SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
PROPOSAL TUGAS AKHIR
STUDI KASUS TINJAUAN KEBOCORAN SISTEM KILN
TERHADAP HEAT LOSS DI PABRIK SEMEN
OLEH:
ZEFANYA MARANATHA MANGUNSONG
0620 4042 2906
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
2021
SHE INDUCTION - PT WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG TBK. 2
SAFETY MOMENT
SHE INDUCTION - PT WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG TBK. 3
TERTABRAK KENDARAAN
MATERIAL / MIXER
BAHAYA PENGGUNAAN
ALAT KERJA
TERSANDUNG KEJATUHAN MATERIAL
TERJATUH DARI
KETINGGIAN
BAHAYA LISTRIK DARI PANEL
DAN LISTRIK KERJA
TERPELESET DAN TERGELINCIR
BAHAYA & RISIKO
PEKERJAAN
SHE INDUCTION - PT WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG TBK. 4
POTENSI
KEADAAN DARURAT
GEMPA
BUMI HURU HARA KEBAKARAN BANJIR
Keadaan Darurat Gempa Bumi
• Tetap tenang
• Jangan berdiri di dekat kaca
• Berlindung di bawah Meja/ benda-benda yang kokoh
• Gunakan benda / alat yang dapat melindungi kepala dari kejatuhan benda
• Keluar dengan tenang sesuai jalur evakuasi yang sudah disebutkan
• Setelah berada di tempat aman hubungi CP yang sudah diberikan
Keadaan Darurat Kebakaran
• Tetap tenang
• Segera keluar dari ruangan
• Apabila banyak asap, keluar dengan merunduk/merangkak
• Keluar dengan tenang sesuai jalur evakuasi yang sudah disebutkan
• Setelah berada di tempat aman, hubungi CP yang sudah diberikan
Nomor Telepon Penting 7
Pendahulua
n
Produksi semen merupakan proses konversi
kimia bahan-bahan baku yang terjadi pada
rotary kiln pada suhu sangat tinggi (> 1.400
℃). Untuk memanaskan sampai suhu
sangat tinggi (> 1.400 ℃), biasanya
digunakan bahan bakar fosil padat
(batubara), cair (solar), atau bahan bakar
alternatif lainnya.
Banyak peralatan proses pembuatan
semen, seperti raw mill, kiln, alat pendingin
(cooler), yang bekerja dengan tekanan
vakum, berkisar dari 10 mmWG - 100
mmWG. Vacuum leak akan menyebabkan
udara lingkungan merembes ke dalam
perlengkapan proses, yang disebut juga
false air. Contoh vacuum leak dapat dilihat
pada gambar Berikut
Gambar
Vacuum Leak
Keretakan peralatan
menyebabkan infiltrasi
udara ke dalam sistem.
Penutup lubang kontrol
yang kurang sempurna
Pendahulua
n
Tingkat kebocoran udara vakum
yang dapat diterima pada proses
industri semen berkisar antara 8 –
10 %. Masuknya udara ambien
berlebih kedalam suatu sistem yang
mempunyai suhu lebih tinggi akan
mengurangi efisiensi termal dari
sistem tersebut, karena udara
ambien dengan temperatur lebih
rendah daripada temperatur sistem
yang masuk akan menurunkan
panas sistem. Sehingga untuk
menjaga suhu tetap pada suhu
standar, dibutuhkan lebih banyak
konsumsi bahan bakar.
Rumusan
Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas
pada studi kasus ini sebagai berikut:
• Bagaimana tingkat penggunaan
batubara akibat adanya heat loss
karena terdapat kebocoran yang
menyebabkan adanya false air
dibandingkan dengan penggunaan
batubara sesuai desain pabrik?
• Berapa kerugian baik penggunaan
batubara dan biaya (harga
batubara yang digunakan) yang
seharusnya tidak terjadi jika tidak
ada false air pada pabrik semen?
1
2
Tujuan Tujuan dari studi kasus ini adalah :
• Untuk melakukan perhitungan
efisiensi energi dengan
mengurangi false air yang akan
mampu menguragi konsumsi
bahan bakar pada industri
semen.
• Menghitung kerugian yang
diakibatkan oleh false air pada
pabrik semen.
1
2
Manfaat • Manfaat yang diharapkan dari studi kasus
ini adalah :
• Bagi Industri
Sebagai rekomendasi perbaikan
dan pengendalian false air yang
ditimbulkan akibat kebocoran-kebocoran
pada pabrik semen.
• Bagi Institusi
Sebagai hasil terapan pembelajaran
yang telah diperoleh selama pendidikan
tentang produksi bersih khususnya pada
indsuri persemenan.
• Bagi Pengembangan Ilmiah
Sebagai pengetahuan serta
wawasan mengenai produksi bersih
khususnya pada industri persemenan.
1
2
3
Relevansi • Keterkaitan studi kasus
terhadap bidang keilmuan
Teknologi Kimia Industri yang
terdapat dalam proposal tugas
akhir yaitu studi kasus false air
pada sistem produksi semen
yang berhubungan dengan mata
kuliah “Pengendalian
Pencemaran, Kimia Fisika,
Satuan Operasi, Satuan Proses
dan Produksi Bersih serta Unit
Utilitas”.
Sekilas
Perusahaan
1
2
4
PT Kunango Jantan menerapkan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) guna
untuk keselamatan siapapun yang berada
dilingkungan kerja perusahaan. Dan dilakukan
secara berkelanjutan dengan cara :
Menerapkan sistem menejemen keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3).
Mengidentifikasi kesehatan kerja dan risiko
keselamatan kerja serta pesyaratan hukum dari
pemerintah Indonesia.
Mensosialisasikin K3 kepada seluruh karyawan,
rekanan dan pihak-pihak terkait.
Melakukan evaluasi dan tinjauan terhadap
kinerja dan kesesuaian K3.
Menciptakan lingkungan kerja yang selamat dan
sehat.
5
3
Tinjauan
Pustaka
Semen
Semen merupakan perekat hidraulik yang memiliki unsur-
unsur utama klinker (campuran antara C3S, C2S, C4AF, dan
C3A) dan gypsum (CaSO4. 2H2O). Klinker dibuat dengan
bahan baku utama batu kapur (limestone sekitar 70% –
90%), tanah liat (clay sekitar 10% – 30%), dan sisanya
adalah bahan koreksi (0 – 10%).
Pada mulanya semen digunakan orang-orang Mesir Kuno
untuk membangun piramida yaitu sejak abad ke-5 dimana
batu batanya satu sama lain terikat kuat dan tahan
terhadap cuaca selama berabad-abad. Bahan pengikat ini
ditemukan sejak manusia mengenal api karena mereka
membuat api di gua-gua dan bila api kena atap gua maka
akan rontok berbentuk serbuk. Serbuk ini bila kena hujan
menjadi keras dan mengikat batu-batuan disekitarnya dan
dikenal orang sebagai batu Masonrym (Baradja, 1990).
Tinjauan
Pustaka
Aspek Kimia, Fisika ,
Mineral dan Energi
Pada Proses
Pembakaran Klinker
Untuk memproduksi klinker semen, bahan baku (raw meal)
seperti batu kapur (lime stone), batu silika (silica stone) dan
tanah liat (clay) harus dipanaskan sampai ±1450 ℃
sehingga dapat terjadi proses klinkerisasi.
Proses kimia fisika penting yang terjadi selama
pembakaran adalah dehidrasi mineral tanah liat,
dekarbonisasi senyawa karbonat (kalsinasi), reaksi pada
fasa padat, reaksi pada fasa cair dan kristalisasi.
Perubahan bentuk kimia selama proses pembakaran
ditujukkan pada tabel berikut:
Tinjauan
Pustaka
Aspek Kimia, Fisika ,
Mineral dan Energi
Pada Proses
Pembakaran Klinker
Temp, C Proses Reaksi Kimia
 100 pelepasan air bebas
100 – 400 pelepasan air terikat
400 – 750 Dekomposisi tanah liat Al4(OH)8Si4O10 
2 (Al2O3.2SiO2) + 4H2O
600 – 900 Dekomposisi metakaolin membentuk
campuran oksida yang reaktif
Al2O3.2SiO2  Al2O3 + 2SiO2
600 – 1000 Dekomposisi limestone dan
pembentukan CS dan CA
CaCO3  CaO + CO2
3 CaO + 2SiO2 + Al2O3 
2CS + CA
800 – 1300 reaksi lime dengan CS dan CA serta
pembentukan C4AF
CS + C  C2S
2C + S  C2S
CA + 2C  C3A
CA + 3C + F  C4AF
1250 –1450 reaksi lanjut lime dengan C2S C2S + C  C3S
1450 - 100 Pendinginan klinker di cooler
Table Perubahan bentuk kimia selama proses pembakaran
Tinjauan
Pustaka
Aspek Kimia, Fisika ,
Mineral dan Energi
Pada Proses
Pembakaran Klinker
Apabila ditinjau dari segi energi proses, secara teoritis
energi yang dibutuhkan dalam proses produksi klinker
dapat diuraikan sebagai berikut:
Proses Kkal/kh clinker
Evaporasi combined water + 20
Dekomposisi material clay + 35
Dekomposisi karbonat + 475
Panas pembentukan klinker - 130
Panas zat yang bisa terbakar dalam rawmeal - 15
Total panas reaksi + 385
Tabel energi atau panas reaksi proses produksi klinker
Tinjauan
Pustaka
System Kiln
Combustion gas
1
2
3
4
Notation:
1. Top Cyclone
2. Second Cyclone
3. Third Cyclone
4. The lowest cyclone
Kiln
Rawmix
Gas & dust
Gas & Non-separated Rawmix
Fresh Feed
Rawmix inside of the kiln
Fresh Feed
Notation:
1. Top Cyclone
2. Second Cyclone
3. Third Cyclone
4. The lowest cyclone
5. Calciner
Rawmix
1
2
3
4 Hot Air from Cooler
Rawmix inside of the kiln
Combustion gas
Kiln
5
Tinjauan
Pustaka
Suspension
Preheater
Suspension preheater adalah salah satu peralatan produksi
untuk memanaskan awal bahan baku (raw meall) sebelum
masuk ke dalam rotary kiln.
Combustion gas
1
2
3
4
Notation:
1. Top Cyclone
2. Second Cyclone
3. Third Cyclone
4. The lowest cyclone
Kiln
Rawmix
Gas & dust
Gas & Non-separated Rawmix
Fresh Feed
Rawmix inside of the kiln
Fresh Feed
Notation:
1. Top Cyclone
2. Second Cyclone
3. Third Cyclone
4. The lowest cyclone
5. Calciner
Rawmix
1
2
3
4 Hot Air from Cooler
Rawmix inside of the kiln
Combustion gas
Kiln
5
Suspension preheater terdiri dari
beberapa siklon untuk memisahkan
bahan baku dari gas pembawanya,
riser duct yang berfungsi sebagai
tempat terjadinya pemanasan bahan
baku (karena hampir 80% - 90%), dan
kalsiner untuk sistem-sistem dengan
proses prekalsinasi yang diawali di SP
(suspension preheater) ini.
Suspension Preheater tanpa Kalsiner
Tinjauan
Pustaka
Suspension
Preheater
Combustion gas
1
2
3
4
Notation:
1. Top Cyclone
2. Second Cyclone
3. Third Cyclone
4. The lowest cyclone
Kiln
Rawmix
Gas & dust
Gas & Non-separated Rawmix
Fresh Feed
Rawmix inside of the kiln
Fresh Feed
Notation:
1. Top Cyclone
2. Second Cyclone
3. Third Cyclone
4. The lowest cyclone
5. Calciner
Rawmix
1
2
3
4 Hot Air from Cooler
Rawmix inside of the kiln
Combustion gas
Kiln
5
di dalam suspension
preheater proses
pemanasan ini dapat
dilanjutkan dengan
proses kalsinasi
sebagian dari bahan
baku, dengan
ditambahkan kalsiner
pada peralatan
suspension preheater
memungkinkan
ditambahkan bahan
bakar dan udara untuk
memenuhi kebutuhan
energi yang diperlukan
untuk proses kalsinasi
tersebut
Suspension Preheater dengan Kalsiner
Tinjauan
Pustaka
Suspension
Preheater
Perbedaan utama kedua sistem preheater di atas adalah
persentase proses kalsinasi raw mix yang terjadi. Pada
suspension preheater tanpa kalsiner persentase proses
kalsinasi lebih kecil dibandingkan dengan yang terjadi di
dalam suspension preheater dengan kalsiner. Pada
suspension preheater dengan kalsiner ini, derajat kalsinasi
raw mix (persentase bahan baku yang telah mengalami
proses kalsinasi) pada saat masuk ke kiln dapat mencapai
90 - 95 %. Sedangkan pada suspension preheater tanpa
kalsiner, menurut hasil penelitian selama ini (ISBI, 1995)
Tinjauan
Pustaka
Rotary Kiln
Kiln berputar (rotary kiln) adalah peralatan utama di
seluruh unit pabrik semen, karena di dalam kiln akan
terjadi semua proses kimia pembentukan klinker dari
bahan baku (raw mix). Secara garis besar, di dalam kiln
terbagi menjadi 3 zona yaitu zona kalsinasi, zona transisi,
dan zona sintering (klinkerisasi). Perkembangan teknologi
mengakibatkan sebagian zona kalsinasi dipindahkan ke
suspension preheater dan kalsiner, sehingga proses yang
terjadi di dalam kiln lebih efektif ditinjau dari segi konsumsi
panasnya.
Peralatan utama kiln, selain shell kiln itu sendiri adalah
burner dan batu tahan api (refractory). Bentuk api yang
dihasilkan oleh proses pembakaran sangat menentukan
proses perpindahan panas yang terjadi dan pada akhirnya
akan mementukan kualitas klinker. Sedangkan bata tahan
api selain berfungsi untuk melindungi shell kiln dan
mengurangi panas yang mengalir ke lingkungan juga
berpengaruh terhadap pembentukan coating.
Tinjauan
Pustaka
Rotary Kiln
Waktu Tinggal Material di Kiln
Waktu retensi material dalam dry rotary kiln dapat
ditentukan dengan rumus:
dengan:
t = Waktu tinggal material [min]
L = Panjang tungku [m]
θ = Sudut istirahat material [°], (di sini 35-40 °)
v = Kemiringan tungku dalam derajat [°], (biasanya 2-3°)
d = Diameter dalam kiln dalam meter [m]
rpm = Jumlah putaran kiln per menit [rpm]
F= Faktor, yang sama dengan 1, jika kiln memiliki diameter
konstan [-]
(Sumber: Holcim, 2004)
Tinjauan
Pustaka
Rotary Kiln
Loss Factor Pada Sistem Kiln
Faktor-faktor kerugian pada sistem kiln dapat dilihat pada
gambar dibawah ini: (Holcim, 2004)
Gambar Faktor-Faktor Kerugian (loss) Pada Sistem Kiln
Tinjauan
Pustaka
Proses
Pembakaran
Oksigen dengan jumlah cukup diperlukan untuk pembakaran
yang sempurna. Untuk menentukan jumlah udara yang diperlukan
pada pembakaran dapat dihitung setelah mengetahui jumlah
komponen yang dapat dibakar di dalam bahan bakar. untuk
menentukan udara pembakaran digunakan parameter kadar
oksigen dari gas hasil pembakaran sebagai parameter pengendali
proses pembakaran. Pada operasi yang baik kadar oksigen dalam
gas buang ini berkisar 0,7 - 3,5 % (udara berlebih berkisar 8 - 19
%), dengan kadar optimum 1,0 - 1,5 % (ISBI, 1995). Jika kadar
oksigen ini terlalu rendah maka pembakarannya tidak sempurna
sehingga akan terbentuk CO (panas pembakaran yang dihasilkan
baru sekitar 2400 kcal/kg℃ ; sedangkan bila terbakar sempurna
akan terbentuk CO2 dengan panas pembakaran sekitar 8100
kcal/kg℃). oleh karena itu semakin tinggi kadar CO pada gas
buang berarti kerugian energi pembakaran terjadi lebih banyak (di
mana panas pembakarannya rendah) selain itu CO ini berbahaya
pada proses di electrostatic precipitator, yaitu dapat
menyebabkan terjadinya ledakan.
Tinjauan
Pustaka
Proses
Pembakaran
Pada kondisi reduksi (kekurangan oksigen), C4AF bisa terurai
menjadi C3A yang mempengaruhi kualitas semen, selain itu batu
tahan api juga bisa mengalami reduksi sehingga magnesite akan
kehilangan kuat tariknya dan coating akan lepas. Klinker yang
dihasilkan pada kondisi reduksi mempunyai kuat tekan yang
rendah. Kadar oksigen yang terlalu tinggi mengindikasikan udara
pembakaran yang terlalu banyak sehingga panas yang terbuang
(untuk memanaskan kelebihan udara yang tidak dipakai pada
proses pembakaran) juga akan banyak dan tidak efisien.
Alat analisis kadar oksigen ini biasanya paling sedikit
ditempatkan di dua lokasi, yaitu di inlet kiln dan top
cyclone. Posisi di inlet kiln untuk mendeteksi kondisi
pembakaran di kiln secara langsung sedang yang di top
cyclone selain mendeteksi kondisi pembakaran di kalsiner
juga untuk mendeteksi adanya false air di sistem preheater
dengan membandingkan kadar oksigen di inlet kiln dengan
top cyclone. False air yang besar akan mengurangi jumlah
panas yang seharusnya digunakan untuk memanaskan raw
mix pada proses perpindahan panas yang terjadi di
suspension preheater dan kalsiner. (inhouse training PT
Semen Padang oleh ISBI)
Metodologi
Sumber dan
Pengumpulan Data
Dalam hal ini sumber data yang diperoleh diambil dari data
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita
butuhkan.
Data sekunder dan studi literatur dikumpulkan sebagai
pendukung dalam penyelesaian studi kasus ini. Metode ini
berdasarkan pengumpulan data teknis dan operasional dari
industri. Sedangkan studi pustaka yaitu dengan mencari
informasi berupa pengumpulan data mengenai desain
pabrik semen. Informasi tersebut dapat diperoleh dari data
pabrik, jurnal maupun laporan mengenai analisis false air
yang pernah terjadi. Data-data tersebut antara lain sebagai
berikut :
a. Kondisi operasi kiln dan suspension preheater yaitu laju
produksi, tekanan top cyclone, tekanan inlet kiln dan
tekanan outlet kiln.
b. Data hasil pengukuran beda tekanan pada masing-
masing titik pengukuran (top cyclone, inlet kiln dan outlet
kiln).
c. Data desain pabrik.
Metodologi
Metode Analisis
Data
Analisis yang digunakan pada studi kasus ini yaitu analisis
deskriptif dan interpretasi. Analisis deskritif yakni
menghubung-hubungkan antara data yang satu dengan
data yang lainnya, kemudian menarik kesimpulan dari data-
data tersebut sehingga diperoleh gambaran secara utuh
studi kasus yang dilakukan secara mendalam mengenai
heat loss yang terjadi ketika terjadi kebocoran pada sistem
kiln. Sedangkan analisis interpretasi yaitu dengan
menyajikan data-data kondisi operasi dan hasil uji kualitas
ke dalam bentuk diagram atau grafik, kemudian
menentukan hubungan serta kondisi optimum yang dicapai.
Dalam studi kasus ini, data-data yang perlu diambil dan
diamati untuk didapatkan perhitungan yang diharapkan
antara lain:
1. Tekanan pada top suspenssion preheater.
2. Tekanan pada inlet kiln.
3. Tekanan pada outlet kiln.
4. Laju umpan kiln (raw meal) yang akan dibakar didalam
kiln.
5. Laju udara dan kandungan oksigen yang masuk kedalam
kiln melalui cooler.
6. Laju batubara yang diumpankan kedalam kiln.
7. Temperatur dalam kiln.
Metodologi
Metode Analisis
Data
Dari data yang didapat, dapat digunakan untuk menghitung
neraca masa, neraca energi dan efisiensi kiln serta
mengetahui tingkat kebocoran (false air) pada sistem kiln
dan mengetahui tingkat kerugian material yang diakibatkan
karena adanya kebocoran pada kiln.
Sistem Kiln
False air
20%
Inlet
100%
Outlet
120%
Laju false air
𝐹𝐴 = 100 𝑥 (
21−𝑂2 𝑖𝑛
21− 𝑂2 𝑜𝑢𝑡
− 1) [%]
Total laju alir udara / gas
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑖𝑛 𝑥
21 − 𝑂2 𝑖𝑛
21 − 𝑂2 𝑜𝑢𝑡
𝑚3
ℎ
𝑁𝑚3
ℎ
Dimana:
O2 = Oxygen Content
FA = False air rate
Vin = Laju alir gas masuk
Vout = Laju alir gas keluar
TERIMAKASIH
1
Know the safety
zone
2
Move quickly and
quietly to the
safety zone
32

More Related Content

Similar to KILN HEAT LOSS

Kurita-CWS-Artas Heat Treatment.ppt
Kurita-CWS-Artas Heat Treatment.pptKurita-CWS-Artas Heat Treatment.ppt
Kurita-CWS-Artas Heat Treatment.pptbimbrembo1
 
Pengertian boiler tungku furnace
Pengertian boiler tungku furnace Pengertian boiler tungku furnace
Pengertian boiler tungku furnace distributor boiler
 
pengelolaan_lingkungan.ppt
pengelolaan_lingkungan.pptpengelolaan_lingkungan.ppt
pengelolaan_lingkungan.pptFakhrulRozi26
 
Boiler_terorical basic of steam generator and aplication
Boiler_terorical basic of steam generator and aplicationBoiler_terorical basic of steam generator and aplication
Boiler_terorical basic of steam generator and aplicationDANANG AJI PURWANTORO
 
Konsep desain dan keselamatan htr module
Konsep desain dan keselamatan htr moduleKonsep desain dan keselamatan htr module
Konsep desain dan keselamatan htr moduleTopan Setiadipura
 
Perencanaan Pertambangan dan Ventilasi metode longwall
Perencanaan Pertambangan dan Ventilasi metode longwallPerencanaan Pertambangan dan Ventilasi metode longwall
Perencanaan Pertambangan dan Ventilasi metode longwallFathur Rozaq
 
PROTEKSI KATODIK - Kelompok 4.pptx
PROTEKSI KATODIK - Kelompok 4.pptxPROTEKSI KATODIK - Kelompok 4.pptx
PROTEKSI KATODIK - Kelompok 4.pptxshofirazuhrah1
 
Aziz_Insenerasi.pptx
Aziz_Insenerasi.pptxAziz_Insenerasi.pptx
Aziz_Insenerasi.pptxMulya33
 
PENGUJIAN BAHAN ISOLASI KERAMIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS DENGAN MENGGUNAKAN E...
PENGUJIAN BAHAN ISOLASI KERAMIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS DENGAN MENGGUNAKAN E...PENGUJIAN BAHAN ISOLASI KERAMIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS DENGAN MENGGUNAKAN E...
PENGUJIAN BAHAN ISOLASI KERAMIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS DENGAN MENGGUNAKAN E...Ahmad Zailani
 
Pengelolaan_Limbah_Gas_Industri.pptx
Pengelolaan_Limbah_Gas_Industri.pptxPengelolaan_Limbah_Gas_Industri.pptx
Pengelolaan_Limbah_Gas_Industri.pptxAlfiyanDwiDarmawan1
 
Proses industri kimia ammonia
Proses industri kimia ammoniaProses industri kimia ammonia
Proses industri kimia ammoniaEria Harini
 
K3 PESAWAT UAP INDONESIA.pdf
K3 PESAWAT UAP INDONESIA.pdfK3 PESAWAT UAP INDONESIA.pdf
K3 PESAWAT UAP INDONESIA.pdfssuser667e661
 
2 keselamatan kerja di pengecoran logam
2 keselamatan kerja di pengecoran logam2 keselamatan kerja di pengecoran logam
2 keselamatan kerja di pengecoran logamYudi Hartono
 

Similar to KILN HEAT LOSS (20)

Pert 1 sp 7.ppt
Pert 1 sp 7.pptPert 1 sp 7.ppt
Pert 1 sp 7.ppt
 
Kurita-CWS-Artas Heat Treatment.ppt
Kurita-CWS-Artas Heat Treatment.pptKurita-CWS-Artas Heat Treatment.ppt
Kurita-CWS-Artas Heat Treatment.ppt
 
perancangan proses kimia
perancangan proses kimiaperancangan proses kimia
perancangan proses kimia
 
Pengertian boiler tungku furnace
Pengertian boiler tungku furnace Pengertian boiler tungku furnace
Pengertian boiler tungku furnace
 
pengelolaan_lingkungan.ppt
pengelolaan_lingkungan.pptpengelolaan_lingkungan.ppt
pengelolaan_lingkungan.ppt
 
Pompa teco
Pompa tecoPompa teco
Pompa teco
 
Boiler_terorical basic of steam generator and aplication
Boiler_terorical basic of steam generator and aplicationBoiler_terorical basic of steam generator and aplication
Boiler_terorical basic of steam generator and aplication
 
Konsep desain dan keselamatan htr module
Konsep desain dan keselamatan htr moduleKonsep desain dan keselamatan htr module
Konsep desain dan keselamatan htr module
 
Perencanaan Pertambangan dan Ventilasi metode longwall
Perencanaan Pertambangan dan Ventilasi metode longwallPerencanaan Pertambangan dan Ventilasi metode longwall
Perencanaan Pertambangan dan Ventilasi metode longwall
 
PROTEKSI KATODIK - Kelompok 4.pptx
PROTEKSI KATODIK - Kelompok 4.pptxPROTEKSI KATODIK - Kelompok 4.pptx
PROTEKSI KATODIK - Kelompok 4.pptx
 
Aziz_Insenerasi.pptx
Aziz_Insenerasi.pptxAziz_Insenerasi.pptx
Aziz_Insenerasi.pptx
 
PENGUJIAN BAHAN ISOLASI KERAMIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS DENGAN MENGGUNAKAN E...
PENGUJIAN BAHAN ISOLASI KERAMIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS DENGAN MENGGUNAKAN E...PENGUJIAN BAHAN ISOLASI KERAMIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS DENGAN MENGGUNAKAN E...
PENGUJIAN BAHAN ISOLASI KERAMIK TERHADAP TEGANGAN TEMBUS DENGAN MENGGUNAKAN E...
 
Styrene Monomer
Styrene MonomerStyrene Monomer
Styrene Monomer
 
Pengelolaan_Limbah_Gas_Industri.pptx
Pengelolaan_Limbah_Gas_Industri.pptxPengelolaan_Limbah_Gas_Industri.pptx
Pengelolaan_Limbah_Gas_Industri.pptx
 
Proses industri kimia ammonia
Proses industri kimia ammoniaProses industri kimia ammonia
Proses industri kimia ammonia
 
Anggi
AnggiAnggi
Anggi
 
K3 PESAWAT UAP INDONESIA.pdf
K3 PESAWAT UAP INDONESIA.pdfK3 PESAWAT UAP INDONESIA.pdf
K3 PESAWAT UAP INDONESIA.pdf
 
Kimia karbon, Analis Kesehatan B
Kimia karbon, Analis Kesehatan BKimia karbon, Analis Kesehatan B
Kimia karbon, Analis Kesehatan B
 
Velg racing
Velg racingVelg racing
Velg racing
 
2 keselamatan kerja di pengecoran logam
2 keselamatan kerja di pengecoran logam2 keselamatan kerja di pengecoran logam
2 keselamatan kerja di pengecoran logam
 

KILN HEAT LOSS

  • 1. PROPOSAL TUGAS AKHIR STUDI KASUS TINJAUAN KEBOCORAN SISTEM KILN TERHADAP HEAT LOSS DI PABRIK SEMEN OLEH: ZEFANYA MARANATHA MANGUNSONG 0620 4042 2906 POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG 2021
  • 2. SHE INDUCTION - PT WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG TBK. 2 SAFETY MOMENT
  • 3. SHE INDUCTION - PT WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG TBK. 3 TERTABRAK KENDARAAN MATERIAL / MIXER BAHAYA PENGGUNAAN ALAT KERJA TERSANDUNG KEJATUHAN MATERIAL TERJATUH DARI KETINGGIAN BAHAYA LISTRIK DARI PANEL DAN LISTRIK KERJA TERPELESET DAN TERGELINCIR BAHAYA & RISIKO PEKERJAAN
  • 4. SHE INDUCTION - PT WIJAYA KARYA BANGUNAN GEDUNG TBK. 4 POTENSI KEADAAN DARURAT GEMPA BUMI HURU HARA KEBAKARAN BANJIR
  • 5. Keadaan Darurat Gempa Bumi • Tetap tenang • Jangan berdiri di dekat kaca • Berlindung di bawah Meja/ benda-benda yang kokoh • Gunakan benda / alat yang dapat melindungi kepala dari kejatuhan benda • Keluar dengan tenang sesuai jalur evakuasi yang sudah disebutkan • Setelah berada di tempat aman hubungi CP yang sudah diberikan
  • 6. Keadaan Darurat Kebakaran • Tetap tenang • Segera keluar dari ruangan • Apabila banyak asap, keluar dengan merunduk/merangkak • Keluar dengan tenang sesuai jalur evakuasi yang sudah disebutkan • Setelah berada di tempat aman, hubungi CP yang sudah diberikan
  • 8. Pendahulua n Produksi semen merupakan proses konversi kimia bahan-bahan baku yang terjadi pada rotary kiln pada suhu sangat tinggi (> 1.400 ℃). Untuk memanaskan sampai suhu sangat tinggi (> 1.400 ℃), biasanya digunakan bahan bakar fosil padat (batubara), cair (solar), atau bahan bakar alternatif lainnya. Banyak peralatan proses pembuatan semen, seperti raw mill, kiln, alat pendingin (cooler), yang bekerja dengan tekanan vakum, berkisar dari 10 mmWG - 100 mmWG. Vacuum leak akan menyebabkan udara lingkungan merembes ke dalam perlengkapan proses, yang disebut juga false air. Contoh vacuum leak dapat dilihat pada gambar Berikut
  • 9. Gambar Vacuum Leak Keretakan peralatan menyebabkan infiltrasi udara ke dalam sistem. Penutup lubang kontrol yang kurang sempurna
  • 10. Pendahulua n Tingkat kebocoran udara vakum yang dapat diterima pada proses industri semen berkisar antara 8 – 10 %. Masuknya udara ambien berlebih kedalam suatu sistem yang mempunyai suhu lebih tinggi akan mengurangi efisiensi termal dari sistem tersebut, karena udara ambien dengan temperatur lebih rendah daripada temperatur sistem yang masuk akan menurunkan panas sistem. Sehingga untuk menjaga suhu tetap pada suhu standar, dibutuhkan lebih banyak konsumsi bahan bakar.
  • 11. Rumusan Masalah Adapun masalah yang akan dibahas pada studi kasus ini sebagai berikut: • Bagaimana tingkat penggunaan batubara akibat adanya heat loss karena terdapat kebocoran yang menyebabkan adanya false air dibandingkan dengan penggunaan batubara sesuai desain pabrik? • Berapa kerugian baik penggunaan batubara dan biaya (harga batubara yang digunakan) yang seharusnya tidak terjadi jika tidak ada false air pada pabrik semen? 1 2
  • 12. Tujuan Tujuan dari studi kasus ini adalah : • Untuk melakukan perhitungan efisiensi energi dengan mengurangi false air yang akan mampu menguragi konsumsi bahan bakar pada industri semen. • Menghitung kerugian yang diakibatkan oleh false air pada pabrik semen. 1 2
  • 13. Manfaat • Manfaat yang diharapkan dari studi kasus ini adalah : • Bagi Industri Sebagai rekomendasi perbaikan dan pengendalian false air yang ditimbulkan akibat kebocoran-kebocoran pada pabrik semen. • Bagi Institusi Sebagai hasil terapan pembelajaran yang telah diperoleh selama pendidikan tentang produksi bersih khususnya pada indsuri persemenan. • Bagi Pengembangan Ilmiah Sebagai pengetahuan serta wawasan mengenai produksi bersih khususnya pada industri persemenan. 1 2 3
  • 14. Relevansi • Keterkaitan studi kasus terhadap bidang keilmuan Teknologi Kimia Industri yang terdapat dalam proposal tugas akhir yaitu studi kasus false air pada sistem produksi semen yang berhubungan dengan mata kuliah “Pengendalian Pencemaran, Kimia Fisika, Satuan Operasi, Satuan Proses dan Produksi Bersih serta Unit Utilitas”.
  • 15. Sekilas Perusahaan 1 2 4 PT Kunango Jantan menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) guna untuk keselamatan siapapun yang berada dilingkungan kerja perusahaan. Dan dilakukan secara berkelanjutan dengan cara : Menerapkan sistem menejemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Mengidentifikasi kesehatan kerja dan risiko keselamatan kerja serta pesyaratan hukum dari pemerintah Indonesia. Mensosialisasikin K3 kepada seluruh karyawan, rekanan dan pihak-pihak terkait. Melakukan evaluasi dan tinjauan terhadap kinerja dan kesesuaian K3. Menciptakan lingkungan kerja yang selamat dan sehat. 5 3
  • 16. Tinjauan Pustaka Semen Semen merupakan perekat hidraulik yang memiliki unsur- unsur utama klinker (campuran antara C3S, C2S, C4AF, dan C3A) dan gypsum (CaSO4. 2H2O). Klinker dibuat dengan bahan baku utama batu kapur (limestone sekitar 70% – 90%), tanah liat (clay sekitar 10% – 30%), dan sisanya adalah bahan koreksi (0 – 10%). Pada mulanya semen digunakan orang-orang Mesir Kuno untuk membangun piramida yaitu sejak abad ke-5 dimana batu batanya satu sama lain terikat kuat dan tahan terhadap cuaca selama berabad-abad. Bahan pengikat ini ditemukan sejak manusia mengenal api karena mereka membuat api di gua-gua dan bila api kena atap gua maka akan rontok berbentuk serbuk. Serbuk ini bila kena hujan menjadi keras dan mengikat batu-batuan disekitarnya dan dikenal orang sebagai batu Masonrym (Baradja, 1990).
  • 17. Tinjauan Pustaka Aspek Kimia, Fisika , Mineral dan Energi Pada Proses Pembakaran Klinker Untuk memproduksi klinker semen, bahan baku (raw meal) seperti batu kapur (lime stone), batu silika (silica stone) dan tanah liat (clay) harus dipanaskan sampai ±1450 ℃ sehingga dapat terjadi proses klinkerisasi. Proses kimia fisika penting yang terjadi selama pembakaran adalah dehidrasi mineral tanah liat, dekarbonisasi senyawa karbonat (kalsinasi), reaksi pada fasa padat, reaksi pada fasa cair dan kristalisasi. Perubahan bentuk kimia selama proses pembakaran ditujukkan pada tabel berikut:
  • 18. Tinjauan Pustaka Aspek Kimia, Fisika , Mineral dan Energi Pada Proses Pembakaran Klinker Temp, C Proses Reaksi Kimia  100 pelepasan air bebas 100 – 400 pelepasan air terikat 400 – 750 Dekomposisi tanah liat Al4(OH)8Si4O10  2 (Al2O3.2SiO2) + 4H2O 600 – 900 Dekomposisi metakaolin membentuk campuran oksida yang reaktif Al2O3.2SiO2  Al2O3 + 2SiO2 600 – 1000 Dekomposisi limestone dan pembentukan CS dan CA CaCO3  CaO + CO2 3 CaO + 2SiO2 + Al2O3  2CS + CA 800 – 1300 reaksi lime dengan CS dan CA serta pembentukan C4AF CS + C  C2S 2C + S  C2S CA + 2C  C3A CA + 3C + F  C4AF 1250 –1450 reaksi lanjut lime dengan C2S C2S + C  C3S 1450 - 100 Pendinginan klinker di cooler Table Perubahan bentuk kimia selama proses pembakaran
  • 19. Tinjauan Pustaka Aspek Kimia, Fisika , Mineral dan Energi Pada Proses Pembakaran Klinker Apabila ditinjau dari segi energi proses, secara teoritis energi yang dibutuhkan dalam proses produksi klinker dapat diuraikan sebagai berikut: Proses Kkal/kh clinker Evaporasi combined water + 20 Dekomposisi material clay + 35 Dekomposisi karbonat + 475 Panas pembentukan klinker - 130 Panas zat yang bisa terbakar dalam rawmeal - 15 Total panas reaksi + 385 Tabel energi atau panas reaksi proses produksi klinker
  • 20. Tinjauan Pustaka System Kiln Combustion gas 1 2 3 4 Notation: 1. Top Cyclone 2. Second Cyclone 3. Third Cyclone 4. The lowest cyclone Kiln Rawmix Gas & dust Gas & Non-separated Rawmix Fresh Feed Rawmix inside of the kiln Fresh Feed Notation: 1. Top Cyclone 2. Second Cyclone 3. Third Cyclone 4. The lowest cyclone 5. Calciner Rawmix 1 2 3 4 Hot Air from Cooler Rawmix inside of the kiln Combustion gas Kiln 5
  • 21. Tinjauan Pustaka Suspension Preheater Suspension preheater adalah salah satu peralatan produksi untuk memanaskan awal bahan baku (raw meall) sebelum masuk ke dalam rotary kiln. Combustion gas 1 2 3 4 Notation: 1. Top Cyclone 2. Second Cyclone 3. Third Cyclone 4. The lowest cyclone Kiln Rawmix Gas & dust Gas & Non-separated Rawmix Fresh Feed Rawmix inside of the kiln Fresh Feed Notation: 1. Top Cyclone 2. Second Cyclone 3. Third Cyclone 4. The lowest cyclone 5. Calciner Rawmix 1 2 3 4 Hot Air from Cooler Rawmix inside of the kiln Combustion gas Kiln 5 Suspension preheater terdiri dari beberapa siklon untuk memisahkan bahan baku dari gas pembawanya, riser duct yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pemanasan bahan baku (karena hampir 80% - 90%), dan kalsiner untuk sistem-sistem dengan proses prekalsinasi yang diawali di SP (suspension preheater) ini. Suspension Preheater tanpa Kalsiner
  • 22. Tinjauan Pustaka Suspension Preheater Combustion gas 1 2 3 4 Notation: 1. Top Cyclone 2. Second Cyclone 3. Third Cyclone 4. The lowest cyclone Kiln Rawmix Gas & dust Gas & Non-separated Rawmix Fresh Feed Rawmix inside of the kiln Fresh Feed Notation: 1. Top Cyclone 2. Second Cyclone 3. Third Cyclone 4. The lowest cyclone 5. Calciner Rawmix 1 2 3 4 Hot Air from Cooler Rawmix inside of the kiln Combustion gas Kiln 5 di dalam suspension preheater proses pemanasan ini dapat dilanjutkan dengan proses kalsinasi sebagian dari bahan baku, dengan ditambahkan kalsiner pada peralatan suspension preheater memungkinkan ditambahkan bahan bakar dan udara untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan untuk proses kalsinasi tersebut Suspension Preheater dengan Kalsiner
  • 23. Tinjauan Pustaka Suspension Preheater Perbedaan utama kedua sistem preheater di atas adalah persentase proses kalsinasi raw mix yang terjadi. Pada suspension preheater tanpa kalsiner persentase proses kalsinasi lebih kecil dibandingkan dengan yang terjadi di dalam suspension preheater dengan kalsiner. Pada suspension preheater dengan kalsiner ini, derajat kalsinasi raw mix (persentase bahan baku yang telah mengalami proses kalsinasi) pada saat masuk ke kiln dapat mencapai 90 - 95 %. Sedangkan pada suspension preheater tanpa kalsiner, menurut hasil penelitian selama ini (ISBI, 1995)
  • 24. Tinjauan Pustaka Rotary Kiln Kiln berputar (rotary kiln) adalah peralatan utama di seluruh unit pabrik semen, karena di dalam kiln akan terjadi semua proses kimia pembentukan klinker dari bahan baku (raw mix). Secara garis besar, di dalam kiln terbagi menjadi 3 zona yaitu zona kalsinasi, zona transisi, dan zona sintering (klinkerisasi). Perkembangan teknologi mengakibatkan sebagian zona kalsinasi dipindahkan ke suspension preheater dan kalsiner, sehingga proses yang terjadi di dalam kiln lebih efektif ditinjau dari segi konsumsi panasnya. Peralatan utama kiln, selain shell kiln itu sendiri adalah burner dan batu tahan api (refractory). Bentuk api yang dihasilkan oleh proses pembakaran sangat menentukan proses perpindahan panas yang terjadi dan pada akhirnya akan mementukan kualitas klinker. Sedangkan bata tahan api selain berfungsi untuk melindungi shell kiln dan mengurangi panas yang mengalir ke lingkungan juga berpengaruh terhadap pembentukan coating.
  • 25. Tinjauan Pustaka Rotary Kiln Waktu Tinggal Material di Kiln Waktu retensi material dalam dry rotary kiln dapat ditentukan dengan rumus: dengan: t = Waktu tinggal material [min] L = Panjang tungku [m] θ = Sudut istirahat material [°], (di sini 35-40 °) v = Kemiringan tungku dalam derajat [°], (biasanya 2-3°) d = Diameter dalam kiln dalam meter [m] rpm = Jumlah putaran kiln per menit [rpm] F= Faktor, yang sama dengan 1, jika kiln memiliki diameter konstan [-] (Sumber: Holcim, 2004)
  • 26. Tinjauan Pustaka Rotary Kiln Loss Factor Pada Sistem Kiln Faktor-faktor kerugian pada sistem kiln dapat dilihat pada gambar dibawah ini: (Holcim, 2004) Gambar Faktor-Faktor Kerugian (loss) Pada Sistem Kiln
  • 27. Tinjauan Pustaka Proses Pembakaran Oksigen dengan jumlah cukup diperlukan untuk pembakaran yang sempurna. Untuk menentukan jumlah udara yang diperlukan pada pembakaran dapat dihitung setelah mengetahui jumlah komponen yang dapat dibakar di dalam bahan bakar. untuk menentukan udara pembakaran digunakan parameter kadar oksigen dari gas hasil pembakaran sebagai parameter pengendali proses pembakaran. Pada operasi yang baik kadar oksigen dalam gas buang ini berkisar 0,7 - 3,5 % (udara berlebih berkisar 8 - 19 %), dengan kadar optimum 1,0 - 1,5 % (ISBI, 1995). Jika kadar oksigen ini terlalu rendah maka pembakarannya tidak sempurna sehingga akan terbentuk CO (panas pembakaran yang dihasilkan baru sekitar 2400 kcal/kg℃ ; sedangkan bila terbakar sempurna akan terbentuk CO2 dengan panas pembakaran sekitar 8100 kcal/kg℃). oleh karena itu semakin tinggi kadar CO pada gas buang berarti kerugian energi pembakaran terjadi lebih banyak (di mana panas pembakarannya rendah) selain itu CO ini berbahaya pada proses di electrostatic precipitator, yaitu dapat menyebabkan terjadinya ledakan.
  • 28. Tinjauan Pustaka Proses Pembakaran Pada kondisi reduksi (kekurangan oksigen), C4AF bisa terurai menjadi C3A yang mempengaruhi kualitas semen, selain itu batu tahan api juga bisa mengalami reduksi sehingga magnesite akan kehilangan kuat tariknya dan coating akan lepas. Klinker yang dihasilkan pada kondisi reduksi mempunyai kuat tekan yang rendah. Kadar oksigen yang terlalu tinggi mengindikasikan udara pembakaran yang terlalu banyak sehingga panas yang terbuang (untuk memanaskan kelebihan udara yang tidak dipakai pada proses pembakaran) juga akan banyak dan tidak efisien. Alat analisis kadar oksigen ini biasanya paling sedikit ditempatkan di dua lokasi, yaitu di inlet kiln dan top cyclone. Posisi di inlet kiln untuk mendeteksi kondisi pembakaran di kiln secara langsung sedang yang di top cyclone selain mendeteksi kondisi pembakaran di kalsiner juga untuk mendeteksi adanya false air di sistem preheater dengan membandingkan kadar oksigen di inlet kiln dengan top cyclone. False air yang besar akan mengurangi jumlah panas yang seharusnya digunakan untuk memanaskan raw mix pada proses perpindahan panas yang terjadi di suspension preheater dan kalsiner. (inhouse training PT Semen Padang oleh ISBI)
  • 29. Metodologi Sumber dan Pengumpulan Data Dalam hal ini sumber data yang diperoleh diambil dari data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Data sekunder dan studi literatur dikumpulkan sebagai pendukung dalam penyelesaian studi kasus ini. Metode ini berdasarkan pengumpulan data teknis dan operasional dari industri. Sedangkan studi pustaka yaitu dengan mencari informasi berupa pengumpulan data mengenai desain pabrik semen. Informasi tersebut dapat diperoleh dari data pabrik, jurnal maupun laporan mengenai analisis false air yang pernah terjadi. Data-data tersebut antara lain sebagai berikut : a. Kondisi operasi kiln dan suspension preheater yaitu laju produksi, tekanan top cyclone, tekanan inlet kiln dan tekanan outlet kiln. b. Data hasil pengukuran beda tekanan pada masing- masing titik pengukuran (top cyclone, inlet kiln dan outlet kiln). c. Data desain pabrik.
  • 30. Metodologi Metode Analisis Data Analisis yang digunakan pada studi kasus ini yaitu analisis deskriptif dan interpretasi. Analisis deskritif yakni menghubung-hubungkan antara data yang satu dengan data yang lainnya, kemudian menarik kesimpulan dari data- data tersebut sehingga diperoleh gambaran secara utuh studi kasus yang dilakukan secara mendalam mengenai heat loss yang terjadi ketika terjadi kebocoran pada sistem kiln. Sedangkan analisis interpretasi yaitu dengan menyajikan data-data kondisi operasi dan hasil uji kualitas ke dalam bentuk diagram atau grafik, kemudian menentukan hubungan serta kondisi optimum yang dicapai. Dalam studi kasus ini, data-data yang perlu diambil dan diamati untuk didapatkan perhitungan yang diharapkan antara lain: 1. Tekanan pada top suspenssion preheater. 2. Tekanan pada inlet kiln. 3. Tekanan pada outlet kiln. 4. Laju umpan kiln (raw meal) yang akan dibakar didalam kiln. 5. Laju udara dan kandungan oksigen yang masuk kedalam kiln melalui cooler. 6. Laju batubara yang diumpankan kedalam kiln. 7. Temperatur dalam kiln.
  • 31. Metodologi Metode Analisis Data Dari data yang didapat, dapat digunakan untuk menghitung neraca masa, neraca energi dan efisiensi kiln serta mengetahui tingkat kebocoran (false air) pada sistem kiln dan mengetahui tingkat kerugian material yang diakibatkan karena adanya kebocoran pada kiln. Sistem Kiln False air 20% Inlet 100% Outlet 120% Laju false air 𝐹𝐴 = 100 𝑥 ( 21−𝑂2 𝑖𝑛 21− 𝑂2 𝑜𝑢𝑡 − 1) [%] Total laju alir udara / gas 𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑉𝑖𝑛 𝑥 21 − 𝑂2 𝑖𝑛 21 − 𝑂2 𝑜𝑢𝑡 𝑚3 ℎ 𝑁𝑚3 ℎ Dimana: O2 = Oxygen Content FA = False air rate Vin = Laju alir gas masuk Vout = Laju alir gas keluar
  • 32. TERIMAKASIH 1 Know the safety zone 2 Move quickly and quietly to the safety zone 32