2. PENDAHULUAN
Kematian: berhentinya semua fungsi vital tubuh
meliputi detak jantung, kegiatan otak dan pernafasan.
Penyebab: penyakit, usia, kurang gizi, kelaparan,
kecelakaan, dll
Tanda-tanda orang sudah meninggal:
1. Tidak bernafas
2. Tidak ada denyut nadi dan tidak ada denyut jantung
3. Tidak ada reaksi pada biji mata terhadap sinar
3. PROSES PEMBUSUKAN JENAZAH
4 menit sesudah meninggal: saat aliran darah dan
pernafasan berhenti, tubuh tidak memiliki saluran
untuk mendapatkan oksigen dan membuang
karbondioksida, sehingga karbondioksida
menciptakan lingkungan asam yang membuat
selaput dalam sel-sel tubuh pecah.
Selaput itu kemudian melepaskan enzim yang
mulai memakan sel dari dalam ke luar.
4. Proses alamiah terurainya seluruh sel oleh enzim yang
keluar diikuti bakteri yang hidup dalam jenazah
memulai tugas merusak jaringan dan organ untuk
melepaskan makanan yang tersimpan (karbohidrat,
protein dan lemak)
3-6 jam: suhu jenazah mulai turun dan tanpa
oksigen dan aliran darah maka otot menjadi kaku
karena proses kematian mengunci tendon dan otot-otot
pada tempatnya dan memuncak pada 12 jam sesudah
meninggal.
5. Bakteri-bakteri aerobik dalam jenazah memanfaatkan
oksigen yang ada dan menciptakan lingkungan ideal
bagi pengembangbiakannya dan gas yang dihasilkan
oleh bakteri akan bertambah banyak, sehingga
memungkinkan cairan dan bau keluar dari jenazah
24 jam: organ dalam mulai membusuk
6. PERHATIAN !!!
Masyarakat perlu mewaspadai kemungkinan penularan
penyakit melalui jenazah karena berkembangnya
penyakit menular yang berujung kematian.
Penyakit menular yang bisa ditularkan melalui jenazah
saat meninggal seperti Hepatitis (Hepatitis B atau
Hepatitis C), HIV/AIDS, Tuberculosis, Flu Burung,
Infeksi Saluran Cerna (diare Rotavirus, Salmonellosis, E.
coli, Demam Tifoid, Hepatitis A, Shigellosis dan Kolera)
dan juga Covid-19.
Jenazah kecelakaan digolongkan infeksius.
7. Beberapa jenis penyakit menular yang berujung kematian
menjadi kendala di masyarakat dalam pemulasaraan
jenasah karena cara memandikan jenazah pengidap
penyakit menular tidak bisa dilakukan sembarangan.
Maka dalam perawatan jenazah perlu perlakuan khusus
yaitu saat memandikan jenazah.
Perlu informasi dan bertindak sesuai ketentuan agar
penanganan jenazah tidak menambah risiko penularan
penyakit menular.
8. Kekhawatiran masih adanya virus atau bakteri yang
melekat pada jenazah, dimana pada dasarnya sama untuk
semua penyakit infeksi menular lainnya, ternyata bisa
diantisipasi.
Salah satunya dengan memahami mengenai tata cara
perawatan jenazah yang meninggal karena penyakit infeksi.
Tindakan dalam mengantisipasi terjadinya penularan
penyakit infeksi disebut kewaspadaan standar. Termasuk di
dalamnya adalah wajib tersedianya alat pelindung dan
penatalaksanaan peralatan serta lingkungan.
9. Selalu menerapkan Kewaspadaan Universal
(memperlakukan setiap cairan tubuh, darah dan jaringan
tubuh manusia sebagai bahan yang infeksius) untuk
mencegah penularan penyakit menular.
Salah satu standar operasi prosedur pemulasaran jenazah
adalah menggunakan universal precaution ( UP ) atau
alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah
dan cairan tubuh
10. TUJUAN
KEWASPADAAN UNIVERSAL PETUGAS
1. Agar prosedur pemulasaraan jenazah dengan
infeksi berjalan dengan baik dan teratur
2. Menghilangkan resiko penularan infeksi dari
jenazah ke petugas
3. Memberikan rasa aman pada petugas
4. Memberikan rasa aman pada lingkungan tempat
dirawatnya jenazah
11. ALAT PELINDUNG DIRI
Meliputi:
1. Celemek plastik
2. Sarung tangan karet sampai siku
3. Penutup kepala
4. Masker
5. Kaca mata
6. Sepatu boot.
12. KETENTUAN UMUM PENANGANAN
JENAZAH INFEKSIUS
Semua petugas/ keluarga/ masyarakat yang
menangani jenazah sebaiknya telah mendapatkan
vaksinasi sebelum melaksanakan pemulasaraan
jenazah ( contoh: efektivitas vaksinasi Hepatitis-B
selama 5 tahun).
Hindari kontak langsung dengan darah atau
cairan tubuh lainnya
13. Luka dan bekas suntikan pada jenazah diberikan
desinfektan;
Semua lubang-lubang tubuh, ditutup dengan kasa absorben
dan diplester kedap air;
Badan jenazah harus bersih dan kering;
Jenazah (HIV/AIDS) yang sudah dibungkus tidak boleh di
buka lagi;
Jenazah (HIV/AIDS) tidak boleh dibalsem atau disuntik
untuk pengawetan atau autopsi, kecuali oleh petugas
khusus (yang sudah dilatih).
14. Tata cara memandikan jenazah:
1. Siapkan tempat untuk memandikan jenazah.
• Pencahayaan yang terang.
• Sirkulasi udara yang baik.
• Sebaiknya berlantai semen (jangan dari tanah).
• Air bersih yang mengalir.
• Dipan beserta alas kepala. Jenazah dimandikan di atas meja dari
stainless steel (jangan yang terbuat dari kayu).
• Sabun mandi dan handuk kering.
• SPAL yang jauh dari sumber air. Bisa juga dialirkan ke septic tank.
2. Siapkan larutan klorin 0,5% (mencampurkan bayclin dengan air
dengan perbandingan 1:9 ). Larutan klorin 0,5% dipergunakan untuk
mematikan bibit penyakit.
15. 3. Kenakan pakaian yang memenuhi standar kewaspadaan
universal.
Apabila ada luka harus ditutup dengan plester kedap air
• Kenakan sepatu dari boot dari karet
• Kenakan celemek plastik
• Kenakan masker pelindung mulut dan hidung
• Kenakan kacamata pelindung
• Kenakan sarung tangan karet
• Kenakan penutup kepala
16. 4. Pindahkan jenazah ke dipan/ tempat memandikan.
5. Lepaskan semua baju yang dikenakan jenazah.
6. Siram jenazah dengan larutan klorin 0,5% dan
biarkan selama 10 menit
7. Sabuni jenazah.
8. Siram dengan air mengalir.
9. Keringkan jenazah dengan handuk.
17. 10. Sumbat lubang-lubang tubuh dengan kapas.
11. Bungkus dengan plastik kantong jenazah. Hal ini dilakukan supaya
darah dan cairan tubuh tidak kemana-mana.
12. Pindahkan jenazah langsung ke keranda/peti mati sedemikian
hingga tidak perlu mengangkat lagi jika akan diberangkatkan ke
pemakaman.
13. Bersihkan bekas tempat memandikan dengan larutan klorin
0,5%.
• Siram dipan dengan larutan klorin 0,5%
• Siram lantai
• Biarkan selama 10 menit
• Bilas dengan air bersih yang mengalir
18. 14.Lepaskan perlengkapan kewaspadaan universal.
• Rendam tangan yang masih mengenakan sarung tangan dalam
larutan klorin 0,5%, lalu bilas dengan sabun dan air mengalir
• Lepas kacamata pelindung, rendam dalam larutan klorin 0,5%
• Lepas masker pelindung, dan buang dalam tempat sampah
infeksius
• Lepas celemek plastik, rendam dalam larutan klorin 0,5%
• Celupkan bagian luar sepatu pada larutan klorin 0,5%, bilas
dengan air bersih lalu lepaskan sepatu dan letakkan di tempat
semula
• Terakhir lepaskan sarung tangan.
19. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
Limbah cair dari jenazah adalah cairan tubuh jenazah dan
bekas air mandi jenazah.
Limbah harus tersalur ke tempat pembuangan yang aman
dan jangan sampai mencemari sumber air minum seperti
sumur serta halaman yang sering menjadi tempat bermain
anak-anak.
Pastikan air bekas memandikan jenazah bisa langsung
mengalir ke saluran pembuangan dan jangan sampai
tergenang karena memungkinkan terjadinya penularan virus
dan penyebaran penyakit.
20. Agar limbah cair ini aman tidak mencemari lingkungan
sekitar maka limbah diberi larutan klorin kemudian
dialirkan ke saluran air/selokan/septik tank.
Apabila cairan jenazah pengidap infeksi menular seperti
kolera, disentri dan tifoid, maka tempat pemandian jenazah
harus diberi disinfektan seperti kaporit.
Dekontaminasi bekas lantai pemandian jenazah ini dapat
juga dengan menaburkan kapur gohor (gamping)
21. Memandikan jenazah harus dilakukan
dengan hati-hati, tertib, dan tidak
ceroboh.
Air bekas memandikan jenazah jangan
sampai terpercik dan berserakan di lantai
atau tempat pemandian.
Setelah selesai memandikan jenazah,
petugas segera mandi bersih
menggunakan sabun dan apabila ada
luka lecet pada kulit, maka pergunakan
antiseptik seperti alkohol 70%,
khlorhexidin atau povidone iodine.
22. Beberapa bagian tubuh yang terkontaminasi oleh
cairan atau kotoran yang berasal dari jenazah
Terutama jika cara kerja tidak berhati-hati dan tidak
memakai alat pelindung diri yang sesuai.
1. Bila yang terkontaminasi tangan, kaki atau kulit lain
yang utuh, maka cukup dicuci bersih dengan memakai
sabun.
2. Bila ada kulit yang tidak utuh seperti luka lecet maka
prosedur mencuci ini harus menggunakan antiseptik.
3. Bila yang terkontaminasi mata maka segeralah
mencuci mata dengan air bersih.
23. 4. Bila yang terkontaminasi hidung maka segera keluarkan
dengan melakukan bersin dan bilas dengan air bersih.
5. Bila yang terkontaminasi bagian tubuh yang luas
maka segeralah mandi bersih menggunakan sabun dan
cuci rambut menggunakan shampo.
24. DESINFEKTAN YANG DIGUNAKAN
Klorin atau hipoklorit adalah disinfektan yang bekerja
cepat untuk membunuh kuman dengan harga yang cukup
murah.
Sediaannya ada yang berbentuk cair (seperti natrium
hipoklorit) dan ada yang padat (seperti kalsium
hipoklorit).
Natrium hipoklorit banyak dipakai untuk pemutih
pakaian dalam konsentrasi 5,8%. Untuk keperluan
pembersihan lantai atau perabot rumah tangga cukup
dengan konsentrasi 0,5% yang dibuat dengan
mencampur larutan klorin dengan air dalam
perbandingan 1:9.
25. Fenol atau karbol adalah cairan
disinfektan yang sering dipakai dan
banyak dipasarkan dengan merek
seperti Lysol.
Larutan ini kurang aman untuk kulit
dan mukosa (selaput lendir).
26. PENGELOLAAN SAMPAH INFEKSIUS
Sampah yang bersifat infeksius dari jenazah biasanya
berupa perban, kasa, dan plaster yang berasal dari
perawatan rumah sakit.Sampah tersebut dimasukkan ke
dalam satu wadah agar tidak berceceran.
Wadah dapat berupa kardus atau kantong plastik untuk
kemudian dibakar pada tempat yang aman.Cara
membakarnya harus secara sempurna hingga semua
menjadi abu.
27. Apabila di lokasi setempat terdapat fasilitas
pengelolaan limbah infeksius (insenerator)
maka dapat dikirimkan ke tempat tersebut
melalui dinas kesehatan atau puskesmas
setempat.
28. CARA DEKONTAMINASI
PERALATAN BEKAS PAKAI
Dekontaminasi peralatan bekas pakai bertujuan untuk
mencegah penyebaran infeksi melalui alat/media seperti:
1. Bak/meja pemandian.
2. Perabot rumah tangga (ember, gayung, dll).
3. Lantai.
4. Linen.
Peralatan tersebut di atas termasuk perabot rumah tangga
yang sangat mudah terkontaminasi oleh cairan jenazah
terutama jenazah dengan riwayat kecelakaan
29. PERHATIAN !!!!
Bila tumpahan cairan atau darah banyak maka serap terlebih
dahulu dengan kertas koran atau tisu kemudian dikelola
lebih lanjut sebagai bahan infeksius di tempat tertentu.
Bekas tumpahan diberi cairan deterjen kemudian
didekontaminasi dengan cairan disinfektan kemudian serap
lagi dengan kertas atau tisu.
Bilas dengan air bersih kemudian lap dengan kertas atau tisu.