IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) merupakan tes sederhana untuk mendeteksi kanker serviks dengan mengoleskan asam asetat pada serviks dan melihat apakah muncul bercak putih. Tes ini mudah dilakukan, murah, dan dapat digunakan untuk skrining awal kanker serviks. Jika hasil positif, perlu dilanjutkan dengan biopsy untuk konfirmasi diagnosis.
This document discusses cervical lesions and cervical cancer prevention. It describes cervical intraepithelial neoplasia (CIN) grades 1-3, which are precancerous lesions identified through Pap smear screening. CIN1 has a low risk of progression while CIN2-3 have a higher risk, with 5-40% potentially progressing to cancer if left untreated. The document recommends treatment over observation for most women with CIN2-3 to prevent cancer development.
Kanker serviks adalah tumor ganas di leher rahim yang dapat menyebar ke organ lain dan menyebabkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan merupakan penyebab kematian nomor satu bagi perempuan di Indonesia. Deteksi dini melalui tes IVA setiap 5 tahun dan vaksinasi HPV dapat mencegah kanker serviks.
Proses persalinan normal melibatkan empat tahap (kala), dimulai dari pembukaan serviks hingga pengeluaran plasenta dan selaput ketuban. Pada setiap tahap terjadi serangkaian gerakan janin untuk melewati panggul ibu, seperti fleksi, desensus, putar paksi, dan ekspulsi. Hormon dan faktor lain seperti kontraksi rahim, tekanan janin, dan elastisitas jalan lahir memungkinkan kelahir
Dokumen tersebut membahas tentang pelatihan dasar penanganan obstetri dan neonatal darurat yang mencakup definisi dan pengelolaan perdarahan pasca persalinan, masalah-masalah yang dapat menyebabkannya seperti atonia uteri, robekan jalan lahir, dan retensio plasenta, serta tatalaksana meliputi manajemen aktif kala III, kompresi bimanual, pengeluaran plasenta manual, penanganan robekan jalan lahir, dan pengeluaran sisa plasent
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) merupakan tes sederhana untuk mendeteksi kanker serviks dengan mengoleskan asam asetat pada serviks dan melihat apakah muncul bercak putih. Tes ini mudah dilakukan, murah, dan dapat digunakan untuk skrining awal kanker serviks. Jika hasil positif, perlu dilanjutkan dengan biopsy untuk konfirmasi diagnosis.
This document discusses cervical lesions and cervical cancer prevention. It describes cervical intraepithelial neoplasia (CIN) grades 1-3, which are precancerous lesions identified through Pap smear screening. CIN1 has a low risk of progression while CIN2-3 have a higher risk, with 5-40% potentially progressing to cancer if left untreated. The document recommends treatment over observation for most women with CIN2-3 to prevent cancer development.
Kanker serviks adalah tumor ganas di leher rahim yang dapat menyebar ke organ lain dan menyebabkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan merupakan penyebab kematian nomor satu bagi perempuan di Indonesia. Deteksi dini melalui tes IVA setiap 5 tahun dan vaksinasi HPV dapat mencegah kanker serviks.
Proses persalinan normal melibatkan empat tahap (kala), dimulai dari pembukaan serviks hingga pengeluaran plasenta dan selaput ketuban. Pada setiap tahap terjadi serangkaian gerakan janin untuk melewati panggul ibu, seperti fleksi, desensus, putar paksi, dan ekspulsi. Hormon dan faktor lain seperti kontraksi rahim, tekanan janin, dan elastisitas jalan lahir memungkinkan kelahir
Dokumen tersebut membahas tentang pelatihan dasar penanganan obstetri dan neonatal darurat yang mencakup definisi dan pengelolaan perdarahan pasca persalinan, masalah-masalah yang dapat menyebabkannya seperti atonia uteri, robekan jalan lahir, dan retensio plasenta, serta tatalaksana meliputi manajemen aktif kala III, kompresi bimanual, pengeluaran plasenta manual, penanganan robekan jalan lahir, dan pengeluaran sisa plasent
Dokumen tersebut membahas tentang kehamilan ektopik, yaitu kondisi di mana janin berimplantasi dan tumbuh di luar rahim. Terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik seperti di saluran telur, ovarium, atau ligamen. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium serta ultrasonografi. Pengobatan utamanya adalah operasi untuk mengeluarkan janin dan organ yang terkena.
1. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar endometrium rahim.
2. Terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik seperti kehamilan heterotopik, kehamilan ektopik kombinasi, dan kehamilan ektopik rangkap.
3. Faktor-faktor seperti infeksi, struktur tuba, dan gangguan fungsi silia tuba dapat memicu terjadinya kehamilan ektopik.
Jalan lahir normal & kala 3 & 4fikri asyura
Dokumen tersebut membahas tentang persalinan normal melalui jalan lahir, termasuk faktor-faktor yang harus diperhatikan, anatomi jalan lahir, teknik pemeriksaan dalam, tahapan kelahiran bayi dan plasenta, serta pengawasan pasca persalinan.
Dokumen tersebut membahas mengenai berbagai malpresentasi dan malposisi janin selama persalinan, seperti presentasi kepala dengan oksiput posterior, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi bokong, presentasi ganda, serta komplikasi yang mungkin terjadi. Dokumen ini juga menjelaskan penanganan dan mekanisme persalinan pada setiap kondisi tersebut, serta merekomendasikan seksio sesarea pada kondisi-kondisi tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang Kala IV persalinan yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelahnya. Dokumen ini menjelaskan tanda-tanda yang harus diamati pada kala IV seperti tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi rahim, dan perdarahan. Dokumen juga membahas tanda bahaya, mekanisme fisiologis, asuhan, dan kemungkinan komplikasi pada kala IV seperti at
Pencegahan transmisi perinatal Hepatitis B adalah salah satu langkah pencegahan utama timbulnya kasus Hepatitis Kronis pada dewasa. Beberapa langkah PMTCT pada hepatitis B akan dijelaskan dalam presentasi ini.
Dipresentasikan pada CME: 1st Surabaya Fetomaternal Update, 14 Mei 2016.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yang merupakan upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubu. Dokumen ini menjelaskan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit berbahaya seperti polio, campak, difteri, dan lainnya serta menyoroti tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan
PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR Di Era Pandemi C...Muh Saleh
Pedoman ini memberikan panduan bagi ibu hamil, bersalin, dan nifas untuk menerapkan prinsip pencegahan COVID-19 seperti mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, serta menghindari kontak dengan orang sakit. Pedoman ini juga menjelaskan tindakan pencegahan umum di fasilitas kesehatan seperti isolasi, prosedur pencegahan infeksi, dan pendekatan berbasis tim.
Dokumen tersebut membahas tentang kehamilan ektopik, yaitu kondisi di mana janin berimplantasi dan tumbuh di luar rahim. Terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik seperti di saluran telur, ovarium, atau ligamen. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium serta ultrasonografi. Pengobatan utamanya adalah operasi untuk mengeluarkan janin dan organ yang terkena.
1. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar endometrium rahim.
2. Terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik seperti kehamilan heterotopik, kehamilan ektopik kombinasi, dan kehamilan ektopik rangkap.
3. Faktor-faktor seperti infeksi, struktur tuba, dan gangguan fungsi silia tuba dapat memicu terjadinya kehamilan ektopik.
Jalan lahir normal & kala 3 & 4fikri asyura
Dokumen tersebut membahas tentang persalinan normal melalui jalan lahir, termasuk faktor-faktor yang harus diperhatikan, anatomi jalan lahir, teknik pemeriksaan dalam, tahapan kelahiran bayi dan plasenta, serta pengawasan pasca persalinan.
Dokumen tersebut membahas mengenai berbagai malpresentasi dan malposisi janin selama persalinan, seperti presentasi kepala dengan oksiput posterior, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi bokong, presentasi ganda, serta komplikasi yang mungkin terjadi. Dokumen ini juga menjelaskan penanganan dan mekanisme persalinan pada setiap kondisi tersebut, serta merekomendasikan seksio sesarea pada kondisi-kondisi tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang Kala IV persalinan yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelahnya. Dokumen ini menjelaskan tanda-tanda yang harus diamati pada kala IV seperti tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi rahim, dan perdarahan. Dokumen juga membahas tanda bahaya, mekanisme fisiologis, asuhan, dan kemungkinan komplikasi pada kala IV seperti at
Pencegahan transmisi perinatal Hepatitis B adalah salah satu langkah pencegahan utama timbulnya kasus Hepatitis Kronis pada dewasa. Beberapa langkah PMTCT pada hepatitis B akan dijelaskan dalam presentasi ini.
Dipresentasikan pada CME: 1st Surabaya Fetomaternal Update, 14 Mei 2016.
Dokumen tersebut membahas tentang imunisasi, yang merupakan upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit dengan memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan ke dalam tubu. Dokumen ini menjelaskan pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit berbahaya seperti polio, campak, difteri, dan lainnya serta menyoroti tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan
PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR Di Era Pandemi C...Muh Saleh
Pedoman ini memberikan panduan bagi ibu hamil, bersalin, dan nifas untuk menerapkan prinsip pencegahan COVID-19 seperti mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, serta menghindari kontak dengan orang sakit. Pedoman ini juga menjelaskan tindakan pencegahan umum di fasilitas kesehatan seperti isolasi, prosedur pencegahan infeksi, dan pendekatan berbasis tim.
Berdasarkan dokumen tersebut, pemeriksaan fisik dan anamnesis yang baik sangat penting untuk mendiagnosis penyakit kelamin. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi dan palpasi daerah genitalia serta pengambilan spesimen, sedangkan anamnesis meliputi riwayat keluhan, riwayat seksual, dan faktor risiko pasien. Informasi yang diperoleh digunakan untuk mendiagnosis penyakit dan menentukan diagnosis banding.
Modul ini membahas keterampilan mahasiswa dalam mengambil spesimen darah, sekret vaginal, sputum, urin dan faeces. Termasuk teknik pengambilannya, alat dan bahan yang diperlukan, nilai normal dan abnormal hasil pemeriksaan, serta faktor yang mempengaruhi hasil tes.
Modul ini membahas keterampilan mahasiswa dalam mengambil spesimen darah, sekret vaginal, sputum, urin dan faeces. Termasuk teknik pengambilan dan analisis masing-masing spesimen beserta alat dan bahannya.
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) merupakan tes sederhana untuk mendeteksi kanker serviks dengan mengoleskan asam asetat pada serviks dan melihat apakah muncul bercak putih. Tes ini mudah dilakukan, murah, dan dapat memberikan hasil cepat untuk deteksi dini kanker serviks. Langkah-langkahnya meliputi persiapan pasien, inspeksi visual serviks, pencelupan kapas lidi ke asam
Skrining kanker serviks menggunakan tes IVA dilakukan pada 100 wanita di Puskesmas Warnasari. Hasilnya 30% positif IVA dan ditemukan 6 kasus kanker serviks. Sensitivitas dan spesifisitas tes IVA dibandingkan dengan hasil pemeriksaan lebih lanjut. Kanker serviks masih menjadi masalah besar di Indonesia karena diagnosisnya sering terlambat. Skrining IVA, meskipun kurang akurat dari tes Pap,
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan fisik, laboratorium, dan penunjang seperti USG dan CTG untuk menilai kondisi ibu hamil dan janin. Pemeriksaan fisik meliputi antropometri dan kepala hingga kaki, sedangkan laboratorium meliputi tes darah dan urine untuk mendeteksi hormon kehamilan. USG dan CTG berguna untuk memantau pertumbuhan janin.
2. Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang
dikembangkan oleh Dr. George N. Papanicalaou untuk
penapisan awal dari gejala kanker leher rahim. Pap smear
merupakan pemeriksaan sitologi eksfoliative dengan
memeriksa sel-sel epitel cervix yang lepas. Pemeriksaan ini
lebih mudah, murah, sederhana, aman dan akurat. Di negara
maju, skrinning Pap Smear terbukti dapat menemukan lesi
prakanker, menurunkan insiden dan menurunkan angka
kematian akibat kanker serviks sampai 70-80%. Tujuan tes
Pap adalah menemukan sel abnormal atau sel yang dapat
berkembang menjadi kanker termasuk infeksi HPV. Kanker
serviks merupakan penyakit menular seksual, bila penyakit
prakanker/ displasia ditemukan lebih dini kemungkinan angka
penyembuhan mencapai 80-90 % tergantung beratnya lesi
dan cara pengobatannya.
3. Pemeriksaan Pap Smear dilakukan paling
tidak setahun sekali bagi wanita yang sudah
menikah atau yang telah melakukan
hubungan seksual. Para wanita sebaiknya
memeriksakan diri sampai usia 70 tahun.
Pap Smear dapat dilakukan kapan saja,
kecuali pada masa haid. Persiapan pasien
untuk melakukan Pap Smear adalah tidak
sedang haid, tidak coitus 1 – 3 hari sebelum
pemeriksaan dilakukan dan tidak sedang
menggunakan obat – obatan vaginal.
4. Pengambilan sampel dapat dilakukan oleh
dokter umum, dokter spesialis maupun
bidan/ para medis. Sedangkan yang
memproses sampel adalah analis/ teknisi
laboratoriun dan yang mendiagnosa hasil
adalah ahli patologi anatomi (dokter
spesialis PA).
5. Bahan yang dapat dijadikan sampel
adalah dari cervical/ vaginal smear,
sputum, bronchial washing/ brushing,
nasopharyngeal smear/ washing/ brushing,
urin, cairan lambung/ pleura/ ascites/
sendi, liquor cerebrospinal, aspirat AJH,
inprint neoplasma.
Sampel yang biasa digunakan adalah dari
cervical/ vaginal smear.
6. Sarana prasarana yang diperlukan dalam pemeriksaan
pap smear antara lain : ruangan khusus, meja
ginekologi, tenaga ahli dan terampil, spekulum steril,
peralatan yang menunjang untuk pemeriksaan Pap
Smear (spatula, obyek glass, cairan untuk fiksasi,
tabung fiksasi, mikroskop), alat tulis (misal spidol
marker, label, pensil), formulir Pap Smear, medical
records, laboratorium sitologi dengan petugas terampil/
ahli dalam menginterpretasikan hasil, transportasi
pengiriman hasil Pap Smear, sistem informasi untuk
meyakinkan klien dalam melakukan kunjungan ulang,
kualitas sistem asuransi untuk memaksimalkan
keakuratan.
7. Menghindari persetubuhan, penggunaan
tampon, pil vagina, ataupun mandi berendam
dalam bath tub, selama 24 jam sebelum
pemeriksaan, untuk menghindari
‘kontaminasi’ ke dalam vagina yang dapat
mengacaukan hasil pemeriksaan.
Tidak sedang menstruasi , karena darah dan
sel dari dalam rahim dapat mengganggu
keakuratan hasil pap smear.
8. prakanker dalam serviks. Biopsi (pengambilan
jaringan) serviks umumnya dilakukan saat pap
smear bila ada indikasi kelainan signifikan, atau
bila ditemukan kelainan selama pemeriksaan
dalam rutin, untuk mengidentifikasi kelainan
tersebut. Hasil pap smear dinyatakan positif, bila
menunjukkan perubahan-perubahan sel serviks.
Biopsi (pengambilan jaringan) mungkin tidak perlu
dilakukan segera, kecuali anda dalam kategori
risiko tinggi. Untuk perubahan sel yang minor,
umumnya direkomendasikan untuk mengulang
pap smear dalam 6 bulan ke depan.
9. Fiksasi sampel adalah cara mengawetkan
sampel dengan bahna kimia tertentu agar
sel yang terkandung dalam sampel tidak
rusak/ lisis. Bahan kimia untuk fiksasi
antara lain : alkohol 96 %, alkohol 70 %,
methanol, alkohol 50 %, either – alkohol
95 %.
Bahan kimia yang biasa digunakan untuk
fiksasi sampel adalah alkohol 96%.
10. Alat pengambilan sampel untuk pap smear
dengan menggunakan spatula yang dapat
terbuat dari kayu maupun plastik. Jenis
spatula antara lain : cervix brush,
cytobrush, plastic spatula, maupun
wooden spatula.
11. Dua hari menjelang pemeriksaan, ibu dilarang melakukan senggama
maupun memakai obat-obatan yang dimasukkan ke dalam liang
senggama. Waktu yang baik untuk pemeriksaan adalah beberapa
hari setelah selesai menstruasi. Terlebih dahulu mengisi informed
consent dan formulir Pap Smear secara lengkap dan sesuaikan
dengan nomor urut pengambilan. Ibu dalam posisi litotomi, pasang
spekulum vagina tanpa menggunakan pelicin, dan tanpa melakukan
periksa dalam sebelumnya. Setelah portio tampak, maka spatula
dimasukkan ke dalam kanalis servikalis, lalu spatula diputar 180°
searah jarum jam. Spatula dengan ujung pendek diusap 360° pada
permukaan serviks. Lendir yang didapat dioleskan pada objek glass
berlawanan arah jarum jam. Apusan hendaknya dilakukan sekali
saja, lalu difiksasi atau direndam dalam larutan alkohol 96% selama
30 menit. Sediaan dapat dikirim secara basah (tetap direndam
dalam alkohol) atau dikirim secara kering dengan mengeringkan
sediaan setelah direndam dalam alkohol. Selanjutnya sediaan tadi
dikirim ke Ahli Patologi Anatomi untuk diperiksa.
12. Hal yang harus diperhatikan
dalam pembuatan sediaan apus adalah
membuat sediaan apusan tipis merata;
segera fiksasi sesuai metode pewarnaan
PAP; membuat sediaan sedikit mungkin
mengandung darah; menjaga kebersihan
obyek glass yang digunakan; menghindari
bahan kimia yang merusak sel; menyiimpan
ditempat yang bersih, kering dan aman;
memberi label pada obyek glas yang
digunakan.
13. Kualitas suatu tes penapisan dapat diukur dengan :
-Sensitivitas : Kelompok wanita dengan tes positif
diantara yang sakit.
-Spesifisitas : Kelompok wanita dengan tes negatif
diantara yang tidak sakit.
Angka negatif palsu diperkirakan berkisar 5-50%,
kesalahan terbanyak disebabkan oleh pengambilan
sediaan yang tidak adekuat (62%), kegagalan skrining
(15 %) dan kesalahan interpretasi (23%). Sedangkan
angka positif palsu berkisar 3-15 %. Ketepatan
diagnostic perlu memperhatikan komponen
endoserviks dan ektoserviks yang dapat
menggabungkan cytobrush dan spatula.
14. Kesalahan yang sering terjadi :
1. Sediaan apus terlalu tipis, hanya mengandung sedikit sel.
2. Sediaan apus terlalu tebal dan tidak merata, sel
bertumpuk-tumpuk sehingga menyulitkan pemeriksaan.
3. Sediaan apus telah kering sebelum difiksasi (terlalu lama
diluar, tidak segera direndam di dalam cairan fiksatif).
4. Cairan fiksatif tidak memakai alkohol 96 %.
Petunjuk untuk penapisan :
Pemeriksaan tes Pap dilakukan setelah 2 tahun aktif dalam
aktifitas seksual.
Interval penapisan. Wanita dengan tes Pap negatif berulang
kali diambil setiap 2 tahun, sedang wanita dengan kelainan
atau hasil abnormal perlu evaluasi lebih sering.
Pada usia 70 tahun atau lebih tidak diambil lagi dengan syarat
hasil 2 kali negatif dalam 5 tahun terakhir.
15. Hasil pap smear normal menunjukkan
hasil negatif, yaitu tidak adanya sel-sel
serviks yang abnormal.
Sedangkan hasil pap smear
abnormaldibagi menjadi 3 hasil utama :1.
Bukan kankerKebanyakan hasilnya
adalah infeksi kemudian pasien diminta
untuk berobat dan melakukan kontrol
ulang dalam 4-6 bulan untuk mengulang
pap smear.