Abses paru adalah lesi nekrotik pada jaringan paru yang disebabkan oleh aspirasi mikroorganisme dari saluran napas atas ke paru. Gejalanya berupa demam, batuk, dan nyeri dada disertai peningkatan leukosit dan hasil rontgen menunjukkan konsolidasi paru. Pengobatannya meliputi antibiotik intravena berdasarkan kultur sputum dan drainase abses.
1. Atelektasis adalah kondisi paru atau sebagian paru yang tidak berkembang sempurna sehingga tidak berisi udara.
2. Penyebabnya antara lain penyumbatan bronkus, tekanan luar, dan gangguan pernapasan.
3. Pada radiologi tampak penurunan volume paru, pergeseran mediastinum dan fissura.
Dokumen tersebut membahas tentang patologi sistem pernapasan khususnya tentang emfisema dan bronkitis kronik. Emfisema disebabkan oleh kerusakan serat elastik paru-paru yang menyebabkan hilangnya kemampuan mengembang sehingga jalan napas kecil kolaps selama ekspirasi. Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronis dan produksi sputum yang disebabkan oleh iritasi kronis pada bronkus akibat merokok.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit pleura dan pneumotoraks. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan anatomi dan fisiologi pleura dan rongga pleura, penyebab-penyebab terjadinya efusi dan akumulasi cairan dalam rongga pleura, diagnosis dan pengobatan empiema dan pneumotoraks, serta patofisiologi pneumotoraks.
Abses paru adalah lesi nekrotik pada jaringan paru yang disebabkan oleh aspirasi mikroorganisme dari saluran napas atas ke paru. Gejalanya berupa demam, batuk, dan nyeri dada disertai peningkatan leukosit dan hasil rontgen menunjukkan konsolidasi paru. Pengobatannya meliputi antibiotik intravena berdasarkan kultur sputum dan drainase abses.
1. Atelektasis adalah kondisi paru atau sebagian paru yang tidak berkembang sempurna sehingga tidak berisi udara.
2. Penyebabnya antara lain penyumbatan bronkus, tekanan luar, dan gangguan pernapasan.
3. Pada radiologi tampak penurunan volume paru, pergeseran mediastinum dan fissura.
Dokumen tersebut membahas tentang patologi sistem pernapasan khususnya tentang emfisema dan bronkitis kronik. Emfisema disebabkan oleh kerusakan serat elastik paru-paru yang menyebabkan hilangnya kemampuan mengembang sehingga jalan napas kecil kolaps selama ekspirasi. Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronis dan produksi sputum yang disebabkan oleh iritasi kronis pada bronkus akibat merokok.
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit pleura dan pneumotoraks. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan anatomi dan fisiologi pleura dan rongga pleura, penyebab-penyebab terjadinya efusi dan akumulasi cairan dalam rongga pleura, diagnosis dan pengobatan empiema dan pneumotoraks, serta patofisiologi pneumotoraks.
Bronkopneumonia adalah infeksi paru yang menyebabkan peradangan dan konsolidasi pada bronkiolus dan alveolus. Pneumonia ini sering terjadi pada pasien yang memiliki gangguan refleks batuk, fungsi silia, atau makrofag alveolus akibat usia lanjut, obat-obatan, merokok, alkohol, atau penyakit lain. Bakteri penyebab umum meliputi Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif. Komplikasi mungkin
Sistem pernapasan meliputi proses pertukaran gas antara paru-paru dan darah melalui rongga hidung, tenggorokan, trakea, bronkus, dan alveolus. Beberapa gangguan sistem pernapasan umum meliputi influenza, bronkitis, asma, polip hidung, tuberkulosis, sesak napas, faringitis, pneumonia, dan emfisema paru-paru.
Dokumen tersebut membahas tentang rhinosinusitis jamur. Terdapat dua klasifikasi utama rhinosinusitis jamur yaitu invasif dan non invasif, yang dibedakan berdasarkan tingkat invasi jamur ke jaringan. Rhinosinusitis jamur invasif dapat akut atau kronis, sedangkan non invasif terdiri dari infeksi fungal saprofitik dan fungus ball. Etiologi rhinosinusitis jamur invasif umumnya spesies Aspergillus pada pasien imunokomp
Laporan ini membahas asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia. Bronkopneumonia adalah radang paru dalam satu atau lebih area dalam bronki dan meluas ke parenkim paru. Laporan ini menjelaskan anatomi saluran pernapasan, definisi, klasifikasi, etiologi, gejala, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan bronkopneumonia pada anak.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien emphysema paru. Emphysema paru adalah distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus terminal yang disebabkan oleh destruksi dinding alveoli dan septum alveolar. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien ini antara lain gangguan bersih jalan napas, gangguan pertukaran gas, dan ketidakseimbangan nutrisi. Prinsip penatalaksanaan meliputi peningkatan
1. Sinusitis adalah peradangan pada sinus yang disebabkan oleh penumpukan mukus yang memungkinkan pertumbuhan bakteri.
2. Penggunaan ultrasound dan stimulasi gelombang terapeutik efektif untuk mengurangi nyeri pada sinus.
3. Laser terapi level rendah juga dapat mempercepat proses penyembuhan dengan mengurangi nyeri dan memperbaiki drainase sinus.
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru yang disebabkan penyumbatan saluran udara atau pernafasan dangkal. Sindroma lobus medialis merupakan atelektasis jangka panjang di lobus tengah paru-paru kanan yang disebabkan penekanan bronkus. Atelektasis percepatan sering terjadi pada pilot karena kecepatan penerbangan. Mikroatelektasis tersebar terjadi karena gangguan surfaktan atau faktor lain se
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pengelolaan saluran nafas oleh dokter anestesi. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain anatomi saluran nafas atas, indikasi dan persiapan intubasi, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan intubasi seperti sistem klasifikasi Mallampati.
Bronkopneumonia adalah infeksi paru yang menyebabkan peradangan dan konsolidasi pada bronkiolus dan alveolus. Pneumonia ini sering terjadi pada pasien yang memiliki gangguan refleks batuk, fungsi silia, atau makrofag alveolus akibat usia lanjut, obat-obatan, merokok, alkohol, atau penyakit lain. Bakteri penyebab umum meliputi Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif. Komplikasi mungkin
Sistem pernapasan meliputi proses pertukaran gas antara paru-paru dan darah melalui rongga hidung, tenggorokan, trakea, bronkus, dan alveolus. Beberapa gangguan sistem pernapasan umum meliputi influenza, bronkitis, asma, polip hidung, tuberkulosis, sesak napas, faringitis, pneumonia, dan emfisema paru-paru.
Dokumen tersebut membahas tentang rhinosinusitis jamur. Terdapat dua klasifikasi utama rhinosinusitis jamur yaitu invasif dan non invasif, yang dibedakan berdasarkan tingkat invasi jamur ke jaringan. Rhinosinusitis jamur invasif dapat akut atau kronis, sedangkan non invasif terdiri dari infeksi fungal saprofitik dan fungus ball. Etiologi rhinosinusitis jamur invasif umumnya spesies Aspergillus pada pasien imunokomp
Laporan ini membahas asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia. Bronkopneumonia adalah radang paru dalam satu atau lebih area dalam bronki dan meluas ke parenkim paru. Laporan ini menjelaskan anatomi saluran pernapasan, definisi, klasifikasi, etiologi, gejala, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan bronkopneumonia pada anak.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien emphysema paru. Emphysema paru adalah distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus terminal yang disebabkan oleh destruksi dinding alveoli dan septum alveolar. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien ini antara lain gangguan bersih jalan napas, gangguan pertukaran gas, dan ketidakseimbangan nutrisi. Prinsip penatalaksanaan meliputi peningkatan
1. Sinusitis adalah peradangan pada sinus yang disebabkan oleh penumpukan mukus yang memungkinkan pertumbuhan bakteri.
2. Penggunaan ultrasound dan stimulasi gelombang terapeutik efektif untuk mengurangi nyeri pada sinus.
3. Laser terapi level rendah juga dapat mempercepat proses penyembuhan dengan mengurangi nyeri dan memperbaiki drainase sinus.
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru yang disebabkan penyumbatan saluran udara atau pernafasan dangkal. Sindroma lobus medialis merupakan atelektasis jangka panjang di lobus tengah paru-paru kanan yang disebabkan penekanan bronkus. Atelektasis percepatan sering terjadi pada pilot karena kecepatan penerbangan. Mikroatelektasis tersebar terjadi karena gangguan surfaktan atau faktor lain se
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pengelolaan saluran nafas oleh dokter anestesi. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain anatomi saluran nafas atas, indikasi dan persiapan intubasi, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesulitan intubasi seperti sistem klasifikasi Mallampati.
Dokumen tersebut membahas tentang hematothorax yang merupakan keadaan adanya darah di rongga pleura akibat trauma dada. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain:
1. Hematothorax dapat disebabkan oleh trauma tumpul maupun tajam seperti tusukan.
2. Gejala klinisnya antara lain sesak napas, nyeri dada, dan penurunan suara napas.
3. Pengobatannya meliputi pemasangan
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan fisiologi hidung serta penjelasan mengenai epistaksis (mimisan). Hidung terdiri atas hidung luar dan cavitas nasi yang dibagi menjadi bagian kanan dan kiri oleh septum nasi. Epistaksis adalah gejala berupa perdarahan dari hidung yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di dalam hidung, dengan insidensi sekitar 60% populasi dunia yang pernah mengalaminya. Penyebab epist
Tetanus adalah infeksi akibat bakteri Clostridium tetani yang menghasilkan toksin tetanus. Penyakit ini ditandai dengan kekakuan otot yang disebabkan toksin tetanus. Ada tiga jenis tetanus yaitu umum, lokal, dan cephalic. Pencegahan melalui imunisasi dan penanganan luka, sedangkan pengobatannya menggunakan antibiotik, anti serum, dan obat penenang otot. Komplikasinya dapat berupa ganggu
Dokumen tersebut membahas berbagai kelainan dan penyakit sistem pernapasan manusia seperti sinusitis, renitis, bronkitis, tonsilitis, faringitis, laringitis, pleuritis, pneumonia, tuberculosis, asma, emfisema, kanker paru-paru, dan polip, serta pengobatannya. Juga dibahas teknologi terkait seperti oksigen, regulator oksigen, dan bronkoskop.
Dokumen tersebut membahas tentang benda asing di saluran napas dan saluran pencernaan. Pada saluran napas, benda asing dapat terjadi di rima glotis, trakea, dan bronkus dan diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, radiologi, dan endoskopi. Pada saluran pencernaan, benda asing dapat terjadi di esofagus dan diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, radiologi, dan endoskopi.
Este documento parece ser una lista de nombres y direcciones. Contiene más de 200 entradas con los nombres de personas y parejas, seguidos de sus direcciones. Las direcciones incluyen nombres de calles, pueblos y ciudades en Indonesia.
Proposal ini meminta dana sebesar Rp1.750.000 untuk seragam, biaya pendaftaran, dan konsumsi tim sepak bola Garlo FC dalam mengikuti turnamen di Laiworu pada 3 Maret 2017 guna mengembangkan bakat pemuda dan memajukan sepak bola di masyarakat.
Surat pernyataan yang berisi 10 poin pernyataan dari Lilis Fitra Saswati Arsil tentang statusnya yang tidak pernah dihukum, diberhentikan tidak hormat, menjadi calon pegawai, menjadi pengurus partai, terikat kerja, bersedia tidak menikah dan ditempatkan di seluruh Indonesia, serta bersedia mengembalikan biaya seleksi dan pelatihan jika mengundurkan diri.
Surat pernyataan yang ditandatangani oleh Fajar Aswati yang menyatakan bahwa dirinya tidak pernah dihukum, diberhentikan tidak hormat, menjadi calon pegawai negeri, menjadi pengurus partai politik, sedang terikat kontrak kerja, bersedia tidak menikah selama 6 bulan, ditempatkan di seluruh Indonesia, mengembalikan biaya seleksi jika mengundurkan diri, dan mengganti biaya enam kali lipat jika mengundurkan
This document contains reports from midwives at the Paramata Raha Midwifery Academy in Muna Regency on their targets for antenatal care, infant care, postnatal care, and family planning in 2017. The reports provide the midwife's name, student ID number, and academic institution for each of their assigned targets.
Dokumen tersebut membahas tentang makromolekul yang terdiri dari berbagai jenis seperti karbohidrat, lipid, dan protein. Karbohidrat dibagi menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Lipid terdiri dari lemak, fosfolipid, dan steroid. Sedangkan protein tersusun atas kombinasi asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Ketiga makromolekul ini memainkan peran penting dalam struktur dan metabolisme sel.
Pemimpin perlu memahami karakteristik karyawan sesuai teori X, Y, dan Z McGregor. Teori X mengasumsikan karyawan malas, teori Y mengasumsikan karyawan akan bekerja keras jika kondisinya tepat, teori Z menekankan partisipasi karyawan. Pemimpin harus mengembangkan kompetensi karyawan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Membangun budaya kepemimpinan penting agar kaderisasi terj
Tes akhir semester mata pelajaran Seni Budaya di SMK Kelautan dan Perikanan Raha meliputi berbagai aspek seni seperti seni rupa, musik, tari, dan drama. Soal-soalnya mencakup pengetahuan tentang sejarah seni, tokoh-tokoh seniman, unsur-unsur karya seni, dan fungsi seni dalam kehidupan. Ujian ini dimaksudkan untuk menilai pemahaman siswa terhadap berbagai aspek seni.
1. Karsinoma tulang adalah pertumbuhan sel ganas abnormal pada tulang dan jaringan terkaitnya.
2. Penyebabnya belum jelas tetapi kemungkinan termasuk genetik, radiasi, bahan kimia, dan trauma.
3. Gejalanya berupa nyeri tulang, bengkak, dan fraktur patologis yang dapat menyebar ke organ lain.
Undangan sosialisasi program tanaman jagung kuning kecamatan Lasalepa yang akan diselenggarakan pada tanggal 7 Maret 2017 pukul 09.00 di Balai Pertemuan Desa Labone. Kehadiran para tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok tani, dan aparat desa sangat diharapkan.
2. OBSTRUKSI SALURAN NAPAS ATAS
Kongenital : atresia koana,stenosis
supraglotis,glottis dan infraglotis, kista duktus
tireoglosus, kista bronkiegen yang besar ,laringokel
yang besar.
Radang : laringotrakeitis, epiglotitis, hipertrofi
adenotonsiler, angina ludwig, abses parafaring atau
retrofaring
4. KONGENGITAL
Atresia koanae :
Koane dapat menyumbat total atau sebagian, di
satu atau dua sisi, akibat kegagalan absorpsi
membran bukofaringeal. Obstruksi mungkin berupa
membranatau tulang. Gejalanya ialah kesulitan
bernapas dan keluar sekret hidung terusmenerus.
Diagnosis mudah dibuat dengan timbulnya sianosis
pada waktu diam yangmenghilang pada waktu
menangis, dan melihat sumbatan di belakang
rongga hidung.
Pengobatan dengan pembedahan
5. SELAPUT (WEB) GLOTIS DAN STENOSIS
GLOTIS
Pita suara terbentuk dari membran horizontal primordial
yang terbelah padagaris tengah. Kegagalan pemisahan
mengakibatkan berbagai derajat stenosis glotis,mulai
dari selaput pada komisura anterior sampai atresia total
glotis. Biasanya ditandai suara parau sedangkan pada
bayi menifestasinya berupa suara serak dan menangis
tidak keras. Derajat sesak dan disfonia tergantung dari
luasnya kelainan.
Pengobatan sementara pada bayi atau anak dengan
businasi. Diperlukan tindakan bedah untuk memisahkan
pita suara melalui tirotomi.
Obstruksi di subglotis jarang ditemukan, yaitu berupa
penyempitan jalan napas setinggi rawan krikoid.
6. TRAUMA
Menelan bahan kaustik
Larutan asam kuat seperti asam sulfat, nitrat dan
hidroklorit, atau basa kuatseperti soda kaustik,
potasium kaustik dan ammonium bila tertelan
dapamengakibatkan terbakarnya mukosa saluran
cerna.
7.
Trauma trakea
Trauma tajam atau tumpul pada leher dapat mengenai
trakea. Trauma tumpul tidak menimbulkan gejala atau
tanda tetapi dapat juga mengakibatkan kelainan
hebat berupa sesak napas, karena penekanan jalan
napas atau aspirasi darah atau emfisema kutis bila
trakea robek.
Trauma tumpul trakea jarang memerlukan tindakan
bedah. Penderita diobservasi bila terjadi obstruksi jalan
napas dikerjakan trakeotomi.
Pada trauma tajam yang menyebabkan robekan trakea
segera dilakukan trakeotomi di distal robekan.
Kemudian robekan trakea dijahit kembali.
8.
Trauma intubasi
Pemasangan pipa endotrakea yang lama dapat
menimbulkan udem laring dan trakea. Keadaan ini
baru diketahui bila pipa dicabut karena suara
penderita terdengar
parau dan ada kesulitan
menelan, gangguan aktivitas laring, dan beberapa
derajat
obstruksi
pernapasan.
Pengobatan
dilakukan dengan pemberian kortikosteroid. Bila
obstruksi napas terlalu hebat maka dilakukan
trakeotomi.
9.
Dislokasi krikoaritenoid
Trauma pada laring dapat menyebabkan dislokasi
persendian krikoaritenoid yang mengakibatkan
suara parau disertai obstruksi jalan napas bagian
atas. Pada pemeriksaan roentgen leher tampak
dislokasi struktur laring, penyempitan jalan napas,
dan udem jaringan lunak.
Penanganannya berupa trakeotomi, kemudian
dislokasi direposisi secara terbuka dan dipasang
bidai dalam. Kelambatan penanganan dislokasi
krikoaritenoid dapat mengakibatkan stenosis laring
10.
Paralisis korda vokalis bilateral
Kedua pita suara tidak dapat bergerak sedangkan
posisinya paramedian dan cenderung bertaut satu
sama lain waktu inspirasi. Penderita mengalami
sesak napas hebat yang mungkin memerlukan
intubasi dan atau trakeotomi.
11. TUMOR
Papiloma laring rekuren (papilomatosis laring infantil)
Tumor epithelial papiler yang multipel pada laring ini
disebabkan oleh papovavirus yang banyak didapatkan
di lembah sungai Missisipi (AS).
Penderitanya sering mempunyai veruka kulit yang
mengandung
virus.
Biasanya
kelainan
sudah
mulai pada usia dua tahun. Jika si ibu mempunyai
veruka vagina maka kelainan ini dapat terjadi pada bayi
usia enam bulan.
Gejala khas berupa disfonia dan sesak napas yang
bertambah hebat sampaiterjadi sumbatan total jalan
napas.
12. Neoplasma tiroid
Karsinoma tiroid dapat berinvasi ke laring dan
mempengaruhi jalan napas. Adanya invasi ini harus
dicurigai bila tumor tiroid tidak dapat digerakkan
dari dasarnya, disertai suara parau dan gangguan
napas.
Pada pemeriksaan photo roentgen leher terlihat
distorsi laring atau bayangan suatu massa yang
menonjol ke lumen laring dan trakea.
Tumor ini harus dieksisi dengan laringektomi.
13. LAIN-LAIN
Udem angioneurotik
Udem angiopneurotik mukosa laring adalah salah
satu penyebab obstruksi laring yang disebabkan
oleh alergi.
Gejala berupa suara parau yang progresif setelah
kontak dengan menghirup atau menelan alergen
tanpa tanda infeksi.
Kadang
diperlukan
trakeotomi
untuk
menyelamatkan jiwa
14. BEBERAPA PEMERIKSAAN PENUNJANG
YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK
MENGETAHUI LETAK SUMBATAN
Laringoskop
Nasoendoskopi
X-ray
Foto polos sinus paranasal
CT- Scan kepala & leher
Biopsi
15. TRAKEOSTOMI
Trakeostomi adalah suatu tindakan bedah dengan
mengiris atau membuat lubang sehingga terjadi
hubungan langsung lumen trakea dengan dunia
luar untuk mengatasi gangguan pernapasan bagian
atas.
16.
Indikasi trakeostomi adalah:
1.Mengatasi obstruksi laring.
2.Mengurangi ruang rugi (dead air space) di
saluran
pernapasan atas.
3.Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus.
4.Untuk memasang alat bantu pernapasan
(respirator)
5.Untuk mengambil benda asing di subglotik,
apabila
tidak mempunyai fasilitas bronkoskopi
17. PPOK
Keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas
yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat
progresif, dan biasanya disebabkan oleh proses
inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas
berbahaya yang dapat memberikan gambaran
gangguan sistemik
19. GEJALA KLINIS
sesak napas progressif, memburuk dengan
aktivitas, persisten.
batuk kronik,
produksi sputum kronik,
20.
1.
2.
3.
4.
Berdasarkan Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease (GOLD) 2006, PPOK
dibagi atas 4 derajat:
PPOK Ringan: biasanya tanpa gejala, faal
paru VEP1/KVP < 70%
PPOK Sedang: VEP1/KVP < 70%, atau 50%
=< VEP1 < 80% prediksi
PPOK Berat: VEP1/KVP < 70%, atau
30%=<VEP1<50% prediksi
PPOK Sangat Berat: VEP1/KVP < 70% atau
VEP1<30% atau VEP1<50% disertai gagal napas
kronik
21. TERAPI
Berhenti merokok/mencegah pajanan gas/partikel
berbahaya
Menghindari faktor pencetus
Vaksinasi Influenza
Rehabilitasi paru
Pengobatan/medikamentosa di antaranya penggunaan
bronkodilator kerja singkat (SABA, antikolinergik kerja
singkat), penggunaan bronkodilator kerja lama (LABA,
antikolinergik kerja lama), dan obat simtomatik.
Pemberian kortikosteroid dapat digunakan berdasarkan
derajat PPOK.
Pada PPOK derajat sangat berat diberikan terapi
oksigen
Reduksi volume paru secara pembedahan (LVRS) atau
endoskopi (transbronkial) (BLVR)
22. ASMA BRONKHIAL
penyakit saluran pernapasan dengan ciri-ciri
saluran pernapasan tersebut akan bersifat
hipersensitif (kepekaan yang luar biasa) atau
hiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap
bermacam-macam rangsangan, yang ditandai
dengan
timbulnya
penyempitan
saluran
pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat
berubah derajat penyempitannya menjadi normal
kembali secara spontan dengan atau tanpa
pengobatan.
23. Kelainan dasar penyempitan saluran pernapasan
yang berakibat timbulnya sesak napas adalah
gabungan dari keadaan berikut:
Kejang/berkerutnya
otot polos dari saluran
pernapasan
Sembab/pembengkakan selaput lendir
Proses keradangan
Pembentukan dan timbunan lendir yang berlebihan
dalam rongga saluran pernapasan
24.
25. GEJALA KLINIS
Sesak napas
Batuk Lendir
Mengi (wheezing)
Gejala yang berat dapat berupa napas sangat
sesak, otot-otot daerah dada berkontraksi sehingga
sela-sela iganya menjadi cekung, berkeringat
banyak seperti orang yang bekerja keras, kesulitan
berbicara karena tenaga hanya untuk berusaha
bernapas, posisi duduk lebih melegakan napas
daripada tidur meskipun dengan bantal yang
tinggi, bila hal ini berlangsung lama maka akan
timbul komplikasi yang serius.
26.
27. JENIS ASMA
a)
Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling
umum, dan disebabkan karena reaksi alergi
penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen),
yang tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap
mereka yang sehat. Kecenderungan alergi ini
adalah “kelemahan keturunan”. Setiap orang dari
lahir memiliki sistem imunitas alami yang
melindungi tubuhnya terhadap serangan dari luar.
Sistem ini bekerja dengan memproduksi antibodi.
28. b)
Asma Intrinsik
Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu
yang berasal dari alergen. Asma jenis ini
disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi
lingkungan seperti cuaca, kelembapan dan suhu
tubuh. Asma intrinsik biasanya berhubungan
dengan menurunnya kondisi ketahanan tubuh,
terutama pada mereka yang memiliki riwayat
kesehatan paru-paru yang kurang baik.
29. Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat dibagi
berdasarkan frekuensi kemunculan gejala
(Hadibroto & Alam, 2006).
1.
Intermitten, yaitu sering tanpa gejala atau
munculnya kurang dari 1 kali dalam seminggu dan
gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam
sebulan. Jika seperti itu yang terjadi, berarti faal
(fungsi) paru masih baik.
2.
Persisten ringan, yaitu gejala asma lebih dari 1
kali dalam seminggu dan serangannya sampai
mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala asma
malam lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini
membuat faal paru realatif menurun.
30. 3.
Persisten sedang, yaitu asma terjadi setiap
hari
dan
serangan
sudah
mengganggu
aktivitas, serta terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala
asma malam lebih dari 1-2 kali seminggu. Gejala
asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu. Faal
paru menurun.
4.
Persisten berat, gejala asma terjadi terusmenerus dan serangan sering terjadi. Gejala asma
malam terjadi hampir setiap malam. Akibatnya faal
paru sangat menurun.
31. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a)
Pemeriksaan Laboratorium
(1) Pemeriksaan Sputum
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk
serangan asma yang berat, karena hanya reaksi
yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari
edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok
sel-sel epitel dari perlekatannya.
32. (2) Pemeriksaan Darah (Analisa Gas
Darah/AGD/astrub)
(a) Analisa gas darah pada umumnya normal akan
tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
atau asidosis.
(b) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari
SGOT dan LDH.
(c) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang
di atas 15.000/mm3 dimana menandakan
terdapatnya suatu infeksi.
33. (3) Sel Eosinofil
Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus
dapat mencapai 1000-1500/mm3 baik asma
intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitung sel
eosinofil normal antara 100-200/mm3.
34. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(1) Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya
normal. Pada waktu serangan menunjukan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun.
(2) Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi
yang positif pada asma.
35. (3) Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat
dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
(4) Spirometer
Alat pengukur faal paru, selain penting untuk
menegakkan diagnosis juga untuk menilai beratnya
obstruksi dan efek pengobatan.
36. (8) Petanda Inflamasi
Analisis sputum yang diinduksi menunjukkan
hubungan antara jumlah eosinofil dan Eosinophyl
Cationic Protein (ECP) dengan inflamasi dan
derajat berat asma.
37. Menurut AAAI (Amerika Academy of Allergy,
Asthma & Immunology) penggolongan obat asma
(Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut:
a)
Obat-obat anti peradangan (preventer)
b)
Obat-obat pelega gejala berjangka panjang
Obat-obat pelega gejala berjangka panjang dalam
nama generik yang ada di pasaran adalah
salmeterol hidroksi naftoat (salmeterol xinafoate)
dan teofilin (theophylline).
38. c)
Obat-obat
pelega
gejala
asma
(reliever/bronkodilator)
Misalnya salbutamol [Ventolin®], terbutaline
[Bricanyl®], formoterol [Foradil®, Oxis®], dan
salmeterol
[Serevent®]
secara
cepat
mengembalikan saluran napas yang menyempit
yang terjadi selama serangan asma ke kondisi
semula. Obat pereda/pelega biasanya tersedia
dalam bentuk inhaler berwarna biru atau abu-abu.
39. EMFISEMA
Emfisema Paru adalah penyakit Paru Obstruktif
Kronik. Emfisema adalah penyakit yang gejala
utamanya adalah penyempitan (obstruksi) saluran
napas,
karena
kantung
udara
di
paru
menggelembung secara berlebihan dan mengalami
kerusakan yang luas.
41. GEJALA
Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis
Kronis
Napas terengah-engah disertai dengan suara
seperti peluit
Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak
menonjol, penderita sampai membungkuk
Bibir tampak kebiruan
Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun
Batuk menahun
42. TATA LAKSANA
1. Penyuluhan, Menerangkan pada para pasien hal-hal
yang dapat memperberat penyakit, hal-hal yang harus
dihindarkan dan bagaimana cara pengobatan dengan
baik.
2. Pencegahan
a. Rokok, merokok harus dihentikan meskipun sukar.
Penyuluhan dan usaha yang optimal harus
dilakukan
b. Menghindari lingkungan polusi, sebaiknya dilakukan
penyuluhan secara berkala pada pekerja pabrik,
terutama pada pabrik-pabrik yang mengeluarkan
zat- zat polutan yang berbahaya terhadap saluran
nafas.
c. Vaksin, dianjurkan vaksinasi untuk mencegah
eksaserbasi, terutama terhadap influenza dan
infeksi
pneumokokus.
43. 3. Terapi Farmakologi, tujuan utama adalah untuk mengurangi obstruksi jalan nafas yang
masih mempunyai komponen reversible meskipun sedikit. Hal ini dapat dilakukan dengan:
a. Pemberian Bronkodilator,
Golongan teofilin, biasanya diberikan dengan dosis 10-15 mg/kg BB per oral dengan
memperhatikan kadar teofilin dalam darah. Konsentrasi dalam darah yang baik antara 1015mg/L.
Golongan agonis B2, biasanya diberikan secara aerosol/nebuliser. Efek samping utama adalah
tremor,tetapi menghilang dengan pemberian agak lama.
b. Pemberian Kortikosteroid, pada beberapa pasien, pemberian kortikosteroid akan berhasil
mengurangi obstruksi saluran nafas. Hinshaw dan Murry menganjurkan untuk mencoba
pemberian kortikosteroid selama 3-4 minggu. Kalau tidak ada respon baru dihentikan.
c. Mengurangi sekresi mukus
Minum cukup, supaya tidak dehidrasi dan mukus lebih encer sehingga urine tetap kuning
pucat. Ekspektoran, yang sering digunakan ialah gliseril guaiakolat, kalium yodida, dan
amonium klorida. Nebulisasi dan humidifikasi dengan uap air menurunkan viskositas dan
mengencerkan sputum. Mukolitik dapat digunakan asetilsistein atau bromheksin.
44. 4. Fisioterapi dan Rehabilitasi, tujuan fisioterapi dan
rehabilitasi
adalah
meningkatkan
kapasitas
fungsional dan kualitas hidup dan memenuhi
kebutuhan pasien dari segi social, emosional dan
vokasional. Program fisioterapi yang dilaksanakan
berguna untuk :
a. Mengeluarkan mukus dari saluran nafas.
b. Memperbaiki efisiensi ventilasi.
c. Memperbaiki dan meningkatkan kekuatan fisis
45. 5. Pemberian O2 dalam jangka panjang, akan
memperbaiki emfisema disertai kenaikan toleransi
latihan. Biasanya diberikan pada pasien hipoksia
yang timbul pada waktu tidur atau waktu latihan.
Menurut Make, pemberian O2 selama 19 jam/hari
akan mempunyai hasil lebih baik dari pada
pemberian 12 jam/hari.
46. 1. Pemeriksan radiologis, pemeriksaan foto dada sangat membantu
dalam menegakkan diagnosis dan menyingkirkan penyakit-penyakit lain.
Foto dada pada emfisema paru terdapat dua bentuk kelainan, yaitu:
a. Gambaran defisiensi arter
Overinflasi, terlihat diafragma yang rendah dan datar,kadang-kadang
terlihat konkaf. Oligoemia, penyempitan pembuluh darah pulmonal dan
penambahan corakan kedistal.
b. Corakan paru yang bertambah, sering terdapat pada kor pulmonal,
emfisema sentrilobular dan blue bloaters. Overinflasi tidak begitu hebat.
2.
Pemeriksaan fungsi paru, pada emfisema paru kapasitas difusi
menurun karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
3. Analisis Gas Darah Ventilasi, yang hampir adekuat masih sering
dapat dipertahankan oleh pasien emvisema paru. Sehingga PaCO2
rendah atau normal. Saturasi hemoglobin pasien hampir mencukupi.
4. Pemeriksaan EKG