SlideShare a Scribd company logo
1 of 72
BAB I. PERANCANGAN PROSES KIMIA 
I. KONSEP PERANCANGAN PROSES KIMIA 
Pengertian : 
1. RUDD & WATSON 
Proses Engineering : “ Suatu pekerjaan yang berkaitan dengan kreasi system 
proses secara Teknis & Ekonomis mulai dari kebutuhan bahan baku , energy, 
dan produk yang dihasilkan “. 
2. KAZUTO KASUNO 
Project Engineering : “ Suatu teknik untuk menyelesaikan suatu perancangan 
dan konstruksi pabrik yang didasarkan pada data-data perancangan proses “ 
Proses Design : “ Suatu pekerjaan yang berkaitan dengan perancangan/ 
pemilihan peralatan & fasilitas lain untuk proses produksi “. 
3. VILBRANDT & DRYDEN 
Chemical Engineer : “ Seorang yang mahir dalam pengembangan, 
perancangan , konstruksi, dan operasi dari Pabrik Kimia mulai dari bahan baku 
sampai produk “ 
Perancangan Proses 1 
1
II. PROSES KIMIA 
Adalah “ suatu transformasi (perubahan) bahan baku/bahan mentah menjadi 
produk yang dikehendaki “. 
Tahapan – tahapan Proses : 
1.Penyediaan bahan baku. 
2.Pencampuran. 
3.Pemanasan / Pendinginan. 
4. R e a k s i. 
5.Pemisahan. 
6.Pengeringan. 
7.Pembesaran / Pengecilan Partikel. 
8.Pengemasan. 
Langkah-langkah untuk Proses yang Optimum 
a.SINTESA : MENCIPTAKAN PROSES 
Meliputi : # Pemilihan tahap transformasi (Perubahan). 
# Menghubungkan tahapan transformasi membentuk Struktur 
yang disebut “ FLOW SHEET “ 
Perancangan Proses 2
b. SIMULASI 
Adalah “ Model matematik proses yang berusaha 
memperkirakan kondisi operasi proses pada keadaan tertentu “. 
Simulasi Proses “BISA” dilakukan setelah “ Struktur Flow 
Sheet “ telah dibuat. 
Pada simulasi proses, yang dilakukan adalah : 
1. Meramalkan laju alir, komposisi, suhu, tekanan dari bahan/alat. 
2. Spesifikasi Peralatan Proses. 
3. Penentuan bahan baku yang dipakai 
4. Penentuan Energy yang dibutuhkan 
5. Evaluasi “ PERFORMANCE ” (KINERJA) struktur perancangan. 
Perancangan Proses 3
PERFORMANCE, terdiri dari : 
 Economic Performance 
 Keamanan Lingkungan 
 Kebutuhan Energy 
 Kriteria Kesehatan & Keselamatan Kerja 
 Kemudahan Operasional dan Pengendalian 
 Flexibilitas, yaitu : kemudahan untuk beroperasi pada 
kondisi yang bervariasi (bahan baku/Produk). 
 AVAILABILITY ( Jumlah jam Operasi/tahun ). 
c. OPTIMASI 
Adalah “ Aktifitas melakukan perubahan-perubahan untuk 
meningkatkan Performance “ 
Ada 2 Jenis Optimasi : 1. Optimasi Struktur 
2. Optimasi Parameter 
Perancangan Proses 4
III. HIERARCHY PERANCANGAN PROSES ( UNION MODEL ) 
 REAKTOR 
 SEPARATOR 
 HEAT EXCHANGERS NET WORK 
 UTILITAS 
Keterangan : 
 Pusat suatu proses kimia adalah REAKTOR, karena didalamnya akan 
terjadi proses perubahan bahan baku menjadi produk. 
 Perancangan reaktor yang dipilih, akan menghasilkan campuran bahan 
umpan yang tak terkonversi , produk, dan produk samping yang perlu 
dipisahkan. 
 Perancangan Reaktor, menentukan persoalan pemisahan dan recycle. 
 Sistem reaktor, separator, dan recycle bersama-sama menentukan 
Perancangan Heat Exchangers. 
 Keperluan ENERGY disediakan pada Unit UTILITAS (Steam,Cooling 
Water, dll). 
Perancangan Proses 5
IV. PENDEKATAN PERANCANGAN 
a. Membentuk struktur “ Kecil “ menjadi “ Besar “ 
- Langkah awal memilih reaktor termasuk system pemisahan dan 
recycle,dst. 
- Setiap tahap harus dapat membuat keputusan berdasarkan 
informasi yang tersedia. 
b. Menciptakan dan mengoptimasi struktur BESAR yang dapat 
disederhanakan. 
 Dibuat Struktur KECIL, kemudian SUPER STRUKTUR/HYPER 
STRUKTUR 
 Dimasukkan semua operasi yang layak & seluruh interaksi yang 
memungkinkan untuk perancangan yang optimal. 
KESIMPULAN : Jika ingin mengembangkan Perancangan Proses 
Kimia, ada 2 masalah yang sangat mendasar, yaitu : 
1. Dapatkah semua struktur di Identifikasikan ? 
2. Dapatkah struktur itu di Optimasikan ? 
Perancangan Proses 6
BAB II. MENCIPTAKAN ALTERNATIF PROSES 
Perancangan Proses 7
Misal : 
 Kebutuhan Pupuk di daerah A. 
 Kebutuhan Bahan baku di Pabrik B yang terlalu mahal. 
 Asap yang keluar dari cerobong asap yang 
menyebabkan polusi udara. 
Jalan Keluar : 
PRIMITIVE PROBLEM ALTERNATIVE 
SCREEN : Dicari jawaban / jalan keluar yang terbaik secara ekonomis 
dan teknis. 
Perancangan Proses 8
Contoh : TYPICAL PROBLEM 
“ Kebutuhan Larutan Amonium Nitrat sebanyak 10.000 ton/tahun, 
untuk keperluan PERTANIAN “ 
BAGAIMANA CARA MENGATASINYA ? 
JAWABAN : 
1. Primitive Problem : “ Pupuk (Amonium Nitrat) 10.000 ton. 
2. Batasan Primitive Problem : 
Perlu keterangan : 
 Keadaan khusus disekitar primitive problem tentang sarana/fasilitas 
pendukung (Air, Energy/Power, tanah, bahan baku, jalan, dll.). 
 Informasi teknis tentang sifat fisik dan kimiawi tentang bahan bahan 
dan produk. 
3. Specifik Problem : 
“ Ada 6 (enam) Alternatif yang dapat dilakukan “ 
Perancangan Proses 9
ALTERNATIF I : 
 Pupuk di beli di pusat Industri Kimia 
 Di timbun / di simpan 
 Di distribusikan 
Catatan : Jika penyimpanan dan transportasi tidak masalah secara 
Teknis maupun Ekonomis, maka Primitive Problem : OKE 
ALTERNATIF II : 
 Membeli Amonium Nitrat Padat. 
 Membuat alat Proses dan Penyimpanan. 
 Menggunakan Air dan power setempat. 
ALTERNATIF III : 
o Di daerah tersebut ada Asam Nitrat. 
o Beli Amonia dari Tangki Mobil, dan selanjutnya di Reaksikan 
o Konsentrasi larutan yang dihasilkan diatur sesuai yang diinginkan. 
Perancangan Proses 10
ALTERNATIF IV : 
 Pengembangan III 
 Direaksikan , selanjutnya ditampung dalam “ Tank Car “ 
 Penghematan Biaya Investasi. 
ALTERNATIF V : 
o Amonia di buat, 
o Asam Nitrat beli, dan kelebihan Amonia di jual. 
ALTERNATIF VI : 
 Amonia dan Asam Nitrat dibuat sendiri 
 Penghematan. 
Perancangan Proses 11
4. SCREEN SPECIFIC PROBLEM 
Ada 6 (enam) Alternatif Proses, yang merupakan : 
 Hanya beberapa saja dari sejumlah Alternatif proses yang ada 
 Buat Konsep Dasar, sebelum ditentukan alternatif proses yang 
paling tepat. 
ADA 2 (DUA) ALTERNATIF PROSES YAITU II & V YANG DIPILIH, 
SELANJUTNYA DIBUAT “ FLOW SHEET “ 
Primitive Problem : “ Kebutuhan Pupuk Amonium Nitrat sejumlah 
10.000 Ton/tahun di suatu daerah tertentu “ 
Perancangan Proses 12
ALTERNATIVE PROSES II : 
Amonium Nitrat Tempat Bongkar barang Solid Storage 
Alat Pelarutan (+ Air) Solution Storage Tempat Pengiriman 
10.000 ton/tahun Larutan Amonium Nitrat (Konsumen). 
Perancangan Proses 13
ALTERNATIVE PROSES V : 
Elektrik Power 
Udara Nitrogen Separator N2 
Amonium Synthetis 
Methane Hydro Cracking H2 
Amonia Storage 
Steam 
Amonia Nitrat Reactor + Consentrator 
Local Available Nitric Acid 
10.000 ton/th Larutan Amonium Nitrat Solution Storage 
Perancangan Proses 14
Contoh : Primitive Problem 
“ Penyimpanan Amonia sebanyak 60.000 ton “ 
Suatu Perusahaan Engineering sedang mengadakan kontrak dalam 
rangka meneliti cara-cara menyimpan 60.000 ton Amonia selama 1 
tahun, dan akan dijual kepada petani dalam jumlah yang kecil. 
Ada Pembicaraan 2 orang Engineer , tentang hal tersebut : 
E -1 : Amonia adalah “ UAP “ pada kondisi normal, dan dimungkinkan 
untuk disimpan dalam Gas Holder yang besar seperti yang dipakai 
cara menyimpan gas kota. 
E-2 : Berapa besarkah tempat penampung Amonia tersebut ? 
E-1 : Volume Amonia pada suhu dan Tekanan Standart, 
1 ton USA = 2.000 lb. 
V = 60.000 ton x 2.000 lb/ton x 370 Scf/lbmole : 17 lb/lbmole 
= 2,9 x 109 Cuft. 
Kira – kira Ukuran bejana yang dipakai sebesar : 
* Tinggi = 100 ft = 30 meter. 
* Diameter= 1 mill = 1609 meter. 
Perancangan Proses 15
E-2 : Suatu bejana tinggi 100 ft dan diameter 100 mill, ternyata tidak 
cukup untuk menampung Amonia tersebut dan kontraktor tidak dapat 
membuat alat tersebut. 
“ Alternatif ini idak dapat dipakai “ 
E-1 : Alternatif lain yangmungkin dapat dilaksanakan adalah, 
a. Disimpan dalam bentuk cair pada tekanan Atmosfir dan 
didinginkan sampai suhu didihnya. 
b. Disimpan dalam bentuk cair pada suhu sekeliling dan tekanan 
uapnya. 
c. Disimpan dalam bentuk Larutan (misal : dilarutkan dengan air) 
akan menurunkan tekanan uapnya dan tanpa memakai peralatan 
yang komplek. 
d. Disimpan dalam bentuk Amonia padat pada tekanan Atmosfir 
dengan Refrigerasi. 
Perancangan Proses 16
ALTERNATIVE LAIN : 
“ Mengubah Permasalahan dan bukan Amonia yang dijual, tetapi bahan 
lain ”. 
Misal : Larutan Amonia atau Senyawa Nitrogen yang lain 
(UREA PADAT) , sehingga terhindar dari kesulitan penyimpanan 
E-2 : Untuk Amonia murni , mana yang lebih mudah disimpan ? Pada fase 
padat atau fase cair ? 
E-1 : Tekanan uap dari Amonia cair , tidak berlebihan pada suhu rendah. 
Data : Amonia cair 
Vapour Pressur Suhu 
1 Atm 28 0 C 
5 Atm 41 0 C 
10 Atm 78 0 C 
Perancangan Proses 17
Penanganan Amonia Padat menimbulkan keulitan lain , 
Alternative ini dihindari 
E-2 : Suhu Amonia cair pada tekanan Atmosfir , nilainya rendah sekali, 
mungkinkah “ rate Heat Transfer ke dalam Tangki Amonia besar 
sekali ? 
E-1 : Perhitungan sederhana akan memberikan gambaran tentang 
perpindahan panas 
Amonia 60.000 ton disimpan pada fase cair pada titik didihnya, maka 
perbedaan suhu 100 0 C dengan sekelilingnya mungkin terjadi. 
Tahanan Perpindahan Panas = h = 10 Btu/j.ft2 .0F 
k = 0,15 Btu/j.ft2 .0F (Urethane Foam Insulation). 
Perhitungan : BEJANA : Tinggi = Diameter 
A = 5p/4 (4 V/ p)2/3 
V = (60.000 ton)(2.000 lb/ton)/ 50 lb/cuft = 2,4 x 106 cuft. 
Perancangan Proses 18
Jadi : A = 85.000 ft2 . 
Rate Heat Transfer (Q) = U.A. D T 
Q = (1/10 + x/0,15) (85.000)(100) Btu/jam 
Besarnya Q tergantung tebal Isolasi (x) 
Hubungan : X Vs Q 
HEAT TRANSFER TO TANK 
X, Insulation Thickeness (in) Q, Btu/jam 
0,00 8,5 x 10 7 
6,00 2,1 x 10 5 
12,00 1,1 x 10 5 
Perancangan Proses 19
E-2 : Dengan tebal 1 ft = 12 in, diharapkan Q = 110.000 Btu/jam. 
Berarti akan terjadi penguapan sekitar = 
(110.000) Btu/jam x (1/590) lb/jam = 170 lb/jam. 
“ POLUSI UDARA TERLALU BESAR “ 
E-1 : Pemikiran 
 Mengeluarkan investasi yang besar, membutuhkan isolasi lebih 
tebal. 
 Mengatur pembuangan Uap Amonia. 
 Recycle Amonia dengan memakai “Refrigerasi” , dengan fluida 
kerja Amonia dan alat Kompressor , H.E., Flashing Vessel, dll. 
E-2 : Beberapa Pertanyaan 
a) Apakah Uap air di dinding tangki akan mengembun dan 
membeku ? Amonia dengan Kadar 16-27 % dalam udara, mudah 
terbakar. 
Perancangan Proses 20
b) Apakah tidak berbahaya mengisi penuh tangki tersebut ? 
c) Adakah bahan konstruksi yang tahan lama pada suhu – 28 0 F ? 
d) Dapatkah bejana sebesar itu dapat dibuat ? 
e) Mengapa tidak menyimpan Amonia dalam jumlah besar di 
dalam tanah seperti perusahaan kimia menyimpan Ethylene ? 
f) Dapatkah kita menyimpan seperti gas methan ? 
g) Produk cair minyak bumi sering di simpan pada tangki 
bertekanan ? 
h) Apakah beaya penyimpanan lebih besar dengan nilai Amonia 
yang disimpan ? 
i) Bagaimana Distribusinya ? 
j) Bagaimana safety nya ? 
Perancangan Proses 21
KOMENTAR : 2 Engineer mengajukan berbagai alternatif ditinjau 
dari segi : Teknik Ekonomis, safety, Legalitas, dll. Untuk 
mendapatkan cara yang “ TERBAIK “. 
Perancangan Proses 22
BAB III 
PEMILIHAN REAKTOR 
Keputusan yang harus diambil adalah : 
- Type - Konsentrasi 
- Suhu - Tekanan 
- Phase- Katalis 
Jalan Reaksi : Untuk meghasilkan suatu produk , terdapat 
“ Alternatif jalannya reaksi “ 
Dasarnya : 
 Membutuhkan bahan baku yang relatif murah 
 Produk samping , sedikit atau tidak ada sama sekali. 
 Kebutuhan Energy, minimal. 
Perancangan Proses 23
Contoh : Ada 3 Alternatif jalannya reaksi : 
1. C2 H2 + H Cl C2 H3 Cl (Vinil Chlorid) 
2. C2 H4 + Cl2 C2 H4 Cl2 
C2 H4 Cl2 C2 H3 Cl + H Cl 
3. C2 H4 + ½ O2 + 2 H Cl C2 H4 Cl2 + H2 O 
C2 H4 Cl2 C2 H3 Cl + H Cl 
Reaksi (1) & (2) : Tidak Feasible 
Reaksi (2) : Produk samping H Cl di jual. 
Perancangan Proses 24
A. TYPE SISTEM REAKSI : 
1. Reaksi Tunggal 
Feed Produk 
Feed Produk + By Produk 
Feed (1) + Feed (2) Produk 
Type Reaktor : Reaktor Batch & Plug Flow Reaktor 
1. Reaktor Ganda ( Paralel ) 
 Feed Produk 
 Feed By Produk 
Type Reaktor : Reaktor Mixed Flow & Plug Flow Reaktor 
Perancangan Proses 25
3. Reaksi ganda (Seri) 
 Feed Produk 
 Feed By Produk 
Type Reaktor : Reaktor Batch & Plug Flow Reaktor 
3. Reaktor Seri – Paralel 
 Feed Produk 
 Feed By Produk 
 Feed By Produk 
3. Reaksi Polimerisasi 
Perancangan Proses 26
KINERJA REAKTOR 
1. Konversi = Reaktan yang bereaksi /reaktan masuk reaktor. 
2. Selektivitas = ( Produk/reaktan yang bereaksi ) 
x Faktor Stochiometri 
3. Yield Reaktor = ( Produk / Reaktan masuk Reaktor ) 
x Faktor stochiometri 
Faktor Stochiometri = mole reaktan yang dibutuhkan secara 
teoritis per mole produk 
Perancangan Proses 27
Contoh : Benzene dibuat dari Toluena, dengan reaksi : 
C6 H5 CH3 + H2 C6 H6 + CH4 
Toluena Benzene methane 
2 C6 H6 C12 H10 + H2 
diphenyl 
Data : 
Komponen Inlet Flow Rate 
Kmol/jam 
Outlet Flow Rate 
Kmol/jam 
H2 1858 1583 
CH4 804 1083 
C6 H6 13 282 
C6 H5 CH3 372 93 
C12 H10 0 4 
Perancangan Proses 28
Hitung : Conversion, Selectivity dan Reactor Yield terhadap Toluena Feed & 
Hydrogen Feed ? 
Jawab : 
a. Konversi Toluene = (Toluene yang bereaksi)/(Toluene masuk) 
= (372 – 93)/ 372 = 0,75 
Faktor stochiometri = mole toluene yang dibutuhkan per mole dari benzene 
yang dihasilkan = 1 
Benzene Selectivity dari Toluene = (Produk Benzene)/(Toluene masuk reaktor) 
x faktor Stochiometri 
= { (282 -13)/(372 – 93) } x 1 = 0,96 
Reactor Yield = { (282 -13)/(372) } x 1 = 0,72 
Perancangan Proses 29
b. Konversi H2 = (1858 – 1583)/1858 = 0,15 
Faktor stochiometri = 1 
Benzene Selectivity dari H2 = { (282 -13)/(1858 – 1583) } x 1 = 0,98 
Reactor Yield = { (282 -13)/(1858) } x 1 = 0,14 
Perancangan Proses 30
B. Konsentrasi Reaktor 
1. Reaksi Tunggal Irreversibel 
Bila salah satu Feed dibuat Excess , maka komponen yang lain 
bisa terkonversi sempurna. 
Contoh : C2 H4 + Cl2 C2 H4 Cl2 
Ethyle dibuat berlebih agar Chlorine terkonversi sempurna. 
Komponen/Feed yang terkonversi sempurna adalah komponen 
yang berbahaya atau sulit dipisahkan. 
2. Reaksi Tunggal Reversibel 
 Bila salah satu feed berlebihan , maka konversi keseimbangannya 
akan akan menjadi besar sekali. 
C2 H5 OH + CH3 COOH CH3 COO C2 H5 + H2O 
Perancangan Proses 31
 Konsentrasi Inert akan menaikkan Konversi 
Feed Produk (1) + Produk (2) 
Penambahan bahan Inert akan memperkecil jumlah mole per satuan 
volum , sehingga konversi keseimbangan naik. 
 Penghilangan Produk selama reaksi , akan memperbesar konversi. 
Reaksi akan bergeser ke kanan , juka uap air diambil/dihilangkan. 
3. Reaksi Paralel 
Feed 1. + Feed 2. Produk 
Feed 1. + Feed 2. By Produk 
Memperbesar kadar Inert akan menurunkan pembentukan by produk . 
Untuk semua kasus , dengan reaksi kedua adalah Irreversibel maka 
penambahan by produk ke dalam reaktor akan menghambat 
pembentukan nya. 
Perancangan Proses 32
4. Reaksi Seri 
Feed Produk 
Produk By Produk 
Konsentrasi produk yang rendah akan dapat menghambat reaksi ke 2. , 
berarti reaktan harus beroperasi dengan konversi yang rendah. 
Misal : Feed 1. + Feed 2. Produk 
Produk By Produk 
Konsentrasi produk yang rendah (penghambat reaksi 2.) , dapat 
ditunjukkan dengan membuat salah satu feed berlebihan. Cara lain 
dengan menghilangkan /memisahkan produk atau bila reaksi 2. adalah 
reversibel dan mengikuti penurunan jumlah mole maka akan menaikkan 
konsentrasi inert dan dapat menghambat reaksi pembentukan by 
produk. 
Perancangan Proses 33
5. Reaksi Paralel 
A + B C 
A + C D 
Dengan pengambilan C (produk yang diinginkan ) maka reaksi samping 
tidak berjalan. 
Keterangan : 
 Untuk reaksi seri dan paralel , penggunaan kelebihan salah satu feed 
dapat menaikkan selektivitas reaksi. 
 Penghilangan produk selama reaksi dapat menaikkan selektivitas dan 
menghambat reaksi seri dari reaksi by produk. 
 Bila reaksi by produk reversibel, konsentrasi inert (bila ada) juga 
berpengaruh terhadap selektivitas reaksi , demikian juga me recycle by 
produk dapat menghambat pembentukannya. 
Perancangan Proses 34
C. Suhu Reaktor 
Pemilihan suhu reaksi, tergantung pada type system reaksi : 
1. Reaksi Tunggal : 
 Reaksi Eksotermis : Suhu tinggi Kec.Rek. Tinggi Konversi Rendah 
 Reaksi Endotermis : Suhu tinggi Kec.Rek. Tinggi Konversi Tinggi 
2. Reaksi ganda : 
Untuk reaksi ganda, tujuan perancangan adalah memperbesar selektivitas. 
Feed Produk, r1 = k1 . Cfeed a1 
Feed By Produk, r2 = k2 . Cfeed a2 
r2/r1 = k2/k1 . C feed a2 – a1 = k2/k1 . e –(E2-E1)/RT . C feed a2 – a1 
 Bila E2 – E1 > 0 , pilih suhu rendah 
 Bila E2 – E1 < 0 , pilih suhu tinggi 
Perancangan Proses 35
Pengendalian Suhu reaktor , dapat dilakukan dengan cara : 
 Perpindahan panas secara tidak langsung 
 Cold Shot & Hot Shot : Injeksi Panas /dingin pada bagian 
tertentu reaktor. 
 Heat Carrier : Penambahan bahan Inert yang berfungsi sebagai 
pembawa panas untuk menghentikan reaksi. 
D. Tekanan Reaktor 
Tekanan tidak berpengaruh pada fase liquid , dan hanya 
berpengaruh pada fase gas/uap. 
CA = PA / R T = YA . P / R T 
CA ~ YA ~ P 
Perancangan Proses 36
1. Reaksi tunggal 
• Untuk reaksi tunggal Irreversibel, pilih tekanan Tinggi. 
• Untuk reaksi tunggal Reversibel, P > , reaksi geser ke kiri & 
konversi rendah. 
2. Reaksi ganda 
Tekanan dipilih untuk memperbesar selektivitas reaksi. Tekanan 
berpengaruh terhadap selektivitas reaksi ganda, jika reaksi pada 
fase Uap/gas. 
Contoh : 
Feed Produk , r1 = k1 . Cfeed a1 
Feed By Produk,r2 = k2 . Cfeed a2 
r2/r1 = k2/k1 . C feed a2 – a1 = k2/k1 . e –(E2-E1)/RT . C feed a2 – a1 
 Bila a2 – a1 > 0 , pilih Tekanan rendah 
 Bila a2 – a1 < 0 , pilih Tekanan tinggi 
Perancangan Proses 37
Untuk Reaksi pada Fase Cair, Tekanan dipilih agar : 
• Penguapan Produk dapat dicegah. 
• Terjadi penguapan cairan dalam Reaktor sebagai cara untuk 
menghilangkan Panas Reaksi. 
• Terjadi penguapan salah satu komponen dalam reaksi Reversibel 
untuk memperbesar konversi. 
Contoh : NH3 + HCHO H C = O + H2 
Amonia Formaldehid NH3 
Kristal Hexamin 
Terjadi : Reaksi – Kristalisasi – Evaporasi. 
Perancangan Proses 38
E. Fase Reaktor 
Pada umumnya reaksi pada fase cair lebih disukai dari pada 
reaksi fasa gas/uap, karena fase liquid konsentrasi feed menjadi 
besar ( kmol/m3 ). 
C = mol/Volume, Laju reaksi besar sehingga volume reaktor yang 
dibutuhkan makin kecil. 
Pada keadaan tertentu, misalkan pada kondisi reaksi Multi Fasa : 
 Laju perpindahan antar fasa lebih penting dibanding dengan 
kinetika reaksi. 
 Laju perpindahan massa umumnya lebih besar dalam fasa 
uap/gas. 
F. Katalis 
 Katalis adalah “ Suatu senyawa yang dapat mempercepat laju 
reaksi, namun jumlah dan komposisi katalis tak berubah selama 
reaksi “. 
Perancangan Proses 39
 Untuk reaksi “Reversibel” katalis mempercepat reaksi tetapi tak 
merubah posisi keseimbangan. 
 Untuk reaksi ganda, pengaruh katalis berbeda-beda terhadap 
kecepatan berbagai reaksi sehingga katalis berpengaruh terhadap 
selektivitas reaksi-reaksi ganda. 
Proses katalitik ada 2 macam : 
1. Homogeneous Catalyst 
Memakai katalis homogen reaksi berlangsung pada fase cair/uap. 
Katalis dapat merubah mekanisme reaksi, dengan cara ikut terlibat 
dalam reaksi, namun dapat diregenerasi pada tahap berikutnya. 
Contoh : “ Reaksi Katalitik Homogen “, Pembuatan Acetic 
Anhydrit dari Asam Asetat dengan katalis Tri Ethyl Phospat. 
CH3 COOH CH2 = C = O + H2O 
Acetat Acid Ketone Air 
Prosesnya adalah “ Proses Pirolisis “ 
Perancangan Proses 40
2. Katalis Heterogen 
Umumnya katalis berupa padatan dan berpori reaksinya pada fase 
cair/gas. 
Katalis padatan ada 2 macam : 
a) Bulk Katalitik Material : komposisi tidak berubah banyak diseluruh 
bagian bahan. Misalnya : Platinum 
b) Supperted catalyst : bahan katalis yang aktif di dispersikan pada 
bahan yang porous. 
Laju reaksi katalis heterogen fase gas, dipengaruhi oleh luas efektif 
katalis , Tekanan dan Suhu. 
Reaksi katalitik Heterogen fase gas, dikendalikan oleh Proses Difusi 
(pada suhu tinggi) dan reaksi kimia (pada suhu rendah). 
Perancangan Proses 41
Contoh Soal : 
Akan diproduksi “ Mono Ethanol Amine (MEA) “ melalui : 
H2 C – C H2 + N H3 N H2 C H2 C H2 OH 
O M E A 
Ethylene Oxide 
Terdapat 2 reaksi sekunder : 
N H2 CH2 CH2 OH + H2C – CH2 NH (CH2 CH2 OH)2 
MEA O DEA 
N H2 CH2 CH2 OH + H2C – CH2 N (CH3 CH2 OH)3 
DEA O TEA 
Buat Pilihan awal untuk Reaktor ? 
Perancangan Proses 42
Jawaban : 
1. Pilihan Konversi Reaksi : 
 Konversi tinggi dengan menaikkan konsentrasi MEAsehingga 
memperbesar kecepatan reaksi sekunder. 
 Konversi rendah, akan memperkecil beaya perancangan reaktor. 
 Jadi dipilih Konversi 50 %. 
2. Pilihan Type Reaktor : 
Untuk menghambat pembentukan DEA & TEA dipilih type reaktor 
yang memberikan waktu tinggal seragam, yaitu Reaktor Batch 
atau Plug Flow Reaktor 
3. Pilihan Konsentrasi Feed : 
Reaksi Utama : r= k. Ca1 . Cb1 
1 1 EO 
NH3 Reaksi Sekunder : r2 = k2 . CMEA 
a2 . CEO b2 
r3 = k3 . CDEA 
a3 . CEO b3 
Perancangan Proses 43
 Operasi dengan Excess Amonia, akan memperbesar konsentrasi 
Amonia tetapi akan memperkecil konsentrasi EO. Sehingga 
pengaruh excess amonia terhadap persamaan laju reaksi utama 
bergantung pada nilai a1 & b1. 
 Operasi dengan Excess Amonia akan memperkecil konsentrasi 
MEA sehingga akan memperkecil laju reaksi kedua. 
 Jadi dipilih Operasi dengan Excess amonia. 
Pada kenyataannya, mol ratio Amonia terhadap EO 
sebesar 10 : 1 , yang menghasilkan : 75 % MEA ; 21 % DEA & 
4 % TEA. 
Sedangkan Operasi pada Equimolar, menghasilkan : 
12 % MEA ; 23 % DEA ; 65 % TEA. 
Perancangan Proses 44
CARA MEMILIH REAKTOR SECARA CEPAT 
1. Stirred Tank Reactor 
 Reaksi Homogen Fase cair 
 Reaksi Heterogen Gas – Liquid 
 Reaksi Heterogen Liquid – Liquid 
 Reaksi Heterogen Solid – Liquid 
 Reaksi Heterogen Gas – Solid – Liquid 
Operasi : Batch – Semi batch – Kontinue 
Catatan : 
o Untuk operasi secara Batch : operasi lebih flexibel untuk 
kapasiatas yang berubah-ubah atau untuk pembuatan 
berbagai jenis produk dan biaya produk lebih mahal. 
o Untuk operasi kontinue : pengendalian secara otomatis lebih 
sederhana & biaya produksi lebih murah. 
Perancangan Proses 45
2. Tubular Reactors 
Cocok untuk reaksi pada suhu & tekanan tinggi. 
3. Fixed Bed Catalitic Reactors (untuk reaksi Heterogen). 
4. Fixed Bed non Catalitic Reactors (untuk gas & solid). 
5. Fluidized Bed catalitic Reactors (untuk laju perpindahan 
panas yang besar). 
6. Fluidized Bed non Catalitic Reactors 
7. Kiln. 
Perancangan Proses 46
Feed 
Heating/Cooling 
Product 
Stirred Tank with External Heat Exchanger 
Perancangan Proses 47
Perancangan Proses 48 
Feed 
Heating/Cooling 
Product 
Stirred Tank with Internal Heat Exchanger
Feed 
Heating/Cooling 
Product 
Stirred Tank with External Heat Exchanger 
Perancangan Proses 49
Cooling 
Feed 
Product 
Stirred Tank with Reflux for Heat Removal 
Perancangan Proses 50
PEMILIHAN SEPARTOR 
Persoalan “pemisahan” muncul setelah pilihan Reaktor 
ditetapkan. 
Proses pemisahan diperlukan untuk aliran Feed masuk / keluar 
Reaktor yang dapat berupa campuran Homogen/Heterogen. 
 Bila campuran Homogen, dilakukan dengan 
menambahkan/menciptakan fasa lain dalam sistem. 
 Bila campuran Heterogen, dapat langsung dipisahkan. 
 Pemisahan campuran heterogen harus dilakukan sebelum 
homogen. 
Macam – macam pemisahan campuran Heterogen : 
1. Vapour – Liquid4. Solid - Liquid 
2. Liquid – Liquid 5. Solid - Solid 
3. Solid – Vapour 
Perancangan Proses 51
A. Pemisahan Campuran Heterogen 
Metode : 1. Settling, Sedimentasi & Clarifier 
2. Flotasi 
3. Pemisahan Sentrifugal 
4. Filtrasi 
1. Settling, Sedimentasi & Clarifier 
 Proses Setling : Partikel-partikel dipisahkan dari fluida oleh 
gaya gravitasi yang bekerja pada partikel (partikel padat/tetesan 
cairan). 
Jenisnya : Flash Drum & Gravity - Settler 
Perancangan Proses 52
Vapour 
Ligh Liquid 
V – L L - L 
Feed Feed 
Heave Liquid 
Liquid 
FLASH DRUM Gravity - Settler 
Perancangan Proses 53
Fluid 
Fluid – Solid 
Feed 
---------------------- 
Solid 
Gravity - Settler 
Perancangan Proses 54
 Proses Sedimentasi : Suspensi partikel dalam liquid 
dipisahkan menjadi liquid bening dan slurry dengan kadar solid 
yang lebih tinggi. 
Macam – macam proses sedimentasi : 
 Menjernihkan liquid (memisahkan solid dan liquid) 
Alat : Clarifier & Sedimentation Tank 
 Memperbesar kadar solid dalam slurry 
Alat : Thickeners 
 Proses Clarifier : Pemisahan Solid – solid. 
Campuran solid – solid dipisahkan menurut ukuran dan 
densitasnya. Pada alat ini, campuran partikel di suspensi dalam 
fluida (liquid/gas). Alat ini terdiri dari tangki besar yang dibagi 
dalam beberapa bagian. 
Perancangan Proses 55
Partikel besar/berat mengendap pada bagian yang dekat 
dengan lubang pemasukan , sedangkan partikel yang ringan 
akan mengendap pada bagian yang dekat dengan lubang 
keluar. 
Vapour-Solid Fluid Out 
or 
Liquid-Solid 
Feed 
Fine Particles 
Coarse Intermediate Particles 
Particles 
Perancangan Proses 56
2. Flotation 
Adalah : proses pemisahan gravitasi yang memanfaatkan 
perbedaan sifat permukaan partikel. 
BATUAN PENGHANCUR FLOTATION 
Senyawa kimia yang ditambahkan pada medium flotasi untuk 
memenuhi berbagai kebutuhan proses flotasi : 
a. Modifier : untuk mengendalikan pH (misal : Asam, lime, NaOH) 
b. Collector : reagen yang tidak bisa tercampur dengan air (water 
repellent). Penambahan zat ini supaya partikel padat lebih 
mudah melekat pada gelembung gas dengan melapisi 
permukaan partikel padat dengan reagent. 
Perancangan Proses 57
c. Activator : mengaktifkan permukaan partikel. 
d. Depresant : menurunkan daya lekat partikel. 
e. Frother : zat penimbul busa. 
3. Pemisahan Sentrifugal 
Partikel yang akan dipisahkan dikenakan gaya sentrifugal yang 
ditimbulkan oleh perputaran melalui suatu sumbu. Gaya 
sentrifugal ini jauh lebih besar dari gaya gravitasi . 
Proses ini digunakan bila perbedaan densitas zat yang akan 
dipisahkan relatif kecil. 
Jenis Alat : 
 Cyclone (pemisahan solid – gas ; solid – liquid) 
 Centrifuge (pemisahan Liquid – solid ; Liquid – Liquid) 
Perancangan Proses 58
4. Filtrasi 
Pada proses filtrasi, partikel padat yang tersuspensi dalam liquid 
atau gas dihilangkan dengan melewatkan campuran melalui 
medium berpori yang menahan partikel padat dan melewatkan 
fluidanya. 
Ada 2 macam : 
a. Cake Flitration : solid ditahan pada permukaan medium filter. 
Alat : Bag Filter ; Plate & Frame Filter ; Rotating Drum Filter ; 
Rotating Belt Filter. 
b. Depth Filtration : solid ditahan dalam medium filter. 
Alat : Deep Bed Filter ; Sand Filter. 
Perancangan Proses 59
B. PEMISAHAN CAMPURAN HOMOGEN 
Beberapa proses pemisahan : 
1. Distilasi 
2. Absorpsi 
3. Evaporasi 
4. Dryer 
a. DISTILASI 
Keuntungan : 
 Kemampuan untuk menangani kapasitas dengan kisaran yang 
besar. 
 Kemampuan untuk menangani konsentrasi umpan dengan 
kisaran yang besar. 
 Kemampuan untuk menghasilkan produk dengan kemurnian 
yang tinggi 
Perancangan Proses 60
Distilasi tidak cocok untuk kondisi : 
 Pemisahan bahan dengan BM yang rendah, dan akan lebih baik 
memakai proses Absorpsi, Adsorpsi, dan Membran gas 
separator . 
 Pemisahan bahan dengan BM tinggi & peka terhadap panas. 
 Pemisahan bahan dengan konsentrasi rendah. Alternatif pilihan 
memakai Absorpsi & Adsorpsi. 
 Pemisahan antar kelompok komponen (misal : pemisahan 
antara camp. Aromatik dengan Alifatik). Alternatif memakai 
Proses Ekstraksi. 
 Pemisahan komponen dengan nilai Relative Volatility (α) rendah 
atau mempunyai titik Azeotrop. Alternatif memakai Distilasi 
Azeotrop atau Kristalisasi dan Dryer. 
Perancangan Proses 61
 Pemisahan camp.volatile dari suatu campuran tak volatile . 
Alternatif memakai Evaporasi dan Dryer. 
 Pemisahan campuran condensable & non condensable. 
Alternatif memakai kondensasi partial diikuti dengan pemisahan 
antar fasa. 
Pilihan – pilihan yang harus dilakukan pada perancangan 
kolom distilasi , meliputi : 
 Tekanan Operasi 
 Reflux ratio 
 Kondisi Termal Umpan 
Perancangan Proses 62
Tekanan Operasi 
Bila P operasi makin besar : 
 Relative volatily turun, sehingga pemisahan semakin sulit. 
 Panas Laten penguapan turun, sehingga beban reboiler dan 
kondensor turun. 
 Densitas uap naik, sehingga diameter kolom distilasi makin kecil. 
 Suhu reboiler naik (batas max. suhu reboiler ditentukan pada 
suhu peruraian bahan). 
 Suhu kondensor naik. 
Perancangan Proses 63
Reflux Ratio 
Untuk Reflux Ratio , terdapat Capital Energy Trade Off. 
Bila Reflux Ratio dinaikkan dari nilai Minimumnya, maka jumlah 
Plate makin sedikit, sehingga Capital Cost turun. 
Namun, Energy Cost (Utility Cost) naik karena beban 
Kondensor dan Reboiler naik. 
Bila meninjau kolom Distilasi sebagai unit tersendiri, maka : 
 R / Rmin yang Optimum adalah < 1,1. Namun sebagian besar 
perancang tidak memilih nilai < 1,1 dengan pertimbangan 
faktor keamanan perancangan. 
Perancangan Proses 64
 Bila kolom Distilasi dipadukan dengan jaringan penukar panas , 
maka : R / Rmin yang optimum tidak sama dengan keadaan bila 
ditinjau dengan kolom distilasi sebagai unit tersendiri. 
Kondisi Termal Umpan 
Umpan yang makin dingin akan : 
 Memperkecil jumlah tray bagian Rectifying, tetapi memperbesar 
jumlah tray bagian stripping. 
 Memerlukan panas yang lebih besar pada Reboiler, namun 
pendinginan yang lebih sedikit dalam kondensor. 
Untuk umpan pemisah tertentu : kondisi termal umpan dapat di 
optimumkan. Namun hal ini dilakukan karena Heat Integration 
akan merubah kondisi optimal ini. Bisanya kondisi Termal 
umpan ditetapkan sebagai “ Liquid Jenuh “. 
Perancangan Proses 65
DISTILASI CAMPURAN YANG MENUNJUKKAN SIFAT 
AZEOTROP atau RELATIVE VOLATILITY RENDAH 
Bila komponen kunci berat dan ringan membentuk Azeotrop, 
maka untuk pemisahannya tidak bisa dengan distilasi biasa. 
Ada beberapa pilihan cara untuk melakukan pemisahan 
campuran yang menunjukkan sifat-sifat azeotrop, yaitu : 
1. Menggunakan kolom distilasi yang beroperasi pada tekanan 
yang berbeda. Cara ini dilakukan bila komposisi azeotrop 
berubah cukup berarti dengan perubahan tekanan. 
2. Penambahan bahan dari luar ke dalam kolom distilasi untuk 
merubah (memperbesar) relative volatility komponen kunci. 
 Teknik ini berguna tak hanya bila campuran tak mungkin 
dipisahkan karena menunjukkan sifat-sifat azeotrop, juga 
campuran sulit dipisahkan karena relative volatility rendah. 
Perancangan Proses 66
Teknik Distilasi ini dibagi 2 jenis, yaitu : 
1. Distilasi Ekstraktif, bahan dari luar yang ditambahkan relative 
tak volatile dan disebut dengan SOLVEN. Dalam campuran ini 
solven dikeluarkan dari kolom bagian bawah dan tak membuat 
azeotrop dengan komponen manapun. 
2. Distilasi Azeotrop, bahan dari luar yang ditambahkan relatif 
volatil dan disebut dengan ENTRAINER. Entrainer ini 
membentuk Low boiling binary azeotrop dengan salah satu 
komponen kunci atau membentuk ternary azeotrop dengan 
komponen kunci. 
Perancangan Proses 67
b. ABSORPSI 
 Sebagai alternatif untuk distilasi bagimpemisahan bahan-bahan 
dengan BM rendah. Pada operasi Absorpsi, campuran 
gas dikontakkan dengan pelarut cair yang melarutkan satu 
atau lebih komponen-komponen dalam campuran gas. 
 Variabel yang penting dalam operasi Absorpsi : 
1. Liquid Rate , faktor absorpsi komponen-i, {L/Ki V} menyatakan 
seberapa mudah komponen-i dapat terserap ke dalam fase 
liquid , berarti makin besar faktor absorpsi , jumlah plate makin 
kecil, namun beaya operasi makin besar. Faktor Absorpsi 
optimal antara 1,2 s/d 2,0 ( biasanya digunakan nilai 1,4 ). 
2. Suhu , makin rendah suhu kelarutan solute makin besar. Hal 
ini sangat menguntungkan pada kondisi operasi Absorpsi. 
Perancangan Proses 68
3. Tekanan, makin besar tekanan kelarutan solute makin besar 
namun biaya operasional makin besar. 
C. EVAPORATORS 
Macamnya : Single Stage & Multi stage 
Ada 3 macam operasi untuk Multi Stage Evaporator 
1. Operasi Forward – Feed 
 Pengaliran tanpa pompa 
 Dipilih bila produk pekat dan terurai pada suhu tinggi. 
1. Operasi Backward – Feed 
• Dipakai untuk produk pekat & sangat viscous. 
• Pengaliran antar stage dengan pompa. 
Perancangan Proses 69
3. Operasi Paralel – Feed 
Digunakan apabila umpan dalam keadaan hampir jenuh atau 
bila dalam aliran produk mengandung kristal-kristal padat. 
Ada 3 derajat kebebasan dalam perancangan Evaporator 
1. Level SUHU, dapat diubah dengan memanipulasi P operasi : 
P operasi rendah, suhu rendah ; P vacuum , stage 1 suhunya 
rendah dan stage 2 & 3 suhunya makin rendah. 
Batasan : P relatif kecil, tetapi hasil/produk masih bisa di 
embunkan dengan air biasa. 
2. Beda suhu antar stage : dimanipulasi dengan luas perpindahan 
panas. 
3. Aliran panas melalui system, dapat dimanipulasi dengan 
merubah jumlah stage. 
Perancangan Proses 70
Catatan : 
a. Penurunan tekanan operasi akan menurunkan level suhu. 
b. Penurunan luas perpindahan panas , akan menaikkan beda 
suhu antar stage. 
c. Kenaikan jumlah stage akan menurunkan aliran panas melalui 
system. 
d. Derajat kebebasan yang paling penting adalah pemilihan jumlah 
stage. 
e. Bila jumlah stage makin banyak, capital cost makin besar, 
namun energy cost menurun. 
f. Tekanan operasi dipilih sehingga suhu uap pada stage terakhir 
lebih besar dari pada suhu air / udara ; dan suhu cairan pada 
stage dengan tekanan tertinggi adalah dibawah suhu steam (hal 
ini bila tak ada masalah pada peruraian produk). 
Perancangan Proses 71
Bila terdapat masalah peruraian produk dan masalah fouling 
factor maka beda suhu harus disebar secara serba sama antara 
batas atas suhu dan batas bawah suhu. 
D. Dryers 
Ada 4 jenis pengering yang umum digunakan di Industri : 
1. Tunnel Dryer 
2. Rotary Dryer 
3. Drum dryer 
4. Spray Dryer 
Perancangan Proses 72

More Related Content

What's hot

Fenomena perpindahan
Fenomena perpindahanFenomena perpindahan
Fenomena perpindahanEzron Wenggo
 
Bab 4 - Perhitungan Single effect evaporator.pptx
Bab 4 - Perhitungan Single effect evaporator.pptxBab 4 - Perhitungan Single effect evaporator.pptx
Bab 4 - Perhitungan Single effect evaporator.pptxrudi prihantoro
 
Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2Gayuh Permadi
 
Swenson Walker Crystalizer
Swenson Walker CrystalizerSwenson Walker Crystalizer
Swenson Walker Crystalizernurul isnaini
 
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massaPertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massaKhoridatun Nafisah
 
Azas teknik k imia
Azas teknik k imiaAzas teknik k imia
Azas teknik k imiaMesut Ozil
 
DASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKDASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKKiki Amelia
 
Alat Kristalisasi
Alat KristalisasiAlat Kristalisasi
Alat Kristalisasiliabika
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairIffa M.Nisa
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalAli Hasimi Pane
 
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasPenerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasiwandra doank
 
Agitated film evaporator
Agitated film evaporatorAgitated film evaporator
Agitated film evaporatorNurhairuna Sari
 

What's hot (20)

Fenomena perpindahan
Fenomena perpindahanFenomena perpindahan
Fenomena perpindahan
 
Bab 4 - Perhitungan Single effect evaporator.pptx
Bab 4 - Perhitungan Single effect evaporator.pptxBab 4 - Perhitungan Single effect evaporator.pptx
Bab 4 - Perhitungan Single effect evaporator.pptx
 
Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2
 
Kinetika reaksi
Kinetika reaksiKinetika reaksi
Kinetika reaksi
 
Perpindahan Massa
Perpindahan MassaPerpindahan Massa
Perpindahan Massa
 
Evaporator
EvaporatorEvaporator
Evaporator
 
Swenson Walker Crystalizer
Swenson Walker CrystalizerSwenson Walker Crystalizer
Swenson Walker Crystalizer
 
Batch Reactor
Batch ReactorBatch Reactor
Batch Reactor
 
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massaPertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
 
Katalis heterogen
Katalis heterogenKatalis heterogen
Katalis heterogen
 
Azas teknik k imia
Azas teknik k imiaAzas teknik k imia
Azas teknik k imia
 
DASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIKDASAR PSIKROMETRIK
DASAR PSIKROMETRIK
 
Alat Kristalisasi
Alat KristalisasiAlat Kristalisasi
Alat Kristalisasi
 
Destilasi batch
Destilasi batchDestilasi batch
Destilasi batch
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
 
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensionalModul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
Modul perpindahan panas konduksi steady state one dimensional
 
Lampiran c
Lampiran cLampiran c
Lampiran c
 
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasPenerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
 
Neraca panas materi
Neraca panas materiNeraca panas materi
Neraca panas materi
 
Agitated film evaporator
Agitated film evaporatorAgitated film evaporator
Agitated film evaporator
 

Similar to OPTIMIZED CHEMICAL PROCESS DESIGN

Rancang bangun kolektor surya
 Rancang bangun kolektor surya Rancang bangun kolektor surya
Rancang bangun kolektor suryaHelmas Tanjung
 
PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...
PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...
PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...Repository Ipb
 
contoh 1 kebocoran tangki.pptx
contoh 1 kebocoran tangki.pptxcontoh 1 kebocoran tangki.pptx
contoh 1 kebocoran tangki.pptxrifna13
 
Kul Humidifikasi 1
Kul Humidifikasi 1Kul Humidifikasi 1
Kul Humidifikasi 1galih
 
1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf
1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf
1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdfAfiqPraditio
 
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenikPendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenikcecepisnandarsetiawan
 
PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI
PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI
PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI Luckman alfanudin
 
Download contoh-presentasi-yang-baik-lpik-itb
Download contoh-presentasi-yang-baik-lpik-itbDownload contoh-presentasi-yang-baik-lpik-itb
Download contoh-presentasi-yang-baik-lpik-itbillend
 
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...Repository Ipb
 
PPT P1_Muhammad Dimitrie Arsenna D.pptx
PPT P1_Muhammad Dimitrie Arsenna D.pptxPPT P1_Muhammad Dimitrie Arsenna D.pptx
PPT P1_Muhammad Dimitrie Arsenna D.pptxChandraWisnu3
 
Manajemen resiko Teknisi AC
Manajemen resiko Teknisi ACManajemen resiko Teknisi AC
Manajemen resiko Teknisi ACsaripuspitadewi
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregarKiman Siregar
 
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGAS
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGASPERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGAS
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGASYOHANIS SAHABAT
 
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)Doni Rachman
 
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenikpendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenikazizah ramadhani
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan PeralatanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan PeralatanFransiska Puteri
 

Similar to OPTIMIZED CHEMICAL PROCESS DESIGN (20)

Rancang bangun kolektor surya
 Rancang bangun kolektor surya Rancang bangun kolektor surya
Rancang bangun kolektor surya
 
PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...
PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...
PENERAPAN SISTEM PENDINGINAN EVAPORATIF UNTUK \ PENANGANAN PASCA PANEN HASIL ...
 
TA ku
TA kuTA ku
TA ku
 
contoh 1 kebocoran tangki.pptx
contoh 1 kebocoran tangki.pptxcontoh 1 kebocoran tangki.pptx
contoh 1 kebocoran tangki.pptx
 
Kul Humidifikasi 1
Kul Humidifikasi 1Kul Humidifikasi 1
Kul Humidifikasi 1
 
1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf
1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf
1622-Article Text-10057-1-10-20210917.pdf
 
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenikPendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
 
PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI
PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI
PERBANDINNGAN MENGGUNAKAN R 404 DAN R 404 HIDROCARBON SECONDARY REFRIGRASI
 
Tugas petrokimia
Tugas petrokimiaTugas petrokimia
Tugas petrokimia
 
Download contoh-presentasi-yang-baik-lpik-itb
Download contoh-presentasi-yang-baik-lpik-itbDownload contoh-presentasi-yang-baik-lpik-itb
Download contoh-presentasi-yang-baik-lpik-itb
 
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
POTENSI ENERGI SISTEM REFRIGERASI SIKLUS TUNGGAL DAN GANDA (CASCADE) SEBAGAI ...
 
Refrijeran
RefrijeranRefrijeran
Refrijeran
 
PPT P1_Muhammad Dimitrie Arsenna D.pptx
PPT P1_Muhammad Dimitrie Arsenna D.pptxPPT P1_Muhammad Dimitrie Arsenna D.pptx
PPT P1_Muhammad Dimitrie Arsenna D.pptx
 
Manajemen resiko Teknisi AC
Manajemen resiko Teknisi ACManajemen resiko Teknisi AC
Manajemen resiko Teknisi AC
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
 
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGAS
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGASPERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGAS
PERALATAN & HSE MANAGEMENT SYSTEM PENGOLAHAN MIGAS
 
PPT TA.pptx
PPT TA.pptxPPT TA.pptx
PPT TA.pptx
 
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
7 muhammad hasan-basri-so-edit-peb-2009 (1)
 
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenikpendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
pendinginan dengan-menggunakan-sistem-kriogenik
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan PeralatanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan
 

Recently uploaded

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 

Recently uploaded (6)

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 

OPTIMIZED CHEMICAL PROCESS DESIGN

  • 1. BAB I. PERANCANGAN PROSES KIMIA I. KONSEP PERANCANGAN PROSES KIMIA Pengertian : 1. RUDD & WATSON Proses Engineering : “ Suatu pekerjaan yang berkaitan dengan kreasi system proses secara Teknis & Ekonomis mulai dari kebutuhan bahan baku , energy, dan produk yang dihasilkan “. 2. KAZUTO KASUNO Project Engineering : “ Suatu teknik untuk menyelesaikan suatu perancangan dan konstruksi pabrik yang didasarkan pada data-data perancangan proses “ Proses Design : “ Suatu pekerjaan yang berkaitan dengan perancangan/ pemilihan peralatan & fasilitas lain untuk proses produksi “. 3. VILBRANDT & DRYDEN Chemical Engineer : “ Seorang yang mahir dalam pengembangan, perancangan , konstruksi, dan operasi dari Pabrik Kimia mulai dari bahan baku sampai produk “ Perancangan Proses 1 1
  • 2. II. PROSES KIMIA Adalah “ suatu transformasi (perubahan) bahan baku/bahan mentah menjadi produk yang dikehendaki “. Tahapan – tahapan Proses : 1.Penyediaan bahan baku. 2.Pencampuran. 3.Pemanasan / Pendinginan. 4. R e a k s i. 5.Pemisahan. 6.Pengeringan. 7.Pembesaran / Pengecilan Partikel. 8.Pengemasan. Langkah-langkah untuk Proses yang Optimum a.SINTESA : MENCIPTAKAN PROSES Meliputi : # Pemilihan tahap transformasi (Perubahan). # Menghubungkan tahapan transformasi membentuk Struktur yang disebut “ FLOW SHEET “ Perancangan Proses 2
  • 3. b. SIMULASI Adalah “ Model matematik proses yang berusaha memperkirakan kondisi operasi proses pada keadaan tertentu “. Simulasi Proses “BISA” dilakukan setelah “ Struktur Flow Sheet “ telah dibuat. Pada simulasi proses, yang dilakukan adalah : 1. Meramalkan laju alir, komposisi, suhu, tekanan dari bahan/alat. 2. Spesifikasi Peralatan Proses. 3. Penentuan bahan baku yang dipakai 4. Penentuan Energy yang dibutuhkan 5. Evaluasi “ PERFORMANCE ” (KINERJA) struktur perancangan. Perancangan Proses 3
  • 4. PERFORMANCE, terdiri dari :  Economic Performance  Keamanan Lingkungan  Kebutuhan Energy  Kriteria Kesehatan & Keselamatan Kerja  Kemudahan Operasional dan Pengendalian  Flexibilitas, yaitu : kemudahan untuk beroperasi pada kondisi yang bervariasi (bahan baku/Produk).  AVAILABILITY ( Jumlah jam Operasi/tahun ). c. OPTIMASI Adalah “ Aktifitas melakukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan Performance “ Ada 2 Jenis Optimasi : 1. Optimasi Struktur 2. Optimasi Parameter Perancangan Proses 4
  • 5. III. HIERARCHY PERANCANGAN PROSES ( UNION MODEL )  REAKTOR  SEPARATOR  HEAT EXCHANGERS NET WORK  UTILITAS Keterangan :  Pusat suatu proses kimia adalah REAKTOR, karena didalamnya akan terjadi proses perubahan bahan baku menjadi produk.  Perancangan reaktor yang dipilih, akan menghasilkan campuran bahan umpan yang tak terkonversi , produk, dan produk samping yang perlu dipisahkan.  Perancangan Reaktor, menentukan persoalan pemisahan dan recycle.  Sistem reaktor, separator, dan recycle bersama-sama menentukan Perancangan Heat Exchangers.  Keperluan ENERGY disediakan pada Unit UTILITAS (Steam,Cooling Water, dll). Perancangan Proses 5
  • 6. IV. PENDEKATAN PERANCANGAN a. Membentuk struktur “ Kecil “ menjadi “ Besar “ - Langkah awal memilih reaktor termasuk system pemisahan dan recycle,dst. - Setiap tahap harus dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang tersedia. b. Menciptakan dan mengoptimasi struktur BESAR yang dapat disederhanakan.  Dibuat Struktur KECIL, kemudian SUPER STRUKTUR/HYPER STRUKTUR  Dimasukkan semua operasi yang layak & seluruh interaksi yang memungkinkan untuk perancangan yang optimal. KESIMPULAN : Jika ingin mengembangkan Perancangan Proses Kimia, ada 2 masalah yang sangat mendasar, yaitu : 1. Dapatkah semua struktur di Identifikasikan ? 2. Dapatkah struktur itu di Optimasikan ? Perancangan Proses 6
  • 7. BAB II. MENCIPTAKAN ALTERNATIF PROSES Perancangan Proses 7
  • 8. Misal :  Kebutuhan Pupuk di daerah A.  Kebutuhan Bahan baku di Pabrik B yang terlalu mahal.  Asap yang keluar dari cerobong asap yang menyebabkan polusi udara. Jalan Keluar : PRIMITIVE PROBLEM ALTERNATIVE SCREEN : Dicari jawaban / jalan keluar yang terbaik secara ekonomis dan teknis. Perancangan Proses 8
  • 9. Contoh : TYPICAL PROBLEM “ Kebutuhan Larutan Amonium Nitrat sebanyak 10.000 ton/tahun, untuk keperluan PERTANIAN “ BAGAIMANA CARA MENGATASINYA ? JAWABAN : 1. Primitive Problem : “ Pupuk (Amonium Nitrat) 10.000 ton. 2. Batasan Primitive Problem : Perlu keterangan :  Keadaan khusus disekitar primitive problem tentang sarana/fasilitas pendukung (Air, Energy/Power, tanah, bahan baku, jalan, dll.).  Informasi teknis tentang sifat fisik dan kimiawi tentang bahan bahan dan produk. 3. Specifik Problem : “ Ada 6 (enam) Alternatif yang dapat dilakukan “ Perancangan Proses 9
  • 10. ALTERNATIF I :  Pupuk di beli di pusat Industri Kimia  Di timbun / di simpan  Di distribusikan Catatan : Jika penyimpanan dan transportasi tidak masalah secara Teknis maupun Ekonomis, maka Primitive Problem : OKE ALTERNATIF II :  Membeli Amonium Nitrat Padat.  Membuat alat Proses dan Penyimpanan.  Menggunakan Air dan power setempat. ALTERNATIF III : o Di daerah tersebut ada Asam Nitrat. o Beli Amonia dari Tangki Mobil, dan selanjutnya di Reaksikan o Konsentrasi larutan yang dihasilkan diatur sesuai yang diinginkan. Perancangan Proses 10
  • 11. ALTERNATIF IV :  Pengembangan III  Direaksikan , selanjutnya ditampung dalam “ Tank Car “  Penghematan Biaya Investasi. ALTERNATIF V : o Amonia di buat, o Asam Nitrat beli, dan kelebihan Amonia di jual. ALTERNATIF VI :  Amonia dan Asam Nitrat dibuat sendiri  Penghematan. Perancangan Proses 11
  • 12. 4. SCREEN SPECIFIC PROBLEM Ada 6 (enam) Alternatif Proses, yang merupakan :  Hanya beberapa saja dari sejumlah Alternatif proses yang ada  Buat Konsep Dasar, sebelum ditentukan alternatif proses yang paling tepat. ADA 2 (DUA) ALTERNATIF PROSES YAITU II & V YANG DIPILIH, SELANJUTNYA DIBUAT “ FLOW SHEET “ Primitive Problem : “ Kebutuhan Pupuk Amonium Nitrat sejumlah 10.000 Ton/tahun di suatu daerah tertentu “ Perancangan Proses 12
  • 13. ALTERNATIVE PROSES II : Amonium Nitrat Tempat Bongkar barang Solid Storage Alat Pelarutan (+ Air) Solution Storage Tempat Pengiriman 10.000 ton/tahun Larutan Amonium Nitrat (Konsumen). Perancangan Proses 13
  • 14. ALTERNATIVE PROSES V : Elektrik Power Udara Nitrogen Separator N2 Amonium Synthetis Methane Hydro Cracking H2 Amonia Storage Steam Amonia Nitrat Reactor + Consentrator Local Available Nitric Acid 10.000 ton/th Larutan Amonium Nitrat Solution Storage Perancangan Proses 14
  • 15. Contoh : Primitive Problem “ Penyimpanan Amonia sebanyak 60.000 ton “ Suatu Perusahaan Engineering sedang mengadakan kontrak dalam rangka meneliti cara-cara menyimpan 60.000 ton Amonia selama 1 tahun, dan akan dijual kepada petani dalam jumlah yang kecil. Ada Pembicaraan 2 orang Engineer , tentang hal tersebut : E -1 : Amonia adalah “ UAP “ pada kondisi normal, dan dimungkinkan untuk disimpan dalam Gas Holder yang besar seperti yang dipakai cara menyimpan gas kota. E-2 : Berapa besarkah tempat penampung Amonia tersebut ? E-1 : Volume Amonia pada suhu dan Tekanan Standart, 1 ton USA = 2.000 lb. V = 60.000 ton x 2.000 lb/ton x 370 Scf/lbmole : 17 lb/lbmole = 2,9 x 109 Cuft. Kira – kira Ukuran bejana yang dipakai sebesar : * Tinggi = 100 ft = 30 meter. * Diameter= 1 mill = 1609 meter. Perancangan Proses 15
  • 16. E-2 : Suatu bejana tinggi 100 ft dan diameter 100 mill, ternyata tidak cukup untuk menampung Amonia tersebut dan kontraktor tidak dapat membuat alat tersebut. “ Alternatif ini idak dapat dipakai “ E-1 : Alternatif lain yangmungkin dapat dilaksanakan adalah, a. Disimpan dalam bentuk cair pada tekanan Atmosfir dan didinginkan sampai suhu didihnya. b. Disimpan dalam bentuk cair pada suhu sekeliling dan tekanan uapnya. c. Disimpan dalam bentuk Larutan (misal : dilarutkan dengan air) akan menurunkan tekanan uapnya dan tanpa memakai peralatan yang komplek. d. Disimpan dalam bentuk Amonia padat pada tekanan Atmosfir dengan Refrigerasi. Perancangan Proses 16
  • 17. ALTERNATIVE LAIN : “ Mengubah Permasalahan dan bukan Amonia yang dijual, tetapi bahan lain ”. Misal : Larutan Amonia atau Senyawa Nitrogen yang lain (UREA PADAT) , sehingga terhindar dari kesulitan penyimpanan E-2 : Untuk Amonia murni , mana yang lebih mudah disimpan ? Pada fase padat atau fase cair ? E-1 : Tekanan uap dari Amonia cair , tidak berlebihan pada suhu rendah. Data : Amonia cair Vapour Pressur Suhu 1 Atm 28 0 C 5 Atm 41 0 C 10 Atm 78 0 C Perancangan Proses 17
  • 18. Penanganan Amonia Padat menimbulkan keulitan lain , Alternative ini dihindari E-2 : Suhu Amonia cair pada tekanan Atmosfir , nilainya rendah sekali, mungkinkah “ rate Heat Transfer ke dalam Tangki Amonia besar sekali ? E-1 : Perhitungan sederhana akan memberikan gambaran tentang perpindahan panas Amonia 60.000 ton disimpan pada fase cair pada titik didihnya, maka perbedaan suhu 100 0 C dengan sekelilingnya mungkin terjadi. Tahanan Perpindahan Panas = h = 10 Btu/j.ft2 .0F k = 0,15 Btu/j.ft2 .0F (Urethane Foam Insulation). Perhitungan : BEJANA : Tinggi = Diameter A = 5p/4 (4 V/ p)2/3 V = (60.000 ton)(2.000 lb/ton)/ 50 lb/cuft = 2,4 x 106 cuft. Perancangan Proses 18
  • 19. Jadi : A = 85.000 ft2 . Rate Heat Transfer (Q) = U.A. D T Q = (1/10 + x/0,15) (85.000)(100) Btu/jam Besarnya Q tergantung tebal Isolasi (x) Hubungan : X Vs Q HEAT TRANSFER TO TANK X, Insulation Thickeness (in) Q, Btu/jam 0,00 8,5 x 10 7 6,00 2,1 x 10 5 12,00 1,1 x 10 5 Perancangan Proses 19
  • 20. E-2 : Dengan tebal 1 ft = 12 in, diharapkan Q = 110.000 Btu/jam. Berarti akan terjadi penguapan sekitar = (110.000) Btu/jam x (1/590) lb/jam = 170 lb/jam. “ POLUSI UDARA TERLALU BESAR “ E-1 : Pemikiran  Mengeluarkan investasi yang besar, membutuhkan isolasi lebih tebal.  Mengatur pembuangan Uap Amonia.  Recycle Amonia dengan memakai “Refrigerasi” , dengan fluida kerja Amonia dan alat Kompressor , H.E., Flashing Vessel, dll. E-2 : Beberapa Pertanyaan a) Apakah Uap air di dinding tangki akan mengembun dan membeku ? Amonia dengan Kadar 16-27 % dalam udara, mudah terbakar. Perancangan Proses 20
  • 21. b) Apakah tidak berbahaya mengisi penuh tangki tersebut ? c) Adakah bahan konstruksi yang tahan lama pada suhu – 28 0 F ? d) Dapatkah bejana sebesar itu dapat dibuat ? e) Mengapa tidak menyimpan Amonia dalam jumlah besar di dalam tanah seperti perusahaan kimia menyimpan Ethylene ? f) Dapatkah kita menyimpan seperti gas methan ? g) Produk cair minyak bumi sering di simpan pada tangki bertekanan ? h) Apakah beaya penyimpanan lebih besar dengan nilai Amonia yang disimpan ? i) Bagaimana Distribusinya ? j) Bagaimana safety nya ? Perancangan Proses 21
  • 22. KOMENTAR : 2 Engineer mengajukan berbagai alternatif ditinjau dari segi : Teknik Ekonomis, safety, Legalitas, dll. Untuk mendapatkan cara yang “ TERBAIK “. Perancangan Proses 22
  • 23. BAB III PEMILIHAN REAKTOR Keputusan yang harus diambil adalah : - Type - Konsentrasi - Suhu - Tekanan - Phase- Katalis Jalan Reaksi : Untuk meghasilkan suatu produk , terdapat “ Alternatif jalannya reaksi “ Dasarnya :  Membutuhkan bahan baku yang relatif murah  Produk samping , sedikit atau tidak ada sama sekali.  Kebutuhan Energy, minimal. Perancangan Proses 23
  • 24. Contoh : Ada 3 Alternatif jalannya reaksi : 1. C2 H2 + H Cl C2 H3 Cl (Vinil Chlorid) 2. C2 H4 + Cl2 C2 H4 Cl2 C2 H4 Cl2 C2 H3 Cl + H Cl 3. C2 H4 + ½ O2 + 2 H Cl C2 H4 Cl2 + H2 O C2 H4 Cl2 C2 H3 Cl + H Cl Reaksi (1) & (2) : Tidak Feasible Reaksi (2) : Produk samping H Cl di jual. Perancangan Proses 24
  • 25. A. TYPE SISTEM REAKSI : 1. Reaksi Tunggal Feed Produk Feed Produk + By Produk Feed (1) + Feed (2) Produk Type Reaktor : Reaktor Batch & Plug Flow Reaktor 1. Reaktor Ganda ( Paralel )  Feed Produk  Feed By Produk Type Reaktor : Reaktor Mixed Flow & Plug Flow Reaktor Perancangan Proses 25
  • 26. 3. Reaksi ganda (Seri)  Feed Produk  Feed By Produk Type Reaktor : Reaktor Batch & Plug Flow Reaktor 3. Reaktor Seri – Paralel  Feed Produk  Feed By Produk  Feed By Produk 3. Reaksi Polimerisasi Perancangan Proses 26
  • 27. KINERJA REAKTOR 1. Konversi = Reaktan yang bereaksi /reaktan masuk reaktor. 2. Selektivitas = ( Produk/reaktan yang bereaksi ) x Faktor Stochiometri 3. Yield Reaktor = ( Produk / Reaktan masuk Reaktor ) x Faktor stochiometri Faktor Stochiometri = mole reaktan yang dibutuhkan secara teoritis per mole produk Perancangan Proses 27
  • 28. Contoh : Benzene dibuat dari Toluena, dengan reaksi : C6 H5 CH3 + H2 C6 H6 + CH4 Toluena Benzene methane 2 C6 H6 C12 H10 + H2 diphenyl Data : Komponen Inlet Flow Rate Kmol/jam Outlet Flow Rate Kmol/jam H2 1858 1583 CH4 804 1083 C6 H6 13 282 C6 H5 CH3 372 93 C12 H10 0 4 Perancangan Proses 28
  • 29. Hitung : Conversion, Selectivity dan Reactor Yield terhadap Toluena Feed & Hydrogen Feed ? Jawab : a. Konversi Toluene = (Toluene yang bereaksi)/(Toluene masuk) = (372 – 93)/ 372 = 0,75 Faktor stochiometri = mole toluene yang dibutuhkan per mole dari benzene yang dihasilkan = 1 Benzene Selectivity dari Toluene = (Produk Benzene)/(Toluene masuk reaktor) x faktor Stochiometri = { (282 -13)/(372 – 93) } x 1 = 0,96 Reactor Yield = { (282 -13)/(372) } x 1 = 0,72 Perancangan Proses 29
  • 30. b. Konversi H2 = (1858 – 1583)/1858 = 0,15 Faktor stochiometri = 1 Benzene Selectivity dari H2 = { (282 -13)/(1858 – 1583) } x 1 = 0,98 Reactor Yield = { (282 -13)/(1858) } x 1 = 0,14 Perancangan Proses 30
  • 31. B. Konsentrasi Reaktor 1. Reaksi Tunggal Irreversibel Bila salah satu Feed dibuat Excess , maka komponen yang lain bisa terkonversi sempurna. Contoh : C2 H4 + Cl2 C2 H4 Cl2 Ethyle dibuat berlebih agar Chlorine terkonversi sempurna. Komponen/Feed yang terkonversi sempurna adalah komponen yang berbahaya atau sulit dipisahkan. 2. Reaksi Tunggal Reversibel  Bila salah satu feed berlebihan , maka konversi keseimbangannya akan akan menjadi besar sekali. C2 H5 OH + CH3 COOH CH3 COO C2 H5 + H2O Perancangan Proses 31
  • 32.  Konsentrasi Inert akan menaikkan Konversi Feed Produk (1) + Produk (2) Penambahan bahan Inert akan memperkecil jumlah mole per satuan volum , sehingga konversi keseimbangan naik.  Penghilangan Produk selama reaksi , akan memperbesar konversi. Reaksi akan bergeser ke kanan , juka uap air diambil/dihilangkan. 3. Reaksi Paralel Feed 1. + Feed 2. Produk Feed 1. + Feed 2. By Produk Memperbesar kadar Inert akan menurunkan pembentukan by produk . Untuk semua kasus , dengan reaksi kedua adalah Irreversibel maka penambahan by produk ke dalam reaktor akan menghambat pembentukan nya. Perancangan Proses 32
  • 33. 4. Reaksi Seri Feed Produk Produk By Produk Konsentrasi produk yang rendah akan dapat menghambat reaksi ke 2. , berarti reaktan harus beroperasi dengan konversi yang rendah. Misal : Feed 1. + Feed 2. Produk Produk By Produk Konsentrasi produk yang rendah (penghambat reaksi 2.) , dapat ditunjukkan dengan membuat salah satu feed berlebihan. Cara lain dengan menghilangkan /memisahkan produk atau bila reaksi 2. adalah reversibel dan mengikuti penurunan jumlah mole maka akan menaikkan konsentrasi inert dan dapat menghambat reaksi pembentukan by produk. Perancangan Proses 33
  • 34. 5. Reaksi Paralel A + B C A + C D Dengan pengambilan C (produk yang diinginkan ) maka reaksi samping tidak berjalan. Keterangan :  Untuk reaksi seri dan paralel , penggunaan kelebihan salah satu feed dapat menaikkan selektivitas reaksi.  Penghilangan produk selama reaksi dapat menaikkan selektivitas dan menghambat reaksi seri dari reaksi by produk.  Bila reaksi by produk reversibel, konsentrasi inert (bila ada) juga berpengaruh terhadap selektivitas reaksi , demikian juga me recycle by produk dapat menghambat pembentukannya. Perancangan Proses 34
  • 35. C. Suhu Reaktor Pemilihan suhu reaksi, tergantung pada type system reaksi : 1. Reaksi Tunggal :  Reaksi Eksotermis : Suhu tinggi Kec.Rek. Tinggi Konversi Rendah  Reaksi Endotermis : Suhu tinggi Kec.Rek. Tinggi Konversi Tinggi 2. Reaksi ganda : Untuk reaksi ganda, tujuan perancangan adalah memperbesar selektivitas. Feed Produk, r1 = k1 . Cfeed a1 Feed By Produk, r2 = k2 . Cfeed a2 r2/r1 = k2/k1 . C feed a2 – a1 = k2/k1 . e –(E2-E1)/RT . C feed a2 – a1  Bila E2 – E1 > 0 , pilih suhu rendah  Bila E2 – E1 < 0 , pilih suhu tinggi Perancangan Proses 35
  • 36. Pengendalian Suhu reaktor , dapat dilakukan dengan cara :  Perpindahan panas secara tidak langsung  Cold Shot & Hot Shot : Injeksi Panas /dingin pada bagian tertentu reaktor.  Heat Carrier : Penambahan bahan Inert yang berfungsi sebagai pembawa panas untuk menghentikan reaksi. D. Tekanan Reaktor Tekanan tidak berpengaruh pada fase liquid , dan hanya berpengaruh pada fase gas/uap. CA = PA / R T = YA . P / R T CA ~ YA ~ P Perancangan Proses 36
  • 37. 1. Reaksi tunggal • Untuk reaksi tunggal Irreversibel, pilih tekanan Tinggi. • Untuk reaksi tunggal Reversibel, P > , reaksi geser ke kiri & konversi rendah. 2. Reaksi ganda Tekanan dipilih untuk memperbesar selektivitas reaksi. Tekanan berpengaruh terhadap selektivitas reaksi ganda, jika reaksi pada fase Uap/gas. Contoh : Feed Produk , r1 = k1 . Cfeed a1 Feed By Produk,r2 = k2 . Cfeed a2 r2/r1 = k2/k1 . C feed a2 – a1 = k2/k1 . e –(E2-E1)/RT . C feed a2 – a1  Bila a2 – a1 > 0 , pilih Tekanan rendah  Bila a2 – a1 < 0 , pilih Tekanan tinggi Perancangan Proses 37
  • 38. Untuk Reaksi pada Fase Cair, Tekanan dipilih agar : • Penguapan Produk dapat dicegah. • Terjadi penguapan cairan dalam Reaktor sebagai cara untuk menghilangkan Panas Reaksi. • Terjadi penguapan salah satu komponen dalam reaksi Reversibel untuk memperbesar konversi. Contoh : NH3 + HCHO H C = O + H2 Amonia Formaldehid NH3 Kristal Hexamin Terjadi : Reaksi – Kristalisasi – Evaporasi. Perancangan Proses 38
  • 39. E. Fase Reaktor Pada umumnya reaksi pada fase cair lebih disukai dari pada reaksi fasa gas/uap, karena fase liquid konsentrasi feed menjadi besar ( kmol/m3 ). C = mol/Volume, Laju reaksi besar sehingga volume reaktor yang dibutuhkan makin kecil. Pada keadaan tertentu, misalkan pada kondisi reaksi Multi Fasa :  Laju perpindahan antar fasa lebih penting dibanding dengan kinetika reaksi.  Laju perpindahan massa umumnya lebih besar dalam fasa uap/gas. F. Katalis  Katalis adalah “ Suatu senyawa yang dapat mempercepat laju reaksi, namun jumlah dan komposisi katalis tak berubah selama reaksi “. Perancangan Proses 39
  • 40.  Untuk reaksi “Reversibel” katalis mempercepat reaksi tetapi tak merubah posisi keseimbangan.  Untuk reaksi ganda, pengaruh katalis berbeda-beda terhadap kecepatan berbagai reaksi sehingga katalis berpengaruh terhadap selektivitas reaksi-reaksi ganda. Proses katalitik ada 2 macam : 1. Homogeneous Catalyst Memakai katalis homogen reaksi berlangsung pada fase cair/uap. Katalis dapat merubah mekanisme reaksi, dengan cara ikut terlibat dalam reaksi, namun dapat diregenerasi pada tahap berikutnya. Contoh : “ Reaksi Katalitik Homogen “, Pembuatan Acetic Anhydrit dari Asam Asetat dengan katalis Tri Ethyl Phospat. CH3 COOH CH2 = C = O + H2O Acetat Acid Ketone Air Prosesnya adalah “ Proses Pirolisis “ Perancangan Proses 40
  • 41. 2. Katalis Heterogen Umumnya katalis berupa padatan dan berpori reaksinya pada fase cair/gas. Katalis padatan ada 2 macam : a) Bulk Katalitik Material : komposisi tidak berubah banyak diseluruh bagian bahan. Misalnya : Platinum b) Supperted catalyst : bahan katalis yang aktif di dispersikan pada bahan yang porous. Laju reaksi katalis heterogen fase gas, dipengaruhi oleh luas efektif katalis , Tekanan dan Suhu. Reaksi katalitik Heterogen fase gas, dikendalikan oleh Proses Difusi (pada suhu tinggi) dan reaksi kimia (pada suhu rendah). Perancangan Proses 41
  • 42. Contoh Soal : Akan diproduksi “ Mono Ethanol Amine (MEA) “ melalui : H2 C – C H2 + N H3 N H2 C H2 C H2 OH O M E A Ethylene Oxide Terdapat 2 reaksi sekunder : N H2 CH2 CH2 OH + H2C – CH2 NH (CH2 CH2 OH)2 MEA O DEA N H2 CH2 CH2 OH + H2C – CH2 N (CH3 CH2 OH)3 DEA O TEA Buat Pilihan awal untuk Reaktor ? Perancangan Proses 42
  • 43. Jawaban : 1. Pilihan Konversi Reaksi :  Konversi tinggi dengan menaikkan konsentrasi MEAsehingga memperbesar kecepatan reaksi sekunder.  Konversi rendah, akan memperkecil beaya perancangan reaktor.  Jadi dipilih Konversi 50 %. 2. Pilihan Type Reaktor : Untuk menghambat pembentukan DEA & TEA dipilih type reaktor yang memberikan waktu tinggal seragam, yaitu Reaktor Batch atau Plug Flow Reaktor 3. Pilihan Konsentrasi Feed : Reaksi Utama : r= k. Ca1 . Cb1 1 1 EO NH3 Reaksi Sekunder : r2 = k2 . CMEA a2 . CEO b2 r3 = k3 . CDEA a3 . CEO b3 Perancangan Proses 43
  • 44.  Operasi dengan Excess Amonia, akan memperbesar konsentrasi Amonia tetapi akan memperkecil konsentrasi EO. Sehingga pengaruh excess amonia terhadap persamaan laju reaksi utama bergantung pada nilai a1 & b1.  Operasi dengan Excess Amonia akan memperkecil konsentrasi MEA sehingga akan memperkecil laju reaksi kedua.  Jadi dipilih Operasi dengan Excess amonia. Pada kenyataannya, mol ratio Amonia terhadap EO sebesar 10 : 1 , yang menghasilkan : 75 % MEA ; 21 % DEA & 4 % TEA. Sedangkan Operasi pada Equimolar, menghasilkan : 12 % MEA ; 23 % DEA ; 65 % TEA. Perancangan Proses 44
  • 45. CARA MEMILIH REAKTOR SECARA CEPAT 1. Stirred Tank Reactor  Reaksi Homogen Fase cair  Reaksi Heterogen Gas – Liquid  Reaksi Heterogen Liquid – Liquid  Reaksi Heterogen Solid – Liquid  Reaksi Heterogen Gas – Solid – Liquid Operasi : Batch – Semi batch – Kontinue Catatan : o Untuk operasi secara Batch : operasi lebih flexibel untuk kapasiatas yang berubah-ubah atau untuk pembuatan berbagai jenis produk dan biaya produk lebih mahal. o Untuk operasi kontinue : pengendalian secara otomatis lebih sederhana & biaya produksi lebih murah. Perancangan Proses 45
  • 46. 2. Tubular Reactors Cocok untuk reaksi pada suhu & tekanan tinggi. 3. Fixed Bed Catalitic Reactors (untuk reaksi Heterogen). 4. Fixed Bed non Catalitic Reactors (untuk gas & solid). 5. Fluidized Bed catalitic Reactors (untuk laju perpindahan panas yang besar). 6. Fluidized Bed non Catalitic Reactors 7. Kiln. Perancangan Proses 46
  • 47. Feed Heating/Cooling Product Stirred Tank with External Heat Exchanger Perancangan Proses 47
  • 48. Perancangan Proses 48 Feed Heating/Cooling Product Stirred Tank with Internal Heat Exchanger
  • 49. Feed Heating/Cooling Product Stirred Tank with External Heat Exchanger Perancangan Proses 49
  • 50. Cooling Feed Product Stirred Tank with Reflux for Heat Removal Perancangan Proses 50
  • 51. PEMILIHAN SEPARTOR Persoalan “pemisahan” muncul setelah pilihan Reaktor ditetapkan. Proses pemisahan diperlukan untuk aliran Feed masuk / keluar Reaktor yang dapat berupa campuran Homogen/Heterogen.  Bila campuran Homogen, dilakukan dengan menambahkan/menciptakan fasa lain dalam sistem.  Bila campuran Heterogen, dapat langsung dipisahkan.  Pemisahan campuran heterogen harus dilakukan sebelum homogen. Macam – macam pemisahan campuran Heterogen : 1. Vapour – Liquid4. Solid - Liquid 2. Liquid – Liquid 5. Solid - Solid 3. Solid – Vapour Perancangan Proses 51
  • 52. A. Pemisahan Campuran Heterogen Metode : 1. Settling, Sedimentasi & Clarifier 2. Flotasi 3. Pemisahan Sentrifugal 4. Filtrasi 1. Settling, Sedimentasi & Clarifier  Proses Setling : Partikel-partikel dipisahkan dari fluida oleh gaya gravitasi yang bekerja pada partikel (partikel padat/tetesan cairan). Jenisnya : Flash Drum & Gravity - Settler Perancangan Proses 52
  • 53. Vapour Ligh Liquid V – L L - L Feed Feed Heave Liquid Liquid FLASH DRUM Gravity - Settler Perancangan Proses 53
  • 54. Fluid Fluid – Solid Feed ---------------------- Solid Gravity - Settler Perancangan Proses 54
  • 55.  Proses Sedimentasi : Suspensi partikel dalam liquid dipisahkan menjadi liquid bening dan slurry dengan kadar solid yang lebih tinggi. Macam – macam proses sedimentasi :  Menjernihkan liquid (memisahkan solid dan liquid) Alat : Clarifier & Sedimentation Tank  Memperbesar kadar solid dalam slurry Alat : Thickeners  Proses Clarifier : Pemisahan Solid – solid. Campuran solid – solid dipisahkan menurut ukuran dan densitasnya. Pada alat ini, campuran partikel di suspensi dalam fluida (liquid/gas). Alat ini terdiri dari tangki besar yang dibagi dalam beberapa bagian. Perancangan Proses 55
  • 56. Partikel besar/berat mengendap pada bagian yang dekat dengan lubang pemasukan , sedangkan partikel yang ringan akan mengendap pada bagian yang dekat dengan lubang keluar. Vapour-Solid Fluid Out or Liquid-Solid Feed Fine Particles Coarse Intermediate Particles Particles Perancangan Proses 56
  • 57. 2. Flotation Adalah : proses pemisahan gravitasi yang memanfaatkan perbedaan sifat permukaan partikel. BATUAN PENGHANCUR FLOTATION Senyawa kimia yang ditambahkan pada medium flotasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan proses flotasi : a. Modifier : untuk mengendalikan pH (misal : Asam, lime, NaOH) b. Collector : reagen yang tidak bisa tercampur dengan air (water repellent). Penambahan zat ini supaya partikel padat lebih mudah melekat pada gelembung gas dengan melapisi permukaan partikel padat dengan reagent. Perancangan Proses 57
  • 58. c. Activator : mengaktifkan permukaan partikel. d. Depresant : menurunkan daya lekat partikel. e. Frother : zat penimbul busa. 3. Pemisahan Sentrifugal Partikel yang akan dipisahkan dikenakan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh perputaran melalui suatu sumbu. Gaya sentrifugal ini jauh lebih besar dari gaya gravitasi . Proses ini digunakan bila perbedaan densitas zat yang akan dipisahkan relatif kecil. Jenis Alat :  Cyclone (pemisahan solid – gas ; solid – liquid)  Centrifuge (pemisahan Liquid – solid ; Liquid – Liquid) Perancangan Proses 58
  • 59. 4. Filtrasi Pada proses filtrasi, partikel padat yang tersuspensi dalam liquid atau gas dihilangkan dengan melewatkan campuran melalui medium berpori yang menahan partikel padat dan melewatkan fluidanya. Ada 2 macam : a. Cake Flitration : solid ditahan pada permukaan medium filter. Alat : Bag Filter ; Plate & Frame Filter ; Rotating Drum Filter ; Rotating Belt Filter. b. Depth Filtration : solid ditahan dalam medium filter. Alat : Deep Bed Filter ; Sand Filter. Perancangan Proses 59
  • 60. B. PEMISAHAN CAMPURAN HOMOGEN Beberapa proses pemisahan : 1. Distilasi 2. Absorpsi 3. Evaporasi 4. Dryer a. DISTILASI Keuntungan :  Kemampuan untuk menangani kapasitas dengan kisaran yang besar.  Kemampuan untuk menangani konsentrasi umpan dengan kisaran yang besar.  Kemampuan untuk menghasilkan produk dengan kemurnian yang tinggi Perancangan Proses 60
  • 61. Distilasi tidak cocok untuk kondisi :  Pemisahan bahan dengan BM yang rendah, dan akan lebih baik memakai proses Absorpsi, Adsorpsi, dan Membran gas separator .  Pemisahan bahan dengan BM tinggi & peka terhadap panas.  Pemisahan bahan dengan konsentrasi rendah. Alternatif pilihan memakai Absorpsi & Adsorpsi.  Pemisahan antar kelompok komponen (misal : pemisahan antara camp. Aromatik dengan Alifatik). Alternatif memakai Proses Ekstraksi.  Pemisahan komponen dengan nilai Relative Volatility (α) rendah atau mempunyai titik Azeotrop. Alternatif memakai Distilasi Azeotrop atau Kristalisasi dan Dryer. Perancangan Proses 61
  • 62.  Pemisahan camp.volatile dari suatu campuran tak volatile . Alternatif memakai Evaporasi dan Dryer.  Pemisahan campuran condensable & non condensable. Alternatif memakai kondensasi partial diikuti dengan pemisahan antar fasa. Pilihan – pilihan yang harus dilakukan pada perancangan kolom distilasi , meliputi :  Tekanan Operasi  Reflux ratio  Kondisi Termal Umpan Perancangan Proses 62
  • 63. Tekanan Operasi Bila P operasi makin besar :  Relative volatily turun, sehingga pemisahan semakin sulit.  Panas Laten penguapan turun, sehingga beban reboiler dan kondensor turun.  Densitas uap naik, sehingga diameter kolom distilasi makin kecil.  Suhu reboiler naik (batas max. suhu reboiler ditentukan pada suhu peruraian bahan).  Suhu kondensor naik. Perancangan Proses 63
  • 64. Reflux Ratio Untuk Reflux Ratio , terdapat Capital Energy Trade Off. Bila Reflux Ratio dinaikkan dari nilai Minimumnya, maka jumlah Plate makin sedikit, sehingga Capital Cost turun. Namun, Energy Cost (Utility Cost) naik karena beban Kondensor dan Reboiler naik. Bila meninjau kolom Distilasi sebagai unit tersendiri, maka :  R / Rmin yang Optimum adalah < 1,1. Namun sebagian besar perancang tidak memilih nilai < 1,1 dengan pertimbangan faktor keamanan perancangan. Perancangan Proses 64
  • 65.  Bila kolom Distilasi dipadukan dengan jaringan penukar panas , maka : R / Rmin yang optimum tidak sama dengan keadaan bila ditinjau dengan kolom distilasi sebagai unit tersendiri. Kondisi Termal Umpan Umpan yang makin dingin akan :  Memperkecil jumlah tray bagian Rectifying, tetapi memperbesar jumlah tray bagian stripping.  Memerlukan panas yang lebih besar pada Reboiler, namun pendinginan yang lebih sedikit dalam kondensor. Untuk umpan pemisah tertentu : kondisi termal umpan dapat di optimumkan. Namun hal ini dilakukan karena Heat Integration akan merubah kondisi optimal ini. Bisanya kondisi Termal umpan ditetapkan sebagai “ Liquid Jenuh “. Perancangan Proses 65
  • 66. DISTILASI CAMPURAN YANG MENUNJUKKAN SIFAT AZEOTROP atau RELATIVE VOLATILITY RENDAH Bila komponen kunci berat dan ringan membentuk Azeotrop, maka untuk pemisahannya tidak bisa dengan distilasi biasa. Ada beberapa pilihan cara untuk melakukan pemisahan campuran yang menunjukkan sifat-sifat azeotrop, yaitu : 1. Menggunakan kolom distilasi yang beroperasi pada tekanan yang berbeda. Cara ini dilakukan bila komposisi azeotrop berubah cukup berarti dengan perubahan tekanan. 2. Penambahan bahan dari luar ke dalam kolom distilasi untuk merubah (memperbesar) relative volatility komponen kunci.  Teknik ini berguna tak hanya bila campuran tak mungkin dipisahkan karena menunjukkan sifat-sifat azeotrop, juga campuran sulit dipisahkan karena relative volatility rendah. Perancangan Proses 66
  • 67. Teknik Distilasi ini dibagi 2 jenis, yaitu : 1. Distilasi Ekstraktif, bahan dari luar yang ditambahkan relative tak volatile dan disebut dengan SOLVEN. Dalam campuran ini solven dikeluarkan dari kolom bagian bawah dan tak membuat azeotrop dengan komponen manapun. 2. Distilasi Azeotrop, bahan dari luar yang ditambahkan relatif volatil dan disebut dengan ENTRAINER. Entrainer ini membentuk Low boiling binary azeotrop dengan salah satu komponen kunci atau membentuk ternary azeotrop dengan komponen kunci. Perancangan Proses 67
  • 68. b. ABSORPSI  Sebagai alternatif untuk distilasi bagimpemisahan bahan-bahan dengan BM rendah. Pada operasi Absorpsi, campuran gas dikontakkan dengan pelarut cair yang melarutkan satu atau lebih komponen-komponen dalam campuran gas.  Variabel yang penting dalam operasi Absorpsi : 1. Liquid Rate , faktor absorpsi komponen-i, {L/Ki V} menyatakan seberapa mudah komponen-i dapat terserap ke dalam fase liquid , berarti makin besar faktor absorpsi , jumlah plate makin kecil, namun beaya operasi makin besar. Faktor Absorpsi optimal antara 1,2 s/d 2,0 ( biasanya digunakan nilai 1,4 ). 2. Suhu , makin rendah suhu kelarutan solute makin besar. Hal ini sangat menguntungkan pada kondisi operasi Absorpsi. Perancangan Proses 68
  • 69. 3. Tekanan, makin besar tekanan kelarutan solute makin besar namun biaya operasional makin besar. C. EVAPORATORS Macamnya : Single Stage & Multi stage Ada 3 macam operasi untuk Multi Stage Evaporator 1. Operasi Forward – Feed  Pengaliran tanpa pompa  Dipilih bila produk pekat dan terurai pada suhu tinggi. 1. Operasi Backward – Feed • Dipakai untuk produk pekat & sangat viscous. • Pengaliran antar stage dengan pompa. Perancangan Proses 69
  • 70. 3. Operasi Paralel – Feed Digunakan apabila umpan dalam keadaan hampir jenuh atau bila dalam aliran produk mengandung kristal-kristal padat. Ada 3 derajat kebebasan dalam perancangan Evaporator 1. Level SUHU, dapat diubah dengan memanipulasi P operasi : P operasi rendah, suhu rendah ; P vacuum , stage 1 suhunya rendah dan stage 2 & 3 suhunya makin rendah. Batasan : P relatif kecil, tetapi hasil/produk masih bisa di embunkan dengan air biasa. 2. Beda suhu antar stage : dimanipulasi dengan luas perpindahan panas. 3. Aliran panas melalui system, dapat dimanipulasi dengan merubah jumlah stage. Perancangan Proses 70
  • 71. Catatan : a. Penurunan tekanan operasi akan menurunkan level suhu. b. Penurunan luas perpindahan panas , akan menaikkan beda suhu antar stage. c. Kenaikan jumlah stage akan menurunkan aliran panas melalui system. d. Derajat kebebasan yang paling penting adalah pemilihan jumlah stage. e. Bila jumlah stage makin banyak, capital cost makin besar, namun energy cost menurun. f. Tekanan operasi dipilih sehingga suhu uap pada stage terakhir lebih besar dari pada suhu air / udara ; dan suhu cairan pada stage dengan tekanan tertinggi adalah dibawah suhu steam (hal ini bila tak ada masalah pada peruraian produk). Perancangan Proses 71
  • 72. Bila terdapat masalah peruraian produk dan masalah fouling factor maka beda suhu harus disebar secara serba sama antara batas atas suhu dan batas bawah suhu. D. Dryers Ada 4 jenis pengering yang umum digunakan di Industri : 1. Tunnel Dryer 2. Rotary Dryer 3. Drum dryer 4. Spray Dryer Perancangan Proses 72

Editor's Notes

  1. penge