SlideShare a Scribd company logo
PENGERTIAN STUKTUR SOSIAL
Struktur sosial adalah susunan masyarakat secara hierarkis, baik secara vertikal maupun
secara horizontal. Sifatnya dinamis sesuai dengan perkembangan zaman.
Beberapa pendapat mengenai definisi struktur sosial, antara lain Raymond Flirth
menyatakan, struktur sosial merupakan suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe
kelompok yang terjadi dari banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga, dimana orang
banyak tersebut ambil bagian.
Soerjono Soekanto (1993) mengatakan bahwa organisasi berkaitan dengan pilihan dan
keputusan dalam hubungan-hubungan sosial aktual. Struktur sosial mengacu pada hubungan-
hubungan lebih fundamental yang memberikan bentuk dasar pada masyarakat, serta memberikan
batas-batas pada aksi-aksi yang mungkin dilakukan secara organisasi. Adapun menurut E.R.
Lanch, menetapkan konsep tersebut pada cita-cita tentang distribusi kekuasaan di antara
individu dan kelompok sosial.
Jika dilihat dari aspek budaya, struktur sosial suatu masyarakat dapat dibedakan menjadi
2 jenis, yaitu:
 Struktur Sosial Masyarakat Homogen
Struktur sosial masyarakat homogen, yaitu struktur sosial yang memiliki satu jenis
susunan, baik menyangkut ras, agama, maupun suku bangsa. Struktur yang demikian
menggambarkan kehidupan yang lebih tenang karena model-model kehidupan yang kompetitif
tidak lagi muncul dalam masyarakat yang lebih bersifat seragam.
Struktur Sosial Masyarakat Heterogen
Struktur sosial masyarakat dikatakan heterogen, jika secara sosial budaya masyarakat
tersebut terdiri atas beberapa jenis ras, agama, dan suku bangsa. Pada struktur yang demikian,
bentuk-bentuk kehidupan cenderung bersifat kompetitif karena susunan masyarakatnya berbeda-
beda, baik secara vertikal maupun horizontal. Sebagai konsekuensinya, akan muncul variasi-
variasi perubahan dan konflik-konflik, baik dalam skala kecil maupun dalam skala yang besar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, masing-
masing berhajat kepada yang lain, bertolong-tolongan, tukar menukar keperluan dalam urusan
kepentingan hidup baik dengan cara jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam atau suatu
usaha yang lain baik bersifat pribadi maupun untuk kemaslahatan umat. Dengan demikian akan
terjadi suatu kehidupan yang teratur dan menjadi ajang silaturrahmi yang erat. Agar hak masing-
masing tidak sia-sia dan guna menjaga kemaslahatan umat, maka agar semuanya dapat berjalan
dengan lancar dan teratur, agama Islam memberikan peraturan yang sebaik-baiknya aturan.
Secara bahasa kata muamalah adalah masdar dari kata 'AMALA-YU'AMILI-
MU'AMALATAN yang berarti saling bertindak, saling berbuat dan saling beramal.
Muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam
usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik (Idris
Ahmad) atau " Muamalah adalah tukar-menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan
cara-cara yang telah ditentukan" (Rasyid Ridho) "(Rahcmat Syafiie, Fiqih Muamalah).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Muamalah?
2. Apa saja macam-macam jual beli?
3. Rukun dan syarat apa saja yang mengsahkan jual beli?
4. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar transaksi tersebut sah atau tidak?
1.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui maksud dari muamalah
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam jual beli
3. Untuk mengetahui Rukun dan syarat yang mengsahkan jual beli
4. Untuk mengetahui transaksi yang dilakukan sah atau tidak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Muamalah
Menurut fiqih, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat
dengan cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal muamalah adalah jual beli, pinjam
meminjam, sewa menyewa dan kerjasama dagang.
1. Jual Beli
Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu
(akad). Firman Allah SWT:
‫ا‬ ُ‫ه‬ُ‫ط‬َّ‫ب‬َ‫خ‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ ُ‫م‬ْ‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬َّ‫ال‬ِ‫إ‬َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ ‫ا‬َ‫ب‬ِِّ‫ر‬‫ال‬ َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ِِّ‫س‬َ‫ْم‬‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ط‬ْ‫ي‬َّ‫لش‬َُُّْْ‫َن‬‫أ‬ِ‫ب‬ َ‫ك‬َ‫ح‬َ‫أ‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ب‬ِِّ‫ر‬‫ال‬ ُ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ُ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ْب‬‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬ََّ‫َّن‬ِ‫إ‬ ْ‫ا‬‫ُو‬‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ُ‫لل‬ َّ‫ل‬
ِ‫لل‬ َ‫َل‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬ُ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ف‬َ‫ل‬َ‫س‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ‫ى‬ََُ‫ت‬ْ‫ان‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِِّ‫ب‬َّ‫ر‬ ‫ن‬ِّ
ِ‫م‬ ٌ‫ة‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫و‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫اء‬َ‫ج‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ب‬ِِّ‫ر‬‫ال‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬َ‫و‬ َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ْب‬‫ل‬‫ا‬َ‫ك‬َِِ‫ل‬ْ‫ُو‬‫أ‬َ‫ف‬ ََ‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ْ‫ص‬َ‫أ‬‫ا‬َُْ‫ي‬ِ‫ف‬ ُْْ‫ه‬ ِ‫ر‬‫َّا‬‫الن‬ ُ‫اب‬َ‫ح‬
َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫د‬ِ‫ال‬َ‫خ‬
Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS Al Baqarah (2) : 275).
2. Ariyah (Pinjam meminjam)
Ariyah adalah memberikan manfaat sesuatu yang halal kepada orang lain untuk diambil
manfaatnya dengan tidak merusakkan zatnya agar dapat dikembalikan zat barang itu. Dalam hal
ariyah terdapat rukun dan hukumnya yaitu sebagai berikut:
a. Rukun Ariyah
1. Orang yang meminjamkan syaratnya berhak berbuat kebaikan sekehendaknya, manfaat barang
yang dipinjam dimiliki oleh yang meminjamkan
2. Orang yang meminjam berhak menerima kebaika
3
3. Barang yang dipinjam syaratnya barang tersebut bermanfaat, sewaktu diambil manfaatnya
zatnya tetap atau tidak rusak.
Orang yang meminjam boleh mengambil manfaat dari barang yang dipinjamnya hanya
sekedar menurut izin dari yang punya dan apabila barang yang dipinjam hilang, atau rusak sebab
pemakaian yang diizinkan, yang meminjam tidak menggantinya. Tetapi jikalau sebab lain, dia
wajib mengganti.
b. Hukum Ariyah
Asal hukum meminjamkan sesuatu adalah sunat. Akan tetapi kadang hukumnya wajib dan
kadang-kadang juga haram. Hukumnya wajib contohnya yaitu meminjamkan pisau untuk
menyembelih hewan yang hampir mati. Dan hukumnya haram contohnya sesuatu yang dipinjam
untuk sesuatu yang haram.
3. Sewa Menyewa
Sewa menyewa adalah suatu perjanjian atau kesepakatan dimana penyewa harus
membayarkan atau memberikan imbalan atau manfaat dari benda atau barang yang dimiliki oleh
pemili barang yang di pinjamkan. Hukum dari sewa menyewa ini mubah atau diperbolehkan.
4. Kerjasama dagang atau bisnis
Dalam istilah syariah, kerja sama bisnis sering disebut sebagai syirkah, syirkah termasuk
salah satu bentuk kerjasama dagang dengan syarat dan rukun tertentu. Kata syirkah dalam bahasa
Arab berasal dari kata syarika (fi’il mâdhi), yasyraku (fi’il mudhâri‘),
syarikan/syirkatan/syarikatan (mashdar/kata dasar); artinya menjadi sekutu atau serikat. Menurut
arti asli bahasa Arab (makna etimologis), syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih
sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya. Adapun
menurut makna syariat, syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang bersepakat
untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
2.2 Macam-macam Jual Beli
Dalam hal jual beli ada tiga macam yaitu jual beli yang sah dan tidak terlarang, jual beli
yang terlarang dan tidak sah, jual beli yang sah tetapi terlarang:
1. Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang diizinkan oleh agama artinya, jual beli
yang memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
4
2. Jual beli yang terlarang dan tidak sah yaitu jual beli yang tidak diizinkan oleh agama, artinya
jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya jual beli, contohnya jual beli barang najis,
Jual beli anak hewan yang masih berada dalam perut induknya, jual beli yang ada unsur
kecurangan dan jual beli sperma hewan.
3. Jual beli yang sah tapi terlarang yaitu jual belinya sah, tidak membatalkan akad dalam jual beli
tapi dilarang dalam agama Islam karena menyakiti si penjual, si pembeli atau orang lain;
menyempitkan gerakan pasaran dan merusak ketentraman umum, contohnya membeli barang
dengan harga mahal yang tujuannya supaya orang lain tidak dapat membeli barang tersebut.
2.3 Rukun Dan Syarat Jual Beli
Jual beli memiliki 3 (tiga) rukun masing-masing rukun memiliki syarat yaitu;
1. Al- ‘Aqid (penjual dan pembeli) haruslah seorang yang merdeka, berakal (tidak gila), dan baligh
atau mumayyiz (sudah dapat membedakan baik/buruk atau najis/suci, mengerti hitungan harga).
Seorang budak apabila melakukan transaksi jual beli tidak sah kecuali atas izin dari
tuannya, karena ia dan harta yang ada di tangannya adalah milik tuannya. Hal ini berdasarkan
sabda Nabi: “Barangsiapa menjual seorang budak yang memiliki harta, maka hartanya itu milik
penjualnya, kecuali jika pembeli mensyaratkan juga membeli apa yang dimiliki oleh budak itu.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
2. Al-‘Aqdu (transaksi/ijab-qabul) dari penjual dan pembeli.
Ijab (penawaran) yaitu si penjual mengatakan, “saya jual barang ini dengan harga sekian”. Dan
Qabul (penerimaan) yaitu si pembeli mengatakan, “saya terima atau saya beli”.
Di dalam hal ini ada dua pendapat:
a. Mayoritas ulama dalam mazhab Syafi’i mensyaratkan mengucapkan lafaz ijab-qabul dalam
setiap bentuk jual-beli, maka tidak sah jual-beli yang dilakukan tanpa mengucapkan lafaz “saya
jual… dan saya beli…”.
b. Tidak mensyaratkan mengucapkan lafaz ijab-qabul dalam setiap bentuk jual-beli. Bahkan imam
Nawawi -pemuka ulama dalam mazhab Syafi’i- melemahkan pendapat pertama dan memilih
pendapat yang tidak mensyaratkan ijab-qabul dalam aqad jual beli yang merupakan mazhab
maliki dan hanbali.
5
Dalil pendapat kedua sangat kuat, karena Allah dalam surat An-Nisa’ hanya mensyaratkan
saling ridha antara penjual dan pembeli dan tidak mensyaratkan mengucapkan lafaz ijab-qabul.
Dan saling ridha antara penjual dan pembeli sebagaimana diketahui dengan lafaz ijab-qabul juga
dapat diketahui dengan adanya qarinah (perbuatan seseorang dengan mengambil barang lalu
membayarnya tanpa ada ucapan apa-apa dari kedua belah pihak). Dan tidak ada riwayat dari nabi
atau para sahabat yang menjelaskan lafaz ijab-qabul, andaikan lafaz tersebut merupakan syarat
tentulah akan diriwayatkan.
3. Al-Ma’qud ‘Alaihi ( objek transaksi mencakup barang dan uang ).
Al-Ma’qud ‘Alaihi memiliki beberapa syarat:
1) Barang yang diperjual-belikan memiliki manfaat yang dibenarkan syariat, bukan najis dan bukan
benda yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ُ‫ه‬َ‫ن‬َ‫م‬َ‫ث‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬ ٍ‫ء‬ْ‫ى‬َ‫ش‬ َ‫ل‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ٍ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ق‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ َّ‫اَّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬
“Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan atas suatu kaum untuk memakan sesuatu, maka
Dia pasti mengharamkan harganya”. (HR. Abu Dawud dan Baihaqi dengan sanad shahih).
Oleh karena itu tidak halal uang hasil penjualan barang-barang haram sebagai berikut:
Minuman keras dengan berbagai macam jenisnya, bangkai, babi, anjing dan patung. Nabi
shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ِ‫َام‬‫ن‬ْ‫ص‬َ‫أل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫ير‬ ِ‫ز‬ْ‫ن‬ ِ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫ة‬َ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ َ َّ‫اَّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬
“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamer, bangkai, babi dan
patung”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Termasuk dalam barang-barang yang haram diperjual-belikan ialah Kaset atau VCD musik
dan porno. Maka uang hasil keuntungan menjual barang ini tidak halal dan tentunya tidak
berkah, karena musik telah diharamkan Allah dan rasul-Nya. Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
َ‫ف‬ ِ‫از‬َ‫ع‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ر‬ْ‫م‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ير‬ ِ‫ر‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ر‬ ِ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ون‬ُّ‫ل‬ ِ‫ح‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬ ٌ‫م‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫ق‬َ‫أ‬ ‫ى‬ِ‫ت‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫َن‬‫ن‬‫و‬ُ‫ك‬َ‫ي‬َ‫ل‬
“Akan ada diantara umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat
musik”. (HR. Bukhari no.5590)
6
2) Barang yang dijual harus barang yang telah dimilikinya. Dan kepemilikan sebuah barang dari
hasil pembelian sebuah barang menjadi sempurna dengan terjadinya transaksi dan serah-terima.
Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam, dia bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam
tentang seseorang yang datang ke tokonya untuk membeli suatu barang, kebetulan barang
tersebut sedang tidak ada di tokonya, kemudian dia mengambil uang orang tersebut dan membeli
barang yang diinginkan dari toko lain, maka Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab:
َ‫ك‬َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ َ‫ْس‬‫ي‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ ْ‫ع‬ِ‫ب‬َ‫ت‬ َ‫ال‬
“jangan engkau jual barang yang tidak engkau miliki!” (HR. Abu Daud)
3) Barang yang dijual bisa diserahkan kepada sipembeli, maka tidak sah menjual mobil, motor atau
handphone miliknya yang dicuri oleh orang lain dan belum kembali. Demikian tidak sah menjual
burung di udara atau ikan di kolam yang belum di tangkap, hal ini sebagaimana sabda Nabi
shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan Abu Said, ia berkata: “Sesungguhnya Nabi
shallallahu alaihi wasallam melarang membeli hamba sahaya yang kabur”. (HR.Ahmad)
4) Barang yang diperjual-belikan dan harganya harus diketahui oleh pembeli dan penjual.
Barang bisa diketahui dengan cara melihat fisiknya, atau mendengar penjelasan dari si
penjual, kecuali untuk barang yang bila dibuka bungkusnya akan menjadi rusak seperti; telur,
kelapa, durian, semangka dan selainnya. Maka sah jual beli tanpa melihat isinya dan si pembeli
tidak berhak mengembalikan barang yang dibelinya seandainya didapati isi rusak kecuali dia
mensyaratkan di saat akad jual-beli akan mengembalikan barang tersebut bilamana isinya rusak
atau si penjual bermaksud menipu si pembeli dengan cara membuka sebuah semangka yang
bagus, atau jeruk yang manis rasanya dan memajangnya sebagai contoh padahal dia tahu bahwa
sebagian besar semangka dan jeruk yang dimilikinya bukan dari jenis contoh yang dipajang.
Maka ini termasuk jual-beli gharar (penipuan) yang diharamkan syariat. Karena nabi shallallahu
alaihi wa sallam melarang jual beli yang mengandung unsur gharar (ketidak jelasan/penipuan).
(HR. Muslim)
Adapun harga barang bisa diketahui dengan cara menanyakan langsung kepada si penjual
atau dengan melihat harga yang tertera pada barang, kecuali bila harga yang ditulis pada barang
tersebut direkayasa dan bukan harga sesungguhnya, ini juga termasuk jual-beli gharar
(penipuan).
7
Syarat Sah Jual Beli
Agar jual beli dapat dilaksanakan secara sah dan memberi pengaruh yang tepat, harus dipenuhi
beberapa syaratnya terlebih dahulu. Syarat-syarat ini terbagi dalam dua jenis, yaitu syarat yang
berkaitan dengan pihak penjual dan pembeli, dan syarat yang berkaitan dengan objek yang
diperjualbelikan:
1) Yang berkaitan dengan pihak-pihak pelaku, harus memiliki kompetensi untuk melakukan
aktivitas ini, yakni dengan kondisi yang sudah akil baligh serta berkemampuan memilih. Dengan
demikian, tidak sah jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang belum nalar, orang gila atau
orang yang dipaksa.
2) Yang berkaitan dengan objek jual belinya, yaitu sebagai berikut:
 Objek jual beli harus suci, bermanfaat, bisa diserahterimakan, dan merupakan milik
penuh salah satu pihak.
 Mengetahui objek yang diperjualbelikan dan juga pembayarannya, agar tidak terhindar
faktor ‘ketidaktahuan’ atau ‘menjual kucing dalam karung’ karena hal tersebut dilarang.
 Tidak memberikan batasan waktu. Artinya, tidak sah menjual barang untuk jangka waktu
tertentu yang diketahui atau tidak diketahui.
2.4 Hal-Hal Dalam Melakukan Transaksi
Ada 5 hal yang perlu diingat sebagai landasan tiap kali seorang muslim akan berinteraksi.
Kelima hal ini menjadi batasan secara umum bahwa transaksi yang dilakukan sah atau tidak,
lebih dikenal dengan singkatan MAGHRIB, yaitu Maisir, Gharar, Haram, Riba, dan Bathil.
1. Maisir
Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut istilah maisir berarti memperoleh
keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir sering dikenal dengan perjudian karena dalam
praktik perjudian seseorang dapat memperoleh keuntungan dengan cara mudah. Dalam
perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa rugi. Padahal islam mengajarkan
tentang usaha dan kerja keras. Larangan terhadap maisir / judi sendiri sudah jelas ada dalam
AlQur’an (2:219 dan 5:90)
8
2. Gharar
Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Terdapat juga mereka yang menyatakan bahawa
gharar bermaksud syak atau keraguan. Setiap transaksi yang masih belum jelas barangnya atau
tidak berada dalam kuasanya alias di luar jangkauan termasuk jual beli gharar. Boleh dikatakan
bahwa konsep gharar berkisar kepada makna ketidaktentuan dan ketidakjelasan sesuatu transaksi
yang dilaksanakan, secara umum dapat dipahami sebagai berikut :
 Sesuatu barangan yang ditransaksikan itu wujud atau tidak
 Sesuatu barangan yang ditransaksikan itu mampu diserahkan atau tidak
 Transaksi itu dilaksanakan secara yang tidak jelas atau akad dan kontraknya tidak jelas, baik
dari waktu bayarnya, cara bayarnya, dan lain-lain.
Misalnya membeli burung di udara atau ikan dalam air atau membeli ternak yang masih
dalam kandungan induknya termasuk dalam transaksi yang bersifat gharar.
3. Haram
Ketika objek yang diperjualbelikan ini adalah haram, maka transaksi nya menjadi tidak sah.
Misalnya jual beli khamr, dan lain-lain.
4. Riba
Pelarangan riba telah dinyatakan dalam beberapa ayat Al Quran. Ayat-ayat mengenai pelarangan
riba diturunkan secara bertahap. Tahapan-tahapan turunnya ayat dimulai dari peringatan secara
halus hingga peringatan secara keras.
Tahapan turunnya ayat mengenai riba dijelaskan sebagai berikut :
a) Menolak anggapan bahwa riba tidak menambah harta justru mengurangi harta. Sesungguhnya
zakatlah yang menambah harta. Seperti yang dijelaskan dalam QS. Ar Rum : 39 .
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia,
maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya)”
b) Riba digambarkan sebagai suatu yang buruk dan balasan yang keras kepada orang Yahudi yang
memakan riba.
c) Riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda. Allah
menunjukkan karakter dari riba
9
keuntungan menjauhi riba seperti yang tertuang dalam QS. Ali Imran : 130.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
d) Merupakan tahapan yang menunjukkan betapa kerasnya Allah mengharamkan riba. QS. Al
Baqarah : 278-279 berikut ini menjelaskan konsep final tentang riba dan konsekuensi bagi siapa
yang memakan riba.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu.
Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”
5. Bathil
Dalam melakukan transaksi, prinsip yang harus dijunjung adalah tidak ada kedzhaliman
yang dirasa pihak-pihak yang terlibat. Semuanya harus sama-sama rela dan adil sesuai
takarannya. Maka, dari sisi ini transaksi yang terjadi akan merekatkan ukhuwah pihak-pihak
yang terlibat dan diharap agar bisa tercipta hubungan yang selalu baik. Kecurangan,
ketidakjujuran, menutupi cacat barang, mengurangi timbangan tidak dibenarkan. Atau hal-hal
kecil seperti menggunakan barang tanpa izin, meminjam dan tidak bertanggungjawab atas
kerusakan harus sangat diperhatikan dalam bermuamalat.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pembahasan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa muamalah ialah tukar
menukar barang atau sesuatu yang meberi manfaat dengan cara yang ditentukan. Hal yang
termasuk muamalah yaitu:
1. Jual beli yaitu penukaran harta atas dasar saling rela. Hukum jual beli adalah mubah, artinya
hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka.
2. Menghindari riba.
Dalam pelaksanaan jual beli juga ada rukun jual beli yaitu:
a. Penjual dan pembeli
b. Uang dan benda yang dibeli
c. Lafaz ijab dan kabul
3.2 Saran
Kita sebagai umat muslim agar memperhatikan hukum muamalah dan tata cara jual beli
yang sah menurut agama islam. Dan kita juga harus memperhatikan riba yang terkandung
didalam hal jual beli tersebut, karena terdapat hadist yang mengharamkan riba dalam islam.
11

More Related Content

What's hot

Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4
Cut Nyak Dhien
 
Fiqih muamalah
Fiqih muamalahFiqih muamalah
Fiqih muamalah
Teguh Prasetyo
 
Power Point Mu'amalah Hasil Download
Power Point Mu'amalah Hasil DownloadPower Point Mu'amalah Hasil Download
Power Point Mu'amalah Hasil DownloadLin Hidayati
 
jual beli dalam islam
jual beli dalam islamjual beli dalam islam
jual beli dalam islam
Ilmu-bermanfaat23
 
Ppt muamalah
Ppt muamalah Ppt muamalah
Ppt muamalah
Puspita Ningtiyas
 
Bab 2 Sumber Hukum Islam
Bab 2   Sumber Hukum IslamBab 2   Sumber Hukum Islam
Bab 2 Sumber Hukum IslamWanBK Leo
 
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahistihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
Marhamah Saleh
 
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
Encep Bahauddin
 
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islamPembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Ramdan Galau
 
Teori jual beli dalam islam
Teori jual beli dalam islamTeori jual beli dalam islam
Teori jual beli dalam islamArham Gensida
 
Makalah muamalah
Makalah muamalahMakalah muamalah
Makalah muamalah
Puspita Ningtiyas
 
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
fissilmikaffah1
 
1.1 konsep jual beli
1.1 konsep jual beli1.1 konsep jual beli
1.1 konsep jual belishahirah44
 
Maqasid syarak
Maqasid syarakMaqasid syarak
Maqasid syarak
Amiruddin Ahmad
 
Pengertian hak
Pengertian hakPengertian hak
Pengertian hakheru_UMY
 
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Neyna Fazadiq
 
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islamPrinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
Kirana Pratiwi
 

What's hot (20)

Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4Makalah feqih kelompok 4
Makalah feqih kelompok 4
 
Hukum akad dan jualbeli
Hukum akad dan jualbeliHukum akad dan jualbeli
Hukum akad dan jualbeli
 
Fiqih muamalah
Fiqih muamalahFiqih muamalah
Fiqih muamalah
 
Power Point Mu'amalah Hasil Download
Power Point Mu'amalah Hasil DownloadPower Point Mu'amalah Hasil Download
Power Point Mu'amalah Hasil Download
 
jual beli dalam islam
jual beli dalam islamjual beli dalam islam
jual beli dalam islam
 
Ppt muamalah
Ppt muamalah Ppt muamalah
Ppt muamalah
 
Bab 2 Sumber Hukum Islam
Bab 2   Sumber Hukum IslamBab 2   Sumber Hukum Islam
Bab 2 Sumber Hukum Islam
 
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahistihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
 
Rangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh MuamalahRangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh Muamalah
 
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
001 konsep harta dan kepemilikan dalam islam
 
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islamPembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
 
Teori jual beli dalam islam
Teori jual beli dalam islamTeori jual beli dalam islam
Teori jual beli dalam islam
 
Makalah muamalah
Makalah muamalahMakalah muamalah
Makalah muamalah
 
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
03 KONSEP HARTA & KEPEMILIKAN DALAM ISLAM
 
1.1 konsep jual beli
1.1 konsep jual beli1.1 konsep jual beli
1.1 konsep jual beli
 
Maqasid syarak
Maqasid syarakMaqasid syarak
Maqasid syarak
 
Konsep
KonsepKonsep
Konsep
 
Pengertian hak
Pengertian hakPengertian hak
Pengertian hak
 
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
Fiqh muamalah kontemporer (pengantar)
 
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islamPrinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
 

Similar to Pengertian stuktur sosial

Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islamPengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Abdul Ghani
 
Bab 2 jual beli
Bab 2 jual beliBab 2 jual beli
Bab 2 jual beli
Beni Wanahuri
 
fiqih muamalah.pptx
fiqih muamalah.pptxfiqih muamalah.pptx
fiqih muamalah.pptx
Miftakhul Jannah
 
Presentasi-PAI (Kelompok 6).pdf.pptx
Presentasi-PAI (Kelompok 6).pdf.pptxPresentasi-PAI (Kelompok 6).pdf.pptx
Presentasi-PAI (Kelompok 6).pdf.pptx
FirlyFijrina
 
12. Muamalah.pptx
12. Muamalah.pptx12. Muamalah.pptx
12. Muamalah.pptx
windajubaidah2
 
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerjaKes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerjaezz_ally
 
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadhutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
Sekar Lukinanti
 
Tugas Agama kelas X
Tugas Agama kelas X Tugas Agama kelas X
Tugas Agama kelas X
Dhudy_Hario
 
Agama ppt 6 sesok
Agama ppt 6 sesokAgama ppt 6 sesok
Agama ppt 6 sesok
tofan hidayat
 
Makalah aik dasar2 muamalah dlm jual beli
Makalah aik dasar2 muamalah dlm jual beliMakalah aik dasar2 muamalah dlm jual beli
Makalah aik dasar2 muamalah dlm jual beliAbu Aghniya
 
Syariat islam di perkasa negara maju jaya
Syariat islam di perkasa negara maju jayaSyariat islam di perkasa negara maju jaya
Syariat islam di perkasa negara maju jaya
mohd zaidi
 
Keadilan dari perspektif islam
Keadilan dari perspektif islamKeadilan dari perspektif islam
Keadilan dari perspektif islam
Abdul Ghani
 
Jual beli
Jual beliJual beli
Jual beli
cuman Aja
 
Syirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis Islam
Syirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis IslamSyirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis Islam
Syirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis Islam
Fkip Sda7
 
Poto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islamPoto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islamNur Alfiyatur Rochmah
 
Poto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islamPoto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islamNur Alfiyatur Rochmah
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Trie Nakita Sabrina
 

Similar to Pengertian stuktur sosial (20)

Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islamPengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
Pengantar fiqh muamalat maliah dalam islam
 
Bab 2 jual beli
Bab 2 jual beliBab 2 jual beli
Bab 2 jual beli
 
fiqih muamalah.pptx
fiqih muamalah.pptxfiqih muamalah.pptx
fiqih muamalah.pptx
 
Presentasi-PAI (Kelompok 6).pdf.pptx
Presentasi-PAI (Kelompok 6).pdf.pptxPresentasi-PAI (Kelompok 6).pdf.pptx
Presentasi-PAI (Kelompok 6).pdf.pptx
 
Studi hukum islam kel.2
Studi hukum islam kel.2Studi hukum islam kel.2
Studi hukum islam kel.2
 
Studi hukum islam kel.2
Studi hukum islam kel.2Studi hukum islam kel.2
Studi hukum islam kel.2
 
12. Muamalah.pptx
12. Muamalah.pptx12. Muamalah.pptx
12. Muamalah.pptx
 
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerjaKes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh, Kertas kerja
 
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadhutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
 
Tugas Agama kelas X
Tugas Agama kelas X Tugas Agama kelas X
Tugas Agama kelas X
 
Agama ppt 6 sesok
Agama ppt 6 sesokAgama ppt 6 sesok
Agama ppt 6 sesok
 
Makalah aik dasar2 muamalah dlm jual beli
Makalah aik dasar2 muamalah dlm jual beliMakalah aik dasar2 muamalah dlm jual beli
Makalah aik dasar2 muamalah dlm jual beli
 
Syariat islam di perkasa negara maju jaya
Syariat islam di perkasa negara maju jayaSyariat islam di perkasa negara maju jaya
Syariat islam di perkasa negara maju jaya
 
Keadilan dari perspektif islam
Keadilan dari perspektif islamKeadilan dari perspektif islam
Keadilan dari perspektif islam
 
Jual beli
Jual beliJual beli
Jual beli
 
Syirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis Islam
Syirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis IslamSyirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis Islam
Syirkah (partnership) dan akad-akad dalam bisnis Islam
 
Poto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islamPoto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islam
 
Poto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islamPoto copian pemahaman studi hukum islam
Poto copian pemahaman studi hukum islam
 
Islam dan Syariah Islam
Islam dan Syariah IslamIslam dan Syariah Islam
Islam dan Syariah Islam
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 

Recently uploaded

CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
LinaJuwairiyah1
 
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptxKebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
royalbalidigitalprin
 
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdfKonsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
roomahmentari
 
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
serdangahmad
 
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
zirmajulianda1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPIPERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
nirmalaamir3
 

Recently uploaded (7)

CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
 
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
 
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptxKebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
 
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdfKonsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
 
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
 
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPIPERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
 

Pengertian stuktur sosial

  • 1. PENGERTIAN STUKTUR SOSIAL Struktur sosial adalah susunan masyarakat secara hierarkis, baik secara vertikal maupun secara horizontal. Sifatnya dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Beberapa pendapat mengenai definisi struktur sosial, antara lain Raymond Flirth menyatakan, struktur sosial merupakan suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang terjadi dari banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga, dimana orang banyak tersebut ambil bagian. Soerjono Soekanto (1993) mengatakan bahwa organisasi berkaitan dengan pilihan dan keputusan dalam hubungan-hubungan sosial aktual. Struktur sosial mengacu pada hubungan- hubungan lebih fundamental yang memberikan bentuk dasar pada masyarakat, serta memberikan batas-batas pada aksi-aksi yang mungkin dilakukan secara organisasi. Adapun menurut E.R. Lanch, menetapkan konsep tersebut pada cita-cita tentang distribusi kekuasaan di antara individu dan kelompok sosial. Jika dilihat dari aspek budaya, struktur sosial suatu masyarakat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:  Struktur Sosial Masyarakat Homogen Struktur sosial masyarakat homogen, yaitu struktur sosial yang memiliki satu jenis susunan, baik menyangkut ras, agama, maupun suku bangsa. Struktur yang demikian menggambarkan kehidupan yang lebih tenang karena model-model kehidupan yang kompetitif tidak lagi muncul dalam masyarakat yang lebih bersifat seragam. Struktur Sosial Masyarakat Heterogen Struktur sosial masyarakat dikatakan heterogen, jika secara sosial budaya masyarakat tersebut terdiri atas beberapa jenis ras, agama, dan suku bangsa. Pada struktur yang demikian, bentuk-bentuk kehidupan cenderung bersifat kompetitif karena susunan masyarakatnya berbeda- beda, baik secara vertikal maupun horizontal. Sebagai konsekuensinya, akan muncul variasi- variasi perubahan dan konflik-konflik, baik dalam skala kecil maupun dalam skala yang besar
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, masing- masing berhajat kepada yang lain, bertolong-tolongan, tukar menukar keperluan dalam urusan kepentingan hidup baik dengan cara jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam atau suatu usaha yang lain baik bersifat pribadi maupun untuk kemaslahatan umat. Dengan demikian akan terjadi suatu kehidupan yang teratur dan menjadi ajang silaturrahmi yang erat. Agar hak masing- masing tidak sia-sia dan guna menjaga kemaslahatan umat, maka agar semuanya dapat berjalan dengan lancar dan teratur, agama Islam memberikan peraturan yang sebaik-baiknya aturan. Secara bahasa kata muamalah adalah masdar dari kata 'AMALA-YU'AMILI- MU'AMALATAN yang berarti saling bertindak, saling berbuat dan saling beramal. Muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik (Idris Ahmad) atau " Muamalah adalah tukar-menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan" (Rasyid Ridho) "(Rahcmat Syafiie, Fiqih Muamalah). 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu: 1. Apa yang dimaksud dengan Muamalah? 2. Apa saja macam-macam jual beli? 3. Rukun dan syarat apa saja yang mengsahkan jual beli? 4. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar transaksi tersebut sah atau tidak? 1.3 Tujuan Masalah Adapun tujuan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu: 1. Untuk mengetahui maksud dari muamalah 2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam jual beli 3. Untuk mengetahui Rukun dan syarat yang mengsahkan jual beli 4. Untuk mengetahui transaksi yang dilakukan sah atau tidak. 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Muamalah Menurut fiqih, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal muamalah adalah jual beli, pinjam meminjam, sewa menyewa dan kerjasama dagang. 1. Jual Beli Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad). Firman Allah SWT: ‫ا‬ ُ‫ه‬ُ‫ط‬َّ‫ب‬َ‫خ‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ ُ‫م‬ْ‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬َّ‫ال‬ِ‫إ‬َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ ‫ا‬َ‫ب‬ِِّ‫ر‬‫ال‬ َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ َ‫ن‬ْ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ِِّ‫س‬َ‫ْم‬‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ط‬ْ‫ي‬َّ‫لش‬َُُّْْ‫َن‬‫أ‬ِ‫ب‬ َ‫ك‬َ‫ح‬َ‫أ‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ب‬ِِّ‫ر‬‫ال‬ ُ‫ل‬ْ‫ث‬ِ‫م‬ ُ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ْب‬‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬ََّ‫َّن‬ِ‫إ‬ ْ‫ا‬‫ُو‬‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ُ‫لل‬ َّ‫ل‬ ِ‫لل‬ َ‫َل‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬ُ‫ر‬ْ‫م‬َ‫أ‬َ‫و‬ َ‫ف‬َ‫ل‬َ‫س‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ‫ى‬ََُ‫ت‬ْ‫ان‬َ‫ف‬ ِ‫ه‬ِِّ‫ب‬َّ‫ر‬ ‫ن‬ِّ ِ‫م‬ ٌ‫ة‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬ْ‫و‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫اء‬َ‫ج‬ ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ب‬ِِّ‫ر‬‫ال‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬َ‫و‬ َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ْب‬‫ل‬‫ا‬َ‫ك‬َِِ‫ل‬ْ‫ُو‬‫أ‬َ‫ف‬ ََ‫ا‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ْ‫ص‬َ‫أ‬‫ا‬َُْ‫ي‬ِ‫ف‬ ُْْ‫ه‬ ِ‫ر‬‫َّا‬‫الن‬ ُ‫اب‬َ‫ح‬ َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫د‬ِ‫ال‬َ‫خ‬ Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS Al Baqarah (2) : 275). 2. Ariyah (Pinjam meminjam) Ariyah adalah memberikan manfaat sesuatu yang halal kepada orang lain untuk diambil manfaatnya dengan tidak merusakkan zatnya agar dapat dikembalikan zat barang itu. Dalam hal ariyah terdapat rukun dan hukumnya yaitu sebagai berikut: a. Rukun Ariyah 1. Orang yang meminjamkan syaratnya berhak berbuat kebaikan sekehendaknya, manfaat barang yang dipinjam dimiliki oleh yang meminjamkan 2. Orang yang meminjam berhak menerima kebaika
  • 4. 3 3. Barang yang dipinjam syaratnya barang tersebut bermanfaat, sewaktu diambil manfaatnya zatnya tetap atau tidak rusak. Orang yang meminjam boleh mengambil manfaat dari barang yang dipinjamnya hanya sekedar menurut izin dari yang punya dan apabila barang yang dipinjam hilang, atau rusak sebab pemakaian yang diizinkan, yang meminjam tidak menggantinya. Tetapi jikalau sebab lain, dia wajib mengganti. b. Hukum Ariyah Asal hukum meminjamkan sesuatu adalah sunat. Akan tetapi kadang hukumnya wajib dan kadang-kadang juga haram. Hukumnya wajib contohnya yaitu meminjamkan pisau untuk menyembelih hewan yang hampir mati. Dan hukumnya haram contohnya sesuatu yang dipinjam untuk sesuatu yang haram. 3. Sewa Menyewa Sewa menyewa adalah suatu perjanjian atau kesepakatan dimana penyewa harus membayarkan atau memberikan imbalan atau manfaat dari benda atau barang yang dimiliki oleh pemili barang yang di pinjamkan. Hukum dari sewa menyewa ini mubah atau diperbolehkan. 4. Kerjasama dagang atau bisnis Dalam istilah syariah, kerja sama bisnis sering disebut sebagai syirkah, syirkah termasuk salah satu bentuk kerjasama dagang dengan syarat dan rukun tertentu. Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika (fi’il mâdhi), yasyraku (fi’il mudhâri‘), syarikan/syirkatan/syarikatan (mashdar/kata dasar); artinya menjadi sekutu atau serikat. Menurut arti asli bahasa Arab (makna etimologis), syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya. Adapun menurut makna syariat, syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan. 2.2 Macam-macam Jual Beli Dalam hal jual beli ada tiga macam yaitu jual beli yang sah dan tidak terlarang, jual beli yang terlarang dan tidak sah, jual beli yang sah tetapi terlarang: 1. Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang diizinkan oleh agama artinya, jual beli yang memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
  • 5. 4 2. Jual beli yang terlarang dan tidak sah yaitu jual beli yang tidak diizinkan oleh agama, artinya jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya jual beli, contohnya jual beli barang najis, Jual beli anak hewan yang masih berada dalam perut induknya, jual beli yang ada unsur kecurangan dan jual beli sperma hewan. 3. Jual beli yang sah tapi terlarang yaitu jual belinya sah, tidak membatalkan akad dalam jual beli tapi dilarang dalam agama Islam karena menyakiti si penjual, si pembeli atau orang lain; menyempitkan gerakan pasaran dan merusak ketentraman umum, contohnya membeli barang dengan harga mahal yang tujuannya supaya orang lain tidak dapat membeli barang tersebut. 2.3 Rukun Dan Syarat Jual Beli Jual beli memiliki 3 (tiga) rukun masing-masing rukun memiliki syarat yaitu; 1. Al- ‘Aqid (penjual dan pembeli) haruslah seorang yang merdeka, berakal (tidak gila), dan baligh atau mumayyiz (sudah dapat membedakan baik/buruk atau najis/suci, mengerti hitungan harga). Seorang budak apabila melakukan transaksi jual beli tidak sah kecuali atas izin dari tuannya, karena ia dan harta yang ada di tangannya adalah milik tuannya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi: “Barangsiapa menjual seorang budak yang memiliki harta, maka hartanya itu milik penjualnya, kecuali jika pembeli mensyaratkan juga membeli apa yang dimiliki oleh budak itu.” (HR. Bukhari dan Muslim). 2. Al-‘Aqdu (transaksi/ijab-qabul) dari penjual dan pembeli. Ijab (penawaran) yaitu si penjual mengatakan, “saya jual barang ini dengan harga sekian”. Dan Qabul (penerimaan) yaitu si pembeli mengatakan, “saya terima atau saya beli”. Di dalam hal ini ada dua pendapat: a. Mayoritas ulama dalam mazhab Syafi’i mensyaratkan mengucapkan lafaz ijab-qabul dalam setiap bentuk jual-beli, maka tidak sah jual-beli yang dilakukan tanpa mengucapkan lafaz “saya jual… dan saya beli…”. b. Tidak mensyaratkan mengucapkan lafaz ijab-qabul dalam setiap bentuk jual-beli. Bahkan imam Nawawi -pemuka ulama dalam mazhab Syafi’i- melemahkan pendapat pertama dan memilih pendapat yang tidak mensyaratkan ijab-qabul dalam aqad jual beli yang merupakan mazhab maliki dan hanbali.
  • 6. 5 Dalil pendapat kedua sangat kuat, karena Allah dalam surat An-Nisa’ hanya mensyaratkan saling ridha antara penjual dan pembeli dan tidak mensyaratkan mengucapkan lafaz ijab-qabul. Dan saling ridha antara penjual dan pembeli sebagaimana diketahui dengan lafaz ijab-qabul juga dapat diketahui dengan adanya qarinah (perbuatan seseorang dengan mengambil barang lalu membayarnya tanpa ada ucapan apa-apa dari kedua belah pihak). Dan tidak ada riwayat dari nabi atau para sahabat yang menjelaskan lafaz ijab-qabul, andaikan lafaz tersebut merupakan syarat tentulah akan diriwayatkan. 3. Al-Ma’qud ‘Alaihi ( objek transaksi mencakup barang dan uang ). Al-Ma’qud ‘Alaihi memiliki beberapa syarat: 1) Barang yang diperjual-belikan memiliki manfaat yang dibenarkan syariat, bukan najis dan bukan benda yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: ُ‫ه‬َ‫ن‬َ‫م‬َ‫ث‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬ ٍ‫ء‬ْ‫ى‬َ‫ش‬ َ‫ل‬ْ‫ك‬َ‫أ‬ ٍ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ق‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ َّ‫اَّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ “Sesungguhnya Allah apabila mengharamkan atas suatu kaum untuk memakan sesuatu, maka Dia pasti mengharamkan harganya”. (HR. Abu Dawud dan Baihaqi dengan sanad shahih). Oleh karena itu tidak halal uang hasil penjualan barang-barang haram sebagai berikut: Minuman keras dengan berbagai macam jenisnya, bangkai, babi, anjing dan patung. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: ِ‫َام‬‫ن‬ْ‫ص‬َ‫أل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫ير‬ ِ‫ز‬ْ‫ن‬ ِ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫ة‬َ‫ت‬ْ‫ي‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫ر‬ْ‫م‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬ َ‫ر‬ َ‫و‬ َ َّ‫اَّلل‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ “Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamer, bangkai, babi dan patung”. (HR. Bukhari dan Muslim) Termasuk dalam barang-barang yang haram diperjual-belikan ialah Kaset atau VCD musik dan porno. Maka uang hasil keuntungan menjual barang ini tidak halal dan tentunya tidak berkah, karena musik telah diharamkan Allah dan rasul-Nya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: َ‫ف‬ ِ‫از‬َ‫ع‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ر‬ْ‫م‬َ‫خ‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ير‬ ِ‫ر‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ر‬ ِ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ون‬ُّ‫ل‬ ِ‫ح‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬ ٌ‫م‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫ق‬َ‫أ‬ ‫ى‬ِ‫ت‬َّ‫م‬ُ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫َن‬‫ن‬‫و‬ُ‫ك‬َ‫ي‬َ‫ل‬ “Akan ada diantara umatku sekelompok orang yang menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat musik”. (HR. Bukhari no.5590)
  • 7. 6 2) Barang yang dijual harus barang yang telah dimilikinya. Dan kepemilikan sebuah barang dari hasil pembelian sebuah barang menjadi sempurna dengan terjadinya transaksi dan serah-terima. Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam, dia bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang seseorang yang datang ke tokonya untuk membeli suatu barang, kebetulan barang tersebut sedang tidak ada di tokonya, kemudian dia mengambil uang orang tersebut dan membeli barang yang diinginkan dari toko lain, maka Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab: َ‫ك‬َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ َ‫ْس‬‫ي‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬ ْ‫ع‬ِ‫ب‬َ‫ت‬ َ‫ال‬ “jangan engkau jual barang yang tidak engkau miliki!” (HR. Abu Daud) 3) Barang yang dijual bisa diserahkan kepada sipembeli, maka tidak sah menjual mobil, motor atau handphone miliknya yang dicuri oleh orang lain dan belum kembali. Demikian tidak sah menjual burung di udara atau ikan di kolam yang belum di tangkap, hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan Abu Said, ia berkata: “Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang membeli hamba sahaya yang kabur”. (HR.Ahmad) 4) Barang yang diperjual-belikan dan harganya harus diketahui oleh pembeli dan penjual. Barang bisa diketahui dengan cara melihat fisiknya, atau mendengar penjelasan dari si penjual, kecuali untuk barang yang bila dibuka bungkusnya akan menjadi rusak seperti; telur, kelapa, durian, semangka dan selainnya. Maka sah jual beli tanpa melihat isinya dan si pembeli tidak berhak mengembalikan barang yang dibelinya seandainya didapati isi rusak kecuali dia mensyaratkan di saat akad jual-beli akan mengembalikan barang tersebut bilamana isinya rusak atau si penjual bermaksud menipu si pembeli dengan cara membuka sebuah semangka yang bagus, atau jeruk yang manis rasanya dan memajangnya sebagai contoh padahal dia tahu bahwa sebagian besar semangka dan jeruk yang dimilikinya bukan dari jenis contoh yang dipajang. Maka ini termasuk jual-beli gharar (penipuan) yang diharamkan syariat. Karena nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang jual beli yang mengandung unsur gharar (ketidak jelasan/penipuan). (HR. Muslim) Adapun harga barang bisa diketahui dengan cara menanyakan langsung kepada si penjual atau dengan melihat harga yang tertera pada barang, kecuali bila harga yang ditulis pada barang tersebut direkayasa dan bukan harga sesungguhnya, ini juga termasuk jual-beli gharar (penipuan).
  • 8. 7 Syarat Sah Jual Beli Agar jual beli dapat dilaksanakan secara sah dan memberi pengaruh yang tepat, harus dipenuhi beberapa syaratnya terlebih dahulu. Syarat-syarat ini terbagi dalam dua jenis, yaitu syarat yang berkaitan dengan pihak penjual dan pembeli, dan syarat yang berkaitan dengan objek yang diperjualbelikan: 1) Yang berkaitan dengan pihak-pihak pelaku, harus memiliki kompetensi untuk melakukan aktivitas ini, yakni dengan kondisi yang sudah akil baligh serta berkemampuan memilih. Dengan demikian, tidak sah jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang belum nalar, orang gila atau orang yang dipaksa. 2) Yang berkaitan dengan objek jual belinya, yaitu sebagai berikut:  Objek jual beli harus suci, bermanfaat, bisa diserahterimakan, dan merupakan milik penuh salah satu pihak.  Mengetahui objek yang diperjualbelikan dan juga pembayarannya, agar tidak terhindar faktor ‘ketidaktahuan’ atau ‘menjual kucing dalam karung’ karena hal tersebut dilarang.  Tidak memberikan batasan waktu. Artinya, tidak sah menjual barang untuk jangka waktu tertentu yang diketahui atau tidak diketahui. 2.4 Hal-Hal Dalam Melakukan Transaksi Ada 5 hal yang perlu diingat sebagai landasan tiap kali seorang muslim akan berinteraksi. Kelima hal ini menjadi batasan secara umum bahwa transaksi yang dilakukan sah atau tidak, lebih dikenal dengan singkatan MAGHRIB, yaitu Maisir, Gharar, Haram, Riba, dan Bathil. 1. Maisir Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut istilah maisir berarti memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir sering dikenal dengan perjudian karena dalam praktik perjudian seseorang dapat memperoleh keuntungan dengan cara mudah. Dalam perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa rugi. Padahal islam mengajarkan tentang usaha dan kerja keras. Larangan terhadap maisir / judi sendiri sudah jelas ada dalam AlQur’an (2:219 dan 5:90)
  • 9. 8 2. Gharar Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Terdapat juga mereka yang menyatakan bahawa gharar bermaksud syak atau keraguan. Setiap transaksi yang masih belum jelas barangnya atau tidak berada dalam kuasanya alias di luar jangkauan termasuk jual beli gharar. Boleh dikatakan bahwa konsep gharar berkisar kepada makna ketidaktentuan dan ketidakjelasan sesuatu transaksi yang dilaksanakan, secara umum dapat dipahami sebagai berikut :  Sesuatu barangan yang ditransaksikan itu wujud atau tidak  Sesuatu barangan yang ditransaksikan itu mampu diserahkan atau tidak  Transaksi itu dilaksanakan secara yang tidak jelas atau akad dan kontraknya tidak jelas, baik dari waktu bayarnya, cara bayarnya, dan lain-lain. Misalnya membeli burung di udara atau ikan dalam air atau membeli ternak yang masih dalam kandungan induknya termasuk dalam transaksi yang bersifat gharar. 3. Haram Ketika objek yang diperjualbelikan ini adalah haram, maka transaksi nya menjadi tidak sah. Misalnya jual beli khamr, dan lain-lain. 4. Riba Pelarangan riba telah dinyatakan dalam beberapa ayat Al Quran. Ayat-ayat mengenai pelarangan riba diturunkan secara bertahap. Tahapan-tahapan turunnya ayat dimulai dari peringatan secara halus hingga peringatan secara keras. Tahapan turunnya ayat mengenai riba dijelaskan sebagai berikut : a) Menolak anggapan bahwa riba tidak menambah harta justru mengurangi harta. Sesungguhnya zakatlah yang menambah harta. Seperti yang dijelaskan dalam QS. Ar Rum : 39 . “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang- orang yang melipat gandakan (pahalanya)” b) Riba digambarkan sebagai suatu yang buruk dan balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba.
  • 10. c) Riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda. Allah menunjukkan karakter dari riba 9 keuntungan menjauhi riba seperti yang tertuang dalam QS. Ali Imran : 130. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” d) Merupakan tahapan yang menunjukkan betapa kerasnya Allah mengharamkan riba. QS. Al Baqarah : 278-279 berikut ini menjelaskan konsep final tentang riba dan konsekuensi bagi siapa yang memakan riba. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” 5. Bathil Dalam melakukan transaksi, prinsip yang harus dijunjung adalah tidak ada kedzhaliman yang dirasa pihak-pihak yang terlibat. Semuanya harus sama-sama rela dan adil sesuai takarannya. Maka, dari sisi ini transaksi yang terjadi akan merekatkan ukhuwah pihak-pihak yang terlibat dan diharap agar bisa tercipta hubungan yang selalu baik. Kecurangan, ketidakjujuran, menutupi cacat barang, mengurangi timbangan tidak dibenarkan. Atau hal-hal kecil seperti menggunakan barang tanpa izin, meminjam dan tidak bertanggungjawab atas kerusakan harus sangat diperhatikan dalam bermuamalat.
  • 11. 10 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam pembahasan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang meberi manfaat dengan cara yang ditentukan. Hal yang termasuk muamalah yaitu: 1. Jual beli yaitu penukaran harta atas dasar saling rela. Hukum jual beli adalah mubah, artinya hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka. 2. Menghindari riba. Dalam pelaksanaan jual beli juga ada rukun jual beli yaitu: a. Penjual dan pembeli b. Uang dan benda yang dibeli c. Lafaz ijab dan kabul 3.2 Saran Kita sebagai umat muslim agar memperhatikan hukum muamalah dan tata cara jual beli yang sah menurut agama islam. Dan kita juga harus memperhatikan riba yang terkandung didalam hal jual beli tersebut, karena terdapat hadist yang mengharamkan riba dalam islam.
  • 12. 11