1. Makalah ini membahas optimalisasi penggunaan service channel pada sistem komunikasi radio link untuk jaringan selular.
2. Radio link digunakan untuk menghubungkan BTS dengan BSC melalui approach link, dan memiliki payload beserta beberapa service channel.
3. Makalah ini mengusulkan desain konverter ethernet untuk memanfaatkan service channel secara maksimal dengan mengubahnya menjadi sambungan ethernet.
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Memahami Teknologi Jaringan Berbasis Luar (WAN)
Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Menganalisis Jaringan Berbasis Luas
2. Mengevaluasi Jaringan Nirkabel
3. Mengevaluasi Permasalahan Jaringan Nirkabel
4. Memahami Jaringan Fiber Optic
5. Mengidentifikasi jenis-jenis kabel fiber optic
6. Menerapkan Fungsi Alat Kerja Fiber Optic
7. Mengevaluasi Penyambungan Fiber Optic
8. Mengevaluasi Perangkat Pasif Jaringan Fiber Optic
9. Mengevaluasi Permasalahan Jaringan Fiber Optic
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Memahami Teknologi Jaringan Berbasis Luar (WAN)
Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Menganalisis Jaringan Berbasis Luas
2. Mengevaluasi Jaringan Nirkabel
3. Mengevaluasi Permasalahan Jaringan Nirkabel
4. Memahami Jaringan Fiber Optic
5. Mengidentifikasi jenis-jenis kabel fiber optic
6. Menerapkan Fungsi Alat Kerja Fiber Optic
7. Mengevaluasi Penyambungan Fiber Optic
8. Mengevaluasi Perangkat Pasif Jaringan Fiber Optic
9. Mengevaluasi Permasalahan Jaringan Fiber Optic
NPT, ECI’s MPLS-TP based packet transport solution for Packet Transport Networks, is about putting first things first: Lowest Cost with Improved Performance.
Beyond TCP: The evolution of Internet transport protocolsOlivier Bonaventure
Â
The transport layer is one of the key layers of the Internet protocol stack. It enrichs the network layer service to make it suitable for applications. Almost 40 years after its initial design, TCP remains the most widely used transport protocol. In the early 2000s, SCTP was proposed as an alternative to TCP. Despite a clean and extensible design and many useful features, it did not reach wide deployment. This failure is mainly caused by middleboxes. We'll describe their operation and explain why Multipath TCP, which is a backward compatible evolution to TCP, has better chances of being deployed. We'll explain the main principles behind Multipath TCP and the lessons that can be drawn from its design. We'll then analyse why Internet giants like Google and Microsoft now consider application-layer solutions like QUIC to replace standard protocols like TCP.
Implementasi topologi point to multi point dengan mikrotik iiakasantana
Â
Jaringan wilayah metropolitan atau Metropolitan area network atau disingkat dengan MAN adalah suatu jaringan dalam suatu kota dengan transfer data berkecepatan tinggi, yang menghubungkan berbagai lokasi seperti kampus, perkantoran, pemerintahan dan sebagainya. Jaringan MAN adalah gabungan dari beberapa LAN.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Â
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
Optimalisasi Service Channel Approach Link Radio Komunikasi Selular
1. OPTIMALISASI SERVICE CHANNEL APPROACH LINK RADIO
KOMUNIKASI SELULAR
Tunggul Arief Nugroho (tunggul@ithb.ac.id)
Staf Pengajar Teknik Elektro ITHB
Jl. Dipati Ukur 82-84 Bandung.
Telp.62-22-2506636, Fax.62-22-2507901
ABSTRAK
Pembangunan infrastruktur telekomunikasi bergerak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.
Hal ini terlihat dari semakin banyaknya tower BTS yang dibangun. Untuk menghubungkan BTS-BTS
tersebut dengan MSC diperlukan approach link.
Untuk mempercepat penggelaran maka sistem komunikasi untuk approach link tersebut
menggunakan Radio Link.
Disamping payload Radio Link yang digunakan oleh BTS, maka pada umumnya Radio Link tersebut
mempunyai beberapa service channel. Sebagian dari service channel digunakan untuk NMS Radio ,
sedangkan service channel yang lainnya masih belum dimanfaatkan.
Terdapat bermacam jenis interface yang terdapat pada service channel.
Dalam makalah ini diusulkan dan dilaporkan suatu upaya untuk memanfaatkan secara maksimal
service channel tersebut.
Kata kunci: approach link, service channel, radio link
1. PENDAHULUAN terdapat service channel sebanyak 1 x 2.048
Mbps dan 5 x 64 kbps.
1.1. Latar Belakang Biasanya untuk maintenance radio
tersebut menggunakan salah satu service channel
Untuk pembangunan telepon selular 64 kbps. Sehingga masih banyak service channel
diperlukan transmisi antar BSC dan BTS. yang belum dimanfaatkan.
Teknologi Transmisi yang sering digunakan
adalah menggunakan Radio Link. 1.2 Konfigurasi Jaringan Selular
Keuntungan dengan menggunakan
solusi wireless ini antara lain : kemudahan Konfigurasi dari jaringan radio untuk
penggelaran (deployment), kecepatan selular adalh tergantgung dari area cakupan yang
pembangunan dan flesibilitas konfigurasi. diinginkan oleh operator tersebut. Hal ini pada
Karena semakin banyak nya operator umumnya dipengaruhi dari estimasi kepadatan
selular yang beroperasi tentu saja semakin pelanggan di kawasan tersebut.
banyak terlihat tumbuhnya tower-tower untuk Diagram dari sistem komunikasi selular
transmisi. secara umum adalah sbb:
Teknologi Radio Link adalah salah satu
alternatif yang banyak digunakan untuk approach Gambar 1.1 Konfigurasi Komunikasi Selular
link ke BTS. Radio Link ini beroperasi pada BTS BTS
frekuensi mulai dari 7 GHz sampai 22 GHz. Dan
kapasitas payload nya mulai dari 2xE1 ( 2 x BTS BTS BSC MSC
2.048 MBps ) sampai SDH atau 155 Mbps.
Banyak jenis dan merk radio link yang BTS BTS
digunakan oleh operator selular. Misalnya :
NERA, Ericsson, Alcatel dll.
Dari spesifikasi teknik Radio Link Dari MSC : Mobile Switching Centre
tersebut maka selain mentransmisikan payload dihubungkan ke BSC : Base Station Centre yang
untuk keperluan akses BTS, juga terdapat service umumnya terdapat di kota-kota besar. Kemudian
channel. dari BSC menyebar ke BTS ( Base Station
Service Channel adalah channel Transceiver ) ke titik-titik untukmencakup suatu
tambahan yang hampir selalu disediakan oleh area.
Radio Link tersebut. Sebagai contoh untuk Hubungan dari BSC ke BTS ini yang
Radio Link kapasitas 16E1 ( 34 Mbps ) terdapat : disebut approach link. Dan umumnya banyak
1 x 2.048 Mbps. Dan untuk SDH radio link digunakan radio link kapasitas sampai 16E1
sedangkan antar MSC digunakan Radio SDH.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia
ITB, 3-4 Mei 2005 137
2. PAYLOAD : 16E1
( 34 Mbps )
MULTIPLEXER
2 SISTEM DISAIN
SERVICE CHANNEL :
2.048 Mbps G.703
2.1 Konfigurasi Radio Link
ETHERNET V.11 ; 64 kbps
CONVERTER
Teknologi Radio Link yang digunakan
Ethernet
RS232A ; 57.6 kbps
mempunyai blok diagram secara umum sbb :
Gambar 2.1 Konfigurasi sistem
Tower PC
3. PROTOTYPING
PAYLOAD : 16E1
( 34 Mbps )
MULTIPLEXER MODEM TRANSCEIVER
SERVICE CHANNEL :
3.1 Skematik Diagram
2.048 Mbps dan 64 kbps
Dari Blok Diagram dan Spesifikasi hasil
Dari blok diagram tersebut terlihat dari proses Perancangan maka langkah
bahwa service channel di insertkan dan digabung selanjutnya adalah menuangkan hasil tersebut
dengan payload pada bagian multiplexer. kedalam skematik diagram. .
Kemudian output dari Multiplexer diteruskan ke
bagian Modem. 3.1.1 Skema Interface V.11
Interface dari Service channel tersebut
mempunyai beberapa jenis. Misalnya V.11, E1 Skematik untuk Interface V.11 adalah
dll. sbb
Gambar 3.1 Skema Interface V.11
2.2 Interface Service Channel
Terdapat berbagai macam Interface yang
digunakan oleh pabrikan Radio untuk Service
Channel.
Untuk Service Channel kecepatan 2.048
Mbps umumnya digunakan Interface G.703.
Sedangkan service channel yang kecepatan
64Kbps digunakan misalnya digunakan V.11,
RS422, untuk yang synchronous . Dan RS232A
untuk kecepatan 9.6 kbps – 57.6 kbps Interface ini berfungsi untuk merubah V.11
asynchronous. menjadi NRZ.
Gambar 2.2 Interface Service Channel 3.1.2 Skema Ethernet Converter
PAYLOAD : 16E1
( 34 Mbps ) Untuk merubah dari NRZ menjadi Ethernet
MULTIPLEXER digunakan skema sbb:
Gambar 3.2 Skema Ethernet Converter
SERVICE CHANNEL :
2.048 Mbps G.703
V.11 ; 64 kbps
RS232A ; 57.6 kbps
2.3 Service Channel To Ethernet Converter
Untuk mengubah Service Channel yang
mempunyai berbagai macam Interface, maka 3.2 Realisasi Model/Prototipe
dirancang suatu Ethernet Converter. Ethernet
Converter ini yang berfungsi untuk mengubah Proses selanjutnya setelah Desain
Service Channel menjadi Ethernet. skematik selesai adalah membuat PCB ( Printed
Circuit Board ) yaitu suatu papan tercetak untuk
Gambar 2.3 Blok Ethernet Converter meletakkan seluruh komponen. Proses
pembuatan dipermudah dengan bantuan CAD
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia
ITB, 3-4 Mei 2005 138
3. Protel. Dengan memasukkan skematik file secara Gambar 4.1 Konfigurasi uji coba
semi automatis PCB akan terbentuk. 20 km
Gambar 3.3 PCB Ethhernet Converter
BTS
BTS RADIO
RADIO
16X2 MBPS
16X2 MBPS
V.11
ETHERNET V.11 ETHERNET
CONVERTER CONVERTER
IP : 172.16.21.23
IP : 172.16.21.22
Setelah perangkat terpasang maka
dilakukan pengetesan Ping: dengan command
sbb:
PCB menggunakan double layer dengan C:>Ping 172.16.21.23 –t dari
bahan FR4 ( Woven glass, Flameretardant epoxy Komputer 1dan C:>Ping 172.16.21.22 –t dari
resin ) yang mempunyai konstanta dielektrik komputer 2.
Hasilnya adalah sbb:
bahan ( εr ) = 4 dan tebal h =1.6 mm.
File PCB tersebut kemudian
dikirimkan ke pembuat PCB. Hasilnya adalah
PCB double layer yang langkah selanjutnya
melakukan penyolderan komponen.
Hasil pembuatan model dapat dilihat di
gambar berikut:
Gambar 3.4 Prototype perangkat
5. KESIMPULAN
Dari hasil pengukuran maka dapat diambil
kesimpulan sbb:
Selanjutnya prototype perangkat setelah 1. Perangkat dapat digunakan untuk
adalah sbb: melewatkan IP address
2. Perangkat dapat melewatkan transfer
Gambar 3.5 Perangkat akhir data dengan kecepatan transfer
mendekati kecepatan service channel.
6. REFERENSI
4. UJI COBA
[1] Gi Lee,Byeong , Broadband
Pada tahap ini akan dilakukan pengujian dan Telecommunications Technology, Artech House
analisa kinerja sistem dari perangkat yang 1995
diimplementasikan. [2] NERA, SDH Radio Manual Book,NERA
Uji coba yang dilakukan adalah dengan 1998
konfigurasi sbb: [3] Sklar, Bernard, Digital Communication
Fundamentals and Applications, Prentice Hall,
New Jersey, 1988.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia
ITB, 3-4 Mei 2005 139
4. [6] Freeman, Roger L, Radio System Design for
telecommunications (1-100 GHz), John
Wiley&Sons,1987
[7] RF Micro Devices, Designer Handbook, RF
Micro Devices 1998
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia
ITB, 3-4 Mei 2005 140