Dokumen tersebut membahas tentang pajak penghasilan pasal 21 di Indonesia. Pajak ini dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, tunjangan, dan pembayaran lainnya yang diterima oleh subjek pajak dalam negeri. Dokumen menjelaskan pengertian subjek pajak dan bukan subjek pajak, objek pajak dan bukan objek pajak, dasar pengenaan dan pemotongan pajak, tarif pajak, serta hak dan kew
Pedoman teknis tata cara pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 dan / atau pajak penghasilan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi
1. Mengetahui Pengertian NPWP dan NPPKP
2. Mengetahui Pembuatan NPWP dan NPPKP
3. Mengetahui Manfaat NPWP dan NPPKP
4. Memahami Fungsi NPWP dan NPPKP
5. Memahami Manfaat NPWP dan NPPKP
Pedoman teknis tata cara pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 dan / atau pajak penghasilan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi
1. Mengetahui Pengertian NPWP dan NPPKP
2. Mengetahui Pembuatan NPWP dan NPPKP
3. Mengetahui Manfaat NPWP dan NPPKP
4. Memahami Fungsi NPWP dan NPPKP
5. Memahami Manfaat NPWP dan NPPKP
Pengenaan PPh 21 Dan Contoh Perhitungannya - RIKI ARDONIRiki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang selanjutnya disebut PPh Pasal 21 adalah Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Definisi diatas dapat dengan mudah kita temukan di PER-16/PJ/2016 atau di Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 pada bagian Ketentuan Umum pasal 1.
Apa itu SP2DK Pajak?
SP2DK adalah singkatan dari Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pajak (KPP) kepada Wajib Pajak (WP). SP2DK juga sering disebut sebagai surat cinta pajak.
Apa yang harus dilakukan jika mendapatkan SP2DK?
Biasanya, setelah mengirimkan SPT PPh Badan, DJP akan mengirimkan SP2DK. Namun, jangan khawatir, dalam webinar ini, enforce A akan membahasnya. Kami akan memberikan tips tentang bagaimana cara menanggapi SP2DK dengan tepat agar kewajiban pajak dapat diselesaikan dengan baik dan perusahaan tetap efisien dalam biaya pajak. Kami juga akan memberikan tips tentang bagaimana mencegah diterbitkannya SP2DK.
Daftar isi enforce A webinar:
https://enforcea.com/
Dapat SP2DK,Harus Apa? enforce A
Apa Itu SP2DK? How It Works?
How to Response SP2DK?
SP2DK Risk Management & Planning
SP2DK? Surat Cinta DJP? Apa itu SP2DK?
How It Works?
Garis Waktu Kewajiban Pajak
Indikator Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak
SP2DK adalah bagian dari kegiatan Pengawasan Kepatuhan Pajak
Penelitian Kepatuhan Formal
Penelitian Kepatuhan Material
Jenis Penelitian Kepatuhan Material
Penelitian Komprehensif WP Strategis
Data dan/atau Keterangan dalam Penelitian Kepatuhan Material
Simpulan Hasil Penelitian Kepatuhan Material Umum di KPP
Pelaksanaan SP2DK
Penelitian atas Penjelasan Wajib Pajak
Penerbitan dan Penyampaian SP2DK
Kunjungan Dalam Rangka SP2DK
Pembahasan dan Penyelesaian SP2DK
How DJP Get Data?
Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
Sumber Data SP2DK Ekualisasi
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Penghasilan PPh Badan vs DPP PPN
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Gaji , Bonus dll vs PPh Pasal 21
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/2 & 4 Ayat (2)/15
Sumber Data SP2DK Mirroring
Sumber Data SP2DK Benchmark
Laporan Hasil P2DK (LHP2DK)
Simpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut LHP2DK
Tindak lanjut SP2DK
Kaidah utama SP2DK
How to Response SP2DK?
Bagaimana Menyusun Tanggapan SP2DK yang Baik
SP2DK Risk Management & Planning
Bagaimana menghindari adanya SP2DK?
Kaidah Manajemen Perpajakan yang Baik
Tax Risk Management enforce A APPTIMA
Tax Efficiency : How to Achieve It?
Tax Diagnostic enforce A Discon 20 % Free 1 month retainer advisory (worth IDR 15 million)
Corporate Tax Obligations Review (Tax Diagnostic) 2023 enforce A
Last but Important…
Bertanya atau konsultasi Tax Help via chat consulting Apps enforce A
Materi ini telah dibahas di channel youtube EnforceA Konsultan Pajak https://youtu.be/pbV7Y8y2wFE?si=SBEiNYL24pMPccLe
1. PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
2017
PERPAJAKAN I
JAKARTA, 20 OKTOBER 2017
KELOMPOK 5 :
1.GHEA EKA PUTRI (11150000091)
2.AAN ANDRIANI (11150000166)
3.NONY SARASWATI GENDIS (11150000194)
2. Pajak PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan namadan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan
kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak
Penghasilan.
PENGERTIAN
3. 1. Pegawai;
2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang
manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya
3. Wajib pajak PPh 21 kategori bukan pegawai
yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pemberian jasa
4. Anggota dewan komisaris atau dewan
pengawas yang tidak merangkap sebagai
Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama
5. Mantan pegawai; dan/atau
6. Wajib pajak PPh Pasal 21 kategori peserta
kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam suatu kegiatan
WAJIB PAJAK & BUKAN WAJIB PAJAK
PPH PASAL 21
1. Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau
pejabat lain dari Negara asing dan orang – orang
yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama mereka,
dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya
tersebut, serta Negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional
dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) huruf c Undang –
Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga
Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau
kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia.
Wajib Pajak PPh 21 (diatur berdasarkan
peraturan DJP PER-32/PJ/2015 Pasal 3):
Yang tidak termasuk dalam pengertian
Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh
Pasal 21
4. OBJEK PAJAK & BUKAN OBJEK PAJAK
PPH PASAL 21
Penghasilan yang
dipotong PPh Pasal 21
adalah
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur
3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang
dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti
bekerja.
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas
5. Imbalan kepada bukan pegawai
6. Imbalan kepada peserta kegiatan
7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh anggota
dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang
sama.
8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau imbalan lainnya yang bersifat tidak teratur
yang diterima atau diperoleh mantan pegawai. Atau
9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai
pegawai
10. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
diberikan oleh :
5. 1. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk
apapun yang diberikan oleh wajib pajak atau pemerintah.
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, sepanjang tidak
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan.
5. Beasiswa, yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
LANJUTAN
Yang
tidak term
asuk dalam
pengertian
penghasilan
yang
dipotong
PPh
pasal 21
adalah
:
6. 1. Pemberi kerja yang terdiri dari : orang pribadi, badan atau cabang
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau
pemegang kas yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan.
3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja dan
badan – badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari
tua atau jaminan hari tua.
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
serta badan yang membayar: Honorarium atau pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan jasa dan atau kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak dalam negeri,
status subjek pajak luar negeri dan honorarium kepada peserta
pendidikan, pelatihan dan magang
5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang
bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta
lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar
honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada
PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN
PASAL 21
1. Kantor perwakilan
negara asing
2. Organisasi-organisasi
internasional yang telah
ditetapkan oleh Menteri
Keuangan; atau
3. Pemberi kerja orang
pribadi yang tidak
melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan
bebas yang semata-
mata mempekerjakan
orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan
rumah tangga atau
pekerjaan bukan dalam
rangka melakukan
kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
Yang tidak termasuk sebagai
pemberi kerja yang
mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan pajak
adalah :
7. HAK & KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
PPH PASAL 21
1. Wajib pajak berhak meminta
bukti pemotongan PPh pasal 21
kepada pemotong pajak.
2. Wajib pajak berhak mengajukan
surat keberatan kepada Direktur
Jendral Pajak
3. Wajib pajak berhak mengajukan
banding
1. Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
2. Pegawai, Penerima Pensiun Berkala,
dan Bukan Pegawai tertentu Wajib
Membuat Surat Pernyataan Yang
Berisi Jumlah Tanggungan Keluarga
Pada Awal Tahun Kalender Atau
Pada Saat Menjadi Subjek Pajak
Dalam Negeri
3. Wajib Menyerahkan Surat
Pernyataan Tanggungan Keluarga
kpd Pemotong Pajak Pada Saat
Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun
Hak-Hak Wajib Pajak : Kewajiban Wajib Pajak :
8. HAK & KEWAJIBAN PEMOTONG PAJAK
PPH PASAL 21
1. berhak utnuk mengajukan permohonan memperpanjang jangka
waktu penyampaian SPT tahunan PPh pasal 21
2. berhak untuk memperhitungkan kelebihan setoran pada SPT
tahunan terhadap pajak yang terhutang untuk bulan pada
waktu dilakukan perhitungan kembali.
3. Berhak untuk membetulkan sendiri SPT dengan
menyampaikan pernyataan tertulis kepada Kepala Inspeksi
Pajak setempat atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur
Jendral Pajak sepanjang belum dimulai tindakan pemeriksaan.
4. berhak mengajukan surat keberatan kepada Kepala Inspeksi
pajak atau suatu ketetapan pajak
5. berhak mengajukan banding kepada badan peradilan pajak
terhadap keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Inspeksi
Pajak mengenai keberatan.
1. Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
2. Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
3. PPh Pasal 21 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos
atau Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.
4. Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20
hari setelah Masa Pajak berakhir.
5. Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh
Ps. 21Untuk Setiap Masa Pajak
6. Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai
Ketentuan
7. Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada
Penerima Penghasilan
Hak-Hak Pemotong Pajak : Kewajiban Pemotong Pajak :
9. 1. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi: Pegawai Tetap; Penerima pensiun
berkala; Pegawai Tidak Tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau
jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah
melebihi Rp 4.500.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah); Bukan Pegawai
yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan.
2. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp 450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu
rupiah) sehari, yang berlaku bagi Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas
yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan,
sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender
belum melebihi Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah);
3. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi Bukan
Pegawai yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan;
4. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan sebagaimana
dimaksud pada poin 1, 2, dan 3.
DASAR PENGENAAN & PEMOTONGAN PAJAK
PPH PASAL 21
10. TARIF PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
• WP dengan penghasilan tahunan sampai
dengan Rp 50 juta adalah 5%
• WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50
juta - Rp 250 juta adalah 15%
• WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250
juta - Rp 500 juta adalah 25%
• WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500
juta adalah 30%
• Bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP, dikenakan pemotongan
PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan
terhadap wajib pajak yang memiliki NPWP.
• Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) adalah sebesar 120% dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya
dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki NPWP.
• Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku
untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final.
• Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima
penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mendaftarkan diri untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam tahun kalender yang bersangkutan
paling lama sebelum pemotongan PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember,
PPh Pasal 21 yang telah dipotong atas selisih pengenaan tarif sebesar 20%
(dua puluh persen) lebih tinggi tersebut diperhitungkan dengan PPh Pasal 21
yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki NPWP.
Tarif Pajak PPh 21 bagi yang memiliki
NPWP :
Tarif Pajak PPh 21 bagi yang tidak memiliki
NPWP :