BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk teori kepribadian dan terapi psikoanalitik ini muncul dalam konteks medis dengan asumsi dasar bahwa klinisi menangani patologi. Pendekatan psikoanalisis juga dikenal dengan istilah psikodinamik yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Pendekatan-pendekatan psianalisis atau psikodinamik menganggap bahwa tingkah laku abnormal disebabkan oleh faktor-faktor intrapsikis (konflik tak sadar, represi, mekanisme defensive), yang mengganggu penyesuaian diri.
Pikoanalisis merupakan sebuah metode yang sangat berpengaruh mengobati gangguan mental, dibentuk oleh teori psikoanalitik, yang menekankan proses mental bawah sadar dan kadang-kadang digambarkan sebagai "psikologi mendalam."
Gerakan psikoanalitik berasal dari pengamatan klinis dan formulasi dari psikiater Austria yang bernama Sigmund Freud, yang menciptakan istilah itu selama 1890-an, Freud dikaitkan dengan yang lain Wina, Josef Breuer, dalam studi pasien neurotik bawah hipnosist. Freud dan Breuer mengamati bahwa, ketika sumber ide pasien dan impuls dibawa ke dalam kesadaran selama kondisi hipnosis, pasien menunjukkan perbaikan.
Norman D. Sundberg dkk (2007:190) Bagaimana Freud memikirkan tentang masalah psikologis? Hal ini dapat dilihat dari ilustrasi pemikiran awal Freud-Katharina disebuah buku terbitan 1895, Studies on Hysteria (Breuer dan Freud, hal. 125-134).Psikoanalisa dapat dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin tidak dipahami seluruhnya. Namun psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi yang unik, tidak sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak pengaruhnya pada bidang lain di luar psikologi, melalui pemikiran Freud.
Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan pada awalnya bahwa prilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas pada awalnya (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dengan model Psycoanalytical?
2. Bangaimanakah pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis?
3. Sebutkan dan jelaskan struktur kepribadian ?
4. Bangaimanakah dinamika kepribadian ?
5. Bangaimanakah perkembangan kepribadian?
6. Bangaimanakah proses terapi dalam psikoanalitik?
7. Sebutkan dan jelaskan teknik-teknik dalam psikoanalitik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pegertian dari model Psycoanalytical.
2. Untuk mengetahui bangaimana pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis.
3. Untuk mengetahui struktur kepribadian .
4. Untuk mengetahui bangaimana dinamika kepribadian .
5. Untuk mengetahui bangaimana perkembangan kepribadian.
6. Untuk mengetahui bangaimana proses terapi dalam psikoanalitik.
7. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam psikoanalitik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model Psycoanalytical merupakan model yang pertama yang ditemukan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bentuk teori kepribadian dan terapi psikoanalitik ini muncul dalam konteks medis dengan asumsi dasar bahwa klinisi menangani patologi. Pendekatan psikoanalisis juga dikenal dengan istilah psikodinamik yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Pendekatan-pendekatan psianalisis atau psikodinamik menganggap bahwa tingkah laku abnormal disebabkan oleh faktor-faktor intrapsikis (konflik tak sadar, represi, mekanisme defensive), yang mengganggu penyesuaian diri.
Pikoanalisis merupakan sebuah metode yang sangat berpengaruh mengobati gangguan mental, dibentuk oleh teori psikoanalitik, yang menekankan proses mental bawah sadar dan kadang-kadang digambarkan sebagai "psikologi mendalam."
Gerakan psikoanalitik berasal dari pengamatan klinis dan formulasi dari psikiater Austria yang bernama Sigmund Freud, yang menciptakan istilah itu selama 1890-an, Freud dikaitkan dengan yang lain Wina, Josef Breuer, dalam studi pasien neurotik bawah hipnosist. Freud dan Breuer mengamati bahwa, ketika sumber ide pasien dan impuls dibawa ke dalam kesadaran selama kondisi hipnosis, pasien menunjukkan perbaikan.
Norman D. Sundberg dkk (2007:190) Bagaimana Freud memikirkan tentang masalah psikologis? Hal ini dapat dilihat dari ilustrasi pemikiran awal Freud-Katharina disebuah buku terbitan 1895, Studies on Hysteria (Breuer dan Freud, hal. 125-134).Psikoanalisa dapat dikatakan sebagai aliran psikologi yang paling dikenal meskipun mungkin tidak dipahami seluruhnya. Namun psikoanalisa juga merupakan aliran psikologi yang unik, tidak sama seperti aliran lainnya. Aliran ini juga yang paling banyak pengaruhnya pada bidang lain di luar psikologi, melalui pemikiran Freud.
Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan pada awalnya bahwa prilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas pada awalnya (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dengan model Psycoanalytical?
2. Bangaimanakah pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis?
3. Sebutkan dan jelaskan struktur kepribadian ?
4. Bangaimanakah dinamika kepribadian ?
5. Bangaimanakah perkembangan kepribadian?
6. Bangaimanakah proses terapi dalam psikoanalitik?
7. Sebutkan dan jelaskan teknik-teknik dalam psikoanalitik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pegertian dari model Psycoanalytical.
2. Untuk mengetahui bangaimana pendekatan psikoanalisa dalam bidang klinis.
3. Untuk mengetahui struktur kepribadian .
4. Untuk mengetahui bangaimana dinamika kepribadian .
5. Untuk mengetahui bangaimana perkembangan kepribadian.
6. Untuk mengetahui bangaimana proses terapi dalam psikoanalitik.
7. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam psikoanalitik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model Psycoanalytical merupakan model yang pertama yang ditemukan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Belajar sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya, atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa sikap. Untuk mendapatkan perubahan tingkah laku tersebut, maka diperlukan tenaga pengajar yang memadai. Pengajar atau disebut juga dengan pendidik sangat berperan panting dalam proses pembelajaran. Pendidik yang baik akan mampu membawa peserta didiknya menjadi lebih baik.
Guru, instruktur atau dosen seringkali menyamakan istilah pengajaran dan pembelajaran. Padahal pengajaran lebih mengarah pada pemberian pengetahuan dari guru kepada siswa yang kadang kala berlangsung secara sepihak. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran.
Ilmu pembelajaran menaruh perhatian pada upaya untuk meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses pembelajaran. Untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut diperlukan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Yang dimaksud dengan kondisi pembelajaran di sini adalah tujuan bidang studi, kendala bidang studi, dan karakteristik peserta didik yang berbeda memerlukan model pembelajaran yang berbeda pula.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui kemampuan yang di capai dalam pembelajaran
2. Memahami Proses pengolahan pesan.
3. Memahami danmngetahui apa yang dimaksud pengolahan pesan secara deduktif dan iduktif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kemampuan yang akan di capai dalam pembelajaran
Pendekatan Belajar dapat dilakukan di sembarang tempat, kondisi, dan waktu. Cepatnya informasi lewat radio, televisi, film, internet, surat kabar, majalah, dapat mempermudah belajar. Meskipun informasi dapat dengan mudah diperoleh, tidak dengan sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan daripadanya. Guru profesional memerlukan pengetahuan dan keterampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa terbiasa belajar sepanjang hayat.
Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery learning (DL) layak dijadikan
praktik pembelajaran berorientasi HOTS karena dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah. Dengan
penyususnan rencana pelaksanakan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan cermat,
pembelajaran dengan model Discovery learning (DL) yang dilaksanakan tidak sekedar
berorientasi pada HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad
21.
Berdasarkan hasil praktik pembelajaran dengan model Discovery learning (DL),
berikut disampaikan rekomendasi yang relevan.
Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan
buku guru serta kelengkapan yang telah disediakan.
Peserta didik yang memiliki pemahaman yang berbeda-beda pada suatu mata pelajaran
tertentu, namun banyak sekali peserta didik yang masih lemah dalam pelajaran
matematika khususnya pada konsep orientasi hitung campuran, hal inilah yang melatar
belakangi penelitian tindakan kelas dilakukan, “apakah Metode Diskusi dapat
meningkatkan Kemampuan Peserta Didik Dalam Mata Pelajaran Matematika Pada
Konsep Melakukan Operasi Hitung Campuran?”
James O. Whittaker, mengemukakan bahwa belajar ialah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman
Menurut Slameto perubahan yang terjadi dalam diri seseorang akibat belajar
memiliki karakteristik tersendiri, di antaranya yakni:
a. Perubahan terjadi secara sadar
b. Perubahan akibat belajar bersifat kontinu dan fungsional
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
e. Perubahan dalam belajar memiliki tujuan dan terarah
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan masalah, menjawab
pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu
keputusan. Killen dalam Abdul Majid (2013 : 200)
Menurut Ahmad Sabri, (2005 : 56), Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok untuk
memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang
lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk merampungkan keputusan Bersama
Prinsip Dari Pengajaran Berhitung
Prinsip dari Pengajaran Berhitung pengajar bisa manyampaikan materi pelajaran
berhitung dengan baik, jelas dan benar. Apabila dalam penyampaian materi bisa baik,
jelas dan benar, peserta didikpun bisa memahami, mengerti dan mengerjakan tugas
dengan baik dan tepat. Dengan demikian peserta didik bisa menerapkan
pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga Pencapaian nilai hasil
evaluasi akan meningkat.
b. Menggunakan Metode Yang Tepat
tidak ada satupun metode yang paling baik, tanpa didukung oleh metode yang lain
dalam proses belajar mengajar. Missal dalam kegiatan pendidikan akan
menggunakan metode ceramah. Maka akan menjadikan akar duduk dengar catatan
hafal (DDCH), sehingga membosankan bagi peserta didik, yang berakibat belajar
menjadi sungkan. Didalam mengajarkan pelajaran penghitung hendaknya pendidik
menggunakan beberapa metode atau “multi metode” yaitu penggabungan beberapa
metode yang sesuai kebutuhan. Metode-metode itu antara lain metode ceramah,
metode tanya jawab, metode pemberian tugas, metode problem solving, metode
eksperimen dan sebagainya. Dalam penggunaan metode hendaknnya disesuaikan
dengan kebutuhan sehingga kemungkinan siswa tertarik dengan pelajaran dan
menimbulkan minat untuk belajar lebih aktif dan kreatif. Sedikit banyaknya peserta
didik dilibatkan dalam berpendapat.
c. Hambatan-Hambatan Pelajaran Berh
Fundamental gerakan pramuka merupakan dasar dasar apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pramuka
Fundamental Gerakan Pramuka meliputi :
1. Definisi dari istilah Pramuka, Pendidikan Kepramukaan, Kepramukaan dan Gerakan Pramuka
2. Tujuan Gerakan Pramuka ( Karakter, Keterampilan, Kebangsaan)
3. Kurikulum Pendidikan Kepramukaan ( SKU, SKK, SPG )
4. PDK dan MK (PDK= Prinsip Dasar Kepramukaan , MK= Metode Kepramukaan )
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
6. Pengembangan Karakter SESOSIF
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
8. Indikator Ketercapaian Tujuan ( Happy, Healthy, Helpful, Handycraft )
9. Tujuan Akhir (Hidup Bahagia, Mati Bahagia )
Tentang Fundamental Gerakan Pramuka tersebut dapat dijabarkan sbb :
1. Definisi
a. Pramuka adalah setiap warga negara Indonesia yang secara sukarela aktif dalam pendidikan Kepramukaan serta berusaha mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.
b. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
c. Kepramukaan adalah proses pendidikan nonformal di luar lingkungan sekolah dan diluar linkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka denga Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur (SK Kwarnas No. 231 Tahun 2017)
d. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan Kepramukaan
b. 8 MK (Metode Kepramukaan), meliputi:
1. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
2. Belajar sambil melakukan;
3. Kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
4. Kegiatan yang menarik dan menantang;
5. Kegiatan di alam terbuka;
6. Kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
7. Penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
8. Satuan terpisah antara putra dan putri.
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan digunakan Sistem Among.
Sistem Among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia.
Sistem Among memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri dengan bimbingan orang dewasa melalui prinsip kepemimpinan sebagai berikut:
Ing ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan;
Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan; dan
Tutwuri handayani maksudnya di belakang memberi dorongan ke arah kemandirian yang lebih baik.
. Pengembangan Karakter SESOSIF
Di dalam SKU, SKK, dan SPG mengandung inti SESOSIF, yaitu : Spiritual, Emosional, Sosial, Intelektual, dan Fisik.
Yang kesemuanya itu ditumbuhkembangkan dalam diri seorang pramuka. Keterpaduan kelima area pengembangan diri itu akan mengantarkan sang Pramuka menjadi generasi bangsa yang unggul.
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
Pembelajaran mipa
1. MAKALAH (PAPER) DASAR PENDIDIKAN MIPA
PEMBELAJARAN MIPA
“METODE PEMBERIAN TUGAS - RESITASI”
DI SUSUN OLEH :
SITI KHOIRUNIKA
(K2313067)
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN AJARAN 2013/2014
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pembelajaran MIPA (Metode Pemberian
Tugas- Resitasi)”.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihakpihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd selaku dosen matakuliah Dasar Pendidikan
MIPA
2. Teman-teman di kelas B PMIPA (Fisika) 2013 yang telah memberikan masukan dan saran.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Untuk
itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Surakarta, Desember 2013
Penulis
I
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................I
DAFTAR ISI ......................................................................................................II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .........................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Pemberian Tugas - Resitasi......................................2
2.2 Langkah-langkah
Pembelajaran
dengan
Metode
Pemberian
Tugas
-
Resitasi
.................................................................................................................3
2.3 Kelemahan
dan
Kelebihan
Metode
Pemberian
Tugas
–
Resitasi
.................................................................................................................3
2.4 Penerapan
Metode
Pemberian
Tugas
-
Resitasi
dalam
Pembelajaran
.................................................................................................................4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................5
3.2 Saran ............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................6
II
MIPA
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Metode pembelajaran MIPA bentuknya beragam. Namun, perlu diketahui bahwa tidak
ada satupun metode yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap
metode mempunyai karakteristik tertentu. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan
tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan keadaan tertentu, tetapi mungkin tidak tepat
untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok
bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil di
bawakan oleh guru yang lain.
Metode yang akan dibahas pada makalah ini adalah metode pemberian tugas – resitasi.
Metode ini di bahas karena metode ini sangat baik untuk melatih siswa menjadi lebih aktif,
lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Penggunaan metode pemberian tugas
merupakan salah satu upaya untuk menanamkan konsep yang lebih dalam pada suatu materi
pelajaran. Pemberian tugas memerlukan perencanaan yang matang dengan memperhatikan
maksud dan tujuan, prinsip-prinsip suatu upaya pengefektifan dan pertanggungjawaban dari
pelaksanaan tugas. Dengan menggunakan metode tugas dan resitasi diharapkan prestasi
belajar siswa dapat optimal.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apayang dimaksud dengan metode pemberian tugas (resitasi) ?
2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dengan metode pemberian tugas (resitasi) ?
3. Bagaimana kelemahan dan kelebihan metode pemberian tugas (resitasi) ?
4. Bagaimana penerapan metode pemberian tugas (resitasi) dalam pembelajaran MIPA ?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan pengertian metode pemberian tugas (resitasi).
2. Mengidentifikasi langkah-langkah pembelajaran dengan metode pemberian tugas
(resitasi).
3. Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan metode pemberian tugas (resitasi)..
4. Mengidentifikasi penerapan metode pemberian tugas (resitasi) dalam pembelajaran
MIPA.
1
5. BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN METODE PEMBERIAN TUGAS – RESITASI
2.1
Metode pemberian tugas dapt diartikan sebagai suatu format interaksi belajar mengajar
yang ditandai dengan adanya satu tugas atau lebih tugas yang diberikan oleh guru, dimana
penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat dilakukan secara perorangan atau saudara kelompok
sesuai dengan perintahnya (Moedjiono dan Dimyati, 1992/1993).
Sedangkan Supriatna, Nana, dkk (2007:200) mengemukakan bahwa metode
pemberian tugas adalah suatu penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan memberikan laporan sebagai hasil dari
tugas yang dikerjakannya. Metode ini mengacu pada penerapan learning by doing.
Pemberian tugas sebagai suatu metode mengajar merupakan suatu pemberian
pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan
pemberian tugas tersebut siswa belajar, mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan
belajar siswa diharapkan memperoleh suatu hasil berupa perubahan tingkahlaku tertentu
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap terakhir dari pemberian tugas ini adalah
resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau
dipelajari. Jadi pemberian metode tugas belajar dan resitasi atau biasanya disingkat metode
resitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru memberikan tugas kemudian siswa
harus mempertanggung jawabkan hasil tugas tersebut. Resitasi sering disamakan dengan
pekerjaan rumah, padahal sebenarnya berbeda. Pekerjaan rumah (PR) mempunyai
pengertian yang lebih khusus ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa
dirumah. Sedangkan resitasi, tugas yang diberikan oleh guru tidak sekedar dilaksanakan
dirumah melainkan dapat dikerjakan di tempat lain yang ada hubungannya dengan tugas/
pelajaran yang diberikan. Jadi resitasi lebih luas dari pada pekerjan rumah, tetapi keduanya
mempunyai kesamaan, yaitu mempunyai unsur tugas, dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan
hasilnya mempunyai unsur didaktis pedagogis.
2
6. 2.2
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN METODE PEMBERIAN
TUGAS – RESITASI
Dalam menggunakan metode pemberian tugas – resitasi ini ada tiga langkah yang harus di
lalui oleh guru terhadap siswa :
a. fase pemberian tugas (persiapan)
- merumuskan masalah (scope and sequenes) dengan jelas
- mengemukakan tujuan pelaksanaan tugas
- menentukan jenis tugas (kelompok/ individu)
- memberikan penjelasan atau sebelum pengrahan tugas
- memberikan petunjuk / sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa
- menentukan limit waktu penentuan pelaksanaan
b. fase pelaksanaan tugas
- mengadakan bimbingan/ pengawasan dalam pelaksanaan tugas
- memberikan motivasai / dorongan sehingga anak mau berkerja
- memberikan pelayanan kebutuhan
- diusahakan / dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain
- dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematis
c. fase pertanggungjawaban tugas
- pelaporan secara lisan/tulisan, tindakan/demonstrasi
- melaksanakan penilaian hasil pelaksanaan tugas
- melaksanaan penilaian proses dan hasil pelaksanaan
- mendiskusikan kesulitan yang tidak dapat diselesaikan siswa selama pelaksanaan
tugas
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN METODE PEMBERIAN TUGAS – RESITASI
2.3
Kelemahan metode pemberian tugas :
1. Memerlukan pengawasan yang ketat baik oleh guru maupun orang tua.
2. Sukar menetapkan apakah tugas dikerjakan oleh siswa sendiri / atas bantuan orang lain
3. Banyak kecendrungan untuk saling mencontoh dengan teman-teman.
4. Agak sulit diselesaikan oleh siswa yang tinggal bersama keluarga yang kurang teratur
5. Dapat menimbulkan frustasi bila gagal menyelesaikan tugas.
6. Tugas yang banyak dan sering dapat membuat beban dan keluhan siswa.
3
7. Kelebihan metode pemberian tugas :
1. Relevan dengan prinsip CBSA
2. Merangsang siswa belajar lebih banyak, baik dekat dengan guru maupun pada saat jauh
dari guru di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
3. Mengembangkan sifat kemandirian pada diri siswa
4. Lebih meyakinkan tentang apa yang dipelajari dari guru, lebih memperdalam,
memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari.
5. Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan
komunikasi
6. Pengetahuan yang siswa peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama
7. Merangsang kegairahan belajar siswa karena dapat dilakukan dengan bevariasi
8. Membina tanggung jawab dan disiplin siswa
9. Mengembangkan kreatifitas siswa
PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS – RESITASI DALAM
2.4
PEMBELAJARAN MIPA
Dalam proses pembelajaran MIPA, semua upaya yang dilakukan oleh guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran merupakan rangkaian proses yang menentukan
pencapaian hasil pengajaran, termasuk pemilihan metode yang tepat untuk setiap pertemuan.
MIPA sebagai bagian dari ilmu yang ada, merupakan ilmu yang sarat dengan dengan
fakta sehingga pengajarannya menuntut kemampuan pengetahuan dari guru, disamping
keterampilan pengajaran lainnya.
Penerapan metode pemberian tugas dalam proses pembelajaran MIPA, umumnya
dimaksudkan untuk melatih siswa agar mereka dapat aktif mengikuti sajian pokok bahasan
yang telah diberikan, baik di dalam kelas maupun di tempat lain yang representatif untuk
kegiatan belajarnya.
Khusus dalam pembelajaran MIPA, metode pemberian tugas memegang peranan yang
penting untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan siswa terhadap materi pelajaran.
Dengan pemahaman seperti itu diharapkan siswa memiliki motivasi untuk belajar MIPA
secara maksimal, agar siswa mampu menghubungkan pemahaman MIPA-nya dengan
perkembangan yang ada.
4
8. BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1.
Pengertian metode pemberian tugas – resitasi adalah salah satu upaya untuk menanamkan
konsep yang lebih dalam pada suatu materi pelajaran. Metode ini perannya sangat baik
untuk melatih siswa menjadi lebih aktif, lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
2.
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode pemberian tugas – resitasi, meliputi fase
pemberian tugas (persiapan), fase pelaksanaan tugas, dan fase pertanggungjawaban tugas.
3.
Kelemahan dan Kelebihan Metode Pemberian Tugas – Resitasi yaitu :
a. Kelemahan Metode Pemberian Tugas, meliputi memerlukan pengawasan yang ketat,
sukar menetapkan apakah tugas dikerjakan oleh siswa sendiri / atas bantuan orang
lain, banyak kecendrungan untuk saling mencontoh dengan teman-teman.
b. Kelebihan Metode Pemberian Tugas, meliputi relevan dengan prinsip CBSA,
merangsang siswa belajar lebih banyak, mengembangkan sifat kemandirian pada diri
siswa, dan lain-lain.
4.
Penerapan metode pemberian tugas - resitasi dalam pembelajaran MIPA, yaitu untuk
melatih siswa agar mereka dapat aktif mengikuti sajian pokok bahasan yang telah
diberikan, baik di dalam kelas maupun di tempat lain yang representatif untuk kegiatan
belajarnya.
3.2 SARAN
Berdasarkan dari makalah yang penulis buat, penulis mengemukakan beberapa saran, yaitu
sebagai berikut :
1. Kepada guru, sebaiknya lebih menguasai lagi pembelajaran pemberian tugas
(resistensi) dengan memperhatikan teknik-teknik pembelajaran metode resistensi.
2. Kepada siswa, sebaiknya lebih aktif lagi, baik dalam proses pembelajaran di kelas
maupun saat mengerjakan tugas agar prestasi yang diperoleh semakin baik sehingga
siswa yang lulus mencapai 100 %. Bahkan lulus dari diri siswa bukan dari hasil
contekan .
5