SlideShare a Scribd company logo
Pemeriksaan Fisik Neurologis
Mochamad Rizki Yulianto
Fendi Fatkhurrohman Gozi
1
Pemeriksaan kesadaran
MAC, dr 2
Pemeriksaan Saraf Kranial
3
N I (Olfaktorius)
• Syarat:
- menggunakan bahan-bahan yang telah dikenal oleh pasien
- tidak menyengat (mis: ammonia)  merangsang N V
Cara:
- Diperiksa satu persatu dan lubang hidung yang lain haruslah
ditutup
- Pasien mencium bau dengan mata tertutup  menyebutkan
bau apa yang diciumnya.
NB:
- Diutamakan kemampuan membau daripada kemampuan
identifikasi bau
4
NII (Optikus)
Pemeriksaan saraf ini terdiri:
1. Visual aquity
2. Lapangan pandang
3. Warna
4. funduskopi
5
Visual aquity
• menggunakan snellen chart untuk penglihatan jauh dan Jagger
reading card untuk penglihatan jarak dekat.
• Secara kasar dapat diperiksa:
- Melihat jari pada jarak 1 m  visus >1/60.
- Melihat lambaian tangan  visus >1/300
- melihat persepsi cahaya  visus 1/~
- Tidak bisa melihat sama sekali  0.
6
Lapangan pandang
• ideal menggunakan perimeter atau tangent screen, kita
dapat melakukan tes konfrontasi dengan cara:
pemeriksa dan penderita berada pada jarak 2-3 kaki dengan
kedua mata pemeriksa dan penderita pada jarak yang sejajar
mata yang tidak diperiksa ditutup
mata kanan untuk memeriksa mata kiri
dengan pin dengan kepala yang berwarna pemeriksa
menggerakkan sampai pesien dapat melihat pin tersebut
syarat pemeriksaan ini adalah pemeriksa harus normal
7
Warna
- menggunakan kartu ishihara, hardi ritter rand, atau kartu sejenis
- kelainan melihat warna ini terjadi pada 3-4% laki-laki.
8
Funduskopi
- mengevaluasi papil,
pembuluh darah dan
retina.
9
N III, IV, VI
- pertama-tama kita periksa gerakan bola mata
- posisi bola mata saat diam  dapat menentukan lokasi lesi.
- Selanjutnya adalah pemeriksaan pupil.
- Pehatikan adalah bentuk pupil, lebar pupil, perbedaan lebar pupil.
10
Refleks Cahaya
•Reflek cahaya langsung:
- diperiksa dengan memberikan cahaya secara
mendadak pada bola mata yang diperiksa  pupil
mengecil atau miosis.
- Reflek cahaya konsensuil diperiksa dengan
menyinari ,mata yang diperiksa pada sisi lateral,
sedang pada mata kontra lateral diberi cahaya
secara mendadak, reflek yang terjadi adalah miosis
pada sisi mata yang diperiksa.
11
Refleks akomodasi dan konvergensi
- Reflek akomodasi dan konvergensi diperiksa dengan meminta pasien
untuk memandang obyek yang jauh an mendadak diminta untuk
melihat obyek yang dekat bola mata akan berkonvergensi,
menipisnya lensa dan miosis pada pupil.
12
N V ( trigeminus )
• komponen nervus V terdiri dari komponen motorik dan sensorik,
pemeriksaan komponen sensorik dan motorik dibahas pada
pemeriksaan motorik dan sensorik secara umum.
13
N V
• Reflek kornea adalah pemeriksaan yan paling sensitive untuk
mengetahui adanya kelainan NV
- Refleks kornea dapat dibangkitkan dengan cara menyentuh
daerah limbus pada sisi lateral setelah pasien diminta untuk
melirik ke arah kontra lateral  menutupnya kedua kelopak
mata.
14
N VII (Fasialis)
Komponen saraf VII adalah:
• komponen lakrimasi
• komponen pendengaran
• komponen perasa khusus lidah
• komponen motorik otot-otot mimic
15
Komponen perasa lidah
- menggunakan larutan bonstein, yaitu NaCl 2,5%,
glukosa 4%, asam sitrat 1%, dan kinin 0,075%.
- Cara pemeriksaannya adalah dengan cara pasien
diminta menutup mata , lidah dikeluarkan dan
dibersihkan lalu diolesi cairan bonstein tersebut, dan
pasien diminta menyebutkan yang dia rasakan dengan
cara menulis atau menunjuk tulisan.
16
Komponen motorik
- NVII meliputi otot-otot mimik, yang harus kita perhatikan saat diam
dan saat bergerak, hendaknya kita dapat menilai masing masing otot.
17
N VIII
Sistem keseimbangan:
- Vertigo
- Nystagmus
18
Sistem pendengaran
- Pemeriksaan rinne untuk membandingkan konduksi
tulang dan konduksi udara
- garpu tala digetarkan dan diletakkan di planum
mastoid dan kemudian diletakkan dengan cepat di
depan telinga yang diperiksa dan ditanya mana yang
lebih keras.
- Cara tradisional dengan meletakkan garpu tala pada
daerah mastoid dan ketika sudah tidak terdengar
garpu tala diletakkan didepan telinga , normalnya
pasien masih dapat mendengar dua kali lebih lama
dari pada konduksi tulang.
19
Sistem pendengaran
Weber:
- Cara meletakkan garpu tala yang digetarkan pada vertex, diperiksa apa
ada yang terdengar lebih keras pada satu sisi (lateralisasi)
20
Interpretasi Pemeriksaan
21
N IX-X
• reflek muntah yang dapat dirangsang melalui cara
menyentuh pharing, palatum, dasar lidah, atau dinding
posterior pharing dengan spatel tongue, atau alat lain yang
mirip.
• Suara parau juga merupakan tanda kelemahan sistem saraf
ini terutama NX
• terjadi kelemahan menelan
• uvula akan condong ke arah yang sehat, pada kelumpuhan
sistem saraf ini juga terjadi kelemahan batuk.
MAC, dr 22
N XI
Pemeriksaan sama dengan sistem motorik
23
N XII
- Melihat lidah pada posisi diam dan bergerak
- Pada saat diam lidah condong keposisi yang sehat
- Pada saat bergerak lidah condong keposisi yang sakit
24
Sistem Motorik
25
Kekuatan motorik
Ada 2 cara:
1. Pemeriksa aktif pasien pasif
2. Pemeriksa pasif pasien aktif
Pemeriksaan sesuai dengan gerakan otot yang diperiksa
26
Nilai Kekuatan motorik menurut MRC
0 tidak ada kontraksi
1 hanya ada sedikit kontraksi otot
2 ada gerakan sendi tanpa dapat melawan gerakan
gravitasi
3 dapat melawan gerakan gravitasi
4- dapat melawan grafitasi dan sedikit tahanan
4 dapat melawan grafitasi dan tahanan sedang
4+ dapat melawan grafitasi dan kuat tahanan
5 normal
27
Untuk mengetahui kelemahan ringan
1. Tes pronasi
cara mengangkat kedua tangan dan kedua mata tertutup, pada
sisi yang lemah akan terjadi pronasi
2. Hover Manuver
cara mengangkat kaki dan menahan kaki kontra lateralnya, pada
sisi yang lemah bila diangkat akan terasa berat pada sisi
kontralateralnya.
28
Mengetahui lateralisasi
1. Posisi pada saat diam
2. Rangsang nyeri
3. Tes jatuh
4. Tes posisi sulit
5. refleks
29
30
OBSERVASI, PALPASI, PERKUSI DAN MANIPULASI PASIF
Observasi
• Kelainan dari postur dan posisi dari ekstremitas  perubahan
tonus
Palpasi
• Perhatikan konsistensi, elastisitas pasif, kekokohan (firmness) atau
turgor dari otot
Perkusi
• Perkusi atau meregangkan otot dengan menepuk digunakan untuk
penilaian terangsangnya otot, atau kontraksi
Resistance dari otot terhadap manipulasi pasif
• Pada hemiparesis dimana lengan lebih terkena dari pada tungkai,
periksa tonus waktu ektensi lengan atas dan fleksi pada tungkai
bawah.
31
Macam tonus
1. Hipotonus  tonus yang turun
2. Hipertonus  tonus yang meningkat
a. Spastik  fenomena pisau lipat
b. Rigid
- Cog wheel  seperti gerigi
- Led pipe  kaku saat digerakkan
32
33
Syarat pemeriksaan
1. Pasien kooperatif
2. Prosedur sederhana
3. Pada px tidak sadar  rangsang nyeri  lihat respon gerakan
tubuh
34
35
PEMBAGIAN:
1. Rasa sensoris eksteroseptif
2. Rasa sensoris proprioseptif
3. Rasa sensoris interoseptif atau viseral
4. Rasa sensoris gabungan; fungsi sensoris serebral
36
RASA SENSORIS EKSTEROSEPTIF DAN
PROPRIOSEPTIF
RASA SENSORIS EKSTEROSEPTIF
- Rasa nyeri superfisial
- Rasa suhu
- Rasa raba (tactile)
RASA SENSORIS PROPRIOSEPTIF
- Rasa gerak dan posisi
- Rasa getar
- Rasa tekan
- Rasa nyeri dalam atau nyeri tekan
37
RASA GABUNGAN
- Stereognosis
- Barognosis
- Topesthesia atau topognosia
- Graphesthesia
- Recognition of texture
- Two-point tactile (spatial) discrimination
- Sensory extinction atau inattention
- Recognition of electrical stimulation
- Autotopagnosia atau somatotopagnosia
38
RASA NYERI SUPERFISIAL
• Cara yang paling sederhana adalah menggunakan jarum pentol. Sebaiknya
penderita menutup matanya. Harus ditanyakan apakah rasa tajam atau
tumpul. Stimulasi dilakukan bergantian antara kepala (tumpul) dan ujung
tajam dari jarum pentol.
• Mengetahui batas kelainan paling tepat bila pemeriksaan dilakukan mulai
dari daerah kurang sensitif ke sensitivitas lebih besar, bukan sebaliknya.
• Bila terdapat hiperalgesia harus diperiksa daerah normal ke daerah
hiperalgesia.
• Bila stimuli diberikan terlalu dekat satu sama yang lain dan bila stimuli satu
sama yang lain terlalu cepat, maka terdapat summasi dari impuls atau,
sebaliknya bila konduksi lambat, respon dari penderita menunjuk pada
stimulasi sebelumnya.
39
RASA SUHU
•Rasa suhu dites dengan menggunakan tabung reaksi
mengandung es yang retak (cracked ice)
(5-100 C) dan air panas (40-450 C) atau lebih baik
menggunakan tabung metal air dingin atau air panas.
•Distribusi kulit dari tak adanya rasa panas lebih besar
dari pada tak adanya rasa dingin.
•Orang normal harus dapat membedakan perbedaan
stimuli dari 2 sampai 5 derajad celsius.
40
RASA RABA ATAU SENTUHAN RINGAN
Rasa raba umum dites dengan menggunakan
stimulus ringan seperti sikat rambut onta,
seutas kapas, bulu sayap binatang, sehelai
lap kertas. Stimulus harus begitu lemah
sehingga tak ada tekanan pada jaringan
subkutan.
41
RASA GERAK DAN POSISI
- jari-jari yang relax komplit harus dipegang pada kedua sisi
lateral, dengan tekanan sesedikit mungkin, dan geraklah
pasif.
- Jari pemeriksa harus diletakkan paralel dengan bidang
gerak untuk menghapus variasi dalam tekanan.
- Jari yang diperiksa harus dipisahkan dengan jari-jari lainnya
sehingga tak ada kontak dengan jari lainnya.
- Penderita tak boleh mencoba gerakan aktif dari jari yang
diperiksa, agar tak membantu menentukan posisinya.
- Bila rasa gerak dan posisi dari jari-jari hilang, maka harus
memeriksa bagian yang lebih besar dari tubuh seperti
tungkai dan lengan bawah.
42
RASA GETAR ATAU PALLESTHESIA
 Digunakan garpu tala dengan 128 Hz, walaupun beberapa penulis
mengatakan bahwa 256 Hz memberi perubahan lebih halus dari
ambang getar.
 Rasa getar dites pada penonjolan tulang
 Garpu tala dibiarkan sampai penderita tak merasakan getaran setelah
itu dibandingkan dengan pemeriksa.
 Ambang dari persepsi getar normal agak lebih tinggi pada
ekstremitas bawah dari pada ekstremitas atas.
43
RASA TEKAN
• Rasa tekan hubungan erat dengan rasa raba, akan tetapi mengenai persepsi
tekanan dari struktur subkutan
• Rasa tekan dites dengan menggunakan jari atau benda tumpul, dengan
tekanan pada struktur subkutan, seperti massa otot, tendon, dan sarafnya,
atau menjepit antara jari-jari.
44
RASA DALAM ATAU RASA NYERI
TEKAN
•Nyeri tekan dites dengan menjepit otot atau tendon,
dengan penekanan pada saraf yang terletak dekat pada
permukaan, atau dengan penekanan pada testikel atau
bola mata.
•Rasa nyeri tekan hilang dini pada tabes.
•Abadie’s sign tak ada rasa nyeri pada penekanan pada
tendon achilles pada penekanan.
•Biernacki’s sign tak ada rasa nyeri pada penekanan dari
nervus ulnaris.
•Pitres’sign tak rasa nyeri pada penekanan testis, terdapat
pada tabes dorsalis.
45
46
PEMBAGIAN
- Deep (muscle stretch) reflexes
- Superficial reflex
- Pyramidal tract responses
- Reflexes of spinal automatism
- Postural and Righting reflexes
- Associated movements
47
SYARAT PEMERIKSAAN:
•Stimulus harus cepat, langsung, tak nyeri
•Penderita dalam posisi menyenangkan dan santai
•Keadaan tonus otot: sedikit kontraksi. Ini
berhubung reaksi dan refleks tergantung pada
keadaan tonus otot.
•Letak ekstremitas dalam keadaan simetris
•Reaksi refleks dapat dilihat atau dirasakan dengan
meletakkan tangan diatas otot ybs.
•Respon refleks selalu dibandingkan dengan sisi yang
lain.
48
DERAJAD REFLEKS TENDON
----------------------------------------------------------------
Derajad Refleks
----------------------------------------------------------------
0 Tak ada
1+ atau + Hipoaktif
2+ atau ++ Normal
3+ atau +++ Hiperaktif tanpa klonus
4+ atau ++++ Hiperaktif dengan klonus
----------------------------------------------------------------
49
BICEPS REFLEKS (C5-C6:
N.musculocutaneous)
• Lengan dalam posisi santai dengan lengan bawah antara fleksi dan
ekstensi dan sedikit pronasi.
• Ketuklah pada tendon dari biceps, dengan meletakkan jari telunjuk
diatasnya lalu dipukul dengan palu refleks.
50
TRICEPS REFLEKS (C6-C8: N.radialis)
• Lengan dalam posisi setengah antara fleksi dan ektensi.
• Ketuklah pada tendon refleks diatas insersi pada processus olecranon
dari ulna.
51
PERIOSTO-RADIAL REFLEKS (C5-C6:
N.radialis)
Bila processus styloid dari radius diketuk dengan lengan bawah
dalam kedudukan semifleksi dan semipronasi, maka terdapat
fleksi dari lengan bawah dengan supinasi.
Respon yang belakangan ini lebih jelas bila diekstensi dan
pronasi, akan tetapi refleksnya lebih lemah. Kadang-kadang
terdapat ikut sertanya fleksi dari pergelangan tangan dan jari-
jari, dengan adduksi dari lengan bawah.
Otot utama yang terlibat adalah brachioradialis, dan dapat
dirangsang tak hanya pada insersi tendon pada aspek lateral
dari basis dari processus styloid dari radius, akan tetapi juga
sepanjang sepertiga bagian bawah pada permukaan lateral dari
radius atau pada origo dari tendon diatas epicondylus lateralis
dari humerus.
52
PERIOSTO-ULNAR REFLEKS (C6-Th1:
N.medianus)
•Bila processus styloid ulna dari permukaan postero-
inferior ulna diketuk waktu lengan bawah dalam
semifleksi dan pergelangan tangan dalam
semipronasi, terdapat pronasi dari lengan bawah,
sering dengan adduksi dari pergelangan tangan.
Terdapat juga fleksi pergelangan tangan dan jari-
jari. Otot utama yang ikut serta dalam respon ini
adalah pronator teres dan quadratus.
•Refleks ini meningkat pada lesi piramidal dini.
53
PATELLAR ATAU QUADRICEPS REFLEKS (KPR) (L2-
L4 : N.femoralis)
Ada 4 cara:
Duduk:
- Penderita duduk dikursi dengan kakinya istirahat pada lantai
- Penderita duduk pada pinggir dari meja dengan kakinya
menggantung tak menyentuh lantai.
- Penderita duduk dengan satu kaki menyilang terhadap kaki
satunya dan mengketuk tendon patellar.
Tidur ditempat tidur:
- Pemeriksa membengkokkan sebagian lututnya dengan menempatkan lengan
pemeriksa dibawahnya, dianjurkan untuk mengangkat kedua lututnya, dan
tumitnya beristirahat sedikit pada tempat tidur.
• Bila patellar refleks sangat meningkat, terdapat tak hanya ektensi dari tungkai,
akan tetapi adduksi dari paha, yang kadang-kadang bilateral.
54
ACHILLES ATAU TRICEPS SURAE REFLEKS (APR)
(L5-S2 : N tibialis)
• Achilles refleks didapat dengan mengketuk pada tendon achilles diatas insersi pada
permukaan posterior dari calcaneus. Ini diikuti oleh kontraksi dari otot posterior
crural, gastrocnemius, soleus, dan plantaris , dengan fleksi plantar dari kaki pada
pergelangan kaki.
• Bila penderita duduk atau tidur ditempat tidur, paha harus agak abduksi dan rotasi
eksternal, lutut harus fleksi, dan kaki harus agak inversi; pemeriksa harus
meletakkan satu tangan dibawah kaki untuk memberi dorsifleksi sedikit pada
pergelangan kaki.
• Bila refleks ini didapat dengan sukar, penderita diminta untuk menekan kakinya
terhadap tangan pemeriksa agar tendon agak tegang.
• Bila masih tak dapat diperoleh dengan cara ini, penderita diminta untuk berlutut
pada lututnya diatas kursi dengan permukaan lembut, sedangkan kakinya
bergantung tegak lurus; tendon achillesnya diketuk dengan posisi ini.
55
ANAL REFLEKS
2 bentuk:
1. Anal sphincter refleks
2. Superficial anal refleks
1. Anal sphincter refleks (innervasi: serat postganglionic dari cabang
simpathetik melalui plexus hypogastrik (Nn. presacralis)
Kontraksi dari sphincter interna dari anus pada waktu memasukkan
jari bersarung tangan kedalam anus
2. Superficial anal refleks ( N. Hemorrhoidal inferior : S4-S5)
Menggores atau menusuk kulit atau membran mukosa pada daerah
perianal, terdapat kontraksi dari sphincter eksterna.
56
CREMASTER REFLEKS (N.Ilioinguinal dan
genitofemoral : L1-L2)
•Menggores kulit pada bagian atas, aspek dalam
dari paha, dari atas kebawah dengan benda
tumpul, atau menusuk atau mencubit kulit
pada daerah ini, terdapat kontraksi dari otot
cremaster dengan elevasi homolateral dari
testikel.
57
SCROTAL REFLEKS
Refleks scrotal adalah refleks viseral.
Terdapat kontraksi pelan-pelan seperti cacing dari m.dartos pada
waktu memberi benda dingin pada otot tersebut atau mengusap
perineum.
58
GLUTEAL REFLEKS
Kontraksi dari m. gluteal pada waktu menggores kulit diatas pantat.
M. gluteus max. dinervasi oleh n. gluteal inf. (L4-S2), dan kulit
didaerah ini diinervasi oleh cabang kutaneus dari post. rami dari
saraf lumbal dan sakral.
59
MAC, dr 60
(Th 5-7)
(Th7-9)
(Th9-11)
(Th11-12-upper
Lumbar)
61
PALMOMENTAL REFEKS (MARINESCO-
RADOVICI)
•Menggores dengan benda tumpul diatas thenar
eminence dari pergelangan tangan ke phalanx
proksimal atau kearah berlawanan, atau menepuk
daerah ini  kontraksi dari otot mentalis dan
orbicularis oris. Terdapat kerutan dari kulit dari
dagu dan retraksi sedikit dan kadang-kadang elevasi
dari sudut mulut.
•Terdapat pada penyakit piramidal, juga pada lesi
lobus frontalis, dan kelainan kortikal difus.
62
GRASP, ATAU FORCED GRASPING REFLEKS
(1)
Terdapat 4 variasi:
1. Simple grasp refleks
2. Hooking response
3. Tonic perseveration atau forced grasping refleks
4. Groping response
1. Simple grasp refleks
• Jari-jari pemeriksa dimasukkan antara ibu jari dan jari telunjuk, atau kulit dari
telapak tangan dirangsang lemah lembut, terdapat fleksi pelan-pelan dari jari-jari.
Jari penderita dapat menutup sekitar jari-jari pemeriksa pada genggaman lemah
lembut yang dapat relax waktu disuruh.
• Ini adalah palmar refleks normal yang berlebihan.
2. Hooking response
• Bila jari-jari fleksi penderita pelan-pelan diekstensi oleh tangan pemeriksa, jari-jari
penderita akan mencengkram (hook) jari-jari pemeriksa.
• Variasi patologis dari fleksor jari dan palmar refleks
63
GRASP, ATAU FORCED GRASPING
REFLEKS (2)
3. Tonic perseveration atau forced grasping refleks
• Bila refleks menggenggam hebat maka terdapat cengkraman hebat
dan tak dapat relax waktu disuruh melemaskan.
• Ini adalah bagian dari refleks “gegenhalten”
4. Groping response
• Sentuhan sangat ringan pada tangan penderita antara ibu jari dan jari
telunjuk waktu mata penderita ditutup, mengakibatkan ia
menggerakkan tangannya untuk menggenggam jari pemeriksa,
kadang-kadang dengan gerakan ritmis untuk mencapainya.
• Respon ini biasanya kontralateral akan tetapi kadang-kadang
ipsilateral, dan diperkirakan terkenanya daerah premotor, walaupun
daerah piramidal mungkin terkena. Mereka juga terdapat pada
penderita koma, dan dilaporkan hubungan dengan lesi dari posterior
fossa, mungkin sekunder karena tekanan intrakranial meningkat.
64
HOFFMAN SIGN
Pemeriksa menunjang tangan penderita, dorsifleks pada
pergelangan tangan, sehingga relax komplit dan jari-jari
sedikit fleksi.
Jari tengah sedikit ekstensi dan phalanx tengah atau distal
dipegang kuat-kuat antara jari telunjuk dan tengah dari
pemeriksa.
Dengan ceklikan tajam dan keras dari ibu jari, pemeriksa
menekan kuku dari jari tengah penderita, menyebab-kan
fleksi kuat-kuat dari jari diikuti oleh pelepasan sekonyong-
konyong.
Bila Hoffmann sign positif terdapat fleksi dan adduksi dari
ibu jari dan fleksi dari jari telunjuk, dan kadang-kadang fleksi
dari jari-jari lain juga.
65
TRŐMNER SIGN
Pemeriksa memegang tangan penderita
dengan memegang phalanx proksimal atau
tengah dari jari tengah yang sedikit fleksi
antara ibu jarinya dan jari telunjuk. Dengan
jari tengah dari tangan lainnya ia menepuk
permukaan volar dari phalanx distal dari jari
tengah. Responnya sama dengan Hoffmann
sign.
66
LERI SIGN
• Pemeriksa memegang lengan bawah penderita yang disupinasi dan sedikit
fleksi, dan dengan tangan yang lain memfleksi kuat-kuat jari-jari penderita dan
pergelangan tangan. Pada orang normal terdapat kontraksi dari otot biceps dan
fleksi dari lengan bawah, dan terdapat juga adduksi dari lengan atas.
• Respon ini tak ada (negatif) pada lesi sistem piramidal. Fleksi yang ikut serta
pada siku bertambah dengan lesi lobus frontalis.
67
MAYER SIGN
• Tangan yang disupinasi dari penderita dipegang dengan tangan
pemeriksa, telapak tangan menghadap keatas, dengan jari-jari sedikit
fleksi dan ibu jari sedikit fleksi dan abduksi. Pemeriksa mengadakan
tekanan kuat dan pelan pada phalanx proksimal dari jari-jari,
terutama jari ketiga dan keempat, memfleksi pada sendi
metacarpopahalangeal dan menekan pada telapak tangan. Pada
orang normal terdapat adduksi dan opposisi dari ibu jari dengan
fleksi pada sendi metacarpo-phalangeal dan ekstensi pada sendi
interphalanx.
• Respon ini tak ada (negatif) pada lesi sistem piramidal. Ia kadang-
kadang tak ada pada orang normal, akan tetapi harus bilateral, Ia
juga tak ada pada hipotonia dan lesi saraf perifer. Ia meningkat pada
meningitis dan tumor otak, terutama bila terletak di lobus frontalis.
68
FLEXOR PLANTAR REFLEKS
•Pada orang normal, stimulasi pada
permukaaan kaki diikuti oleh fleksi
dari jari-jari kaki. Jari-jari kecil fleksi
lebih dari pada ibu jari.
•Innervasi N.tibialis (L4-S1-S2)
69
BABINSKI SIGN (EXTENSOR PLANTAR
REFLEX)
• Stimulasi dari permukaan plantar dari kaki dengan benda ujung tumpul ,
terdapat dorsifleksi dari ibu jari kaki bersamaan dengan fanning (separasi) dari
jari-jari kaki.
• Stimulasi dari tumit kedepan, biasanya berhenti pada sendi metatarso-
phalangeal. Pada orang dengan permukaan kaki kapalan dites bagian dalam
dari kaki yang tak ada kapalan.
70
CHADDOCK SIGN
• Merangsang bagian lateral dari kaki, dibawah dan sekitar malleolus
eksternus dalam arah lingkaran dengan benda ujung tumpul 
respon dorsifleksi dari jari-jari.
71
OPPENHEIM SIGN
Menekan hebat dengan ibu jari dan jari telunjuk (jari telunjuk dan jari tengah)
pada permukaan anterior dari tibia, terutama pada bagian medial, dan
menggores kebawah dari daerah infrapatellar ke pergelangan kaki  respon
dorsifleksi dari jari-jari.
72
GORDON DAN SCHAEFER SIGN
• GORDON SIGN
Memencet atau memberi tekanan dalam pada otot betis  dorsifleksi
jari-jari kaki
• SCHAEFER SIGN
Memencet atau memberi tekanan dalam pada tendon achilles 
dorsfleksi jari-jari kaki
73
GONDA DAN STRANSKY SIGN
• GONDA SIGN
Menekan dan merenggangkan kebawah atau menepuk distal
phalanx dari jari kedua atau keempat
 dorsifleksi dari ibu jari kaki.
Bila respon sukar didapatkan, pemeriksa dapat fleksi jari
pelan-pelan, tekan pada kuku, dan plintir (putar) jari dan
pertahankan untuk beberapa detik.
• STRANSKY SIGN
Abduksi hebat dari kelingking jari kaki diikuti oleh pelepasan
mendadak  dorsifleksi dari ibu jari kaki.
74
ROSSLIMO DAN MENDEL-
BECHTEREW SIGN
• ROSSOLIMO SIGN
Mengetuk bantalan depan dari kaki (ball of the foot), perkusi
permukaan dari ibu jari kaki, mengetuk atau menggores
(stroke) balls dari jari-jari kaki, atau memberi tepukan cepat
dengan menggerakkan keatas (lifting) ujung jari-jari  fleksi
plantar dari jari-jari.
• MENDEL-BECHTEREW ATAU DORSOCUBOIDAL SIGN (tarso-
phalangeal reflex)
Mengetuk atau menggores bagian luar dari dorsum kaki pada
daerah dari os cuboid, atau diatas metatarsal keempat dan
kelima  fleksi plantar dari jari-jari terutama bagian jari-jari
kecil.
75
76
77
LASEQUE SIGN
(straight-leg-raising test(SLR)
• Fleksi secara pasif sendi panggul (hip) pada penderita dalam posisi terlentang
sedangkan tungkai bawah ekstensi pada lutut.
• Nyeri pada sciatic notch diikuti oleh nyeri dan hipersensitivitas sepanjang
perjalanan dari distribusi dari nervus ischiadikus.
• Laseque test positif (terganggu) bila sudut fleksi sendi panggul < 70-800.
78
CONTRA-PATRICK’S SIGN
Modifikasi dari Laseque sign. Nyerinya lebih hebat bila test
dilakukan dengan paha dan tungkai dalam posisi adduksi dan
rotasi internal (Bonnet’s phenomenon) (de Jong 1970).
Maneuver ini arahnya sebaliknya dari Patrick’s “fabere” test
(fleksi, adduksi, rotasi internal, dan ekstensi) (“Fadire” test):
Terutama terdapat pada lesi inflamasi dari sendi sakro-iliac
(Williams 1965)
79
BRAGARD’S DAN SICARD SIGN
• BRAGARD’S SIGN
Penderita posisi terlentang dan tungkai bawah di-ekstensi (seperti pada
Laseque test) kita lakukan dorsifleksi dari kaki: nyeri bertambah hebat.
• SICARD’S SIGN
Penderita posisi terlentang dan tungkai bawah di-ekstensi (seperti pada
Laseque test) kita lakukan dorsifleksi dari ibu jari kaki: nyeri bertambah
hebat.
• Test Laseque, Bonnet, Bragard dan Sicard disebabkan karena regangan
(stretching) dari bagian tibial dari nervus ischiadikus dan menambah nyeri.
80
GOWER’S, NERI’S, MINOR’S DAN DOOR BELL SIGNS
• GOWER’S SIGN
Penderita dalam posisi terlentang dan paha serta tungkainya ektensi, kita
lakukan dorsifleksi pasif dari kaki: nyeri bertambah keras.
• NERI’S SIGN
Waktu membungkuk kedepan penderita memfleksi lututnya untuk
mencegah peregangngan dari nervus ischiadikus.
• MINOR’S SIGN
Waktu berdiri dari kursi menunjang dirinya pada sisi tak terkena dan
meletakkan satu tangan pada pinggangnya sedang ia membengkokkan
tungkai terkena.
• DOOR BELL’S SIGN
Nyeri tekan setinggi kelainan pada lateral dari processus spinosus waktu
penderita membungkuk kedepan.
81
VIETS AND NAFZIGER TEST
•Peningkatan dari tekanan intrakranial atau intraspinal
dapat menyebabkan bertambahnya nyeri radikuler pada
lesi yang mengambil tempat (space-consuming lesions)
menekan pada akar saraf.
•VIETS TEST: Penekanan digital pada vena jugularis
menambah nyeri radikuler. Tekanan harus dipertahankan
sampai penderita mengeluh rasa penuh dalam kepala,
selama 2 menit.
• NAFZIGER TEST: penekanan jugular dapat juga dilakukan
manset sphygmomanometer, mem-pertahankan tekanan
40 mm Hg selama 10 menit.
82
PATRICK’S SIGN
(Patrick’s “fabere” test)
Tanda ini terdiri atas nyeri di panggul bila tumit atau
malleolus eksternus dari ektremitas yang nyeri diletakkan
diatas lutut yang satunya dan paha ditekan kebawah.
Nyeri terjadi pada fleksi bersamaan dengan abduksi,
rotasi eksternal, dan ekstensi dari panggul yang terkena
(fleksi, abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi).
Pada pemeriksaan ini lutut dari sisi terkena tetap
diangkat oleh penderitanya dan tak dapat ditekan ke
tempat tidur.
Patrick’s sign positif pada penyakit sendi panggul, akan
tetapi biasanya negatif bila nervus ischiadikus terkena.
83
84
KAKU KUDUK
(NUCHAL RIGIDITY)
Kekakuan dari kuduk (neck) dan resistance terhadap
gerakan pasif dengan nyeri dan spasme pada percobaan
gerak.Terdapat resistance terhadap fleksi pasif, dan dagu
tak dapat ditekan diatas dada; terdapat resistance
terhadap hiperektensi dan gerakan putar.
Terdapat pada meningitis, cervical arthritis, myositis,
cervical adenopathy, retropharyngeal abses, trauma,
caries dari spine, hubungan dengan infeksi berat seperti
pneumonia dan typhoid fever
85
KERNIG’S SIGN
Penderita terlentang : fleksi paha 90° dan usahakan ektensi tungkai
bawah.
Kernig’s sign positif bila tungkai bawah tak dapat ekstensi tegak lurus
atau 45°
dari paha.
86
BRUDZINSKI’S NECK SIGN
Fleksi pasif dari kepala diikuti oleh fleksi dari kedua
paha dan tungkai, sehingga
kedua ekstremitas bawah fleksi hebat terhadap
pelvis. Kadang-kadang terdapat fleksi dari kedua
lengan dan separasi (fanning) dari jari-jari kaki.
Dilakukan dengan meletakkan satu tangan dibawah
kepala penderita dan fleksi sekuatnya kuduk,
sedangkan tangan lainnya pada dada penderita
untuk mencegah terangkatnya tubuh.
87
BRUDZINSKI CONTRALATERAL LEG
SIGNS
Fleksi pasif dari kepala terutama bila paha fleksi sedangkan lutut
ekstensi, diikuti oleh fleksi dari paha dan lutut kontralateral.
88
BRUDZINSKI’S CHEEK SIGN
Tekanan pada pipi atau dibawah zygoma diikuti oleh refleks fleksi
pada sendi lengan dan sentakan keatas dari lengan.
89
BRUDZINSKI’S SYMPHYSIS SIGN
Tekanan pada symphysis pubis diikuti oleh fleksi dari kedua
ekstremitas.
90
GUILLAIN’S SIGN
Mencubit kulit pada otot quadriceps femoris atau menjepit otot pada
satu sisi diikuti oleh fleksi dari pinggul dan lutut kontralateral.
91
EDELMANN’S GREAT TOE
PHENOMENON
Fleksi dari paha pada panggul sedangkan tungkai ekstensi pada lutut
diikuti oleh dorsifleksi dari ibu jari kaki.
Terdapat pada edema otak dan juga pada meningitis.
92
Tanda Cerebellar
1. dysinergia
2. dysmetria
3. gangguan koordinasi (disdiadokokinesia)
4. intention tremor
5. hypotonia
6. scanning speech
7. nystagmus
93
Pemeriksaan penunjang
1. Lumbal Punksi
2. Ct Scan
94
Pemeriksaan likuor
Indikasi:
1. Konfirmasi diagnosis
2. Identifikasi organisme
3. Tes sensitifitas antibiotik
4. Untuk terapi yang rasional
95
96
Tekanan Intra kranial
97
TERIMA KASIH
98

More Related Content

What's hot

Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
Ecye Tuhusula
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
Ariesta Mp
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
Sulistia Rini
 
Manuver leopold
Manuver leopoldManuver leopold
Manuver leopold
Faisal Budi
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
Azis Aimaduddin
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Seascape Surveys
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
Maria Haryanthi Butar-Butar
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
fikri asyura
 
Muntah pada Anak
Muntah pada AnakMuntah pada Anak
Muntah pada Anak
mataharitimoer MT
 
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Robertus Arian Datusanantyo
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialNoorahmah Adiany
 
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi SpinalPresentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
Aris Rahmanda
 
Kesadaran Menurun ec Hemoragik Stroke
Kesadaran Menurun ec Hemoragik StrokeKesadaran Menurun ec Hemoragik Stroke
Kesadaran Menurun ec Hemoragik Stroke
Aulia Amani
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungVerar Oka
 
Audiometri
AudiometriAudiometri
Audiometri
Anna Suraya
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Aris Rahmanda
 
Muscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaMuscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesia
Nur Hajriya
 

What's hot (20)

Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
 
Manuver leopold
Manuver leopoldManuver leopold
Manuver leopold
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Laporan kasus
Laporan kasusLaporan kasus
Laporan kasus
 
Muntah pada Anak
Muntah pada AnakMuntah pada Anak
Muntah pada Anak
 
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
Kegawatan Kardiovaskuler: Sindrom Koroner Akut, Henti Jantung, dan Syok Kardi...
 
Pneumothoraks
PneumothoraksPneumothoraks
Pneumothoraks
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi SpinalPresentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
 
Kesadaran Menurun ec Hemoragik Stroke
Kesadaran Menurun ec Hemoragik StrokeKesadaran Menurun ec Hemoragik Stroke
Kesadaran Menurun ec Hemoragik Stroke
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
 
Pengantar ilmu anatomi
Pengantar ilmu anatomiPengantar ilmu anatomi
Pengantar ilmu anatomi
 
Audiometri
AudiometriAudiometri
Audiometri
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Muscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaMuscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesia
 

Similar to Pemeriksaan Fisik Neurologis.ppt

Px neurologi fix
Px neurologi fixPx neurologi fix
Px neurologi fix
DwiKartikaRukmi
 
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.pptASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
NurulLaili35
 
Pemfis neurologi@dons
Pemfis neurologi@donsPemfis neurologi@dons
Teori persyarafan
Teori persyarafanTeori persyarafan
Teori persyarafan
Heri Zalmes Dodge Tomahawk
 
Pemfis neurologis
Pemfis neurologisPemfis neurologis
Pemfis neurologis
Nurul Sari
 
REVISI 2 PEMERIKSAAN
REVISI 2 PEMERIKSAANREVISI 2 PEMERIKSAAN
REVISI 2 PEMERIKSAAN
zara larasati
 
Anatomi dan fisiologi sistem persarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persarafanAnatomi dan fisiologi sistem persarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persarafanFedi Nurrizall
 
1.ppt
1.ppt1.ppt
1.ppt
MituPrauli
 
5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan 5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan
Ronald Wiradirnata
 
Modul b3 pemeriksaan saraf kranialis
Modul b3   pemeriksaan saraf kranialisModul b3   pemeriksaan saraf kranialis
Modul b3 pemeriksaan saraf kranialisLia Amaliah
 
212533945-Vertigo-ppt.ppt
212533945-Vertigo-ppt.ppt212533945-Vertigo-ppt.ppt
212533945-Vertigo-ppt.ppt
nurulhidayah197160
 
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptx
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptxPemeriksaan Lumbar Spine.pptx
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptx
HendraNopriansyah1
 
Rockn dut fisioterapi
Rockn dut fisioterapiRockn dut fisioterapi
Rockn dut fisioterapi
Wahyu Budi Prasetyo
 
Tata laksana pokok bahasa pemeriksaan
Tata laksana pokok bahasa pemeriksaanTata laksana pokok bahasa pemeriksaan
Tata laksana pokok bahasa pemeriksaan
zara larasati
 
pemeriksaan
pemeriksaanpemeriksaan
pemeriksaan
zara larasati
 
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAANPEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
zara larasati
 
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptxPemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
ZevPanka1
 
Pemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptx
Pemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptxPemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptx
Pemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptx
AldySofyaan
 
GERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptx
GERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptxGERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptx
GERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptx
MayaLatifahRy
 
Materi Presentasi KKD Segment anterior.pptx
Materi Presentasi KKD Segment anterior.pptxMateri Presentasi KKD Segment anterior.pptx
Materi Presentasi KKD Segment anterior.pptx
ssuser7f39e0
 

Similar to Pemeriksaan Fisik Neurologis.ppt (20)

Px neurologi fix
Px neurologi fixPx neurologi fix
Px neurologi fix
 
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.pptASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
ASKEP SISTEM NEUROLOGI.ppt
 
Pemfis neurologi@dons
Pemfis neurologi@donsPemfis neurologi@dons
Pemfis neurologi@dons
 
Teori persyarafan
Teori persyarafanTeori persyarafan
Teori persyarafan
 
Pemfis neurologis
Pemfis neurologisPemfis neurologis
Pemfis neurologis
 
REVISI 2 PEMERIKSAAN
REVISI 2 PEMERIKSAANREVISI 2 PEMERIKSAAN
REVISI 2 PEMERIKSAAN
 
Anatomi dan fisiologi sistem persarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persarafanAnatomi dan fisiologi sistem persarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persarafan
 
1.ppt
1.ppt1.ppt
1.ppt
 
5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan 5. fisiology penglihatan
5. fisiology penglihatan
 
Modul b3 pemeriksaan saraf kranialis
Modul b3   pemeriksaan saraf kranialisModul b3   pemeriksaan saraf kranialis
Modul b3 pemeriksaan saraf kranialis
 
212533945-Vertigo-ppt.ppt
212533945-Vertigo-ppt.ppt212533945-Vertigo-ppt.ppt
212533945-Vertigo-ppt.ppt
 
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptx
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptxPemeriksaan Lumbar Spine.pptx
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptx
 
Rockn dut fisioterapi
Rockn dut fisioterapiRockn dut fisioterapi
Rockn dut fisioterapi
 
Tata laksana pokok bahasa pemeriksaan
Tata laksana pokok bahasa pemeriksaanTata laksana pokok bahasa pemeriksaan
Tata laksana pokok bahasa pemeriksaan
 
pemeriksaan
pemeriksaanpemeriksaan
pemeriksaan
 
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAANPEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
 
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptxPemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
Pemeriksaan Pupil, Gerak Bola Mata, Saraf.pptx
 
Pemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptx
Pemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptxPemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptx
Pemeriksaan Orthopaedi - kel 5.pptx
 
GERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptx
GERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptxGERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptx
GERAKAN VOLUNTEER DAN INVOLUNTEER online (wecompress.com).pptx
 
Materi Presentasi KKD Segment anterior.pptx
Materi Presentasi KKD Segment anterior.pptxMateri Presentasi KKD Segment anterior.pptx
Materi Presentasi KKD Segment anterior.pptx
 

Recently uploaded

PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
muhammadrezkizanuars
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
jualobat34
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
meta emilia surya dharma
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 

Recently uploaded (20)

PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli.pdf
 
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
Herbal penggugur kandungan Makassar obat aborsi janin makassar jamu penggugur...
 
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
Jamu Penggugur obat penggugur herbal penggugur kandungan (087776558899)
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptxDefinisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
Definisi dan Ruang Lingkup Farmakovigilans.pptx
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 

Pemeriksaan Fisik Neurologis.ppt

  • 1. Pemeriksaan Fisik Neurologis Mochamad Rizki Yulianto Fendi Fatkhurrohman Gozi 1
  • 4. N I (Olfaktorius) • Syarat: - menggunakan bahan-bahan yang telah dikenal oleh pasien - tidak menyengat (mis: ammonia)  merangsang N V Cara: - Diperiksa satu persatu dan lubang hidung yang lain haruslah ditutup - Pasien mencium bau dengan mata tertutup  menyebutkan bau apa yang diciumnya. NB: - Diutamakan kemampuan membau daripada kemampuan identifikasi bau 4
  • 5. NII (Optikus) Pemeriksaan saraf ini terdiri: 1. Visual aquity 2. Lapangan pandang 3. Warna 4. funduskopi 5
  • 6. Visual aquity • menggunakan snellen chart untuk penglihatan jauh dan Jagger reading card untuk penglihatan jarak dekat. • Secara kasar dapat diperiksa: - Melihat jari pada jarak 1 m  visus >1/60. - Melihat lambaian tangan  visus >1/300 - melihat persepsi cahaya  visus 1/~ - Tidak bisa melihat sama sekali  0. 6
  • 7. Lapangan pandang • ideal menggunakan perimeter atau tangent screen, kita dapat melakukan tes konfrontasi dengan cara: pemeriksa dan penderita berada pada jarak 2-3 kaki dengan kedua mata pemeriksa dan penderita pada jarak yang sejajar mata yang tidak diperiksa ditutup mata kanan untuk memeriksa mata kiri dengan pin dengan kepala yang berwarna pemeriksa menggerakkan sampai pesien dapat melihat pin tersebut syarat pemeriksaan ini adalah pemeriksa harus normal 7
  • 8. Warna - menggunakan kartu ishihara, hardi ritter rand, atau kartu sejenis - kelainan melihat warna ini terjadi pada 3-4% laki-laki. 8
  • 10. N III, IV, VI - pertama-tama kita periksa gerakan bola mata - posisi bola mata saat diam  dapat menentukan lokasi lesi. - Selanjutnya adalah pemeriksaan pupil. - Pehatikan adalah bentuk pupil, lebar pupil, perbedaan lebar pupil. 10
  • 11. Refleks Cahaya •Reflek cahaya langsung: - diperiksa dengan memberikan cahaya secara mendadak pada bola mata yang diperiksa  pupil mengecil atau miosis. - Reflek cahaya konsensuil diperiksa dengan menyinari ,mata yang diperiksa pada sisi lateral, sedang pada mata kontra lateral diberi cahaya secara mendadak, reflek yang terjadi adalah miosis pada sisi mata yang diperiksa. 11
  • 12. Refleks akomodasi dan konvergensi - Reflek akomodasi dan konvergensi diperiksa dengan meminta pasien untuk memandang obyek yang jauh an mendadak diminta untuk melihat obyek yang dekat bola mata akan berkonvergensi, menipisnya lensa dan miosis pada pupil. 12
  • 13. N V ( trigeminus ) • komponen nervus V terdiri dari komponen motorik dan sensorik, pemeriksaan komponen sensorik dan motorik dibahas pada pemeriksaan motorik dan sensorik secara umum. 13
  • 14. N V • Reflek kornea adalah pemeriksaan yan paling sensitive untuk mengetahui adanya kelainan NV - Refleks kornea dapat dibangkitkan dengan cara menyentuh daerah limbus pada sisi lateral setelah pasien diminta untuk melirik ke arah kontra lateral  menutupnya kedua kelopak mata. 14
  • 15. N VII (Fasialis) Komponen saraf VII adalah: • komponen lakrimasi • komponen pendengaran • komponen perasa khusus lidah • komponen motorik otot-otot mimic 15
  • 16. Komponen perasa lidah - menggunakan larutan bonstein, yaitu NaCl 2,5%, glukosa 4%, asam sitrat 1%, dan kinin 0,075%. - Cara pemeriksaannya adalah dengan cara pasien diminta menutup mata , lidah dikeluarkan dan dibersihkan lalu diolesi cairan bonstein tersebut, dan pasien diminta menyebutkan yang dia rasakan dengan cara menulis atau menunjuk tulisan. 16
  • 17. Komponen motorik - NVII meliputi otot-otot mimik, yang harus kita perhatikan saat diam dan saat bergerak, hendaknya kita dapat menilai masing masing otot. 17
  • 18. N VIII Sistem keseimbangan: - Vertigo - Nystagmus 18
  • 19. Sistem pendengaran - Pemeriksaan rinne untuk membandingkan konduksi tulang dan konduksi udara - garpu tala digetarkan dan diletakkan di planum mastoid dan kemudian diletakkan dengan cepat di depan telinga yang diperiksa dan ditanya mana yang lebih keras. - Cara tradisional dengan meletakkan garpu tala pada daerah mastoid dan ketika sudah tidak terdengar garpu tala diletakkan didepan telinga , normalnya pasien masih dapat mendengar dua kali lebih lama dari pada konduksi tulang. 19
  • 20. Sistem pendengaran Weber: - Cara meletakkan garpu tala yang digetarkan pada vertex, diperiksa apa ada yang terdengar lebih keras pada satu sisi (lateralisasi) 20
  • 22. N IX-X • reflek muntah yang dapat dirangsang melalui cara menyentuh pharing, palatum, dasar lidah, atau dinding posterior pharing dengan spatel tongue, atau alat lain yang mirip. • Suara parau juga merupakan tanda kelemahan sistem saraf ini terutama NX • terjadi kelemahan menelan • uvula akan condong ke arah yang sehat, pada kelumpuhan sistem saraf ini juga terjadi kelemahan batuk. MAC, dr 22
  • 23. N XI Pemeriksaan sama dengan sistem motorik 23
  • 24. N XII - Melihat lidah pada posisi diam dan bergerak - Pada saat diam lidah condong keposisi yang sehat - Pada saat bergerak lidah condong keposisi yang sakit 24
  • 26. Kekuatan motorik Ada 2 cara: 1. Pemeriksa aktif pasien pasif 2. Pemeriksa pasif pasien aktif Pemeriksaan sesuai dengan gerakan otot yang diperiksa 26
  • 27. Nilai Kekuatan motorik menurut MRC 0 tidak ada kontraksi 1 hanya ada sedikit kontraksi otot 2 ada gerakan sendi tanpa dapat melawan gerakan gravitasi 3 dapat melawan gerakan gravitasi 4- dapat melawan grafitasi dan sedikit tahanan 4 dapat melawan grafitasi dan tahanan sedang 4+ dapat melawan grafitasi dan kuat tahanan 5 normal 27
  • 28. Untuk mengetahui kelemahan ringan 1. Tes pronasi cara mengangkat kedua tangan dan kedua mata tertutup, pada sisi yang lemah akan terjadi pronasi 2. Hover Manuver cara mengangkat kaki dan menahan kaki kontra lateralnya, pada sisi yang lemah bila diangkat akan terasa berat pada sisi kontralateralnya. 28
  • 29. Mengetahui lateralisasi 1. Posisi pada saat diam 2. Rangsang nyeri 3. Tes jatuh 4. Tes posisi sulit 5. refleks 29
  • 30. 30
  • 31. OBSERVASI, PALPASI, PERKUSI DAN MANIPULASI PASIF Observasi • Kelainan dari postur dan posisi dari ekstremitas  perubahan tonus Palpasi • Perhatikan konsistensi, elastisitas pasif, kekokohan (firmness) atau turgor dari otot Perkusi • Perkusi atau meregangkan otot dengan menepuk digunakan untuk penilaian terangsangnya otot, atau kontraksi Resistance dari otot terhadap manipulasi pasif • Pada hemiparesis dimana lengan lebih terkena dari pada tungkai, periksa tonus waktu ektensi lengan atas dan fleksi pada tungkai bawah. 31
  • 32. Macam tonus 1. Hipotonus  tonus yang turun 2. Hipertonus  tonus yang meningkat a. Spastik  fenomena pisau lipat b. Rigid - Cog wheel  seperti gerigi - Led pipe  kaku saat digerakkan 32
  • 33. 33
  • 34. Syarat pemeriksaan 1. Pasien kooperatif 2. Prosedur sederhana 3. Pada px tidak sadar  rangsang nyeri  lihat respon gerakan tubuh 34
  • 35. 35
  • 36. PEMBAGIAN: 1. Rasa sensoris eksteroseptif 2. Rasa sensoris proprioseptif 3. Rasa sensoris interoseptif atau viseral 4. Rasa sensoris gabungan; fungsi sensoris serebral 36
  • 37. RASA SENSORIS EKSTEROSEPTIF DAN PROPRIOSEPTIF RASA SENSORIS EKSTEROSEPTIF - Rasa nyeri superfisial - Rasa suhu - Rasa raba (tactile) RASA SENSORIS PROPRIOSEPTIF - Rasa gerak dan posisi - Rasa getar - Rasa tekan - Rasa nyeri dalam atau nyeri tekan 37
  • 38. RASA GABUNGAN - Stereognosis - Barognosis - Topesthesia atau topognosia - Graphesthesia - Recognition of texture - Two-point tactile (spatial) discrimination - Sensory extinction atau inattention - Recognition of electrical stimulation - Autotopagnosia atau somatotopagnosia 38
  • 39. RASA NYERI SUPERFISIAL • Cara yang paling sederhana adalah menggunakan jarum pentol. Sebaiknya penderita menutup matanya. Harus ditanyakan apakah rasa tajam atau tumpul. Stimulasi dilakukan bergantian antara kepala (tumpul) dan ujung tajam dari jarum pentol. • Mengetahui batas kelainan paling tepat bila pemeriksaan dilakukan mulai dari daerah kurang sensitif ke sensitivitas lebih besar, bukan sebaliknya. • Bila terdapat hiperalgesia harus diperiksa daerah normal ke daerah hiperalgesia. • Bila stimuli diberikan terlalu dekat satu sama yang lain dan bila stimuli satu sama yang lain terlalu cepat, maka terdapat summasi dari impuls atau, sebaliknya bila konduksi lambat, respon dari penderita menunjuk pada stimulasi sebelumnya. 39
  • 40. RASA SUHU •Rasa suhu dites dengan menggunakan tabung reaksi mengandung es yang retak (cracked ice) (5-100 C) dan air panas (40-450 C) atau lebih baik menggunakan tabung metal air dingin atau air panas. •Distribusi kulit dari tak adanya rasa panas lebih besar dari pada tak adanya rasa dingin. •Orang normal harus dapat membedakan perbedaan stimuli dari 2 sampai 5 derajad celsius. 40
  • 41. RASA RABA ATAU SENTUHAN RINGAN Rasa raba umum dites dengan menggunakan stimulus ringan seperti sikat rambut onta, seutas kapas, bulu sayap binatang, sehelai lap kertas. Stimulus harus begitu lemah sehingga tak ada tekanan pada jaringan subkutan. 41
  • 42. RASA GERAK DAN POSISI - jari-jari yang relax komplit harus dipegang pada kedua sisi lateral, dengan tekanan sesedikit mungkin, dan geraklah pasif. - Jari pemeriksa harus diletakkan paralel dengan bidang gerak untuk menghapus variasi dalam tekanan. - Jari yang diperiksa harus dipisahkan dengan jari-jari lainnya sehingga tak ada kontak dengan jari lainnya. - Penderita tak boleh mencoba gerakan aktif dari jari yang diperiksa, agar tak membantu menentukan posisinya. - Bila rasa gerak dan posisi dari jari-jari hilang, maka harus memeriksa bagian yang lebih besar dari tubuh seperti tungkai dan lengan bawah. 42
  • 43. RASA GETAR ATAU PALLESTHESIA  Digunakan garpu tala dengan 128 Hz, walaupun beberapa penulis mengatakan bahwa 256 Hz memberi perubahan lebih halus dari ambang getar.  Rasa getar dites pada penonjolan tulang  Garpu tala dibiarkan sampai penderita tak merasakan getaran setelah itu dibandingkan dengan pemeriksa.  Ambang dari persepsi getar normal agak lebih tinggi pada ekstremitas bawah dari pada ekstremitas atas. 43
  • 44. RASA TEKAN • Rasa tekan hubungan erat dengan rasa raba, akan tetapi mengenai persepsi tekanan dari struktur subkutan • Rasa tekan dites dengan menggunakan jari atau benda tumpul, dengan tekanan pada struktur subkutan, seperti massa otot, tendon, dan sarafnya, atau menjepit antara jari-jari. 44
  • 45. RASA DALAM ATAU RASA NYERI TEKAN •Nyeri tekan dites dengan menjepit otot atau tendon, dengan penekanan pada saraf yang terletak dekat pada permukaan, atau dengan penekanan pada testikel atau bola mata. •Rasa nyeri tekan hilang dini pada tabes. •Abadie’s sign tak ada rasa nyeri pada penekanan pada tendon achilles pada penekanan. •Biernacki’s sign tak ada rasa nyeri pada penekanan dari nervus ulnaris. •Pitres’sign tak rasa nyeri pada penekanan testis, terdapat pada tabes dorsalis. 45
  • 46. 46
  • 47. PEMBAGIAN - Deep (muscle stretch) reflexes - Superficial reflex - Pyramidal tract responses - Reflexes of spinal automatism - Postural and Righting reflexes - Associated movements 47
  • 48. SYARAT PEMERIKSAAN: •Stimulus harus cepat, langsung, tak nyeri •Penderita dalam posisi menyenangkan dan santai •Keadaan tonus otot: sedikit kontraksi. Ini berhubung reaksi dan refleks tergantung pada keadaan tonus otot. •Letak ekstremitas dalam keadaan simetris •Reaksi refleks dapat dilihat atau dirasakan dengan meletakkan tangan diatas otot ybs. •Respon refleks selalu dibandingkan dengan sisi yang lain. 48
  • 49. DERAJAD REFLEKS TENDON ---------------------------------------------------------------- Derajad Refleks ---------------------------------------------------------------- 0 Tak ada 1+ atau + Hipoaktif 2+ atau ++ Normal 3+ atau +++ Hiperaktif tanpa klonus 4+ atau ++++ Hiperaktif dengan klonus ---------------------------------------------------------------- 49
  • 50. BICEPS REFLEKS (C5-C6: N.musculocutaneous) • Lengan dalam posisi santai dengan lengan bawah antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi. • Ketuklah pada tendon dari biceps, dengan meletakkan jari telunjuk diatasnya lalu dipukul dengan palu refleks. 50
  • 51. TRICEPS REFLEKS (C6-C8: N.radialis) • Lengan dalam posisi setengah antara fleksi dan ektensi. • Ketuklah pada tendon refleks diatas insersi pada processus olecranon dari ulna. 51
  • 52. PERIOSTO-RADIAL REFLEKS (C5-C6: N.radialis) Bila processus styloid dari radius diketuk dengan lengan bawah dalam kedudukan semifleksi dan semipronasi, maka terdapat fleksi dari lengan bawah dengan supinasi. Respon yang belakangan ini lebih jelas bila diekstensi dan pronasi, akan tetapi refleksnya lebih lemah. Kadang-kadang terdapat ikut sertanya fleksi dari pergelangan tangan dan jari- jari, dengan adduksi dari lengan bawah. Otot utama yang terlibat adalah brachioradialis, dan dapat dirangsang tak hanya pada insersi tendon pada aspek lateral dari basis dari processus styloid dari radius, akan tetapi juga sepanjang sepertiga bagian bawah pada permukaan lateral dari radius atau pada origo dari tendon diatas epicondylus lateralis dari humerus. 52
  • 53. PERIOSTO-ULNAR REFLEKS (C6-Th1: N.medianus) •Bila processus styloid ulna dari permukaan postero- inferior ulna diketuk waktu lengan bawah dalam semifleksi dan pergelangan tangan dalam semipronasi, terdapat pronasi dari lengan bawah, sering dengan adduksi dari pergelangan tangan. Terdapat juga fleksi pergelangan tangan dan jari- jari. Otot utama yang ikut serta dalam respon ini adalah pronator teres dan quadratus. •Refleks ini meningkat pada lesi piramidal dini. 53
  • 54. PATELLAR ATAU QUADRICEPS REFLEKS (KPR) (L2- L4 : N.femoralis) Ada 4 cara: Duduk: - Penderita duduk dikursi dengan kakinya istirahat pada lantai - Penderita duduk pada pinggir dari meja dengan kakinya menggantung tak menyentuh lantai. - Penderita duduk dengan satu kaki menyilang terhadap kaki satunya dan mengketuk tendon patellar. Tidur ditempat tidur: - Pemeriksa membengkokkan sebagian lututnya dengan menempatkan lengan pemeriksa dibawahnya, dianjurkan untuk mengangkat kedua lututnya, dan tumitnya beristirahat sedikit pada tempat tidur. • Bila patellar refleks sangat meningkat, terdapat tak hanya ektensi dari tungkai, akan tetapi adduksi dari paha, yang kadang-kadang bilateral. 54
  • 55. ACHILLES ATAU TRICEPS SURAE REFLEKS (APR) (L5-S2 : N tibialis) • Achilles refleks didapat dengan mengketuk pada tendon achilles diatas insersi pada permukaan posterior dari calcaneus. Ini diikuti oleh kontraksi dari otot posterior crural, gastrocnemius, soleus, dan plantaris , dengan fleksi plantar dari kaki pada pergelangan kaki. • Bila penderita duduk atau tidur ditempat tidur, paha harus agak abduksi dan rotasi eksternal, lutut harus fleksi, dan kaki harus agak inversi; pemeriksa harus meletakkan satu tangan dibawah kaki untuk memberi dorsifleksi sedikit pada pergelangan kaki. • Bila refleks ini didapat dengan sukar, penderita diminta untuk menekan kakinya terhadap tangan pemeriksa agar tendon agak tegang. • Bila masih tak dapat diperoleh dengan cara ini, penderita diminta untuk berlutut pada lututnya diatas kursi dengan permukaan lembut, sedangkan kakinya bergantung tegak lurus; tendon achillesnya diketuk dengan posisi ini. 55
  • 56. ANAL REFLEKS 2 bentuk: 1. Anal sphincter refleks 2. Superficial anal refleks 1. Anal sphincter refleks (innervasi: serat postganglionic dari cabang simpathetik melalui plexus hypogastrik (Nn. presacralis) Kontraksi dari sphincter interna dari anus pada waktu memasukkan jari bersarung tangan kedalam anus 2. Superficial anal refleks ( N. Hemorrhoidal inferior : S4-S5) Menggores atau menusuk kulit atau membran mukosa pada daerah perianal, terdapat kontraksi dari sphincter eksterna. 56
  • 57. CREMASTER REFLEKS (N.Ilioinguinal dan genitofemoral : L1-L2) •Menggores kulit pada bagian atas, aspek dalam dari paha, dari atas kebawah dengan benda tumpul, atau menusuk atau mencubit kulit pada daerah ini, terdapat kontraksi dari otot cremaster dengan elevasi homolateral dari testikel. 57
  • 58. SCROTAL REFLEKS Refleks scrotal adalah refleks viseral. Terdapat kontraksi pelan-pelan seperti cacing dari m.dartos pada waktu memberi benda dingin pada otot tersebut atau mengusap perineum. 58
  • 59. GLUTEAL REFLEKS Kontraksi dari m. gluteal pada waktu menggores kulit diatas pantat. M. gluteus max. dinervasi oleh n. gluteal inf. (L4-S2), dan kulit didaerah ini diinervasi oleh cabang kutaneus dari post. rami dari saraf lumbal dan sakral. 59
  • 60. MAC, dr 60 (Th 5-7) (Th7-9) (Th9-11) (Th11-12-upper Lumbar)
  • 61. 61
  • 62. PALMOMENTAL REFEKS (MARINESCO- RADOVICI) •Menggores dengan benda tumpul diatas thenar eminence dari pergelangan tangan ke phalanx proksimal atau kearah berlawanan, atau menepuk daerah ini  kontraksi dari otot mentalis dan orbicularis oris. Terdapat kerutan dari kulit dari dagu dan retraksi sedikit dan kadang-kadang elevasi dari sudut mulut. •Terdapat pada penyakit piramidal, juga pada lesi lobus frontalis, dan kelainan kortikal difus. 62
  • 63. GRASP, ATAU FORCED GRASPING REFLEKS (1) Terdapat 4 variasi: 1. Simple grasp refleks 2. Hooking response 3. Tonic perseveration atau forced grasping refleks 4. Groping response 1. Simple grasp refleks • Jari-jari pemeriksa dimasukkan antara ibu jari dan jari telunjuk, atau kulit dari telapak tangan dirangsang lemah lembut, terdapat fleksi pelan-pelan dari jari-jari. Jari penderita dapat menutup sekitar jari-jari pemeriksa pada genggaman lemah lembut yang dapat relax waktu disuruh. • Ini adalah palmar refleks normal yang berlebihan. 2. Hooking response • Bila jari-jari fleksi penderita pelan-pelan diekstensi oleh tangan pemeriksa, jari-jari penderita akan mencengkram (hook) jari-jari pemeriksa. • Variasi patologis dari fleksor jari dan palmar refleks 63
  • 64. GRASP, ATAU FORCED GRASPING REFLEKS (2) 3. Tonic perseveration atau forced grasping refleks • Bila refleks menggenggam hebat maka terdapat cengkraman hebat dan tak dapat relax waktu disuruh melemaskan. • Ini adalah bagian dari refleks “gegenhalten” 4. Groping response • Sentuhan sangat ringan pada tangan penderita antara ibu jari dan jari telunjuk waktu mata penderita ditutup, mengakibatkan ia menggerakkan tangannya untuk menggenggam jari pemeriksa, kadang-kadang dengan gerakan ritmis untuk mencapainya. • Respon ini biasanya kontralateral akan tetapi kadang-kadang ipsilateral, dan diperkirakan terkenanya daerah premotor, walaupun daerah piramidal mungkin terkena. Mereka juga terdapat pada penderita koma, dan dilaporkan hubungan dengan lesi dari posterior fossa, mungkin sekunder karena tekanan intrakranial meningkat. 64
  • 65. HOFFMAN SIGN Pemeriksa menunjang tangan penderita, dorsifleks pada pergelangan tangan, sehingga relax komplit dan jari-jari sedikit fleksi. Jari tengah sedikit ekstensi dan phalanx tengah atau distal dipegang kuat-kuat antara jari telunjuk dan tengah dari pemeriksa. Dengan ceklikan tajam dan keras dari ibu jari, pemeriksa menekan kuku dari jari tengah penderita, menyebab-kan fleksi kuat-kuat dari jari diikuti oleh pelepasan sekonyong- konyong. Bila Hoffmann sign positif terdapat fleksi dan adduksi dari ibu jari dan fleksi dari jari telunjuk, dan kadang-kadang fleksi dari jari-jari lain juga. 65
  • 66. TRŐMNER SIGN Pemeriksa memegang tangan penderita dengan memegang phalanx proksimal atau tengah dari jari tengah yang sedikit fleksi antara ibu jarinya dan jari telunjuk. Dengan jari tengah dari tangan lainnya ia menepuk permukaan volar dari phalanx distal dari jari tengah. Responnya sama dengan Hoffmann sign. 66
  • 67. LERI SIGN • Pemeriksa memegang lengan bawah penderita yang disupinasi dan sedikit fleksi, dan dengan tangan yang lain memfleksi kuat-kuat jari-jari penderita dan pergelangan tangan. Pada orang normal terdapat kontraksi dari otot biceps dan fleksi dari lengan bawah, dan terdapat juga adduksi dari lengan atas. • Respon ini tak ada (negatif) pada lesi sistem piramidal. Fleksi yang ikut serta pada siku bertambah dengan lesi lobus frontalis. 67
  • 68. MAYER SIGN • Tangan yang disupinasi dari penderita dipegang dengan tangan pemeriksa, telapak tangan menghadap keatas, dengan jari-jari sedikit fleksi dan ibu jari sedikit fleksi dan abduksi. Pemeriksa mengadakan tekanan kuat dan pelan pada phalanx proksimal dari jari-jari, terutama jari ketiga dan keempat, memfleksi pada sendi metacarpopahalangeal dan menekan pada telapak tangan. Pada orang normal terdapat adduksi dan opposisi dari ibu jari dengan fleksi pada sendi metacarpo-phalangeal dan ekstensi pada sendi interphalanx. • Respon ini tak ada (negatif) pada lesi sistem piramidal. Ia kadang- kadang tak ada pada orang normal, akan tetapi harus bilateral, Ia juga tak ada pada hipotonia dan lesi saraf perifer. Ia meningkat pada meningitis dan tumor otak, terutama bila terletak di lobus frontalis. 68
  • 69. FLEXOR PLANTAR REFLEKS •Pada orang normal, stimulasi pada permukaaan kaki diikuti oleh fleksi dari jari-jari kaki. Jari-jari kecil fleksi lebih dari pada ibu jari. •Innervasi N.tibialis (L4-S1-S2) 69
  • 70. BABINSKI SIGN (EXTENSOR PLANTAR REFLEX) • Stimulasi dari permukaan plantar dari kaki dengan benda ujung tumpul , terdapat dorsifleksi dari ibu jari kaki bersamaan dengan fanning (separasi) dari jari-jari kaki. • Stimulasi dari tumit kedepan, biasanya berhenti pada sendi metatarso- phalangeal. Pada orang dengan permukaan kaki kapalan dites bagian dalam dari kaki yang tak ada kapalan. 70
  • 71. CHADDOCK SIGN • Merangsang bagian lateral dari kaki, dibawah dan sekitar malleolus eksternus dalam arah lingkaran dengan benda ujung tumpul  respon dorsifleksi dari jari-jari. 71
  • 72. OPPENHEIM SIGN Menekan hebat dengan ibu jari dan jari telunjuk (jari telunjuk dan jari tengah) pada permukaan anterior dari tibia, terutama pada bagian medial, dan menggores kebawah dari daerah infrapatellar ke pergelangan kaki  respon dorsifleksi dari jari-jari. 72
  • 73. GORDON DAN SCHAEFER SIGN • GORDON SIGN Memencet atau memberi tekanan dalam pada otot betis  dorsifleksi jari-jari kaki • SCHAEFER SIGN Memencet atau memberi tekanan dalam pada tendon achilles  dorsfleksi jari-jari kaki 73
  • 74. GONDA DAN STRANSKY SIGN • GONDA SIGN Menekan dan merenggangkan kebawah atau menepuk distal phalanx dari jari kedua atau keempat  dorsifleksi dari ibu jari kaki. Bila respon sukar didapatkan, pemeriksa dapat fleksi jari pelan-pelan, tekan pada kuku, dan plintir (putar) jari dan pertahankan untuk beberapa detik. • STRANSKY SIGN Abduksi hebat dari kelingking jari kaki diikuti oleh pelepasan mendadak  dorsifleksi dari ibu jari kaki. 74
  • 75. ROSSLIMO DAN MENDEL- BECHTEREW SIGN • ROSSOLIMO SIGN Mengetuk bantalan depan dari kaki (ball of the foot), perkusi permukaan dari ibu jari kaki, mengetuk atau menggores (stroke) balls dari jari-jari kaki, atau memberi tepukan cepat dengan menggerakkan keatas (lifting) ujung jari-jari  fleksi plantar dari jari-jari. • MENDEL-BECHTEREW ATAU DORSOCUBOIDAL SIGN (tarso- phalangeal reflex) Mengetuk atau menggores bagian luar dari dorsum kaki pada daerah dari os cuboid, atau diatas metatarsal keempat dan kelima  fleksi plantar dari jari-jari terutama bagian jari-jari kecil. 75
  • 76. 76
  • 77. 77
  • 78. LASEQUE SIGN (straight-leg-raising test(SLR) • Fleksi secara pasif sendi panggul (hip) pada penderita dalam posisi terlentang sedangkan tungkai bawah ekstensi pada lutut. • Nyeri pada sciatic notch diikuti oleh nyeri dan hipersensitivitas sepanjang perjalanan dari distribusi dari nervus ischiadikus. • Laseque test positif (terganggu) bila sudut fleksi sendi panggul < 70-800. 78
  • 79. CONTRA-PATRICK’S SIGN Modifikasi dari Laseque sign. Nyerinya lebih hebat bila test dilakukan dengan paha dan tungkai dalam posisi adduksi dan rotasi internal (Bonnet’s phenomenon) (de Jong 1970). Maneuver ini arahnya sebaliknya dari Patrick’s “fabere” test (fleksi, adduksi, rotasi internal, dan ekstensi) (“Fadire” test): Terutama terdapat pada lesi inflamasi dari sendi sakro-iliac (Williams 1965) 79
  • 80. BRAGARD’S DAN SICARD SIGN • BRAGARD’S SIGN Penderita posisi terlentang dan tungkai bawah di-ekstensi (seperti pada Laseque test) kita lakukan dorsifleksi dari kaki: nyeri bertambah hebat. • SICARD’S SIGN Penderita posisi terlentang dan tungkai bawah di-ekstensi (seperti pada Laseque test) kita lakukan dorsifleksi dari ibu jari kaki: nyeri bertambah hebat. • Test Laseque, Bonnet, Bragard dan Sicard disebabkan karena regangan (stretching) dari bagian tibial dari nervus ischiadikus dan menambah nyeri. 80
  • 81. GOWER’S, NERI’S, MINOR’S DAN DOOR BELL SIGNS • GOWER’S SIGN Penderita dalam posisi terlentang dan paha serta tungkainya ektensi, kita lakukan dorsifleksi pasif dari kaki: nyeri bertambah keras. • NERI’S SIGN Waktu membungkuk kedepan penderita memfleksi lututnya untuk mencegah peregangngan dari nervus ischiadikus. • MINOR’S SIGN Waktu berdiri dari kursi menunjang dirinya pada sisi tak terkena dan meletakkan satu tangan pada pinggangnya sedang ia membengkokkan tungkai terkena. • DOOR BELL’S SIGN Nyeri tekan setinggi kelainan pada lateral dari processus spinosus waktu penderita membungkuk kedepan. 81
  • 82. VIETS AND NAFZIGER TEST •Peningkatan dari tekanan intrakranial atau intraspinal dapat menyebabkan bertambahnya nyeri radikuler pada lesi yang mengambil tempat (space-consuming lesions) menekan pada akar saraf. •VIETS TEST: Penekanan digital pada vena jugularis menambah nyeri radikuler. Tekanan harus dipertahankan sampai penderita mengeluh rasa penuh dalam kepala, selama 2 menit. • NAFZIGER TEST: penekanan jugular dapat juga dilakukan manset sphygmomanometer, mem-pertahankan tekanan 40 mm Hg selama 10 menit. 82
  • 83. PATRICK’S SIGN (Patrick’s “fabere” test) Tanda ini terdiri atas nyeri di panggul bila tumit atau malleolus eksternus dari ektremitas yang nyeri diletakkan diatas lutut yang satunya dan paha ditekan kebawah. Nyeri terjadi pada fleksi bersamaan dengan abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi dari panggul yang terkena (fleksi, abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi). Pada pemeriksaan ini lutut dari sisi terkena tetap diangkat oleh penderitanya dan tak dapat ditekan ke tempat tidur. Patrick’s sign positif pada penyakit sendi panggul, akan tetapi biasanya negatif bila nervus ischiadikus terkena. 83
  • 84. 84
  • 85. KAKU KUDUK (NUCHAL RIGIDITY) Kekakuan dari kuduk (neck) dan resistance terhadap gerakan pasif dengan nyeri dan spasme pada percobaan gerak.Terdapat resistance terhadap fleksi pasif, dan dagu tak dapat ditekan diatas dada; terdapat resistance terhadap hiperektensi dan gerakan putar. Terdapat pada meningitis, cervical arthritis, myositis, cervical adenopathy, retropharyngeal abses, trauma, caries dari spine, hubungan dengan infeksi berat seperti pneumonia dan typhoid fever 85
  • 86. KERNIG’S SIGN Penderita terlentang : fleksi paha 90° dan usahakan ektensi tungkai bawah. Kernig’s sign positif bila tungkai bawah tak dapat ekstensi tegak lurus atau 45° dari paha. 86
  • 87. BRUDZINSKI’S NECK SIGN Fleksi pasif dari kepala diikuti oleh fleksi dari kedua paha dan tungkai, sehingga kedua ekstremitas bawah fleksi hebat terhadap pelvis. Kadang-kadang terdapat fleksi dari kedua lengan dan separasi (fanning) dari jari-jari kaki. Dilakukan dengan meletakkan satu tangan dibawah kepala penderita dan fleksi sekuatnya kuduk, sedangkan tangan lainnya pada dada penderita untuk mencegah terangkatnya tubuh. 87
  • 88. BRUDZINSKI CONTRALATERAL LEG SIGNS Fleksi pasif dari kepala terutama bila paha fleksi sedangkan lutut ekstensi, diikuti oleh fleksi dari paha dan lutut kontralateral. 88
  • 89. BRUDZINSKI’S CHEEK SIGN Tekanan pada pipi atau dibawah zygoma diikuti oleh refleks fleksi pada sendi lengan dan sentakan keatas dari lengan. 89
  • 90. BRUDZINSKI’S SYMPHYSIS SIGN Tekanan pada symphysis pubis diikuti oleh fleksi dari kedua ekstremitas. 90
  • 91. GUILLAIN’S SIGN Mencubit kulit pada otot quadriceps femoris atau menjepit otot pada satu sisi diikuti oleh fleksi dari pinggul dan lutut kontralateral. 91
  • 92. EDELMANN’S GREAT TOE PHENOMENON Fleksi dari paha pada panggul sedangkan tungkai ekstensi pada lutut diikuti oleh dorsifleksi dari ibu jari kaki. Terdapat pada edema otak dan juga pada meningitis. 92
  • 93. Tanda Cerebellar 1. dysinergia 2. dysmetria 3. gangguan koordinasi (disdiadokokinesia) 4. intention tremor 5. hypotonia 6. scanning speech 7. nystagmus 93
  • 94. Pemeriksaan penunjang 1. Lumbal Punksi 2. Ct Scan 94
  • 95. Pemeriksaan likuor Indikasi: 1. Konfirmasi diagnosis 2. Identifikasi organisme 3. Tes sensitifitas antibiotik 4. Untuk terapi yang rasional 95
  • 96. 96