SlideShare a Scribd company logo
P
R I M
E
PROAKTIF
, RAMAH, IKHLAS, MUDA
H,EMPATI
Pedoman
Manajemen Risiko
Pedoman Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 untuk
menunjang implementasi manajemen risiko Perusahaan
sebagai bagian dari Good Governance dalam rangka
meningkatkan kepastian pencapaian sasaran Perusahaan
melalui pengelolaan downside risk dan pengoptimalan
upside risk
DAFTAR ISI
I Pendahuluan
a. Latar Belakang 1
b. Profil Perusahaan 2
c. Latar Belakang Pengelolaan Risiko 4
d. Tujuan 6
e. Komponen Pengelolaan Risiko 7
f. Tiga Pilar Manajemen Risiko Perusahaan 8
II Definisi Istilah (ISO GUIDE 73:2009 Risk management – Vocabulary) 10
III Prinsip dan Kerangka Manajemen Risiko 22
- Kerangka kerja untuk mengelola risiko 26
- Desain kerangka kerja 26
a. Mandat dan Komitmen 27
b. Perencanaan dan Pengorganisasian
1) Roadmap Manajemen Risiko
2) Risk Governance
30
31
32
c. Pengembangan kapabilitas dan kapasitas 40
d. Evaluasi dan Perbaikan berkelanjutan 43
e. Proses pada tingkat operasional 48
IV Proses Manajemen Risiko 51
a. Komunikasi & Konsultasi 52
1) Komunikasi 52
2) Konsultasi 53
3) Matriks RACI 54
b. Penetapan Konteks 55
1) Konteks Eksternal 56
2) Konteks Internal 56
3) Kategori Risiko 58
4) Konteks Manajemen Risiko 59
5) Ruang Lingkup Manajemen Risiko
a) Regular Objective Direktorat/Divisi/Cabang
b) Specific Objective/khusus
59
59
59
6) Mengembangkan Kriteria Risiko 60
7) Mengembangkan Hirarki Risiko dalam Perusahaan 61
c. Menyusun tabel dampak 63
d. Menyusun tabel kemungkinan 69
e. Mengukur tingkat Keefektifan Kontrol atau Pengendalian saat ini 71
f. Menentukan Tingkat Risiko 72
g. Menentukan Toleransi Risiko 74
V Asesmen dan Perlakuan Risiko 76
a. Asesmen Risiko 77
1) Identifikasi Risiko
a) Area Risiko
b) Bagaimana Mengidentifikasi Risiko
c) Bagaimana Mendeskripsikan Risiko
77
78
79
81
2) Analisis Risiko
a) Analisis Kontrol atau Pengendalian Terkini
b) Menentukan Tingkat Risiko
82
82
82
3) Evaluasi Risiko 84
4) Risk Register 85
5) Profil Risiko
a) Fungsi profil risiko
b) Informasi apa yang harus masuk dalam Profil Risiko?
c) Peta Risiko
d) Risiko dengan Sasaran
e) Peta keefektifan kontrol
f) Laporan Pemantauan Status Risiko
g) Mendokumentasikan Proses Manajemen Risiko
87
87
88
89
89
91
92
b. Perlakuan Risiko 93
1) Seleksi opsi perlakuan 94
2) Mengembangkan rencana perlakuan risiko 95
VI Mekanisme Monitor dan Tinjau Ulang 97
a. Model Elemen Proses 97
b. Peninjauan proses manajemen risiko 100
c. Mengukur kinerja manajemen risiko 101
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 1 dari 102
1.1. Latar Belakang
a. Bahwa dengan telah ditetapkannya Visi dan Misi serta mempertimbangkan
perubahan lingkungan baik eksternal maupun internal PT. Jasa Raharja
(Persero), selanjutnya disebut Jasa Raharja atau perusahaan, yang berpotensi
menimbulkan berbagai jenis risiko, maka ke depan diperlukan pengelolaan semua
risiko secara sistematis, terstruktur dan komprehensif dalam rangka meningkatkan
kepastian tercapainya tujuan dan sasaran perusahaan baik jangka panjang
sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan
(RJPP) maupun jangka pendek sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja
Anggaran dan Pendapatan (RKAP).
b. Bahwa pengelolaan risiko diperlukan dalam rangka penguatan penerapan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance (GCG) terutama terkait dengan penegakan
praktek bisnis yang sehat dan dapat memberikan nilai tambah yang sesuai
dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).
c. Bahwa Jasa Raharja sebagai perusahaan asuransi BUMN mengacu pada Pasal
25 Peraturan Menteri Negara BUMN RI Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik (GCG) pada BUMN, wajib memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
1. Direksi, dalam setiap pengambilan keputusan/tindakan korporasi, harus
mempertimbangkan risiko usaha.
2. Direksi wajib membangun dan melaksanakan program manajemen risiko
korporasi secara terpadu yang merupakan bagian dari pelaksanaan program
GCG.
3. Pelaksanaan program manajemen risiko dapat dilakukan dengan membentuk
unit kerja tersendiri yang ada di bawah Direksi; atau memberi penugasan
kepada unit kerja yang ada dan relevan untuk menjalankan fungsi
manajemen risiko.
4. Direksi wajib menyampaikan laporan profil risiko dan penanganannya
bersamaan dengan laporan berkala perusahaan.
d. Bahwa Jasa Raharja sebagai Lembaga Jasa Keuangan Non Bank, mengacu
pada Pasal 2 ayat 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/POJK.05/2014
tentang Penilaian Tingkat Risiko Lembaga Jasa Keuangan Non Bank, wajib
menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melakukan
kegiatan usahanya.
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 2 dari 102
e. Bahwa Jasa Raharja sebagai Perusahaan Perasuransian, mengacu pada Pasal 4
ayat (2) butir d Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2/POJK.05/2014
tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik bagi Perusahaan Perasuransian,
pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan yang baik paling kurang harus
diwujudkan dalam penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian
intern.
f. Bahwa untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan standarisasi praktek
Enterprise Risk Management (ERM) secara internasional, maka pengembangan
sistem Manajemen Risiko Jasa Raharja dilaksanakan dengan mengadopsi
standar internasional ISO 31000:2009 Risk Management – Principles and
Guidelines, yang telah diadopsi menjadi standar nasional SNI ISO 31000:2011.
1.2. Profil Perusahaan
a. Sejarah dan Tujuan Pendirian Perusahaan
Sejarah berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari adanya peristiwa pengambil
alihan atau nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda oleh Pemerintah
RI. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No.3 tahun 1960, jo Pengumuman
Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI No.12631/BUM II
tanggal 9 Februari 1960, terdapat 8 (delapan) perusahaan asuransi yang
ditetapkan sebagai Perusahaan Asuransi Kerugian Negara (PAKN) dan sekaligus
diadakan pengelompokan dan penggunaan nama perusahaan sebagai berikut :
 Fa. Blom & Van Der Aa, Fa. Bekouw & Mijnssen, Fa. Sluiiters & co, setelah
dinasionalisasi digabungkan menjadi satu bernama PAKN Ika Bhakti.
 NV. Assurantie Maatschappij Djakarta, NV. Assurantie Kantoor Langeveldt-
Schroder, setelah dinasionalisasi digabungkan menjadi satu, dengan nama
PAKN Ika Dharma.
 NV. Assurantie Kantoor CWJ Schlencker, NV. Kantor Asuransi "Kali Besar",
setelah dinasionalisasi digabungkan menjadi satu, dengan nama PAKN Ika
Mulya.
 PT. Maskapai Asuransi Arah Baru setelah dinasionalisasi diberi nama PAKN
Ika Sakti.
Perkembangan organisasi perusahaan tidak terhenti sampai disitu saja, karena
dengan adanya pengumuman Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan
Pengawasan RI No. 294293/BUM II tanggal 31 Desember 1960, keempat
perusahaan tersebut di atas digabung dalam satu Perusahaan Asuransi Kerugian
Negara (PAKN) Ika Karya. Selaniutnya PAKN Ika Karya berubah nama meniadi
Perusahaan Negara Asuransi Kerugian (PNAK) Eka Karya.
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 3 dari 102
Berdasarkan PP No.8 tahun 1965 dengan melebur seluruh kekayaan, pegawai
dan segala hutang piutang PNAK Eka Karya, mulai 1 Januari 1965 dibentuk
Badan Hukum baru dengan nama 'Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa
Raharja" dengan tugas khusus mengelola pelaksanaan Undang-Undang (UU)
No.33 dan Undang-Undang (UU) No.34 tahun 1964. Penunjukkan PNAK Jasa
Raharja sebagai pengelola kedua Undang-Undang tersebut ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan
Pengawasan RI No. BAPN 1-3-3 tanggal 30 Maret 1965.
Pada tahun 1970, PNAK Jasa Raharja diubah statusnya menjadi Perusahaan
Umum (Perum) Jasa Raharja. Perubahan status ini dituangkan dalam Surat
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep.750/KMK/IV/II/1970
tanggal 18 November 1970, yang merupakan tindak lanjut dikeluarkannya UU.
No.9 tahun 1969 tentang Bentuk- Bentuk Badan Usaha Negara.
Pada tahun 1978 yaitu berdasarkan PP No.34 tahun 1978 dan melalui Surat
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang selalu diperpanjang pada
setiap tahun dan terakhir No. 523/KMK/013/1989, selain mengelola pelaksanaan
UU. No.33 dan UU. No. 34 tahun 1964, Jasa Raharja diberi tugas baru
menerbitkan surat jaminan dalam bentuk Surety Bond. Kemudian sebagai upaya
pengemban rasa tanggung jawab sosial kepada masyarakat khususnya bagi
mereka yang belum memperoleh perlindungan dalam lingkup UU No.33 dan UU
No.34 tahun 1964, maka dikembangkan pula usaha Asuransi Aneka.
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, mengingat usaha yang ditangani
oleh Perum Jasa Raharja semakin bertambah luas, maka pada tahun 1980
berdasarkan pp No.39 tahun 1980 tanggal 6 November 1980, status Jasa Raharja
diubah lagi menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dengan nama PT (Persero)
Asuransi Kerugian Jasa Raharja, yang kemudian pendiriannya dikukuhkan
dengan Akte Notaris Imas Fatimah, SH No.49 tahun 1981 tanggal 28 Februari
1981, yang telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Akte Notaris
Imas Fatimah, SH No.59 tanggal 19 Maret 1998 berikut perbaikannya dengan
Akta No.63 tanggal 17 Juni 1998 dibuat dihadapan notaris yang sama.
Pada tahun 1994, sejalan dengan diterbitkan UU No.2 tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, yang antara lain mengharuskan bahwa Perusahaan Asuransi
yang telah menyelenggarakan program asuransi sosial dilarang menjalankan
asuransi lain selain program asuransi sosial, maka terhitung mulai tanggal
1 Januari 1994 Jasa Raharja melepaskan usaha non wajib dan surety bond dan
kembali menjalankan program asuransi sosial yaitu mengelola pelaksanaan UU.
No.33 tahun 1964 dan UU. No.34 tahun 1964.
Perkembangan terakhir pada tahun 2014 telah diterbitkan UU No. 40 tahun 2014
tentang Usaha Perasuransian yang menempatkan Jasa Raharja bukan sebagai
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 4 dari 102
asuransi sosial lagi dan menjadi asuransi wajib. Tingkat ketidakpastian cukup
besar apabila dikaitkan dengan pencapaian visi Jasa Raharja di masa mendatang,
sehingga peran manajemen risiko diharapkan dapat menjawab tantangan ini.
b. Bisnis Inti Jasa Raharja
Bisnis inti Jasa Raharja adalah Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan dan
Penumpang Umum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 33 dan No.34
Tahun 1964, PMK RI No.36/PMK.010/2008 dan PMK RI No.37/PMK.010/2008.
1.3. Latar Belakang Pengelolaan Risiko
Awal mula Manajemen Risiko di PT Jasa Raharja (Persero) dilakukan pada akhir
tahun 2008. Pada saat itu Perusahaan menyadari bahwa Manajemen Risiko
merupakan salah satu elemen penting dari Good Corporate Governance dan memiliki
fungsi strategis untuk mengenali berbagai macam risiko yang dihadapi atau akan
dihadapi oleh Perusahaan. Melalui pelaksanaan Manajemen Risiko, Perusahaan juga
bertujuan untuk melindungi manajemen agar tidak menghasilkan kebijakan yang
merugikan Perusahaan dimasa masa mendatang.
Proses Manajemen Risiko diawali dengan adanya suatu proses untuk membentuk
kesadaran pada setiap jenjang organisasi, dengan memberi pemahaman bahwa
dalam setiap aktivitas yang dilaksanakan di unit kerja pasti mengandung suatu risiko,
atau dengan kata lain tidak ada kegiatan yang tanpa risiko. Oleh karena itu perlu
ditetapkan suatu pola untuk pengelolaan risiko, agar risiko tidak menyebabkan
kerugian bagi Perusahaan atau bahkan kalau memungkinkan dapat dikelola menjadi
suatu peluang yang dapat meningkatkan keuntungan bagi Perusahaan.
Perusahaan menyadari bahwa risiko adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses
organisasi, oleh karena itu Manajemen Risiko bukanlah sesuatu yang terpisahkan dari
kegiatan utama organisasi ataupun proses lain organisasi. Manajemen Risiko menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari tanggung jawab manajemen, dalam memastikan
tercapainya sasaran organisasi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Manajemen
Risiko haruslah diintegrasikan sepenuhnya ke dalam governance atau tata kelola
Perusahaan untuk lebih memberikan kepastian terhadap pencapaian sasaran
Perusahaan dan mewujudkan tata kelola Perusahaan yang baik.
a. Pertimbangan Strategis dan Operasional
1. Intisari (essence) dari GCG adalah pencapaian misi dan visi perusahaan
melalui pelaksanaan aspek-aspek sbb:
a) Menatahubungan yang seimbang (balanced of authority) antar organ
perseroan;
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 5 dari 102
b) Menata hubungan harmonis (win-win solutions) dengan para pemangku
kepentingan;
c) Membangun sistem perencanaan perusahaan dan implementasinya yang
efektif dan efisien; dan
d) Membangun sistem pengendalian internal (internal control system) yang
andal.
2. Memperhatikan potensi risiko yang bersumber dari pengaruh lingkungan
eksternal dan internal perusahaan, maka penerapan manajemen risiko
merupakan kebutuhan yang penting bagi pencapaian sasaran aspek GCG di
atas.
3. Karena itu, Direksi telah menyatakan komitmennya untuk menerapkan
Manajemen Risiko di lingkungan perusahaan dengan menetapkan kebijakan
dalam bentuk Pedoman Manajemen Risiko di Lingkungan Perusahaan.
4. Selanjutnya membentuk struktur manajemen risiko yang mencukupi untuk
mendorong serta membantu setiap Unit Kerja dalam implementasi pedoman
tersebut.
b. Pertimbangan kepatuhan hukum (compliance)
1. Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
2. Peraturan Menteri Keuangan No.152/PMK/2012 tentang Tata Kelola Yang Baik
bagi Perusahaan Perasuransian.
3. Peraturan Menteri BUMN No: Per-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011
tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada BUMN.
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK/2010 Tentang Pemeriksaan
Perusahaan Perasuransian.
5. Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN No.SK-16/S.MBU/2012 tentag
Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi Atas Penerapan Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik Pada Badan Usaha Milik Negara.
6. Standar Internasional Manajemen Risiko ISO 31000:2009 Risk Management-
Principles and Guidelines.
7. Standar Internasional Manajemen Risiko ISO Guide 73:2009 Risk Management
Vocabulary.
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 6 dari 102
8. Standar Internasional Manajemen Risiko ISO 31010:2009 Risk Assessment
Techniques.
9. Standar Internasional Manajemen Risiko HB 158-2010 Delivering assurance
based on ISO 31000:2009 – Risk Management – Principles and guidelines
1.4. Tujuan
a. Tujuan Pengelolaan Risiko
1. Meningkatkan kesadaran bahwa semua upaya pencapaian sasaran dan
target-target perusahaan mengandung risiko dan karenanya setiap individu,
unit kerja (Direktorat/Divisi/Satuan/Cabang/Kantor Perwakilan), harus dapat
mengelola risiko sesuai kedudukan dan tanggungjawabnya masing-masing
sebagai bagian dari pengelolaan risiko korporat terintegrasi.
2. Meningkatkan kepastian pencapaian sasaran dan target-target perusahaan
dengan cara:
a) Menurunkan tingkat kemungkinan keterjadian peristiwa-peristiwa
berbahaya yang dapat terjadi.
b) Meminimalkan potensi kerugian sebagai dampak yang ditimbulkan oleh
peristiwa-peristiwa tersebut.
b. Tujuan Penyusunan Pedoman Manajemen Risiko
1. Menjadi landasan kebijakan bagi operasionalisasi fungsi dan proses
manajemen risiko di Jasa Raharja.
2. Mendefinisikan peran dan tanggung jawab dari masing-masing organ
organisasi yang terlibat dalam proses manajemen risiko.
3. Mengatur penerapan manajemen risiko berbasis SNI ISO 31000:2011 di
lingkungan Jasa Raharja.
4. Memastikan agar pengelolaan risiko perusahaan dapat berlangsung secara
sistematis dan terstruktur, sehingga pada akhirnya perusahaan terhindar dari
kerugian yang secara signifikan dapat mempengaruhi nilai dan kekayaan
perusahaan.
5. Memberikan kerangka pelaporan untuk memastikan terdapatnya komunikasi
atas informasi manajemen risiko yang diperlukan.
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 7 dari 102
6. Sebagai sarana untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan arti penting
manajemen risiko di Jasa Raharja.
7. Dengan berlakunya Pedoman Manajemen Risiko ini maka seluruh Pimpinan
unit kerjapada setiap tingkatan struktur organisasi wajib menjalankan proses
manajemen risiko secara terintegrasi dengan proses bisnis di unit masing-
masing dan secara berkala melaporkan perkembangannya kepada Direksi.
1.5. Komponen Pengelolaan Risiko
a. Dalam Pedoman ini, sistem manajemen risiko terdiri dari 3 (tiga) komponen yang
saling terkait yaitu:
1. Prinsip-prinsip manajemen risiko,
2. Kerangka kerja dalam mengelola risiko, dan
3. Proses pengelolaan risiko.
b. Prinsip-prinsip manajemen risiko merupakan pondasi (nilai dasar) bagi
pengembangan kerangka kerja pengelolaan risiko yang merupakan pilar-pilar bagi
penerapan proses manajemen risiko. Sementara proses manajemen risiko adalah
penjabaran dari kerangka kerja pengelolaan risiko dalam rangka mempermudah
penerapan prinsip-prinsip pengelolaan risiko, baik di tingkat korporat, di tingkat
unit kerja, maupun individu.
Skema hubungan ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1. Hubungan 3 Komponen Sistem Manajemen Risiko
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 8 dari 102
1.6. Tiga Pilar Manajemen Risiko Perusahaan
Model Tiga Pilar Manajemen Risiko Perusahaan mengadopsi pendekatan “Three
Lines of Defence” atau Pertahanan Tiga Lapis (Referensi: The Three Lines of Defense
in Effective Risk Management and Control – Institute of Internal Auditor), yang
membedakan antara fungsi-fungsi bisnis sebagai pemilik risiko terhadap fungsi yang
mengelola risiko (managing risks), dan antara fungsi yang mengawasi risiko
(overseeing risks) dengan fungsi-fungsi yang menyediakan pemastian independen
(independent assurance).
1. Pilar Pertama (managing risks)
Unit Kerja Teknis / Risk Taking Unit (RTU) sebagai garis depan atau ujung tombak
organisasi, bertanggungjawab untuk :
a. Memastikan adanya lingkungan pengendalian (control environment) yang
kondusif..
b. Menerapkan kebijakan manajemen risiko yang telah ditetapkan sewaktu
menjalankan peran dan tanggung jawabnya
c. Mempertimbangkan faktor risiko dalam keputusan-keputusan dan tindakan-
tindakan yang dilakukannya.
d. Mampu menunjukkan adanya pengendalian internal yang efektif, dan juga
adanya pemantauan dan transparansi terhadap efektifitas pengendalian
internal tersebut.
2. Pilar Kedua (overseeing risks)
Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan bertanggung jawab untuk
a. Mengembangkan dan memantau implementasi manajemen risiko perusahaan
secara keseluruhan.
b. Melakukan pengawasan terhadap bagaimana fungsi bisnis dilaksanakan dalam
koridor kebijakan manajemen risiko dan prosedur-prosedur standard
operasionalnya yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
c. Memantau dan melaporkan risiko-risiko perusahaan secara menyeluruh
kepada organ yang memiliki akuntabilitas tertinggi di perusahaan.
3. Pilar Ketiga (independent assurance)
Satuan Pengawasan Intern adalah bagian internal perusahaan yang bersifat
independen terhadap fungsi-fungsi lainnya, bertanggung jawab untuk
a. Melakukan reviu dan evaluasi terhadap rancang bangun dan implementasi
manajemen risiko secara keseluruhan, dan
b. Memastikan bahwa pertahanan lapis pertama dan lapis kedua berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 9 dari 102
Gambar 1.2: Tiga Pilar Manajemen Risiko
*Forum dapat dibentuk dan bersifat adhoc
Gambar di samping menunjukkan
bahwa ketiga lapis pertahanan berada
di bawah akuntabilitas dan koordinasi
langsung Direksi sedangkan Dewan
Komisaris - melalui organ komite yang
dimiliki Dewan Komisaris memiliki
akuntabilitas tidak langsung terhadap
pertahanan lapis ketiga. Walaupun
Dewan Komisaris hanya memiliki
koordinasi dengan auditor internal dan
eksternal untuk pertahanan lapis
ketiga, mereka juga sebenarnya secara
tidak langsung terlibat dalam
pemantauan efektifitas pertahanan
lapis kedua melalui hasil reviu auditor
internal tentang efektifitas kebijakan dan implementasi manajemen risiko di perusahaan
secara menyeluruh. Sedangkan Forum Manajemen Risiko dapat dibentuk oleh Direksi untuk
memberikan masukan kepada Direksi terkait pelaporan profil risiko dan hasil peninjauan
ulang implementasi manajemen risiko yang disampaikan oleh Divisi Manajemen Risiko dan
Penelitian Pengembangan.
Dengan diterapkannya model ini, semakin besar kemungkinan terbentuknya budaya
manajemen risiko yang terintegrasi di seluruh proses dan seluruh lini perusahaan, untuk
menuju ke tingkat kematangan pengelolaan manajemen risiko perusahaan yang semakin
baik.
BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 10 dari 102
Istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini mengacu pada istilah dan definisi yang
digunakan pada ISO GUIDE 73:2009 Risk management – Vocabulary yang menjadi standar
internasional istilah untuk manajemen risiko. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerancuan
dari berbagai macam istilah dan definisi yang digunakan dalam berbagai macam standar yang
mungkin sudah dipakai perusahaan.
1. Analisis risiko (risk analysis)
Proses untuk memahami sifat risiko dan untuk menentukan peringkat risiko: analisa risiko
merupakan dasar untuk evaluasi risiko dan landasan keputusan perlakuan risiko.
2. Area Dampak
Jenis Dampak yang dipengaruhi oleh suatu kejadian risiko, misalnya keuangan, reputasi,
keselamatan kerja dlsb.
3. Asesmen risiko (risk assessment)
Keseluruhan proses yang meliputi identifikasi risiko, analisa risiko, dan evaluasi risiko.
4. Atribut Risiko (risk attributes)
Adalah atribut suatu risiko atau kondisi risiko yang digambarkan secara lengkap meliputi:
nama risiko, jenis risiko, deskripsi risiko, kategori risiko, kemungkinan, dampak, sumber
risiko, ukuran (magnitude) risiko, status risiko dan pemilik risiko.
5. Berbagi risiko (risk sharing)
Salah satu bentuk perlakuan risiko adalah mendistribusikan risiko dengan pihak-pihak lain,
dimana:
- Ketentuan perundang-undangan dapat membatasi atau melarang pembagian risiko ini;
- Pembagian risiko dapat dilakukan melalui asuransi atau jenis perjanjian lainnya;
- Pembagian risiko dapat menciptakan risiko baru atau mengubah risiko yang ada.
6. Berbahaya (hazard)
Sumber potensial yang menyebabkan terjadinya bahaya, dimana kondisi berbahaya ini
merupakan salah satu sumber risiko.
7. Daftar risiko (risk register)
Rekaman informasi mutakhir dari risiko yang telah teridentifikasi, dimana kadang-kadang
digunakan juga istilah risk log .
BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 11 dari 102
8. Dampak (consequence)
Akibat dari suatu peristiwa yang mempengaruhi sasaran organisasi, dimana:
- Satu peristiwa dapat menimbulkan berbagai dampak;
- Satu dampak dapat dipastikan tetapi juga tidak dapat dipastikan, begitu juga dampak ini
dapat bersifat positif tetapi juga dapat bersifat negatif;
- Dampak dapat dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif.
9. Eksposur Risiko (risk exposure)
Adalah besaran risiko yang berpotensi ditanggung oleh satu entitas dimana besaran risiko
diukur berdasarkan likelihood dan besarnya kerugian yang akan ditanggung apabila risiko
tersebut terjadi (impact).
10. Entitas (entity)
Satu perusahaan yang didirikan untuk tujuan tertentu. Entitas dapat berupa perusahaan
bisnis, organisasi non-profit, badan pemerintah atau institusi akademik. Entitas juga sinonim
dari organisasi dan perusahaan.
11. Evaluasi risiko (risk evaluation)
Proses untuk membandingkan hasil analisa risiko dengan kriteria risiko dan kemudian
ditentukan apakah peringkat risiko dapat diterima atau ditolerir, dimana evaluasi risiko
membantu dalam membuat keputusan terhadap perlakuan risiko.
12. Ex-Ante
Satu aktivitas yang dilakukan untuk kepentingan satu event, dimana event tersebut belum,
sedang, atau akan terjadi/berlangsung.
13. Ex-Post
Satu aktivitas yang dilakukan untuk kepentingan satu event, dimana event tersebut telah
terjadi.
14. Fasilitator risiko (risk officer)
Pegawai pada setiap Divisi/Kantor Cabang yang ditunjuk untuk menjalankan peran fungsional
untuk membantu RTU Divisi/Kantor Cabang dalam menjalankan proses manajemen risiko di
unit kerjanya masing-masing.
BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 12 dari 102
15. Frekwensi (frequency)
Satu ukuran dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang dinyatakan dalam jumlah
peristiwa yang terjadi dalam satu periode tertentu.
16. Identifikasi risiko (risk identification)
Proses dalam menemukan, mengenali dan/atau menguraikan atribut-atribut risiko.
Identifikasi risiko meliputi identifikasi sumber-sumber risiko, peristiwa dan penyebabnya
serta dampaknya. Identifikasi risiko juga meliputi data historis, analisa teoritis, pendapat ahli
dan persepsi serta kebutuhan pemangku kepentingan.
17. Kebijakan manajemen risiko (risk management policy)
Pernyataan arahan dan maksud organisasi terkait dengan manajemen risiko.
18. Keengganan risiko (risk aversion)
Sikap enggan untuk menerima /menjalani suatu proses dengan hasil yang tidak pasti
ketimbang sesuatu yang lebih pasti.
19. Kelemahan (vulnerability)
Suatu kumpulan sifat yang melekat pada sesuatu hal yang membuatnya rentan terhadap
sumber risiko, sehingga memudahkan timbulnya dampak.
20. Kemungkinan (likelihood)
Kesempatan/kemungkinan bahwa sesuatu akan terjadi, dimana panduan ini menggunakan
kata “likelihood” mengacu pada pengertian bahwa sesuatu diharapkan akan terjadi, dimana
harapan ini dinyatakan baik secara obyektif atau subyektif dengan menggunakan ukuran
seperti probabilitas, frekwensi terjadinya untuk suatu jangka waktu tertentu, atau model
matematik tertentu. Istilah bahasa Inggris “likelihood” tidak ditemui padanannya yang tepat
dalam bahasa lain. Ini berbeda dengan istilah probability yang sering ditafsirkan secara
sempit sebagai istilah statistik. Oleh karena itu panduan ini menggunakan istilah likelihood
dengan maksud dan pengertian yang lebih luas, yang juga dipunyai oleh bahasa lain.
21. Kerangka kerja manajemen risiko (risk management framework)
Seperangkat komponen-komponen yang memberikan landasan dan kerangka kerja untuk
merencanakan, menerapkan, memonitor, meninjau ulang, dan secara berkelanjutan
memperbaiki proses manajemen risiko pada seluruh bagian organisasi. Yang dimaksudkan
sebagai landasan adalah kebijakan, sasaran, mandat dan komitmen manajemen risiko.
Termasuk dalam kerangka kerja organisasi adalah rencana, tata hubungan, akuntabilitas,
sumber daya, proses dan kegiatan. Kerangka kerja manajemen risiko menyatu ke dalam
kebijakan strategis, operasional dan praktik-praktik organisasi.
BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 13 dari 102
22. Ketahanan (resilience)
Kemampuan untuk bertahan terhadap pengaruh suatu peristiwa.
23. Keterbatasan Inheren (inherent limitation)
Suatu keterbatasan yang melekat pada sistem EWRM (Enterprise Wide Risk Management)
terutama dikarenakan keterbatasan pertimbangan (judgement) manusia, keterbatasan
sumber daya dan keinginan mengendalikan biaya dalam rangka mencapai tujuan tertentu,
dan kemungkinan manajemen menyembunyikan informasi atau berkolusi.
24. Ketidakpastian (uncertainty)
Suatu keadaan atau kondisi dimana terdapat kekurangan informasi atau ketidakjelasan
informasi terkait dengan kemungkinan dan/atau dampak dari suatu peristiwa.
25. Kondisi Menguntungkan (favorable variance)
Adalah suatu kondisi dimana realisasi yang dicapai lebih baik atau melampaui target atau
anggaran yang ditetapkan.
26. Komunikasi dan konsultasi (communication and consultation)
Proses yang berkelanjutan dan berulang antara organisasi dan para pemangku
kepentingan dalam saling memberikan, berbagi dan memperoleh informasi serta melakukan
dialog terkait dengan penanganan risiko. Informasi ini dapat berupa adanya sifat, bentuk,
kemungkinan terjadinya, kegawatan, evaluasi, dapat diterimanya, perlakuan atau aspek lain
dari risiko atau manajemen risiko. Konsultasi adalah proses dialog antara organisasi
dengan para pemangku kepentingan, yang berdasarkan informasi tersedia akan menentukan
sikap atau arah kebijakan sebelum mengambil keputusan. Konsultasi merupakan suatu
proses bukan keluaran yang pengaruhnya pada sebuah keputusan lebih atas dasar
pertimbangan dan bukan kekuasaan. Selain itu, konsultasi merupakan masukan untuk proses
pengambilan keputusan, dan bukan pengambilan keputusan bersama. Komunikasi internal
dan konsultasi hendaknya dibuatkan risalahnya dengan baik.
27. Konteks eksternal (external context)
Lingkungan eksternal tempat organisasi berusaha mencapai sasarannya, dimana konteks
eksternal meliputi:
- Lingkungan budaya, politik, ekonomi, hukum, peraturan-peraturan, teknologi, keuangan,
alam dan persaingan usaha. Baik ini secara nasional, internasional, maupun lokal;
- Berbagai macam kecenderungan maupun dorongan penting yang dapat mempunyai
pengaruh atau dampak terhadap sasaran organisasi;
- Persepsi dan nilai-nilai para pemangku kepentingan eksternal.
BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 14 dari 102
28. Konteks internal (internal context)
Lingkungan internal organisasi dimana dilakukan upaya untuk mencapai sasarannya.
Konteks internal meliputi:
- Kemampuan organisasi dalam pengertian sumber daya dan pengetahuan (misalnya modal,
waktu, orang, sistem, teknologi, dan lain sebagainya);
- Sistem informasi, alur informasi dan proses pengambilan keputusan baik formal maupun
informal;
- Pemangku kepentingan internal;
- Kebijakan, sasaran dan strategi untuk mencapainya;
- Persepsi, nilai-nilai dan budaya organisasi-Standar dan model acuan yang digunakan oleh
organisasi-Struktur, misalnya: governance, peran dan akuntabilitas.
29. Kondisi tidak menguntungkan (unfavorable variance)
Adalah suatu kondisi dimana realisasi yang dicapai lebih rendah atau tidak mencapai target
atau anggaran yang ditetapkan.
30. Kontrol Terkini (existing control)
Adalah pengendalian atas suatu risiko yang sudah ada pada saat tertentu yang terkini.
31. Kriteria risiko (risk criteria)
Kerangka acuan terhadap suatu besaran dimana risiko akan diukur. Kriteria risiko dibuat
berdasarkan konteks internal dan eksternal, serta secara berkala akan ditinjau untuk
memastikan relevansinya. Kriteria risiko juga dapat diturunkan dari standar, kebijakan dan
peraturan perundangan.
32. Manajemen risiko (risk management)
Upaya terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan organisasi
terkait dengan risiko.
33. Matriks RACI
Matriks RACI adalah alat yang sederhana yang berguna untuk menjelaskan dan menegaskan
peran dan tanggungjawab lintas fungsi/bagian dalam suatu proyek, program, proses dan
pada tiap perubahan organisasi.
R=Responsible, A=Accountable, C=Consulted/Contribute, I= Informed.
BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 15 dari 102
34. Mitigasi risiko (risk mitigation)
Tindakan untuk mengurangi dampak yang tidak diinginkan.
35. Monitoring (monitoring)
Pemeriksaan, supervisi, observasi berkala atau pemeriksaan status dengan tujuan untuk
mengetahui dan memastikan apakah terjadi perubahan atau penyimpangan kinerja dari yang
telah ditentukan atau direncanakan. Pemantauan dapat dilaksanakan terhadap kerangka
kerja manajemen risiko, proses manajemen risiko dan risiko itu sendiri.
36. Paparan risiko (exposure)
Suatu keadaan dimana suatu organisasi dan/atau pemangku kepentingan menjadi bagian
dari atau terlibat dalam suatu peristiwa.
37. Pelaporan risiko (risk reporting)
Suatu bentuk komunikasi untuk menyampaikan informasi mengenai status risiko dan
pengelolaannya kepada pemangku kepentingan internal maupun eksternal.
38. Pemangku kepentingan (stakeholders)
Setiap orang atau organisasi yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi, atau menganggap
dirinya dapat dipengaruhi oleh suatu keputusan atau kegiatan, dimana pengambil keputusan
juga dianggap sebagai pemangku kepentingan.
39. Pemangku risiko (risk owner)
Orang, bagian, atau organisasi yang mempunyai akuntabilitas dan kewenangan untuk
mengelola risiko serta perlakuan risiko yang terkait.
40. Pembiayaan risiko (risk financing)
Salah satu bentuk perlakuan risiko yang mencakup rencana kontingensi untuk penyediaan
dana guna memenuhi kebutuhan dampak finansial yang mungkin terjadi.
41. Penerimaan risiko (risk acceptence)
Keputusan yang matang untuk menerima suatu risiko tertentu, dimana:
- Penerimaan risiko dapat terjadi tanpa proses perlakuan risiko atau ketika proses tersebut
sedang berjalan.
- Penerimaan risiko dapat pula berupa proses.
- Risiko yang diterima harus dimonitor dan ditinjau ulang.
BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 16 dari 102
42. Pengendalian (control)
Kegiatan untuk mengubah tingkat risiko menjadi lebih rendah. Kegiatan pengendalian adalah
hasil dari perlakuan risiko, dimana kegiatan pengendalian meliputi antara lain proses kerja,
kebijakan, peralatan, praktek atau tindakan yang untuk mengubah risiko.
43. Pengendalian internal (internal control)
Suatu proses yang didesain oleh Dewan Direksi, manajemen dan personil lainnya untuk
menghadirkan suatu tingkat keyakinan yang memadai bahwa tujuan-tujuan tercapai dengan
optimal seperti: efektifitas dan efisiensi operasi, kehandalan laporan keuangan, dan
kepatuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku.
44. Peninjauan/Kaji ulang (review)
Kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kecocokan, kecukupan dan efektifitas sesuatu
obyek atau sistem dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan, dimana pemantauan
dapat dilaksanakan terhadap kerangka kerja manajemen risiko, proses manajemen risiko dan
risiko itu sendiri.
45. Penggabungan risiko (risk aggregation)
Proses untuk menggabungkan masing-masing risiko untuk memperoleh gambaran dan
pemahaman terhadap risiko.
46. Penghindaran risiko (risk avoidance)
Keputusan untuk tidak terlibat atau menarik diri dari suatu kegiatan berdasarkan
pertimbangan peringkat risiko. Penghindaran risiko dapat merupakan hasil evaluasi risiko
atau ketentuan hukum.
47. Peringkat risiko (level of risk)
Besarnya atau kegawatan risiko dinyatakan melalui kombinasi besaran dampak dan
kemungkinan.
48. Peristiwa (event)
Kejadian atau perubahan yang terjadi pada suatu kondisi atau lingkungan tertentu, dimana:
- Sifat, kemungkinan dan dampak dari suatu peristiwa tidak selalu dapat diketahui dengan
baik;
- Sebuah peristiwa dapat terjadi beberapa kali (berulang) dan akibat dari penyebab yang
berbeda-beda;
BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 17 dari 102
- Kemungkinan dari sebuah peristiwa dapat diperkirakan;
- Sebuah peristiwa dapat terdiri pada satu atau lebih kondisi tertentu;
- Sebuah peristiwa yang mempunyai dampak, seringkali disebut sebagai “kejadian”;
49. Peristiwa mengandung risiko (risk event)
Adalah suatu peristiwa yang terjadi, baik yang telah diantisipasi maupun belum diantisipasi,
dimana peristiwa tersebut memenuhi kualitas dan pengertian Risiko.
50. Perlakuan risiko (risk treatment)
Proses untuk memodifikasi (mengeksploitasi dan mengendalikan) risiko. Perlakuan risiko
meliputi:
- Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak menjalankan pencapaian sasaran
yang berisiko tersebut;
- Mengambil atau meningkatkan nilai risiko dalam rangka mengeksploitasi peluang;
- Menghilangkan atau menurunkan pengaruh dari sumber penyebab risiko;
- Mengubah besar dan sifat dari kemungkinan timbulnya risiko;
- Mengubah tingkat potensi kerugian sebagai dampak terjadinya risiko;
- Berbagi risiko dengan pihak lain;
- Mempertahankan tingkat risiko yang sudah aman;
- Perlakuan risiko yang ditujukan untuk mengurangi dampak negatif risiko, seringkali disebut
juga dengan istilah-istilah: mitigasi risiko, eliminasi risiko, pencegahan risiko dan reduksi
risiko.
- Perlakuan risiko dapat memodifikasi tingkat risiko yang ada atau menimbulkan risiko baru
sebagai efek sampingnya.
51. Persepsi risiko (risk perception)
Pandangan atau persepsi pemangku kepentingan terhadap risiko. Persepsi risiko
menunjukkan kebutuhan, masalah dan pengetahuan pemangku kepentingan terhadap risiko.
Selain itu, persepsi risiko dapat berbeda dengan data obyektif.
52. Peta risiko (risk map)
Teknik untuk memperagakan dan menyusun tingkat risiko dengan menggambarkannya pada
sumbu dampak dan kemungkinan.
BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 18 dari 102
53. Prinsip “prepare for the worst”
Prinsip yang mempertimbangkan pada kondisi yang paling buruk jika suatu peristiwa yang
mengandung risiko terjadi.
54. Probabilitas (probability)
Ukuran untuk menyatakan harapan terjadinya suatu peristiwa yang dinyatakan dalam angka
0 sampai dengan 1. Angka 0 menyatakan peristiwa tersebut tidak mungkin terjadi dan angka
1 menyatakan peristiwa tersebut pasti terjadi.
55. Profil risiko (risk profile)
Gambaran keseluruhan atau sekumpulan risiko-risiko organisasi. Kumpulan risiko tersebut
dapat merupakan kumpulan untuk seluruh organisasi atau untuk bagian tertentu dari
organisasi, atau sesuai dengan kebutuhan.
56. Proses manajemen (management process)
Serangkaian tindakan yang dilakukan manajemen untuk menjalankan suatu perusahaan.
Enterprise Wide Risk Management (EWRM) adalah salah satu bagian dari dan terintegrasi
dengan proses manajemen. Proses atau fungsi manajemen klasik adalah merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, mengarahkan dan mengawasi.
57. Proses manajemen risiko (risk management process)
Penerapan secara sistematik kebijakan, prosedur dan praktik manajemen untuk pelaksanaan
tugas dalam berkomunikasi dan konsultasi, menetapkan konteks, mengidentifikasi,
menganalisa, mengevaluasi, memperlakukan, memonitor dan reviu risiko.
58. Rencana manajemen risiko (risk management plan)
Dokumen yang merupakan bagian dari kerangka kerja manajemen risiko, yang berisikan
cara-cara pendekatan, cara kerja manajemen, metodologi, teknik dan sumber daya yang
akan diterapkan dalam manajemen risiko. Cara kerja manajemen meliputi prosedur, praktik,
penugasan dan tanggung jawab, urutan kerja. Rencana manajemen risiko dapat diterapkan
pada suatu produk tertentu, proses dan proyek, sebagian atau seluruh organisasi.
59. Rencana perlakuan risiko (risk treatment plan)
Penjabaran strategi mitigasi dalam bentuk action plan yang harus menjadi bagian dari
Rencana Kerja Operasional baik di tingkat Korporat maupun di tingkat Unit Kerja.
BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 19 dari 102
60. Retensi risiko (risk retention)
Kesedian untuk menerima beban kerugian, atau manfaat dari suatu risiko tertentu, dimana
retensi risiko termasuk dalam menerima risiko tersisa. Peringkat risiko yang dapat diterima
ditentukan oleh kriteria risiko.
61. Risiko (risk)
Pengaruh dari ketidakpastian terhadap sasaran/tujuan (objectives). Pengaruh adalah suatu
penyimpangan dari yang diharapkan baik positif atau negatif. Sasaran dapat mempunyai
beberapa aspek, seperti misalnya aspek keuangan, kesehatan, keselamatan, lingkungan
hidup dan juga mempunyai beberapa tingkatan seperti tingkat strategis, seluruh perusahaan,
proyek, produk, jasa dan proses. Selain itu, risiko sering dinyatakan dengan mengacu pada
suatu peristiwa yang mungkin terjadi, dampak peristiwa tersebut dan bagaimana hal tersebut
dapat mempengaruhi pencapaian sasaran. Risiko sering pula dinyatakan dalam bentuk
kombinasi dampak dan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa, atau perubahan
situasi/lingkungan.
62. Risiko inheren/bawaan (inherent risk)
Suatu risiko yang melekat pada proses bisnis suatu entitas yang mana apabila tidak dikelola
dengan baik akan dapat meningkatkan likelihood dan impact dari risiko tersebut. Nilai Risiko
Inheren adalah nilai risiko dengan tidak mempertimbangkan kontrol risiko yang telah ada.
63. Risiko saat ini (current risk)
Nilai risiko inheren dengan mempertimbangkan kontrol risiko yang telah ada.
64. Risiko lintas perusahaan (cross-enterprises risks)
Risiko yang saling terkait antara satu entitas ke entitas lain atau satu unit usaha ke unit usaha
lain di dalam satu holding perusahaan.
65. Risiko tersisa (residual risk)
Risiko yang masih ada setelah dilaksanakan perlakuan risiko. Salah satu yang termasuk
risiko tersisa adalah risiko yang tidak teridentifikasi. Selain itu, risiko tersisa sering juga
disebut sebagai retensi risiko yang ditahan.
66. Selera risiko (risk appetite)
Jumlah dan jenis risiko yang siap untuk ditangani atau diterima oleh organisasi.
67. Sikap terhadap risiko (risk attitude)
Cara pendekatan organisasi dalam melakukan asesmen risiko, apakah akan mengejar risiko
(positif), menahan risiko, mengambil risiko atau justru menjauhi risiko.
BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 20 dari 102
68. Sistem informasi manajemen risiko (risk management information system)
Suatu sistem, umumnya berbasis teknologi informasi, yang didesain untuk :
- mengklasifikasikan dan menghimpun data berdasarkan kategori, jenis dan sifat;
- mengefektifkan dan mengefisienkan proses menghasilkan
69. Sistem pengendalian internal (internal control system)
Sinonim untuk pengendalian/pengawasan internal yang diterapkan di dalam suatu entitas.
70. Sumber risiko (risk source)
Segala sesuatu baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan lainnya mempunyai
potensi melekat (inheren) yang dapat menimbulkan risiko. Risiko tidak akan terjadi bila tidak
terjadi interaksi antara sumber risiko dengan orang, organisasi atau benda-benda lainnya.
Sumber risiko dapat merupakan sesuatu yang terukur (tangible) atau yang tidak terukur
(intangible).
71. Tingkat keuntungan (rate of return)
Adalah suatu ukuran tingkat keuntungan dalam persentase yang dihitung dengan formula
(Laba : Nilai Investasi).
72. Toleransi risiko (risk tolerance)
Kesiapan organisasi dalam menanggung risiko setelah perlakuan risiko dalam upayanya
mencapai sasaran organisasi. Ketentuan hukum dan peraturan perundangan dapat pula
memberikan batasan terhadap toleransi risiko.
73. Unit kerja
Unit-unit pada setiap tingkatan struktur organisasi yaitu Direktorat – Divisi – Urusan - Seksi,
Kantor Cabang – Bagian – Unit – Perwakilan dan setara.
74. Uji kemampuan (stress testing)
Adalah suatu pengujian perhitungan risiko yang dilakukan dengan menggunakan asumsi
terburuk (worst scenario) yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan entitas
menanggung kerugian yang terjadi apabila hal terburuk terjadi.
75. Risk Taking Unit (RTU) adalah suatu entitas yang mempunyai akuntabilitas dan
kewenangan untuk mengelola suatu risiko;
BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 21 dari 102
76. Profil risiko: adalah gambaran atau uraian dari suatu kelompok risiko. (kelompok risiko ini
dapat berisikan risiko-risiko yang terkait dengan Korporasi, Divisi, dan Kantor Cabang).
77. Pengendalian Risiko (risk control): adalah proses, kebijakan, alat dan perlengkapan,
tindakan, metode atau berbagai pendekatan lainnya yang direncanakan atau yang sudah
dilakukan (existing control) dan berimplikasi pada perubahan nilai risiko.
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 22 dari 102
3.1 Pengantar
a. Prinsip adalah dasar untuk berpikir dan bertindak. Dalam konteks penerapan
manajemen risiko di Jasa Raharja, prinsip-prinsip manajemen risiko adalah hal-hal
yang mendasari pengembangan dan aplikasi sistem manajemen risiko sekaligus
sebagai parameter dasar untuk menilai sejauhmana tingkat kematangan sistem dan
aplikasinya dalam penerapan manajemen risiko.
b. Kerangka adalah rancang bangun konsep sebagai penjabaran dan aplikasi dari
prinsip. Dalam konteks penerapan manajemen risiko di Jasa Raharja, kerangka
manajemen risiko merupakan siklus tahapan penerapan manajemen yang sistematis
berbasis pada PDCA (plan-do-check-action) yang bersifat dinamis, berulang dan
responsif terhadap perubahan.
c. Proses adalah rangkaian aktifitas yang dikembangkan secara sistematis dan
terstruktur agar dapat menghasilkan outcome tertentu. Dalam konteks penerapan
manajemen risiko di Jasa Raharja, proses manajemen risiko merupakan rangkaian
tahapan efektifitas pengelolaan risiko yang dikembangkan sebagai bentuk penjabaran
dari aspek implementasi manajemen risiko pada siklus kerangka manajemen risiko.
d. Alur transformasi dari prinsip menjadi kerangka dan kemudian proses manajemen
risiko dapat dilihat pada gambar 1.1. Hubungan 3 Komponen Sistem Manajemen
Risiko, BAB I halaman 7.
e. Dalam BAB III, akan diuraikan Prinsip-prinsip Manajemen Risiko yang kemudian
dijabarkan dalam bentuk Kerangka Manajemen Risiko. Sementara Proses
Manajemen Risiko akan diuraikan secara lebih rinci pada BAB IV-VI.
3.2 Prinsip Manajemen Risiko
Kerangka kerja penerapan manajemen risiko perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Prinsip-prinsip yang menjadi panduan dasar bagi setiap Risk Taking Unit (RTU), yaitu:
1. Manajemen risiko harus terintegrasi ke dalam proses bisnis;
a) Setiap pejabat di semua level organisasi merupakan RTU yang memiliki
otoritas dan kewenangan untuk mengelola risiko pada unit kerja yang
dipimpinnya.
b) Proses manajemen risiko tidak dapat berdiri sendiri dan terpisah dari proses
bisnis inti maupun proses penunjangnya, karena itu setiap RTU harus
menjadikan manajemen risiko sebagai bagian integral dari setiap proses bisnis
yang menjadi tanggung jawabnya.
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 23 dari 102
2. Manajemen risiko adalah khas untuk penggunanya (tailor made);
Setiap RTU di semua level organisasi harus memastikan bahwa risiko yang
diidentifikasi dan dikelola pada unit kerja yang dipimpinnya merupakan risiko yang
bersumber dari dan diukur berdasarkan kriteria yang relevan dengan konteks unit
kerjanya, baik konteks internal maupun eksternal.
3. Manajemen risiko harus memberikan nilai tambah;
Setiap RTU di semua level organisasi harus dapat menciptakan dan
mempertahankan nilai tambah dengan menggunakan manajemen risiko untuk
membantu mencapai setiap sasaran dan sekaligus meningkatkan kinerja. Setiap
langkah yang diambil untuk mencapai sasaran dan meningkatkan kinerja,
dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengelola risiko yang dapat merugikan.
Nilai tambah terjadi manakala sasaran tercapai/terlampaui dan kinerja meningkat.
4. Manajemen risiko secara khusus menangani ketidakpastian;
Ketidakpastian dan risiko saling terkait. Setiap langkah pencapaian sasaran selalu
bersifat tidak pasti, karena selalu ada kemungkinan terjadi kekeliruan. Setiap RTU
harus menggunakan manajemen risiko untuk mengidentifikasi dan menetapkan
sifat (nature) dan jenis ketidakpastian yang dihadapi oleh unit kerja yang
dipimpinnya serta menemukenali apa yang dapat dilakukan guna mengatasi
ketidakpastian tersebut.
5. Manajemen risiko adalah bagian dari proses pengambilan keputusan;
Proses manajemen risiko merupakan bagian integral dari prosedur pengambilan
keputusan yang berlaku formal maupun informal. Setiap RTU harus
mempertimbangkan setiap risiko dari keputusan yang akan dibuat dan
menyiapkan langkah-langkah antisipasinya.
b. Prinsip-prinsip pengelolaan risiko yang menjadi dasar pembentukan infrastruktur
penunjang bagi RTU :
6. Manajemen risiko harus transparan, inklusif, dan relevan;
a) Pengelolaan risiko harus transparan dalam arti memungkinkan aktifitas proses
manajemen risiko dapat dipantau dan diakses oleh para pihak yang
berkepentingan;
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 24 dari 102
b) Pengelolaan risiko harus bersifat inklusif dengan cara:
i. Melibatkan peran serta para pemangku kepentingan sesuai kebutuhan
(proporsional dan pada saatnya) dan memastikan bahwa pengaruh
pemangku kepentingan dipertimbangkan pada saat menetapkan kriteria
risiko.
ii. Melibatkan peranserta dari semua pejabat pengambil keputusan di
semua level dan bagian organisasi secara proposional dan pada saatnya.
c) Pengelolaan risiko harus senantiasa relevan dengan kebutuhan dan terkini.
7. Manajemen risiko harus sistematis, terstruktur dan tepat waktu;
Perusahaan mengembangkan sistem manajemen risiko yang terstruktur,
sistematis dan tepat waktu dalam arti dapat:
a) memberikan kontribusi untuk efisiensi perusahaan,
b) memberikan hasil(output) yang konsisten dan andal(reliable) sehingga dapat
diperbandingkan dengan pihak lain.
8. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia;
a) Perusahaan menjamin input yang digunakan dalam mengelola risiko telah
berbasis pada sumber informasi yang terpercaya dengan menggunakan:
i. Tenaga ahli terbaik yang tersedia guna mendapatkan penilaian yang
terbaik.
ii. Pengalaman yang terbaik.
iii. Pengamatan yang terbaik.
iv. Data historis yang terbaik.
v. Teknik peramalan yang terbaik.
vi. Umpan balik dari pemangku kepentingan yang terpercaya.
b) Perusahaan menjamin setiap RTU dapat memahami dan mempertimbangkan
keterbatasan serta kekurangan dari setiap data yang digunakan dalam
mengelola risiko dengan cara mempertimbangkan:
i. Keterbatasan dan kelemahan dari setiap model analisis yang digunakan.
ii. Pendapat berbagai macam ahli dari berbagai sudut pandang.
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 25 dari 102
9. Manajemen risiko bersifat dinamis, berulang, dan tanggap terhadap
perubahan;
Perusahaan menjamin penggunaan pendekatan yang dinamis dan responsif
dalam mengelola risiko dengan cara:
a) Memastikan bahwa proses manajemen risiko yang digunakan dapat
mendeteksi perubahan dan meresponsnya secara tepat dengan cara:
i. Memantau, mengkaji dan merespons setiap perubahan pada konteks
bisnis termasuk timbulnya peristiwa di dalam dan di luar perusahaan yang
memiliki pengaruh berbahaya.
ii. Memantau, mengkaji dan merespons setiap perubahan pada profil risiko
dengan cara mengatasi perubahan risiko maupun risiko baru yang
muncul.
iii. Memantau, mengkaji dan merespons perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berpengaruh terhadap konteks bisnis perusahaan.
b) Memastikan bahwa proses manajemen risiko yang digunakan dapat berulang
dalam bentuk siklus agar risiko-risiko yang belum terindentifikasi atau belum
muncul pada siklus proses yang pertama kali, dapat ditemukenali dan
ditanggulangi pada siklus-siklus berikutnya.
10. Manajemen risiko harus memfasilitasi terjadinya perbaikan dan peningkatan
organisasi secara berkelanjutan;
Manajemen risiko bermanfat untuk peningkatan perbaikan di semua aspek tata
kelola perusahaan. Untuk itu perusahaan menjamin adanya pengembangan dan
pelaksanaan berbagai strategi peningkatan sistem manajemen risiko yang
digunakan melalui berbagai program peningkatan maturitas penerapan
manajemen risiko.
11. Manajemen risiko mempertimbangkan faktor manusia dan budaya;
Perusahaan menjamin bahwa sistem manajemen risiko yang digunakan dapat
mengenali dan mempertimbangkan faktor manusia dan budaya perusahaan yang
dapat mempengaruhi pencapaian sasaran mulai dari level korporat hingga level
unit terkecil dengan cara:
a) Mempertimbangkan bagaimana kapabilitas orang-orang, baik yang di internal
perusahaan maupun dari eksternal dapat menunjang atau menghambat
pencapaian sasaran.
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 26 dari 102
b) Mempertimbangkan bagaimana persepsi orang-orang, baik yang di internal
perusahaan maupun yang dari eksternal dapat menunjang atau menghambat
pencapaian sasaran.
c) Mempertimbangkan bagaimana kepedulian orang-orang, baik yang di internal
perusahaan maupun yang dari eksternal dapat menunjang atau menghambat
pencapaian sasaran.
3.3 Kerangka Kerja Untuk Mengelola Risiko
a. Desain Kerangka Kerja Pengelolaan Risiko
1. Kerangka kerja pengelolaan risiko adalah seperangkat komponen yang
menunjang dan menopang penerapan manajemen risiko di seluruh area
perusahaan. Terdapat dua tipe komponen yaitu:
a) Komponen-komponen yang bersifat mendasar yaitu kebijakan manajemen
risiko, sasaran pengelolaan risiko, mandat dan komitmen.
b) Komponen-komponen yang bersifat penataan organisasional yaitu
perencanaan manajemen risiko, tata hubungan, akuntabilitas para pelaku,
sumberdaya, proses dan aktifitas yang dilaksanakan untuk mengelola risiko.
Seluruh perangkat komponen, baik yang bersifat mendasar maupun yang bersifat
penataan organisasional didesain secara sistematis dan terstruktur sebagaimana
gambar 3.1.
Gambar 3.1. Skema Kerangka Kerja Manajemen Risiko Jasa Raharja
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 27 dari 102
2. Gambar 3.1. menunjukkan bahwa kerangka kerja pengelolaan risiko
menempatkan proses penerapan manajemen risiko berada pada dua proses
tatakelola yaitu:
a) Proses strategis di tingkat korporat mencakup:
i. Penetapan mandat dan komitmen
ii. Perencanaan dan pengorganisasian manajemen risiko
iii. Pembangunan kapabilitas organisasi
iv. Evaluasi disertai perbaikan berkelanjutan
b) Proses operasional di tingkat unit kerja mencakup seluruh rangkaian proses
manajemen risiko, mulai dari tahap penetapan konteks, asesmen risiko, sampai
perlakuan risiko. Di setiap tahap tersebut terdapat aktifitas penunjang, yaitu:
komunikasi & konsultasi serta pemantauan &kaji ulang guna memastikan
seluruh proses berjalan secara efektif dan efisien.
3. Rincian penjelasan desain kerangka kerja pengelolaan risiko sebagaimana
gambar 3.1 di atas, adalah sebagai berikut
Mandat dan Komitmen
a) Pengertian
i. Mandat adalah seperangkat instruksi disertai kewenangan yang
dipercayakan kepada pihak tertentu untuk dilaksanakan secara
bertanggungjawab guna mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks
manajemen risiko, mandat merupakan tugas dan wewenang yang
diterima Direksi dan Dewan Komisaris dari Pemegang Saham untuk
menjalankan misi dan visi perusahaan dengan cara mengatasi berbagai
risiko yang menghambat.
ii. Pada gilirannya mandat ini dituangkan dalam bentuk standar, kebijakan
dan instruksi pengelolaan risiko yang harus dijalankan oleh RTU dan
seluruh karyawan sesuai otoritas dan kewenangannya masing-masing.
iii. Komitmen adalah keterikatan moral karena adanya perjanjian untuk
melaksanakan sesuatu. Dalam konteks manajemen risiko, komitmen
adalah tanggungjawab moral para RTU untuk mengelola risiko sesuai
mandat yang diterima.
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 28 dari 102
b) Kebijakan Umum Manajemen Risiko.
i. Jasa Raharja menetapkan Kebijakan Umum Manajemen Risiko yang
berisi komitmen Direksi dan seluruh Pegawai Jasa Raharja untuk:
(1) Menerapkan manajemen risiko secara terpadu dan bersinergi,
mengingat risiko merupakan pertimbangan penting pada setiap
perencanaan dan pengambilan keputusan dalam mencapai tujuan
Perusahaan.
(2) Memastikan setiap proses bisnis yang dijalankan di setiap tingkatan
organisasi Perusahaan aman dari efek negatif setiap risiko yang
melekat pada proses bisnis tersebut dan dapat mengoptimalkan
peluang dari efek positif yang ada.
(3) Memastikan terkendalinya segala risiko yang dapat mengganggu
keselamatan, keamanan dan kenyamanan para pengguna jasa
maupun pemangku kepentingan lainnya.
(4) Mematuhi peraturan perundangan-undangan yang berlaku sebagai
cara mengendalikan risiko legal perusahaan.
(5) Menjalankan sistem manajemen risiko yang berbasis pada suatu
standar yang diakui dan berlaku di industri asuransi atau lembaga
jasa keuangan.
(6) Menyadari dan peduli terhadap risiko dalam setiap kegiatan yang
dilaksanakan sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing.
ii. Rumusan Kebijakan Umum Manajemen Risiko Jasa Raharja dituangkan
dalam selembar “piagam” yang ditempatkan pada setiap lokasi kerja
sebagai artefak budaya sadar risiko Jasa Raharja.
c) Standar Manajemen Risiko
i. Perusahaan menggunakan standar internasional SNI ISO 31000:2011
beserta alat kelengkapan penunjangnya yang dibuat dan dipublikasikan
oleh International Organisation for Standardization (ISO) sebagai dasar
dalam penerapan manajemen risiko di lingkungan perusahaan.
Pertimbangan yang mendasaripenggunaan standar SNI ISO 31000:2011
antara lain:
(1) SNI ISO 31000:2011 memiliki struktur yang lebih lengkap dan lebih
sistematis serta lebih mudah diterapkan dibandingkan dengan model
atau standar manajemen risiko lainnya.
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 29 dari 102
(2) Komponen kerangka kerja SNI ISO 31000:2011 memberikan
kejelasan tugas dan tanggung jawab para risk taking unit dan
terutama pada penanggung jawab organisasi dalam bentuk
penyusunan Risk Governance;
(3) SNI ISO 31000:2011 mempunyai terminologi yang komprehensif dan
konsisten, sesuai dengan standar ISO/IEC Guide 73:2009 Risk
Management – Vocabulary. Hal ini akan mempermudah sistem
komunikasi dan pelaporan;
(4) SNI ISO 31000:2011 juga menyediakan pilihan teknik-teknik
asesmen risiko sebagaimana diuraikan dalam standar IEC/FDIS
31010:2009, Risk Management – Risk Assessment Techniques;
(5) SNI ISO 31000:2011 menjamin terjadinya pengayaan proses
(process enrichment) melalui:
 Penyediaan kerangka kerja yang lebih umum sehingga dapat
menampung semua model manajemen risiko yang ada dalam
satu payung, yaitu SNI ISO 31000:2011;
 Menjadikan proses manajemen risiko menjadi bagian yang tak
terpisahkan (sub-proses) dari keseluruhan proses bisnis yang
sudah ada.
 SNI ISO 31000:2011 mempunyai struktur yang menunjang
proses manajemen perubahan terkait dengan penerapannya.
ii. Divisi Manajamen Risiko dan Penelitian Pengembangan berkoordinasi
dengan para risk taking unit memantau dan mengkaji ulang sistem
manajemen risiko perusahaan agar senantiasa sesuai dengan tuntutan
standar SNI ISO 31000:2011.
d) Penetapan Pedoman Manajemen Risiko
i. Perusahaan menetapkan pedoman manajemen risiko sebagai panduan
dalam melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan dan merupakan bagian
dari GCG sekaligus meningkatkan nilai perusahaan (corporate value),
yang selanjutnya disebut Pedoman Manajemen Risiko berbasis SNI
ISO 31000:2011.
ii. Perusahaan berkomitmen untuk mewujudkan semua tuntutan/instruksi
dan panduan kebijakan dalam Pedoman Manajemen Risiko dengan cara:
(1) Menjamin adanya indikator kinerja yang jelas dalam pengelolaan
risiko dan diberlakukannya metode/mekanisme pengukuran kinerja
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 30 dari 102
pengelolaan risiko oleh penanggungjawab RTU dan seluruh
jajarannya.
(2) Memastikan bahwa setiap sasaran pengelolaan risiko memenuhi
syarat SMART (spesific, measurable, achievable, realistic, and
timely).
(3) Mengalokasikan secara memadai sumberdaya perusahaan bagi
efektifitas kelancaran dan keberhasilan proses pengelolaan risiko.
(4) Mengkomunikasikan manfaat penerapan manajemen risiko secara
berkesinambunganan pada setiap kesempatan.
(5) Menjamin adanya tanggungjawab dalam mengelola risiko bagi setiap
pimpinan unit kerja (pejabat manajerial) dan pegawai, serta
memahami bagaimana memperoleh manfaat manajemen risiko bagi
peningkatan kinerjanya.
(6) Memastikan bahwa kerangka kerja manajemen risiko sudah sesuai
dengan standar dan memadai serta tidak bertentangan dengan
hukum yang berlaku.
iii. Setiap RTU di setiap tingkatan organisasi bertanggung jawab
menerapkan Pedoman Manajemen Risiko sesuai tanggung jawab dan
kewenangan yang dimilikinya.
iv. Setiap pegawai bertanggungjawab menemukenali/mengidentifikasi risiko
yang menghambat pencapaian sasaran kerja dan menanggulanginya
sesuai ketentuan dalam Pedoman Manajemen Risiko.
v. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan bertanggung
jawab mengembangkan, memelihara sistem manajemen risiko dan
memastikan bahwa setiap RTU dapat menjalankan tugas dan tanggung
jawab pengelolaan risiko sesuai kewenangannya masing-masing.
vi. Perusahaan menjamin tersedianya mekanisme pelaporan pengelolaan
risiko yang mencakup berbagai informasi dan data penting mengenai
setiap jenis risiko yang ditangani.
Perencanaan dan Pengorganisasian Kerangka Kerja Pengelolaan Risiko
a) Pengenalan Konteks Perusahaan
i. Sebelum menyusun perencanaan manajemen risiko, maka RTU harus
mengevaluasi dan memahami pengaruh, kecenderungan (trends), dan
faktor-faktor kunci dari konteks bisnisnya yang meliputi konteks eksternal
dan internal, termasuk pengaruh dan dampaknya terhadap pencapaian
sasaran pada unit kerjanya.
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 31 dari 102
ii. Konteks eksternal meliputi: (PESTLE)
(1) Kondisi sosial dan budaya.
(2) Kondisi politik.
(3) Kondisi hukum.
(4) Kondisi ekonomi lokal, nasional, regional maupun internasional.
(5) Kondisi lingkungan alam.
(6) Kondisi persaingan usaha.
(7) Tipe para pemangku kepentingan eksternal.
iii. Konteks internal meliputi:
(1) Tipe para pemangku kepentingan internal.
(2) Struktur tata kelola perusahaan.
(3) Sasaran dan strategi perusahaan ditingkat korporat dan unitkerja.
(4) Kapabilitas perusahaan, termasuk proses dan prosedur.
(5) Budaya dan etika perusahaan.
(6) Berbagai sistem dan standar manajemen yang dianut perusahaan.
(7) Kondisi kontrak manajemen.
b) Roadmap Penerapan Manajemen Risiko
i. Roadmap penerapan manajemen risiko merupakan rencana tahapan
pengembangan penerapan manajemen risiko yang sejalan dengan
kebutuhan pertumbuhan perusahaan, sebagai dasar bagi perencanaan
pengelolaan risiko per tahun.
ii. Roadmap penerapan manajemen risiko perusahaan disusun berdasarkan
kerangka maturitas organisasi dalam menerapkan manajemen risiko
(Risk Maturity Model) yang terdiri dari beberapa level
perkembangan,mulai dari level terendah hingga level tertinggi.
iii. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan mengkaji dan
merekomendasikan model maturitas risiko untuk kemudian dilakukan
asesmen tingkat maturitas pengelolaan risiko secara berkala yang dapat
digunakan sebagai dasar penyusunan Roadmap Manajemen Risiko
perusahaan.
iv. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan
bertanggungjawab untuk mengkaji, menyusun, mengevaluasi dan
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 32 dari 102
menyempurnakan Roadmap Manajemen Risiko perusahaan serta
menyampaikan rekomendasi kepada Direksi untuk ditetapkan.
c) Struktur Pengelolaan Risiko (risk governance)
i. Perusahaan menjamin struktur tata kelola risiko yang memadai sehingga
penerapan manajemen risiko secara terintegrasi dapat berjalan lancar.
Ruang lingkup struktur tata kelola risiko mencakup seluruh jenjang
organisasi termasuk akuntabilitas dari masing-masing pihak.
ii. Jasa Raharja membagi area pengelolaan risiko atas tiga bagian besar
yaitu:
(1) Pengelolaan risiko di tingkat Korporat,
(2) Pengelolaan risiko di tingkat Unit Kerja Kantor Pusat,
(3) Pengelolaan risiko di tingkat Kantor Cabang
Gambar 3.2. Struktur Pengelolaan Risiko
iii. Gambar 3.2 menunjukkan bahwa setiap Sasaran di tingkat
Korporat/Direktorat harus dijabarkan (cascading) menjadi Sasaran unit
kerja di Kantor Pusat dan Kantor Cabang. Sebaliknya, informasi
mengenai nilai risiko dari tingkat unit kerjadi Kantor Cabang maupun unit
kerja Kantor Pusat, diagregasikan (aggregating) menjadi informasi nilai
risiko Korporat/Direktorat.
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 33 dari 102
iv. Setiap pegawai harus menemukenali dan mengendalikan risiko yang
menghambat pencapaian sasaran kerja (job objectives) yang menjadi
tanggung jawabnya.
v. Tanggung jawab setiap pegawai pada huruf iv di atas, menjadi bagian
dari sistem manajemen kinerja perusahaan.
vi. Berikut adalah penjabaran struktur tata kelola risiko Jasa Raharja :
(1) Dewan Komisaris
(a) Dewan Komisaris adalah pemegang mandat Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) untuk mengawasi pengelolaan
operasional perusahaan oleh Direksi, termasuk di dalamnya
memastikan bahwa penerapan manajemen risiko berjalan
secara efektif dan efisien.
(b) Tanggungjawab dan wewenang Dewan Komisaris meliputi:
 Mengevaluasi kebijakan manajemen risiko korporat sekurang-
kurangnya satu kali atau lebih dalam setahun,dalam hal
terdapat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi
kegiatan usaha perusahaan secara signifikan,
 Mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan
kebijakan pengelolaan risiko yang dilakukan minimal satu kali
dalam setahun,
 Mengevaluasi setiap risiko yang melekat pada permohonan
atau usulan Direksi yang berkaitan dengan aktifitas usaha
perusahaan yang melampaui kewenangan Direksi guna
tindaklanjut sesuai ketentuan hukum yang berlaku;
 Dapat membentuk Komite Manajemen Risiko untuk
membantu Dewan Komisaris dalam mengawasi penerapan
manajemen risiko oleh Direksi.
(2) Komite Manajemen Risiko
(a) Dewan Komisaris dapat membentuk Komite Manajemen Risiko
untuk membantu mengawasi penerapan manajemen risiko oleh
Direksi.
(b) Tanggungjawab dan wewenang Komite Manajemen Risiko
meliputi:
 Melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara kebijakan
manajemen risiko dan pelaksanaannya serta memberikan
rekomendasi terkait hal tersebut kepada Dewan Komisaris,
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 34 dari 102
 Mengevaluasi berbagai risiko audit (audit risks)yang melekat
pada setiap program audit perusahaan, baik oleh SPI maupun
auditor eksternal,dan memberi rekomendasinya kepada
Dewan Komisaris,
 Mengkaji risiko melekat pada setiap tugas Dewan Komisaris
guna memberi rekomendasi yang tepat bagi pengambilan
keputusan maupun setiap tindakan korporasi yang diambil
oleh Dewan Komisaris.
(3) Direksi
(a) Direksi merupakan pemegang mandat RUPS dalam hal
pengelolaan operasional perusahaan sehingga menjadi
penanggungjawab akhir pengelolaan risiko perusahaan.
(b) Tanggungjawab dan wewenang Direksi meliputi:
 Menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan risiko secara
tertulis, termasuk penetapan persetujuan kriteria risiko,
 Bertanggung jawab atas implementasi kebijakan pengelolaan
risiko perusahaan,
 Memastikan kepatuhan terhadap kebijakan pengelolaan risiko
perusahaan,
 Membentuk struktur tatakelola risiko yang proporsional untuk
menerapkan manajemen risiko yang efektif dan efisien di
tingkat korporat,
 Menjamin alokasi sumberdaya perusahaan termasuk
peningkatan kompetensi SDM sesuai kebutuhan penerapan
manajemen risiko,
 Menjamin terlaksananya mekanisme kaji ulang secara berkala
terhadap keandalan sistem pengelolaan risiko,
 Melaporkan profil risiko perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
(4) Forum Manajemen Risiko
(a) Forum Manajemen Risiko adalah forum komunikasi yang dapat
dibentuk oleh Direksi, terdiri dari Direksi dan para pimpinan unit
kerja Kantor Pusat untuk memantau dan mengevaluasi status
profil risiko korporat dalam rangka pelaporan kepada para
pemangku kepentingan, agar selaras dengan pengambilan
keputusan strategis perusahaan dan ketentuan hukum. Forum
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 35 dari 102
Manajemen Risiko merupakan wadah untuk membangun
kesadaran dan kewaspadaan risiko bagi pimpinan perusahaan
yang dalam implementasi pelaksanaan tugasnya dapat
mengundang tenaga ahli independen untuk memberikan saran
dalam menghadapi masalah pengelolaan risiko secara optimal,
(b) Forum Manajemen Risiko bersifat adhoc dengan komposisi yang
terdiri dari Direktur Manajemen Risiko dan Teknologi Informasi
sebagai Ketua Forum, Kepala Divisi Manajemen Risiko dan
Penelitian Pengembangan sebagai Sekretaris dan seluruh
pimpinan unit kerja di perusahaan sebagai anggota,
(c) Wewenang dan tanggung jawab Forum Manajemen Risiko
meliputi:
 Mengkaji profil risiko korporat yang diajukan oleh Divisi
Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangandan
menyampaikan rekomendasi kepada Direksi,
 Mengkaji hambatan-hambatan dalam penerapan sistem
manajemen risiko berdasarkan laporan pemantauan dan kaji
ulang oleh risk taking unit dan merekomendasikan langkah-
langkah penyelesaiannya.
(5) Komite Investasi
(a) Komite Investasi adalah komite yang dibentuk oleh Direksi,
terdiri dari Direksi sebagai Pembina yang untuk kemudian
menunjuk Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris serta Anggota Komite
yang berasal dari pimpinan unit kerja, pejabat dan pegawai di
Kantor Pusat.
(b) Wewenang dan tanggung jawab Komite Investasi adalah
sebagai berikut
 Membantu Direksi untuk menelaah rancangan komposisi
portofolio investasi atau usulan investasi,
 Memberikan rekomendasi kepada Direksi terhadap
penempatan investasi sebagaimana dimaksud pada point (c),
 Membantu Direksi untuk melakukan pemantauan dan
penilaian pelaksanaan penempatan investasi,
 Jika dipandang perlu, Komite Investasi dapat melakukan
koordinasi secara langsung dengan Divisi Investasi untuk
melakukan klarifikasi atas perencanaan dan atau
pelaksanaan penempatan investasi, serta dapat pula meminta
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 36 dari 102
pendapat atau kajian risiko dari Divisi Manajemen Risiko dan
Penelitian Pengembangan untuk mendapatkan rekomendasi
yang lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
(c) Penempatan investasi yang harus mendapatkan rekomendasi
dari Komite Investasi adalah
 Penyertaan langsung,
 Bangunan dengan strata title atau tanah dan bangunan untuk
investasi,
 Penempatan diatas Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar
rupiah) per transaksi kecuali Deposito, Sertifikat Deposito,
Deposito On Call pada Bank Pemerintah, SBI, dan surat
Berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah,
 Atas permintaan Direksi.
(6) Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan
(a) Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan
menjalankan fungsi pengembangan, pemeliharaan dan evaluasi
sistem manajemen risiko. Dalam konteks ini, Divisi Manajemen
Risiko dan Penelitian Pengembangan tidak dapat mengambil alih
tanggungjawab para RTU dalam mengelola risiko pada unit
kerjanya.
(b) Wewenang dan tanggungjawab Divisi Manajemen Risiko dan
Penelitian Pengembangan meliputi:
 Mengembangkan, memelihara, mengevaluasi validitas dan
kapasitas sistem manajemen risiko perusahaan,
 Membuat format dan formula kriteria risiko korporat serta
kriteria risiko unit kerja,selanjutnya mengusulkan kepada
Direksi,
 Menjadi fasilitator dan katalisator dalam penerapan sistem
manajemen risiko terintegrasi yang dilakukan oleh para RTU.
Selanjutnya memastikan bahwa para RTU serta jajarannya
memiliki kompetensi yang memadai untuk mengelola risiko
sesuai ketentuan dalam Pedoman Manajemen Risiko,
 Mengevaluasi register risiko berikut evidence pengendalian
risiko yang dilaporkan RTU dengan membandingkan Laporan
Hasil Audit RTU oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI), KPI
RTU, SPO, Peraturan dan Kebijakan, serta hasil kajian
perusahaan terkini.
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 37 dari 102
 Memberikan feedback kepada RTU dan hasil evaluasi register
risiko kepada SPI sebagai masukan pelaksanaan Audit
Berbasis Risiko,
 Melakukan proses learning from experience melalui
manajemen peristiwa kerugian (Loss Event Management)
secara berkala dan konsisten,
 Menyusun, memelihara, memantau dan mengkaji
perkembangan status risiko korporat sesuai dinamika
perubahan database risiko yang dilaporkan para RTU.
Selanjutnya melaporkan kepada Direksi secara menyeluruh
dalam bentuk profil/portofolio risiko,
 Mengevaluasi aplikasi sistem manajemen risiko melalui
pemantauan dan kaji ulang terhadap laporan pengelolaan
risiko oleh RTU serta merekomendasikan langkah-langkah
perbaikan sistem kepada Direksi,
 Memberikan opini/kajian terhadap semua kebijakan
perusahaan, tindakan korporat (corporate action), dan
penempatan investasi dari sudut pandang manajemen risiko
guna mendukung pengambilan keputusan strategis oleh
Direksi.
(7) Unit Kerja Teknis atau Risk Taking Unit (RTU)
(a) Direktur dan pimpinan unit kerja di setiap tingkatan organisasi
merupakan penanggungjawab RTU.
(b) Wewenang dan tanggungjawab penanggungjawab RTU
meliputi:
 Menentukan konteks kegiatan pada unit kerja sebagai
dasar bagi proses asesmen risiko,
 Memahami karakteristik setiap risiko yang melekat pada
rangkaian kegiatan agar perlakuan risiko (risk treatment)
dapat berjalan efektif dalam rangka lebih memastikan
pencapaian sasaran dan Key Performace Indicator (KPI)
yang telah ditetapkan,
 Memastikan bahwa perlakuan risiko berlangsung secara
tepat-biaya (cost-effective),
 Pimpinan unit kerja mengusulkan satu orang bawahan
kepada Direksi melalui Divisi Manajemen Risiko dan
Penelitian Pengembangan, untuk diangkat sebagai risk
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 38 dari 102
officer guna dilatih secara khusus dan berjenjang agar
dapat memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan
proses manajemen risiko pada unit kerja masing-masing,
 Memastikan bahwa proses manajemen risiko terintegrasi
ke dalam setiap sistem manajemen atau proses bisnis
yang dijalankan oleh unit kerja yang dipimpinnya,
 Memastikan bahwa pemantauan terhadap dinamika status
risiko dapat terlaksana secara reguler melalui rapat
koordinasi pada unit kerja yang dipimpinnya, dan
melaporkan apabila terjadi kejadian risiko dan tindakannya,
 Mampu menunjukkan adanya pengendalian risiko yang
efektif, dan juga adanya pemantauan dan transparansi
terhadap efektifitas pengendalian risiko tersebut,
 Melaporkan secara berkala profil risiko RTU kepada Divisi
Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan dalam
bentuk register risiko,
 Melaporkan secara sistematis (jelas, wajar, dan tepat
waktu) kepada Direksi setiap perubahan konteks
(lingkungan) bisnis atau kejadian risiko yang dapat memicu
perubahan profil risiko pada unit kerja yang yang
dipimpinnya, melalui Divisi Manajemen Risiko dan
Penelitian Pengembangan.
(8) Peran Individu Pegawai
Perusahaan membudayakan proses manajemen risiko dengan
cara memasukkan aspek-aspek relevan dari proses manajemen
risiko ke dalam uraian pekerjaan, penyusunan rencana kerja dan
KPI yang diturunkan dari Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat
hingga Pelaksana Administrasi, sehingga setiap individu dalam
perusahaan dapat memahami:
(a) Berbagai risiko yang berhubungan dengan peran dan aktifitas
masing-masing,
(b) Bagaimana pengelolaan risiko terkait dengan keberhasilan
perusahaan,
(c) Bagaimana pengelolaan risiko membantu tiap individu dalam
mencapai sasaran dan target KPI individu,
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 39 dari 102
(d) Akuntabilitas individu terkait dengan risiko tertentu dan
bagaimana tiap individu mengelolanya,
(e) Bagaimana tiap individu dapat berkontribusi kepada
perbaikan berkesinambungan dari proses pengelolaan risiko,
(f) Bahwa manajemen risiko adalah bagian kunci dari budaya
perusahaan,
(g) Kebutuhan laporan secara sistematis tentang timbulnya risiko
baru atau gagalnya suatu metode perlakuan yang digunakan
kepada atasan langsung.
(9) Dalam mengelola risiko pada unit kerjanya, penanggungjawab
RTU dibantu oleh Risk Officer.
(a) Risk Officer membutuhkan kompetensi teknis dalam
memfasilitasi proses manajemen risiko pada RTU.
Perusahaan dapat menunjuk risk officer di tingkat unit kerja,
untuk dilatih secara khusus dalam hal penguasaan teknis
proses manajemen risiko agar dapat menjalankan fungsi
fasilitator pada unit kerjanya masing-masing.
(b) Apabila risk officer dimutasi, maka penanggungjawab RTU
dapat menunjuk penggantinya pada unit kerjanya untuk
menjalankan peran administratif (pencatatan dan
penyimpanan) data risiko pada unit kerjanya masing-masing.
(c) Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan
berkoordinasi dengan Divisi Sumber Daya Manusia, untuk
memastikan adanya program pelatihan berjenjang bagi para
risk officer guna kelancaran pelaksanaan peran
fungsionalnya.
(10) Satuan Pengawasan Intern (SPI) menjalankan fungsi assurance
atas pelaksanaan manajemen risiko di perusahaan yaitu dengan
(a) Melakukan tinjau ulang dan evaluasi bahwa proses
manajemen risiko baik rancang bangun dan implementasinya
telah berjalan sesuai dengan prinsip dan kerangka
manajemen risiko,
(b) Memastikan bahwa risiko yang dilaporkan oleh RTU dan yang
menjadi isu pada saat dilaksanakan audit telah dikelola
dengan baik termasuk menguji efektivitas atas pelaksanaan
perlakuan risiko,
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 40 dari 102
(c) Melakukan verifikasi atas kualitas proses asesmen risiko,
status perlakuan risiko, dan pelaporan risiko
(11) Alokasi Sumberdaya Pengelolaan Risiko
Perusahaan mendukung kebutuhan struktur tatakelola risiko (risk
governance) dengan cara mengalokasikan sumberdaya
perusahaan secara proporsional dalam bentuk:
(a) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
dengan mempertimbangkan risiko yang dapat mempengaruhi
pencapaian sasaran perusahaan,
(b) Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan
berkoordinasi dengan Divisi SDM terkait pengembangan dan
penempatan SDM dengan kualifikasi di bidang manajemen
risiko dengan jumlah dan penguasaan kompetensi yang
memadai sesuai kebutuhan pada tiap tingkatan struktur
organisasi,
(c) Pengembangan sistem informasi, alat bantu, dan pengelolaan
pengetahuan (knowledge management).
Pengembangan Kapabilitas dan Kapasitas
a) Komunikasi dan Informasi Manajemen Risiko
i. Pedoman Manajemen Risiko harus dikomunikasikan kepada seluruh
pegawai agar dapat dipahami dan dilaksanakan. Divisi Manajemen Risiko
dan Penelitian Pengembangan bertanggungjawab menyusun program
sosialisasi yang sistematis dan terstruktur.
ii. Setiap informasi yang relevan harus diidentifikasi, disimpan, diolah dan
dikomunikasikan dalam bentuk yang informatif, terstruktur serta tepat
waktu kepada pihak-pihakyang berkepentingan dengan pengelolaan
risiko perusahaan, baik internal maupun eksternal. Sistem manajemen
risiko berbasis teknologi informasi perlu dikembangkan secara terus-
menerus sesuai kebutuhan efektifitas dan efisiensi pengelolaan risiko.
iii. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan
mengembangkan mekanisme komunikasi dengan para pemangku
kepentingan internal maupun eksternal,dengan tujuan untuk
mendapatkan dukungan dan pertukaran informasi yang efektif,
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 41 dari 102
pemenuhan kecukupan informasi sesuai dengan kebijakan yang berlaku
serta kebutuhan tata kelola yang baik sebagaimana gambar 3.3.
Gambar 3.3. Mekanisme Komunikasi Pengelolaan Risiko
(1) Mekanisme komunikasi tersebut juga mengatur mengenai sumber
laporan, proses penyusunan laporan serta distribusi dan publikasi,
termasuk kriteria mengenai klasifikasi kerahasiaan (diatur dalam
Pedoman Pengendalian Informasi).
(2) Khusus untuk publikasi informasi risiko perusahaan kepada pihak
eksternal,dilakukan oleh Sekretariat Perusahaan.
b) Akuntabilitas Pelaku Manajemen Risiko
Perusahaan memastikan bahwa peran dan tanggungjawab harus
dikomunikasikan dengan baik, didukung dan dipahami serta dilakukan melalui
uraian tugas dan KPI individu yang relevan.
Sesuai Gambar 3.4. pembedaan yang jelas diberlakukan bagi mereka yang
melakukan:
i. Desain atau rancang bangun sistem
ii. Implementasi sistem
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 42 dari 102
iii. Evaluasi sistem
iv. Perbaikan berkesinambungan
Gambar 3.4.Kuadran Pembagian Peran & Tanggung Jawab Manajemen Risiko
c) Kompetensi Manajemen Risiko
Untuk membangun kapabilitas yang mendasar bagi pengintegrasian
manajemen risiko ke dalam proses bisnis perusahaan, maka strategi
pelatihan dikembangkan dengan cara:
i. Menggunakan kerangka manajemen risiko dan proses manajemen risiko
untuk mengidentifikasi kompetensi inti yang dipersyaratkan,
ii. Konsultasi dengan para pemangku kepentingan untuk memahami
harapan mereka terhadap kapabilitas pengelolaan risiko perusahaan,
iii. Menyadari berbagai kendala dan kapasitas perusahaan dalam memenuhi
harapan para pemangku kepentingan,
Desain Sistem MR
• Pengembangan
• Pemeliharaan
Implementasi Sistem
• Rencana
implementasi
• Pelaksanaan
• Sumberdaya
Evaluasi Sistem
• Indiktor kinerja
• Pemantauan & Reviu
• Pelaporan
• Pemeriksaan
Perbaikan
• Perbaikan tingkat
kepatuhan terhadap
sistem
• Perbaikan kapasitas
sistem
Pelaku:
• Divisi MR & Litbang
• Divisi TIK
• Risk Owner
Pelaku:
• Divisi MR & Litbang
• Satuan Pengawasan Internal
Pelaku:
• Divisi MR & Litbang
• Divisi TIK
Pelaku:
• Risk Owner
• Risk Officer
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 43 dari 102
iv. Mempertimbangkan proses yang ada saat ini dan pemahaman terhadap
manajemen risiko,
v. Membangun sumberdaya secara efektif terkait dengan kapabilitas, SDM,
proses dan sistem dalam perusahaan,
vi. Melakukan kaji ulang secara reguler terhadap efektifitas strategi
pelatihan.
Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan
a) Jaminan Pengawasan Efektif
Peran Satuan Pengawasan Internal (SPI)
(1) SPI akan mengembangkan mekanisme proses audit yang
terintegrasi dalam bentuk kerangka kerja pengendalian (control
framework) berbasis pada peran inti SPI dalam implementasi
manajemen risiko perusahaan,yaitu mengembangkan kontrol yang
efektif terhadap pengelolaan risiko, mengevaluasi proses
pengelolaan risiko termasuk menguji efektivitas pengendalian dan
perlakuan risiko, mengevaluasi laporan profil risiko dengan kategori
“Tinggi - Ekstrim” dan/atau materialyang dianggap perlu penanganan
khusus.
(2) SPI bekerja sama dengan unit kerja/unit terkait untuk menyediakan
sistem kontrol yang efektif, independen dan komprehensif yang dapat
mengidentifikasi adanya ketidakpatuhan terhadap berbagai kebijakan
dalam Pedoman Manajemen Risikodan juga dapat memberi nilai
tambah melalui rekomendasi perbaikan terhadap validitas dan
kegunaan dari berbagai kebijakan dalam Pedoman Manajemen
Risiko.
(3) SPI harus menghindari area yang bukan bidang pekerjaannya
seperti, menetapkan kriteria risiko, mengambil alih fungsi RTU di
level operasional, dan menentukan tindakan perlakuan risiko bagi
RTU di level operasional.
(4) Terkait proses risk-based audit,maka
(a) Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan
bertugas menyediakan:
 Data profil risiko setiap unit kerja untuk digunakan dalam
perencanaan audit tahunan SPI.
 Data rencana pengendalian dan perlakuan risiko setiap unit
kerja untuk kebutuhan proses pemeriksaan kesesuaian antara
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 44 dari 102
rencana dan realisasi (plan versus actual) dalam
pengendalian risiko oleh RTU yang menjadi auditee SPI.
(b) SPI bertugas menyediakan:
 Laporan Hasil Audit RTU sebagai bahan evaluasi atas
register risiko yang disampaikan RTU kepada Divisi
Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan dan
sebagai bahan pengkinian Manajemen Peristiwa Kerugian,
 Hasil pengujian atas pengendalian internal yang dilakukan
oleh SPI terhadap RTU yang menjadi auditee SPI sebagai
bahan evaluasi keefektivitasan pengendalian dan perlakuan
risiko yang telah dilaporkan RTU.
b) Perusahaan mengembangkan proses pemantauan dan tinjau ulang dengan
mempertimbangkan apakah:
(1) Kerangka dan proses yang digunakan telah menghasilkan
output/outcome yang diharapkan;
(2) Pemangku kepentingan menerima informasi yang cukup untuk dapat
menjalankan peran dan tanggung jawab mereka dalam struktur
tatakelola risiko perusahaan;
(3) Seluruh pejabat/pegawai perusahaan memiliki keahlian manajemen
risiko yang mencukupi sejalan dengan tuntutan tugas dan
tanggungjawab pengelolaan risiko yang harus dilaksanakan sehari-
hari;
(4) Kerangka dan proses telah sesuai dengan tujuan pengelolaan risiko
dan selaras dengan tujuan dan sasaran perusahaan;
(5) Sumberdaya untuk mengelola risiko telah dialokasikan dalam jumlah
yang memadai.
Dalam melaksanakan proses pemantauan dan tinjau ulang, perusahaan
meminta umpan balik dari karyawan dan para pemangku kepentingan lainnya
agar perusahaan dapat menerapkan manajemen risiko yang lebih baik di
masa depan sebagaimana gambar berikut.
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 45 dari 102
KONDISIAWAL
PENGENDALIANRISIKO
PENGENDALIANRISIKOTER-UPDATE
PEMANTAUAN SEHARI-HARI, BERKALA
OLEH ATASAN, DAN PIHAK KETIGA
PERUBAHANLINGKUNGAN EKSTERNALDAN
INTERNAL
Identifikasi
perubahan
Identifikasi
perubahan
Identifikasi
perubahan
Identifikasi
perubahan
Verifikasi
Perubahan
Validasi
Pengendalian
Gambar 3.5. Mekanisme Pemantauan dan Tinjau Ulang
c) Peningkatan Ketahanan dan Kelangsungan Bisnis
Divisi MR dan Litbang memastikan bahwa semua risiko yang berpengaruh
terhadap ketahanan dan kelangsungan bisnis inti perusahaan (risk-related
resilience and sustainability), telah terindentifikasi dan terkelola dengan baik
untuk menjamin ketahanan dan kelangsungan bisnis perusahaan.
d) Membangun Best Practice dan Networking
Perusahaan akan bekerja bersama dengan pihak eksternal yang berkompeten
untukmeningkatkan penguasaan metode/teknikmanajemen risiko yang tersedia
dan berbagi informasi manajemen risiko dengan khalayak yang lebih luas,
melalui berperan aktif pada asosiasi atau forum di bidang manajemen risiko
dan industri asuransi, benchmarking atau studi banding, dan sharing atau focus
group discussion.
e) Indikator Kinerja
Jasa Raharja menetapkan outcome dari setiap tahap proses manajemen risiko
sebagaimana tabel 3.1.
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 46 dari 102
NO TAHAP PROSES MR HASIL
1. Proses Komunikasi &
Konsultasi
a. Semua pemangku kepentingan yang
dianggap penting, telah dikonsultasikan dan
dilibatkan dalam proses.
b. Persepsi pemangku kepentingan terhadap
risiko telah sesuai dengan harapan.
c. Rencana Komunikasi telah dibuat.
d. Semua pengelola risiko (RTU) telah
memahami peran dan fungsi masing-
masing.
2. Proses Penetapan
Konteks
a. Konteks eksternal
b. Konteks internal
c. Konteks pengelolaan risiko
d. Kriteria risiko untuk setiap tingkatan
manajerial
3. Proses Identifikasi Risiko a. Identifikasi risiko telah menjadi bagian dari
prosedur perencanaan di level strategis,
operasional, proyek, dan individu.
b. Identifikasi risiko menjadi bagian dari
aktifitas sehari-hari.
c. Pengelola risiko (RTU) memahami proses
dan aktifitas pada unit kerja dan risiko yang
melekat padanya.
d. Prosedur pengambilan keputusan menjadi
lebih efektif.
4. Proses Analisis Risiko a. Sistem manajemen, teknologi, dan
prosedur yang digunakan untuk
menjalankan dan mengendalikan operasi
bisnis telah teridentifikasi dan diketahui
tingkat efektifitasnya.
b. Pengendalian risiko tinggi telah
teridentifikasi dan diketahui tingkat
efektifitasnya.
c. Nilai kemungkinan dan dampak yang
diperoleh berdasarkan data dan informasi
yang mutakhir, wajar, dan berimbang.
5. Proses Evaluasi Risiko a. Evaluasi dan prioritas risiko menggunakan
metode yang konsisten.
b. Keputusan menolak/menerima risiko telah
berdasarkan data yang wajar dan
berimbang terkait manfaat dibandingkan
dengan kerugiannya.
6. Proses Perlakuan Risiko a. Adanya Rencana Perlakuan Risiko
diperuntukkan bagi risiko yang
diprioritaskan.
b. Rencana Perlakuan Risiko telah
memperhitungkan aspek ketersediaan
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 47 dari 102
NO TAHAP PROSES MR HASIL
sumberdaya dan waktu.
c. Aktifitas pengendalian dan perlakuan risiko
telah menjadi bagian dari proses
penyusunan Sasaran Kinerja Kantor
Cabang / Divisi / Korporat dan realisasinya.
7. Proses Pemantauan &
Kaji Ulang
a. Adanya pemantauan dan kaji ulang secara
reguler yang mencakup:
 Manfaat dan kerugian yang diperoleh
perusahaan dalam menerima/menolak
risiko;
 implementasi dan efektifitas rencana
perlakuan risiko.
b. Proses pemantauan dan kaji ulang
menjadi bagian dari proses evaluasi
pelaksanaan Sasaran Kinerja Kantor
Cabang / Divisi / Korporat.
c. Proses manajemen risiko telah fokus
mengatasi ketidakpastian pencapaian
sasaran dan target kinerja di level unit kerja
dan individu karyawan.
Tabel 3.1 Matrik Kinerja Proses Manajemen Risiko
Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan merancang dan
meninjau format dan formula pengukuran kinerja pengelolaan risiko (risk
management performance) yang dilakukan oleh para pengelola risiko (RTU)
berdasarkan pencapaian hasil di atas.
f) Evaluasi Realisasi Proses Manajemen Risiko
i. Kinerja pengelolaan risiko memuat pelaporan yang mencakup pencapaian
hasil proses manajemen risiko sebagaimana diuraikan pada bagian
terdahulu.
ii. Dinamika pencapaian hasil dari setiap tahap proses manajemen risiko
senantiasa dikomunikasikan kepada atasan langsung dan bilamana perlu
kepada pimpinan yang lebih tinggi.
iii. Pelaporan pengelolaan risiko meliputi antara lain:
(1) Laporan hasil asesmen risiko yang menjadi bagian dari rancangan
RKAP,
(2) Laporan rencana perlakuan risiko yang menjadi bagian dari rencana
operasional,
(3) Laporan Profil Risiko yang menjadi bagian dari laporan pelaksanaan
rencana operasional,
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 48 dari 102
(4) Laporan status portofolio risiko korporat yang menjadi sumber informasi
pengambilan keputusan strategi di tingkat korporat,
(5) Laporan informasi profil risiko untuk konsumsi eksternal (misalnya
Laporan Manajemen),
(6) Laporan lainnya yang diminta oleh Direksi,
(7) Risk register yang menjadi pusat database informasi manajemen risiko
dengan menggunakan teknologi informasi.
iv. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan menyampaikan
laporan kinerja pengelolaan risiko dari RTU berdasarkan indikator kunci
keberhasilan pengelolaan risiko (risk management key performance), secara
berkala kepada Direksi.
v. Dewan Komisaris, Direksi, dan pimpinan unit kerja di setiap tingkatan
manajemen secara reguler menerima laporan untuk memonitor
perkembangan realisasi RKAP di bidang manajemen risiko dan efektifitas
sistem manajemen risiko.
vi. Bilamana perlu sesuai permintaan Direksi, maka laporan risiko sangat tinggi
dapat disampaikan oleh RTU langsung kepada Direksi, yang mana risiko
tersebut berpotensi mengganggu kegiatan operasional di tingkat korporat.
vii. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan berkoordinasi
dengan unit kerja terkait selalu memantau dan mengkaji ulang efektifitas
mekanisme pelaporan untuk memastikan bahwa informasi manajemen risiko
tersebut dapat dipertanggungjawabkan dalam konteks tatakelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
g) Perbaikan Berkelanjutan
Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi kinerja, perusahaan akan
mengambil langkah-langkah meningkatkan mutu kerangka dan proses
manajemen risiko secara berkelanjutan. Tindak lanjut ini diharapkan dapat
meningkatkan dan memperbaiki sistem manajemen risiko perusahaan dan
implementasinya, menuju peningkatan budaya sadar risiko.
Proses Pada Tingkat Operasional
a) Proses Manajemen Risiko
i. Perusahaan menetapkan proses manajemen risiko pada tingkat operasional
dengan standar SNI ISO 31000:2011 yang terdiri dari tiga tahap utama yaitu
(1) Penetapan konteks,
(2) Asesmen risiko dan
(3) Perlakuan risiko,
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 49 dari 102
serta dua tahap penunjang yaitu
(1) Komunikasi & konsultasi dan
(2) Pemantauan & tinjau ulang.
ii. Jasa Raharja juga menetapkan bahwa metode dan teknik asesmen
(identifikasi, analisa, dan evaluasi) risiko yang digunakan sesuai standar
ISO/IEC 31010:2009: Risk Management - Risk Assessment Technique.
iii. Setiap nilai risiko yang diperoleh dari hasil asesmen risiko dan nilai risikonya
di atas batas toleransi menurut kriteria risiko yang berlaku, pengendalian
dan perlakuan risikonya akan dimasukkan ke dalam RKAP.
iv. Untuk meningkatkan efisiensi waktu dan akurasi pengukuran nilai risiko,
maka perusahaan membangun sistem informasi manajemen risiko
berdasarkan teknologi informasi yang interaktif dan on-line.
v. Sistem manajemen risiko berdasarkan teknologi informasi paling tidak
mencakup risk register sebagai database, rencana pengendalian atau
perlakuan risiko, mekanisme pemantauan dan tinjau ulang, serta format
(template) laporan yang digunakan untuk mengkomunikasikan hasil-hasil
pemantauan dan tinjau ulang kepada pihak terkait.
vi. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan memastikan sistem
manajemen risiko berdasarkan teknologi informasi menjadi bagian dari
(terintegrasi dengan) sistem informasi terkait penyusunan,pelaksanaan,
pemantauan, serta pelaporan RKAP.
vii. Uraian lengkap tentang proses manajemen risiko berbasis SNI ISO
31000:2011 dapat dilihat pada Bab IV-VI dari pedoman ini.
b) Integrasi Proses Manajemen Risiko ke dalam Proses Bisnis Perusahaan
i. Setiap pengambilan keputusan perusahaan di tingkat strategis dan
operasional harus menjadikan asesmen risiko sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari proses dan prosedur pengambilan keputusan tersebut.
ii. Dalam hal investasi bisnis maka asesmen risiko, termasuk rencana
perlakuan risikonya (risk treatment plan), merupakan satu kesatuan dengan
proses analisis kelayakan bisnis atau investasi sehingga pada saat
pengambilan keputusan sudah mempertimbangkan risiko yang berpengaruh
terhadap pencapaian sasaran investasi tersebut.
iii. Setiap unit kerja wajib melengkapi rancangan program RKAP dengan daftar
risiko yang melekat, strategi penanganan risiko, estimasi biaya pengendalian
atau perlakuan risiko yang akan digunakan dan dilengkapi informasi tentang
CBA ratio (Cost Benefit Analysis ratio) pada setiap program yang diusulkan.
BABIII
PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA
MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 50 dari 102
iv. Sebelum RJPP/RKAP di sahkan oleh RUPS, maka setiap RTU, wajib
menyusun Rencana Pengendalian dan Perlakuan Risiko sebagai bagian dari
rencana kerja/kontrak manajemen yang menjadi tanggungjawabnya.
v. Pemantauan implementasi Rencana Pengendalian dan Perlakuan Risiko
Risiko menjadi bagian dari pemantauan realisasi rencana kerja/kontrak
manajemen dengan melakukan pemantauan secara berkala oleh RTU.
vi. RTU menyusun dan menyampaikan laporan pemantauan pengelolaan risiko
kepada Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan, bersamaan
dengan pelaporan realisasi rencana kerja/kontrak manajemen terkait.
vii. Divisi Manajemen Risiko memantau kebijakan proses manajemen risiko
telah terintegrasi dengan proses bisnis perusahaan terkait dengan proses
penyusunan dan pelaksanaan RJPP/RKAP.
BABIV
PROSES MANAJEMEN RISIKO:
LINGKUNGAN MANAJEMEN RISIKO
No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit
Sub
2014
DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 51 dari 102
4.1 Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko adalah cara yang sistematis untuk menetapkan konteks di mana
setiap RTU dan jajarannya dapat mengidentifikasi, menganalisis, menilai dan
mengendalikan risiko mereka, sambil berkomunikasi dan konsultasi dengan para
pemangku kepentingan dalam rangka terus memantau serta mengkaji setiap elemen dari
proses manajemen risiko itu sendiri.
Ada tujuh tahap yang berbeda tapi saling terkait dalam proses manajemen risiko, seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Proses Manajemen Risiko
Tahap ini adalah:
a. Komunikasi dan konsultasi: bertukar informasi mengenai manajemen risiko dengan
para stakeholders internal dan eksternal.
b. Menetapkan konteks: menetapkan parameter internal dan eksternal yang harus
dipertimbangkan ketika mengelola risiko dan menetapkan ruang lingkup pelaksanaan
proses manajemen risiko di setiap tingkatan organisasi perusahaan.
c. Asesmen Risiko, terdiri dari tiga fase sebagai berikut:
1. Identifikasi risiko: menemukan, mengenali dan mendeskripsikan risiko.
2. Analisis risiko: memahami sifat dan tingkat risiko sehingga dapat dibuat
keputusan tentang apakah risiko perlu ditangani.
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr
Pedoman jr

More Related Content

What's hot

Matematika Ekonomi : Himpunan
Matematika Ekonomi : HimpunanMatematika Ekonomi : Himpunan
Matematika Ekonomi : Himpunan
MaharaniIka Chuby
 
8, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: SWOT Analysis pada PT. ...
8, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: SWOT Analysis pada PT. ...8, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: SWOT Analysis pada PT. ...
8, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: SWOT Analysis pada PT. ...
aryarhms
 
Asuransi
AsuransiAsuransi
Manajemen risiko Perusahaan Jasa
Manajemen risiko Perusahaan JasaManajemen risiko Perusahaan Jasa
Manajemen risiko Perusahaan Jasa
KSP Mitra Digital Limadua
 
manajemen risiko operasional (1)
manajemen risiko operasional (1)manajemen risiko operasional (1)
manajemen risiko operasional (1)
Syafril Djaelani,SE, MM
 
Contoh Laporan Pertanggungjawaban Koperasi Abadi Jaya
Contoh Laporan Pertanggungjawaban Koperasi Abadi JayaContoh Laporan Pertanggungjawaban Koperasi Abadi Jaya
Contoh Laporan Pertanggungjawaban Koperasi Abadi Jaya
Primajatti Pratiwi
 
Analisis risiko kuantitatif
Analisis risiko kuantitatifAnalisis risiko kuantitatif
Analisis risiko kuantitatif
yy rahmat
 
Risk Management Ppt
Risk Management PptRisk Management Ppt
Risk Management Ppt
Alfrianty Sauran
 
manajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spip
manajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spipmanajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spip
manajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spip
Reza Yudhalaksana
 
Perencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusiaPerencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusia
semua unduh
 
PPT PROSES MANAJEMEN RISIKO.pptx
PPT PROSES MANAJEMEN RISIKO.pptxPPT PROSES MANAJEMEN RISIKO.pptx
PPT PROSES MANAJEMEN RISIKO.pptx
jaenudinz
 
09 enterprise risk management telkom 2011 key risk indicators
09 enterprise risk management   telkom 2011 key risk indicators09 enterprise risk management   telkom 2011 key risk indicators
09 enterprise risk management telkom 2011 key risk indicators
wisnu wardhana, i nyoman
 
INTEGRATED ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (Based on ISO 31000: 2018 & COSO ERM 20...
INTEGRATED ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (Based on ISO 31000: 2018 & COSO ERM 20...INTEGRATED ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (Based on ISO 31000: 2018 & COSO ERM 20...
INTEGRATED ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (Based on ISO 31000: 2018 & COSO ERM 20...
Pangeran Sitompul
 
Panduan ppgd
Panduan ppgdPanduan ppgd
Panduan ppgd
Sischa Widi
 
Peran Generasi Muda dalam Memelihara dan Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Peran Generasi Muda dalam Memelihara dan Memantapkan Wawasan KebangsaanPeran Generasi Muda dalam Memelihara dan Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Peran Generasi Muda dalam Memelihara dan Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Dadang Solihin
 
10 enterprise risk management telkom 2011 early warning system
10 enterprise risk management   telkom 2011 early warning system10 enterprise risk management   telkom 2011 early warning system
10 enterprise risk management telkom 2011 early warning system
wisnu wardhana, i nyoman
 
Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility
Fajar Sidiq 📶 📡
 
Penentuan, Perencanaan dan Penyusunan BCP _ Materi Training BCMS (with ISO 22...
Penentuan, Perencanaan dan Penyusunan BCP _ Materi Training BCMS (with ISO 22...Penentuan, Perencanaan dan Penyusunan BCP _ Materi Training BCMS (with ISO 22...
Penentuan, Perencanaan dan Penyusunan BCP _ Materi Training BCMS (with ISO 22...
Kanaidi ken
 
Bank mandiri
Bank mandiriBank mandiri
Bank mandiri
KameliaRahma1
 

What's hot (20)

Matematika Ekonomi : Himpunan
Matematika Ekonomi : HimpunanMatematika Ekonomi : Himpunan
Matematika Ekonomi : Himpunan
 
8, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: SWOT Analysis pada PT. ...
8, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: SWOT Analysis pada PT. ...8, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: SWOT Analysis pada PT. ...
8, SM, Rahma Arya S, Hapzi Ali, Strategic Management: SWOT Analysis pada PT. ...
 
Asuransi
AsuransiAsuransi
Asuransi
 
Manajemen risiko Perusahaan Jasa
Manajemen risiko Perusahaan JasaManajemen risiko Perusahaan Jasa
Manajemen risiko Perusahaan Jasa
 
manajemen risiko operasional (1)
manajemen risiko operasional (1)manajemen risiko operasional (1)
manajemen risiko operasional (1)
 
Contoh Laporan Pertanggungjawaban Koperasi Abadi Jaya
Contoh Laporan Pertanggungjawaban Koperasi Abadi JayaContoh Laporan Pertanggungjawaban Koperasi Abadi Jaya
Contoh Laporan Pertanggungjawaban Koperasi Abadi Jaya
 
Analisis risiko kuantitatif
Analisis risiko kuantitatifAnalisis risiko kuantitatif
Analisis risiko kuantitatif
 
Risk Management Ppt
Risk Management PptRisk Management Ppt
Risk Management Ppt
 
manajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spip
manajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spipmanajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spip
manajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spip
 
Perencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusiaPerencanaan sumber daya manusia
Perencanaan sumber daya manusia
 
PPT PROSES MANAJEMEN RISIKO.pptx
PPT PROSES MANAJEMEN RISIKO.pptxPPT PROSES MANAJEMEN RISIKO.pptx
PPT PROSES MANAJEMEN RISIKO.pptx
 
09 enterprise risk management telkom 2011 key risk indicators
09 enterprise risk management   telkom 2011 key risk indicators09 enterprise risk management   telkom 2011 key risk indicators
09 enterprise risk management telkom 2011 key risk indicators
 
INTEGRATED ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (Based on ISO 31000: 2018 & COSO ERM 20...
INTEGRATED ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (Based on ISO 31000: 2018 & COSO ERM 20...INTEGRATED ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (Based on ISO 31000: 2018 & COSO ERM 20...
INTEGRATED ENTERPRISE RISK MANAGEMENT (Based on ISO 31000: 2018 & COSO ERM 20...
 
Makalah "Geostrategi"
Makalah "Geostrategi"Makalah "Geostrategi"
Makalah "Geostrategi"
 
Panduan ppgd
Panduan ppgdPanduan ppgd
Panduan ppgd
 
Peran Generasi Muda dalam Memelihara dan Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Peran Generasi Muda dalam Memelihara dan Memantapkan Wawasan KebangsaanPeran Generasi Muda dalam Memelihara dan Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Peran Generasi Muda dalam Memelihara dan Memantapkan Wawasan Kebangsaan
 
10 enterprise risk management telkom 2011 early warning system
10 enterprise risk management   telkom 2011 early warning system10 enterprise risk management   telkom 2011 early warning system
10 enterprise risk management telkom 2011 early warning system
 
Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility
 
Penentuan, Perencanaan dan Penyusunan BCP _ Materi Training BCMS (with ISO 22...
Penentuan, Perencanaan dan Penyusunan BCP _ Materi Training BCMS (with ISO 22...Penentuan, Perencanaan dan Penyusunan BCP _ Materi Training BCMS (with ISO 22...
Penentuan, Perencanaan dan Penyusunan BCP _ Materi Training BCMS (with ISO 22...
 
Bank mandiri
Bank mandiriBank mandiri
Bank mandiri
 

Similar to Pedoman jr

BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Risk Management
BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Risk ManagementBE&GG,Maya Dwi Indrawati, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Risk Management
BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Risk Management
maya indrawati
 
Pmk nomor 171 tahun 2016
Pmk nomor 171 tahun 2016Pmk nomor 171 tahun 2016
Pmk nomor 171 tahun 2016
Mahmud Toha
 
Tugas, Kewenangan & Tanggung jawab DIREKTUR Bidang Pengelolaan Risiko _Traini...
Tugas, Kewenangan & Tanggung jawab DIREKTUR Bidang Pengelolaan Risiko _Traini...Tugas, Kewenangan & Tanggung jawab DIREKTUR Bidang Pengelolaan Risiko _Traini...
Tugas, Kewenangan & Tanggung jawab DIREKTUR Bidang Pengelolaan Risiko _Traini...
Kanaidi ken
 
Bb & gg, Ade, hapzi ali, good corporate governance studi kasus pt. aia fi...
Bb & gg, Ade, hapzi ali, good corporate governance studi kasus pt. aia fi...Bb & gg, Ade, hapzi ali, good corporate governance studi kasus pt. aia fi...
Bb & gg, Ade, hapzi ali, good corporate governance studi kasus pt. aia fi...
Ade Caswito
 
Silabus Pelatihan "MANAJEMEN RISIKO STRATEGIS bagi BOD & BOC BUMN & Anak Peru...
Silabus Pelatihan "MANAJEMEN RISIKO STRATEGIS bagi BOD & BOC BUMN & Anak Peru...Silabus Pelatihan "MANAJEMEN RISIKO STRATEGIS bagi BOD & BOC BUMN & Anak Peru...
Silabus Pelatihan "MANAJEMEN RISIKO STRATEGIS bagi BOD & BOC BUMN & Anak Peru...
Kanaidi ken
 
Permenkes Nomor 25 Tahun 2019.pdf
Permenkes Nomor 25 Tahun 2019.pdfPermenkes Nomor 25 Tahun 2019.pdf
Permenkes Nomor 25 Tahun 2019.pdf
InkhaRina
 
Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...
Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...
Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...
yenny yoris
 
Pmk 171 tahun 2016 manajemen risiko kemenkeu iii
Pmk 171 tahun 2016 manajemen risiko kemenkeu iiiPmk 171 tahun 2016 manajemen risiko kemenkeu iii
Pmk 171 tahun 2016 manajemen risiko kemenkeu iii
Diyan Prasetyo
 
Pengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risikoPengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risiko
FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Pengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risikoPengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risiko
FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Pengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risikoPengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risiko
FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Pengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risikoPengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risiko
FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Pengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risikoPengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risiko
FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. hapzi ali cma, manajemen risik...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. hapzi ali cma, manajemen risik...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. hapzi ali cma, manajemen risik...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. hapzi ali cma, manajemen risik...
FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Menejemen Risk penatalaksanaan Risk.pptx
Menejemen Risk penatalaksanaan Risk.pptxMenejemen Risk penatalaksanaan Risk.pptx
Menejemen Risk penatalaksanaan Risk.pptx
rikaoktaria
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
FIkri Aulawi Rusmahafi
 

Similar to Pedoman jr (20)

BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Risk Management
BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Risk ManagementBE&GG,Maya Dwi Indrawati, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Risk Management
BE&GG,Maya Dwi Indrawati, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA,Risk Management
 
Pmk nomor 171 tahun 2016
Pmk nomor 171 tahun 2016Pmk nomor 171 tahun 2016
Pmk nomor 171 tahun 2016
 
Tugas, Kewenangan & Tanggung jawab DIREKTUR Bidang Pengelolaan Risiko _Traini...
Tugas, Kewenangan & Tanggung jawab DIREKTUR Bidang Pengelolaan Risiko _Traini...Tugas, Kewenangan & Tanggung jawab DIREKTUR Bidang Pengelolaan Risiko _Traini...
Tugas, Kewenangan & Tanggung jawab DIREKTUR Bidang Pengelolaan Risiko _Traini...
 
Bb & gg, Ade, hapzi ali, good corporate governance studi kasus pt. aia fi...
Bb & gg, Ade, hapzi ali, good corporate governance studi kasus pt. aia fi...Bb & gg, Ade, hapzi ali, good corporate governance studi kasus pt. aia fi...
Bb & gg, Ade, hapzi ali, good corporate governance studi kasus pt. aia fi...
 
Silabus Pelatihan "MANAJEMEN RISIKO STRATEGIS bagi BOD & BOC BUMN & Anak Peru...
Silabus Pelatihan "MANAJEMEN RISIKO STRATEGIS bagi BOD & BOC BUMN & Anak Peru...Silabus Pelatihan "MANAJEMEN RISIKO STRATEGIS bagi BOD & BOC BUMN & Anak Peru...
Silabus Pelatihan "MANAJEMEN RISIKO STRATEGIS bagi BOD & BOC BUMN & Anak Peru...
 
Pp 39 tahun_2008
Pp 39 tahun_2008Pp 39 tahun_2008
Pp 39 tahun_2008
 
Permenkes Nomor 25 Tahun 2019.pdf
Permenkes Nomor 25 Tahun 2019.pdfPermenkes Nomor 25 Tahun 2019.pdf
Permenkes Nomor 25 Tahun 2019.pdf
 
Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...
Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...
Sipi yenny farlina yoris hapzi ali_e_membandingkan coso ic, coso dan cobit _u...
 
Per 04 tahun_2009
Per 04 tahun_2009Per 04 tahun_2009
Per 04 tahun_2009
 
Pp 73 tahun_1992
Pp 73 tahun_1992Pp 73 tahun_1992
Pp 73 tahun_1992
 
Pmk 171 tahun 2016 manajemen risiko kemenkeu iii
Pmk 171 tahun 2016 manajemen risiko kemenkeu iiiPmk 171 tahun 2016 manajemen risiko kemenkeu iii
Pmk 171 tahun 2016 manajemen risiko kemenkeu iii
 
Pengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risikoPengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risiko
 
Pengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risikoPengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risiko
 
Pengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risikoPengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risiko
 
Pengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risikoPengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risiko
 
Pengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risikoPengertian manajemen risiko
Pengertian manajemen risiko
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. hapzi ali cma, manajemen risik...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. hapzi ali cma, manajemen risik...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. hapzi ali cma, manajemen risik...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. hapzi ali cma, manajemen risik...
 
Menejemen Risk penatalaksanaan Risk.pptx
Menejemen Risk penatalaksanaan Risk.pptxMenejemen Risk penatalaksanaan Risk.pptx
Menejemen Risk penatalaksanaan Risk.pptx
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
 

More from eko_apt

2. Sosialisasi untuk Industri Pengolahan Daging.pdf
2. Sosialisasi untuk Industri Pengolahan Daging.pdf2. Sosialisasi untuk Industri Pengolahan Daging.pdf
2. Sosialisasi untuk Industri Pengolahan Daging.pdf
eko_apt
 
Pedoman dasar-teknik-aseptis
Pedoman dasar-teknik-aseptisPedoman dasar-teknik-aseptis
Pedoman dasar-teknik-aseptis
eko_apt
 
Manajemen risiko ristekdikti
Manajemen risiko ristekdiktiManajemen risiko ristekdikti
Manajemen risiko ristekdikti
eko_apt
 
M df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlled
M df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlledM df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlled
M df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlled
eko_apt
 
Bahan workshop mr
Bahan workshop mrBahan workshop mr
Bahan workshop mr
eko_apt
 
M df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlled
M df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlledM df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlled
M df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlled
eko_apt
 
Bahan workshop mr
Bahan workshop mrBahan workshop mr
Bahan workshop mr
eko_apt
 
Guide to risk management 2
Guide to risk management 2Guide to risk management 2
Guide to risk management 2
eko_apt
 
Usability specification-document-template
Usability specification-document-templateUsability specification-document-template
Usability specification-document-template
eko_apt
 
Usability engineering-file
Usability engineering-fileUsability engineering-file
Usability engineering-file
eko_apt
 
Rcdso 4884 potential causes of a positive bi v.2
Rcdso 4884 potential causes of a positive bi v.2Rcdso 4884 potential causes of a positive bi v.2
Rcdso 4884 potential causes of a positive bi v.2
eko_apt
 
Study of-related-factors-about-positive-biological-monitoring-of-steam-steril...
Study of-related-factors-about-positive-biological-monitoring-of-steam-steril...Study of-related-factors-about-positive-biological-monitoring-of-steam-steril...
Study of-related-factors-about-positive-biological-monitoring-of-steam-steril...
eko_apt
 
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molexDigital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
eko_apt
 
4113230009 bab i
4113230009 bab i4113230009 bab i
4113230009 bab i
eko_apt
 

More from eko_apt (14)

2. Sosialisasi untuk Industri Pengolahan Daging.pdf
2. Sosialisasi untuk Industri Pengolahan Daging.pdf2. Sosialisasi untuk Industri Pengolahan Daging.pdf
2. Sosialisasi untuk Industri Pengolahan Daging.pdf
 
Pedoman dasar-teknik-aseptis
Pedoman dasar-teknik-aseptisPedoman dasar-teknik-aseptis
Pedoman dasar-teknik-aseptis
 
Manajemen risiko ristekdikti
Manajemen risiko ristekdiktiManajemen risiko ristekdikti
Manajemen risiko ristekdikti
 
M df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlled
M df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlledM df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlled
M df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlled
 
Bahan workshop mr
Bahan workshop mrBahan workshop mr
Bahan workshop mr
 
M df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlled
M df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlledM df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlled
M df-01-manual-risk-management-rev.-00-copy-controlled
 
Bahan workshop mr
Bahan workshop mrBahan workshop mr
Bahan workshop mr
 
Guide to risk management 2
Guide to risk management 2Guide to risk management 2
Guide to risk management 2
 
Usability specification-document-template
Usability specification-document-templateUsability specification-document-template
Usability specification-document-template
 
Usability engineering-file
Usability engineering-fileUsability engineering-file
Usability engineering-file
 
Rcdso 4884 potential causes of a positive bi v.2
Rcdso 4884 potential causes of a positive bi v.2Rcdso 4884 potential causes of a positive bi v.2
Rcdso 4884 potential causes of a positive bi v.2
 
Study of-related-factors-about-positive-biological-monitoring-of-steam-steril...
Study of-related-factors-about-positive-biological-monitoring-of-steam-steril...Study of-related-factors-about-positive-biological-monitoring-of-steam-steril...
Study of-related-factors-about-positive-biological-monitoring-of-steam-steril...
 
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molexDigital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
Digital 20361525 pr-agatha dwi setiastuti-pt molex
 
4113230009 bab i
4113230009 bab i4113230009 bab i
4113230009 bab i
 

Recently uploaded

UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
ppgpriyosetiawan43
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
arianferdana
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
Rismawati408268
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 

Recently uploaded (20)

UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 

Pedoman jr

  • 1. P R I M E PROAKTIF , RAMAH, IKHLAS, MUDA H,EMPATI Pedoman Manajemen Risiko Pedoman Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 untuk menunjang implementasi manajemen risiko Perusahaan sebagai bagian dari Good Governance dalam rangka meningkatkan kepastian pencapaian sasaran Perusahaan melalui pengelolaan downside risk dan pengoptimalan upside risk
  • 2. DAFTAR ISI I Pendahuluan a. Latar Belakang 1 b. Profil Perusahaan 2 c. Latar Belakang Pengelolaan Risiko 4 d. Tujuan 6 e. Komponen Pengelolaan Risiko 7 f. Tiga Pilar Manajemen Risiko Perusahaan 8 II Definisi Istilah (ISO GUIDE 73:2009 Risk management – Vocabulary) 10 III Prinsip dan Kerangka Manajemen Risiko 22 - Kerangka kerja untuk mengelola risiko 26 - Desain kerangka kerja 26 a. Mandat dan Komitmen 27 b. Perencanaan dan Pengorganisasian 1) Roadmap Manajemen Risiko 2) Risk Governance 30 31 32 c. Pengembangan kapabilitas dan kapasitas 40 d. Evaluasi dan Perbaikan berkelanjutan 43 e. Proses pada tingkat operasional 48 IV Proses Manajemen Risiko 51 a. Komunikasi & Konsultasi 52 1) Komunikasi 52 2) Konsultasi 53 3) Matriks RACI 54 b. Penetapan Konteks 55 1) Konteks Eksternal 56 2) Konteks Internal 56 3) Kategori Risiko 58 4) Konteks Manajemen Risiko 59 5) Ruang Lingkup Manajemen Risiko a) Regular Objective Direktorat/Divisi/Cabang b) Specific Objective/khusus 59 59 59 6) Mengembangkan Kriteria Risiko 60 7) Mengembangkan Hirarki Risiko dalam Perusahaan 61 c. Menyusun tabel dampak 63 d. Menyusun tabel kemungkinan 69
  • 3. e. Mengukur tingkat Keefektifan Kontrol atau Pengendalian saat ini 71 f. Menentukan Tingkat Risiko 72 g. Menentukan Toleransi Risiko 74 V Asesmen dan Perlakuan Risiko 76 a. Asesmen Risiko 77 1) Identifikasi Risiko a) Area Risiko b) Bagaimana Mengidentifikasi Risiko c) Bagaimana Mendeskripsikan Risiko 77 78 79 81 2) Analisis Risiko a) Analisis Kontrol atau Pengendalian Terkini b) Menentukan Tingkat Risiko 82 82 82 3) Evaluasi Risiko 84 4) Risk Register 85 5) Profil Risiko a) Fungsi profil risiko b) Informasi apa yang harus masuk dalam Profil Risiko? c) Peta Risiko d) Risiko dengan Sasaran e) Peta keefektifan kontrol f) Laporan Pemantauan Status Risiko g) Mendokumentasikan Proses Manajemen Risiko 87 87 88 89 89 91 92 b. Perlakuan Risiko 93 1) Seleksi opsi perlakuan 94 2) Mengembangkan rencana perlakuan risiko 95 VI Mekanisme Monitor dan Tinjau Ulang 97 a. Model Elemen Proses 97 b. Peninjauan proses manajemen risiko 100 c. Mengukur kinerja manajemen risiko 101
  • 4. 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 1 dari 102 1.1. Latar Belakang a. Bahwa dengan telah ditetapkannya Visi dan Misi serta mempertimbangkan perubahan lingkungan baik eksternal maupun internal PT. Jasa Raharja (Persero), selanjutnya disebut Jasa Raharja atau perusahaan, yang berpotensi menimbulkan berbagai jenis risiko, maka ke depan diperlukan pengelolaan semua risiko secara sistematis, terstruktur dan komprehensif dalam rangka meningkatkan kepastian tercapainya tujuan dan sasaran perusahaan baik jangka panjang sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) maupun jangka pendek sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran dan Pendapatan (RKAP). b. Bahwa pengelolaan risiko diperlukan dalam rangka penguatan penerapan prinsip- prinsip Good Corporate Governance (GCG) terutama terkait dengan penegakan praktek bisnis yang sehat dan dapat memberikan nilai tambah yang sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders). c. Bahwa Jasa Raharja sebagai perusahaan asuransi BUMN mengacu pada Pasal 25 Peraturan Menteri Negara BUMN RI Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GCG) pada BUMN, wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. Direksi, dalam setiap pengambilan keputusan/tindakan korporasi, harus mempertimbangkan risiko usaha. 2. Direksi wajib membangun dan melaksanakan program manajemen risiko korporasi secara terpadu yang merupakan bagian dari pelaksanaan program GCG. 3. Pelaksanaan program manajemen risiko dapat dilakukan dengan membentuk unit kerja tersendiri yang ada di bawah Direksi; atau memberi penugasan kepada unit kerja yang ada dan relevan untuk menjalankan fungsi manajemen risiko. 4. Direksi wajib menyampaikan laporan profil risiko dan penanganannya bersamaan dengan laporan berkala perusahaan. d. Bahwa Jasa Raharja sebagai Lembaga Jasa Keuangan Non Bank, mengacu pada Pasal 2 ayat 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/POJK.05/2014 tentang Penilaian Tingkat Risiko Lembaga Jasa Keuangan Non Bank, wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam melakukan kegiatan usahanya.
  • 5. 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 2 dari 102 e. Bahwa Jasa Raharja sebagai Perusahaan Perasuransian, mengacu pada Pasal 4 ayat (2) butir d Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2/POJK.05/2014 tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik bagi Perusahaan Perasuransian, pelaksanaan prinsip tata kelola perusahaan yang baik paling kurang harus diwujudkan dalam penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern. f. Bahwa untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan standarisasi praktek Enterprise Risk Management (ERM) secara internasional, maka pengembangan sistem Manajemen Risiko Jasa Raharja dilaksanakan dengan mengadopsi standar internasional ISO 31000:2009 Risk Management – Principles and Guidelines, yang telah diadopsi menjadi standar nasional SNI ISO 31000:2011. 1.2. Profil Perusahaan a. Sejarah dan Tujuan Pendirian Perusahaan Sejarah berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari adanya peristiwa pengambil alihan atau nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda oleh Pemerintah RI. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No.3 tahun 1960, jo Pengumuman Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI No.12631/BUM II tanggal 9 Februari 1960, terdapat 8 (delapan) perusahaan asuransi yang ditetapkan sebagai Perusahaan Asuransi Kerugian Negara (PAKN) dan sekaligus diadakan pengelompokan dan penggunaan nama perusahaan sebagai berikut :  Fa. Blom & Van Der Aa, Fa. Bekouw & Mijnssen, Fa. Sluiiters & co, setelah dinasionalisasi digabungkan menjadi satu bernama PAKN Ika Bhakti.  NV. Assurantie Maatschappij Djakarta, NV. Assurantie Kantoor Langeveldt- Schroder, setelah dinasionalisasi digabungkan menjadi satu, dengan nama PAKN Ika Dharma.  NV. Assurantie Kantoor CWJ Schlencker, NV. Kantor Asuransi "Kali Besar", setelah dinasionalisasi digabungkan menjadi satu, dengan nama PAKN Ika Mulya.  PT. Maskapai Asuransi Arah Baru setelah dinasionalisasi diberi nama PAKN Ika Sakti. Perkembangan organisasi perusahaan tidak terhenti sampai disitu saja, karena dengan adanya pengumuman Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI No. 294293/BUM II tanggal 31 Desember 1960, keempat perusahaan tersebut di atas digabung dalam satu Perusahaan Asuransi Kerugian Negara (PAKN) Ika Karya. Selaniutnya PAKN Ika Karya berubah nama meniadi Perusahaan Negara Asuransi Kerugian (PNAK) Eka Karya.
  • 6. 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 3 dari 102 Berdasarkan PP No.8 tahun 1965 dengan melebur seluruh kekayaan, pegawai dan segala hutang piutang PNAK Eka Karya, mulai 1 Januari 1965 dibentuk Badan Hukum baru dengan nama 'Perusahaan Negara Asuransi Kerugian Jasa Raharja" dengan tugas khusus mengelola pelaksanaan Undang-Undang (UU) No.33 dan Undang-Undang (UU) No.34 tahun 1964. Penunjukkan PNAK Jasa Raharja sebagai pengelola kedua Undang-Undang tersebut ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Pendapatan, Pembiayaan dan Pengawasan RI No. BAPN 1-3-3 tanggal 30 Maret 1965. Pada tahun 1970, PNAK Jasa Raharja diubah statusnya menjadi Perusahaan Umum (Perum) Jasa Raharja. Perubahan status ini dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep.750/KMK/IV/II/1970 tanggal 18 November 1970, yang merupakan tindak lanjut dikeluarkannya UU. No.9 tahun 1969 tentang Bentuk- Bentuk Badan Usaha Negara. Pada tahun 1978 yaitu berdasarkan PP No.34 tahun 1978 dan melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang selalu diperpanjang pada setiap tahun dan terakhir No. 523/KMK/013/1989, selain mengelola pelaksanaan UU. No.33 dan UU. No. 34 tahun 1964, Jasa Raharja diberi tugas baru menerbitkan surat jaminan dalam bentuk Surety Bond. Kemudian sebagai upaya pengemban rasa tanggung jawab sosial kepada masyarakat khususnya bagi mereka yang belum memperoleh perlindungan dalam lingkup UU No.33 dan UU No.34 tahun 1964, maka dikembangkan pula usaha Asuransi Aneka. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, mengingat usaha yang ditangani oleh Perum Jasa Raharja semakin bertambah luas, maka pada tahun 1980 berdasarkan pp No.39 tahun 1980 tanggal 6 November 1980, status Jasa Raharja diubah lagi menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dengan nama PT (Persero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja, yang kemudian pendiriannya dikukuhkan dengan Akte Notaris Imas Fatimah, SH No.49 tahun 1981 tanggal 28 Februari 1981, yang telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Akte Notaris Imas Fatimah, SH No.59 tanggal 19 Maret 1998 berikut perbaikannya dengan Akta No.63 tanggal 17 Juni 1998 dibuat dihadapan notaris yang sama. Pada tahun 1994, sejalan dengan diterbitkan UU No.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yang antara lain mengharuskan bahwa Perusahaan Asuransi yang telah menyelenggarakan program asuransi sosial dilarang menjalankan asuransi lain selain program asuransi sosial, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 1994 Jasa Raharja melepaskan usaha non wajib dan surety bond dan kembali menjalankan program asuransi sosial yaitu mengelola pelaksanaan UU. No.33 tahun 1964 dan UU. No.34 tahun 1964. Perkembangan terakhir pada tahun 2014 telah diterbitkan UU No. 40 tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian yang menempatkan Jasa Raharja bukan sebagai
  • 7. 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 4 dari 102 asuransi sosial lagi dan menjadi asuransi wajib. Tingkat ketidakpastian cukup besar apabila dikaitkan dengan pencapaian visi Jasa Raharja di masa mendatang, sehingga peran manajemen risiko diharapkan dapat menjawab tantangan ini. b. Bisnis Inti Jasa Raharja Bisnis inti Jasa Raharja adalah Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan dan Penumpang Umum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 33 dan No.34 Tahun 1964, PMK RI No.36/PMK.010/2008 dan PMK RI No.37/PMK.010/2008. 1.3. Latar Belakang Pengelolaan Risiko Awal mula Manajemen Risiko di PT Jasa Raharja (Persero) dilakukan pada akhir tahun 2008. Pada saat itu Perusahaan menyadari bahwa Manajemen Risiko merupakan salah satu elemen penting dari Good Corporate Governance dan memiliki fungsi strategis untuk mengenali berbagai macam risiko yang dihadapi atau akan dihadapi oleh Perusahaan. Melalui pelaksanaan Manajemen Risiko, Perusahaan juga bertujuan untuk melindungi manajemen agar tidak menghasilkan kebijakan yang merugikan Perusahaan dimasa masa mendatang. Proses Manajemen Risiko diawali dengan adanya suatu proses untuk membentuk kesadaran pada setiap jenjang organisasi, dengan memberi pemahaman bahwa dalam setiap aktivitas yang dilaksanakan di unit kerja pasti mengandung suatu risiko, atau dengan kata lain tidak ada kegiatan yang tanpa risiko. Oleh karena itu perlu ditetapkan suatu pola untuk pengelolaan risiko, agar risiko tidak menyebabkan kerugian bagi Perusahaan atau bahkan kalau memungkinkan dapat dikelola menjadi suatu peluang yang dapat meningkatkan keuntungan bagi Perusahaan. Perusahaan menyadari bahwa risiko adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses organisasi, oleh karena itu Manajemen Risiko bukanlah sesuatu yang terpisahkan dari kegiatan utama organisasi ataupun proses lain organisasi. Manajemen Risiko menjadi bagian yang tak terpisahkan dari tanggung jawab manajemen, dalam memastikan tercapainya sasaran organisasi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Manajemen Risiko haruslah diintegrasikan sepenuhnya ke dalam governance atau tata kelola Perusahaan untuk lebih memberikan kepastian terhadap pencapaian sasaran Perusahaan dan mewujudkan tata kelola Perusahaan yang baik. a. Pertimbangan Strategis dan Operasional 1. Intisari (essence) dari GCG adalah pencapaian misi dan visi perusahaan melalui pelaksanaan aspek-aspek sbb: a) Menatahubungan yang seimbang (balanced of authority) antar organ perseroan;
  • 8. 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 5 dari 102 b) Menata hubungan harmonis (win-win solutions) dengan para pemangku kepentingan; c) Membangun sistem perencanaan perusahaan dan implementasinya yang efektif dan efisien; dan d) Membangun sistem pengendalian internal (internal control system) yang andal. 2. Memperhatikan potensi risiko yang bersumber dari pengaruh lingkungan eksternal dan internal perusahaan, maka penerapan manajemen risiko merupakan kebutuhan yang penting bagi pencapaian sasaran aspek GCG di atas. 3. Karena itu, Direksi telah menyatakan komitmennya untuk menerapkan Manajemen Risiko di lingkungan perusahaan dengan menetapkan kebijakan dalam bentuk Pedoman Manajemen Risiko di Lingkungan Perusahaan. 4. Selanjutnya membentuk struktur manajemen risiko yang mencukupi untuk mendorong serta membantu setiap Unit Kerja dalam implementasi pedoman tersebut. b. Pertimbangan kepatuhan hukum (compliance) 1. Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 2. Peraturan Menteri Keuangan No.152/PMK/2012 tentang Tata Kelola Yang Baik bagi Perusahaan Perasuransian. 3. Peraturan Menteri BUMN No: Per-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada BUMN. 4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK/2010 Tentang Pemeriksaan Perusahaan Perasuransian. 5. Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN No.SK-16/S.MBU/2012 tentag Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi Atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Badan Usaha Milik Negara. 6. Standar Internasional Manajemen Risiko ISO 31000:2009 Risk Management- Principles and Guidelines. 7. Standar Internasional Manajemen Risiko ISO Guide 73:2009 Risk Management Vocabulary.
  • 9. 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 6 dari 102 8. Standar Internasional Manajemen Risiko ISO 31010:2009 Risk Assessment Techniques. 9. Standar Internasional Manajemen Risiko HB 158-2010 Delivering assurance based on ISO 31000:2009 – Risk Management – Principles and guidelines 1.4. Tujuan a. Tujuan Pengelolaan Risiko 1. Meningkatkan kesadaran bahwa semua upaya pencapaian sasaran dan target-target perusahaan mengandung risiko dan karenanya setiap individu, unit kerja (Direktorat/Divisi/Satuan/Cabang/Kantor Perwakilan), harus dapat mengelola risiko sesuai kedudukan dan tanggungjawabnya masing-masing sebagai bagian dari pengelolaan risiko korporat terintegrasi. 2. Meningkatkan kepastian pencapaian sasaran dan target-target perusahaan dengan cara: a) Menurunkan tingkat kemungkinan keterjadian peristiwa-peristiwa berbahaya yang dapat terjadi. b) Meminimalkan potensi kerugian sebagai dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa tersebut. b. Tujuan Penyusunan Pedoman Manajemen Risiko 1. Menjadi landasan kebijakan bagi operasionalisasi fungsi dan proses manajemen risiko di Jasa Raharja. 2. Mendefinisikan peran dan tanggung jawab dari masing-masing organ organisasi yang terlibat dalam proses manajemen risiko. 3. Mengatur penerapan manajemen risiko berbasis SNI ISO 31000:2011 di lingkungan Jasa Raharja. 4. Memastikan agar pengelolaan risiko perusahaan dapat berlangsung secara sistematis dan terstruktur, sehingga pada akhirnya perusahaan terhindar dari kerugian yang secara signifikan dapat mempengaruhi nilai dan kekayaan perusahaan. 5. Memberikan kerangka pelaporan untuk memastikan terdapatnya komunikasi atas informasi manajemen risiko yang diperlukan.
  • 10. 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 7 dari 102 6. Sebagai sarana untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan arti penting manajemen risiko di Jasa Raharja. 7. Dengan berlakunya Pedoman Manajemen Risiko ini maka seluruh Pimpinan unit kerjapada setiap tingkatan struktur organisasi wajib menjalankan proses manajemen risiko secara terintegrasi dengan proses bisnis di unit masing- masing dan secara berkala melaporkan perkembangannya kepada Direksi. 1.5. Komponen Pengelolaan Risiko a. Dalam Pedoman ini, sistem manajemen risiko terdiri dari 3 (tiga) komponen yang saling terkait yaitu: 1. Prinsip-prinsip manajemen risiko, 2. Kerangka kerja dalam mengelola risiko, dan 3. Proses pengelolaan risiko. b. Prinsip-prinsip manajemen risiko merupakan pondasi (nilai dasar) bagi pengembangan kerangka kerja pengelolaan risiko yang merupakan pilar-pilar bagi penerapan proses manajemen risiko. Sementara proses manajemen risiko adalah penjabaran dari kerangka kerja pengelolaan risiko dalam rangka mempermudah penerapan prinsip-prinsip pengelolaan risiko, baik di tingkat korporat, di tingkat unit kerja, maupun individu. Skema hubungan ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut: Gambar 1.1. Hubungan 3 Komponen Sistem Manajemen Risiko
  • 11. 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 8 dari 102 1.6. Tiga Pilar Manajemen Risiko Perusahaan Model Tiga Pilar Manajemen Risiko Perusahaan mengadopsi pendekatan “Three Lines of Defence” atau Pertahanan Tiga Lapis (Referensi: The Three Lines of Defense in Effective Risk Management and Control – Institute of Internal Auditor), yang membedakan antara fungsi-fungsi bisnis sebagai pemilik risiko terhadap fungsi yang mengelola risiko (managing risks), dan antara fungsi yang mengawasi risiko (overseeing risks) dengan fungsi-fungsi yang menyediakan pemastian independen (independent assurance). 1. Pilar Pertama (managing risks) Unit Kerja Teknis / Risk Taking Unit (RTU) sebagai garis depan atau ujung tombak organisasi, bertanggungjawab untuk : a. Memastikan adanya lingkungan pengendalian (control environment) yang kondusif.. b. Menerapkan kebijakan manajemen risiko yang telah ditetapkan sewaktu menjalankan peran dan tanggung jawabnya c. Mempertimbangkan faktor risiko dalam keputusan-keputusan dan tindakan- tindakan yang dilakukannya. d. Mampu menunjukkan adanya pengendalian internal yang efektif, dan juga adanya pemantauan dan transparansi terhadap efektifitas pengendalian internal tersebut. 2. Pilar Kedua (overseeing risks) Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan bertanggung jawab untuk a. Mengembangkan dan memantau implementasi manajemen risiko perusahaan secara keseluruhan. b. Melakukan pengawasan terhadap bagaimana fungsi bisnis dilaksanakan dalam koridor kebijakan manajemen risiko dan prosedur-prosedur standard operasionalnya yang telah ditetapkan oleh perusahaan. c. Memantau dan melaporkan risiko-risiko perusahaan secara menyeluruh kepada organ yang memiliki akuntabilitas tertinggi di perusahaan. 3. Pilar Ketiga (independent assurance) Satuan Pengawasan Intern adalah bagian internal perusahaan yang bersifat independen terhadap fungsi-fungsi lainnya, bertanggung jawab untuk a. Melakukan reviu dan evaluasi terhadap rancang bangun dan implementasi manajemen risiko secara keseluruhan, dan b. Memastikan bahwa pertahanan lapis pertama dan lapis kedua berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
  • 12. 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 9 dari 102 Gambar 1.2: Tiga Pilar Manajemen Risiko *Forum dapat dibentuk dan bersifat adhoc Gambar di samping menunjukkan bahwa ketiga lapis pertahanan berada di bawah akuntabilitas dan koordinasi langsung Direksi sedangkan Dewan Komisaris - melalui organ komite yang dimiliki Dewan Komisaris memiliki akuntabilitas tidak langsung terhadap pertahanan lapis ketiga. Walaupun Dewan Komisaris hanya memiliki koordinasi dengan auditor internal dan eksternal untuk pertahanan lapis ketiga, mereka juga sebenarnya secara tidak langsung terlibat dalam pemantauan efektifitas pertahanan lapis kedua melalui hasil reviu auditor internal tentang efektifitas kebijakan dan implementasi manajemen risiko di perusahaan secara menyeluruh. Sedangkan Forum Manajemen Risiko dapat dibentuk oleh Direksi untuk memberikan masukan kepada Direksi terkait pelaporan profil risiko dan hasil peninjauan ulang implementasi manajemen risiko yang disampaikan oleh Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan. Dengan diterapkannya model ini, semakin besar kemungkinan terbentuknya budaya manajemen risiko yang terintegrasi di seluruh proses dan seluruh lini perusahaan, untuk menuju ke tingkat kematangan pengelolaan manajemen risiko perusahaan yang semakin baik.
  • 13. BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 10 dari 102 Istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini mengacu pada istilah dan definisi yang digunakan pada ISO GUIDE 73:2009 Risk management – Vocabulary yang menjadi standar internasional istilah untuk manajemen risiko. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerancuan dari berbagai macam istilah dan definisi yang digunakan dalam berbagai macam standar yang mungkin sudah dipakai perusahaan. 1. Analisis risiko (risk analysis) Proses untuk memahami sifat risiko dan untuk menentukan peringkat risiko: analisa risiko merupakan dasar untuk evaluasi risiko dan landasan keputusan perlakuan risiko. 2. Area Dampak Jenis Dampak yang dipengaruhi oleh suatu kejadian risiko, misalnya keuangan, reputasi, keselamatan kerja dlsb. 3. Asesmen risiko (risk assessment) Keseluruhan proses yang meliputi identifikasi risiko, analisa risiko, dan evaluasi risiko. 4. Atribut Risiko (risk attributes) Adalah atribut suatu risiko atau kondisi risiko yang digambarkan secara lengkap meliputi: nama risiko, jenis risiko, deskripsi risiko, kategori risiko, kemungkinan, dampak, sumber risiko, ukuran (magnitude) risiko, status risiko dan pemilik risiko. 5. Berbagi risiko (risk sharing) Salah satu bentuk perlakuan risiko adalah mendistribusikan risiko dengan pihak-pihak lain, dimana: - Ketentuan perundang-undangan dapat membatasi atau melarang pembagian risiko ini; - Pembagian risiko dapat dilakukan melalui asuransi atau jenis perjanjian lainnya; - Pembagian risiko dapat menciptakan risiko baru atau mengubah risiko yang ada. 6. Berbahaya (hazard) Sumber potensial yang menyebabkan terjadinya bahaya, dimana kondisi berbahaya ini merupakan salah satu sumber risiko. 7. Daftar risiko (risk register) Rekaman informasi mutakhir dari risiko yang telah teridentifikasi, dimana kadang-kadang digunakan juga istilah risk log .
  • 14. BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 11 dari 102 8. Dampak (consequence) Akibat dari suatu peristiwa yang mempengaruhi sasaran organisasi, dimana: - Satu peristiwa dapat menimbulkan berbagai dampak; - Satu dampak dapat dipastikan tetapi juga tidak dapat dipastikan, begitu juga dampak ini dapat bersifat positif tetapi juga dapat bersifat negatif; - Dampak dapat dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif. 9. Eksposur Risiko (risk exposure) Adalah besaran risiko yang berpotensi ditanggung oleh satu entitas dimana besaran risiko diukur berdasarkan likelihood dan besarnya kerugian yang akan ditanggung apabila risiko tersebut terjadi (impact). 10. Entitas (entity) Satu perusahaan yang didirikan untuk tujuan tertentu. Entitas dapat berupa perusahaan bisnis, organisasi non-profit, badan pemerintah atau institusi akademik. Entitas juga sinonim dari organisasi dan perusahaan. 11. Evaluasi risiko (risk evaluation) Proses untuk membandingkan hasil analisa risiko dengan kriteria risiko dan kemudian ditentukan apakah peringkat risiko dapat diterima atau ditolerir, dimana evaluasi risiko membantu dalam membuat keputusan terhadap perlakuan risiko. 12. Ex-Ante Satu aktivitas yang dilakukan untuk kepentingan satu event, dimana event tersebut belum, sedang, atau akan terjadi/berlangsung. 13. Ex-Post Satu aktivitas yang dilakukan untuk kepentingan satu event, dimana event tersebut telah terjadi. 14. Fasilitator risiko (risk officer) Pegawai pada setiap Divisi/Kantor Cabang yang ditunjuk untuk menjalankan peran fungsional untuk membantu RTU Divisi/Kantor Cabang dalam menjalankan proses manajemen risiko di unit kerjanya masing-masing.
  • 15. BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 12 dari 102 15. Frekwensi (frequency) Satu ukuran dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang dinyatakan dalam jumlah peristiwa yang terjadi dalam satu periode tertentu. 16. Identifikasi risiko (risk identification) Proses dalam menemukan, mengenali dan/atau menguraikan atribut-atribut risiko. Identifikasi risiko meliputi identifikasi sumber-sumber risiko, peristiwa dan penyebabnya serta dampaknya. Identifikasi risiko juga meliputi data historis, analisa teoritis, pendapat ahli dan persepsi serta kebutuhan pemangku kepentingan. 17. Kebijakan manajemen risiko (risk management policy) Pernyataan arahan dan maksud organisasi terkait dengan manajemen risiko. 18. Keengganan risiko (risk aversion) Sikap enggan untuk menerima /menjalani suatu proses dengan hasil yang tidak pasti ketimbang sesuatu yang lebih pasti. 19. Kelemahan (vulnerability) Suatu kumpulan sifat yang melekat pada sesuatu hal yang membuatnya rentan terhadap sumber risiko, sehingga memudahkan timbulnya dampak. 20. Kemungkinan (likelihood) Kesempatan/kemungkinan bahwa sesuatu akan terjadi, dimana panduan ini menggunakan kata “likelihood” mengacu pada pengertian bahwa sesuatu diharapkan akan terjadi, dimana harapan ini dinyatakan baik secara obyektif atau subyektif dengan menggunakan ukuran seperti probabilitas, frekwensi terjadinya untuk suatu jangka waktu tertentu, atau model matematik tertentu. Istilah bahasa Inggris “likelihood” tidak ditemui padanannya yang tepat dalam bahasa lain. Ini berbeda dengan istilah probability yang sering ditafsirkan secara sempit sebagai istilah statistik. Oleh karena itu panduan ini menggunakan istilah likelihood dengan maksud dan pengertian yang lebih luas, yang juga dipunyai oleh bahasa lain. 21. Kerangka kerja manajemen risiko (risk management framework) Seperangkat komponen-komponen yang memberikan landasan dan kerangka kerja untuk merencanakan, menerapkan, memonitor, meninjau ulang, dan secara berkelanjutan memperbaiki proses manajemen risiko pada seluruh bagian organisasi. Yang dimaksudkan sebagai landasan adalah kebijakan, sasaran, mandat dan komitmen manajemen risiko. Termasuk dalam kerangka kerja organisasi adalah rencana, tata hubungan, akuntabilitas, sumber daya, proses dan kegiatan. Kerangka kerja manajemen risiko menyatu ke dalam kebijakan strategis, operasional dan praktik-praktik organisasi.
  • 16. BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 13 dari 102 22. Ketahanan (resilience) Kemampuan untuk bertahan terhadap pengaruh suatu peristiwa. 23. Keterbatasan Inheren (inherent limitation) Suatu keterbatasan yang melekat pada sistem EWRM (Enterprise Wide Risk Management) terutama dikarenakan keterbatasan pertimbangan (judgement) manusia, keterbatasan sumber daya dan keinginan mengendalikan biaya dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dan kemungkinan manajemen menyembunyikan informasi atau berkolusi. 24. Ketidakpastian (uncertainty) Suatu keadaan atau kondisi dimana terdapat kekurangan informasi atau ketidakjelasan informasi terkait dengan kemungkinan dan/atau dampak dari suatu peristiwa. 25. Kondisi Menguntungkan (favorable variance) Adalah suatu kondisi dimana realisasi yang dicapai lebih baik atau melampaui target atau anggaran yang ditetapkan. 26. Komunikasi dan konsultasi (communication and consultation) Proses yang berkelanjutan dan berulang antara organisasi dan para pemangku kepentingan dalam saling memberikan, berbagi dan memperoleh informasi serta melakukan dialog terkait dengan penanganan risiko. Informasi ini dapat berupa adanya sifat, bentuk, kemungkinan terjadinya, kegawatan, evaluasi, dapat diterimanya, perlakuan atau aspek lain dari risiko atau manajemen risiko. Konsultasi adalah proses dialog antara organisasi dengan para pemangku kepentingan, yang berdasarkan informasi tersedia akan menentukan sikap atau arah kebijakan sebelum mengambil keputusan. Konsultasi merupakan suatu proses bukan keluaran yang pengaruhnya pada sebuah keputusan lebih atas dasar pertimbangan dan bukan kekuasaan. Selain itu, konsultasi merupakan masukan untuk proses pengambilan keputusan, dan bukan pengambilan keputusan bersama. Komunikasi internal dan konsultasi hendaknya dibuatkan risalahnya dengan baik. 27. Konteks eksternal (external context) Lingkungan eksternal tempat organisasi berusaha mencapai sasarannya, dimana konteks eksternal meliputi: - Lingkungan budaya, politik, ekonomi, hukum, peraturan-peraturan, teknologi, keuangan, alam dan persaingan usaha. Baik ini secara nasional, internasional, maupun lokal; - Berbagai macam kecenderungan maupun dorongan penting yang dapat mempunyai pengaruh atau dampak terhadap sasaran organisasi; - Persepsi dan nilai-nilai para pemangku kepentingan eksternal.
  • 17. BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 14 dari 102 28. Konteks internal (internal context) Lingkungan internal organisasi dimana dilakukan upaya untuk mencapai sasarannya. Konteks internal meliputi: - Kemampuan organisasi dalam pengertian sumber daya dan pengetahuan (misalnya modal, waktu, orang, sistem, teknologi, dan lain sebagainya); - Sistem informasi, alur informasi dan proses pengambilan keputusan baik formal maupun informal; - Pemangku kepentingan internal; - Kebijakan, sasaran dan strategi untuk mencapainya; - Persepsi, nilai-nilai dan budaya organisasi-Standar dan model acuan yang digunakan oleh organisasi-Struktur, misalnya: governance, peran dan akuntabilitas. 29. Kondisi tidak menguntungkan (unfavorable variance) Adalah suatu kondisi dimana realisasi yang dicapai lebih rendah atau tidak mencapai target atau anggaran yang ditetapkan. 30. Kontrol Terkini (existing control) Adalah pengendalian atas suatu risiko yang sudah ada pada saat tertentu yang terkini. 31. Kriteria risiko (risk criteria) Kerangka acuan terhadap suatu besaran dimana risiko akan diukur. Kriteria risiko dibuat berdasarkan konteks internal dan eksternal, serta secara berkala akan ditinjau untuk memastikan relevansinya. Kriteria risiko juga dapat diturunkan dari standar, kebijakan dan peraturan perundangan. 32. Manajemen risiko (risk management) Upaya terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan organisasi terkait dengan risiko. 33. Matriks RACI Matriks RACI adalah alat yang sederhana yang berguna untuk menjelaskan dan menegaskan peran dan tanggungjawab lintas fungsi/bagian dalam suatu proyek, program, proses dan pada tiap perubahan organisasi. R=Responsible, A=Accountable, C=Consulted/Contribute, I= Informed.
  • 18. BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 15 dari 102 34. Mitigasi risiko (risk mitigation) Tindakan untuk mengurangi dampak yang tidak diinginkan. 35. Monitoring (monitoring) Pemeriksaan, supervisi, observasi berkala atau pemeriksaan status dengan tujuan untuk mengetahui dan memastikan apakah terjadi perubahan atau penyimpangan kinerja dari yang telah ditentukan atau direncanakan. Pemantauan dapat dilaksanakan terhadap kerangka kerja manajemen risiko, proses manajemen risiko dan risiko itu sendiri. 36. Paparan risiko (exposure) Suatu keadaan dimana suatu organisasi dan/atau pemangku kepentingan menjadi bagian dari atau terlibat dalam suatu peristiwa. 37. Pelaporan risiko (risk reporting) Suatu bentuk komunikasi untuk menyampaikan informasi mengenai status risiko dan pengelolaannya kepada pemangku kepentingan internal maupun eksternal. 38. Pemangku kepentingan (stakeholders) Setiap orang atau organisasi yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi, atau menganggap dirinya dapat dipengaruhi oleh suatu keputusan atau kegiatan, dimana pengambil keputusan juga dianggap sebagai pemangku kepentingan. 39. Pemangku risiko (risk owner) Orang, bagian, atau organisasi yang mempunyai akuntabilitas dan kewenangan untuk mengelola risiko serta perlakuan risiko yang terkait. 40. Pembiayaan risiko (risk financing) Salah satu bentuk perlakuan risiko yang mencakup rencana kontingensi untuk penyediaan dana guna memenuhi kebutuhan dampak finansial yang mungkin terjadi. 41. Penerimaan risiko (risk acceptence) Keputusan yang matang untuk menerima suatu risiko tertentu, dimana: - Penerimaan risiko dapat terjadi tanpa proses perlakuan risiko atau ketika proses tersebut sedang berjalan. - Penerimaan risiko dapat pula berupa proses. - Risiko yang diterima harus dimonitor dan ditinjau ulang.
  • 19. BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 16 dari 102 42. Pengendalian (control) Kegiatan untuk mengubah tingkat risiko menjadi lebih rendah. Kegiatan pengendalian adalah hasil dari perlakuan risiko, dimana kegiatan pengendalian meliputi antara lain proses kerja, kebijakan, peralatan, praktek atau tindakan yang untuk mengubah risiko. 43. Pengendalian internal (internal control) Suatu proses yang didesain oleh Dewan Direksi, manajemen dan personil lainnya untuk menghadirkan suatu tingkat keyakinan yang memadai bahwa tujuan-tujuan tercapai dengan optimal seperti: efektifitas dan efisiensi operasi, kehandalan laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku. 44. Peninjauan/Kaji ulang (review) Kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kecocokan, kecukupan dan efektifitas sesuatu obyek atau sistem dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan, dimana pemantauan dapat dilaksanakan terhadap kerangka kerja manajemen risiko, proses manajemen risiko dan risiko itu sendiri. 45. Penggabungan risiko (risk aggregation) Proses untuk menggabungkan masing-masing risiko untuk memperoleh gambaran dan pemahaman terhadap risiko. 46. Penghindaran risiko (risk avoidance) Keputusan untuk tidak terlibat atau menarik diri dari suatu kegiatan berdasarkan pertimbangan peringkat risiko. Penghindaran risiko dapat merupakan hasil evaluasi risiko atau ketentuan hukum. 47. Peringkat risiko (level of risk) Besarnya atau kegawatan risiko dinyatakan melalui kombinasi besaran dampak dan kemungkinan. 48. Peristiwa (event) Kejadian atau perubahan yang terjadi pada suatu kondisi atau lingkungan tertentu, dimana: - Sifat, kemungkinan dan dampak dari suatu peristiwa tidak selalu dapat diketahui dengan baik; - Sebuah peristiwa dapat terjadi beberapa kali (berulang) dan akibat dari penyebab yang berbeda-beda;
  • 20. BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 17 dari 102 - Kemungkinan dari sebuah peristiwa dapat diperkirakan; - Sebuah peristiwa dapat terdiri pada satu atau lebih kondisi tertentu; - Sebuah peristiwa yang mempunyai dampak, seringkali disebut sebagai “kejadian”; 49. Peristiwa mengandung risiko (risk event) Adalah suatu peristiwa yang terjadi, baik yang telah diantisipasi maupun belum diantisipasi, dimana peristiwa tersebut memenuhi kualitas dan pengertian Risiko. 50. Perlakuan risiko (risk treatment) Proses untuk memodifikasi (mengeksploitasi dan mengendalikan) risiko. Perlakuan risiko meliputi: - Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak menjalankan pencapaian sasaran yang berisiko tersebut; - Mengambil atau meningkatkan nilai risiko dalam rangka mengeksploitasi peluang; - Menghilangkan atau menurunkan pengaruh dari sumber penyebab risiko; - Mengubah besar dan sifat dari kemungkinan timbulnya risiko; - Mengubah tingkat potensi kerugian sebagai dampak terjadinya risiko; - Berbagi risiko dengan pihak lain; - Mempertahankan tingkat risiko yang sudah aman; - Perlakuan risiko yang ditujukan untuk mengurangi dampak negatif risiko, seringkali disebut juga dengan istilah-istilah: mitigasi risiko, eliminasi risiko, pencegahan risiko dan reduksi risiko. - Perlakuan risiko dapat memodifikasi tingkat risiko yang ada atau menimbulkan risiko baru sebagai efek sampingnya. 51. Persepsi risiko (risk perception) Pandangan atau persepsi pemangku kepentingan terhadap risiko. Persepsi risiko menunjukkan kebutuhan, masalah dan pengetahuan pemangku kepentingan terhadap risiko. Selain itu, persepsi risiko dapat berbeda dengan data obyektif. 52. Peta risiko (risk map) Teknik untuk memperagakan dan menyusun tingkat risiko dengan menggambarkannya pada sumbu dampak dan kemungkinan.
  • 21. BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 18 dari 102 53. Prinsip “prepare for the worst” Prinsip yang mempertimbangkan pada kondisi yang paling buruk jika suatu peristiwa yang mengandung risiko terjadi. 54. Probabilitas (probability) Ukuran untuk menyatakan harapan terjadinya suatu peristiwa yang dinyatakan dalam angka 0 sampai dengan 1. Angka 0 menyatakan peristiwa tersebut tidak mungkin terjadi dan angka 1 menyatakan peristiwa tersebut pasti terjadi. 55. Profil risiko (risk profile) Gambaran keseluruhan atau sekumpulan risiko-risiko organisasi. Kumpulan risiko tersebut dapat merupakan kumpulan untuk seluruh organisasi atau untuk bagian tertentu dari organisasi, atau sesuai dengan kebutuhan. 56. Proses manajemen (management process) Serangkaian tindakan yang dilakukan manajemen untuk menjalankan suatu perusahaan. Enterprise Wide Risk Management (EWRM) adalah salah satu bagian dari dan terintegrasi dengan proses manajemen. Proses atau fungsi manajemen klasik adalah merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengarahkan dan mengawasi. 57. Proses manajemen risiko (risk management process) Penerapan secara sistematik kebijakan, prosedur dan praktik manajemen untuk pelaksanaan tugas dalam berkomunikasi dan konsultasi, menetapkan konteks, mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, memperlakukan, memonitor dan reviu risiko. 58. Rencana manajemen risiko (risk management plan) Dokumen yang merupakan bagian dari kerangka kerja manajemen risiko, yang berisikan cara-cara pendekatan, cara kerja manajemen, metodologi, teknik dan sumber daya yang akan diterapkan dalam manajemen risiko. Cara kerja manajemen meliputi prosedur, praktik, penugasan dan tanggung jawab, urutan kerja. Rencana manajemen risiko dapat diterapkan pada suatu produk tertentu, proses dan proyek, sebagian atau seluruh organisasi. 59. Rencana perlakuan risiko (risk treatment plan) Penjabaran strategi mitigasi dalam bentuk action plan yang harus menjadi bagian dari Rencana Kerja Operasional baik di tingkat Korporat maupun di tingkat Unit Kerja.
  • 22. BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 19 dari 102 60. Retensi risiko (risk retention) Kesedian untuk menerima beban kerugian, atau manfaat dari suatu risiko tertentu, dimana retensi risiko termasuk dalam menerima risiko tersisa. Peringkat risiko yang dapat diterima ditentukan oleh kriteria risiko. 61. Risiko (risk) Pengaruh dari ketidakpastian terhadap sasaran/tujuan (objectives). Pengaruh adalah suatu penyimpangan dari yang diharapkan baik positif atau negatif. Sasaran dapat mempunyai beberapa aspek, seperti misalnya aspek keuangan, kesehatan, keselamatan, lingkungan hidup dan juga mempunyai beberapa tingkatan seperti tingkat strategis, seluruh perusahaan, proyek, produk, jasa dan proses. Selain itu, risiko sering dinyatakan dengan mengacu pada suatu peristiwa yang mungkin terjadi, dampak peristiwa tersebut dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi pencapaian sasaran. Risiko sering pula dinyatakan dalam bentuk kombinasi dampak dan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa, atau perubahan situasi/lingkungan. 62. Risiko inheren/bawaan (inherent risk) Suatu risiko yang melekat pada proses bisnis suatu entitas yang mana apabila tidak dikelola dengan baik akan dapat meningkatkan likelihood dan impact dari risiko tersebut. Nilai Risiko Inheren adalah nilai risiko dengan tidak mempertimbangkan kontrol risiko yang telah ada. 63. Risiko saat ini (current risk) Nilai risiko inheren dengan mempertimbangkan kontrol risiko yang telah ada. 64. Risiko lintas perusahaan (cross-enterprises risks) Risiko yang saling terkait antara satu entitas ke entitas lain atau satu unit usaha ke unit usaha lain di dalam satu holding perusahaan. 65. Risiko tersisa (residual risk) Risiko yang masih ada setelah dilaksanakan perlakuan risiko. Salah satu yang termasuk risiko tersisa adalah risiko yang tidak teridentifikasi. Selain itu, risiko tersisa sering juga disebut sebagai retensi risiko yang ditahan. 66. Selera risiko (risk appetite) Jumlah dan jenis risiko yang siap untuk ditangani atau diterima oleh organisasi. 67. Sikap terhadap risiko (risk attitude) Cara pendekatan organisasi dalam melakukan asesmen risiko, apakah akan mengejar risiko (positif), menahan risiko, mengambil risiko atau justru menjauhi risiko.
  • 23. BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 20 dari 102 68. Sistem informasi manajemen risiko (risk management information system) Suatu sistem, umumnya berbasis teknologi informasi, yang didesain untuk : - mengklasifikasikan dan menghimpun data berdasarkan kategori, jenis dan sifat; - mengefektifkan dan mengefisienkan proses menghasilkan 69. Sistem pengendalian internal (internal control system) Sinonim untuk pengendalian/pengawasan internal yang diterapkan di dalam suatu entitas. 70. Sumber risiko (risk source) Segala sesuatu baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan lainnya mempunyai potensi melekat (inheren) yang dapat menimbulkan risiko. Risiko tidak akan terjadi bila tidak terjadi interaksi antara sumber risiko dengan orang, organisasi atau benda-benda lainnya. Sumber risiko dapat merupakan sesuatu yang terukur (tangible) atau yang tidak terukur (intangible). 71. Tingkat keuntungan (rate of return) Adalah suatu ukuran tingkat keuntungan dalam persentase yang dihitung dengan formula (Laba : Nilai Investasi). 72. Toleransi risiko (risk tolerance) Kesiapan organisasi dalam menanggung risiko setelah perlakuan risiko dalam upayanya mencapai sasaran organisasi. Ketentuan hukum dan peraturan perundangan dapat pula memberikan batasan terhadap toleransi risiko. 73. Unit kerja Unit-unit pada setiap tingkatan struktur organisasi yaitu Direktorat – Divisi – Urusan - Seksi, Kantor Cabang – Bagian – Unit – Perwakilan dan setara. 74. Uji kemampuan (stress testing) Adalah suatu pengujian perhitungan risiko yang dilakukan dengan menggunakan asumsi terburuk (worst scenario) yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan entitas menanggung kerugian yang terjadi apabila hal terburuk terjadi. 75. Risk Taking Unit (RTU) adalah suatu entitas yang mempunyai akuntabilitas dan kewenangan untuk mengelola suatu risiko;
  • 24. BAB II DEFINISI ISTILAH-ISTILAH No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 21 dari 102 76. Profil risiko: adalah gambaran atau uraian dari suatu kelompok risiko. (kelompok risiko ini dapat berisikan risiko-risiko yang terkait dengan Korporasi, Divisi, dan Kantor Cabang). 77. Pengendalian Risiko (risk control): adalah proses, kebijakan, alat dan perlengkapan, tindakan, metode atau berbagai pendekatan lainnya yang direncanakan atau yang sudah dilakukan (existing control) dan berimplikasi pada perubahan nilai risiko.
  • 25. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 22 dari 102 3.1 Pengantar a. Prinsip adalah dasar untuk berpikir dan bertindak. Dalam konteks penerapan manajemen risiko di Jasa Raharja, prinsip-prinsip manajemen risiko adalah hal-hal yang mendasari pengembangan dan aplikasi sistem manajemen risiko sekaligus sebagai parameter dasar untuk menilai sejauhmana tingkat kematangan sistem dan aplikasinya dalam penerapan manajemen risiko. b. Kerangka adalah rancang bangun konsep sebagai penjabaran dan aplikasi dari prinsip. Dalam konteks penerapan manajemen risiko di Jasa Raharja, kerangka manajemen risiko merupakan siklus tahapan penerapan manajemen yang sistematis berbasis pada PDCA (plan-do-check-action) yang bersifat dinamis, berulang dan responsif terhadap perubahan. c. Proses adalah rangkaian aktifitas yang dikembangkan secara sistematis dan terstruktur agar dapat menghasilkan outcome tertentu. Dalam konteks penerapan manajemen risiko di Jasa Raharja, proses manajemen risiko merupakan rangkaian tahapan efektifitas pengelolaan risiko yang dikembangkan sebagai bentuk penjabaran dari aspek implementasi manajemen risiko pada siklus kerangka manajemen risiko. d. Alur transformasi dari prinsip menjadi kerangka dan kemudian proses manajemen risiko dapat dilihat pada gambar 1.1. Hubungan 3 Komponen Sistem Manajemen Risiko, BAB I halaman 7. e. Dalam BAB III, akan diuraikan Prinsip-prinsip Manajemen Risiko yang kemudian dijabarkan dalam bentuk Kerangka Manajemen Risiko. Sementara Proses Manajemen Risiko akan diuraikan secara lebih rinci pada BAB IV-VI. 3.2 Prinsip Manajemen Risiko Kerangka kerja penerapan manajemen risiko perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Prinsip-prinsip yang menjadi panduan dasar bagi setiap Risk Taking Unit (RTU), yaitu: 1. Manajemen risiko harus terintegrasi ke dalam proses bisnis; a) Setiap pejabat di semua level organisasi merupakan RTU yang memiliki otoritas dan kewenangan untuk mengelola risiko pada unit kerja yang dipimpinnya. b) Proses manajemen risiko tidak dapat berdiri sendiri dan terpisah dari proses bisnis inti maupun proses penunjangnya, karena itu setiap RTU harus menjadikan manajemen risiko sebagai bagian integral dari setiap proses bisnis yang menjadi tanggung jawabnya.
  • 26. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 23 dari 102 2. Manajemen risiko adalah khas untuk penggunanya (tailor made); Setiap RTU di semua level organisasi harus memastikan bahwa risiko yang diidentifikasi dan dikelola pada unit kerja yang dipimpinnya merupakan risiko yang bersumber dari dan diukur berdasarkan kriteria yang relevan dengan konteks unit kerjanya, baik konteks internal maupun eksternal. 3. Manajemen risiko harus memberikan nilai tambah; Setiap RTU di semua level organisasi harus dapat menciptakan dan mempertahankan nilai tambah dengan menggunakan manajemen risiko untuk membantu mencapai setiap sasaran dan sekaligus meningkatkan kinerja. Setiap langkah yang diambil untuk mencapai sasaran dan meningkatkan kinerja, dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengelola risiko yang dapat merugikan. Nilai tambah terjadi manakala sasaran tercapai/terlampaui dan kinerja meningkat. 4. Manajemen risiko secara khusus menangani ketidakpastian; Ketidakpastian dan risiko saling terkait. Setiap langkah pencapaian sasaran selalu bersifat tidak pasti, karena selalu ada kemungkinan terjadi kekeliruan. Setiap RTU harus menggunakan manajemen risiko untuk mengidentifikasi dan menetapkan sifat (nature) dan jenis ketidakpastian yang dihadapi oleh unit kerja yang dipimpinnya serta menemukenali apa yang dapat dilakukan guna mengatasi ketidakpastian tersebut. 5. Manajemen risiko adalah bagian dari proses pengambilan keputusan; Proses manajemen risiko merupakan bagian integral dari prosedur pengambilan keputusan yang berlaku formal maupun informal. Setiap RTU harus mempertimbangkan setiap risiko dari keputusan yang akan dibuat dan menyiapkan langkah-langkah antisipasinya. b. Prinsip-prinsip pengelolaan risiko yang menjadi dasar pembentukan infrastruktur penunjang bagi RTU : 6. Manajemen risiko harus transparan, inklusif, dan relevan; a) Pengelolaan risiko harus transparan dalam arti memungkinkan aktifitas proses manajemen risiko dapat dipantau dan diakses oleh para pihak yang berkepentingan;
  • 27. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 24 dari 102 b) Pengelolaan risiko harus bersifat inklusif dengan cara: i. Melibatkan peran serta para pemangku kepentingan sesuai kebutuhan (proporsional dan pada saatnya) dan memastikan bahwa pengaruh pemangku kepentingan dipertimbangkan pada saat menetapkan kriteria risiko. ii. Melibatkan peranserta dari semua pejabat pengambil keputusan di semua level dan bagian organisasi secara proposional dan pada saatnya. c) Pengelolaan risiko harus senantiasa relevan dengan kebutuhan dan terkini. 7. Manajemen risiko harus sistematis, terstruktur dan tepat waktu; Perusahaan mengembangkan sistem manajemen risiko yang terstruktur, sistematis dan tepat waktu dalam arti dapat: a) memberikan kontribusi untuk efisiensi perusahaan, b) memberikan hasil(output) yang konsisten dan andal(reliable) sehingga dapat diperbandingkan dengan pihak lain. 8. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia; a) Perusahaan menjamin input yang digunakan dalam mengelola risiko telah berbasis pada sumber informasi yang terpercaya dengan menggunakan: i. Tenaga ahli terbaik yang tersedia guna mendapatkan penilaian yang terbaik. ii. Pengalaman yang terbaik. iii. Pengamatan yang terbaik. iv. Data historis yang terbaik. v. Teknik peramalan yang terbaik. vi. Umpan balik dari pemangku kepentingan yang terpercaya. b) Perusahaan menjamin setiap RTU dapat memahami dan mempertimbangkan keterbatasan serta kekurangan dari setiap data yang digunakan dalam mengelola risiko dengan cara mempertimbangkan: i. Keterbatasan dan kelemahan dari setiap model analisis yang digunakan. ii. Pendapat berbagai macam ahli dari berbagai sudut pandang.
  • 28. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 25 dari 102 9. Manajemen risiko bersifat dinamis, berulang, dan tanggap terhadap perubahan; Perusahaan menjamin penggunaan pendekatan yang dinamis dan responsif dalam mengelola risiko dengan cara: a) Memastikan bahwa proses manajemen risiko yang digunakan dapat mendeteksi perubahan dan meresponsnya secara tepat dengan cara: i. Memantau, mengkaji dan merespons setiap perubahan pada konteks bisnis termasuk timbulnya peristiwa di dalam dan di luar perusahaan yang memiliki pengaruh berbahaya. ii. Memantau, mengkaji dan merespons setiap perubahan pada profil risiko dengan cara mengatasi perubahan risiko maupun risiko baru yang muncul. iii. Memantau, mengkaji dan merespons perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berpengaruh terhadap konteks bisnis perusahaan. b) Memastikan bahwa proses manajemen risiko yang digunakan dapat berulang dalam bentuk siklus agar risiko-risiko yang belum terindentifikasi atau belum muncul pada siklus proses yang pertama kali, dapat ditemukenali dan ditanggulangi pada siklus-siklus berikutnya. 10. Manajemen risiko harus memfasilitasi terjadinya perbaikan dan peningkatan organisasi secara berkelanjutan; Manajemen risiko bermanfat untuk peningkatan perbaikan di semua aspek tata kelola perusahaan. Untuk itu perusahaan menjamin adanya pengembangan dan pelaksanaan berbagai strategi peningkatan sistem manajemen risiko yang digunakan melalui berbagai program peningkatan maturitas penerapan manajemen risiko. 11. Manajemen risiko mempertimbangkan faktor manusia dan budaya; Perusahaan menjamin bahwa sistem manajemen risiko yang digunakan dapat mengenali dan mempertimbangkan faktor manusia dan budaya perusahaan yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran mulai dari level korporat hingga level unit terkecil dengan cara: a) Mempertimbangkan bagaimana kapabilitas orang-orang, baik yang di internal perusahaan maupun dari eksternal dapat menunjang atau menghambat pencapaian sasaran.
  • 29. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 26 dari 102 b) Mempertimbangkan bagaimana persepsi orang-orang, baik yang di internal perusahaan maupun yang dari eksternal dapat menunjang atau menghambat pencapaian sasaran. c) Mempertimbangkan bagaimana kepedulian orang-orang, baik yang di internal perusahaan maupun yang dari eksternal dapat menunjang atau menghambat pencapaian sasaran. 3.3 Kerangka Kerja Untuk Mengelola Risiko a. Desain Kerangka Kerja Pengelolaan Risiko 1. Kerangka kerja pengelolaan risiko adalah seperangkat komponen yang menunjang dan menopang penerapan manajemen risiko di seluruh area perusahaan. Terdapat dua tipe komponen yaitu: a) Komponen-komponen yang bersifat mendasar yaitu kebijakan manajemen risiko, sasaran pengelolaan risiko, mandat dan komitmen. b) Komponen-komponen yang bersifat penataan organisasional yaitu perencanaan manajemen risiko, tata hubungan, akuntabilitas para pelaku, sumberdaya, proses dan aktifitas yang dilaksanakan untuk mengelola risiko. Seluruh perangkat komponen, baik yang bersifat mendasar maupun yang bersifat penataan organisasional didesain secara sistematis dan terstruktur sebagaimana gambar 3.1. Gambar 3.1. Skema Kerangka Kerja Manajemen Risiko Jasa Raharja
  • 30. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 27 dari 102 2. Gambar 3.1. menunjukkan bahwa kerangka kerja pengelolaan risiko menempatkan proses penerapan manajemen risiko berada pada dua proses tatakelola yaitu: a) Proses strategis di tingkat korporat mencakup: i. Penetapan mandat dan komitmen ii. Perencanaan dan pengorganisasian manajemen risiko iii. Pembangunan kapabilitas organisasi iv. Evaluasi disertai perbaikan berkelanjutan b) Proses operasional di tingkat unit kerja mencakup seluruh rangkaian proses manajemen risiko, mulai dari tahap penetapan konteks, asesmen risiko, sampai perlakuan risiko. Di setiap tahap tersebut terdapat aktifitas penunjang, yaitu: komunikasi & konsultasi serta pemantauan &kaji ulang guna memastikan seluruh proses berjalan secara efektif dan efisien. 3. Rincian penjelasan desain kerangka kerja pengelolaan risiko sebagaimana gambar 3.1 di atas, adalah sebagai berikut Mandat dan Komitmen a) Pengertian i. Mandat adalah seperangkat instruksi disertai kewenangan yang dipercayakan kepada pihak tertentu untuk dilaksanakan secara bertanggungjawab guna mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks manajemen risiko, mandat merupakan tugas dan wewenang yang diterima Direksi dan Dewan Komisaris dari Pemegang Saham untuk menjalankan misi dan visi perusahaan dengan cara mengatasi berbagai risiko yang menghambat. ii. Pada gilirannya mandat ini dituangkan dalam bentuk standar, kebijakan dan instruksi pengelolaan risiko yang harus dijalankan oleh RTU dan seluruh karyawan sesuai otoritas dan kewenangannya masing-masing. iii. Komitmen adalah keterikatan moral karena adanya perjanjian untuk melaksanakan sesuatu. Dalam konteks manajemen risiko, komitmen adalah tanggungjawab moral para RTU untuk mengelola risiko sesuai mandat yang diterima.
  • 31. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 28 dari 102 b) Kebijakan Umum Manajemen Risiko. i. Jasa Raharja menetapkan Kebijakan Umum Manajemen Risiko yang berisi komitmen Direksi dan seluruh Pegawai Jasa Raharja untuk: (1) Menerapkan manajemen risiko secara terpadu dan bersinergi, mengingat risiko merupakan pertimbangan penting pada setiap perencanaan dan pengambilan keputusan dalam mencapai tujuan Perusahaan. (2) Memastikan setiap proses bisnis yang dijalankan di setiap tingkatan organisasi Perusahaan aman dari efek negatif setiap risiko yang melekat pada proses bisnis tersebut dan dapat mengoptimalkan peluang dari efek positif yang ada. (3) Memastikan terkendalinya segala risiko yang dapat mengganggu keselamatan, keamanan dan kenyamanan para pengguna jasa maupun pemangku kepentingan lainnya. (4) Mematuhi peraturan perundangan-undangan yang berlaku sebagai cara mengendalikan risiko legal perusahaan. (5) Menjalankan sistem manajemen risiko yang berbasis pada suatu standar yang diakui dan berlaku di industri asuransi atau lembaga jasa keuangan. (6) Menyadari dan peduli terhadap risiko dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing. ii. Rumusan Kebijakan Umum Manajemen Risiko Jasa Raharja dituangkan dalam selembar “piagam” yang ditempatkan pada setiap lokasi kerja sebagai artefak budaya sadar risiko Jasa Raharja. c) Standar Manajemen Risiko i. Perusahaan menggunakan standar internasional SNI ISO 31000:2011 beserta alat kelengkapan penunjangnya yang dibuat dan dipublikasikan oleh International Organisation for Standardization (ISO) sebagai dasar dalam penerapan manajemen risiko di lingkungan perusahaan. Pertimbangan yang mendasaripenggunaan standar SNI ISO 31000:2011 antara lain: (1) SNI ISO 31000:2011 memiliki struktur yang lebih lengkap dan lebih sistematis serta lebih mudah diterapkan dibandingkan dengan model atau standar manajemen risiko lainnya.
  • 32. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 29 dari 102 (2) Komponen kerangka kerja SNI ISO 31000:2011 memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab para risk taking unit dan terutama pada penanggung jawab organisasi dalam bentuk penyusunan Risk Governance; (3) SNI ISO 31000:2011 mempunyai terminologi yang komprehensif dan konsisten, sesuai dengan standar ISO/IEC Guide 73:2009 Risk Management – Vocabulary. Hal ini akan mempermudah sistem komunikasi dan pelaporan; (4) SNI ISO 31000:2011 juga menyediakan pilihan teknik-teknik asesmen risiko sebagaimana diuraikan dalam standar IEC/FDIS 31010:2009, Risk Management – Risk Assessment Techniques; (5) SNI ISO 31000:2011 menjamin terjadinya pengayaan proses (process enrichment) melalui:  Penyediaan kerangka kerja yang lebih umum sehingga dapat menampung semua model manajemen risiko yang ada dalam satu payung, yaitu SNI ISO 31000:2011;  Menjadikan proses manajemen risiko menjadi bagian yang tak terpisahkan (sub-proses) dari keseluruhan proses bisnis yang sudah ada.  SNI ISO 31000:2011 mempunyai struktur yang menunjang proses manajemen perubahan terkait dengan penerapannya. ii. Divisi Manajamen Risiko dan Penelitian Pengembangan berkoordinasi dengan para risk taking unit memantau dan mengkaji ulang sistem manajemen risiko perusahaan agar senantiasa sesuai dengan tuntutan standar SNI ISO 31000:2011. d) Penetapan Pedoman Manajemen Risiko i. Perusahaan menetapkan pedoman manajemen risiko sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan dan merupakan bagian dari GCG sekaligus meningkatkan nilai perusahaan (corporate value), yang selanjutnya disebut Pedoman Manajemen Risiko berbasis SNI ISO 31000:2011. ii. Perusahaan berkomitmen untuk mewujudkan semua tuntutan/instruksi dan panduan kebijakan dalam Pedoman Manajemen Risiko dengan cara: (1) Menjamin adanya indikator kinerja yang jelas dalam pengelolaan risiko dan diberlakukannya metode/mekanisme pengukuran kinerja
  • 33. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 30 dari 102 pengelolaan risiko oleh penanggungjawab RTU dan seluruh jajarannya. (2) Memastikan bahwa setiap sasaran pengelolaan risiko memenuhi syarat SMART (spesific, measurable, achievable, realistic, and timely). (3) Mengalokasikan secara memadai sumberdaya perusahaan bagi efektifitas kelancaran dan keberhasilan proses pengelolaan risiko. (4) Mengkomunikasikan manfaat penerapan manajemen risiko secara berkesinambunganan pada setiap kesempatan. (5) Menjamin adanya tanggungjawab dalam mengelola risiko bagi setiap pimpinan unit kerja (pejabat manajerial) dan pegawai, serta memahami bagaimana memperoleh manfaat manajemen risiko bagi peningkatan kinerjanya. (6) Memastikan bahwa kerangka kerja manajemen risiko sudah sesuai dengan standar dan memadai serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. iii. Setiap RTU di setiap tingkatan organisasi bertanggung jawab menerapkan Pedoman Manajemen Risiko sesuai tanggung jawab dan kewenangan yang dimilikinya. iv. Setiap pegawai bertanggungjawab menemukenali/mengidentifikasi risiko yang menghambat pencapaian sasaran kerja dan menanggulanginya sesuai ketentuan dalam Pedoman Manajemen Risiko. v. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan bertanggung jawab mengembangkan, memelihara sistem manajemen risiko dan memastikan bahwa setiap RTU dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab pengelolaan risiko sesuai kewenangannya masing-masing. vi. Perusahaan menjamin tersedianya mekanisme pelaporan pengelolaan risiko yang mencakup berbagai informasi dan data penting mengenai setiap jenis risiko yang ditangani. Perencanaan dan Pengorganisasian Kerangka Kerja Pengelolaan Risiko a) Pengenalan Konteks Perusahaan i. Sebelum menyusun perencanaan manajemen risiko, maka RTU harus mengevaluasi dan memahami pengaruh, kecenderungan (trends), dan faktor-faktor kunci dari konteks bisnisnya yang meliputi konteks eksternal dan internal, termasuk pengaruh dan dampaknya terhadap pencapaian sasaran pada unit kerjanya.
  • 34. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 31 dari 102 ii. Konteks eksternal meliputi: (PESTLE) (1) Kondisi sosial dan budaya. (2) Kondisi politik. (3) Kondisi hukum. (4) Kondisi ekonomi lokal, nasional, regional maupun internasional. (5) Kondisi lingkungan alam. (6) Kondisi persaingan usaha. (7) Tipe para pemangku kepentingan eksternal. iii. Konteks internal meliputi: (1) Tipe para pemangku kepentingan internal. (2) Struktur tata kelola perusahaan. (3) Sasaran dan strategi perusahaan ditingkat korporat dan unitkerja. (4) Kapabilitas perusahaan, termasuk proses dan prosedur. (5) Budaya dan etika perusahaan. (6) Berbagai sistem dan standar manajemen yang dianut perusahaan. (7) Kondisi kontrak manajemen. b) Roadmap Penerapan Manajemen Risiko i. Roadmap penerapan manajemen risiko merupakan rencana tahapan pengembangan penerapan manajemen risiko yang sejalan dengan kebutuhan pertumbuhan perusahaan, sebagai dasar bagi perencanaan pengelolaan risiko per tahun. ii. Roadmap penerapan manajemen risiko perusahaan disusun berdasarkan kerangka maturitas organisasi dalam menerapkan manajemen risiko (Risk Maturity Model) yang terdiri dari beberapa level perkembangan,mulai dari level terendah hingga level tertinggi. iii. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan mengkaji dan merekomendasikan model maturitas risiko untuk kemudian dilakukan asesmen tingkat maturitas pengelolaan risiko secara berkala yang dapat digunakan sebagai dasar penyusunan Roadmap Manajemen Risiko perusahaan. iv. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan bertanggungjawab untuk mengkaji, menyusun, mengevaluasi dan
  • 35. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 32 dari 102 menyempurnakan Roadmap Manajemen Risiko perusahaan serta menyampaikan rekomendasi kepada Direksi untuk ditetapkan. c) Struktur Pengelolaan Risiko (risk governance) i. Perusahaan menjamin struktur tata kelola risiko yang memadai sehingga penerapan manajemen risiko secara terintegrasi dapat berjalan lancar. Ruang lingkup struktur tata kelola risiko mencakup seluruh jenjang organisasi termasuk akuntabilitas dari masing-masing pihak. ii. Jasa Raharja membagi area pengelolaan risiko atas tiga bagian besar yaitu: (1) Pengelolaan risiko di tingkat Korporat, (2) Pengelolaan risiko di tingkat Unit Kerja Kantor Pusat, (3) Pengelolaan risiko di tingkat Kantor Cabang Gambar 3.2. Struktur Pengelolaan Risiko iii. Gambar 3.2 menunjukkan bahwa setiap Sasaran di tingkat Korporat/Direktorat harus dijabarkan (cascading) menjadi Sasaran unit kerja di Kantor Pusat dan Kantor Cabang. Sebaliknya, informasi mengenai nilai risiko dari tingkat unit kerjadi Kantor Cabang maupun unit kerja Kantor Pusat, diagregasikan (aggregating) menjadi informasi nilai risiko Korporat/Direktorat.
  • 36. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 33 dari 102 iv. Setiap pegawai harus menemukenali dan mengendalikan risiko yang menghambat pencapaian sasaran kerja (job objectives) yang menjadi tanggung jawabnya. v. Tanggung jawab setiap pegawai pada huruf iv di atas, menjadi bagian dari sistem manajemen kinerja perusahaan. vi. Berikut adalah penjabaran struktur tata kelola risiko Jasa Raharja : (1) Dewan Komisaris (a) Dewan Komisaris adalah pemegang mandat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk mengawasi pengelolaan operasional perusahaan oleh Direksi, termasuk di dalamnya memastikan bahwa penerapan manajemen risiko berjalan secara efektif dan efisien. (b) Tanggungjawab dan wewenang Dewan Komisaris meliputi:  Mengevaluasi kebijakan manajemen risiko korporat sekurang- kurangnya satu kali atau lebih dalam setahun,dalam hal terdapat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usaha perusahaan secara signifikan,  Mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan kebijakan pengelolaan risiko yang dilakukan minimal satu kali dalam setahun,  Mengevaluasi setiap risiko yang melekat pada permohonan atau usulan Direksi yang berkaitan dengan aktifitas usaha perusahaan yang melampaui kewenangan Direksi guna tindaklanjut sesuai ketentuan hukum yang berlaku;  Dapat membentuk Komite Manajemen Risiko untuk membantu Dewan Komisaris dalam mengawasi penerapan manajemen risiko oleh Direksi. (2) Komite Manajemen Risiko (a) Dewan Komisaris dapat membentuk Komite Manajemen Risiko untuk membantu mengawasi penerapan manajemen risiko oleh Direksi. (b) Tanggungjawab dan wewenang Komite Manajemen Risiko meliputi:  Melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara kebijakan manajemen risiko dan pelaksanaannya serta memberikan rekomendasi terkait hal tersebut kepada Dewan Komisaris,
  • 37. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 34 dari 102  Mengevaluasi berbagai risiko audit (audit risks)yang melekat pada setiap program audit perusahaan, baik oleh SPI maupun auditor eksternal,dan memberi rekomendasinya kepada Dewan Komisaris,  Mengkaji risiko melekat pada setiap tugas Dewan Komisaris guna memberi rekomendasi yang tepat bagi pengambilan keputusan maupun setiap tindakan korporasi yang diambil oleh Dewan Komisaris. (3) Direksi (a) Direksi merupakan pemegang mandat RUPS dalam hal pengelolaan operasional perusahaan sehingga menjadi penanggungjawab akhir pengelolaan risiko perusahaan. (b) Tanggungjawab dan wewenang Direksi meliputi:  Menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan risiko secara tertulis, termasuk penetapan persetujuan kriteria risiko,  Bertanggung jawab atas implementasi kebijakan pengelolaan risiko perusahaan,  Memastikan kepatuhan terhadap kebijakan pengelolaan risiko perusahaan,  Membentuk struktur tatakelola risiko yang proporsional untuk menerapkan manajemen risiko yang efektif dan efisien di tingkat korporat,  Menjamin alokasi sumberdaya perusahaan termasuk peningkatan kompetensi SDM sesuai kebutuhan penerapan manajemen risiko,  Menjamin terlaksananya mekanisme kaji ulang secara berkala terhadap keandalan sistem pengelolaan risiko,  Melaporkan profil risiko perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sesuai ketentuan hukum yang berlaku. (4) Forum Manajemen Risiko (a) Forum Manajemen Risiko adalah forum komunikasi yang dapat dibentuk oleh Direksi, terdiri dari Direksi dan para pimpinan unit kerja Kantor Pusat untuk memantau dan mengevaluasi status profil risiko korporat dalam rangka pelaporan kepada para pemangku kepentingan, agar selaras dengan pengambilan keputusan strategis perusahaan dan ketentuan hukum. Forum
  • 38. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 35 dari 102 Manajemen Risiko merupakan wadah untuk membangun kesadaran dan kewaspadaan risiko bagi pimpinan perusahaan yang dalam implementasi pelaksanaan tugasnya dapat mengundang tenaga ahli independen untuk memberikan saran dalam menghadapi masalah pengelolaan risiko secara optimal, (b) Forum Manajemen Risiko bersifat adhoc dengan komposisi yang terdiri dari Direktur Manajemen Risiko dan Teknologi Informasi sebagai Ketua Forum, Kepala Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan sebagai Sekretaris dan seluruh pimpinan unit kerja di perusahaan sebagai anggota, (c) Wewenang dan tanggung jawab Forum Manajemen Risiko meliputi:  Mengkaji profil risiko korporat yang diajukan oleh Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangandan menyampaikan rekomendasi kepada Direksi,  Mengkaji hambatan-hambatan dalam penerapan sistem manajemen risiko berdasarkan laporan pemantauan dan kaji ulang oleh risk taking unit dan merekomendasikan langkah- langkah penyelesaiannya. (5) Komite Investasi (a) Komite Investasi adalah komite yang dibentuk oleh Direksi, terdiri dari Direksi sebagai Pembina yang untuk kemudian menunjuk Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris serta Anggota Komite yang berasal dari pimpinan unit kerja, pejabat dan pegawai di Kantor Pusat. (b) Wewenang dan tanggung jawab Komite Investasi adalah sebagai berikut  Membantu Direksi untuk menelaah rancangan komposisi portofolio investasi atau usulan investasi,  Memberikan rekomendasi kepada Direksi terhadap penempatan investasi sebagaimana dimaksud pada point (c),  Membantu Direksi untuk melakukan pemantauan dan penilaian pelaksanaan penempatan investasi,  Jika dipandang perlu, Komite Investasi dapat melakukan koordinasi secara langsung dengan Divisi Investasi untuk melakukan klarifikasi atas perencanaan dan atau pelaksanaan penempatan investasi, serta dapat pula meminta
  • 39. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 36 dari 102 pendapat atau kajian risiko dari Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan untuk mendapatkan rekomendasi yang lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. (c) Penempatan investasi yang harus mendapatkan rekomendasi dari Komite Investasi adalah  Penyertaan langsung,  Bangunan dengan strata title atau tanah dan bangunan untuk investasi,  Penempatan diatas Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah) per transaksi kecuali Deposito, Sertifikat Deposito, Deposito On Call pada Bank Pemerintah, SBI, dan surat Berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah,  Atas permintaan Direksi. (6) Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan (a) Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan menjalankan fungsi pengembangan, pemeliharaan dan evaluasi sistem manajemen risiko. Dalam konteks ini, Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan tidak dapat mengambil alih tanggungjawab para RTU dalam mengelola risiko pada unit kerjanya. (b) Wewenang dan tanggungjawab Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan meliputi:  Mengembangkan, memelihara, mengevaluasi validitas dan kapasitas sistem manajemen risiko perusahaan,  Membuat format dan formula kriteria risiko korporat serta kriteria risiko unit kerja,selanjutnya mengusulkan kepada Direksi,  Menjadi fasilitator dan katalisator dalam penerapan sistem manajemen risiko terintegrasi yang dilakukan oleh para RTU. Selanjutnya memastikan bahwa para RTU serta jajarannya memiliki kompetensi yang memadai untuk mengelola risiko sesuai ketentuan dalam Pedoman Manajemen Risiko,  Mengevaluasi register risiko berikut evidence pengendalian risiko yang dilaporkan RTU dengan membandingkan Laporan Hasil Audit RTU oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI), KPI RTU, SPO, Peraturan dan Kebijakan, serta hasil kajian perusahaan terkini.
  • 40. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 37 dari 102  Memberikan feedback kepada RTU dan hasil evaluasi register risiko kepada SPI sebagai masukan pelaksanaan Audit Berbasis Risiko,  Melakukan proses learning from experience melalui manajemen peristiwa kerugian (Loss Event Management) secara berkala dan konsisten,  Menyusun, memelihara, memantau dan mengkaji perkembangan status risiko korporat sesuai dinamika perubahan database risiko yang dilaporkan para RTU. Selanjutnya melaporkan kepada Direksi secara menyeluruh dalam bentuk profil/portofolio risiko,  Mengevaluasi aplikasi sistem manajemen risiko melalui pemantauan dan kaji ulang terhadap laporan pengelolaan risiko oleh RTU serta merekomendasikan langkah-langkah perbaikan sistem kepada Direksi,  Memberikan opini/kajian terhadap semua kebijakan perusahaan, tindakan korporat (corporate action), dan penempatan investasi dari sudut pandang manajemen risiko guna mendukung pengambilan keputusan strategis oleh Direksi. (7) Unit Kerja Teknis atau Risk Taking Unit (RTU) (a) Direktur dan pimpinan unit kerja di setiap tingkatan organisasi merupakan penanggungjawab RTU. (b) Wewenang dan tanggungjawab penanggungjawab RTU meliputi:  Menentukan konteks kegiatan pada unit kerja sebagai dasar bagi proses asesmen risiko,  Memahami karakteristik setiap risiko yang melekat pada rangkaian kegiatan agar perlakuan risiko (risk treatment) dapat berjalan efektif dalam rangka lebih memastikan pencapaian sasaran dan Key Performace Indicator (KPI) yang telah ditetapkan,  Memastikan bahwa perlakuan risiko berlangsung secara tepat-biaya (cost-effective),  Pimpinan unit kerja mengusulkan satu orang bawahan kepada Direksi melalui Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan, untuk diangkat sebagai risk
  • 41. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 38 dari 102 officer guna dilatih secara khusus dan berjenjang agar dapat memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan proses manajemen risiko pada unit kerja masing-masing,  Memastikan bahwa proses manajemen risiko terintegrasi ke dalam setiap sistem manajemen atau proses bisnis yang dijalankan oleh unit kerja yang dipimpinnya,  Memastikan bahwa pemantauan terhadap dinamika status risiko dapat terlaksana secara reguler melalui rapat koordinasi pada unit kerja yang dipimpinnya, dan melaporkan apabila terjadi kejadian risiko dan tindakannya,  Mampu menunjukkan adanya pengendalian risiko yang efektif, dan juga adanya pemantauan dan transparansi terhadap efektifitas pengendalian risiko tersebut,  Melaporkan secara berkala profil risiko RTU kepada Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan dalam bentuk register risiko,  Melaporkan secara sistematis (jelas, wajar, dan tepat waktu) kepada Direksi setiap perubahan konteks (lingkungan) bisnis atau kejadian risiko yang dapat memicu perubahan profil risiko pada unit kerja yang yang dipimpinnya, melalui Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan. (8) Peran Individu Pegawai Perusahaan membudayakan proses manajemen risiko dengan cara memasukkan aspek-aspek relevan dari proses manajemen risiko ke dalam uraian pekerjaan, penyusunan rencana kerja dan KPI yang diturunkan dari Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat hingga Pelaksana Administrasi, sehingga setiap individu dalam perusahaan dapat memahami: (a) Berbagai risiko yang berhubungan dengan peran dan aktifitas masing-masing, (b) Bagaimana pengelolaan risiko terkait dengan keberhasilan perusahaan, (c) Bagaimana pengelolaan risiko membantu tiap individu dalam mencapai sasaran dan target KPI individu,
  • 42. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 39 dari 102 (d) Akuntabilitas individu terkait dengan risiko tertentu dan bagaimana tiap individu mengelolanya, (e) Bagaimana tiap individu dapat berkontribusi kepada perbaikan berkesinambungan dari proses pengelolaan risiko, (f) Bahwa manajemen risiko adalah bagian kunci dari budaya perusahaan, (g) Kebutuhan laporan secara sistematis tentang timbulnya risiko baru atau gagalnya suatu metode perlakuan yang digunakan kepada atasan langsung. (9) Dalam mengelola risiko pada unit kerjanya, penanggungjawab RTU dibantu oleh Risk Officer. (a) Risk Officer membutuhkan kompetensi teknis dalam memfasilitasi proses manajemen risiko pada RTU. Perusahaan dapat menunjuk risk officer di tingkat unit kerja, untuk dilatih secara khusus dalam hal penguasaan teknis proses manajemen risiko agar dapat menjalankan fungsi fasilitator pada unit kerjanya masing-masing. (b) Apabila risk officer dimutasi, maka penanggungjawab RTU dapat menunjuk penggantinya pada unit kerjanya untuk menjalankan peran administratif (pencatatan dan penyimpanan) data risiko pada unit kerjanya masing-masing. (c) Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan berkoordinasi dengan Divisi Sumber Daya Manusia, untuk memastikan adanya program pelatihan berjenjang bagi para risk officer guna kelancaran pelaksanaan peran fungsionalnya. (10) Satuan Pengawasan Intern (SPI) menjalankan fungsi assurance atas pelaksanaan manajemen risiko di perusahaan yaitu dengan (a) Melakukan tinjau ulang dan evaluasi bahwa proses manajemen risiko baik rancang bangun dan implementasinya telah berjalan sesuai dengan prinsip dan kerangka manajemen risiko, (b) Memastikan bahwa risiko yang dilaporkan oleh RTU dan yang menjadi isu pada saat dilaksanakan audit telah dikelola dengan baik termasuk menguji efektivitas atas pelaksanaan perlakuan risiko,
  • 43. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 40 dari 102 (c) Melakukan verifikasi atas kualitas proses asesmen risiko, status perlakuan risiko, dan pelaporan risiko (11) Alokasi Sumberdaya Pengelolaan Risiko Perusahaan mendukung kebutuhan struktur tatakelola risiko (risk governance) dengan cara mengalokasikan sumberdaya perusahaan secara proporsional dalam bentuk: (a) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan dengan mempertimbangkan risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran perusahaan, (b) Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan berkoordinasi dengan Divisi SDM terkait pengembangan dan penempatan SDM dengan kualifikasi di bidang manajemen risiko dengan jumlah dan penguasaan kompetensi yang memadai sesuai kebutuhan pada tiap tingkatan struktur organisasi, (c) Pengembangan sistem informasi, alat bantu, dan pengelolaan pengetahuan (knowledge management). Pengembangan Kapabilitas dan Kapasitas a) Komunikasi dan Informasi Manajemen Risiko i. Pedoman Manajemen Risiko harus dikomunikasikan kepada seluruh pegawai agar dapat dipahami dan dilaksanakan. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan bertanggungjawab menyusun program sosialisasi yang sistematis dan terstruktur. ii. Setiap informasi yang relevan harus diidentifikasi, disimpan, diolah dan dikomunikasikan dalam bentuk yang informatif, terstruktur serta tepat waktu kepada pihak-pihakyang berkepentingan dengan pengelolaan risiko perusahaan, baik internal maupun eksternal. Sistem manajemen risiko berbasis teknologi informasi perlu dikembangkan secara terus- menerus sesuai kebutuhan efektifitas dan efisiensi pengelolaan risiko. iii. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan mengembangkan mekanisme komunikasi dengan para pemangku kepentingan internal maupun eksternal,dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan dan pertukaran informasi yang efektif,
  • 44. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 41 dari 102 pemenuhan kecukupan informasi sesuai dengan kebijakan yang berlaku serta kebutuhan tata kelola yang baik sebagaimana gambar 3.3. Gambar 3.3. Mekanisme Komunikasi Pengelolaan Risiko (1) Mekanisme komunikasi tersebut juga mengatur mengenai sumber laporan, proses penyusunan laporan serta distribusi dan publikasi, termasuk kriteria mengenai klasifikasi kerahasiaan (diatur dalam Pedoman Pengendalian Informasi). (2) Khusus untuk publikasi informasi risiko perusahaan kepada pihak eksternal,dilakukan oleh Sekretariat Perusahaan. b) Akuntabilitas Pelaku Manajemen Risiko Perusahaan memastikan bahwa peran dan tanggungjawab harus dikomunikasikan dengan baik, didukung dan dipahami serta dilakukan melalui uraian tugas dan KPI individu yang relevan. Sesuai Gambar 3.4. pembedaan yang jelas diberlakukan bagi mereka yang melakukan: i. Desain atau rancang bangun sistem ii. Implementasi sistem
  • 45. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 42 dari 102 iii. Evaluasi sistem iv. Perbaikan berkesinambungan Gambar 3.4.Kuadran Pembagian Peran & Tanggung Jawab Manajemen Risiko c) Kompetensi Manajemen Risiko Untuk membangun kapabilitas yang mendasar bagi pengintegrasian manajemen risiko ke dalam proses bisnis perusahaan, maka strategi pelatihan dikembangkan dengan cara: i. Menggunakan kerangka manajemen risiko dan proses manajemen risiko untuk mengidentifikasi kompetensi inti yang dipersyaratkan, ii. Konsultasi dengan para pemangku kepentingan untuk memahami harapan mereka terhadap kapabilitas pengelolaan risiko perusahaan, iii. Menyadari berbagai kendala dan kapasitas perusahaan dalam memenuhi harapan para pemangku kepentingan, Desain Sistem MR • Pengembangan • Pemeliharaan Implementasi Sistem • Rencana implementasi • Pelaksanaan • Sumberdaya Evaluasi Sistem • Indiktor kinerja • Pemantauan & Reviu • Pelaporan • Pemeriksaan Perbaikan • Perbaikan tingkat kepatuhan terhadap sistem • Perbaikan kapasitas sistem Pelaku: • Divisi MR & Litbang • Divisi TIK • Risk Owner Pelaku: • Divisi MR & Litbang • Satuan Pengawasan Internal Pelaku: • Divisi MR & Litbang • Divisi TIK Pelaku: • Risk Owner • Risk Officer
  • 46. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 43 dari 102 iv. Mempertimbangkan proses yang ada saat ini dan pemahaman terhadap manajemen risiko, v. Membangun sumberdaya secara efektif terkait dengan kapabilitas, SDM, proses dan sistem dalam perusahaan, vi. Melakukan kaji ulang secara reguler terhadap efektifitas strategi pelatihan. Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan a) Jaminan Pengawasan Efektif Peran Satuan Pengawasan Internal (SPI) (1) SPI akan mengembangkan mekanisme proses audit yang terintegrasi dalam bentuk kerangka kerja pengendalian (control framework) berbasis pada peran inti SPI dalam implementasi manajemen risiko perusahaan,yaitu mengembangkan kontrol yang efektif terhadap pengelolaan risiko, mengevaluasi proses pengelolaan risiko termasuk menguji efektivitas pengendalian dan perlakuan risiko, mengevaluasi laporan profil risiko dengan kategori “Tinggi - Ekstrim” dan/atau materialyang dianggap perlu penanganan khusus. (2) SPI bekerja sama dengan unit kerja/unit terkait untuk menyediakan sistem kontrol yang efektif, independen dan komprehensif yang dapat mengidentifikasi adanya ketidakpatuhan terhadap berbagai kebijakan dalam Pedoman Manajemen Risikodan juga dapat memberi nilai tambah melalui rekomendasi perbaikan terhadap validitas dan kegunaan dari berbagai kebijakan dalam Pedoman Manajemen Risiko. (3) SPI harus menghindari area yang bukan bidang pekerjaannya seperti, menetapkan kriteria risiko, mengambil alih fungsi RTU di level operasional, dan menentukan tindakan perlakuan risiko bagi RTU di level operasional. (4) Terkait proses risk-based audit,maka (a) Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan bertugas menyediakan:  Data profil risiko setiap unit kerja untuk digunakan dalam perencanaan audit tahunan SPI.  Data rencana pengendalian dan perlakuan risiko setiap unit kerja untuk kebutuhan proses pemeriksaan kesesuaian antara
  • 47. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 44 dari 102 rencana dan realisasi (plan versus actual) dalam pengendalian risiko oleh RTU yang menjadi auditee SPI. (b) SPI bertugas menyediakan:  Laporan Hasil Audit RTU sebagai bahan evaluasi atas register risiko yang disampaikan RTU kepada Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan dan sebagai bahan pengkinian Manajemen Peristiwa Kerugian,  Hasil pengujian atas pengendalian internal yang dilakukan oleh SPI terhadap RTU yang menjadi auditee SPI sebagai bahan evaluasi keefektivitasan pengendalian dan perlakuan risiko yang telah dilaporkan RTU. b) Perusahaan mengembangkan proses pemantauan dan tinjau ulang dengan mempertimbangkan apakah: (1) Kerangka dan proses yang digunakan telah menghasilkan output/outcome yang diharapkan; (2) Pemangku kepentingan menerima informasi yang cukup untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawab mereka dalam struktur tatakelola risiko perusahaan; (3) Seluruh pejabat/pegawai perusahaan memiliki keahlian manajemen risiko yang mencukupi sejalan dengan tuntutan tugas dan tanggungjawab pengelolaan risiko yang harus dilaksanakan sehari- hari; (4) Kerangka dan proses telah sesuai dengan tujuan pengelolaan risiko dan selaras dengan tujuan dan sasaran perusahaan; (5) Sumberdaya untuk mengelola risiko telah dialokasikan dalam jumlah yang memadai. Dalam melaksanakan proses pemantauan dan tinjau ulang, perusahaan meminta umpan balik dari karyawan dan para pemangku kepentingan lainnya agar perusahaan dapat menerapkan manajemen risiko yang lebih baik di masa depan sebagaimana gambar berikut.
  • 48. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 45 dari 102 KONDISIAWAL PENGENDALIANRISIKO PENGENDALIANRISIKOTER-UPDATE PEMANTAUAN SEHARI-HARI, BERKALA OLEH ATASAN, DAN PIHAK KETIGA PERUBAHANLINGKUNGAN EKSTERNALDAN INTERNAL Identifikasi perubahan Identifikasi perubahan Identifikasi perubahan Identifikasi perubahan Verifikasi Perubahan Validasi Pengendalian Gambar 3.5. Mekanisme Pemantauan dan Tinjau Ulang c) Peningkatan Ketahanan dan Kelangsungan Bisnis Divisi MR dan Litbang memastikan bahwa semua risiko yang berpengaruh terhadap ketahanan dan kelangsungan bisnis inti perusahaan (risk-related resilience and sustainability), telah terindentifikasi dan terkelola dengan baik untuk menjamin ketahanan dan kelangsungan bisnis perusahaan. d) Membangun Best Practice dan Networking Perusahaan akan bekerja bersama dengan pihak eksternal yang berkompeten untukmeningkatkan penguasaan metode/teknikmanajemen risiko yang tersedia dan berbagi informasi manajemen risiko dengan khalayak yang lebih luas, melalui berperan aktif pada asosiasi atau forum di bidang manajemen risiko dan industri asuransi, benchmarking atau studi banding, dan sharing atau focus group discussion. e) Indikator Kinerja Jasa Raharja menetapkan outcome dari setiap tahap proses manajemen risiko sebagaimana tabel 3.1.
  • 49. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 46 dari 102 NO TAHAP PROSES MR HASIL 1. Proses Komunikasi & Konsultasi a. Semua pemangku kepentingan yang dianggap penting, telah dikonsultasikan dan dilibatkan dalam proses. b. Persepsi pemangku kepentingan terhadap risiko telah sesuai dengan harapan. c. Rencana Komunikasi telah dibuat. d. Semua pengelola risiko (RTU) telah memahami peran dan fungsi masing- masing. 2. Proses Penetapan Konteks a. Konteks eksternal b. Konteks internal c. Konteks pengelolaan risiko d. Kriteria risiko untuk setiap tingkatan manajerial 3. Proses Identifikasi Risiko a. Identifikasi risiko telah menjadi bagian dari prosedur perencanaan di level strategis, operasional, proyek, dan individu. b. Identifikasi risiko menjadi bagian dari aktifitas sehari-hari. c. Pengelola risiko (RTU) memahami proses dan aktifitas pada unit kerja dan risiko yang melekat padanya. d. Prosedur pengambilan keputusan menjadi lebih efektif. 4. Proses Analisis Risiko a. Sistem manajemen, teknologi, dan prosedur yang digunakan untuk menjalankan dan mengendalikan operasi bisnis telah teridentifikasi dan diketahui tingkat efektifitasnya. b. Pengendalian risiko tinggi telah teridentifikasi dan diketahui tingkat efektifitasnya. c. Nilai kemungkinan dan dampak yang diperoleh berdasarkan data dan informasi yang mutakhir, wajar, dan berimbang. 5. Proses Evaluasi Risiko a. Evaluasi dan prioritas risiko menggunakan metode yang konsisten. b. Keputusan menolak/menerima risiko telah berdasarkan data yang wajar dan berimbang terkait manfaat dibandingkan dengan kerugiannya. 6. Proses Perlakuan Risiko a. Adanya Rencana Perlakuan Risiko diperuntukkan bagi risiko yang diprioritaskan. b. Rencana Perlakuan Risiko telah memperhitungkan aspek ketersediaan
  • 50. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 47 dari 102 NO TAHAP PROSES MR HASIL sumberdaya dan waktu. c. Aktifitas pengendalian dan perlakuan risiko telah menjadi bagian dari proses penyusunan Sasaran Kinerja Kantor Cabang / Divisi / Korporat dan realisasinya. 7. Proses Pemantauan & Kaji Ulang a. Adanya pemantauan dan kaji ulang secara reguler yang mencakup:  Manfaat dan kerugian yang diperoleh perusahaan dalam menerima/menolak risiko;  implementasi dan efektifitas rencana perlakuan risiko. b. Proses pemantauan dan kaji ulang menjadi bagian dari proses evaluasi pelaksanaan Sasaran Kinerja Kantor Cabang / Divisi / Korporat. c. Proses manajemen risiko telah fokus mengatasi ketidakpastian pencapaian sasaran dan target kinerja di level unit kerja dan individu karyawan. Tabel 3.1 Matrik Kinerja Proses Manajemen Risiko Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan merancang dan meninjau format dan formula pengukuran kinerja pengelolaan risiko (risk management performance) yang dilakukan oleh para pengelola risiko (RTU) berdasarkan pencapaian hasil di atas. f) Evaluasi Realisasi Proses Manajemen Risiko i. Kinerja pengelolaan risiko memuat pelaporan yang mencakup pencapaian hasil proses manajemen risiko sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu. ii. Dinamika pencapaian hasil dari setiap tahap proses manajemen risiko senantiasa dikomunikasikan kepada atasan langsung dan bilamana perlu kepada pimpinan yang lebih tinggi. iii. Pelaporan pengelolaan risiko meliputi antara lain: (1) Laporan hasil asesmen risiko yang menjadi bagian dari rancangan RKAP, (2) Laporan rencana perlakuan risiko yang menjadi bagian dari rencana operasional, (3) Laporan Profil Risiko yang menjadi bagian dari laporan pelaksanaan rencana operasional,
  • 51. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 48 dari 102 (4) Laporan status portofolio risiko korporat yang menjadi sumber informasi pengambilan keputusan strategi di tingkat korporat, (5) Laporan informasi profil risiko untuk konsumsi eksternal (misalnya Laporan Manajemen), (6) Laporan lainnya yang diminta oleh Direksi, (7) Risk register yang menjadi pusat database informasi manajemen risiko dengan menggunakan teknologi informasi. iv. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan menyampaikan laporan kinerja pengelolaan risiko dari RTU berdasarkan indikator kunci keberhasilan pengelolaan risiko (risk management key performance), secara berkala kepada Direksi. v. Dewan Komisaris, Direksi, dan pimpinan unit kerja di setiap tingkatan manajemen secara reguler menerima laporan untuk memonitor perkembangan realisasi RKAP di bidang manajemen risiko dan efektifitas sistem manajemen risiko. vi. Bilamana perlu sesuai permintaan Direksi, maka laporan risiko sangat tinggi dapat disampaikan oleh RTU langsung kepada Direksi, yang mana risiko tersebut berpotensi mengganggu kegiatan operasional di tingkat korporat. vii. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan berkoordinasi dengan unit kerja terkait selalu memantau dan mengkaji ulang efektifitas mekanisme pelaporan untuk memastikan bahwa informasi manajemen risiko tersebut dapat dipertanggungjawabkan dalam konteks tatakelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). g) Perbaikan Berkelanjutan Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi kinerja, perusahaan akan mengambil langkah-langkah meningkatkan mutu kerangka dan proses manajemen risiko secara berkelanjutan. Tindak lanjut ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperbaiki sistem manajemen risiko perusahaan dan implementasinya, menuju peningkatan budaya sadar risiko. Proses Pada Tingkat Operasional a) Proses Manajemen Risiko i. Perusahaan menetapkan proses manajemen risiko pada tingkat operasional dengan standar SNI ISO 31000:2011 yang terdiri dari tiga tahap utama yaitu (1) Penetapan konteks, (2) Asesmen risiko dan (3) Perlakuan risiko,
  • 52. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 49 dari 102 serta dua tahap penunjang yaitu (1) Komunikasi & konsultasi dan (2) Pemantauan & tinjau ulang. ii. Jasa Raharja juga menetapkan bahwa metode dan teknik asesmen (identifikasi, analisa, dan evaluasi) risiko yang digunakan sesuai standar ISO/IEC 31010:2009: Risk Management - Risk Assessment Technique. iii. Setiap nilai risiko yang diperoleh dari hasil asesmen risiko dan nilai risikonya di atas batas toleransi menurut kriteria risiko yang berlaku, pengendalian dan perlakuan risikonya akan dimasukkan ke dalam RKAP. iv. Untuk meningkatkan efisiensi waktu dan akurasi pengukuran nilai risiko, maka perusahaan membangun sistem informasi manajemen risiko berdasarkan teknologi informasi yang interaktif dan on-line. v. Sistem manajemen risiko berdasarkan teknologi informasi paling tidak mencakup risk register sebagai database, rencana pengendalian atau perlakuan risiko, mekanisme pemantauan dan tinjau ulang, serta format (template) laporan yang digunakan untuk mengkomunikasikan hasil-hasil pemantauan dan tinjau ulang kepada pihak terkait. vi. Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan memastikan sistem manajemen risiko berdasarkan teknologi informasi menjadi bagian dari (terintegrasi dengan) sistem informasi terkait penyusunan,pelaksanaan, pemantauan, serta pelaporan RKAP. vii. Uraian lengkap tentang proses manajemen risiko berbasis SNI ISO 31000:2011 dapat dilihat pada Bab IV-VI dari pedoman ini. b) Integrasi Proses Manajemen Risiko ke dalam Proses Bisnis Perusahaan i. Setiap pengambilan keputusan perusahaan di tingkat strategis dan operasional harus menjadikan asesmen risiko sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses dan prosedur pengambilan keputusan tersebut. ii. Dalam hal investasi bisnis maka asesmen risiko, termasuk rencana perlakuan risikonya (risk treatment plan), merupakan satu kesatuan dengan proses analisis kelayakan bisnis atau investasi sehingga pada saat pengambilan keputusan sudah mempertimbangkan risiko yang berpengaruh terhadap pencapaian sasaran investasi tersebut. iii. Setiap unit kerja wajib melengkapi rancangan program RKAP dengan daftar risiko yang melekat, strategi penanganan risiko, estimasi biaya pengendalian atau perlakuan risiko yang akan digunakan dan dilengkapi informasi tentang CBA ratio (Cost Benefit Analysis ratio) pada setiap program yang diusulkan.
  • 53. BABIII PRINSIP-PRINSIP DAN KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 50 dari 102 iv. Sebelum RJPP/RKAP di sahkan oleh RUPS, maka setiap RTU, wajib menyusun Rencana Pengendalian dan Perlakuan Risiko sebagai bagian dari rencana kerja/kontrak manajemen yang menjadi tanggungjawabnya. v. Pemantauan implementasi Rencana Pengendalian dan Perlakuan Risiko Risiko menjadi bagian dari pemantauan realisasi rencana kerja/kontrak manajemen dengan melakukan pemantauan secara berkala oleh RTU. vi. RTU menyusun dan menyampaikan laporan pemantauan pengelolaan risiko kepada Divisi Manajemen Risiko dan Penelitian Pengembangan, bersamaan dengan pelaporan realisasi rencana kerja/kontrak manajemen terkait. vii. Divisi Manajemen Risiko memantau kebijakan proses manajemen risiko telah terintegrasi dengan proses bisnis perusahaan terkait dengan proses penyusunan dan pelaksanaan RJPP/RKAP.
  • 54. BABIV PROSES MANAJEMEN RISIKO: LINGKUNGAN MANAJEMEN RISIKO No Dokumen: No. Revisi Tgl Revisi: Tgl. Terbit Sub 2014 DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN TERTULIS DARI DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO) Hal 51 dari 102 4.1 Proses Manajemen Risiko Proses manajemen risiko adalah cara yang sistematis untuk menetapkan konteks di mana setiap RTU dan jajarannya dapat mengidentifikasi, menganalisis, menilai dan mengendalikan risiko mereka, sambil berkomunikasi dan konsultasi dengan para pemangku kepentingan dalam rangka terus memantau serta mengkaji setiap elemen dari proses manajemen risiko itu sendiri. Ada tujuh tahap yang berbeda tapi saling terkait dalam proses manajemen risiko, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Gambar 4.1. Proses Manajemen Risiko Tahap ini adalah: a. Komunikasi dan konsultasi: bertukar informasi mengenai manajemen risiko dengan para stakeholders internal dan eksternal. b. Menetapkan konteks: menetapkan parameter internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan ketika mengelola risiko dan menetapkan ruang lingkup pelaksanaan proses manajemen risiko di setiap tingkatan organisasi perusahaan. c. Asesmen Risiko, terdiri dari tiga fase sebagai berikut: 1. Identifikasi risiko: menemukan, mengenali dan mendeskripsikan risiko. 2. Analisis risiko: memahami sifat dan tingkat risiko sehingga dapat dibuat keputusan tentang apakah risiko perlu ditangani.