SlideShare a Scribd company logo
Pandai, Pintar dan Cerdas..
(Sumber: google)


Susah juga mencari definisi dan perbedaan dari ketiga kata judul itu. Seakan-akan ketiganya
memiliki arti yang sama.

Pandai saya maknai sebagai orang yang mampu memanfaatkan kemampuan otak kirinya secara
baik. Otak kiri akan mendorong orang untuk melakukan analisa-analisa, membuat perhitungan-
perhitungan dan mengambil keputusan. Biasanya orang yang mampu memaksimalkan otak kiri
akan mendapatkan nilai atau rangkin yang bagus dikelasnya.

Pintar saya maknai sebagai orang yang mampu memanfaatkan kemampuan otak kanannya. Yang
membuatnya memiliki sikap kreatif, imajinatif dan variatif. Sedangkan cerdas saya maknai orang
yang mampu memanfaatkan secara menyeluruh antara kemampuan otak kanan dan otak kiri.

So, ini hanya klasifikasi-klasifikasi menurut persepsi saya, karena begitulah tuntutan otak kiri
saya.

Cara pandang (paradigma) kita, tidak selalu terkait dengan keadaan di luar diri kita, namun juga
ada yang terpengaruh oleh keadaan yang ada dalam diri kita. Cara berpikir yang terbiasa dengan
otak kiri akan berbeda dengan cara berpikir orang yang terbiasa menggunakan otak kanan.

Pandai dalam kelas-kelas sekolah, mendapatkan nilai bagus dan mendapatkan rangkin satu bukan
merupakan ukuran seseorang menjadi sukses atau tidak, juga bukan ukuran dia akan menjadi
cerdas atau tidak.

Orang pandai belum tentu pintar, orang pintar belum tentu pandai, dan orang cerdas perlu belajar
terus-menerus untuk mengembangkan kepandaian dan kepintarannya.

Beriku ini adalah kisah orang terkenal berkaitan dengan fakta perbedaan paradigma.

Henri Ford pendiri Ford Motor Company, pengusaha sukses yang hanya tamat sekolah dasar
(SD), karena kondisi ekonomi keluarganya yang tidak memungkinkan Ford melanjutkan ke
SLTP.

Pada era perang dunia kedua ketika bisnisnya sudah menjadi bisnis besar, Henry Ford pernah
mengalami peristiwa yang bisa menggugah cara pandang kita (paradigma) tentang makna
“terdidik” dan “berpendidikan”.

Cerita ini di tulis oleh Napoleon Hill penulis buku laris “Berpikir dan menjadi Kaya” yang juga
merupakan sahabat Henry Ford.

Henry Ford menggugat Koran Chicago Tribune atas pemberitaan terkait Ford yang dianggap
sebagai “ignoramus” atau bersikap pasif dan tidak tahu apa-apa atau tidak mau tahu terhadap
kepentingan Negara saat terjadi peperangan. Ada kejadian yang sangat menarik ketika gugatan
masuk ke dalam pengadilan.



Para pengacara Chicago Tribune mengajukan bukti-bukti yang di dapat dari pernyataan-
pernyataan Ford sendiri yang menunjukkan bahwa Ford memang tidak berpengetahuan. Dan saat
pemeriksaan silang fakta-fakta tersebut juga semakin kuat terbukti.

Salah satu pertanyaan pengacara Chicago Tribune pada Ford adalah “Seberapa banyak tentara
Inggris yang dikirim untuk memadamkan pemberontakan di Koloni pada tahun 1776?

Dengan muka tanpa ekspresi, Ford menjawab, “Saya tidak tahu pasti jumlahnya. Tapi, yang saya
dengar jumlahnya jauh lebih banyak dari pada saat dikirim pulang”.

Spontan, suara gelak tawa terdengar riuh di ruang sidang. Para juri, petugas pengadilan serta
orang-orang yang menonton sidang sama-sama tertawa. Lebih-lebih pengacara yang berjuluk
“Smart Aleck” yang mengajukan pertanyaan itu.

Interogasi ini dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan lain dalam waktu satu jam atau lebih.
Tetapi Ford tetap bersikap tenang dan membiarkan Aleck terus mempermainkan dia dengan
petanyaan-pertanyaan yang menghinakan sampai para pengacara itu capek sendiri.

Setelah itu, akhirnya Ford berdiri lalu menunjukkan jarinya ke arah pengacara Chicago Tribune,
dan menjawab :

“Jika saya benar-benar diharuskan menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol yang baru kalian
ajukan dan pertanyaan lainnya, harap tahu saja bahwa di meja kantor saya ada banyak berjejer
tombol elektronik. Dengan memencet satu tombol saja saya bisa mendapatkan orang-orang yang
bisa menjawab secara tepat semua pertanyaan ini dan pertanyaan lain yang kalian tidak cukup
cerdas untuk menjawabnya sendiri. Sekarang dengan rasa hormat, saya mau bertanya kepada
Anda semua, mengapa saya harus memenuhi otak saya dengan begitu banyak perincian yang
tidak berguna untuk sekedar menjawab setiap pertanyaan konyol, padahal saya memiliki orang-
orang terbaik yang bisa memberikan semua fakta yang saya butuhkan?”

Ucapan Ford itu meluncur begitu saja diluar kepala, tetapi benar-benar terkait dengan jawaban
atas semua pertanyaan yang diajukan si pengacara.

Setelah itu ada keheningan total di dalam ruang sidang. Para pengacara Chicago Tribune
ternganga, hakim menatap Ford dengan penuh arti, banyak juri yang terperangah menoleh kanan-
kiri seperti habis mendengar sebuah ledakan.

Seorang tokoh terkemuka yang hadir pada persidangan itu mengenang, suasana itu mengingatkan
dia pada pemaknaan cerita tatakala Yesus di sidang di hadapan Pontius Pilatus. Ketika ditanya
Pontius Pilatus, Yesus memberi jawaban yang sangat terkenal : “Apakah kebenaran itu?”
Begitulah cerita tentang Henry Ford yang menggugah kita untuk memaknai kembali tentang
pandai, pintar dan cerdas.

Selain cerita di atas kita juga mengenal cerita lain di Indoensia. Cerita ini memang cerita fiktif,
namun berguna untuk membedakan bagaimana perbedaan paradigma, serta kaintannya dengan
kekuatan otak kanan dan otak kiri kita.

Ada sebuah cerita :

Ada seekor katak yang akan menyeberangi sungai. Lebar sungai itu 100 m. Lompatan katak
sejauh 2,5 meter untuk sekali lompat. Berapa kali lompatan agar katak itu bisa menyeberangi
sungai?

Pertanyaan seperti ini mungkin sudah sering kita dengar, dan jadi bahan lelucon diantara kita.
Namun, lelucon ini sebenarnya mengandung arti yang menunjukkan adanya perbedaan
paradigma yang mempengaruhi seseorang untuk menjawab pertanyaan.

Orang yang cenderung menggunakan otak kiri (orang pandai/orang analitis), akan segera
menghitung 100 dibagi 2,5 secara matematis. Dan akan menghasilkan jawaban 40
LOMPATAN!!! Jawaban yang tepat berdasarkan analisa otak kiri kita.

Namun di sisi lain, orang yang terbiasa menggunakan otak kanan (yang sangat jarang di
Indonesia) akan segera menjawab 2 LOMPATAN!!! Di mana katak hanya butuh sekali
melompat ke sungai, lalu berenang, kemudian setelah sampai di pinggir sungai yang lain, dia
hanya butuh sekali lompatan. Artinya hanya ada 2 lompatan.

Orang yang terbiasa dengan otak kiri dan tidak terbiasa dengan otak kanan, akan mudah sekali
menyalahkannya, atau menganggapnya sebagai sebuah lelucon. Sehingga akan mentertawakan
jawaban tersebut.

Mana yang benar?

Dalam pelajaran sekolah, kita dijejali dengan menerima satu jawaban benar. Mulai dari SD
sampai perguruan tinggi. Dan melupakan bahwa selalu ada kemungkinan untuk munculnya
jawaban-jawaban lain. Karena kedua jawaban terebut pada dasarnya mengandung kebenaran
tergantung dari cara kita melihatnya.

Orang cerdas tidak akan menyalahkan dan membenarkan salah satunya. Toh, kedua-duanya
memang benar menurut cara berpikirnya masing-masing.

Justru, kita akan salah kalau kita membenarkan dan menyalahkan tanpa melihat dulu cara
berpikir atau paradigma orang lain.
Sayang sekali memang, dunia pendidikan kita, mainstream (paradigma utama) yang ada
cenderung hanya memperkuat kekuatan otak kiri. Sementara pengembangan otak kanan masih
sangat kurang.

Dampak dari paradigma pendidikan yang terjadi sekarang ini adalah minimnya kreatifitas yang
dimiliki oleh orang-orang yang “berpendidikan”. Mudah sekali kita temukan sarjana yang tidak
berdaya untuk mencari penghasilan/pendapatan/pekerjaan karena tidak adanya lapangan
pekerjaan. Logika mendapatkan uang “hanya” dengan menjadi pekerja telah terlalu kuat
tertanam sejak masih di sekolah dasar.

Sudah saatnya kita belajar tentang paradigma dan implikasinya yang akan membuka wawasan
dan menambah kecerdasan, dan mampu membuat perubahan. Perubahan yang dimulai dari
dalam diri sendiri, serta memahami bahwa masalahnya bukan apa yang ada di luar sana, tetapi
apa yang ada dalam diri kita.

Wassalam....

More Related Content

Viewers also liked

How People Really Hold and Touch (their Phones)
How People Really Hold and Touch (their Phones)How People Really Hold and Touch (their Phones)
How People Really Hold and Touch (their Phones)
Steven Hoober
 
Displaying Data
Displaying DataDisplaying Data
Displaying Data
Bipul Deb Nath
 
Five Killer Ways to Design The Same Slide
Five Killer Ways to Design The Same SlideFive Killer Ways to Design The Same Slide
Five Killer Ways to Design The Same SlideCrispy Presentations
 
How I got 2.5 Million views on Slideshare (by @nickdemey - Board of Innovation)
How I got 2.5 Million views on Slideshare (by @nickdemey - Board of Innovation)How I got 2.5 Million views on Slideshare (by @nickdemey - Board of Innovation)
How I got 2.5 Million views on Slideshare (by @nickdemey - Board of Innovation)
Board of Innovation
 
Design Your Career 2018
Design Your Career 2018Design Your Career 2018
Design Your Career 2018
Slides That Rock
 
Upworthy: 10 Ways To Win The Internets
Upworthy: 10 Ways To Win The InternetsUpworthy: 10 Ways To Win The Internets
Upworthy: 10 Ways To Win The Internets
Upworthy
 
The Seven Deadly Social Media Sins
The Seven Deadly Social Media SinsThe Seven Deadly Social Media Sins
The Seven Deadly Social Media Sins
XPLAIN
 
The What If Technique presented by Motivate Design
The What If Technique presented by Motivate DesignThe What If Technique presented by Motivate Design
The What If Technique presented by Motivate Design
Motivate Design
 
10 Powerful Body Language Tips for your next Presentation
10 Powerful Body Language Tips for your next Presentation10 Powerful Body Language Tips for your next Presentation
10 Powerful Body Language Tips for your next Presentation
SOAP Presentations
 
How To (Really) Get Into Marketing
How To (Really) Get Into MarketingHow To (Really) Get Into Marketing
How To (Really) Get Into Marketing
Ed Fry
 
Crap. The Content Marketing Deluge.
Crap. The Content Marketing Deluge.Crap. The Content Marketing Deluge.
Crap. The Content Marketing Deluge.
Velocity Partners
 
What Would Steve Do? 10 Lessons from the World's Most Captivating Presenters
What Would Steve Do? 10 Lessons from the World's Most Captivating PresentersWhat Would Steve Do? 10 Lessons from the World's Most Captivating Presenters
What Would Steve Do? 10 Lessons from the World's Most Captivating Presenters
HubSpot
 
Digital Strategy 101
Digital Strategy 101Digital Strategy 101
Digital Strategy 101
Bud Caddell
 
Why Content Marketing Fails
Why Content Marketing FailsWhy Content Marketing Fails
Why Content Marketing FailsRand Fishkin
 
The Search for Meaning in B2B Marketing
The Search for Meaning in B2B MarketingThe Search for Meaning in B2B Marketing
The Search for Meaning in B2B Marketing
Velocity Partners
 
How Google Works
How Google WorksHow Google Works
How Google Works
Eric Schmidt
 

Viewers also liked (16)

How People Really Hold and Touch (their Phones)
How People Really Hold and Touch (their Phones)How People Really Hold and Touch (their Phones)
How People Really Hold and Touch (their Phones)
 
Displaying Data
Displaying DataDisplaying Data
Displaying Data
 
Five Killer Ways to Design The Same Slide
Five Killer Ways to Design The Same SlideFive Killer Ways to Design The Same Slide
Five Killer Ways to Design The Same Slide
 
How I got 2.5 Million views on Slideshare (by @nickdemey - Board of Innovation)
How I got 2.5 Million views on Slideshare (by @nickdemey - Board of Innovation)How I got 2.5 Million views on Slideshare (by @nickdemey - Board of Innovation)
How I got 2.5 Million views on Slideshare (by @nickdemey - Board of Innovation)
 
Design Your Career 2018
Design Your Career 2018Design Your Career 2018
Design Your Career 2018
 
Upworthy: 10 Ways To Win The Internets
Upworthy: 10 Ways To Win The InternetsUpworthy: 10 Ways To Win The Internets
Upworthy: 10 Ways To Win The Internets
 
The Seven Deadly Social Media Sins
The Seven Deadly Social Media SinsThe Seven Deadly Social Media Sins
The Seven Deadly Social Media Sins
 
The What If Technique presented by Motivate Design
The What If Technique presented by Motivate DesignThe What If Technique presented by Motivate Design
The What If Technique presented by Motivate Design
 
10 Powerful Body Language Tips for your next Presentation
10 Powerful Body Language Tips for your next Presentation10 Powerful Body Language Tips for your next Presentation
10 Powerful Body Language Tips for your next Presentation
 
How To (Really) Get Into Marketing
How To (Really) Get Into MarketingHow To (Really) Get Into Marketing
How To (Really) Get Into Marketing
 
Crap. The Content Marketing Deluge.
Crap. The Content Marketing Deluge.Crap. The Content Marketing Deluge.
Crap. The Content Marketing Deluge.
 
What Would Steve Do? 10 Lessons from the World's Most Captivating Presenters
What Would Steve Do? 10 Lessons from the World's Most Captivating PresentersWhat Would Steve Do? 10 Lessons from the World's Most Captivating Presenters
What Would Steve Do? 10 Lessons from the World's Most Captivating Presenters
 
Digital Strategy 101
Digital Strategy 101Digital Strategy 101
Digital Strategy 101
 
Why Content Marketing Fails
Why Content Marketing FailsWhy Content Marketing Fails
Why Content Marketing Fails
 
The Search for Meaning in B2B Marketing
The Search for Meaning in B2B MarketingThe Search for Meaning in B2B Marketing
The Search for Meaning in B2B Marketing
 
How Google Works
How Google WorksHow Google Works
How Google Works
 

Similar to Pandai pntar dan cerdas

TUGAS FILSAFAT ILMU KELOMPOK SATU UNIVERSITAS PTIQ
TUGAS FILSAFAT ILMU KELOMPOK SATU UNIVERSITAS PTIQTUGAS FILSAFAT ILMU KELOMPOK SATU UNIVERSITAS PTIQ
TUGAS FILSAFAT ILMU KELOMPOK SATU UNIVERSITAS PTIQ
moethans
 
Kritik thd pendidikan 1
Kritik thd pendidikan 1Kritik thd pendidikan 1
Kritik thd pendidikan 1Ery Arifullah
 
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Ria Widia
 
Konsep berpikir sehat
Konsep berpikir sehat Konsep berpikir sehat
Konsep berpikir sehat
Ilmu coro Lilies toro
 
Makalah alamia dasar
Makalah alamia dasarMakalah alamia dasar
Makalah alamia dasarApree Apree
 
Pengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat IlmuPengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat Ilmu
ElShaddaiPutriOctavi
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
leinadkho
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
leinadkho
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
PETANI MANDIRI
 
Satlan full version rizti febrining tyas
Satlan full version rizti febrining tyasSatlan full version rizti febrining tyas
Satlan full version rizti febrining tyas
rizti febrining tyas tyas
 
Sosiopat di lingkungan kita
Sosiopat di lingkungan kitaSosiopat di lingkungan kita
Sosiopat di lingkungan kitaitsnadia
 
Ringkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmuRingkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmu
Muhamad Aljebra Aliksan Rauf
 
Berpikir kreatif
Berpikir kreatifBerpikir kreatif
Berpikir kreatif
vanyyyy
 
Berpikir Kreatif
Berpikir KreatifBerpikir Kreatif
Berpikir Kreatif
Tri Widodo W. UTOMO
 
Pengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan Ilmu
Pengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan IlmuPengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan Ilmu
Pengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan Ilmu
ND Arisanti
 
resume ilmu alamiah dasar.docx
resume ilmu alamiah dasar.docxresume ilmu alamiah dasar.docx
resume ilmu alamiah dasar.docx
peri heriyanto
 
SRI SUWANTI- MIP- Latihan 28
SRI SUWANTI- MIP- Latihan 28SRI SUWANTI- MIP- Latihan 28
SRI SUWANTI- MIP- Latihan 28
Sri Suwanti
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
Alfin Galau
 
Catatan bangsa yang aneh
Catatan bangsa yang anehCatatan bangsa yang aneh
Catatan bangsa yang aneh
Anang Febrianto
 

Similar to Pandai pntar dan cerdas (20)

TUGAS FILSAFAT ILMU KELOMPOK SATU UNIVERSITAS PTIQ
TUGAS FILSAFAT ILMU KELOMPOK SATU UNIVERSITAS PTIQTUGAS FILSAFAT ILMU KELOMPOK SATU UNIVERSITAS PTIQ
TUGAS FILSAFAT ILMU KELOMPOK SATU UNIVERSITAS PTIQ
 
Kritik thd pendidikan 1
Kritik thd pendidikan 1Kritik thd pendidikan 1
Kritik thd pendidikan 1
 
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
Perkembangan Pola Pikir Manusia (IAD dan ISBD)
 
Konsep berpikir sehat
Konsep berpikir sehat Konsep berpikir sehat
Konsep berpikir sehat
 
Makalah alamia dasar
Makalah alamia dasarMakalah alamia dasar
Makalah alamia dasar
 
Pengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat IlmuPengantar Filsafat Ilmu
Pengantar Filsafat Ilmu
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
 
Penalaran
PenalaranPenalaran
Penalaran
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Satlan full version rizti febrining tyas
Satlan full version rizti febrining tyasSatlan full version rizti febrining tyas
Satlan full version rizti febrining tyas
 
Sosiopat di lingkungan kita
Sosiopat di lingkungan kitaSosiopat di lingkungan kita
Sosiopat di lingkungan kita
 
mengartikan "Brain drain"
mengartikan "Brain drain"mengartikan "Brain drain"
mengartikan "Brain drain"
 
Ringkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmuRingkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmu
 
Berpikir kreatif
Berpikir kreatifBerpikir kreatif
Berpikir kreatif
 
Berpikir Kreatif
Berpikir KreatifBerpikir Kreatif
Berpikir Kreatif
 
Pengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan Ilmu
Pengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan IlmuPengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan Ilmu
Pengertian, Peran, dan Tantangan Pengembangan Ilmu
 
resume ilmu alamiah dasar.docx
resume ilmu alamiah dasar.docxresume ilmu alamiah dasar.docx
resume ilmu alamiah dasar.docx
 
SRI SUWANTI- MIP- Latihan 28
SRI SUWANTI- MIP- Latihan 28SRI SUWANTI- MIP- Latihan 28
SRI SUWANTI- MIP- Latihan 28
 
Filsafat ilmu
Filsafat ilmuFilsafat ilmu
Filsafat ilmu
 
Catatan bangsa yang aneh
Catatan bangsa yang anehCatatan bangsa yang aneh
Catatan bangsa yang aneh
 

Pandai pntar dan cerdas

  • 1. Pandai, Pintar dan Cerdas.. (Sumber: google) Susah juga mencari definisi dan perbedaan dari ketiga kata judul itu. Seakan-akan ketiganya memiliki arti yang sama. Pandai saya maknai sebagai orang yang mampu memanfaatkan kemampuan otak kirinya secara baik. Otak kiri akan mendorong orang untuk melakukan analisa-analisa, membuat perhitungan- perhitungan dan mengambil keputusan. Biasanya orang yang mampu memaksimalkan otak kiri akan mendapatkan nilai atau rangkin yang bagus dikelasnya. Pintar saya maknai sebagai orang yang mampu memanfaatkan kemampuan otak kanannya. Yang membuatnya memiliki sikap kreatif, imajinatif dan variatif. Sedangkan cerdas saya maknai orang yang mampu memanfaatkan secara menyeluruh antara kemampuan otak kanan dan otak kiri. So, ini hanya klasifikasi-klasifikasi menurut persepsi saya, karena begitulah tuntutan otak kiri saya. Cara pandang (paradigma) kita, tidak selalu terkait dengan keadaan di luar diri kita, namun juga ada yang terpengaruh oleh keadaan yang ada dalam diri kita. Cara berpikir yang terbiasa dengan otak kiri akan berbeda dengan cara berpikir orang yang terbiasa menggunakan otak kanan. Pandai dalam kelas-kelas sekolah, mendapatkan nilai bagus dan mendapatkan rangkin satu bukan merupakan ukuran seseorang menjadi sukses atau tidak, juga bukan ukuran dia akan menjadi cerdas atau tidak. Orang pandai belum tentu pintar, orang pintar belum tentu pandai, dan orang cerdas perlu belajar terus-menerus untuk mengembangkan kepandaian dan kepintarannya. Beriku ini adalah kisah orang terkenal berkaitan dengan fakta perbedaan paradigma. Henri Ford pendiri Ford Motor Company, pengusaha sukses yang hanya tamat sekolah dasar (SD), karena kondisi ekonomi keluarganya yang tidak memungkinkan Ford melanjutkan ke SLTP. Pada era perang dunia kedua ketika bisnisnya sudah menjadi bisnis besar, Henry Ford pernah mengalami peristiwa yang bisa menggugah cara pandang kita (paradigma) tentang makna “terdidik” dan “berpendidikan”. Cerita ini di tulis oleh Napoleon Hill penulis buku laris “Berpikir dan menjadi Kaya” yang juga merupakan sahabat Henry Ford. Henry Ford menggugat Koran Chicago Tribune atas pemberitaan terkait Ford yang dianggap sebagai “ignoramus” atau bersikap pasif dan tidak tahu apa-apa atau tidak mau tahu terhadap
  • 2. kepentingan Negara saat terjadi peperangan. Ada kejadian yang sangat menarik ketika gugatan masuk ke dalam pengadilan. Para pengacara Chicago Tribune mengajukan bukti-bukti yang di dapat dari pernyataan- pernyataan Ford sendiri yang menunjukkan bahwa Ford memang tidak berpengetahuan. Dan saat pemeriksaan silang fakta-fakta tersebut juga semakin kuat terbukti. Salah satu pertanyaan pengacara Chicago Tribune pada Ford adalah “Seberapa banyak tentara Inggris yang dikirim untuk memadamkan pemberontakan di Koloni pada tahun 1776? Dengan muka tanpa ekspresi, Ford menjawab, “Saya tidak tahu pasti jumlahnya. Tapi, yang saya dengar jumlahnya jauh lebih banyak dari pada saat dikirim pulang”. Spontan, suara gelak tawa terdengar riuh di ruang sidang. Para juri, petugas pengadilan serta orang-orang yang menonton sidang sama-sama tertawa. Lebih-lebih pengacara yang berjuluk “Smart Aleck” yang mengajukan pertanyaan itu. Interogasi ini dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan lain dalam waktu satu jam atau lebih. Tetapi Ford tetap bersikap tenang dan membiarkan Aleck terus mempermainkan dia dengan petanyaan-pertanyaan yang menghinakan sampai para pengacara itu capek sendiri. Setelah itu, akhirnya Ford berdiri lalu menunjukkan jarinya ke arah pengacara Chicago Tribune, dan menjawab : “Jika saya benar-benar diharuskan menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol yang baru kalian ajukan dan pertanyaan lainnya, harap tahu saja bahwa di meja kantor saya ada banyak berjejer tombol elektronik. Dengan memencet satu tombol saja saya bisa mendapatkan orang-orang yang bisa menjawab secara tepat semua pertanyaan ini dan pertanyaan lain yang kalian tidak cukup cerdas untuk menjawabnya sendiri. Sekarang dengan rasa hormat, saya mau bertanya kepada Anda semua, mengapa saya harus memenuhi otak saya dengan begitu banyak perincian yang tidak berguna untuk sekedar menjawab setiap pertanyaan konyol, padahal saya memiliki orang- orang terbaik yang bisa memberikan semua fakta yang saya butuhkan?” Ucapan Ford itu meluncur begitu saja diluar kepala, tetapi benar-benar terkait dengan jawaban atas semua pertanyaan yang diajukan si pengacara. Setelah itu ada keheningan total di dalam ruang sidang. Para pengacara Chicago Tribune ternganga, hakim menatap Ford dengan penuh arti, banyak juri yang terperangah menoleh kanan- kiri seperti habis mendengar sebuah ledakan. Seorang tokoh terkemuka yang hadir pada persidangan itu mengenang, suasana itu mengingatkan dia pada pemaknaan cerita tatakala Yesus di sidang di hadapan Pontius Pilatus. Ketika ditanya Pontius Pilatus, Yesus memberi jawaban yang sangat terkenal : “Apakah kebenaran itu?”
  • 3. Begitulah cerita tentang Henry Ford yang menggugah kita untuk memaknai kembali tentang pandai, pintar dan cerdas. Selain cerita di atas kita juga mengenal cerita lain di Indoensia. Cerita ini memang cerita fiktif, namun berguna untuk membedakan bagaimana perbedaan paradigma, serta kaintannya dengan kekuatan otak kanan dan otak kiri kita. Ada sebuah cerita : Ada seekor katak yang akan menyeberangi sungai. Lebar sungai itu 100 m. Lompatan katak sejauh 2,5 meter untuk sekali lompat. Berapa kali lompatan agar katak itu bisa menyeberangi sungai? Pertanyaan seperti ini mungkin sudah sering kita dengar, dan jadi bahan lelucon diantara kita. Namun, lelucon ini sebenarnya mengandung arti yang menunjukkan adanya perbedaan paradigma yang mempengaruhi seseorang untuk menjawab pertanyaan. Orang yang cenderung menggunakan otak kiri (orang pandai/orang analitis), akan segera menghitung 100 dibagi 2,5 secara matematis. Dan akan menghasilkan jawaban 40 LOMPATAN!!! Jawaban yang tepat berdasarkan analisa otak kiri kita. Namun di sisi lain, orang yang terbiasa menggunakan otak kanan (yang sangat jarang di Indonesia) akan segera menjawab 2 LOMPATAN!!! Di mana katak hanya butuh sekali melompat ke sungai, lalu berenang, kemudian setelah sampai di pinggir sungai yang lain, dia hanya butuh sekali lompatan. Artinya hanya ada 2 lompatan. Orang yang terbiasa dengan otak kiri dan tidak terbiasa dengan otak kanan, akan mudah sekali menyalahkannya, atau menganggapnya sebagai sebuah lelucon. Sehingga akan mentertawakan jawaban tersebut. Mana yang benar? Dalam pelajaran sekolah, kita dijejali dengan menerima satu jawaban benar. Mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Dan melupakan bahwa selalu ada kemungkinan untuk munculnya jawaban-jawaban lain. Karena kedua jawaban terebut pada dasarnya mengandung kebenaran tergantung dari cara kita melihatnya. Orang cerdas tidak akan menyalahkan dan membenarkan salah satunya. Toh, kedua-duanya memang benar menurut cara berpikirnya masing-masing. Justru, kita akan salah kalau kita membenarkan dan menyalahkan tanpa melihat dulu cara berpikir atau paradigma orang lain.
  • 4. Sayang sekali memang, dunia pendidikan kita, mainstream (paradigma utama) yang ada cenderung hanya memperkuat kekuatan otak kiri. Sementara pengembangan otak kanan masih sangat kurang. Dampak dari paradigma pendidikan yang terjadi sekarang ini adalah minimnya kreatifitas yang dimiliki oleh orang-orang yang “berpendidikan”. Mudah sekali kita temukan sarjana yang tidak berdaya untuk mencari penghasilan/pendapatan/pekerjaan karena tidak adanya lapangan pekerjaan. Logika mendapatkan uang “hanya” dengan menjadi pekerja telah terlalu kuat tertanam sejak masih di sekolah dasar. Sudah saatnya kita belajar tentang paradigma dan implikasinya yang akan membuka wawasan dan menambah kecerdasan, dan mampu membuat perubahan. Perubahan yang dimulai dari dalam diri sendiri, serta memahami bahwa masalahnya bukan apa yang ada di luar sana, tetapi apa yang ada dalam diri kita. Wassalam....