Dokumen tersebut membahas tentang etika ekonomi syariah mencakup pengertian produksi, konsumsi, dan distribusi serta etika yang melekat pada ketiganya dalam perspektif ekonomi Islam. Produksi dijelaskan sebagai kegiatan mengolah sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan prinsip kerja keras dan tujuan ridha Allah. Konsumsi dan distribusi juga diatur agar seimbang dan adil dalam rangka kemaslahatan umat.
Seperti halnya pada permintaan dalam Islam yang diturunkan dari fungsi konsumsi, maka teori penawaran hakikatnya adalah derivasi dari perilaku individu-individu perusahaan dalam analisis biayanya. Tidak ada perusahaan yang bersedia berproduksi ketika tingkat harga yang berlaku lebih kecil daripada biaya variabel rata-rata. Jadi, setiap perusahaan hanya akan berproduksi jika harga yang berlaku lebih tinggi daripada biaya variabel rata-ratanya. Pada dasarnya terdapat garis harga yang tak terbatas jumlahnya di atas titik perpotongan antara kurva biaya marginal dengan kurva biaya variabel rata-rata, dan dari sinilah dapat ditemukan berapa kuantitas yang dapat ditawarkan pada setiap tingkatan harga. Oleh karena itu, untuk menjelaskan bagaimana kurva penawaran dibentuk perlu terlebih dahulu mempelajari kurva penawaran jangka pendek perusahaan pada setiap tingkatan harga.
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Disusun oleh: Muhammad Rafi Kambara
Dua tujuan dalam kebijakan ekonomi yang ingin dicapai namun sering bertentangan adalah inflasi yang rendah dan pengangguran yang rendah. Misalnya, pembuat kebijakan menggunakan kebijakan fiskal / moneter untuk memperbesar permintaan agregat. Kebijakan ini akan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek ke titik output yang lebih tinggi dan tingkat harga yang lebih tinggi.
Suatu cabang ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi negara berkembang oleh negara yang sedang berkembang dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut supaya negara berkembang dapat membangun ekonominya lebih baik lagi.
PPT ini ditunjukan untuk memenuhi tugas Ekonomi Makro Syariah
Kelompok 3
Kelas A Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Seperti halnya pada permintaan dalam Islam yang diturunkan dari fungsi konsumsi, maka teori penawaran hakikatnya adalah derivasi dari perilaku individu-individu perusahaan dalam analisis biayanya. Tidak ada perusahaan yang bersedia berproduksi ketika tingkat harga yang berlaku lebih kecil daripada biaya variabel rata-rata. Jadi, setiap perusahaan hanya akan berproduksi jika harga yang berlaku lebih tinggi daripada biaya variabel rata-ratanya. Pada dasarnya terdapat garis harga yang tak terbatas jumlahnya di atas titik perpotongan antara kurva biaya marginal dengan kurva biaya variabel rata-rata, dan dari sinilah dapat ditemukan berapa kuantitas yang dapat ditawarkan pada setiap tingkatan harga. Oleh karena itu, untuk menjelaskan bagaimana kurva penawaran dibentuk perlu terlebih dahulu mempelajari kurva penawaran jangka pendek perusahaan pada setiap tingkatan harga.
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Disusun oleh: Muhammad Rafi Kambara
Dua tujuan dalam kebijakan ekonomi yang ingin dicapai namun sering bertentangan adalah inflasi yang rendah dan pengangguran yang rendah. Misalnya, pembuat kebijakan menggunakan kebijakan fiskal / moneter untuk memperbesar permintaan agregat. Kebijakan ini akan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek ke titik output yang lebih tinggi dan tingkat harga yang lebih tinggi.
Suatu cabang ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi negara berkembang oleh negara yang sedang berkembang dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut supaya negara berkembang dapat membangun ekonominya lebih baik lagi.
PPT ini ditunjukan untuk memenuhi tugas Ekonomi Makro Syariah
Kelompok 3
Kelas A Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tugas Paper ini menjelaskan bagaimana Nike, Inc menggunakan strategi pemasaran holistik dalam mempertahankan posisinya sebagai market leader produk perlengkapan olah raga.
Line Follower Robot adalah robot yang memiliki sensor pengikut garis warna hitam atau putih dimana led sebagai indikator cahaya dan photo dioda sebagai penangkap cahaya.
Etika Bisnis Islam Konvensional - Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiya Yogyakarta - Mata Kuliah Filsafat dan Etika Bisnis Islam - Dosen Dr. Gunawan Budiyanto, M.P.
Pertemuan 4-Etika Produksi dan Pemasaran.pptxnairaazkia89
Didalamnya memuat 5 prinsip etika bisnis yaitu:
Prinsip Otonomi. Kemampuan seseorang bertindak berdasarkan kesadaran dirinya sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain. ...
Prinsip Kejujuran. Sifat terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis. ...
Prinsip Keadilan. ...
Prinsip Saling Menguntungkan. ...
Prinsip Integritas Moral.Didalamnya memuat 5 prinsip etika bisnis yaitu:
Prinsip Otonomi. Kemampuan seseorang bertindak berdasarkan kesadaran dirinya sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain. ...
Prinsip Kejujuran. Sifat terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis. ...
Prinsip Keadilan. ...
Prinsip Saling Menguntungkan. ...
Prinsip Integritas Moral.Didalamnya memuat 5 prinsip etika bisnis yaitu:
Prinsip Otonomi. Kemampuan seseorang bertindak berdasarkan kesadaran dirinya sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain. ...
Prinsip Kejujuran. Sifat terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis. ...
Prinsip Keadilan. ...
Prinsip Saling Menguntungkan. ...
Prinsip Integritas Moral.Didalamnya memuat 5 prinsip etika bisnis yaitu:
Prinsip Otonomi. Kemampuan seseorang bertindak berdasarkan kesadaran dirinya sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain. ...
Prinsip Kejujuran. Sifat terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis. ...
Prinsip Keadilan. ...
Prinsip Saling Menguntungkan. ...
Prinsip Integritas Moral.Didalamnya memuat 5 prinsip etika bisnis yaitu:
Prinsip Otonomi. Kemampuan seseorang bertindak berdasarkan kesadaran dirinya sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain. ...
Prinsip Kejujuran. Sifat terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis. ...
Prinsip Keadilan. ...
Prinsip Saling Menguntungkan. ...
Prinsip Integritas Moral.Didalamnya memuat 5 prinsip etika bisnis yaitu:
Prinsip Otonomi. Kemampuan seseorang bertindak berdasarkan kesadaran dirinya sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain. ...
Prinsip Kejujuran. Sifat terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis. ...
Prinsip Keadilan. ...
Prinsip Saling Menguntungkan. ...
Prinsip Integritas Moral.Didalamnya memuat 5 prinsip etika bisnis yaitu:
Prinsip Otonomi. Kemampuan seseorang bertindak berdasarkan kesadaran dirinya sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain. ...
Prinsip Kejujuran. Sifat terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis. ...
Prinsip Keadilan. ...
Prinsip Saling Menguntungkan. ...
Prinsip Integritas Moral.Didalamnya memuat 5 prinsip etika bisnis yaitu:
Prinsip Otonomi. Kemampuan seseorang bertindak berdasarkan kesadaran dirinya sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain. ...
Prinsip Kejujuran. Sifat terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis. ...
Prinsip Keadilan. ...
Prinsip Saling Menguntungkan. ...
Prinsip Integritas Moral.Didalamnya memuat 5 prinsip etika bisnis yaitu:
Prinsip Otonomi. Kemampuan seseorang bertindak berdasarkan kesadaran dirinya sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain. ...
Prinsip Kejujuran. Sifat terbuka dan memenuhi syarat-syarat bisnis. ...
Prinsip Keadilan. ...
Prinsip Saling Menguntungkan. ...
Prinsip Integritas Moral.Didalamnya memuat 5 prinsip etika bisnis yaitu:
Prinsip Otonomi. Kemampuan seseorang bertindak berdasa
Similar to Paper etika ekonomi dalam syariah EKONOMI DALAM ISLAM (20)
Paper etika ekonomi dalam syariah EKONOMI DALAM ISLAM
1. PAPER
EKONOMI SYARI’AH
ETIKA EKONOMI SYARI’AH
Disusun oleh :
Kelompok 4
Nama Anggota Kelompok :
1. Ruyung Movia Sari (12080576072)
2. Indahing Nur Wenny (12080574083)
3. Diana Putri W. (12080574087)
4. Gondo Anang (12080574103)
5. Putra Febrian (12080574112)
6. Bahrul Ullum Mustofa (12080574113)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2. 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produksi, konsumsi dan distribusi sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegitan
ekonomi yang tidak bisa di pisahkan. Ketiganya memang saling mempengaruhi, namun harus
diakui produksi merupakan titik pangkal dari kegiatan itu.
Dan kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan
produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen.
Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk
menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi
produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat dihasilkan
dalam satu waktu periode tertentu
Pada prinsipnya islam lebih menekankan berproduksi demi untuk memenuhi kebutuhan
orang banyak, bukan hanya sekedar memenuhi segelintir orang yang memiliki uang, sehingga
memiliki daya beli yang lebih baik. Karena itu bagi islam, produksi yang surplus dan
berkembang baik secara kuantitatif maupun kualitatif tidak dengan sendirinya mengindikasikan
kesejahteraan bagi masyarakat.
Kegiatan produksi juga harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan konsumsi. Tujuan
kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan mashlahah maksimum
bagi konsumen yang di wujudkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkatan moderat,
menemukan kebutuhan masyrakat dan pemenuhannya, menyediakan persediaan barang/jasa
dimasa depan. Serta memenuhi sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada allah. Demikian
pula dalam masalah konsumsi islam mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan
konsumsi yang membawa manusia berguana bagi kemaslahatan hidupnya.
Etika dalam dunia Bisnis adalah norma-norma atau kaidah etik yang dianut oleh bisnis,
baik sebagai institusi atau organisasi, maupun interaksi bisnisnya dengan stakeholders. Etika
dengan tindak tanduk etisnya menjadi bagian budaya perusahaan dan sebagai perilaku (behavior)
dalam diri karyawan biasa sampai CEO, bahkan pengusaha yang standarnya tidak uniform atau
3. universal, tapi lazimnya harus ada standar minimal. Ketidak universal-an itu mencuatkan
berbagai perspesktif suatu bangsa dalam menjiwai, mengoperasikan dan setiap kali menggugat
diri.
Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk
beragam bisnis. Pembahasan tentang etika bisnis harus dimulai dengan menyediakan kerangka
prinsip dasar pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan istilah baik dan benar, dengan cara
itu selanjutnya seseorang dapat membahas implikasi terhadap dunia bisnis.
Dengan demikian, bisnis dalam islam memposisikan pengertian bisnis yang pada
hakikatnya merupakan usaha manusia untuk mencari keridhaan Allah SWT. Bisnis tidak
bertujuan jangka pendek, individual dan semata-mata keuntungan yang berdasarkan kalkulasi
matematika, tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang, yaitu tanggung jawab
pribadi dan sosial dihadap masyarakat, Negara dan Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian produksi dalam ekonomi syari’ah?
2. Bagaimana etika produksi dalam ekonomi syari’ah?
3. Apa pengertian konsumsi dalam ekonomi syari’ah?
4. Bagaimana etika konsumsi dalam ekonomi syari’ah?
5. Apa pengertian distribusi dalam ekonomi syari’ah?
6. Bagaimana etika distribusi dalam ekonomi syari’ah?
7. Bagaimana implementasi etika dalam dunia bisnis?
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian produksi dalam ekonomi syari’ah
2. Memahami etika produksi dalam ekonomi syari’ah
3. Untuk mengetahui pengertian konsumsi dalam ekonomi syari’ah
4. Memahami etika konsumsi dalam ekonomi syariah
5. Untuk mengetahui pengertian distribusi dalam ekonomi syari’ah
6. Untuk mengetahui implementasi etika dalam dunia bisnis
4. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Produksi
Kata produksi berasal dari bahasa inggiris “production” yang artinya
penghasilan. Sedangkan secara istilah kata ini dimaknai dengan tindakan dalam
komoditi.barang – barang maupun jasa.
Sedangkan dalam literatur bahasa arab ,padanan kata produksi adalah “intaj”
yang teraambil dari kata nataja. Yang kata ini diterjemah kan oleh muhammad rawas qal’
aji yang artinya “mewujudkan atau mengadakan sesuatu” atau pelayanan jasa yang jelas
yang menunutut adanya penggabungan unsure unsure produksi yang terbingkai dalam
waktu yang terbatas. Berangkat dari makna literatur ini .dapat kita pahami bahwa
produksi adalah kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau
mencipatakan benda baru sehingga lebih bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan.
Dan produksi juga mempunyai prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban
manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia
dengan alam.
Dan kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi.
Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh
para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula
sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak
faktor produksi. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan
output yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu.
Dengan demikian kegiatan produksi adalah merupakan aktivitas mengelola dan
mengkombinasikan beberapa factor produksi sehingga menghasilkan output produk
.seperti mengelola bahan mentah menjadi bahan jadi yang tujuannay adalah
mengoptimalkan factor produksi yang mempermudah terpenuhinya kebutuhan manusia
5. 2.2 Etika Produksi dalam ekonomi syari’ah
Etika dalam berproduksi yaitu sebagai berikut:
1. Peringatan Allah akan kekayaan alam.
2. Berproduksi dalam lingkaran yang Halal. Sendi utamanya dalam berproduksi adalah
bekerja, berusaha bahkan dalam proses yang memproduk barang dan jasa yang toyyib,
termasuk dalam menentukan target yang harus dihasilkan dalam berproduksi.
3. Etika mengelola sumber daya alam dalam berproduksi dimaknai sebagai proses
menciptakan kekayaan dengan memanfaatkan sumber daya alam harus bersandarkan
visi penciptaan alam ini dan seiring dengan visi penciptaan manusia yaitu sebagai
rahmat bagi seluruh alam.
4. Etika dalam berproduksi memanfaatkan kekayaan alam juga sangat tergantung dari
nilai-nilai sikap manusia, nilai pengetahuan, dan keterampilan. Dan bekerja sebagai
sendi utama produksi yang harus dilandasi dengan ilmu dan syari’ah islam.
5. Khalifah di muka bumi tidak hanya berdasarkan pada aktivitas menghasilkan daya guna
suatu barang saja melainkan Bekerja dilakukan dengan motif kemaslahatan untuk
mencari keridhaan Allah Swt.
Namun secara umum etika dalam islam tentang muamalah Islam, maka tampak jelas
dihadapan kita empat nilai utama, yaitu rabbaniyah, akhlak, kemanusiaan dan pertengahan.
Nilai-nilai ini menggambarkan kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam,
bahkan dalam kenyataannya merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak
jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam. Makna dan nilai-nilai pokok yang
empat ini memiliki cabang, buah, dan dampak bagi seluruh segi ekonomi dan muamalah
Islamiah di bidang harta berupa produksi, konsumsi, sirkulasi, dan distribusi.
2.3 Pengertian Konsumsi
Salah satu persoalan penting dalam kajian ekonomi Islam ialah masalah konsumsi.
Konsumsi berperan sebagai pilar dalam kegiatan ekonomi seseorang (individu), perusahaan
6. maupun negara. konsumsi secara umum diformulasikan dengan : ”Pemakaian dan
penggunaan barang – barang dan jasa, seperti pakaian, makanan, minuman, rumah, peralatan
rumah tangga, kenderaan, alat-alat hiburan, media cetak dan elektronik, jasa telephon, jasa
konsultasi hukum, belajar/ kursus, dsb”.
Berangkat dari pengertian ini, maka dapat dipahami bahwa konsumsi sebenarnya
tidak identik dengan makan dan minum dalam istilah teknis sehari-hari; akan tetapi juga
meliputi pemanfaatan atau pendayagunaan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia.
Namun, karena yang paling penting dan umum dikenal masyarakat luas tentang aktivitas
konsumsi adalah makan dan minum, maka tidaklah mengherankan jika konsumsi sering
diidentikkan dengan makan dan minum.
Tujuan konsumsi dalam Islam adalah untuk mewujudkan maslahah duniawi dan
ukhrawi. Maslahah duniawi ialah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, seperti makanan,
minuman, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan (akal). Kemaslahatan akhirat ialah
terlaksanaya kewajiban agama seperti shalat dan haji. Artinya, manusia makan dan minum
agar bisa beribadah kepada Allah. Manusia berpakaian untuk menutup aurat agar bisa shalat,
haji, bergaul sosial dan terhindar dari perbuatan mesum (nasab)
Sebagaimana disebut di atas, banyak ayat dan hadits yang berbicara tentang
konsumsi, di antaranya Surat al A’raf ayat 31. Ayat ini tidak saja membicarakan konsumsi
makanan dan minuman, tetapi juga pakaian. Bahkan pada ayat selanjutnya (ayat 33)
dibicarakan tentang perhiasan.
2.4 Etika Konsumsi dalam Ekonomi Syariah
Etika konsumsi menurut Naqvi adalah sebagai berikut:
a. Tauhid (Unity/ Kesatuan)
Karakteristik utama dan pokok dalam Islam adalah “tauhid” yang menurut
Qardhawi dibagi menjadi dua kriteria, yaitu rubaniyyah gayah (tujuan) dan wijhah
(sudut pandang).
Kriteria pertama menunjukkan maksud bahwa tujuan akhir dan sasaran Islam
adalah menjaga hubungan baik dan mencapai ridha-Nya. Sehingga pengabdian kepada
Allah merupakan tujuan akhir, sasaran, puncak cita-cita, usaha dan kerja keras manusia
dalam kehidupan yang fana ini. Kriteria kedua adalah rabbani yang masdar (sumber
7. hukum) dan manhaj (sistem). Kriteria ini merupakan suatu sistem yang ditetapkan untuk
mencapai sasaran dan tujuan puncak (kriteria pertama) yang bersumber al-Qur’an dan
Hadits Rasul.
b. Adil (Equilibrium/ Keadilan)
Khursid Ahmad mengatakan, kata ‘adl dapat diartikan seimbang (balance) dan
setimbang (equlibrium). Atas sebab dasar itu ia menyebutkan konsep al-‘adl dalam
prespektif Islam adalah keadilan Ilahi.
Salah satu manifestasi keadilan menurut al-Qur’an adalah kesejahteraan. Keadilan
akan mengantarkan manusia kepada ketaqwaan, dan ketaqwaan akan menghasilkan
kesejahteraan bagi manusia itu sendiri.
c. Free Will (Kehendak Bebas)
Manusia merupakan makhluk yang berkehendak bebas namun kebebasan ini
tidaklah berarti bahwa manusia terlepas dari qadha dan qadar yang merupakan hukum
sebab-akibat yang didasarkan pada pengetahuan dan kehendak Tuhan.
d. Amanah (Responsibility/ Pertanggungjawaban)
Etika dari kehendak bebas adalah pertanggungjawaban. Dengan kata lain, setelah
manusia melakukan perbuatan maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dengan demikian prinsip tanggung jawab merupakan suatu hubungan logis dengan
adanya prinsip kehendak bebas.
e. Halal
Kehalalan adalah salah satu kendala untuk memperoleh maksimalisasi kegunaan
konsumsi salam kerangka Ekonomi Islam. Kehalalan suatu barang konsumsi merupakan
antisipasi dari adanya keburukan yang ditimbulkan oleh barang tersebut.
f. Sederhana
Sederhana dalam konsumsi mempunyai arti jalan tengah dalam berkomunikasi.
Diantara dua cara hidup yang ekstrim antara paham materilialistis dan zuhud. Ajaran al-
8. Qur’an menegaskan bahwa dalam berkonsumsi manusia dianjurkan untuk tidak boros
dan tidak kikir.
2.5 Pengertian Distribusi dalam ekonomi syari’ah
System ekonomi yang berbasis Islam menghandaki bahwa dalam hal
pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan keadilan
kepemilikan. Kebebasan disini adalah kebebasan dalam bertindak yang di bingkai oleh
nilai-nilai agama dan keadilan tidak seperti pemahaman kaum kapitalis yang
menyatakannya sebagai tindakan membebaskan manusia untuk berbuat dan bertindak
tanpa campur tangan pihak mana pun, tetapi sebagai keseimbangan antara individu
dengan unsur materi dan spiritual yang dimilikinya, keseimbangan antara individu dan
masyarakat serta antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Keberadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari larangan dalam al-qur’an
agar supaya harta kekayaan tidak diperbolehkan menjadi barang dagangan yang hanya
beredar diantara orang-orang kaya saja, akan tetapi diharapkan dapat memberi kontribusi
kepada kesejahteraan masyarakat sebagai suatu keseluruhan (59:7).
Dalam system ekonomi kapitalis bahwa kemiskinan dapat diselesaikan dengan
cara menaikkan tingkat produksi dan meningkatkan pendapatan nasional (national
income) adalah teori yang tidak dapat dibenarkan dan bahkan kemiskinan menjadi salah
satu produk dari sistem ekonomi kapitalistik yang melahirkan pola distribusi kekayaan
secara tidak adil Fakta empirik menunjukkan, bahwa bukan karena tidak ada makanan
yang membuat rakyat menderita kelaparan melainkan buruknya distribusi makanan
(Ismail Yusanto). Mustafa E Nasution pun menjelaskan bahwa berbagai krisis yang
melanda perekonomian dunia yang menyangkut sistem ekonomi kapitalis dewasa ini
telah memperburuk tingkat kemiskinan serta pola pembagian pendapatan di dalam
perekonomian negara-negara yang ada, lebih-lebih lagi keadaan perekonomian di negara-negara
Islam.
2.6 Etika Distribusi dalam ekonomi syari’ah
a. Selalu menghiasi amal dengan niat ibadah dan ikhlas.
b. Transfaran, dan barangnya halal serta tidak membahayakan.
9. c. Adil, dan tidak mengerjakan hal-hal yang dilarang di dalam Islam.
d. Tolong menolong, toleransi dan sedekah.
e. Tidak melakukan pameran barang yang menimbulkan persepsi.
f. Tidak pernah lalai ibadah karena kegiatan distribusi.
g. Larangan Ikhtikar, ikhtikar dilarang karena akan menyebabkan kenaikan harga.
h. Mencari keuntungan yang wajar. Maksudnya kita dilarang mencari keuntungan yang
semaksimal mugkin yang biasanya hanya mementingkan pribadi sendiri tanpa
memikirkan orang lain.
i. Distribusi kekayaan yang meluas, Islam mencegah penumpukan kekayaan pada
kelompok kecil dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada seluruh lapisan
masyarakat.
j. Kesamaan Sosial, maksudnya dalam pendistribusian tidak ada diskriminasi atau
berkasta-kasta, semuanya sama dalam mendapatkan ekonomi
2.7 Implementasi etika dalam dunia bisnis
Etika dipahami sebagai seperangkat prinsip yang mengatur hidup manusia (a code or
set of principles which people live). Berbeda dengan moral, etika merupakan refleksi kritis
dan penjelasan rasional mengapa sesuatu itu baik dan buruk. Menipu orang lain adalah
buruk. Ini berada pada tataran moral, sedangkan kajian kritis dan rasional mengapa menipu
itu buruk dan apa alasan pikirnya, merupakan lapangan etika. Perbedaan antara moral dan
etika sering kabur dan cendrung disamakan. Intinya, moral dan etika diperlukan manusia
supaya hidupnya teratur dan bermartabat. Orang yang menyalahi etika akan berhadapan
dengan sanksi masyarakat berupa pengucilan dan bahkan pidana.Bisnis merupakan bagian
yang tak bisa dilepaskan dari kegiatan manusia. Sebagai bagian dari kegiatan ekonomi
manusia, bisnis juga dihadapkan pada pilihan-pilihan penggunaan factor produksi. Efisiensi
dan efektifitas menjadi dasar prilaku kalangan pebisnis. Sejak zaman klasik sampai era
modern, masalah etika bisnis dalam dunia ekonomi tidak begitu mendapat tempat. Ekonom
klasik banyak berkeyakinan bahwa sebuah bisnis tidak terkait dengan etika. Dalam ungkapan
Theodore Levitt, tanggung jawab perusahaan hanyalah mencari keuntungan ekonomis
belaka. Atas nama efisiensi dan efektifitas, tak jarang, masyarakat dikorbankan, lingkungan
rusak dan karakter budaya dan agama tercampakkan.
10. Perbedaan etika bisnis syariah dengan etika bisnis yang selama ini dipahami dalam
kajian ekonomi terletak pada landasan tauhid dan orientasi jangka panjang (akhirat). Prinsip
ini dipastikan lebih mengikat dan tegas sanksinya. Etika bisnis syariah memiliki dua
cakupan. Pertama, cakupan internal, yang berarti perusahaan memiliki manajemen internal
yang memperhatikan aspek kesejahteraan karyawan, perlakuan yang manusiawi dan tidak
diskriminatif plus pendidikan. Sedangkan kedua, cakupan eksternal meliputi aspek
trasparansi, akuntabilitas, kejujuran dan tanggung jawab. Demikian pula kesediaan
perusahaan untuk memperhatikan aspek lingkungan dan masyarakat sebagai stake holder
perusahaan.
Abdalla Hanafi dan Hamid Salam, Guru Besar Business Administration di Mankata
State Univeristy menambahkan cakupan berupa nilai ketulusan, keikhlasan berusaha,
persaudaraan dan keadilan. Sifatnya juga universal dan bisa dipraktekkan siapa saja. Etika
bisnis syariah bisa diwujudkan dalam bentuk ketulusan perusahaan dengan orientasi yang
tidak hanya pada keuntungan perusahaan namun juga bermanfaat bagi masyarakat dalam arti
sebenarnya. Pendekatan win-win solution menjadi prioritas. Semua pihak diuntungkan
sehingga tidak ada praktek “culas” seperti menipu masyarakat atau petugas pajak dengan
laporan keuangan yang rangkap dan lain-lain. Bisnis juga merupakan wujud memperkuat
persaudaraan manusia dan bukan mencari musuh. Bisnis yang dijalankan dengan melanggar
prinsip-prinsip etika dan syariah seperti pemborosan, manipulasi, ketidakjujuran, monopoli,
kolusi dan nepotisme cenderung tidak produktif dan menimbulkan inefisiensi.
Etika yang diabaikan bisa membuat perusahaan kehilangan kepercayaan dari
masyarakat bahkan mungkin dituntut di muka hukum. Manajemen yang tidak menerapkan
nilai-nilai etika dan hanya berorientasi pada laba (tujuan) jangka pendek, tidak akan mampu
bertahan (survive) dalam jangka panjang. Jika demikian, pilihan berada di tangan kita.
Apakah memilih keuntungan jangka pendek dengan mengabaikan etika atau memilih
keuntungan jangka panjang dengan komitmen terhadap prinsip-prinsip etika dalam hal ini
etika bisnis syariah
11. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan penjelasan di atas bahwa semua kegiatan baik produksi, konsumsi dan
distribusi harus sesuai dengan prinsip-prinsip dasar yaitu prinsip tauhid, prinsip keadilan,
prinsip kebebasan dan prinsip pertanggungjawaban. Manusia dalam berproduksi,
konsumsi dan distribusi harus sesuai dengan etika islam yang menjadikan kemakmuran
dan ketentraman dalam bermasyarakat.
Dalam menjalankan bisnis dalam islam penting untuk melaksanakan etika-etika
yang sudah ada agar bisnis yang dijalankan oleh manusia tidak menimbulkan kerugian
untuk diri sendiri dan orang lain. Etika dalam dunia bisnis memiliki dua cakupan.
Pertama, cakupan internal, yang berarti perusahaan memiliki manajemen internal yang
memperhatikan aspek kesejahteraan karyawan, perlakuan yang manusiawi dan tidak
diskriminatif plus pendidikan. Sedangkan kedua, cakupan eksternal meliputi aspek
transparansi, akuntabilitas, kejujuran dan tanggung jawab. Demikian pula kesediaan
perusahaan untuk memperhatikan aspek lingkungan dan masyarakat sebagai stake holder
perusahaan.