Sebuah modul edukasi tentang eksploitasi seksual anak di ranah online untuk program “Smart School Online”. Secara khusus modul ini memberikan panduan bagi fasilitator agar
dapat berperan lebih optimal dalam mengedukasi anak dan orang muda dengan mengedepankan upaya pencegahan dan memberikan respon yang tepat bila mendapati situasi eksploitasi seksual anak yang terjadi di ranah online. Modul ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada anak dan orang muda tentang definisi, bentuk-bentuk eksploitasi seksual anak di ranah online dan gambaran umum kasus-kasus yang terjadi di Indonesia. Modul ini juga mengajak anak dan orang muda untuk mengenali jenis-jenis pelaku eksploitasi seksual anak di ranah online serta mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya eksploitasi seksual anak di ranah online.
Eksploitasi seksual pada anak online adalah sebuah masalah global yang berkembang dengan cepat dan membutuhkan sebuah respon yang komprehensif.
ECPAT bekerja untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun kapasitas para anggotanya dan para pemangku kepentingan lain dalam memerangi isu eksploitasi
seksual pada anak online tersebut. Agar dapat secara efektif bekerja pada sebuah solusi, yang menjadi titik awal adalah agar semua pemangku kepentingan mengenali apa yang menjadi masalah tersebut. Setidaknya, hal ini membutuhkan sebuah
pemahaman dasar tentang berbagai perwujudan eksploitasi seksual pada anak online tersebut dan bagaimana para pelaku menjadikan anak-anak sebagai korban. Disamping itu, penting untuk menggunakan sebuah bahasa bersama ketika
mendiskusikan setiap pendekatan yang digunakan untuk menangani masalah ini untuk memastikan pemahaman dan mencegah persepsi yang salah tentang sifat dan
seriusnya isu ini. Idealnya, ide-ide bersama ini juga harus ditangkap dalam kerangka kerja hukum nasional dan regional yang mengkriminalkan dan menghukum perbuatan-perbuatan seperti itu dengan sanksi yang sebanding dan disuasif.
Booklet ini berisi 3 seri lembar fakta yang terkait dengan eksploitasi seksual pada
anak online yang memberikan sumber-sumber yang mudah dan siap untuk
dipergunakan oleh setiap orang yang tertarik dengan isu ini. Seri pertama terdiri dari
lembar fakta yang menjelaskan berbagai perwujudan eksploitasi seksual pada anak
online. Seri kedua mencakup 5 kerangka kerja hukum regional dan/atau
internasional yang relevan yang memuat berbagai ketentuan tentang satu
perwujudan eksploitasi seksual pada anak online atau lebih. Terakhir, seri ketiga
terdiri dari lembar fakta Internet dan Teknologi yang menjelaskan berbagai istilah
dan alat yang relevan untuk memahami internet dan bagaimana berbagai teknologi
(berpotensi) untuk digunakan oleh para pelaku kejahatan seks anak atau orang-
orang yang berusaha untuk menghalangi para pelaku tersebut.
Modul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan AnakECPAT Indonesia
Memastikan anak aman dalam lembaga atau organisasi yang bekerja dengan anak, adalah tugas semua lembaga yang peduli pada isu perlindungan anak. Hal ini tidak dapat dilakukan secara spontan dan tanpa rencana, namun harus dilakukan secara tersistem sehingga dapat dipantau dan dapat dipertanggungjawabkan melalui suatu Kebijakan Perlindungan Anak (KPPA/CPP). Saat ini CPP sudah menjadi prasyarat lembaga-lembaga internasional dalam mencari partner kerja, LSM lokal/nasional di suatu negara.
Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam RKUHPECPAT Indonesia
Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Eksploitasi seksual komersial anak (ESKA) adalah suatu jenis kejahatan model baru yang sedang mendapat perhatian diduniasaat ini. Kejahatan ini terdiri dari Prostitusi anak, Pornografi anak, Perdagangan anak untuk tujuan seksual, Pariwisata seks anak dan perkawinan anak. Walaupun tidak
ada data yang pasti mengenai berapa jumlah korban ESKA saat ini, namun temuan beberapa organisasi cukup mengagetkan.
UNICEF Indonesia pernah melakukan penelitian tentang anak yang menjadi korban ESKA dan ditemukan ada sekitar 40.000-70.000 anak yang menjadi korban ESKA. ILO pernah melakukan penelitian tentang pelacuran anak dibeberapa kota di Indonesia dan menemukan fakta ada sekitar 24.000 anak-anak yang dilacurkan. Bahkan sejak 2005 sampai 2014, IOM Indonesia berhasil memulangkan korban perdagangan manusia ke wilayah-wilayah Indonesia sebanyak 7,193 dari
jumlah itu ditemukan sebanyak 82% adalah perempuan dan 16% dari total tersebut adalah anak-anak yang merupakan anak-anak korban perdagangan untuk tujuan seksual.
Indonesia saat ini tidak memiliki undang-undang yang khusus mengatur masalah ESKA. Undang-undang hanya memasukan ESKA secara terpisah di beberapa peraturan pidana lain, seperti contohnya UU tentang pornografi, di dalam undang-undang ini pornografi anak hanya menjadi bagian dari tindak pidana intinya yaitu pidana pornografi, begitu juga yang terdapat dalam undang-undang Tindak Pidana Perdagangan Orang, di mana perdagangan anak dengan tujuan eksploitasi
seksual hanya masuk menjadi salah satu bagian saja dalam undang-undang ini.
Pada RKUHP pada bagian Buku II sebenarnya tindak pidana ESKA sudah sebagian masuk dalam rancangannya, seperti tindak pidana pornografi anak dan tindak pidana perdagangan anak untuk tujuan seksual, pasal-pasal tersebut tersebar di beberapa bagian. Namun jika ditilik dengan lebih detil maka terhadap rumusan itu masih diperlukan penajaman definisi-definisi terkait ESKA. Baik yang sesuai dengan Undang-Undang khusus yang telah ada, juga dari instrumen Internasional yang telah di ratifikasi oleh Indonesia, agar rumusan dalam rancangan KUHP tersebut lebih baik.
ECPAT Indonesia
Institute for Criminal Justice Reform (ICJR)
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...literasi digital
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perlindungan Anak dan Komunitas bisa menjadi acuan dalam mencegah dan menangani masalah kejahatan seksual anak online. Modul ini juga bisa dipergunakan oleh tim Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat sebagai acuan dalam mengembangkan pelatihan-pelatihan di desa untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual online.
Modul Smart School Online Untuk Orang Tua “Eksploitasi Seksual Anak di Ranah ...ECPAT Indonesia
Modul edukasi tentang Eksploitasi seksual anak di ranah online saat ini telah berhasil di selesaikan oleh tim penulis dari ECPAT Indonesia didalam program “Smart School Online” untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dan pemahamannya dalam menyikapi perkembangan internet saat ini. Modul ini merupakan salah satu modul dari 3 seri modul program “Smart School Online” yang melengkapi modul lainnya.
Secara khusus modul ini memberikan panduan bagi fasilitator untuk menjawab kekhawatiran orang tua, guru dan masyarakat terhadap situasi eksploitasi seksual komerisal anak di ranah online, agar fasilitator dapat berperan lebih optimal dalam mengedukasi masyarakat dengan mengedepankan upaya pencegahan dan memberikan respon yang tepat bila mendapati situasi tersebut.
Eksploitasi seksual komersial anak merupakan sebuah kejahatan terhadap anak-anak yang sangat serius. Pada lima tahun belakangan ini kasus-kasus Eksploitasi seksual komersial anak di Indonesia meningkat secara tajam, banyak diantaranya terjadi dalam ranah domestik/keluarga. Anak-anak harus dilindungi dari segala macam kejahatan yang akan terjadi termasuk kejahatan Eksploitasi seksual komersial anak, karena dampak yang ditimbulkan ketika anak-anak menjadi korban Eksploitasi seksual komersial anak sangat berpengaruh terhadap kondis psikologi anak tersebut.
Pemerintah pun diharap pro aktif dalam menyelesaikan masalah ini, dengan banyaknya Kementerian dan Lembaga yang mempunyai program-program perlindungan terhadap anak. Para penegak hukum diharapkan bisa menemukan solusi dalam mengurangi angka kejahatan ini terhadap anak di Indonesia. Eksploitasi seksual komersial anak sudah seharusnya menjadi salah satu program prioritas penegakan hukum di Indonesia.
Undang-Undang Perlindungan anak bahkan telah menjamin anak-anak Indonesia untuk memperoleh hak-haknya, oleh karena itu sudah seharusnya seluruh elemen bangsa ini bergerak dalam melindungi anak-anak agar mereka tidak menjadi korban Eksploitasi seksual komersial anak dan terdiskriminasi oleh lingkungannya.
Namun gambaran yang ditemukan dalam beberapa kasus justru masih menunjukkan ada masalah serius dalam penagakan hukum kasus-kasus ESKA. Seperti pada umumnya, proses hukum itu sangat lama dan terkadang tidak memberikan ketidakadilan bagi korban. Namun adanya dukungan keluarga dan keinginan korban untuk menempuh proses peradilan merupakan suatu sikap yang patut di dukung walaupun kadangkala tidak sesuai dengan hasil yang mereka harapkan. Beberapa kasus yang telah ditangani oleh ECPAT menempuh proses peradilan, yang sangat lama.Pengalaman mencatat bahwa putusan pengadilan pada kasus-kasus kejahatan seksual masih banyak yang tidak memenuhi rasa keadilan bagi korban keluarga korban dan masyarakat umum seperti masih adanya putusan yang rendah, memojokan dan menyalahkan korban terkait peristiwa yang mereka alami, korban bahkan di viktimisasi ulang karena dianggap memberikan kontribusi pada terjadinya kasus tersebut, belum lagi prosedur konfrontir antara korban dan pelaku yang sangat membebani psikis korban,dan akhirnya banyak Putusan pengadilan yang tidak mengedepankan kepentingan bagi korban khususnya berkaitan dengan hak-hak korban mulai dari hak untuk mendapatkan pemulihan, rehabilitasi dan restitusi.
Dengan adanya buku ini kami berharap berharap masyarakat lebih memahami tentang Eksploitasi seksual komersial anak, dan bisa memberi manfaat kepada pembacanya.
Eksploitasi seksual pada anak online adalah sebuah masalah global yang berkembang dengan cepat dan membutuhkan sebuah respon yang komprehensif.
ECPAT bekerja untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun kapasitas para anggotanya dan para pemangku kepentingan lain dalam memerangi isu eksploitasi
seksual pada anak online tersebut. Agar dapat secara efektif bekerja pada sebuah solusi, yang menjadi titik awal adalah agar semua pemangku kepentingan mengenali apa yang menjadi masalah tersebut. Setidaknya, hal ini membutuhkan sebuah
pemahaman dasar tentang berbagai perwujudan eksploitasi seksual pada anak online tersebut dan bagaimana para pelaku menjadikan anak-anak sebagai korban. Disamping itu, penting untuk menggunakan sebuah bahasa bersama ketika
mendiskusikan setiap pendekatan yang digunakan untuk menangani masalah ini untuk memastikan pemahaman dan mencegah persepsi yang salah tentang sifat dan
seriusnya isu ini. Idealnya, ide-ide bersama ini juga harus ditangkap dalam kerangka kerja hukum nasional dan regional yang mengkriminalkan dan menghukum perbuatan-perbuatan seperti itu dengan sanksi yang sebanding dan disuasif.
Booklet ini berisi 3 seri lembar fakta yang terkait dengan eksploitasi seksual pada
anak online yang memberikan sumber-sumber yang mudah dan siap untuk
dipergunakan oleh setiap orang yang tertarik dengan isu ini. Seri pertama terdiri dari
lembar fakta yang menjelaskan berbagai perwujudan eksploitasi seksual pada anak
online. Seri kedua mencakup 5 kerangka kerja hukum regional dan/atau
internasional yang relevan yang memuat berbagai ketentuan tentang satu
perwujudan eksploitasi seksual pada anak online atau lebih. Terakhir, seri ketiga
terdiri dari lembar fakta Internet dan Teknologi yang menjelaskan berbagai istilah
dan alat yang relevan untuk memahami internet dan bagaimana berbagai teknologi
(berpotensi) untuk digunakan oleh para pelaku kejahatan seks anak atau orang-
orang yang berusaha untuk menghalangi para pelaku tersebut.
Modul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan AnakECPAT Indonesia
Memastikan anak aman dalam lembaga atau organisasi yang bekerja dengan anak, adalah tugas semua lembaga yang peduli pada isu perlindungan anak. Hal ini tidak dapat dilakukan secara spontan dan tanpa rencana, namun harus dilakukan secara tersistem sehingga dapat dipantau dan dapat dipertanggungjawabkan melalui suatu Kebijakan Perlindungan Anak (KPPA/CPP). Saat ini CPP sudah menjadi prasyarat lembaga-lembaga internasional dalam mencari partner kerja, LSM lokal/nasional di suatu negara.
Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam RKUHPECPAT Indonesia
Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Eksploitasi seksual komersial anak (ESKA) adalah suatu jenis kejahatan model baru yang sedang mendapat perhatian diduniasaat ini. Kejahatan ini terdiri dari Prostitusi anak, Pornografi anak, Perdagangan anak untuk tujuan seksual, Pariwisata seks anak dan perkawinan anak. Walaupun tidak
ada data yang pasti mengenai berapa jumlah korban ESKA saat ini, namun temuan beberapa organisasi cukup mengagetkan.
UNICEF Indonesia pernah melakukan penelitian tentang anak yang menjadi korban ESKA dan ditemukan ada sekitar 40.000-70.000 anak yang menjadi korban ESKA. ILO pernah melakukan penelitian tentang pelacuran anak dibeberapa kota di Indonesia dan menemukan fakta ada sekitar 24.000 anak-anak yang dilacurkan. Bahkan sejak 2005 sampai 2014, IOM Indonesia berhasil memulangkan korban perdagangan manusia ke wilayah-wilayah Indonesia sebanyak 7,193 dari
jumlah itu ditemukan sebanyak 82% adalah perempuan dan 16% dari total tersebut adalah anak-anak yang merupakan anak-anak korban perdagangan untuk tujuan seksual.
Indonesia saat ini tidak memiliki undang-undang yang khusus mengatur masalah ESKA. Undang-undang hanya memasukan ESKA secara terpisah di beberapa peraturan pidana lain, seperti contohnya UU tentang pornografi, di dalam undang-undang ini pornografi anak hanya menjadi bagian dari tindak pidana intinya yaitu pidana pornografi, begitu juga yang terdapat dalam undang-undang Tindak Pidana Perdagangan Orang, di mana perdagangan anak dengan tujuan eksploitasi
seksual hanya masuk menjadi salah satu bagian saja dalam undang-undang ini.
Pada RKUHP pada bagian Buku II sebenarnya tindak pidana ESKA sudah sebagian masuk dalam rancangannya, seperti tindak pidana pornografi anak dan tindak pidana perdagangan anak untuk tujuan seksual, pasal-pasal tersebut tersebar di beberapa bagian. Namun jika ditilik dengan lebih detil maka terhadap rumusan itu masih diperlukan penajaman definisi-definisi terkait ESKA. Baik yang sesuai dengan Undang-Undang khusus yang telah ada, juga dari instrumen Internasional yang telah di ratifikasi oleh Indonesia, agar rumusan dalam rancangan KUHP tersebut lebih baik.
ECPAT Indonesia
Institute for Criminal Justice Reform (ICJR)
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...literasi digital
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perlindungan Anak dan Komunitas bisa menjadi acuan dalam mencegah dan menangani masalah kejahatan seksual anak online. Modul ini juga bisa dipergunakan oleh tim Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat sebagai acuan dalam mengembangkan pelatihan-pelatihan di desa untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual online.
Modul Smart School Online Untuk Orang Tua “Eksploitasi Seksual Anak di Ranah ...ECPAT Indonesia
Modul edukasi tentang Eksploitasi seksual anak di ranah online saat ini telah berhasil di selesaikan oleh tim penulis dari ECPAT Indonesia didalam program “Smart School Online” untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan pengetahuan dan pemahamannya dalam menyikapi perkembangan internet saat ini. Modul ini merupakan salah satu modul dari 3 seri modul program “Smart School Online” yang melengkapi modul lainnya.
Secara khusus modul ini memberikan panduan bagi fasilitator untuk menjawab kekhawatiran orang tua, guru dan masyarakat terhadap situasi eksploitasi seksual komerisal anak di ranah online, agar fasilitator dapat berperan lebih optimal dalam mengedukasi masyarakat dengan mengedepankan upaya pencegahan dan memberikan respon yang tepat bila mendapati situasi tersebut.
Eksploitasi seksual komersial anak merupakan sebuah kejahatan terhadap anak-anak yang sangat serius. Pada lima tahun belakangan ini kasus-kasus Eksploitasi seksual komersial anak di Indonesia meningkat secara tajam, banyak diantaranya terjadi dalam ranah domestik/keluarga. Anak-anak harus dilindungi dari segala macam kejahatan yang akan terjadi termasuk kejahatan Eksploitasi seksual komersial anak, karena dampak yang ditimbulkan ketika anak-anak menjadi korban Eksploitasi seksual komersial anak sangat berpengaruh terhadap kondis psikologi anak tersebut.
Pemerintah pun diharap pro aktif dalam menyelesaikan masalah ini, dengan banyaknya Kementerian dan Lembaga yang mempunyai program-program perlindungan terhadap anak. Para penegak hukum diharapkan bisa menemukan solusi dalam mengurangi angka kejahatan ini terhadap anak di Indonesia. Eksploitasi seksual komersial anak sudah seharusnya menjadi salah satu program prioritas penegakan hukum di Indonesia.
Undang-Undang Perlindungan anak bahkan telah menjamin anak-anak Indonesia untuk memperoleh hak-haknya, oleh karena itu sudah seharusnya seluruh elemen bangsa ini bergerak dalam melindungi anak-anak agar mereka tidak menjadi korban Eksploitasi seksual komersial anak dan terdiskriminasi oleh lingkungannya.
Namun gambaran yang ditemukan dalam beberapa kasus justru masih menunjukkan ada masalah serius dalam penagakan hukum kasus-kasus ESKA. Seperti pada umumnya, proses hukum itu sangat lama dan terkadang tidak memberikan ketidakadilan bagi korban. Namun adanya dukungan keluarga dan keinginan korban untuk menempuh proses peradilan merupakan suatu sikap yang patut di dukung walaupun kadangkala tidak sesuai dengan hasil yang mereka harapkan. Beberapa kasus yang telah ditangani oleh ECPAT menempuh proses peradilan, yang sangat lama.Pengalaman mencatat bahwa putusan pengadilan pada kasus-kasus kejahatan seksual masih banyak yang tidak memenuhi rasa keadilan bagi korban keluarga korban dan masyarakat umum seperti masih adanya putusan yang rendah, memojokan dan menyalahkan korban terkait peristiwa yang mereka alami, korban bahkan di viktimisasi ulang karena dianggap memberikan kontribusi pada terjadinya kasus tersebut, belum lagi prosedur konfrontir antara korban dan pelaku yang sangat membebani psikis korban,dan akhirnya banyak Putusan pengadilan yang tidak mengedepankan kepentingan bagi korban khususnya berkaitan dengan hak-hak korban mulai dari hak untuk mendapatkan pemulihan, rehabilitasi dan restitusi.
Dengan adanya buku ini kami berharap berharap masyarakat lebih memahami tentang Eksploitasi seksual komersial anak, dan bisa memberi manfaat kepada pembacanya.
Eksploitasi Seksual Anak (ESA) merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi anak yang mendasar yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan oleh PBB, lebih dari 150 juta anak perempuan dan 73 juta anak laki-laki mengalami pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan seksual termasuk ESA setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data kasus pengaduan anak berdasarkan klaster perlindungan anak oleh komisi perlindungan anak Indonesia, dari tahun 2011 sampai dengan 2019 tercatat sebanyak 2.385 anak Indonesia menjadi korban trafficking dan eksploitasi, termasuk di dalamnya eksploitasi anak.
Anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual akan menghadapi persoalan yang kompleks di kemudian hari. Kekerasan fisik yang dialami bersamaan dengan eksploitasi seksual terhadap anak dapat mengakibatkan luka, rasa sakit dan rasa takut. Di samping itu, anak-anak juga lebih rentan terhadap infeksi menular seksual dan kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Selain berdampak pada kesehatan secara fisik, eksploitasi seksual yang dialami oleh anak juga akan membawa masalah psikologis yang cukup serius. Eksploitasi seksual dapat menimbulkan rasa bersalah, rasa rendah diri dan depresi. Kasus yang dialami oleh korban ESA dapat menimbulkan perasaan tidak berharga, yang mengakibatkan perilaku menyakiti diri, termasuk di dalamnya overdosis, percobaan bunuh diri, dan gangguan makan.
ECPAT Indonesia adalah jaringan nasional dari 22 organisasi dan 2 individu
dari 11 provinsi di Indonesia untuk menentang Eksploitasi Seksual Anak (ESA),
meliputi eksploitasi seksual anak dalam prostitusi, perdagangan anak untuk
tujuan seksual, eksploitasi seksual anak di sektor pariwisata dan perjalanan,
eksploitasi seksual anak online, dan perkawinan anak.
ECPAT Indonesia membuat Catatan Akhir Tahun (CATAHU) tahun 2022 yang merupakan bentuk tanggung jawab ECPAT Indonesia kepada publik di wilayah Indonesia dan secara khusus ditujukan kepada donor, lembaga jaringan, stakeholder yang selama ini bekerja bersama-sama untuk memperjuangkan hak-hak anak.
Modul Pelatihan Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak Online Untuk Organisasi P...ECPAT Indonesia
Ada dua konsep kunci yang perlu dipahami bagi peserta tentang eksploitasi seksual anak online, yaitu secara bentuk umum dan secara bentuk khusus. Penjelasan definisi dan
konsep kunci dari eksploitasi seksual anak online akan dikaitkan dengan aturan hukum terkait, yaitu Undang-undang No. 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang (UUPA)
dan Undang-undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU-ITE).
Penekanan pada materi penjelasan tentang konsep kunci adalah untuk mengetahui dan menjelaskan secara mendalam atas tindakan eksploitasi seksual anak online. Dalam
praktik, tindak kejahatan eksploitasi seksual anak online ada dua bentuk, yaitu secara offline dan secara online. Selain itu, bentuk kejahatan yang dilakukan secara online terkait eksploitasi seksual juga ada yang berbentuk umum dan berbentuk khusus. Oleh sebab itu untuk dapat membedakan tindak kejahatan tersebut di atas, penjelasan tentang konsep kunci dan definisi menjadi penting untuk dipaparkan lebih lanjut.
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak merupakan sebuah bentuk perilaku tidak hanya dimaknai sebagai hubungan seksual biasa tetapi juga merupakan serangan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak yang menimbulkan perlukaan pada organ seksual, menimbulkan dampak psikologis pada korban dan bahkan menimbulkan luka atau lecet pada organ tubuh lainnya hingga menimbulkan kematian. Agresiftas seksual anak memiliki pola tidak sama dengan orang dewasa, sebagian besar kekerasan seksual yang dilakukan anak, dilakukan secara berkelompok. Eskalasi seksual tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di perdesaan bahkan di pedalaman sekalipun. Faktor yang paling dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap terjadinya kekerasan seksual adalah paparan pornografi yang dialami oleh anak. Faktor-faktor lain tidak bisa diangap remeh yaitu pengaruh teman sebaya, minimnya pendidikan dalam memanfaatkan bahaya internet pada anak, terbatasnya pengetahuan orang tua dan guru dalam melindungi anakanak dari bahaya internet.
Melawan Praktik Prostitusi Anak di Indonesia dan TantangannyaECPAT Indonesia
Prostitusi dalam sejarah di Indonesia sudah ada sejak jaman kerajaan dahulu kala, para raja-raja memiliki jumlah selir yang jumlahnya banyak dan para selir tersebut mendapatkan imbalan dari mulai uang sampai kehidupan yang nyaman yang disediakan oleh kerajaan tersebut. Pada jaman kolonial Belanda pun prostitusi ternyata makin meluas dan berkembang, banyaknya para pekerja asing yang datang ke Indonesia pada saat itu malah makin menyuburkan praktek-praktek prostitusi pada saat itu dan ditambah dengan peraturan yang dikeluarkan oleh kolonial Belanda pada saat itu yang melarang pendatang asing untuk menikah dengan perempuan lokal Pada saat ini, praktik prostitusi atau pelacuran dilakukan secara gelap. Meski dianggap sebagai kejahatan moral, aktivitas prostitusi di Indonesia tersebar luas. Unicef memperkirakan, sebanyak 30% pelacur perempuan di Indonesia berusia di bawah 18 tahun. Tak hanya itu, banyak mucikari yang masih berusia remaja. Akhir-akhir ini bahkan marak pemberitaan tentang artis-artis Indonesia yang juga bekerja di sektor prostitusi. Penyebaran lokalisasi di Indonesia hingga tahun 2014, data Kemensos menyebutkan dari 161 lokalisasi di Indonesia, baru 23 di antaranya yang ditutup. Seiring dengan perkembangan teknologi, prostitusi pun sekarang bisa diakses melalui dunia online atau internet atau yang sekarang disebut dengan prostitusi online, hal inilah yang sekarang marak terjadi dan menjadi fenomena baru didalam bisnis prostitusi.
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017ECPAT Indonesia
Dalam mewujudkan visi misinya, ECPAT Indonesia memilih beberapa strategi, diantaranya penelitian, sosialisasi, pelatihan, kerjasama, Focus Group Discussion (FGD) dll. Kiprah ECPAT Indonesia
selama 13 tahun, telah menemukan banyak permasalahan anak di Indonesia, diantaranya anak putus sekolah, anak terpapar pornografi melalui smartphone, perkawinan anak, hubungan seks anak dengan anak, anak mengalami kekerasan seksual, anak menjadi pekerja atau sebagai pencari nafkah, keseluruhan kasus yang ECPAT Indonesia temukan rentan menjadi pintu masuk terjadinya eksploitasi seksual komersial.
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Afrizal Bob
Perlindungan Perempuan merupakan segala upaya yang ditujukan untuk melindungi perempuan dan memberikan rasa aman dalam pemenuhan hak-haknya dengan memberikan perhatian yang konsisten dan sistematis yang ditujukan untuk mencapai kesetaraan gender.
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Kome...ECPAT Indonesia
Modul ditulis untuk fasilitator pelatihan, dimana peserta pelatihan terdiri dari Perangkat Desa (diantaranya
terdiri dari Bendahara/Sekretaris, Kepala Desa dan Perwakilan dari Badan Perwakilan Desa(BPD)),
Pemerintah Daerah (diantaranya perwakilan dari Dinas Pariwisata, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perijinan/PTSP dan Tenaga
Kesehatan), Polisi, Stakeholder Pariwisata (diantaranya berasal dari perwakilan, Travel, SPA, Karaoke, Guide,
Driver Trevel, Hotel, Pengusaha Warnet), Tenaga Pendidik, PKK, PHRI, Kelompok Sadar Wisata, Tokoh
Agama, Tokoh Masyarakat, NGO, Karang Taruna, Forum Anak. Dimana keberadaan dan profesinya
selama ini terkait erat dengan upaya perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual di daerah
tujuan wisata. Modul ini sebagai alat bantu bagi fasilitator untuk menyampaikan informasi dan melatih
peserta pelatihan dari daerah tujuan wisata untuk menyiapkan diri dalam membuat strategi perlindungan
anak dalam menghadapi ancaman kekerasan dan eksploitasi seksual.
Eksploitasi Seksual Anak (ESA) merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi anak yang mendasar yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan oleh PBB, lebih dari 150 juta anak perempuan dan 73 juta anak laki-laki mengalami pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan seksual termasuk ESA setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data kasus pengaduan anak berdasarkan klaster perlindungan anak oleh komisi perlindungan anak Indonesia, dari tahun 2011 sampai dengan 2019 tercatat sebanyak 2.385 anak Indonesia menjadi korban trafficking dan eksploitasi, termasuk di dalamnya eksploitasi anak.
Anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual akan menghadapi persoalan yang kompleks di kemudian hari. Kekerasan fisik yang dialami bersamaan dengan eksploitasi seksual terhadap anak dapat mengakibatkan luka, rasa sakit dan rasa takut. Di samping itu, anak-anak juga lebih rentan terhadap infeksi menular seksual dan kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Selain berdampak pada kesehatan secara fisik, eksploitasi seksual yang dialami oleh anak juga akan membawa masalah psikologis yang cukup serius. Eksploitasi seksual dapat menimbulkan rasa bersalah, rasa rendah diri dan depresi. Kasus yang dialami oleh korban ESA dapat menimbulkan perasaan tidak berharga, yang mengakibatkan perilaku menyakiti diri, termasuk di dalamnya overdosis, percobaan bunuh diri, dan gangguan makan.
ECPAT Indonesia adalah jaringan nasional dari 22 organisasi dan 2 individu
dari 11 provinsi di Indonesia untuk menentang Eksploitasi Seksual Anak (ESA),
meliputi eksploitasi seksual anak dalam prostitusi, perdagangan anak untuk
tujuan seksual, eksploitasi seksual anak di sektor pariwisata dan perjalanan,
eksploitasi seksual anak online, dan perkawinan anak.
ECPAT Indonesia membuat Catatan Akhir Tahun (CATAHU) tahun 2022 yang merupakan bentuk tanggung jawab ECPAT Indonesia kepada publik di wilayah Indonesia dan secara khusus ditujukan kepada donor, lembaga jaringan, stakeholder yang selama ini bekerja bersama-sama untuk memperjuangkan hak-hak anak.
Modul Pelatihan Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak Online Untuk Organisasi P...ECPAT Indonesia
Ada dua konsep kunci yang perlu dipahami bagi peserta tentang eksploitasi seksual anak online, yaitu secara bentuk umum dan secara bentuk khusus. Penjelasan definisi dan
konsep kunci dari eksploitasi seksual anak online akan dikaitkan dengan aturan hukum terkait, yaitu Undang-undang No. 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang (UUPA)
dan Undang-undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU-ITE).
Penekanan pada materi penjelasan tentang konsep kunci adalah untuk mengetahui dan menjelaskan secara mendalam atas tindakan eksploitasi seksual anak online. Dalam
praktik, tindak kejahatan eksploitasi seksual anak online ada dua bentuk, yaitu secara offline dan secara online. Selain itu, bentuk kejahatan yang dilakukan secara online terkait eksploitasi seksual juga ada yang berbentuk umum dan berbentuk khusus. Oleh sebab itu untuk dapat membedakan tindak kejahatan tersebut di atas, penjelasan tentang konsep kunci dan definisi menjadi penting untuk dipaparkan lebih lanjut.
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak merupakan sebuah bentuk perilaku tidak hanya dimaknai sebagai hubungan seksual biasa tetapi juga merupakan serangan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak yang menimbulkan perlukaan pada organ seksual, menimbulkan dampak psikologis pada korban dan bahkan menimbulkan luka atau lecet pada organ tubuh lainnya hingga menimbulkan kematian. Agresiftas seksual anak memiliki pola tidak sama dengan orang dewasa, sebagian besar kekerasan seksual yang dilakukan anak, dilakukan secara berkelompok. Eskalasi seksual tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di perdesaan bahkan di pedalaman sekalipun. Faktor yang paling dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap terjadinya kekerasan seksual adalah paparan pornografi yang dialami oleh anak. Faktor-faktor lain tidak bisa diangap remeh yaitu pengaruh teman sebaya, minimnya pendidikan dalam memanfaatkan bahaya internet pada anak, terbatasnya pengetahuan orang tua dan guru dalam melindungi anakanak dari bahaya internet.
Melawan Praktik Prostitusi Anak di Indonesia dan TantangannyaECPAT Indonesia
Prostitusi dalam sejarah di Indonesia sudah ada sejak jaman kerajaan dahulu kala, para raja-raja memiliki jumlah selir yang jumlahnya banyak dan para selir tersebut mendapatkan imbalan dari mulai uang sampai kehidupan yang nyaman yang disediakan oleh kerajaan tersebut. Pada jaman kolonial Belanda pun prostitusi ternyata makin meluas dan berkembang, banyaknya para pekerja asing yang datang ke Indonesia pada saat itu malah makin menyuburkan praktek-praktek prostitusi pada saat itu dan ditambah dengan peraturan yang dikeluarkan oleh kolonial Belanda pada saat itu yang melarang pendatang asing untuk menikah dengan perempuan lokal Pada saat ini, praktik prostitusi atau pelacuran dilakukan secara gelap. Meski dianggap sebagai kejahatan moral, aktivitas prostitusi di Indonesia tersebar luas. Unicef memperkirakan, sebanyak 30% pelacur perempuan di Indonesia berusia di bawah 18 tahun. Tak hanya itu, banyak mucikari yang masih berusia remaja. Akhir-akhir ini bahkan marak pemberitaan tentang artis-artis Indonesia yang juga bekerja di sektor prostitusi. Penyebaran lokalisasi di Indonesia hingga tahun 2014, data Kemensos menyebutkan dari 161 lokalisasi di Indonesia, baru 23 di antaranya yang ditutup. Seiring dengan perkembangan teknologi, prostitusi pun sekarang bisa diakses melalui dunia online atau internet atau yang sekarang disebut dengan prostitusi online, hal inilah yang sekarang marak terjadi dan menjadi fenomena baru didalam bisnis prostitusi.
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017ECPAT Indonesia
Dalam mewujudkan visi misinya, ECPAT Indonesia memilih beberapa strategi, diantaranya penelitian, sosialisasi, pelatihan, kerjasama, Focus Group Discussion (FGD) dll. Kiprah ECPAT Indonesia
selama 13 tahun, telah menemukan banyak permasalahan anak di Indonesia, diantaranya anak putus sekolah, anak terpapar pornografi melalui smartphone, perkawinan anak, hubungan seks anak dengan anak, anak mengalami kekerasan seksual, anak menjadi pekerja atau sebagai pencari nafkah, keseluruhan kasus yang ECPAT Indonesia temukan rentan menjadi pintu masuk terjadinya eksploitasi seksual komersial.
Bahan perlindungan perempuan tgl 11 4-13Afrizal Bob
Perlindungan Perempuan merupakan segala upaya yang ditujukan untuk melindungi perempuan dan memberikan rasa aman dalam pemenuhan hak-haknya dengan memberikan perhatian yang konsisten dan sistematis yang ditujukan untuk mencapai kesetaraan gender.
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Kome...ECPAT Indonesia
Modul ditulis untuk fasilitator pelatihan, dimana peserta pelatihan terdiri dari Perangkat Desa (diantaranya
terdiri dari Bendahara/Sekretaris, Kepala Desa dan Perwakilan dari Badan Perwakilan Desa(BPD)),
Pemerintah Daerah (diantaranya perwakilan dari Dinas Pariwisata, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perijinan/PTSP dan Tenaga
Kesehatan), Polisi, Stakeholder Pariwisata (diantaranya berasal dari perwakilan, Travel, SPA, Karaoke, Guide,
Driver Trevel, Hotel, Pengusaha Warnet), Tenaga Pendidik, PKK, PHRI, Kelompok Sadar Wisata, Tokoh
Agama, Tokoh Masyarakat, NGO, Karang Taruna, Forum Anak. Dimana keberadaan dan profesinya
selama ini terkait erat dengan upaya perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual di daerah
tujuan wisata. Modul ini sebagai alat bantu bagi fasilitator untuk menyampaikan informasi dan melatih
peserta pelatihan dari daerah tujuan wisata untuk menyiapkan diri dalam membuat strategi perlindungan
anak dalam menghadapi ancaman kekerasan dan eksploitasi seksual.
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxSriayuAnisaToip
Modul ini kami buat dengan teknis ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) . Modul ini sudah diterapkan oleh sekolah kami pada pelaksanaan P5 di kelas 5 semester 1 Tahun Ajaran 2023/2024.
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdfECPAT Indonesia
Sejak tahun 2021 ECPAT Indonesia bekerjasama dengan Bandungwangi untuk melakukan asesmen terkait dengan kasus eksploitasi seksual anak dalam prostitusi yang terjadi di daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi). Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran pola, modus, besaran jumlah kasus dan profile korban eksploitasi seksual anak dalam prostitusi termasuk kerentanannya mengalami kekerasan. Di Tahun 2022 kami kembali melakukan asesmen, sehingga laporan ini merupakan temuan yang kami persembahkan kepada anak-anak Indonesia, masyarakat, pemerintah, Lembaga perlindungan anak, dan pihak-pihak yang peduli dengan upaya perlindungan anak dari eksploitasi seksual. Semoga hasil temuan ini bermanfaat menjadi refleksi, acuan data untuk upaya penghapusan segala bentuk eksploitasi seksual anak di Indonesia.
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual AnakECPAT Indonesia
Internet Watch Foundation (IWF) telah menyelidiki laporan pertamanya tentang materi pelecehan seksual terhadap anak (CSAM) yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI).
Investigasi awal mengungkap dunia teknologi teks-ke-gambar. Singkatnya, Anda mengetikkan apa yang ingin Anda lihat di generator online dan perangkat lunak akan menghasilkan gambar.
Teknologinya cepat dan akurat – gambar biasanya sangat cocok dengan deskripsi teks. Banyak gambar dapat dihasilkan sekaligus – Anda hanya dibatasi oleh kecepatan komputer Anda. Anda kemudian dapat memilih favorit Anda; mengeditnya; arahkan teknologi untuk menghasilkan apa yang Anda inginkan.
Pada akhir tahun 2022 kemarin, Cianjur telah dilanda gempa bumi sekuat 5,6 SR yang telah menewaskan ratusan orang dan ribuan orang lainnya luka-luka. Gempa ini pun terus berlanjut dengan beberapa gempa susulan yang membuat semakin banyaknya korban berjatuhan, tak terkecuali anak-anak. Kehilangan tempat tinggal, hilangnya harta dan benda, hingga kejiwaan terguncang yang menyebabkan trauma pun turut dirasakan. Melihat hal ini, ECPAT Indonesia bekerjasama dengan Kinder Nothilfe Germany memutuskan untuk membuat gerakan bersama yang bertujuan untuk menolong korban -terkhusus anak dan perempuan- di Cianjur.
Bagian ini akan menjelaskan tentang internet dan cara kerjanya serta media sosial. Termasuk di dalamnya resiko keamanan bagi anak di dunia online (daring) dan bagaimana menghindari resiko tersebut. Pada bagian akhir akan dijelaskan tentang bagaimana melakukan pelaporan jika ditemukan situs / media sosial yang mengandung konten negatif yang berbahaya bagi anak, serta beberapa fitur/tools yang dapat mengurangi resiko anak terpapar konten negatif. Praktek untuk penggunaannya dilakukan agar dapat dipahami langkah-langkah penggunaannya secara sistematis
modul ini dibuat agar para orang tua, komunitas dan masyarakat luas dapat mengetahui secara mendalam tentang bentuk-bentuk eksploitasi seksual anak melalui media daring, peraturan yang berlaku di Indonesia serta hal-hal yang dapat dilakukan mencegah bahaya eskploitasi seksual melalui media daring terjadi pada anak-anak. Sehingga diharapkan, orang tua, komunitas dan masyarakat dapat lebih berperan aktif dalam melindungi anak-anak dari bahaya eksploitasi seksual anak melalui media daring.
Riset disrupting harm sendiri merupakan riset yang dilakukan oleh ECPAT Internasional, UNICEF, dan Interpol dengan bekerjasama dengan ECPAT Indonesia dengan subjek penelitian yaitu keselamatan anak di ranah daring.
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial ECPAT Indonesia
Sosial media menjadi tempat bermain yang asik dan seru untuk anak-anak, Namun terkadang anak belum tahu bagaimana mereka melindungi privasi mereka di media sosial.
Hal ini tentunya berisiko bagi keamanan anak. Untuk itu, kita juga perlu meningkatkan kewaspadaan dan sikap yang bijak dalam menggunakan media digital. Berikut adalah tips JAGO agar privasi anak tetap aman di Media Sosial.
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual AnakECPAT Indonesia
Sosial media menjadi salah satu paltfom yang sangat digemari anak untuk menghabiskan waktu luangnya. Mereka bisa berinteraksi dengan teman, mengetahui informasi terkini, dan mendapatkan hiburan.
Intensitas penggunaan sosial media yang tinggi, membuat anak rentan terhadap eksploitasi seksual di dunia online. Yuk kenali eksploitasi seksual anak online melalui infografis ini supaya kita lebih waspada dan tidak mudah menjadi korbannya.
Apakah kamu pernah mengalami eksploitasi seksual anak online? Langkah apa sih yang kamu lakukan supaya terhindar dari kejahatan ini? Yuk share komentar kamu dipostingan ini.
Dunia digital saat ini semakin berkembang dengan pesat, semua kegiatan yang dilakukan pasti selalu melibatkan internet didalamnya. Hal ini membuat dunia juga semakin cepat mengalami perubahan.
Melihat kondisi tersebut, generasi muda juga bisa mengambil peran loh! Ayo kita kejar sebelum ketinggalan! Daripada hanya menjadi penikmat saja, kita juga bisa berpartisipasi dalam membuat konten positif. Nah, ada beberapa tips nih untuk para kreator muda agar tetap aman saat membuat konten! Kalau kamu paling suka buat konten tentang apa? Kasih komentar dibawah yuk!
2. Modul Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online Untuk Anak
Penulis :
ECPAT Indonesia Tim
ISBN : 978-602-50198-3-8
Design Sampul dan Tata Letak :
Intan Nurfajri
Distributor Tunggal:
Cetakan Pertama, September 2018
Isi dari terbitan ini dapat di produksi kembali secara bebas, sepanjang pengakuan diberikan kepada
sumber dan ECPAT Indonesia.
Sekretariat ECPAT Indonesia
Komplek Kalibata Indah, Lobi-lobi U23
Jl. Rawajati Timur, Pancoran Jakarta Selatan, 12750 Indonesia
Website : http://ecpatindonesia.org
3. DAFTAR ISI
Daftar Isi
Glosarium
Kontrak Belajar
Penjelasan Materi
Pelatihan Eksploitasi
Seksual Anak di Ranah Online
Sesi 1.1
Memahami Tentang
Eksploitasi Seksual
Anak di Ranah Online
9 10
Sesi 1.2
Siapa Pelaku
dan Korban
20 Sesi 1.3
Mengapa Eksploitasi
Seksual Anak di Ranah
Online Bisa Terjadi?
29
1
2
Sesi 2
Mencegah Eksploitasi
Seksual Anak
di Ranah Online
36
1
3
4. 1. Germo dan muncikari:
Muncikari atau germo, adalah orang yang
berperan sebagai pengasuh, perantara,
dan/atau pemilik pekerja seks komersial. PSK
bisa saja tidak tinggal bersama dengan
muncikari (umpamanya di dalam suatu
bordil), namun selalu berhubungan
dengannya.
2. Literasi digital:
Ketertarikan, sikap dan kemampuan individu
dalam menggunakan teknologi digital dan
alat komunikasi untuk mengakses, mengelola,
mengintegrasikan,menganalisisdanmengevaluasi
informasi, membangun pengetahuan baru,
membuat dan berkomunikasi dengan orang
lain agar dapat berpartisipasi secara efektif
dalam masyarakat.
3. Partisipatif:
Turut berperan serta dalam suatu kegiatan;
keikutsertaan; peran serta
4. Perlindungan Anak :
Pencegahan dan penanganan kekerasan,
eksploitasi dan pelecehan terhadap anak-anak
2. termasuk eksploitasi seksual dalam semua
manifestasinya, pekerja anak dan praktik
tradisional yang berbahaya, seperti mutilasi
/pemotongan genital perempuan dan
pernikahan anak.
5. Kekerasan Seksual:
memaksa atau mendorong anak ke dalam
kegiatan seksual yang tidak sepenuhnya dia
pahami termasuk, namun tidak terbatas
pada, pemerkosaan, seks oral, penetrasi, atau
tindakan tidak penetrasi seperti masturbasi,
ciuman, gosok dan sentuhan, melibatkan
anak-anak dalam melihat, atau menghasilkan
gambar seksual, menonton aktivitas seksual
dan mendorong anak-anak untuk berperilaku
dengan cara yang tidak pantas secara seksual.
6. Eksploitasi Seksual Anak:
adalah pelanggaran dasar hak anak. Seorang
anak adalah korban eksploitasi seksual saat
dia berpartisipasi dalam aktivitas seksual
dengan imbalan sesuatu - mis. uang atau
barang (atau bahkan janji akan sesuatu) -
dari pihak ketiga, pelaku, atau oleh anak itu
sendiri (Pedoman Terminologi untuk
Perlindungan Anak dari Eksploitasi Seksual
dan Pelecehan Seksual.
GLOSARIUM
2
6. Pada sesi ini, peserta akan diadakan sesi perkenalan dengan fasilitator dan antar peserta. Hal
iniuntukmembangunsuasanayangcairantarapesertadandenganfasilitator.Sesiperkenalan
di mulai dengan membagi kelompok. Gambaran umum tentang materi pelatihan eksploitasi
seksual anak di ranah online juga dipaparkan.
Durasi: 15 Menit
Materi:
Perkenalan
Manajemen Kelas
Overview Materi Pelatihan Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online
PENGANTAR
Sesi ini adalah permulaan pelatihan, oleh karena itu perlu dilakukan pencairan suasana antar
sesama peserta maupun antar peserta dengan pelatih. Persepsi yang sama tentang suasana
pelatihan yang diinginkan dan kode etik bersama perlu ditetapkan dalam sesi ini sehingga
proses selanjutnya dapat lebih lancar. Begitu pula pemahaman tentang topik materi dan
dinamika pelatihan secara keseluruhan akan diperoleh para peserta dalam sesi ini.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Terciptanya suasana pelatihan yang hangat dan kondusif
Peserta dan fasilitator pelatihan saling mengenal dengan lebih baik
Diperolehnya kesepakatan bersama tentang aturan selama pelatihan dan pembagian
tugas antara peserta
Gambaran umum materi yang akan dipelajari dan proses pembelajaran selama pelatihan
dapat dipahami oleh peserta
4
7. PENGATURAN TEMPAT DUDUK
Kelas yang dibutuhkan adalah ruangan tanpa meja dan kursi, ruang dialasi karpet yang
nyaman untuk diduduki anak. Lingkaran atau Bentuk U (menyesuaikan tempat).
ALAT BANTU
1. Papan Tulis
2. Kertas Plano
3. Spidol kecil untuk peserta
4. Spidol papan tulis 4 warna
5. Spidol besar 3 warna
6. Sticky Notes 4 warna
7. Laptop
8. Speaker
9. Papan flip chart 2 buah
BAHAN ATAU MATERI
1. PPT Skema Materi Pelatihan Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online
5
8. MANAJEMEN KELAS
Fasilitator menyapa peserta dan memperkenalkan diri, bertanya apakah peserta sudah
saling mengenal?
Fasilitator membentuk 5 kelompok berdasarkan kertas yang bertuliskan nama aplikasi
sosial media (Instagram, Facebook, Twitter, Line, Whatsapp) yang akan dibagikan pada
saat registrasi. Kelompok ini akan bekerja sama dalam beberapa kegiatan diskusi dan ice
breaking;
Setelah kelompok terbentuk, masing-masing peserta memperkenalkan diri satu sama
lain didalam kelompoknya. Jika ternyata sudah saling mengenal, fasilitator akan memastikan
kualitas perkenalan mereka dengan meminta peserta untuk menjelaskan tentang dirinya,
meliputi menyebutkan nama, asal sekolah, dan kelas.
Fasilitator menjelaskan bahwa proses pelatihan ini berdasarkan pada prinsip partisipatif,
artinya peran peserta adalah kunci keberhasilan pelatihan. Tugas fasilitator hanyalah
memproses pendapat para peserta menjadi sebuah kesimpulan bersama.
PERKENALAN
LANGKAH KEGIATAN
1.
2.
3.
4.
Peserta masih berkumpul dalam kelompoknya masing-masing, kemudian fasilitator
melanjutkan sesi manajemen kelas.
Fasilitator sebelumnya telah menyiapkan kertas plano 4 buah yang di tempel ditempat
1.
2.
6
9. dapat dilihat peserta untuk harapan, kekhawatiran, aturan dan larangan.
Fasilitator memberikan metaplan yang terdiri dari 4 warna yang terdiri dari
1 warna untuk menuliskan harapan yang akan di capai dalam pelatihan
1 warna untuk menuliskan kekhawatiran yang akan dialami dalam pelatihan
1 warna untuk menuliskan yang boleh dilakukan selama pelatihan
1 warna untuk menuliskan yang tidak boleh dilakukan selama pelatihan
Setelah peserta selesai menuliskan harapan, kekhawatiran, yang boleh dan tidak boleh
dilakukan selama workshop. Peserta diminta untuk menempelkan masing-masing meta
plan di kertas plano sesuai dengan klasifikasinya, dan diminta kembali ketempat duduk
masing-masing
Kartu metaplan yang sejenis dikelompokkan menurut kesamaan ide, kemudian dibahas
bersama, bagaimana kesepakatan kelas agar harapan tersebut tercapai dan kekhawatiran
tidak terjadi, dengan merumuskan kesepakatan bersama. Kesepakatan bersama meliputi
apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Aturan tersebut dapat
ditulis di papan tulis / kertas plano dan disepakati secara bersama-sama.
3.
4.
5.
7
11. Merujuk pada harapan peserta, fasilitator menampilkan isi pelatihan yang akan dipelajari
selama pelatihan dalam format persentasi melalui aplikasi power point.
Fasilitator menjelaskan secara umum isi dari masing-masing sesi, hal apa saja yang
akan dipelajari oleh peserta.
Sesi Pertama adalah pemahaman umum tentang ekspoitasi seksual online, meliput:
Sesi Kedua adalah Mencegah Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online
Apa itu Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online
Siapa yang rentan menjadi pelaku dan korban eksploitasi seksual anak di ranah
online
Mengapa eksploitasi seksual anak di ranah online bisa terjadi?
1.
2.
3.
4.
What Youth Can Do?
PENJELASAN MATERI PELATIHAN EKSPLOITASI
SEKSUAL ANAK DI RANAH ONLINE
9
12. Pada sesi ini, peserta akan diberikan materi awal tentang eksploitasi seksual
anak online. Pemahaman umumtentanggambaranumumkasusyangterjadi
di Indonesia, definisi, dan bentuk-bentuk eksploitasi seksual anak di ranah
online menjadi materi utama pada sesi ini.
Durasi: 35 Menit
Materi:
PENGANTAR
Pada sesi ini, peserta akan dibekali tentang gambaran awal eksploitasi seksual anak di ranah
online. Materi yang diberikan adalah berkaitan tentang definisi umum dari eksploitasi seksual
anak di ranah online, gambaran kasus dan data-data yang terjadi di Indonesia, serta gambaran
regulasi yang berlaku di Indonesia dalam mengatur eksploitasi seksual anak di ranah online.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Meningkatkan pemahaman peserta tentang situasi di Indonesia tentang eksploitasi
seksual anak di ranah online
1.
Definisi Anak, Eksploitasi, Seksual, dan Online?
Definisi Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online
Gambaran situasi riil dikeseharian anak-anak tentang eksploitasi
seksual anak di ranah online di Indonesia
Bentuk-bentuk eksploitasi seksual anak di ranah online
Peraturan yang melindungi anak dari eksploitasi seksual anak di
ranah online di Indonesia
SESI 1.1
APA ITU EKSPLOITASI SEKSUAL
ANAK DI RANAH ONLINE?
hmm...
10
13. PENGATURAN TEMPAT DUDUK
Kelas yang dibutuhkan adalah ruangan tanpa meja dan kursi, ruang dialasi karpet yang
nyaman untuk diduduki anak. Lingkaran atau Bentuk U (menyesuaikan tempat).
ALAT BANTU
1. Papan Tulis
2. Kertas Plano
3. Spidol kecil untuk peserta
4. Spidol papan tulis 4 warna
5. Spidol besar 3 warna
6. Sticky Notes Tipe 657 (3”x4”) 4 warna
7. Laptop
8. Speaker
9. Proyektor
10. Layar Proyektor
11. Papan Flipchart
BAHAN ATAU MATERI
1. Video tentang Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online
2. PPT Skema Materi Pelatihan Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online
Meningkatkan pemahaman peserta tentang situasi di Indonesia tentang eksploitasi
seksual anak di ranah online
Meningkatkan pemahaman peserta tentang definisi dan bentuk-bentuk dari eksploitasi
seksual anak di ranah online
Meningkatkan pemahaman peserta tentang peraturan yang melindungi anak dari
eksploitasi seksual anak di ranah online
2.
3.
4.
11
14. Materi : Definisi Anak, Eksploitasi, Seksual, dan Online?
Definisi Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online
Fasilitator menampilkan slide “apa itu anak?” lalu menggali apa yang terlintas
dipikiran peserta mengenai anak (Minimal jawaban dari 4 anak). setiap jawaban
dituliskan dikertas plano oleh co-fasilitator.
Fasilitator menjelaskan definisi anak yaitu anak adalah seseorang yang belum berumur
18 tahun termasuk anak yang masih didalam kandungan. Definisi ini bedasarkan UU
No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Fasilitator menampilkan slide “apa itu eksploitasi?” lalu menggali apa yang terlintas
dipikiran peserta mengenai eksploitasi (Minimal jawaban dari 4 anak). setiap jawaban
dituliskan dikertas plano oleh co-fasilitator.
Fasilitator menjelaskan definis eksploitasi yaitu pemanfaatan yang secara
sewenang-wenang atau terlalu berlebihan terhadap suatu subyek. Salah satu
contohnya adalah anak disuruh bekerja melebihi kapasitas/kemampuannya.
Fasilitator menampilkan slide “apa itu seksual?” lalu menggali apa yang terlintas
dipikiran peserta mengenai seksual (Minimal jawaban dari 4 anak). setiap jawaban
dituliskan dikertas plano oleh co-fasilitator.
LANGKAH KEGIATAN
1.
2.
3.
4.
5.
12
15. Fasilitator mengajak peserta melakukan brainstorming mengenai kata seks
Fasilitator menjelaskan bahwa pengertian seks adalah jenis kelamin. Maka, segala
sesuatu aktivitas yang melibatkan ketertarikan antar jenis kelamin baik laki-laki dan
perempuan maupun sesama jenis.
Kemudian Fasilitator menampilkan slide“apa itu online?”lalu menggali apa yang terlintas
dipikiran peserta mengenai online (Minimal jawaban dari 4 anak). setiap jawaban
dituliskan dikertas plano oleh co-fasilitator.
Fasilitator menjelaskan definisi online yaitu terhubung dengan internet. Seperti
contohnya melakukan komunikasi melalui media sosial (chatting, streaming, browsing
dll)
Fasilitator menyampaikan bahwa semua jawaban anak-anak adalah benar, kemudian
fasilitator menyimpulkan dan menjelaskan definisi eksploitasi seksual anak di ranah
online.
Untuk memberikan gambaran kepada peserta, fasilitator menanyangkan sebuah video
mengenai eksploitasi seksual anak di ranah online
6.
7.
8.
9.
10.
11.
13
16. Video tentang Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online
Sumber : The Dangers of Social Media (Child Predator Experiment (berikut link video https://www.you-
tube.com/watch?v=6jMhMVEjEQg
Setelah menayangkan video tersebut, fasilitator menanyakan kepada peserta pendapat
dari penayangan video tersebut. Setelah mendengarkan pendapat dari peserta, fasilitator
mengklarifikasi dari pendapat peserta bahwa video tersebut merupakan salah satu
contoh dari eksploitasi seksual anak di ranah online.
Kemudian fasilitator memberikan definisi apa itu eksploitasi seksual anak di ranah
online. Eksploitasi seksual anak di ranah online adalah Memanfaatkan anak untuk
melakukan aktivitas seksual (secara langsung/tidak langsung) dengan menggunakan
teknologi/internet).
12.
13.
14
17. Materi :
Gambaran situasi riil dikeseharian anak-anak tentang eksploitasi seksual anak online
di Indonesia
Fasilitator menggali dari peserta pengalaman peserta mengenai situasi-situasi eskploitasi
seksual anak di ranah online dalam kehidupan sehari-hari, baik yang dialami peserta
maupun di lingkungan peserta. Co-fasilitator meringkas hasil jawaban peserta dalam
kertas plano.
Kemudian fasilitator menjelaskan secara singkat tentang situasi eksploitasi seksual anak
di ranah online di Indonesia bedasarkan data yang didapatkan, untuk memberikan
pemahaman bahwa kasus eksploitasi seksual anak di ranah online itu terjadi di Indonesia.
DATA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK DI RANAH ONLINE DI INDONESIA
1.
2.
Prostitusi Anak
Online
41%
Perdagangan anak
untuk seksual
14%
Prostitusi anak
8%
Materi yang
menampilkan
eksploitasi/kekerasan
pada anak
37%
GAMBARAN KASUS EKSPLOITASI
SEKSUAL ANAK DI RANAH ONLINE DI INDONESIA
Dari 504Korban Eska pada
Sekitar 78% terjadi dari aktivitas online
September 2016 - September 2017 504Korban Eska
206Korban Prostitusi
Anak Onliine
184Korban Materi yang
Menampilkan Ekxploitasi/
Kekerasan Seksual pada Anak
15
18. 4.
5.
Fasilitator menjelaskan berdasarkan presentasi di atas, fasilitator menjelaskan bahwa
kasus eksploitasi seksual anak di ranah online di Indonesia semakin mengkhawatirkan.
Berdasarkan pencatatan ECPAT Indonesia, dari 504 korban ESKA, 78 persen diantaranya
terjadi dari aktivitas online.
Fasilitator menyimpulkan pentingnya bagi anak untuk memahami situasi eksploitasi
seksual anak di ranah online.
16
Dari kasus yang dipaparkan peserta, fasilitator menanyakan apa dampak eksploitasi
seksual anak di ranah online dalam jangka pendek dan jangka panjang terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak. Setelah itu Fasilitator masuk ke slide“Dampak
Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online”.
Dampak Jangka Pendek Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online :
Anak dapat menjadi pelaku
Anak mengalami trauma berkempanjangan
Anak rentan terhadap bentuk kekerasan lainnya
Kehilangan rasa percaya diri
Anak mendapatkan diskriminasi, kehamilan diusia anak.
Dikeluarkan dari sekolah
Anak dapat terjangkit Penyakit Menular Seksual seperti HIV/AIDS
Dampak Jangka Panjang Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online :
3.
19. Materi :
Bentuk-bentuk eksploitasi seksual anak di ranah online
Fasilitator menjelaskan apa bentuk-bentuk eksploitasi seksual anak di ranah online yang
terjadi yakni, grooming online untuk tujuan seksual, sexting, sextortion (pemerasan
seksual) dan siaran langsung kekerasan seksual pada anak.
Fasilitator menjelaskan tentang definisi dan gambaran dari grooming online sesuai
dengan paparan slide. Kemudian fasilitator menarik kesimpulan dari contoh-contoh
nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi Grooming online untuk tujuan seksual adalah sebuah proses untuk menjalin
atau membangunsebuah hubungandenganseoranganakmelaluipenggunaan Internet
atau teknologi digital lain untuk memfasilitasi . Grooming bisa juga disebut dengan
PDKT atau Bujuk Rayu.
Fasilitator menjelaskan tentang definisi dan gambaran dari Sexting sesuai paparan
slide. Kemudian peserta diminta untuk memilah kasus keseharian yang mana menurut
mereka merupakan contoh dari sexting.
Definisi ’Sexting’ didefinisikan sebagai ‘pembuatan gambar seksual sendiri’, atau
penciptaan, pembagian, dan penerusan gambar telanjang atau nyaris telanjang yang
menggoda secara seksual melalui telepon genggam dan/atau internet’.
Fasilitator menjelaskan tentang definisi dan gambaran dari pemerasan seksual (sextortion)
sesuai paparan slide. Kemudian peserta diminta untuk memilah kasus keseharian yang
mana menurut mereka merupakan contoh dari pemerasan seksual.
1.
2.
3.
4.
17
20. Definisi Pemerasan seksual, disebut juga “pemerasan terhadap seseorang dengan
bantuan gambar orang tersebut (yang dibuat sendiri) untuk mendapatkan imbalan
seks, uang atau keuntungan lain dari orang tersebut dibawah ancaman penyebaran
materitersebuttanpapersetujuandariorangyang digambarkan(misalnya mengirimkan
gambar di media sosial).
Fasilitator menjelaskan tentang definisi dan gambaran dari siaran langsung kekerasan
seksual pada anak. Kemudian peserta diminta untuk memilah kasus keseharian yang
mana menurut mereka merupakan contoh dari siaran langsung kekerasan seksual
pada anak.
Siaran langsung kekerasan seksual terhadap anak merupakan paksaan terhadap
seorang anak untuk orang lain yang jaraknya jauh. Sering kali, orang yang menonton
dari jauh tersebut adalah orang-orang yang telah meminta dan/atau memesan
kekerasan terhadap anak tersebut, yang mendikte bagaimana bisa terjadi.
Untuk melihat pemahaman peserta, peserta diminta untuk menyebutkan aplikasi apa
yang menyediakan fitur siaran langsung
Kemudian fasilitator menampilkan fitur-fitur siaran langsung yang banyak digunakan
oleh pengguna internet.
Fasilitator menjelaskan tentang situasi yang berbahaya diluar aktivitas online yang
dilakukan :
5.
2.
6.
7.
8.
Janji bertemu dengan teman chatting yang bisa berdampak terhadap penculikan,
pemerkosaan, perdagangan, pencurian bahkan sampai pembunuhan.
Memicu kekerasan seksual kepada anak yang lain
18
21. Materi:
Peraturan yang melindungi anak dari eksploitasi seksual anak di ranah online di Indonesia
Fasilitator menjelaskan bahwa anak memiliki hak untuk dilindungi dari segala bentuk
kejahatan atau kekerasan. Ada beberapa undang-undang yang melindungi anak dari situasi
eksploitasi seksual anak di ranaonline.
Undang-undang yang melindungi anak dari eksploitasi seksual anak di ranah online :
UU No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi : Pelarangan melibatkan anak dalam kegiatan
dan atau sebagai objek eksploitasi seksual di ranah online
UU No 35 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak: pemberatan sanksi bagi pelaku kejahatan terhadap anak
terutama kepada kejahatan seksual
UU No. 44 Tahun 2008
Tentang Pornografi
UU No. 35 Tahun 2008
Tentang Perubahan Atas
Undang-undang No. 23
Tahun 2002
19
22. Pada sesi ini, peserta akan diberikan Pemahaman tentang siapa
yang bisa saja menjadi pelaku dan keterlibatannya, serta siapakah
korban dalam situasi eksploitasi seksual anak di ranah online.
PENGANTAR
Pada sesi ini, peserta akan diajak untuk melihat siapa saja pengguna aktif di dunia online.
Dalam situasi eksploitasi seksual anak di ranah online peserta diminta untuk melihat
siapa pengguna internet yang menjadi pelaku eksploitasi seksual anak di ranah online serta
korban dalam dunia online ini. Studi kasus juga dikemukakan untuk melihat dan menjelaskan
proses analisis peserta terhadap pemahaman profil pelaku dan korban Eksploitasi seksual
anak di ranah online.
Penjelasan tentang siapa saja pelaku eksploitasi
seksual anak di ranah online
Penjelasan tentang siapa saja korban eksploitasi
seksual anak di ranah online
Durasi: 40 Menit
Materi:
SESI 1.2 SIAPA PELAKU DAN KORBAN?
UPLOAD DOWNLOAD
20
23. TUJUAN PEMBELAJARAN
Meningkatkan pemahaman peserta tentang siapa pelaku kejahatan seksual anak di
ranah online dan bagaimana teknologi digunakan oleh pelaku.
Meningkatkan pemahaman peserta tentang siapa korban kejahatan seksual anak di
ranah online dan bagaimana anak bisa menjadi korban
PENGATURAN TEMPAT DUDUK
Kelas yang dibutuhkan adalah ruangan tanpa meja dan kursi, ruang dialasi karpet yang
nyaman untuk diduduki anak. Lingkaran atau Bentuk U (menyesuaikan tempat).
ALAT BANTU
1. Papan Tulis
2. Kertas Plano
3. Spidol kecil untuk peserta
4. Spidol papan tulis 4 warna
5. Spidol besar 3 warna
6. Sticky Notes 4 warna
7. Laptop
8. Speaker
9. Papan flip chart 2 buah
10. Kertas Concorde Putih 1 Pack
11. Cat warna yang mudah hilang di tangan
minimal 5 warna (kecuali putih+hitam)
12. Piring plastik 10 buah
BAHAN ATAU MATERI
PPT Skema Materi Pelatihan Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online
Video ECPAT Indonesia
21
24. LANGKAH KEGIATAN
Fasilitator memulai sesi dengan permainan“Berteman, Yuk!”.
Fasilitator menjelaskan cara bermain“Berteman, Yuk!”kepada peserta
Fasilitator mengajak peserta untuk membayangkan sedang bermain sosial media
bernama "Berteman, Yuk!". Cara menggunakan sosial media ini sama seperti sosial
media lainnya, terdapat fitur pertemanan, chatting, sharing foto, video, status, dll.
Fasilitator menampilkan didalam PPT, beberapa profil dari seseorang yang aktif
menggunakan sosial media "Berteman, Yuk!"
1.
2.
22
Dr. Sarah Rani
Doktor
Tulis statusmu.......
Dr. Sarah Rani
Doktor
Remaja penting untuk mengetahui pendidikan seksual mulai sejak dini. Pendidikan
seksual ini untuk memproteksi diri dari hal-hal negatif seperti pergaulan bebas yang
membuat perilaku seksual menyimpang. Hari ini saya baru saja melakukan sosialisasi di
SD 01 tentang kesehatan reproduksi
16 Pebruari 2018 , 09.00
Pekerjaan: Dokter
Lahir: Tahun 1990 (28 tahun)
Tinggal: Surabaya
Pendidikan: Fakultas Kedokteran
Hobi: Membaca buku
Dr. Sarah Rani
Fasilitator menampilkan profil akun sosial media pertama yaitu profil seorang dokter
konsultan kesehatan reproduksi
3.
25. 23
Prasetyo Kurniawan
Mahasiswa
Tulis statusmu.......
Prasetyo Kurniawan
Mahasiswa
"Anak adalah generasi bangsa, peduli masa depan anak berarti peduli akan masa
depan bangsa. Protect them. Kami ingin anak selalu ceria dan bebas dari kekerasan
seksual."
12 Pebruari 2018 , 11.25
Pekerjaan: Mahasiswa
Lahir: Tahun 1994 (24 Tahun)
Tinggal: Kalimantan.
Pendidikan: Fakultas Sosial Politik
Hobi: Nonton Film, Menggambar,
Berorganisasi
Prasetyo Kurniawan
Selanjutnya fasilitator menampilkan profil sosial media kedua yaitu profil seorang
remaja yang pernah menjadi fasilitator organisasi anak.
Selanjutnya Fasilitator menampilkan profil sosial media ketiga yaitu profil seorang
remaja yang sangat suka main Voli.
Charlie
Pelajar
Tulis statusmu.......
Charlie
Pelajar
"Be a good man, because a woman will never forget how you treated her"
9 Januari 2018 , 15.44
Pekerjaan: Pelajar
Lahir: Tahun 2001 (17 tahun)
Tinggal: Bali
Pendidikan: SMA
Hobi: Olahraga Voli
Juara 1
Lomba Volly
Charlie
Juara 1
Lomba Volly
Juara 1
Lomba Volly
4.
5.
26. 24
Selanjutnya Fasilitator menampilkan profil keempat yaitu profil seorang anak muda
yang suka komik
Ridwan Pradana
Mahasiswa
Tulis statusmu.......
Ridwan Pradana
Mahasiswa
"Akhirnya selesai juga baca semua komik naruto.. Abis ini gua lanjut abisin seri komik
apa ye??? Hemm.... Ada saran?"
6 Januari 2018 , 21.11
Pekerjaan: Mahasiswa
Lahir: Tahun 2000 (18 Tahun)
Tinggal: Bandung
Pendidikan: Fakultas DKV
Hobi: Baca Komik, Menggambar,
Makan
Ridwan Pradana
Selanjutnya Fasilitator menampilkan profil kelima yaitu seorang anak muda yang
gaul/kekinian
Putriani Dewi
Mahasiswa
Tulis statusmu.......
Putriani Dewi
Mahasiswa
"Akhirnya selesai juga baca semua komik naruto.. Abis ini gua lanjut abisin seri komik
apa ye??? Hemm.... Ada saran?"
6 Januari 2018 , 21.11
Pekerjaan: Mahasiswa
Lahir: Tahun 2000 (18 Tahun)
Tinggal: Jakarta
Pendidikan: Fakultas Ekonomi
Hobi: Travelling, Kuliner, Olahraga
Putriani Dewi
6.
7.
27. 25
Setelah semua profil ditampilkan fasilitator memberitahukan bahwa semua profil tersebut
ingin berteman dengan seluruh peserta. Profil tersebut ada di kolom permintaan
pertemanan di akun sosial media peserta.
Fasilitator menyiapkan 5 kertas concorde dengan masing-masing nama profil. Kemudian
peserta diminta untuk menerima permintaan pertemanan dari profil diatas dengan
memberikan cap jempol diatas kertas concord. Peserta boleh menerima lebih dari satu
dan boleh tidak menerima sama sekali.
Setelah selasai, Fasilitator menanyakan kepada beberapa peserta alasan mereka menerima
pertemanan tersebut.
Jikasudahmendapatkanjawaban,Fasilitatormengajakpesertauntukmengetahuiinformasi
terkait profil-profil tersebut di dunia nyata.
8.
9.
10.
11.
Dr. Sarah Rani
Nama : Chandra Adi Guna
Pekerjaan : Manager Asuransi dan Doktor Gigi
Bapak ini menyamar sebagai dokter yang bisa memberikan pendidikan tentang
kesehatan reproduksi. 6 anak SD telah menjadi korban. Dia melakukan grooming
kepada anak-anak tersebut dan mempublikasikan foto dan video anak-anak terse-
but ke orang tua dan guru. Motifnya untuk mengadu domba.
28. 26
Prasetyo Kurniawan
Nama : Prasetyo Kurniawan
Dia pernah melakukan pencabulan terhadap beberapa anak yang tergabung dalam
suatu organisasi anak.
Charlie
Nama : Eddy Robinson
Tinggal : Bali
Pekerjaan : Atlet
Usia : 40 Tahun
Dia seseorang yang sering melakukan grooming kepada anak-anak perempuan
sekitar 12-15 tahun. Memberi perhatian dan menjadikan anak tersebut pacar. Dia
pintar, dan kaya. Charlie kerap kali bepergian ke beberapa kota hanya untuk kopdar/
menemui anak. Mengajak anak tersebut kencan dan dibawa ke tempat penginapan.
Dia juga sering kali berhasil melakukan eksploitasi seksual terhadap anak tersebut,
lalu mengambil gambar dan membuat video dari anak tersebut.
29. 27
Ridwan Pradana
Nama : Ridwan
Tinggal : Bandung
Pendidikan : Fakultas DKV
Hobi : Baca Komik, Menggambar, Makan
Dia sering kali menang perlombaan melukis dan membuat komik
Putriana Dewi
Lahir : Tahun 2000 (18 Tahun)
Tinggal : Jakarta
Pendidikan : SMA
Hobi : Travelling, Kuliner, Olahraga
Dia sering ke mall dan Cafe bersama teman-temannya, mencoba makanan yang
baru dan dia kapten basket disekolahnya. Walaupun dia anak yang gaul, dia tetap
menyeimbangi sekolahnya sehingga dia selalu menjadi juara kelas dan memiliki
teman banyak...
30. 28
Fasilitator menanyakan kepada Peserta bagaimana perasaan mereka setelah mengetahui
informasi dibalik profil tersebut. Lalu menanyakan apakah masih ingin berteman?
Fasilitator menutup dengan menjelaskan bahwa kita boleh saja berteman di sosial
media tetapi harus berhari-hati dalam menerima pertemanan. Karena terdapat pelaku
eksploitasi seksual anak yang beredar menggunakan akun samaran di sosial media.
Lebih baik kita menerima pertemanan hanya dari orang yang kita kenal dengan baik.
Semua profil dalam permainan ini adalah ilustrasi
12.
13.
14.
31. Pada sesi ini, peserta akan diberikan Pemahaman tentang perubahan
teknologi yang merubah banyak hal dalam sisi kehidupan kita. baik
itu perilaku, akses dan keamanan. Perubahan ini menyebabkan
semakin rentannya anak menjadi korban eksploitasi seksual di ranah
online selain adanya faktor-faktor internal dan eksternal yang
menyebabkan anak tereksploitasi secara seksual di ranah online.
Durasi: 35 Menit
Materi:
Penjelasan bagaimana perubahan-perubahan prilaku
anak-anak pasca teknologi internet tersedia.
Penjelasan tentang faktor internal dan eksternal yang
menyebabkan anak menjadi korban eksploitasi seksual anak
di ranah online.
PENGANTAR
Pada sesi ini, peserta akan diajak untuk melihat bagaimana perubahan teknologi yang terjadi
dan bagaimana masyarakat beradaptasi dengan perkembangan tersebut.
Peserta juga di ajak untuk menganalisa faktor-faktor internal dan eksternal kerentanan
anak-anak menjadi korban eksploitasi seksual di online.
SESI 1.3
MENGAPA EKSPLOITASI
SEKSUAL ANAK DI RANAH
ONLINE BISA TERJADI?
Mengapa bisa
terjadi?
29
32. TUJUAN PEMBELAJARAN
PENGATURAN TEMPAT DUDUK
Kelas yang dibutuhkan adalah ruangan tanpa meja dan kursi, ruang dialasi karpet yang
nyaman untuk diduduki anak. Lingkaran atau Bentuk U (menyesuaikan tempat).
ALAT BANTU
1. Papan Tulis
2. Kertas Plano
3. Spidol kecil untuk peserta
4. Spidol papan tulis 4 warna
5. Spidol besar 3 warna
6. Sticky Notes Tipe 657 (3”x 4”) 4 warna
7. Laptop
8. Speaker
9. Proyektor
10. Layar Proyektor
BAHAN ATAU MATERI
1. PPT Materi Mengapa Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online Bisa Terjadi?
Meningkatkan pemahaman peserta tentang bagaimana perilaku yang berubah di era
internet agar bisa mendorong perubahan perilaku yang lebih baik.
Meningkatkan pemahaman peserta tentang faktor internal dan eksternal yang
menyebabkan anak menjadi korban kejahatan eksploitasi seksual anak di ranah online.
30
33. Materi:
Penjelasan bagaimana perubahan-perubahan prilaku anak-anak pasca teknologi
internet tersedia.
LANGKAH KEGIATAN
Fasilitator memaparkan dan menjelaskan tentang perubahan generasi dari era sebelum
tahun 1990 sampai dengan saat ini yang dipengaruhi oleh teknologi. Pada slide ini, fasilitator
akan menjelaskan perbedaan generasi dengan perkembangan teknologi saat itu.
Para orang tua kita yang lahir sebelum 1960 disebut sebagai generasi baby boomer,
mereka adalah generasi yang baru diperkenalkan teknologi internet. dengan
keterbatasan yang ada.
Generasi yang lahir Tahun 1960 – 1980, mulai mengenal internet dengan fasilitas yang
sudah mulai baik dan merasakan manfaat teknologi
Generasi yang lahir tahun 1980 – 2000, disebut generasi milenial atau generasi Y, sudah
mengenal internet dengan fasilitas lebih baik.
Generasi Z yang lahir di tahun 2000 – 2010 mengenal internet dengan lebih baik, mereka
lahir saat internet sudah diperkenalkan kepada orang tua mereka. Fasilitas Internet yang
sudah sangat baik dan langsung di nikmati generasi Z ini sejak lahir.
Generasi Alpha yang lahir setelah tahun 2010 adalah generasi paling akhir yang
merasakan manfaat teknologi yang sudah semakin canggih bahkan sejak saat anak
masih dalam kandungan. Teknologi sudah sangat akrab bagi anak-anak yang lahir di
tahun ini. Sangat sulit memisahkan teknologi internet dalam keseharian mereka.
1.
31
34. Umumnya generasi Z dan Alpha sangat cepat sekali mengadaptasi dan belajar teknologi
baru melalui internet, tanpa adanya pengetahuan yang baik tentang literasi digital /
melek digital maka teknologi ini akan cenderung digunakan secara negatif.
Fasilitator kemudian melanjutkan menjelaskan tentang perubahan yang terjadi karena
teknologi internet.
2.
Teknologi membuat eksploitasi seksual berkesinambungan
Perkembangan teknologi membuat peredaran pornografi dan prostitusi anak semakin
meluas dan berkesinambungan, sehingga secara terus menerus eksploitasi seksual
anak terus terjadi. (kasus pornografi dan prostitusi anak)
Teknologi membuat anak yang aktif di internet menjadi korban
Anak-anak yang berinteraksi di dunia internet sering kali dimanipulasi oleh pelaku
kejahatan seksual dan dilibatkan dalam percakapan dan interaksi seksual, sehingga
secara tidak disadari anak-anak tersebut menjadi korban. (kasus grooming online)
Tekonologi membuat anak melakukan tindakan kriminal tanpa disadari
Keterlibatan anak-anak secara aktif di internet dan kebiasaan mendokumentasikan,
mempublikasi dan membagikan foto atau video yang sangat privasi, tanpa disadari
perilaku ini beresiko saat foto ataupun video tersebut tersebar ke masyarakat melalui
internet, bahkan bisa saja foto dan video tersebut dikoleksi oleh pelaku kejahatan
seksual anak dan akhirnya anak harus berhadapan dengan hukum / pihak yang
berwenang.
32
35. MATERI :
Penjelasan tentang faktor internal dan eksternal yang menyebabkan anak menjadi
korban eksploitasi seksual anak di ranah online
Tekonologi membuat anak melakukan tindakan kriminal tanpa disadari
Keterlibatan anak-anak secara aktif di internet dan kebiasaan mendokumentasikan,
mempublikasi dan membagikan foto atau video yang sangat privasi, tanpa disadari
perilaku ini beresiko saat foto ataupun video tersebut tersebar ke masyarakat melalui
internet, bahkan bisa saja foto dan video tersebut dikoleksi oleh pelaku kejahatan
seksual anak dan akhirnya anak harus berhadapan dengan hukum / pihak yang
berwenang.
Dalam sesi tentang faktor internal dan eksternal yang menyebabkan anak menjadi
korban eksploitasi seksual anak online, fasilitator membagikan 2 metaplan ke setiap
masing-masing peserta untuk menuliskan apa faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
anak menjadi korban eksploitasi seksual anak di ranah online.
Peserta diminta secara aktif untuk maju ke depan dan menempelkan faktor-faktor yang
telah mereka tuliskan ke kertas plano.
Fasilitator menjelaskan perbedaan faktor internal dan faktor eksternal, yaitu faktor internal
adalah faktor dari dalam diri dan lingkungan disekitar anak yang dapat diperbaiki,
sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar kendali anak.
3.
4.
5.
33
36. PLANO I
FAKTOR PENDORONG/INTERNAL FAKTOR PENARIK/EKSTERNAL
PLANO II
Fasilitatorkemudianmemandupesertadarihasiljawabanpesertatersebutdanmenunjukkan
slide paparan dan menyampaikan paparan tentang faktor-faktor internal dan eksternal
yang menyebabkan si anak menjadi korban.
Faktor Internal :
Hubungan keluarga yang tidak harmonis
Pendidikan rendah
Permasalahan ekonomi keluarga
Gaya Hidup yang tinggi
6.
34
37. Fasilitator menutup sesi dengan menyampaikan bahwa faktor-faktor ini bisa saja saling
berkaitan dan saling mempengaruhi. Tidak ada satu faktor yang dominan, semuanya saling
terkait sehingga perlu diupayakan penanganan yang komprehensif untuk menghilangkan
faktor-faktor tersebut.
Faktor Eksternal :
Lemahnya perlindungan anak online (sistem perlindungan belum tertata dengan
baik, penegakan hukum, filtering ISP, belum adanya child helpline dan child
hotline)
Dorongan dari teman sebaya (sharing foto, sharing pengalaman)
Perilaku pelaku kejahatan seksual anak yang mencari korban
7.
35
38. Anak dapat melakukan perannya dalam mencegah terjadinya eksploitasi
seksual anak di ranah online. Apa saja peran yang dapat dilakukan oleh
anak.
Durasi: 60 Menit
Materi:
• WhatYouth Can Do?
PENGANTAR
Dalam sesi-sesi sebelumnya, telah dijelaskan mengenai eksploitasi seksual anak di ranah
online. Sesi ini, peserta akan membuat bentuk pencegahan yang dapat dilakukan serta
bentuk respon jika eksploitasi seksual anak di ranah online terjadi.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta memiliki pemahaman dan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya eksploitasi seksual anak di ranah online
Peserta mengetahui bagaimana harus merespon apabila terjadi eksploitasi seksual anak
di ranah online disekitarnya
SESI 2
MENCEGAH EKSPLOITASI
SEKSUAL ANAK DI RANAH ONLINE
36
39. PENGATURAN TEMPAT DUDUK
Kelas yang dibutuhkan adalah ruangan tanpa meja dan kursi, ruang dialasi karpet yang
nyaman untuk diduduki anak. Lingkaran atau Bentuk U (menyesuaikan tempat).
ALAT BANTU
1. Papan Tulis
2. Kertas Plano
3. Spidol kecil untuk peserta
4. Spidol papan tulis 4 warna
5. Spidol besar 3 warna
6. Sticky Notes Tipe 657 (3”x 4”) 4 warna
BAHAN ATAU MATERI
1. PPT
2. Instruksi Permainan Coffee Shop
3. KIE sistem pelaporan Telepon Sahabat Anak (TEPSA)
7. Laptop
8. Speaker
9. Proyektor
10. Layar Proyektor
37
40. Peserta dibagi menjadi dua (2) kelompok dengan jumlah yang sama dan diminta
berbaris
Fasilitator menjelaskan bahwa mereka akan berlomba membentuk barisan dengan
urutan berdasarkan indikator yang diberikan, kelompok yang lebih cepat selesai
dan benar dalam urutannya akan menjadi pemenang.
Fasilitator memberikan instruksi dan indikator, misalnya: bentuklah barisan
menurut: Tinggi badan, berat badan, usia, tanggal lahir, bulan lahir, jenis gadget,
jenis media sosial yang digunakan, dll.
Pemenang diberi hadiah kecil (jika tersedia)
1.
2.
3.
4.
PERMAINAN BEBEK BARIS
LANGKAH KEGIATAN
Fasilitator menyapa peserta dan bertanya apakah peserta masih bersemangat untuk
melanjutkan sesi apa yang bisa dilakukan oleh anak dan orang muda.
Jika ternyata sudah bisa lanjut, fasilitator akan melanjutkan sesi, jika dilihat diperlukan
satu ice breaking sebelum melanjutkan sesi maka fasilitator bisa melakukan ice breaking
terlebih dahulu.
1.
2.
ayo berbaris dan
badan yang tertinggi
ke yang terendah ya
38
41. Langkah-Langkah permainan Coffee Shop
Menyiapkan 3 kertas plano yang ditempel di dinding dengan jarak yang agak berjauhan
Menuliskan kata“Coffee Shop I (satu)”dan pertanyaan“Apa yang bisa anak dan orang
muda lakukan untuk mencegah eksploitasi seksual anak di ranah online?”, pada kertas
plano pertama
Menuliskan kata “Coffee Shop II (dua)” dan pertanyaan “Siapa saja pihak yang dapat
membantu dan apa peran mereka dalam melindungan anak dari Eksploitasi Seksual
Komersial Anak di Ranah Online?”, pada kertas plano kedua
Menuliskan kata“Coffee Shop III (tiga)”dan pertanyaan“Apa yang dapat kamu lakukan
apabila kasus eksploitasi seksual anak di ranah online terjadi?”, pada kertas plano
ketiga
Disetiap Coffee Shop akan tinggal satu orang atau dua orang anak yang nantinya akan
menjelaskan pemaparan tentang yang sudah ditulis dikertas plano.
Peserta dibagi menjadi tiga kelompok dengan metode berhitung 1-3 secara bergilir
1.
2.
3.
4.
5.
6.
COFFEE SHOP
Fasilitator menanyakan perasaan peserta, dan refleksi atas permainan dan kesimpulannya.
Contoh pertanyaan:
3.
Menurut teman-teman, apa tujuan permainan kita tadi?
Jawaban : Permainan ini mengajak peserta untuk berpartisipasi aktif seperti tidak
malu bertanya. Permainan ini juga bertujuan untuk saling mengenal lebih dalam
antara satu sama lain.
Apakah tujuan itu tercapai?
Setelah ice breaking selesai, Fasilitator mempersiapkan permainan dengan metode
Coffee Shop untuk membahas apa yang bisa dilakukan untuk mencegah dan merespon
terhadap Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online.
4.
39
42. COFFEE SHOP
Peserta diminta berkumpul dalam kelompok Coffee Shop masing-masing dan diminta
menjawab pertanyaan yang ada di Coffee Shop-nya masing-masing (durasi 10 menit).
Kemudian kelompok Coffee Shop diminta untuk berpindah ke Coffee Shop yang lain
selain penjaga Coffee Shop yang akan menjelaskan diskusi sebelumnya.
Penjaga Coffee Shop menjelaskan hasil diskusi sebelumnya kepada pengunjung
Coffee Shop yang baru dan meminta pengunjung yang lain untuk menambahkan hasil
diskusi. Masing-masing pengunjung Coffee Shop berkunjung/berpindah ke Coffee
Shop. (durasi 5 menit)
Hal yang sama dilakukan untuk Coffee Shop berikutnya.
Membacakan hasil jawaban masing-masing Coffee Shop dan meminta tanggapan dari
peserta
7.
8.
9.
10.
11.
40
43. Setelah permainan coffee shop, fasilitator menjeleaskan tentang apa saja yang dapat
dilakukan anak dan orang muda untuk mencegah eksploitasi seksual anak di ranah
online dan merespon apabila terjadi kasus tersebut.
Anak dan orang muda juga dapat ikut serta dalam mencegah terjadinya Eksploitasi
Seksual Anak di Ranah Online dimulai dengan mencegah dirinya sendiri dan juga orang
disekitarnya. Diantaranya ada 6 hal yang dapart dilakukan oleh anak dan orang muda
untuk mencegahnya yaitu:
5.
Jangan ragu menggunakan internet bersama orang tua : Anak dihimbau untuk tidak
ragu dan terbuka untuk menggunakan internet didampingi oleh orang tua agar
terjalinya komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.
Bertanyalah apabila kamu tidak tahu atau merasa asing dengan hal baru : anak-anak
dalam proses menggunakan internet tentu saja akan menemukan banyak hal baru
baik berupa istilah, gambar, situs, dan sejenisnya. Tidak semua yang ditemukan anak
di internet memiliki konten positif atau dimengerti oleh anak. Oleh karena itu, penting
untuk mendorong anak untuk tidak ragu dan tidak malu untuk bertanya kepada
orang tua.
Hati – hati membagikan biodata dan privasimu ke sosial media : anak dihimbau untuk
berhati – hati untuk membagikan biodata dan privasi ke orang lain terutama social
media. Dampak apabila membagikan biodata dan privasi ke sosial media adalah
pelaku dapat melacak korban dengan mudah seperti dimana korban sekolah, tinggal,
kesukaan, dan perasaan korban yang apabila hal tersebut diketahui dapat memudahkan
pelaku untuk melacak dan berbuat jahat.
41
44. Fasilitator selanjutnya juga menjelaskan kepada peserta bagaimana cara merespon
Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Online oleh anak dan orang muda.
6.
Berani bersikap dan mengatkan tidak : Apabila anak – anak mendapatkan gejala
untuk menjadi korban maka anak – anak diajarkan untuk berani menolak dan
mengatakan “Tidak!”. Contohnya apabila ada orang asing yang meminta untuk
bertemu atau meminta foto anak maka anak tahu bahwa hal tersebut merupakan hal
yang salah dan menolak hal tersebut.
Pergi/menghindari situasi yang tidak menyenangkan : Apabila anak – anak merasa
tidak nyaman dengan kondisi dan lingkungan sekitarnya baik di dunia nyata dan
dunia maya maka anak berhak dan harus berani menjelaskan ketidak nyamanannya
dan menghindar dari situasi yang membuatnya tidak nyaman.
Jika kamu memiliki masalah, bicarakanlah masalah atau kesulitan ke orang tua : anak
dihambau untuk secara terbuka untuk membicarakan kendala dan masalah yang
mereka hadapi baik kepada orang tua ataupun ke orang yang mereka percaya sehingga
mereka tau bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.
Bertanggung Jawablah : anak – anak diminta untuk bertanggung jawab untuk
menggunakan intrenet seperti berpikir kembali apa yang akan mereka posting di
internet, menyebarkan konten dan komentar positif, dan tetap menjaga privasi
mereka
Ingatkan temanmu : Himbau anak – anak untuk juga memberikan pengetahuan atau
sosialisasi ke anak–anak yang lain untuk mencegah Eksploitasi Seksual Anak di Ranah
Online dan bertanggung jawab di internet.
42
45. Menceritakan atau melaporkan situasi ini kepada orang yang dipercaya atau orang
terdekat : Apabila anak mengetahui gejala dan pelaku Eksploitasi Seksual Anak di
Ranah Online baik terhadap dirinya dan orang lain maka anak paham bagaimana
caranya meresponnya. Anak dapat memberi tahunya kepada orang terdekat dan
yang ia percaya terhadap kasus. Anak juga dapat melaporkannya ke institsusi atau
lembaga terkait seperti yang tertera dibawah.
43
46. Greijer, Susanna & Jaap Doek. 2016. Terminology Guidelines for the Protection of Children From
Sexual Exploitation and Sexual Abuse. Bangkok: ECPAT International
Livingston, Carol, dkk. 2000. ProtectingChildrenOnline:AnECPATGuide. Bangkok: ECPAT International
Nouwen, Yvonne. 2017. Eksploitasi Seksual pada Anak Online: Sebuah Pemahaman Bersama.
Bangkok: ECPAT International.
http://ecpatindonesia.org/uncategorized/lembar-fakta-ecpat-tentang-internet-dan-teknologi/
DAFTAR PUSTAKA
44