1. BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan pemuda sebagai komponen yang terbesar. Sebagai generasi
penerus bangsa, pemuda merupakan agen yang dapat membawa perubahan yang lebih baik untuk
negara. Oleh karena itu, sudah semestinya pemuda harus mampu menjadi generasi penerus
bangsa yang berkualitas. Namun, pemuda Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial
yang cepat dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah norma-
norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Pemuda yang dahulu terjaga secara kuat oleh sistem
keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang ada, telah mengalami pengikisan yang
disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi yang cepat, biasanya diikuti dengan perkembangan
bisnis prostitusi yang rentan terhadap penyebaran PMS termasuk ancaman yang meningkat
terhadap HIV/AIDS.
HIV/AIDS adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang ditandai
munculnya tanda atau gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh
seseorang. HIV/AIDS merupakan masalah seksualitas yang kian menghawatirkan, dikarenakan
semakin meningkatnya jumlah penderita dan belum ditemukannya obat yang dapat
menyembuhkan penyakit ini.
Untuk dapat menghindari dan mengatasi permasalahan seksualitas, seseorang memerlukan
dukungan dari berbagai pihak. Namun hal yang lebih penting ialah kesadaran diri dari seseorang
untuk mengenali dan mengatasi masalah yang dihadapi.
Kota Kendari adalah salah satu kota yang berkembang baik dari segi pemerintahan, ekonomi dan
gaya hidup berpotensi . Gaya hidup kawula muda yang saat ini sedang merujuk ke gaya hidup
liberal (bebas) memiliki potensi rentan terhadap berbagai masalah diantarannya masalah sosial
yaitu bisnis prostitusi.
Oleh karena itu dalam menyikapi permasalahan penyakit seksual di kalangan pelaku bisnis
prostitusi terutama HIV/AIDS perlu diadakannya langkah nyata para pemuda yang merujuk
kepada pendekatan peran pemuda dalam membangun kesadaran tentang pentingnya mengatasi
HIV/AIDS dan faktor-faktor penyebab penularan HIV/AIDS demi mewujudkan generasi Kota
Kendari yang berkualitas.
2. 1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah tingkat pemahaman HIV/AIDS khususnya di kalangan bisnis prostitusi ?
2. Bagaimana tingkat kesadaran pemuda pada umumnya dan khususnya pada pelaku
prostitusi terhadap bahaya HIV/AIDS?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman HIV/AIDS di kalangan pemuda dan pelaku bisnis
prostitusi
2. Untuk mengetahui sejauh mana kesadaran diri responden terhadap bahaya HIV/AIDS
1.4 Manfaat
1. Sebagai informasi bagi masyarakat tentang HIV/AIDS
2. Sebagai bahan acuan,yang dapat dijadikan referensi,untuk para peneliti muda yang akan
meneliti lebih lanjut mengenai HIV/AIDS di Kota Kendari
3. BAB II
PEMBAHSAN
2.1 Pengertian HIV/AIDS
1. Virus HIV
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS
dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem
imun manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang
sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi.
Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka
ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita
dapat meninggal dunia terkena pilek biasa.
1. Penyakit AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak
atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang
tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
2.2 Cara Penularan Hiv/Aids
1. 1. Hubungan seks, terutama melalui anus (anal)
Orang yang punya penyakit infeksi jika memiliki luka atau ada cairan dari tubuh yang keluar
maka bisa 10 kali menularkan potensi HIV kepada pasangannya lewat hubungan seks. Perilaku
gonta ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom juga sangat berisiko.
1. 2. Penggunaan bersama jarum suntik yang terkontaminasi virus HIV oleh
pemakai narkoba atau perawatan kesehatan
Jarum suntik yang sudah dipakai bisa mengandung cairan dari pemakainya. Kebiasaan seperti ini
yang banyak digunakan pemadat.
1. 3. Transfusi darah
Penularan melalui transfusi darah risikonya sangat tinggi, maka itu bank darah biasanya akan
mengecek berulang-ulang pada darah yang digunakan pasien melalui skrining yang ketat.
4. Antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui
Ibu hamil yang punya penyakit HIV/AIDS berisiko tinggi menularkan ke bayinya saat masa
4. hamil, bersalin dan menyusui. Penularan HIV dari ibu hamil ke anak bisa terjadi karena infeksi
melewati plasenta, saat proses persalinan atau menyusui. Sumber infeksi ini bisa dari darah ibu,
plasenta, cairan amnion dan ASI. Kemungkinan bayi tertular HIV dari ibunya pada masa
kehamilan adalah 15-20 persen. Sedangkan pada saat kelahiran 10-15 persen, dan pada saat
menyusui adalah 15-20 persen. Untuk mengurangi ancaman anak yang dilahirkan tertular HIV
dari ibu hamil, menurut dr Utami semua ibu hamil HIV harus diberi obat ARV (Antiretroviral).
Pemberian ARV ini dapat menurunkan secara drastis kemungkinan bayi tertular HIV pada masa
kehamilan.
2.3 Gejala Orang yang Terkena Hiv/Aids
Bisa dilihat dari 2 gejala yaitu gejala Mayor (gejala yang umum terjadi) dan gejala Minor (gejala
yang tidak umum terjadi) :
Gejala Mayor:
1) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
2) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
4) Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
5) Demensia/HIV ensefalopati
Gejala Minor :
1) Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2) Dermatitis generalisata
3) Adanya herpes zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
4) Kandidias orofaringeal
5) Herpes simpleks kronis progresif
6) Limfadenopati generalisata
7) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
8) Retinitis virus sitomegalo
5. Pada orang dewasa, 5 tanda minor AIDS adalah:
1) Batuk kering yang tidak sembuh-sembuh
2) Kulit gatal diseluruh tubuh
3) Herpes zoster (mirip cacar air, atau disebabkan cacar air, virus herpes) yang tidak kunjung
sembuh
4) Candidiasis, yang putih, mengangkat ruam pada mulut, lidah, atau tenggorokan
5) Pembengkakan kelenjar (terdapat di leher, ketiak,atau selangkang) dengan atau tanpa
infeksi aktif
Orang dewasa dapat didiagnosis mengidap AIDS, jika memiliki minimal 2 tanda-tanda utama
atau satu tanda minor. Tapi, itu sudah cukup untuk membuat diagnosis AIDS jika seseorang
mengidap kanker kulit (disebut karposi, yang biasanya kemerah-merahan , ungu,atau bintik-
bintik hitam pada kulit yang dapat menjadi besar dan menyakitkan) atau kriptokokal meningitis
(infeksi pada meliputi otak yang menyebabkan demam, leher kaku,sakit kepala, kebingungan,
dan ketidakmampuan untuk bangun)
Pada anak-anak, 5 tanda minor AIDS adalah :
1) Kulit gatal diseluruh tubuh
2) Pembengkakan kelenjar (dileher, ketiak, atau selangkang)
3) Candidiasis (bintik-bintik putih) di dalam mulut, lidah, atau tenggorokan
4) Infeksi pada telinga, tenggorokan, dan infeksi lainnya
5) Batuk yang tdak sembuh-sembuh
2.4 Pencegahan Hiv/Aids
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui :
1) Hubungan seksual
Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual tanpa pelindung
antarindividu yang salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual adalah
modus utama infeksi HIV di dunia.Selama hubungan seksual, hanya kondom
pria atau kondom wanita yang dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV
6. dan penyakit seksual lainnya serta kemungkinan hamil. Bukti terbaik saat ini
menunjukan bahwa penggunaan kondom yang lazim mengurangi risiko
penularan HIV sampai kira-kira 80% dalam jangka panjang, walaupun manfaat
ini lebih besar jika kondom digunakan dengan benar dalam setiap kesempatan.
2) Kontaminasi cairan tubuh terinfeksi
Pekerja kedokteran yang mengikuti kewaspadaan universal, seperti mengenakan sarung tangan
lateks ketika menyuntik dan selalu mencuci tangan, dapat membantu mencegah infeksi
HIV.Semua organisasi pencegahan AIDS menyarankan pengguna narkoba untuk tidak berbagi
jarum dan bahan lainnya yang diperlukan untuk mempersiapkan dan mengambil narkoba
(termasuk alat suntik, kapas bola, sendok, air pengencer obat, sedotan, dan lain-lain). Orang
perlu menggunakan jarum yang baru dan disterilisasi untuk tiap suntikan. Informasi tentang
membersihkan jarum menggunakan pemutih disediakan oleh fasilitas kesehatan dan program
penukaran jarum
3) Penularan dari ibu ke anak
Penelitian menunjukkan bahwa obat antiretrovirus, bedah caesar, dan pemberian makanan
formula mengurangi peluang penularan HIV dari ibu ke anak (mother-to-child transmission,
MTCT). Jika pemberian makanan pengganti dapat diterima, dapat dikerjakan dengan mudah,
terjangkau, berkelanjutan, dan aman, ibu yang terinfeksi HIV disarankan tidak menyusui anak
mereka. Namun demikian, jika hal-hal tersebut tidak dapat terpenuhi, pemberian ASI eksklusif
disarankan dilakukan selama bulan-bulan pertama dan selanjutnya dihentikan sesegera mungkin
2.5 Penanganan
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang
diketahui untuk pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan virus atau, jika gagal,
perawatan antiretrovirus secara langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut
post-exposure prophylaxis (PEP). PEP memiliki jadwal empat minggu takaran yang menuntut
banyak waktu. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak
enak badan, mual, dan lelah
7. 4.1 Tingkat pemahaman mengenai HIV/AIDS di kalangan responden
Dari kuesioner yang telah diajukan kepada sampel, diperoleh data:
ü 93,33% responden di Kota Kendari mengetahui penyebab penyakit HIV/AIDS.
ü 46,67% responden megetahui ciri-ciri penyakit HIV/AIDS.
ü 86,67% mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran HIV/AIDS.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner (pertanyaan no 6-15), menyatakan bahwa
tingkat pemahaman responden terhadap HIV/AIDS menunjukan frequensi yang cukup
baik,namun ada juga yang kurang memahami tentang penyakit HIV/AIDS,ini dipengaruhi oleh
faktor pendidikan dan faktor sosial mengenai pernah atau tidaknya mengikuti penyuluhan
mengenai HIV/AIDS.Banyak pula faktor yang mempengaruhi pemahaman responden mengenai
HIV/AIDS yaitu minimnya pengajaran HIV/AIDS dibangku sekolah,dan kurangnya kesadaran
responden untuk mengetahui tentang HIV/AIDS .
Adapula responden yang mengetahui tentang HIV/AIDS namun, pemahaman yang
mereka pahami mengenai HIV/AIDS salah sehingga mereka masih memiliki kendala untuk
tumbuh sebagai responden yang berkualitas dan bebas dari penyakit HIV/AIDS ini dikarenakan
faktor pemahaman mengenai HIV/AIDS yang masih perlu ditingkatkan. Contohnya penelitian
yang dilakukan Oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) membuktikkan salah satu
indikator kinerja pengendalian HIV/AIDS ialah pengetahuan. Persentase perempuan dan laki-
laki usia muda (15-24 tahun) yang mampu menjawab dengan benar cara-cara pencegahan
penularan HIV serta menolak pemahaman yang salah mengenai penularan HIV baru 14,3 persen.
Persentase itu antara lain mengindikasikan belum banyak generasi muda yang menguasai dengan
komprehensif dan benar tentang HIV/AIDS. Edukasi responden menjadi penting karena
responden rawan terkena infeksi HIV.
Informasi tentang penyebaran HIV, membuat banyak orang memahami bagaimana AIDS
menyebar dan strateginya untuk melindungi diri dari penyakit tersebut Sheeran dkk (dalam
Sanderson, 2004, h.411). Helweg-Larsen & Collin (dalam Kring dkk, 2007, h.214),
mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang model penyebaran HIV dan cara menanggulangi
penyebaran tersebut yang tidak menjamin bahwa manusia akan melindungi dirinya sendiri, oleh
karena itu, dibutuhkan pemikiran yang lebih dalam.
Pemahaman terhadap HIV/AIDS adalah suatu konsep kognitif yang dimiliki individu tidak
hanya pada tahap mengetahui tentang HIV/AIDS tetapi lebih lanjut dapat menjelaskan,
menginterpretasi, dan meramalkan secara benar tentang aspek HIV dan penyakit AIDS seperti
seperti cara penularan, gejala-gejalanya, cara deteksi, cara pengobatan dan cara pencegahan.
8. 4.2 Kesadaran Responden Terhadap Bahaya HIV/AIDS
Dari kuesioner diperoleh data :
ü 46,67% responden yang rentan terinfeksi HIV di Kota Kendari pernah melakukan tes
kesehatan secara rutin 1 bulan sekali.
ü 86,67% responden yang rentan terinfeksi HIV di Kota Kendari berkeinginan untuk
melakukan tes HIV.
ü 80% responden yang rentan terinfeksi HIV di Kota Kendari tidak pernah melakukan tes HIV
dengan alasan 46,67% tidak mengetahuinya dan 20% tidak punya biaya untuk melakukan tes,
dan terakhir 13,33% tidak ingin melakukan tes HIV.
ü Umur yang paling rentan terkena HIV/AIDS adalah umur 25-40 tahun.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner (pertanyaan no 10-14), menyatakan bahwa
tingkat kesadaran responden terhadap HIV/AIDS menunjukan frequensi yang cukup baik.
Namun kebanyakan terhalang oleh faktor ekonomi dan ketidakpamahaman responden tentang
bahaya HIV/AIDS sehingga menyebabkan responden saat ini tetap rentan terinfeksi virus HIV.
Terlebih selama ini banyak responden yang menjalani hidup tidak sehat seperti melakukan seks
pra nikah dan mengonsumsi obat-obatan terlarang yang merupakan faktor penyebab dan
penularan HIV/AIDS.
Menurut data dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) setiap satu jam, seorang
remaja pemuda di Indonesia terjangkit HIV. Presentase responden dengan HIV/AIDS itu
mengingatkan semua pihak untuk segera bertindak guna menyelamatkan generasi penerus kita.
Solusinya dengan memberi informasi yang benar kepada responden terhadap perilaku seksual
beresiko. Sehingga meningkatkan kesadaran responden terhadap bahaya HIV/AIDS.
Selama ini upaya penanggulangan AIDS di Indonesia yang berupa penyuluhan bahaya
HIV/AIDS masih banyak ditujukan kepada kelompok-kelompok seperti para pekerja seks dan
waria, meskipun juga sudah digalakkan upaya yang ditujukan pada masyarakat umum. Akan
tetapi responden masih belum mendapat penyuluhan tentang bahaya HIV/AIDS secara
maksimal. Padahal penyuluhan itu sangat penting untuk menanamkan pemahaman yang benar
tentang bahaya HIV/AIDS kepada responden.
Pemahaman yang rendah menimbulkan persepsi yang salah mengenai penyakit HIV/AIDS.
Ketidakmengertian mengenai penyakit tersebut membuat orang membuat konsep yang salah
mengenai penyakit HIV/AIDS. Seperti mengucilkan para ODHA(Orang dengan HIV/AIDS)
karena takut tertular HIV. Perlu diketahui HIV tidak menular melalui kegiatan seperti memeluk
9. atau menyentuh barang-barang orang yang terinfeksi, gigitan nyamuk, dan penggunaan toilet
bersama.
ODHA juga manusia, makhluk yang berhak hidup walaupun terjangkit penyakit yang
mematikan. Orang-orang disekeliling ODHA seharusnya memberi semangat bukan malah
mendiskriminasi para penderita AIDS.
10. BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan dapat disimpulkan Tingkat pemahaman generasi
muda saat ini mengenai HIV/AIDS sudah cukup baik,namun berdasarkan data yang telah
diperoleh pemahaman generasi muda mengenai HIV/AIDS dipengaruhi oleh banyak
faktor,antara lain faktor pendidikan dan sosial. Pemahaman terhadap HIV/AIDS adalah suatu
konsep kognitif yang dimiliki individu tidak hanya pada tahap mengetahui tentang HIV/AIDS
tetapi lebih lanjut dapat menjelaskan, menginterprestasi, dan meramalkan secara benar mengenai
aspek-aspek HIV/AIDS. Olehnya itu untuk menciptakan generasi muda yang memiliki kesadaran
terhadap HIV/AIDS, generasi muda saat ini membutuhkan penanaman pemahaman yang benar
mengenai bahaya tentang HIV/AIDS.
Saran
Untuk menciptakan generasi muda yang bebas dari HIV/AIDS diperlukan banyak dukungan dari
berbagai instansi, antara lain pemerintah, dan generasi muda itu sendiri untuk melakukan suatu
langkah baru yang dapat membangun tingkat pemahaman dan kesadaran generasi muda
mengenai betapa rentannya mereka akan HIV/AIDS, yang merupakan salah satu kendala yang
dihadapi generasi muda saat ini untuk menjadi generasi muda yang berkualitas.