar Laome, Mama Yosina Nenobais, Bapak Yunus Laome, Bapak Kos dan Mama Kos, yang selalu memberi dukungan dan membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. 7. Keluarga besar Forum Studi Feto Mone (FSFM-TTS), keluarga besar Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang Kupang ST. Fransiskus Xaverius, keluarga besar Perhimpunan Mahasiswa Kabupaten Kupang (PERMASKKU) dan keluarga besar Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) cabang Kabupaten Kupang. Terima kasih atas segala proses belajar yang diberikan dan kebersamaan yang telah kita rajut bersama kiranya persahabatan kita tetap utuh. Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala kritik dan saran demi penyempurnaan tulisan ini. Akhirnya semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kupang, April 2022 Penulis
  • 9. vi ABSTRAK KANDUNGAN NDF DAN ADF SERTA KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK IN VITRO HIJAUAN PAKAN PADANG PENGGEMBALAAN ALAM DI KELURAHAN LELOGAMA KECAMATAN AMFOANG SELATAN KABUPATEN KUPANG Oleh Markus Luther Taebenu, Herayanti Panca Nastiti, Stefanus Tany Temu Fakultas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Universitas Nusa Cendana, Jln. Adisucipto, Penfui, Kupang Email.taebenumarko@gmail.com Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan NDF dan ADF serta kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro hijauan pakan pada padang penggembalaan di Kelurahan Lelogama, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang. Metode yang digunakan dalam penelitian ialah survei, pengukuran dan pengamatan langsung serta diuji secara in vitro di laboratorium. Materi penelitian adalah hijauan rumput dan legum yang tumbuh di atas areal padang rumput alam di lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata NDF 64.14 % dan ADF 55.64 %, serta kecernaan bahan kering 49.87 % dan kecernaan bahan organik 42.35 %. Simpulan bahwa nilai NDF dan ADF tinggi dan tingkat kecernaan hijauan pakan di padang penggembalaan alam Lelogama tergolong rendah. Kata kunci : NDF, ADF, Bahan Kering, Bahan Organik, Kecernaan, Hijauan Pakan
  • 10. vii ABSTRACT CONTENT OF NDF AND ADF AND DIGESTABILITY OF DRY MATERIALS AND ORGANIC MATERIALS IN VITRO FORGIVE FEED PADANG NATURAL SHAREHOLDERS IN LELOGAMA KELURAHAN, AMFOANG SELATAN DISTRICT, KUPANG REGENCY By Markus Luther Taebenu, Herayanti Panca Nastiti, Stefanus Tany Temu Faculty of Animal Husbandry, Maritime Affairs and Fisheries, University of Nusa Cendana, Jln. Adisucipto, Penfui, Kupang Email.taebenumarko@gmail.com This study aims to determine the content of NDF and ADF as well as dry matter digestibility and organic matter in vitro forage in grazing fields in Lelogama Village, South Amfoang District, Kupang Regency. The method used in this research is survey, measurement and direct observation and tested in vitro in the laboratory. The research material is forage grass and legumes that grow on natural grassland areas at the research location. The results showed that the average value of NDF 64.14% and ADF 55.64%, and dry matter digestibility 49.87% and organic matter digestibility 42.35%. The conclusion is that the NDF and ADF values are high and the digestibility level of forage in the Lelogama natural grazing field is low. Keywords : NDF, ADF, Dry Matter, Organic Matter, Digestibility, Forage
  • 11. viii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR........................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................. vi ABSTRACT........................................................................................... vii DAFTAR ISI.......................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................. x DAFTAR GAMBAR............................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 3 1.3. Tujuan ........................................................................................ 3 1.4. Manfaat....................................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Penggembalaan............................................................... 4 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Padang Penggembalaan ..... 6 2.3. Neutral Detergent Fiber (NDF) .................................................. 6 2.4. Acid Detergent Fiber (ADF) ....................................................... 7 2.5. Kecernaan Bahan Kering............................................................. 8 2.6. Kecernaan Bahan Organik........................................................... 9 2.7. Kecernaan In Vitro ...................................................................... 10 BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 11 3.2. Data dan Sumber Data................................................................. 11 3.3. Materi dan Alat-Alat Penelitian .................................................. 11 3.4. Metode Penelitian........................................................................ 12 3.5. Prosedur Pengambilan Sampel Hijauan ...................................... 12 3.6. Teknik Pengambilan Cairan Rumen............................................ 13 3.7. Prosedur In Vitro......................................................................... 13 3.8. Variabel Penelitian ...................................................................... 15 3.9. Analisis Data ............................................................................... 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
  • 12. ix 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 18 4.2. Sistem Pemanfaatan Padang Pengembalaan Alam dan Populasi Ternak di Lokasi Penelitian......................................................... 20 4.3. Keadaan Iklim Lokasi Penelitian ................................................ 21 4.4. Kelembapan Udara...................................................................... 23 4.5. Kandungan NDF dan ADF Hijauan Pakan ................................. 24 4.6. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik ............................ 26 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan.................................................................................. 30 5.2. Saran............................................................................................ 30 DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 31 LAMPIRAN........................................................................................... 35 RIWAYAT HIDUP............................................................................... 37
  • 13. x DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Kandungan Unsur Hara dan Tekstur Tanah di Kelurahan Lelogama ................................................................................................................ 19 2. Populasi Ternak di Kelurahan Lelogama Tahun 2018........................... 21 3. Rata-Rata Curah Hujan di Kabupaten Kupang ...................................... 22 4. Kandungan NDF dan ADF hijauan pakan di padang penggembalaan Lelogama...................................................................... 24 5. Tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik hijauan pakan di padang penggembalaan lelogama....................................................... 26
  • 14. xi DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Pemotongan Hijauan ........................................................................... 36 2. Penimbangan Hijauan Pakan ............................................................... 36 3. Koleksi Sampel .................................................................................... 36 4. Penyimpanan Selama Satu Minggu Sebelum Dianalisis di Laboratorium........................................................................................ 36
  • 15. xii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Analisis Laboratorium................................................................ 35 2. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 36
  • 16. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kupang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan luas wilayah 5.298,13 km. Kecamatan Amfoang Selatan merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah penduduk mencapai 366.383 jiwa dengan laju pertumbuhan per tahun 2010-2020 sebesar 1,87%. Ketersediaan hijauan yang relatifbanyak sangat cocok bagi pengembangan ternak ruminansia maupun non ruminansia, daya dukung alami berupa tersedianya padang penggembalaan alam yang cukup luas merupakan aset yang berpotensi untuk dikembangkan di wilayah Amfoang, khususnya di Kelurahan Lelogama dengan luas 13,42 ha (BPS Kabupaten Kupang, 2020). Pengembangan ternak ruminansia besar sangat ditentukan oleh potensi daya dukung wilayah khususnya ketersediaan pakan ternak berupa hijauan pakan (rumput dan leguminosa). Padang penggembalaan adalah areal untuk menggembalakan ternak ruminansia dengan manajemen pemeliharaan diliarkan (grazing) dalam mendukung efisiensi tenaga kerja dalam budidaya ternak. Umumnya ternak ruminan di Kecamatan Amfoang Selatan khususnya Kelurahan Lelogama dipelihara secara ekstensif tradisional. Daya dukung pakan di padang penggembalaan sangat ditentukan oleh jenis tanaman yangdapat tumbuh karena akan berpengaruh terhadap besar kecilnya ketersediaan hijauan yang dapat dikonsumsi ternak. Jenis hijauan yang cocok untuk dibudidayakan pada padang penggembalaan adalah hijauan yang memiliki perakaran yang kuat, tahan
  • 17. 2 injakan, tahan renggutan, dan tahan terhadap kekeringan. Persiapan daya dukung pakan di padang penggembalaan perlu diperhatikan. Adapun salah satu upaya yang dapat dilakukan melalui kajian komposisi nutrisi serta tingkat kecernaan hijauan pakan pada lahan penggembalaan sebagai referensi dalam mengoptimalkan dan mengevaluasi kualitas suatu padang penggembalaan. Metode in vitro adalah suatu metode pendugaan kecernaan secara tidak langsung yang dilakukan di laboratorium dengan meniru proses yang terjadi di dalam saluran pencernaan ruminansia. Keuntungan metode in vitro adalah waktu lebih singkat dan biaya lebih murah. Kecernaan menunjukkan tingkat penggunaan zat-zat makanan serta dapat mempengaruhi konsumsi. Kecernaan bahan kering dipengaruhi oleh kandungan protein pakan, karena setiap sumber protein memiliki kelarutan dan ketahanan degradasi yang berbeda-beda. Kecernaan bahan organik merupakan faktor penting yang dapat menentukan nilai pakan. Dalam mengestimasi kandungan serat dalam pakan digunakan metode Van Soest. Metode ini terdiri dari 2 bagian yaitu : Sistem netral untuk mengukur total serat atau serat yang tidak larut dalam Neutral Detergent Fiber (NDF) dan sistem detergen asam yang digunakan untuk mengisolasi sellulosa yang tidak larut dan lignin serta beberapa komponen yang terikat dengan keduanya yang disebut Acid Detergen Fiber (ADF). Sutardi dkk. (2001) menyatakan bahwa setiap jenis ternak ruminansia memiliki mikroba rumen dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam mendegradasi ransum, sehingga mengakibatkan perbedaan kecernaan. Oleh sebab itu suatu kajian mengenai tingkat kecernaan hijauan pakan pada suatu padang
  • 18. 3 penggembalaan alam penting untuk menentukan kualitas hijauan makanan ternak serta efisiensi kecernaannya. Berdasarkan hal tersebut telah dilakukan suatu penelitian mengenai kandungan NDF dan ADF serta Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik In Vitro Hijauan Pakan Padang Penggembalaan Alam di Kelurahan Lelogama, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahan yang diteliti, yakni bagaimana kandungan NDF dan ADF serta Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik hijauan padang penggembalaan alam Lelogama secara in vitro? 1.3. Tujuan Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan NDF dan ADF serta Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik secara in vitro hijauan pakan padang penggembalaan alam di Kelurahan Lelogama, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang. 1.4. Manfaat Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi bagi peternak setempat dalam memanfaatkan padang penggembalaan alam. 2. Sebagai salah satu sumbangan informasi ilmiah untuk pengembangan ilmupengetahuan dan teknologi di bidang peternakan. 3. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pemerintah dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam yang tersedia secara optimal.
  • 19. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Penggembalan Daya dukung pakan di padang penggembalaan ditentukan oleh jenis tanaman yang dapat tumbuh yang akan berpengaruh terhadap besar kecilnya ketersediaan hijauan yang dapat dikonsumsi ternak. Jenis hijauan yang cocok untuk dibudidayakan pada padang penggembalaan adalah hijauan yang memiliki perakaran yang kuat, tahan pijakan, tahan renggutan, dan tahan terhadap kekeringan (Mcilroy, 1976). Biasanya sistem pemeliharaan dengan cara ternak diumbar di lahan tertentu pada periode tertentu, ternak bebas memilih hijauan yang dibutuhkan, sehingga memacu produktivitas ternak itu sendiri. Adapun macam-macam padang penggembalaan menurut Reksohadiprodjo (1994) yang disitasi oleh Marta (2015) adalah sebagai berikut : 1. Padang Penggembalaan Alam Padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanen, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan. 2. Padang Penggembalaan Alam yang Sudah Ditingkatkan Spesies-spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belumditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan
  • 20. 5 mengatur pemotongan (defoliasi). 3. Padang Penggembalaan Buatan Tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanen atau diselingi dengan tanaman pertanian. 4. Padang Penggembalaan dengan Irigasi Padangan biasanya terdapat di daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 sampai 4 hari. Syarat padang penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi dan kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang mudah dikembangbiakkan (Reksohadiprojo, 1985 yang disitasi oleh Marta, 2015). Menurut Susetyo (1980) bahwa kondisi optimum suatu padang penggembalaan yang baik adalah komposisi 60% rumput dan 40% leguminosa.. Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki oleh suatu padangan adalah 70 sampai 80% untuk kadar air dan bahan keringnya 20 sampai 30%. Hijauan pastura membutuhkan periode istirahat untuk tumbuh kembali 45 sampai 60 hari setelah dipotong. Untuk pastura alam sebaiknyadibakar secara periodik, karena hal ini dapat memusnahkan rumput yang tidak palatabel dan kering, serta untuk merangsang pertumbuhan tanaman muda yang lebih tinggi nilai gizinya dan lebih disukai ternak (Reksohadiprodjo dan Utomo, 1983 yang disitasi oleh Marta (2015).
  • 21. 6 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Padang Penggembalaan Padang penggembalaan merupakan suatu areal yang pertumbuhan vegetasinya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Susetyo (1981), faktor- faktor yang mempengaruhi padang penggembalaan adalah antara lain air, intensitas sinar matahari, kompetisi zat-zat makanan, kekompakan tanah, inokulasi, temperatur lingkungan, angin dan curah hujan. Selain faktor-faktor tersebut, spesies atau jenis tanaman merupakan salah satu faktor penting yang tidak terlepas dari peran vitalnya dalam menunjang kemampuan produksi padang penggembalaan karena setiap spesies memiliki karakteristik pertumbuhan komposisi nutrisi dan produksi yang berbeda. Kemampuan suatu tanaman untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dari faktor genetik berpengaruh pada proses pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. 2.3. Neutral Detergent Fiber (NDF) Neutral Detergent Fiber (NDF) merupakan zat makanan yang tidak larut dalam detergent netral dan NDF bagian terbesar dari dinding sel tanaman. Bahan ini terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan silika serta protein fibrosa (Van Soest, 1982 dalam Usman dkk, 2019). NDF merupakan fraksi serat kasar yang sulit dicerna sehingga konsumsi bahan kering yang berbeda tidak nyata menyebabkan konsumsi NDF juga berbeda tidak nyata sesuai dengan yang dijelaskan Tillman dkk (1991) bahwa fraksi serat kasar mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap daya cerna. Penurunan nilai NDF disebabkan meningkatnya kadar lignin yang mengakibatkan menurunnya kadar hemiselulosa.
  • 22. 7 Menurut Wahyono dkk (2019) semakin rendah komponen fraksi serat maka semakin kecil pula energi yang diperlukan mikroba untuk mencerna selulosa, hemiselulosa dan lignin, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kecernaan. Hemiselulosa dan selulosa merupakan komponen dinding sel yang dapat dicerna oleh mikroba. Tinggi-nya kadar lignin menyebabkan mikroba tidak mampu menguasai hemiselulosa dan selulosa secara sempurna. Degradasi NDF lebih tinggi dibanding degradasi ADF di dalam rumen, karena NDF mengandung fraksi yang mudah larut, yaitu hemiselulosa (Church and Pond, 1988 dalam Novika, 2013). Hal ini sesuai dengan pendapat Zakariah (2016), yakni hemiselulosa adalah polisakarida yang mempunyai tingkat kecernaan lebih baik dibanding selulosa dan lignin.). Hemiselulosa adalah suatu nama untuk menunjukkan suatu golongan substensi termasuk didalamnya pentosa, hektosa, araban, xilan dan polinuorat yang kurang tahan terhadap pelarut kimia maupun reaksi enzimatis (Tillman dkk., 1991). 2.4. Acid Detergent Fiber (ADF) ADF merupakan zat makanan yang tidak larut dalam detergent asam yang terdiri dari selulosa,lignin dan silika (Van Soest, 2006 dalam Usman dkk, 2019). Acid DetergentFibre (ADF) dan Neutral Detergent Fibre (NDF) merupakan fraksi dinding sel dengan nilai cerna rendah. Semakin rendah fraksi Neutral Detergent Fibre dan Acid Detergent Fibre, kecernaan pakan semakin tinggi (Preston dan Leng, 1987 dalam Sudirman dkk, 2015). ADF digunakan sebagai suatu langkah persiapan untuk mendeterminasikan lignin, sehingga hemiselulosa dapat diestimasi dari perbedaan struktur dinding sel dengan ADF itu sendiri.
  • 23. 8 Komponen ADF yang mudah dicerna adalah selulosa, sedangkan lignin sulit dicerna karena memiliki ikatan rangkap, jika kandungan lignin dalam bahan pakan tinggi maka koefisien cerna pakan tersebut menjadi rendah (Sutardi 1980). Secara normal persentase ADF dalam hijauan 25–45% dari bahan kering hijauan untuk diberikan pada ternak (Ruddel et al, 2002). Semakin tinggi Acid Detergent Fibre, kualitas atau daya cerna hijauan semakin rendah (Crampton dan Haris, 1969 dalam Sudirman dkk, 2015). Hal ini sesuai dengan laporan Despal (2000) yang melaporkan bahwa NDF dan ADF memiliki hubungan yang negatif dengan kecernaan dimana semakin rendah NDF dan ADF maka semakin tinggi kecernaan ransum sebaliknya semakin tinggi NDF dan ADF maka kecernaan ransum semakin rendah. Serat di dalam rumen ruminansia dapat didegradasi oleh bakteri selulolitik menjadi sumber energi untuk ternak (Zain, 2007). Fraksi serat pada ternak ruminansia merupakan sumber energi yang sangat potensial sepanjang ketersediaannya tidak dihambat oleh faktor lain seperti lignifikasi dan kristalisasi (Retno, 2003 dalam Sudirman dkk., 2015). 2.5. Kecernaan Bahan Kering Kecernaan bahan kering mampu menunjukkan kualitas pakan dan besarnya kemampuan ternak dalam memanfaatkan suatu jenis pakan (Rahman dkk., 2013). Kecernaan bahan kering merupakan salah satu indikator untuk menentukan kualitas ransum. Semakin tinggi kecernaan bahan kering maka semakin tinggi pula peluang nutrisi yang dapat dimanfaatkan ternak untuk pertumbuhannya (Afriyanti, 2008). Kisaran normal kecernaan bahan kering yaitu 50,7-59,7%. Faktor-faktor yang mempengaruhikecernaan bahan kering, yaitu jumlah ransum
  • 24. 9 yang dikonsumsi, laju perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan dan jenis kandungan gizi yang terkandung dalam ransum tersebut. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai kecernaan bahan kering ransum adalah tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein ransum, persentase lemak dan mineral (Sutardi, 1995 yang disitasi oleh Sahanaya, 2019). 2.6. Kecernaan Bahan Organik Menurut pendapat Hariyadi dkk. (2013) kecernaan bahan organik pakan merupakanpersentase dari protein, lemak, vitamin dan karbohidrat yang dicerna selama prosespencernaan. Fathul dan Wajizah (2010) menyatakan bahwa bahan organik merupakan bagian dari bahan kering, sehingga apabila bahan kering meningkat akan meningkatkan bahan organik begitu juga sebaliknya. Tillman dkk. (1991) menyatakan bahwa kecernaan bahan organik juga dipengaruhi oleh kandungan serat kasar dalam bahan pakan sebab kandungan serat kasar dalam pakan akan mengakibatkan rendahnya nilai degradasi, karena serat kasar yang berupa selulosa dan hemiselulosa sering berikatan dengan lignin. Fathul dan Wajizah (2010) menambahkan bahwa kandungan abu dapat memperlambat atau menghambat tercernanya bahan organik pada ransum. dipecah oleh enzim pencernaan, dengan demikian kecernaan akan semakin rendah apabila suatu bahan pakan mengandung serat yang tinggi. Selain itu, sesuai dengan pernyataan Wodzicka et al. yang disitasi oleh Nugroho dkk. (2020) bahwa tinggi rendahnya kecernaan bahan organik disebabkan oleh tinggi rendahnya konsumsi bahan organiknya. Besarnya konsumsi bahan organik ini akan mempengaruhi ketersediaan energi dalam rumen untuk pertumbuhan mikroba rumen.
  • 25. 10 Pertumbuhan mikroba rumen akan berhubungan dengan kerja optimal mikroba yang nantinya berpengaruh terhadap kecernaan ternak (Kamal, 1994). Sehingga konsumsi bahan organik akan berbanding lurus dengan kecernaan bahan organiknya. 2.7. Kecernaan In Vitro Teknik in vitro adalah suatu prosedur yang mencoba mempelajari atau mengikuti proses kecernaan yang terjadi dalam tubuh ternak. Teknik in vitro meniru kondisi rumen, teknik ini tergantung pemindahan keseluruhan mikrobia yang diambil di dalam rumen ternak ruminansia (Tilley and Terry, 1963). Teknik kecernaan in vitro memiliki keuntungan mudah, ekonomis dan menyerupai in vivo supaya menghasilkan nilai yang mendekati nilai in vivo atau relatif lebih besar 1 – 2 % sehingga memperkecil perbedaan dari standar (Omed et al., 2000 yang disitasi oleh Setiyaningsih dkk., 2012). Hal ini didukung oleh pedapat Arora (1989) yang menyatakan bahwa pengukuran dengan metode in vitro mempunyai beberapa keutungan antara lain mengurangai resiko kematian ternak, mewakili penampilan ternak dan lebih ekonomis.
  • 26. 11 BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di padang penggembalaan alam di Kelurahan Lelogama, Kecamatan Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang selama 6 (enam) bulan terhitung 26 Juli 2019 sampai 26 Januari 2020. 3.2. Data dan Sumber Data Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapangan dan setelah itu dimasukan ke laboratorium untuk dianalisis kandungan bahan kering (BK) dan bahan organik (BO) serta data sekunder bersumber dari literatur. Data yang diperoleh di lapangan kemudian dianalisis di Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana. Data sekunder meliputi kondisi geografis, temperatur, kelembaban udara, curah hujan, suhu/temperatur dan ketinggian tempat dari permukaan laut (dPL), jumlah dan jenis ternak yang dipelihara di padang penggembalaan alam tersebut. 3.3. Materi dan Alat-Alat Penelitian Materi penelitian adalah hijauan rumput dan legum yang tumbuh di atas areal padang rumput alam di lokasi penelitian dan alat-alat yang digunakan berupa petak ukur/plot 1m x 1m, sabit, gunting, kantong plastik, kompas, timbangan duduk kapasitas 5-10 kg, kalkulator, alat tulis, tali dan kertas label.
  • 27. 12 3.4. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode survei, pengukuran dan pengamatan langsung di lokasi penelitian. 3.5. Prosedur Pengambilan Sampel Hijaun Setelah hijauan dipotong di lapangan dan di timbang untuk mengetahui berat segar kemudian dikeringkan selama satu minggu untuk mengetahui berat keringnya. Setelah itubahan tersebut dihaluskan menggunakan mesin mol untuk selajutnya di bawa ke Laboratorium untuk dianalisis. Prosedur kerjanya sebagai berikut: 1. Menentukan daerah pengamatan 2. Menlakukan survei pendahuluan guna memahami bentuk dan zona lingkungan lahan pengamatan 3. Menentukan bingkai kuadrat untuk pengambilan sampling plot. Bingkai kuadrat yang digunakan berukuran 1 m X 1 m. 4. Pada daerah pegamatan dilakukan penempatan sampling plot secara sistematis berupa plot-plot dalam jarak 10 m. 5. Melakukan identifikasi jenis spesies rumput, leguminosa dan gulma 6. Melakukan pemotongan hijauan dengan jarak potong dari permukaan tanah 5 cm 7. Hijauan yang sudah dipotong dimasukkan kedalam kantong plastik yang sudah diberi label sesuai arah mata angin 8. Hijauan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat segarnya 9. Hijauan dikeringkan selama satu minggu
  • 28. 13 10. Setelah kering hijauan ditimbang untuk mengetahui berat keringnya 11. Hijauan yang telah kering kemudian digiling hingga menjadi tepung 12. Tepung hijauan kemudian diambil sebanyak 100 g sesuai arah mata angin dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis 3.6.Teknik Pengambilan Cairan Rumen Cairan rumen diambil dari ternak sapi bali jantan yang mengkonsumsi rumputgajah milik Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana. Pengambilan cairan rumen dilakukan 3-4 jam setelah pemberian pakan dengan cara memasukan selang plastik yang telah di sambungkan dengan pompa vakum ke dalam mulut ternak hingga ke dalam rumen lalu dipompa hingga keluar, selanjutnya dimasukan ke dalam termos yang sebelumnya diisi air panas, dibawa ke laboratorium lalu cairan rumen disaring menggunakan gelas woll dengan kain kasa berlapis, kemudian dicampur dengan saliva sesuai takaran 1:4. 3.7. Prosedur In Vitro (sesuai petunjuk Tilley dan Terry, 1963) 1. Timbang sampel untuk kecernaan invitro. Tempatkan 0,5 gr sampel ke dalam tabung sentrifugi yang telah diberi nomor (duplikat). 2. Tambahkan 50 ml larutan bufer dan cairan rumen (4 : 1) ke dalam setiap tabung. Sebelum tabung ditutup dengan karet, dialiri lebih dengan CO2 agar kondisi dalam tabung diusahakan anaerob. dahulu Kemudian di tabung–tabung ditempatkan dalam penangas air temperatur 39o C selama 48 jam dan dikocok 2x setiap hari. Dikerjakan dua tabung blangko, berisi larutan bufer dan cairan rumen. 3. Setelah 48 jam, tabung-tabung diangkat dari penangas air, lalu direndam
  • 29. 14 dalam air dingin, kadang-kadang dikocok. 4. Tabung diputar dalam sentrifugi pada 2000 rpm selama 15 menit, kemudian supernatannya diambil untuk selanjutnya di ukur NH3 dan VFA rumen. 5. Tambahkan 2 ml pepsin 5%, gojok pelan dan tempatkan dalam penangas air atau inkubator pada temperatur 39o C kocok pelan lagi 2 kali pada hari pertama dan 3 kali pada hari kedua. Untuk menghindari penguapan larutan media,tabung disumbat dengan karet yang sama. 6. Setelah 48 jam tabung diambil, diputar dalam sentrifugi selama 15 menit pada 2000 rpm, tuangkan supernatan dan tambahkan 50 ml pepsin 0,2% dan 0,1 NHCL. 7. Disiapkan gooch crucible dengan membuat lapisan glass-wool yang terdiri dari3-4 lapis. Cuci glass-wool dengan air disedot dengan pompa vakum, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105o C selama 5 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang. 8. Setelah didigesti selama 48 jam, pindahkan isi tabung sentrifugi kedalam crucuble yang kering dan sudah ditimbang. Cuci tabung dan residu dalam crucible dengan akuadest, letakkan crucible dalam oven pengering 1050 C selama 1 malam, dinginkan dalam desikator dan timbang.
  • 30. 15 3.8. Variabel Penelitian Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kandungan NDF dan ADF serta kecernaan BK dan BO. 1. Kandungan NDF Analisis NDF dilakukan dengan prosedur dari Van Soest (1976). Adapun prosedur analisisnya sebagai berikut, kaca masir di oven selama 1-2 jam dan ditimbang sebagai bobot awal (b gram), kemudian sampel sebanyak 1g (a gram) dimasukan ke dalam kaca masir dengan 50 ml larutan NDS. Larutan dipanaskan selama 1 jam atau sampai mendidih. Penyaringan dilakukan dengan bantuan pompa vakum kemudian dibilas dengan air panas dan aseton hinga busa atau buih tidak terlihat lagi. Hasil penyaringan tersebut dikeringkan dalamoven dengan suhu 105o C sampai kering, setelah itu dimasukan lagi ke dalam desikator selama 1 jam. Kemudian dilakukan penimbangan akhir (c gram) jika dibakar dalam tanur 5000-6000o C, kemudian didinginkan dengan cara memasukannya ke dalam desikator selama 1 jam dan timbang kembali. Setalah itu hasilnya dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : %NDF = c-b/a X 100%. 2. Kandungan ADF Analisis ADF dilakukan dengan menggunakan prosedur dari Van Soest (1976). Adapun prosedur analisisnya sebagai berikut, cara kaca masir di oven selama 1-2 jam dan ditimbang beratnya (b gram), kemudian sampel sebanyak 1g (a gram) dimasukan kedalam kaca masir
  • 31. 16 dan ditambahkan 50 ml larutan ADS. Larutan dipanaskan selama 1 jam atau sampai mendidih di atas pemanas air, kemudian disaring dengan bantuan pompa vakum kemudian dibilas dengan air panas dan aseton hingga busa atau buih tidak terlihat lagi. Lakukan pengeringan dengan memasukan hasil penyaringan tersebut dalam oven temperature 105o C sampai kering, setelah itu dimasukan ke dalam desikator untuk pendinginan dan ditimbang (c gram). Setalah itu hasilnya dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : %ADF = c-b/a x 100%. 3. Kecernaan Bahan Kering Penentuan nilai kecernaan bahan kering menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Tillman (2001), yaitu : Kecernaan Bahan Kering = 𝑩𝑲𝒔 π’‚π’˜π’‚π’βˆ’(𝑩𝑲 π’“π’†π’”π’Šπ’…π’–βˆ’π‘©π‘²π’“ π’ƒπ’π’‚π’π’Œπ’) 𝑩𝑲𝒔 π’‚π’˜π’‚π’ 𝑿 𝟏𝟎𝟎% Keterangan: BKs = Bahan Kering sampel BKr = Bahan Kering residu 4. Kecernaan Bahan Organik Penentuan nilai kecernaan bahan organik menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Tillman dkk. (2001), yaitu : Kecernaan Bahan Organik = 𝑩𝑢𝒔 π’‚π’˜π’‚π’βˆ’(𝑩𝑢 π’“π’†π’”π’Šπ’…π’–βˆ’π‘©π‘Άπ’“ π’ƒπ’π’‚π’π’Œπ’) 𝑩𝑢𝒔 π’‚π’˜π’‚π’ 𝑿 𝟏𝟎𝟎% Keterangan: BOs = Bahan Organik sampel BOr = Bahan Organik residu
  • 32. 17 3.9. Analisis Data Semua data primer yang diperoleh, dianalisis untuk mendapatkan persentase NDF, ADF, kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro. Sedangkan data sekunder dianalisis sesuai dengan kebutuhan penulisan hasil penelitian.
  • 33. 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Wilayah Kabupaten Kupang secara geografis terletak pada titik koordinat 9ΒΊ19 - 10ΒΊ57 Lintang Selatan dan 121ΒΊ30 – 124ΒΊ11 Bujur Timur dengan ketinggian daratan dari permukaan laut berkisar antara 0 sampai dengan 500 meter. Kondisi Permukaan tanah Kabupaten Kupang umumnya berbukit, bergunung dan sebagian terdiri dari dataran rendah dengan tingkat kemiringan rata – rata mencapai 45ΒΊ. Batas wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten Kupang adalah : 1. Sebelah Utara dan Barat berbatasan dengan Laut Sawu; 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia dan Selat Timor serta; 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Negara Republic Democratic Timor Leste Lelogama merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Amfoang Selatan dengan ketinggian dari permukaan laut 558 m. Amfoang Selatan merupakan sebuah Kecamatan yang terletak di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten ini memiliki topografi bergunung-gunung dan berbukit-bukit dengan derajat kemiringan 45o dan sebagian adalah dataran rendah. Secara geografis Kabupaten Kupang umumnya beriklim tropis dan kering yang cenderung dipengaruhi oleh angin dan dikategorikan daerah semi arid karena curah hujan yang relatif rendah serta keadaan vegetasi didominasi oleh savana dan stepa. Tekanan udaranya berkisar
  • 34. 19 antara 926,3 milibar, arah dan kecepatan angin mencapai 6 knot/jam. Suhu udaranya berkisar 24o -34o dengan kelembaban udara rata-rata 75-76% RH (Kupangkab.go.id, 2019). Tabel 1. Kandungan Unsur Hara dan Tekstur Tanah di Kelurahan Lelogama Kandungan unsur hara Nilai Pusat Penelitian tanah Bogor N (%) 0,28 Sedang (0,20-0,50) P (ppm) 60,21 Sedang (21-40) K (Me/100g) 0,98 Sangat rendah (<10) Ca (Me/100g) 28,48 Sangat tinggi (>20) Ph 6,44 Agak asam (5,5-6,5) Tekstur lempung berpasir Sumber : Lembaga Pusat Penelitian Tanah Bogor 1983 dan Laboratorium Kimia Tanah Faperta Undana Kupang 2019. Adapun jumlah populasi ternak di Kecamatan Amfoang Selatan berdasarkan data BPS Kabupaten Kupang (2020), populasi ternak sapi sebanyak 12.398 ekor, ternak kambing 2.539 ekor, kerbau 3 ekor, kuda 641 ekor. Pada umumnya pola pemeliharaan ternak di tempat ini masih bersifat tradisional dengan menggunakan sitem semi intensif dan cenderung bergantung pada lahan savana. Pada umumnya ternak dilepas dari kandang pada pagi hari sekitar pukul 07:00 dan digiring ke kandang pada sore hari pukul 16:00. Luas wilayah Kelurahan Lelogama 13,42 km2, keaneragaman hayati baik flora maupun fauna yang hidup cukup beragam. Keaneragaman flora sebagian besar terdiri dari padang rumput, pohon lontar dan gewang. Tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan daerah ini adalah rumput. Meskipun ada pula tumbuhan lain yang hidup selain rumput, tetapi karena mereka merupakan vegetasi yang dominan makadisebut padang rumput sedangkan kelompok fauna meliputi ternak besar: sapi, kerbau, kuda dan ternak kecil terdiri dari: kambing,
  • 35. 20 babi, dan unggas (BPS Kabupaten Kupang, 2020). Lahan savana di Amfoang Selatan masih cukup luas dan menjadi sumber makanan ternak utama bagi ternak ruminansia disana. Savana di wilayah ini juga memiliki potensi tinggi dalam menyediakan rumput alam yang berkualitas karena memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan ternak secara kontinue. Hal tesebut merupakan bukti nyata bahwa padang penggembalaan tersebut sangat potensial untuk dioptimalkan sebagai lahan pengembangan peternakan kedepannya. 4.2. Sistem Pemanfaatan Padang Pengembalaan Alam dan Populasi Ternak di Lokasi Penelitian Sistem pemanfaatan padang penggembalaan alam di Kelurahan Lelogama, Kecamatan Amfoang Selatan Kabupaten Kupang masih bersifat tradisional atau Ekstensif dan Semi Ekstensif, yaitu ternak dilepas secara bebas dan dibiarkan untuk mencari pakan dan merumput sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dimasukan ke kandang pada waktu tertentu yang disesuaikan dengan keinginan peternak. Padang pengembalaan alam dikelurahan Lelogama tergolong padang Pengembalaan permanen karena tanaman didominasi rumput. Hal ini juga sama dengan pendapat (Moore, 1964) dalam Reksohadiprojo (1994), yang menyatakan bahwa padangan yang terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perenial, sedikit atau tidak ada belukar gulma (weed), tidak ada pohon Sering disebutpadang penggembalaan permanen, Tidak ada campur tangan manusia dalam susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan peternak dan berpindah-pindah mengikuti pemiliknya. Populasi ternak baik ruminansia maupun non-ruminansia dikelurahan Lelogama, terlihat
  • 36. 21 pada tabel 2. Tabel 2. Populasi Ternak di Kelurahan Lelogama Tahun 2018 Jenis Ternak Jumlah/Ekor Presentase (%) Ternak Sapi 1.956 84 Ternak Kerbau 19 1 Ternak Kambing 194 8 Ternak Kuda 156 7 Total 2.325 100 Sumber: Kantor Kelurahan Lelogama Tahun 2018. Berdasarkan Tabel 2. dapat dijelaskan bahwa populasi ternak besardi Kelurahan Lelogama, didominasi oleh ternak sapi bali dengan jumlah 1.956 (84%), diikuti oleh ternak kambing dengan jumlah 194 ekor (8%), ternak kuda dengan jumlah 156 ekor (7%), dan yang terakhir adalah ternak kerbau yang jumlahnya adalah 19 ekor (1%). Berdasarkan data persentasi ternak yang ada di wilayah tersebut, menunjukkan bahwa masyarakat petani peternak lebih banyak memeliharaternak besar dibanding dengan ternakkecil. Sesuai hasil pengamatan dan observasi yang dilakukan dilokasi penelitian, menunjukkan bahwa ketersediaan pakan bagi ternak juga sangat bergantung pada padang pengembalaan alam tersebut. 4.3.Keadaan Iklim di Lokasi Penelitian Iklim merupakan faktor yang sangat berperan terhadap kondisi pakan yang berpengaruh terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik suatu padang penggembalaan, dimana area penelitian termasuk dalam kawasan beriklim tropis. Di NTTdikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juni sampai September, arus angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim kemarau. Sebaliknya pada bulan
  • 37. 22 Desember - Maret, arus angin yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehinggaterjadi musim hujan. Keadaan seperti ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April- Mei dan Oktober-November (Priyanto, 2016). Mengingat NTT dekat dengan Australia, arus angin yang banyak mengandung uap air dari Asia dan Samudera Pasifik tersebut, setelah sampai wilayah di NTT kandungan uap airnya sudah berkurang sehingga hari hujan di NTT lebih sedikit dibanding wilayah yang dekat dengan Asia. Hal ini menjadikan NTT sebagai wilayah beriklim kering dengan 4 bulan basah (Desember - Maret) dan 8 bulan kering, bahkan pada bulan Agustus-September sering tidak turun hujan (Priyanto, 2016). Tabel 3. Rata - Rata Curah Hujan di Kabupaten Kupang Bahan Curah Hujan (mm/tahun) 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Januari 844 650 204 157 151 271 Februari 832 305 107 89 97 227 Maret 207 155 171 145 92 245 April 219 133 0 104 27 90 Mei 86 21 84 8 12 24 Juni 2 4 3 0 0 0 Juli 48 0 16 0 0 0 Agustus 1 0 0 0 0 0 September 0 0 33 0 0 0 Oktober 0 0 8 88 7 36 November 88 0 26 145 270 39 Desember 449 156 308 220 110 306 Jumlah 2.816 1.424 1.060 956 748 1.237 Rata-rata 234,68 118,67 88,33 79,67 62,33 103,12 Sumber : BPS Kabupaten Kupang Berdasarkan kondisi iklim dan curah hujan demikian, maka turut berpengaruh terhadap kondisi vegetasi di daerah padang penggembalaan. Hal tersebut tentu berdampak juga terhadap ketersediaan pakan di padang
  • 38. 23 penggembalaan alam karena populasi vegetasi padang penggembalaan sangat bergantung oleh faktor hujan. Kondisi iklim ini juga turut berpengaruh terhadap vegetasi di padang penggembalaan Lelogama sehingga hijauan pakan di kawasan ini mengalami fluktuasi sesuai musim, produksitertinggi di akhir musim hujan, kualitas terbaik di musim hujan serta produksi dan kualitas terendah di akhir musim kemarau (Kupangkab.go.id, 2019). 4.4. Kelembapan Udara Rataaan tekanan udara pada kelurahan lelogama adalah 926,3 milibar, arah dan kecepatan angin mencapai 6 knot perjam. Suhu udaranya berkisar antara 250 𝐢 dan kelembapan udaranya berkisara antara 74,58% sedangkan rata-rata lama penyinaran matahari antara 80,41%. (BPS, 2020). Kondisi iklim seperti ini sangat mempengaruhi proses pertumbuhan hijauan pakan di daerah tersebut. Iklim memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Karena kecepatan tumbuh tanaman juga dipengaruhi oleh radiasi sinar matahari yang memberikan energinya untuk tanaman melakukan proses fotosintesis. Kemudian juga, curah hujan dan kelembapan yang berhubungan dengan ketersediaan air tanah sebagai pelarut dan pengangkut zat-zat nutrisi serta temperatur dalam mempercepat proses pertumbuhan dan respirasi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Poerwowidodo, (1992) yang menyatakan bahwa temperatur merupakan suatu ukuran intensitas panas yang berpengaruh langsung pada fungsi-fungsi fotosintesis, respirasi, permeabilitas didnding sel, serapan air dan unsur hara, transpirasi, aktivitas enzim dan koagulasi protein.
  • 39. 24 4.5.Kandungan NDF dan ADF Hijauan Pakan Neutral Detergent Fiber (NDF) merupakan metode yang cepat untuk mengetahui total serat dari dinding sel yang terdapat dalam serat tanaman. NDF mempunyai kolerasi yang tinggi dengan jumlah konsumsi hijauan makanan ternak. Semakin tinggi NDF, maka kualitas daya cerna pakan semakin rendah. Sedangkan Acid Detergen Fiber (ADF) digunakan untuk mengestimasi kecernaan bahan kering dan energi makanan ternak. ADF ditentukan dengan larutan Detergent Acid, dimana residunya terdiri atas selulosa dan lignin. Kandungan NDF dan ADF hijauan pakan di padang penggembalaan Lelogama dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan NDF dan ADF hijauan pakan di padang penggembalaan Lelogama Arah Mata Angin Kandungan NDF (%) Kandungan ADF (%) Barat 61,29 58,21 Selatan 60,81 51,54 Utara 67,33 58,59 Timur 67,11 54,23 Rata-rata 64,14 55,64 Β±SD 3,57 3,37 Sumber: Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan Undana Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa rataan kandungan NDF adalah 64,14% dan ADF adalah 55,641%. Kandungan NDF dan ADF yang diperoleh pada penelitian kali ini sesuia dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh Minson (1990) yaitu kandungan NDF dan ADF hijauan tropika berkisar 45–85 % dan 21– 55 %. Hasil ini juga relative sama dengan hasil penelitian Malaikal (2021) yang menyatakan bahwa kandungan NDF dan ADF hijauan pada padang rumput alam Desa Pailelang, Kecamatan Alor Barat ialah 62, 963% dan 53,391%.
  • 40. 25 Tinggi rendahnya kandungan NDF dan ADF hijauan berpengaruh terhadap kualitas dari hijauan tersebut. Apabila kandungan NDF dan ADF hijauan rendah maka tingkat kecernaannya tinggi begitupun sebaliknya apabila Kandungan NDF dan ADF tinggi maka tingkat kecernaannya rendah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Anam dkk. (2012) yang menyatakan tingkat kecernaan suatu bahan pakan berbanding terbalik dengan jumlah kandungan NDF dan ADF dalam pakan. Kandungan NDF dan ADF hijaun pada penelitian kali ini tergolong tinggi, hal itu diduga karena pengambilan sampel dilakukan pada musim kemarau dimana hijauan sudah mulai tua atau mengering sehingga kandungan dinding sel hijauan tinggi. Hal tersebut sejalan dengan (Infitria and Khalil 2014) yang menyatakan semakin tua tanaman maka kandungan dinding sel tanaman semakin meningkat. Djuned dkk. (2005) juga menyatakan bahwa kandungan fraksi serat pada tanaman pakan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Ditambahkan oleh Manu (2013) bahwa semakin tua umur hijauan maka proporsi selulosa dan hemiselulosa bertambah, sedangkan karbohidrat yang mudah larut berkurang. Selain itu Martaguri et al. (2015) juga menjelaskan bahwa tingginya nilai masing- masing fraksi serat rumput diperkirakan karena kemampuan rumput yang tinggi dalam menyerap karbon selama proses fotosintesis, lebih banyak dirubah menjadi komponen karbohidrat struktural. Perbedaan tinggi rendahnya kandungan gizi pada tanaman ditentukan oleh jenis vegetasi tanaman, kondisi lingkungan, tinggi rendahnya curah hujan serta manajemen yang sumber daya manusia termasuk saat pemotongan dan perenggutan oleh ternak (Muhajirin dkk. 2017). Rumput yang dilakukan
  • 41. 26 pemotongan terlalu lama akan menghasilkan produksi tinggi tetapi memiliki kualitas yang rendah (Susetyo, 1980). 4.6. Kecernaan Bahan Kering (KcBK) dan Bahan Organik (KcBO) Kecernaan bahan kering secara in vitro adalah salah satu metode dalam menentukan proporsi bahan kering pakan yang dapat dicerna oleh mikroba rumen. Kecernaan bahan kering dapat menjadi parameter kualitas dari suatu bahan pakan Yulianto dkk. (2015). Afriyanti (2008) menyatakan bahwa semakin meningkat nilai kecernaan BK maka akan semakin menigkat juga potensi pemanfaatan nutrien yang dimanfaatkan oleh ternak dalam memenuhi kebutuhan untuk produksi. Kecernaan bahan organik secara in vitro dapat dijadikan rujukan yang menunjukkan nilai estimasi proporsi kecernaan komponen bahan organik oleh enzim pencernaan di dalam rumen yang dihasilkan oleh mikroba. BO adalah komponen yang terakumulasi dalam BK sehingga ada keterkaitan beberapa faktor yang turut mempengaruhi tinggi dan rendahnya Kecernaan BK dengan Kcernaan BO pakan. Tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik hijauan pakan di padang penggembalaan lelogama ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik hijauan pakan di padang penggembalaan lelogama Arah Mata Angin Kecernaan Bahan Kering (%) Kecernaan Bahan Organik (%) Barat 47,02 39,34 Selatan 57,80 47,64 Utara 47,40 41,60 Timur 47,25 40,81 Rata-rata 49,87 42,35 Β±SD 5,29 365 Sumber: Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan Undana Berdasarkan Tabel 5 rataan nilai kecernaan BK secara in vitro adalah
  • 42. 27 49,87%. Hasil KcBK penelitian ini lebih tinggi dibanding dengan KcBK di padang penggembalaan Batu Beringin Desa Sumlili, Kecamatan Kupang Barat yang dilaporkan oleh Ati dkk. (2018) yakni 45,72 % dan lebih tinggi dari laporan Sahanaya (2019), yakni rataan kecernaan bahan kering 42,84% di padang penggembalaan Desa Nuamuri, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Sedangkan Berdasarkan Tabel 5 rataan nilai kecernaan BK secara in vitro adalah 42,35% lebih rendah dari yang dilaporkan oleh Ati dkk. (2018) dan Sahanaya (2019), yaitu 47,60%, dan 91,42%. Menurut Schneider et al. (1984) apabila nilai kecernaan suatu bahan pakan lebih besar dari 70% maka dapat dikategorikan tinggi akan tetapi apabila nilainya lebih kecil dari 50% maka dapat dikategorikan rendah. Rataan presentase yang diperoleh dari padang penggembalaan Lelogama belum mencapai standar tersebut dengan hasil rataan yang diperoleh adalah 49,87% untuk BK dan 42,35% untuk BO. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecernaan hijauan pakan di padang penggembalaan Lelogama masih tergolong rendah. Rendahnya persentasi kecernaan bahan kering dan bahan organik diduga dipengaruhi oleh faktor pembatas, yakni kandungan SK (lignin, silika, sellulosa dan hemiselulosa) karena jika kian meningkat persentase komponen SK yang terkandung dalam suatu bahan pakan dapat menghambat proses degradasi nutrien oleh serat kasar sehingga sulit dirombak oleh mikroba rumen yang kemudian berdampak pada rendahnya tingkat kecernaan dari bahan pakan tersebut. Hal tersebut didukung data analisis kandungan NDF (64,14 %) dan ADF (55,64 %) yang cukup tinggi, data tersebut merupakan suatu gambaran yang mewakili
  • 43. 28 kandungan dinding sel yang terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa dan protein yang berikatan dengan dinding sel. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Manu (2013), apabila semakin rendah PK dan semakin tinggi NDF yang terkandung dalam suatu bahan pakan maka kecernaan bahan pakan tersebut akan semakin rendah. Rendahnya kecernaan BK dan BO pada penelitian kali ini diduga diakibatkan juga oleh pengambilan sampel yang di lakukan pada musim kemarau dimana hijauan memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi. Kandungan serat kasar yang tinggi pada hijauan dapat menurunkan kecernaan zat-zat pakan lainya seperti PK, LK, karbohidrat dan BETN yang merupakan komponen penyusun BK dan BO (Ati dkk., 2018). Hasil penelitian ini juga lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian dari Jelantik et al. (2008) yang melaporkan kandungan PK rumput pada musim hujan dapat mencapai 15% dengan kecernaan in vitro mencapai 65%, sedangkan pada penelitian kali ini kandungan PK hanya sebesar 4,8% dengan kandungan fraksi serat kasar mencapai 55,64% (ADF) hinga 64, 14% (NDF) seperti pada umumnya kualitas padang pengembalaan alam pada musim kemarau. Menurut Ati dkk. (2018) tingginya kandungan serat kasar menyebabkan rendahnya kandungan BK dan BO, kandungan SK bahan pakan sangat mempengaruhi kecernaan/degradasi BK dan BO. Semakin tinggi kandungan serat kasar maka degradasi bahan pakan semakin rendah Menurut Anggrodi (1994) adapun beberapa faktor yang berpengaruh dalam kecernaan BK dan BO ialah pebandingan bahan pakan yang dipakai dalam menyusun ransum, kandungan protein dan struktur kimia dalam ransum. Selain
  • 44. 29 itu, kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi nilai kecernaan BK dan BO, yakni derajat keasaman (pH), kondisi suhu, kemudian udara baik secara aerob atau anaerob, cairan rumen, lama waktu inkubasi, ukuran partikel sampel, dan larutan penyangga (Sitorus dkk., 2007).
  • 45. 30 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai NDF dan ADF tinggi dan tingkat kecernaan hijauan pakan di padang penggembalaan alam Lelogama tergolongrendah. 5.2. Saran Pengembangan padang penggembalaan Lelogama perlu didukung upaya penanaman leguminosa baik pohon maupun rambat dan hijauan rumput berkualitas baik yang tahan kering, serta mengatur pola pemeliharaan sehingga ketersediaan pakan alam selalu terjamin dan proses pertumbuhan kembali tanaman dapat terkontrol dengan baik.
  • 46. 31 DAFTAR PUSTAKA Afriyanti, M. 2008. Fermentabilitas dan Kecernaan In Vitro Ransum yang Diberi Kursin Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) pada Ternak Sapi dan Kerbau. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anam. 2012. Kadar Neutral Ditergent Fiber dan Acid Detergent Fiber pada Jerami Padi dan Jerami Jagung yang difermentasi isi Rumen Kerbau. Animal Agriculture Journal. 1 (2): 353 hal. Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ati, A. R. A., Y. H. Manggol., D. B. Osa. 2018. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara In Vitro Hijauan Padang Penggembalaan Batu Beringin Desa Sumlili Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang. Jurnal Nukleus Peternakan.5 (2):155– 162. ISSN : 2355-9942. BPS, Kabupaten Kupang. 2020. Kecamatan Amfoang Dalam Angka 2020. Kupang Crampton, E. W. and L. E. Haris, 1969. Applied Animal Nutrition Ed. 1 st. The Engsminger Publishing Company, California, U.S.A. Church, D. C. And W. G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and 2nd . Ed. Jhon Willey and Sons. New York Despal, 2000. Kemampuan komposisi kimia dan kecernaan in vitro dalam mengestimasi kecernaan in vivo. Media Peternakan. 23, 84 – 88. Djuned, H., Mansyur., H. B. Wijayanti. 2005. Pengaruh Umur Pemotongan Terhadap Kandungan Fraksi Serat Hijauan Murbei (Morus Indica L. Var. Kanva-2). Fakultas peternakan. Universitas Padjajaran. Sumedang Fathul, F. dan S. Wajizah. 2010. Additional Micromineral Mn And Cu In Ration to Rumen Biofermentation Activities of Sheep In Vitro Method. JITV, 15 (1) : 9-15. Hariyadi, W. Y., S. N. O. Suwandyastuti., dan M. Bata. 2013. Peningkatan Kualitas Pakan Kerbau Ditinjau dari Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik. Jurnal I. Pet. 1 (3): 768773. Jelantik, I Gusti Ngurah, M. L. Mullik, C. Leo-Penu, J. Jeremias, and R. Copland. 2008. β€œImproving Calf Survival and Performance by Supplementation in Bali
  • 47. 32 Cattle.” Australian Journal of Experimental Agriculture 48 (7): 243–46 Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan Ternak Fapet. Yogyakarta. Kupangkab.go.id, 2019. Profil Kabupaten Kupang. Diskominfo Kab. Kupang 2019 Kabupaten Kupang. Malaikal, Loni Estorina. 2021. β€œKandungan ADF, NDF Dan Selulosa Hijauan Pakan Padang Rumput Alam Di Desa Pailelang Kecamatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor.” Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana. Manu, A. E. 2013. Produksi padang sabana Timor Barat. Jurnal Pastura 3(1):25-29 Marta, Y. 2015. Sistem Penggembalaan Sebagai Alternatif Peternakan Sapi Potong yang Efektif dan Efisien. Pastura Vol. 5 No. 1 : 51 - 55.ISSN : 2088-818. Martaguri. 2015. Simpanan Karbon dan Kandungan Nutrisi Beberapa Spesies Rumput Tropis Asal Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Sarolangun Propinsi Jambi. Patura. 4 (2): 66-69. Mcilroy, R. J. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. (An Introduction To Tropical, Grass Land Husbandry) diterjemahkan oleh S. Susetyo, Soedarmadi, I. Kismono dan S. Harini I.S: Pradnya Piramita. Jakarta. Minson. 1990. Forage in Ruminant Nutrition.Academic Press, Inc. California. Moore, Wilbert Ellis.1964. SocialChange, New Jersey:Prentice-Hall Inc. Muhajirin., Despal., Khalil. 2017. Pemenuhan Kebutuhan Nutrien Sapi Potong Bibit yang Digembalakan di Padang Mengatas.Bulmate. 104 (1) : 9-20 Novika, D. 2013. Degradasi Fraksi Serat (NDF, ADF, Selulosa dan Hemiselulosa) Ransum yang Menggunakan Daun Coklat Secara In-Vitro. Skripsi.Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang. Nugroho, A. D., Muhtarudin., Erwanto., dan Fathul. F. 2020. Pengaruh Perlakuan Fermentasi dan Amoniasi Kulit Singkong Terhadap Nilai Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ransum Pada Domba Jantan. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 4 (2): 119-125 Agustus 2020. .https://doi.org/10.23960//JRIP.2020.4.2.119 Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung Priyanto, D. 2016. Strategi Pengembalian Wilayah Nusa Tenggara Timur Sebagai Sumber Ternak Sapi Potong. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 35 No.4 Desember
  • 48. 33 2016:167-178.167. Rahman, Andi Murlina Tasse dan Dian Agustina. 2013. Pengaruh Penambahan Tepung Daun Sisik Naga (Drymoglosum pilloselloides) terhadap KecernaanIn Vitro Konsentrat Berbahan Pakan Fermentasi. Jurnal Agriplus Volume 23, Nomor 03 September 2013. Reksohadiprojo. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Djogjakarta. Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.BPFE, Yogyakarta Ruddel, A., S. Filley and M. Porat, 2002. Understanding Your Forage Test Result. Oregon State University. Extension Service. Situs http://alfalfa.ucdavis.edu. Sahanaya R. 2019. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Hijauan SecaraIn Vitro Hijauan Padang Penggembalaan Alam pada Musim Hujan di Desa Nuamuri Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende. Skripsi. Fakultas Peternakan Undana. Schneider, P. L., Beede D. K., Wilcox C. J., and Collier R. J. 1984. Influence of Dietary Sodium and Potassium Bicarbonate and Total Potassium on Heat- Stressed Lactating Dairy Cows. Journal of Dairy Science, 67, 2546-2553. Setiyaningsih, K. D., M. Christiyanto., dan Sutarno. 2012. Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara In Vitro Hijauan Desmodium cinereum pada Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair dan Jarak Tanam. Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p 51-63. Sitorus, T. F., J. Achmadi, dan C. I. Sutrisno. 2007. Kecernaan Jerami Padi Secara In Vitro yang Difermentasi dengan Aras Ragi Isi Rumen dan Waktu yang Berbeda. JPPT. 32(2): 173 – 178. Sudirman, Suhubdy, Sofyan Damrah Hasan, Syamsul Hidayat Dilaga, I Wayan Karda. 2015. Kandungan Neutral Detergent Fibre (NDF) dan Acid Detergent Fibre (ADF) Bahan Pakan Lokal Ternak Sapi yang Dipelihara pada Kandang Kelompok. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan IndonesiaVolume 1 (1) : 77 – 81; Desember 2015. ISSN : 2460-6669. Susetyo, 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Susetyo, 1981. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat Departemen Pertanian. Jakarta.
  • 49. 34 Sutradi, T. 1995. Peningkatan Produksi Ternak Ruminansia Melalui Amoniasi pakan serat bermutu Sutardi, T. 1980. Ketahanan Protein Bahan Makanan Terhadap Degradasi Mikroba Rumen dan Manfaatnya Bagi Peningkatan Produktivitas Ternak. Prosiding Seminar Penelitian dan Penunjang Peternakan. LPP IPB. Bogor. Tilley, J. M. A., and R. A. Terry. 1963. A Two Stage Technique for The In Vitro Digestion of Forage Crops. Journal of the British Grassland Society 1 (8): 104- 111. Tillman, A. D. 2001. Ilmu Makanan Ternak Dasar Cetakan Kedua. UGM-Press, Yogyakarta. Tillman, A. D., H. Hartadi. S. Lebdosukojo, S. Prawirakusuma dan S. Reksohadiprodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. Usman, N., Saleh E. J., N. Musrifah. 2019. Kandungan Acid Detergent Fiber Dan Neutral detergent Fiber Jerami Jagung fermentasi Dengan Mengunakan Jamur Trichoderma Viride Dengan Lama Inkubasi Berbeda. Jambura Journal of Animal Science. E-ISSN: 2855-2280 Volume 1 No 2 Mei 2019.P- ISSN: 2655- 4356. Van Soest, P. J. 1976. β€œNew Chemical Methods for Analysis of Forages for The Purpose of Predicting Nutritive Value.” In Pref IX Internasional Grassland Cong. Wahyono, T., E. Jatmiko., Firsoni., S. N. W. Hardani dan E. Yunita. 2019. Evaluasi nutrien dan kecernaan in vitro beberapa spesies rumput lapangan tropis di Indonesia. J.Sains Peternakan. 17 (2): 17-23. Zain, M. 2007. Optimalisasi penggunaan serat sawit sebagai pakan serat alternatif dengan suplementasi daun ubi kayu dalam ransum ruminansia. J. Indonesian Tropical Animal Agriculture. 32 (2): 100-105. Zakariah, M. A. 2016. Potensi Kulit Buah Kakao sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Makassar: Pusaka Almaida.
  • 50. 35 LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Hasil Analisis Laboratorium Tabel 4. Hasil Analisis Laboratorium Arah mata angin BK (%) BO (%) KcBK(%) KcBO(%) NDF (%) ADF (%) Barat 92.933 80.445 47.016 39.341 61.285 58.210 Selatan 93.836 81.018 57.796 47.644 60.811 51.540 Utara 94.624 80.938 47.396 41.603 67.334 58.586 Timur 93.008 79.598 47.253 40.814 67.110 54.231 Total 374.40 322.00 199.46 169.40 256.54 222.57 Rata-rata 93.60 80.50 49.87 42.35 64.14 55.64 Standar deviasi (SD) 0.80 0.65 5.29 3.65 3.57 3.37 Keterangan : o BK : Bahan Kering o BO : Bahan Organik o KCBK : Kecernaan Bahan Kering o KCBO : Kecernaan Bahan Organik o NDF: Neutral Detergent Fibre o ADF: Acid Detergent Fibre
  • 51. 36 LAMPIRAN 2. Dokumentasi Penelitian Gambar 1. Pemotongan Hijauan Pakan Gambar 2. Penimbangan Hijauan Pakan Gambar 3. Koleksi Sampel Gambar 4. Penyimpanan Selama 1 Minggu Sebelum Dianalisis di Laboratorium
  • 52. 37 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Amfoang Tengah Kabupaten Kupang pada tanggal 31 Oktober 1995, penulis merupakan anak ke 2 dari 7 orang bersaudara dari pasangan Bapak Kornelis Taebenu dan Ibu Yohana Yosepina Lake. Penulis mengawali pendidikan sekolah dasar pada SD Negeri Bonmuti pada tahun 2004 dan tamat tahun 2010. pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Amfoang Selatan dan tamat pada tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Amfoang Selatan dan tamat pada tahun 2016. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi dan diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana melaluijalur seleksi mandiri. Selama menjadi mahasiswa penulis memiliki pengalaman berorganisasi/kepemudaan, sebagai berikut: 1. Sebagai ketua panitia pelaksana badan pengurus Perhimpunan Mahasiswa Kabupaten Kupang periode 2017/2018. 2. Sekretaris panitia pelaksana masa penerimaan anggota baru periode 2017/2018. 3. Ketua bidang pemberdayaan masyarakat pada Forum Studi Feto Mone (FSFM-TTS). 4. Menjadi anggota resmi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang Kupang St. Fransiskus Xaverius pada tahun 2017. 5. Ketua bidang kerohanian pada Perhimpunan Mahasiwa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang Kupang St. Fransiskus Xaverius periode 2018/2019. 6. Ketua bidang pendidikan dan kaderisasi pada Perhimpunan Mahasiswa Kabupaten Kupang periode 2019/2020. 7. Ketua bidang ekonomi pada Komite Nasional Pemuda Indonesia periode 2020/2023. Demikian riwayat hidup singkat penulis.