4. Dunia Pariwisata dalam Perlindungan Anak - ECPAT IndonesiaECPAT Indonesia
Materi dalam Talkshow : Menata Pariwisata Berkelanjutan Ramah Anak dalam Agenda Pemulihan Sektor Travel & Tourism Pasca Pandemi Covid-19. Tujuan penyelenggaraan kegiatan ini adalah sebagai refleksi upaya perlindungan anak di wilayah pariwisata yang selama ini telah dilakukan, serta agenda kedepan yang ingin dicapai oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata (Dalam Upaya Pencegahan Eks...ECPAT Indonesia
Bedasarkan Konvensi Hak Anak, setiap anak memiliki hak-hak dasar yang harus dipenuhi oleh semua pihak, tak terkecuali pelaku usaha. Setiap dunia usaha pasti melakukan hubungan dengan anak-anak sebagai konsumer, anak dari pekerja, anak
sebagai calon pekerja di masa depan.
Oleh karena itu, ECPAT Indonesia bersama aliansi Down to Zero membuat Panduan tentang bagaimana cara sektor swasta berperdan dalam mencegah terjadinya eksploitasi seksual anak.
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Kome...ECPAT Indonesia
Modul ditulis untuk fasilitator pelatihan, dimana peserta pelatihan terdiri dari Perangkat Desa (diantaranya
terdiri dari Bendahara/Sekretaris, Kepala Desa dan Perwakilan dari Badan Perwakilan Desa(BPD)),
Pemerintah Daerah (diantaranya perwakilan dari Dinas Pariwisata, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perijinan/PTSP dan Tenaga
Kesehatan), Polisi, Stakeholder Pariwisata (diantaranya berasal dari perwakilan, Travel, SPA, Karaoke, Guide,
Driver Trevel, Hotel, Pengusaha Warnet), Tenaga Pendidik, PKK, PHRI, Kelompok Sadar Wisata, Tokoh
Agama, Tokoh Masyarakat, NGO, Karang Taruna, Forum Anak. Dimana keberadaan dan profesinya
selama ini terkait erat dengan upaya perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual di daerah
tujuan wisata. Modul ini sebagai alat bantu bagi fasilitator untuk menyampaikan informasi dan melatih
peserta pelatihan dari daerah tujuan wisata untuk menyiapkan diri dalam membuat strategi perlindungan
anak dalam menghadapi ancaman kekerasan dan eksploitasi seksual.
Eksploitasi Seksual Anak (ESA) merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi anak yang mendasar yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan oleh PBB, lebih dari 150 juta anak perempuan dan 73 juta anak laki-laki mengalami pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan seksual termasuk ESA setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data kasus pengaduan anak berdasarkan klaster perlindungan anak oleh komisi perlindungan anak Indonesia, dari tahun 2011 sampai dengan 2019 tercatat sebanyak 2.385 anak Indonesia menjadi korban trafficking dan eksploitasi, termasuk di dalamnya eksploitasi anak.
Anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual akan menghadapi persoalan yang kompleks di kemudian hari. Kekerasan fisik yang dialami bersamaan dengan eksploitasi seksual terhadap anak dapat mengakibatkan luka, rasa sakit dan rasa takut. Di samping itu, anak-anak juga lebih rentan terhadap infeksi menular seksual dan kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Selain berdampak pada kesehatan secara fisik, eksploitasi seksual yang dialami oleh anak juga akan membawa masalah psikologis yang cukup serius. Eksploitasi seksual dapat menimbulkan rasa bersalah, rasa rendah diri dan depresi. Kasus yang dialami oleh korban ESA dapat menimbulkan perasaan tidak berharga, yang mengakibatkan perilaku menyakiti diri, termasuk di dalamnya overdosis, percobaan bunuh diri, dan gangguan makan.
Eksploitasi Seksual Anak (ESA) merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi anak yang mendasar yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan oleh PBB, lebih dari 150 juta anak perempuan dan 73 juta anak laki-laki mengalami pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan seksual termasuk ESA setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data kasus pengaduan anak berdasarkan klaster perlindungan anak oleh komisi perlindungan anak Indonesia, dari tahun 2011 sampai dengan 2019 tercatat sebanyak 2.385 anak Indonesia menjadi korban trafficking dan eksploitasi, termasuk di dalamnya eksploitasi anak.
Anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual akan menghadapi persoalan yang kompleks di kemudian hari. Kekerasan fisik yang dialami bersamaan dengan eksploitasi seksual terhadap anak dapat mengakibatkan luka, rasa sakit dan rasa takut. Di samping itu, anak-anak juga lebih rentan terhadap infeksi menular seksual dan kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Selain berdampak pada kesehatan secara fisik, eksploitasi seksual yang dialami oleh anak juga akan membawa masalah psikologis yang cukup serius. Eksploitasi seksual dapat menimbulkan rasa bersalah, rasa rendah diri dan depresi. Kasus yang dialami oleh korban ESA dapat menimbulkan perasaan tidak berharga, yang mengakibatkan perilaku menyakiti diri, termasuk di dalamnya overdosis, percobaan bunuh diri, dan gangguan makan.
4. Dunia Pariwisata dalam Perlindungan Anak - ECPAT IndonesiaECPAT Indonesia
Materi dalam Talkshow : Menata Pariwisata Berkelanjutan Ramah Anak dalam Agenda Pemulihan Sektor Travel & Tourism Pasca Pandemi Covid-19. Tujuan penyelenggaraan kegiatan ini adalah sebagai refleksi upaya perlindungan anak di wilayah pariwisata yang selama ini telah dilakukan, serta agenda kedepan yang ingin dicapai oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Kolaborasi Sektor Swasta di Lingkungan Pariwisata (Dalam Upaya Pencegahan Eks...ECPAT Indonesia
Bedasarkan Konvensi Hak Anak, setiap anak memiliki hak-hak dasar yang harus dipenuhi oleh semua pihak, tak terkecuali pelaku usaha. Setiap dunia usaha pasti melakukan hubungan dengan anak-anak sebagai konsumer, anak dari pekerja, anak
sebagai calon pekerja di masa depan.
Oleh karena itu, ECPAT Indonesia bersama aliansi Down to Zero membuat Panduan tentang bagaimana cara sektor swasta berperdan dalam mencegah terjadinya eksploitasi seksual anak.
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Kome...ECPAT Indonesia
Modul ditulis untuk fasilitator pelatihan, dimana peserta pelatihan terdiri dari Perangkat Desa (diantaranya
terdiri dari Bendahara/Sekretaris, Kepala Desa dan Perwakilan dari Badan Perwakilan Desa(BPD)),
Pemerintah Daerah (diantaranya perwakilan dari Dinas Pariwisata, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perijinan/PTSP dan Tenaga
Kesehatan), Polisi, Stakeholder Pariwisata (diantaranya berasal dari perwakilan, Travel, SPA, Karaoke, Guide,
Driver Trevel, Hotel, Pengusaha Warnet), Tenaga Pendidik, PKK, PHRI, Kelompok Sadar Wisata, Tokoh
Agama, Tokoh Masyarakat, NGO, Karang Taruna, Forum Anak. Dimana keberadaan dan profesinya
selama ini terkait erat dengan upaya perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual di daerah
tujuan wisata. Modul ini sebagai alat bantu bagi fasilitator untuk menyampaikan informasi dan melatih
peserta pelatihan dari daerah tujuan wisata untuk menyiapkan diri dalam membuat strategi perlindungan
anak dalam menghadapi ancaman kekerasan dan eksploitasi seksual.
Eksploitasi Seksual Anak (ESA) merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi anak yang mendasar yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan oleh PBB, lebih dari 150 juta anak perempuan dan 73 juta anak laki-laki mengalami pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan seksual termasuk ESA setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data kasus pengaduan anak berdasarkan klaster perlindungan anak oleh komisi perlindungan anak Indonesia, dari tahun 2011 sampai dengan 2019 tercatat sebanyak 2.385 anak Indonesia menjadi korban trafficking dan eksploitasi, termasuk di dalamnya eksploitasi anak.
Anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual akan menghadapi persoalan yang kompleks di kemudian hari. Kekerasan fisik yang dialami bersamaan dengan eksploitasi seksual terhadap anak dapat mengakibatkan luka, rasa sakit dan rasa takut. Di samping itu, anak-anak juga lebih rentan terhadap infeksi menular seksual dan kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Selain berdampak pada kesehatan secara fisik, eksploitasi seksual yang dialami oleh anak juga akan membawa masalah psikologis yang cukup serius. Eksploitasi seksual dapat menimbulkan rasa bersalah, rasa rendah diri dan depresi. Kasus yang dialami oleh korban ESA dapat menimbulkan perasaan tidak berharga, yang mengakibatkan perilaku menyakiti diri, termasuk di dalamnya overdosis, percobaan bunuh diri, dan gangguan makan.
Eksploitasi Seksual Anak (ESA) merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi anak yang mendasar yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan oleh PBB, lebih dari 150 juta anak perempuan dan 73 juta anak laki-laki mengalami pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan seksual termasuk ESA setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data kasus pengaduan anak berdasarkan klaster perlindungan anak oleh komisi perlindungan anak Indonesia, dari tahun 2011 sampai dengan 2019 tercatat sebanyak 2.385 anak Indonesia menjadi korban trafficking dan eksploitasi, termasuk di dalamnya eksploitasi anak.
Anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual akan menghadapi persoalan yang kompleks di kemudian hari. Kekerasan fisik yang dialami bersamaan dengan eksploitasi seksual terhadap anak dapat mengakibatkan luka, rasa sakit dan rasa takut. Di samping itu, anak-anak juga lebih rentan terhadap infeksi menular seksual dan kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Selain berdampak pada kesehatan secara fisik, eksploitasi seksual yang dialami oleh anak juga akan membawa masalah psikologis yang cukup serius. Eksploitasi seksual dapat menimbulkan rasa bersalah, rasa rendah diri dan depresi. Kasus yang dialami oleh korban ESA dapat menimbulkan perasaan tidak berharga, yang mengakibatkan perilaku menyakiti diri, termasuk di dalamnya overdosis, percobaan bunuh diri, dan gangguan makan.
materi mengenai potensi dan daya tarik wisata untuk kelas X SMK, siswa mempelajari tentang pengertian potensi dan daya tarik wisata serta karakteristik daya tarik wisata. Siswa juga diminta untuk membuat suatu perencanaan usaha daya tarik wisata sesuai daerah masing-masing.
materi power point diambil dari beberapa sumber.
Eksploitasi seksual pada anak online adalah sebuah masalah global yang berkembang dengan cepat dan membutuhkan sebuah respon yang komprehensif.
ECPAT bekerja untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun kapasitas para anggotanya dan para pemangku kepentingan lain dalam memerangi isu eksploitasi
seksual pada anak online tersebut. Agar dapat secara efektif bekerja pada sebuah solusi, yang menjadi titik awal adalah agar semua pemangku kepentingan mengenali apa yang menjadi masalah tersebut. Setidaknya, hal ini membutuhkan sebuah
pemahaman dasar tentang berbagai perwujudan eksploitasi seksual pada anak online tersebut dan bagaimana para pelaku menjadikan anak-anak sebagai korban. Disamping itu, penting untuk menggunakan sebuah bahasa bersama ketika
mendiskusikan setiap pendekatan yang digunakan untuk menangani masalah ini untuk memastikan pemahaman dan mencegah persepsi yang salah tentang sifat dan
seriusnya isu ini. Idealnya, ide-ide bersama ini juga harus ditangkap dalam kerangka kerja hukum nasional dan regional yang mengkriminalkan dan menghukum perbuatan-perbuatan seperti itu dengan sanksi yang sebanding dan disuasif.
Booklet ini berisi 3 seri lembar fakta yang terkait dengan eksploitasi seksual pada
anak online yang memberikan sumber-sumber yang mudah dan siap untuk
dipergunakan oleh setiap orang yang tertarik dengan isu ini. Seri pertama terdiri dari
lembar fakta yang menjelaskan berbagai perwujudan eksploitasi seksual pada anak
online. Seri kedua mencakup 5 kerangka kerja hukum regional dan/atau
internasional yang relevan yang memuat berbagai ketentuan tentang satu
perwujudan eksploitasi seksual pada anak online atau lebih. Terakhir, seri ketiga
terdiri dari lembar fakta Internet dan Teknologi yang menjelaskan berbagai istilah
dan alat yang relevan untuk memahami internet dan bagaimana berbagai teknologi
(berpotensi) untuk digunakan oleh para pelaku kejahatan seks anak atau orang-
orang yang berusaha untuk menghalangi para pelaku tersebut.
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran WisatawanAde Ela Pratiwi
Menjelaskan tentang motivasi tujuan perjalanan, jenis-jenis wisatawan , karakteristik wisatawan dan pola pengeluaran wisatawan di suatu destinasi wisata
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak merupakan sebuah bentuk perilaku tidak hanya dimaknai sebagai hubungan seksual biasa tetapi juga merupakan serangan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak yang menimbulkan perlukaan pada organ seksual, menimbulkan dampak psikologis pada korban dan bahkan menimbulkan luka atau lecet pada organ tubuh lainnya hingga menimbulkan kematian. Agresiftas seksual anak memiliki pola tidak sama dengan orang dewasa, sebagian besar kekerasan seksual yang dilakukan anak, dilakukan secara berkelompok. Eskalasi seksual tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di perdesaan bahkan di pedalaman sekalipun. Faktor yang paling dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap terjadinya kekerasan seksual adalah paparan pornografi yang dialami oleh anak. Faktor-faktor lain tidak bisa diangap remeh yaitu pengaruh teman sebaya, minimnya pendidikan dalam memanfaatkan bahaya internet pada anak, terbatasnya pengetahuan orang tua dan guru dalam melindungi anakanak dari bahaya internet.
Modul Pelatihan Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak Online Untuk Organisasi P...ECPAT Indonesia
Ada dua konsep kunci yang perlu dipahami bagi peserta tentang eksploitasi seksual anak online, yaitu secara bentuk umum dan secara bentuk khusus. Penjelasan definisi dan
konsep kunci dari eksploitasi seksual anak online akan dikaitkan dengan aturan hukum terkait, yaitu Undang-undang No. 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang (UUPA)
dan Undang-undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU-ITE).
Penekanan pada materi penjelasan tentang konsep kunci adalah untuk mengetahui dan menjelaskan secara mendalam atas tindakan eksploitasi seksual anak online. Dalam
praktik, tindak kejahatan eksploitasi seksual anak online ada dua bentuk, yaitu secara offline dan secara online. Selain itu, bentuk kejahatan yang dilakukan secara online terkait eksploitasi seksual juga ada yang berbentuk umum dan berbentuk khusus. Oleh sebab itu untuk dapat membedakan tindak kejahatan tersebut di atas, penjelasan tentang konsep kunci dan definisi menjadi penting untuk dipaparkan lebih lanjut.
Buku Panduan Wisata Perdesaan Ramah Anak Bebas EksplotasiECPAT Indonesia
Buku Panduan ini disusun sebagai bahan untuk memperkuat kapasitas dan pemahaman dalam mencegah dan menanggulangi eksploitasi terhadap anak yang berpotensi terjadi di wisata perdesaan.
Situasi eksploitasi anak di destinasi wisata merupakan kejahatan yang dilakukan oleh individu atau terorganisir untuk memanfaatkan anak-anak yang berada di destinasi wisata untuk pemenuhan ekonomi maupun seksual. Kejahatan ini secara terselubung terjadi di berbagai belahan dunia. Oleh sebab itu, perlu dibangun suatu perspektif kolaborasi sehingga situasi fenomena ini lebih disadari oleh masyarakat, dan tercipta upaya kreatif dan menarik dalam memerangi eksploitasi anak di destinasi wisata, khususnya wisata perdesaan.
Diharapkan Buku Panduan ini diharapkan dapat membantu komunitas perlindungan anak dan pariwisatas setempat, khususnya PATBM dan Pokdarwis, dalam memfasilitasi pelatihan, pertemuan-pertemuan dan pendampingan untuk perlindungan anak dari eksploitasi di destinasi wisata, khususnya wisata perdesaan.
materi mengenai potensi dan daya tarik wisata untuk kelas X SMK, siswa mempelajari tentang pengertian potensi dan daya tarik wisata serta karakteristik daya tarik wisata. Siswa juga diminta untuk membuat suatu perencanaan usaha daya tarik wisata sesuai daerah masing-masing.
materi power point diambil dari beberapa sumber.
Eksploitasi seksual pada anak online adalah sebuah masalah global yang berkembang dengan cepat dan membutuhkan sebuah respon yang komprehensif.
ECPAT bekerja untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun kapasitas para anggotanya dan para pemangku kepentingan lain dalam memerangi isu eksploitasi
seksual pada anak online tersebut. Agar dapat secara efektif bekerja pada sebuah solusi, yang menjadi titik awal adalah agar semua pemangku kepentingan mengenali apa yang menjadi masalah tersebut. Setidaknya, hal ini membutuhkan sebuah
pemahaman dasar tentang berbagai perwujudan eksploitasi seksual pada anak online tersebut dan bagaimana para pelaku menjadikan anak-anak sebagai korban. Disamping itu, penting untuk menggunakan sebuah bahasa bersama ketika
mendiskusikan setiap pendekatan yang digunakan untuk menangani masalah ini untuk memastikan pemahaman dan mencegah persepsi yang salah tentang sifat dan
seriusnya isu ini. Idealnya, ide-ide bersama ini juga harus ditangkap dalam kerangka kerja hukum nasional dan regional yang mengkriminalkan dan menghukum perbuatan-perbuatan seperti itu dengan sanksi yang sebanding dan disuasif.
Booklet ini berisi 3 seri lembar fakta yang terkait dengan eksploitasi seksual pada
anak online yang memberikan sumber-sumber yang mudah dan siap untuk
dipergunakan oleh setiap orang yang tertarik dengan isu ini. Seri pertama terdiri dari
lembar fakta yang menjelaskan berbagai perwujudan eksploitasi seksual pada anak
online. Seri kedua mencakup 5 kerangka kerja hukum regional dan/atau
internasional yang relevan yang memuat berbagai ketentuan tentang satu
perwujudan eksploitasi seksual pada anak online atau lebih. Terakhir, seri ketiga
terdiri dari lembar fakta Internet dan Teknologi yang menjelaskan berbagai istilah
dan alat yang relevan untuk memahami internet dan bagaimana berbagai teknologi
(berpotensi) untuk digunakan oleh para pelaku kejahatan seks anak atau orang-
orang yang berusaha untuk menghalangi para pelaku tersebut.
Motivasi Tujuan Perjalanan, Krateristik Wisatawan dan Pola Pengeluaran WisatawanAde Ela Pratiwi
Menjelaskan tentang motivasi tujuan perjalanan, jenis-jenis wisatawan , karakteristik wisatawan dan pola pengeluaran wisatawan di suatu destinasi wisata
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak merupakan sebuah bentuk perilaku tidak hanya dimaknai sebagai hubungan seksual biasa tetapi juga merupakan serangan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak yang menimbulkan perlukaan pada organ seksual, menimbulkan dampak psikologis pada korban dan bahkan menimbulkan luka atau lecet pada organ tubuh lainnya hingga menimbulkan kematian. Agresiftas seksual anak memiliki pola tidak sama dengan orang dewasa, sebagian besar kekerasan seksual yang dilakukan anak, dilakukan secara berkelompok. Eskalasi seksual tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di perdesaan bahkan di pedalaman sekalipun. Faktor yang paling dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap terjadinya kekerasan seksual adalah paparan pornografi yang dialami oleh anak. Faktor-faktor lain tidak bisa diangap remeh yaitu pengaruh teman sebaya, minimnya pendidikan dalam memanfaatkan bahaya internet pada anak, terbatasnya pengetahuan orang tua dan guru dalam melindungi anakanak dari bahaya internet.
Modul Pelatihan Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak Online Untuk Organisasi P...ECPAT Indonesia
Ada dua konsep kunci yang perlu dipahami bagi peserta tentang eksploitasi seksual anak online, yaitu secara bentuk umum dan secara bentuk khusus. Penjelasan definisi dan
konsep kunci dari eksploitasi seksual anak online akan dikaitkan dengan aturan hukum terkait, yaitu Undang-undang No. 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang (UUPA)
dan Undang-undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU-ITE).
Penekanan pada materi penjelasan tentang konsep kunci adalah untuk mengetahui dan menjelaskan secara mendalam atas tindakan eksploitasi seksual anak online. Dalam
praktik, tindak kejahatan eksploitasi seksual anak online ada dua bentuk, yaitu secara offline dan secara online. Selain itu, bentuk kejahatan yang dilakukan secara online terkait eksploitasi seksual juga ada yang berbentuk umum dan berbentuk khusus. Oleh sebab itu untuk dapat membedakan tindak kejahatan tersebut di atas, penjelasan tentang konsep kunci dan definisi menjadi penting untuk dipaparkan lebih lanjut.
Buku Panduan Wisata Perdesaan Ramah Anak Bebas EksplotasiECPAT Indonesia
Buku Panduan ini disusun sebagai bahan untuk memperkuat kapasitas dan pemahaman dalam mencegah dan menanggulangi eksploitasi terhadap anak yang berpotensi terjadi di wisata perdesaan.
Situasi eksploitasi anak di destinasi wisata merupakan kejahatan yang dilakukan oleh individu atau terorganisir untuk memanfaatkan anak-anak yang berada di destinasi wisata untuk pemenuhan ekonomi maupun seksual. Kejahatan ini secara terselubung terjadi di berbagai belahan dunia. Oleh sebab itu, perlu dibangun suatu perspektif kolaborasi sehingga situasi fenomena ini lebih disadari oleh masyarakat, dan tercipta upaya kreatif dan menarik dalam memerangi eksploitasi anak di destinasi wisata, khususnya wisata perdesaan.
Diharapkan Buku Panduan ini diharapkan dapat membantu komunitas perlindungan anak dan pariwisatas setempat, khususnya PATBM dan Pokdarwis, dalam memfasilitasi pelatihan, pertemuan-pertemuan dan pendampingan untuk perlindungan anak dari eksploitasi di destinasi wisata, khususnya wisata perdesaan.
ECPAT Indonesia adalah jaringan nasional dari 22 organisasi dan 2 individu
dari 11 provinsi di Indonesia untuk menentang Eksploitasi Seksual Anak (ESA),
meliputi eksploitasi seksual anak dalam prostitusi, perdagangan anak untuk
tujuan seksual, eksploitasi seksual anak di sektor pariwisata dan perjalanan,
eksploitasi seksual anak online, dan perkawinan anak.
ECPAT Indonesia membuat Catatan Akhir Tahun (CATAHU) tahun 2022 yang merupakan bentuk tanggung jawab ECPAT Indonesia kepada publik di wilayah Indonesia dan secara khusus ditujukan kepada donor, lembaga jaringan, stakeholder yang selama ini bekerja bersama-sama untuk memperjuangkan hak-hak anak.
Materi dalam Talkshow : Menata Pariwisata Berkelanjutan Ramah Anak dalam Agenda Pemulihan Sektor Travel & Tourism Pasca Pandemi Covid-19. Tujuan penyelenggaraan kegiatan ini adalah sebagai refleksi upaya perlindungan anak di wilayah pariwisata yang selama ini telah dilakukan, serta agenda kedepan yang ingin dicapai oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Regional Conference of Legal Protection for Child Victims of Sexual Exploitat...ECPAT Indonesia
Anda akan menemukan laporan konferensi regional tahunan tentang ‘memerangi kekerasan terhadap anak’, yang diselenggarakan oleh Kedutaan Prancis dan ECPAT Indonesia.
Konferensi ini setiap tahunnya memberikan kesempatan kepada hakim, lembaga penegak hukum, dan LSM dari berbagai negara untuk bertemu, berbagi pengalaman, saling belajar dan membuat jaringan yang kuat.
Menentang Pornografi dan Eksploitasi Terhadap AnakECPAT Indonesia
sebagai sebuah jaringan organisasi dan individu yang konsern terhadap penghapusan eksploitasi seksual komeridal terhadap anak (ESKA), ECPAT berharap agar masyarakat dunia dapat menjamin bahwa anak-anak d seluruh dunia terbebas dari semua bentuk ekploitasi
Riset disrupting harm sendiri merupakan riset yang dilakukan oleh ECPAT Internasional, UNICEF, dan Interpol dengan bekerjasama dengan ECPAT Indonesia dengan subjek penelitian yaitu keselamatan anak di ranah daring.
KPPPA bekerjasama dengan ECPAT Indonesia sejak tahun 2018, telah berhasil menyusun Pedoman Desa/Kelurahan Bebas dari Pornografi. Pedoman tersebut disusun berdasarkan hasil assesmen ditingkat kelurahan/desa, yang melibatkan stakeholder desa/kelurahan, organisasi masyarakat dan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Hingga ditahun 2019 KPPPA dengan ECPAT Indonesia telah membentuk dan mendampingi 9 Desa/Kelurahan yang telah mendeklarasikan menjadi Desa bebas dari pornografi anak. Dimana Desa-Desa tersebut bersama masyarakat bahu membahu membangun sistem pencegahan dan penanganan serta perlindungan anak dari pornografi.
Berdasarkan pada keberhasilan tersebut KPPPA dengan ECPAT Indonesia kembali akan melanjutkan program kerjasama di tahun 2021 dalam upaya Pencegahan dan Penanganan Pornografi anak di Indonesia, dengan membangun sistem perlindungan anak dari bahaya pornografi berbasis Desa/Kelurahan.
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet (Sebuah Pengantar)ICT Watch
Dokumentasi #LiveStreaming Rilis Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet https://www.youtube.com/watch?v=Hv161zrCMuo
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet (Sebuah Pengantar).
I. LATAR BELAKANG 1
II. KOMITMEN GLOBAL SEBAGAI PEDOMAN DASAR 3
A. Landasan Hukum Dan Kebijakan 5
B. Mekanisme Pelaporan 7
C. Perhatian Utama Dalam Skala Nasional 11
D. Program Pendidikan Dan Kesadaran Masyarakat 12
III. ANAK DAN AKTIVITAS DI DUNIA MAYA 13
A. Aktivitas Anak Online Di Indonesia 16
B. Perangkat Yang Digunakan Saat Berinternet 17
C. Motivasi Menggunakan Internet Dan Aktivitas Online 17
IV. KONTEN YANG MENYALAHGUNAKAN ANAK 19
A. Definisi 19
B. Naungan Hukum 22
C. Kajian Regional 23
D. Ketersediaan Alat Dan Instrumen Untuk Investigasi 25
E. Pelatihan Penggunaan Alat Dan Membangun Awareness
(Terhadap Konten Yang Menyalahgunakan Anak) 27
F. Format/Prosedur Pelaporan 29
G. Strategi (Termasuk Hukum) Berkaitan Dengan
Pengurangan Konten Yang Menyalahgunakan Anak 30
V. DAFTAR PRIORITAS NASIONAL DALAM HAL PERLINDUNGAN
ANAK DI RANAH MAYA 34
A. Peta Komprehensif Kebijakan Yang Sudah Tersedia Terkait
Perlindungan Anak Di Ranah Maya 34
B. Fokus Utama Perlindungan Anak Di Ranah Maya Dalam
Skala Nasional 36
C. Program Dan Aktivitas Pemberdayaan Dan
Pendidikan Publik 36
D. Usulan Alur Mekanisme Pelaporan Yang Spesifik 38
E. Pemberdayaan Anak
The United Nations Convention on the Rights of the Child (UN-CRC) mengakui hak anak untuk dilindungi dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan pelecehan. Sehingga, individu dan organisasi yang bersinggungan dan berhubungan dengan anak harus memastikan mereka dilindungi dan aman dari bahaya ketika berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.
Untuk menjamin hak anak ini maka sistem perlindungan anak di Indonesia itu sendiri diatur melalui UU Perlindungan Anak yaitu UU No. 23 Tahun 2002, direvisi menjadi UU No. 35 Tahun 2014, dan revisi ke II melalui UU No.17 Tahun 2016.
Tujuan dari adanya KKA ID-COP adalah untuk melindungi hak-hak anak yang terlibat dalam program dan kegiatan ID-COP, serta memastikan bahwa staf, perwakilan, dan staf organisasi kemitraan mengerahkan langkah bijaksana untuk memastikan bahwa anak-anak yang berinteraksi dengan mereka diperlakukan dengan hormat dan bermartabat, dan dilindungi dari segala jenis kekerasan. KKA ID-COP ini juga bertujuan agar menjadi panduan agar para mitra ID-COP dapat konsisten menjalankan kode etik dalam berkolaborasi antar lembaga, ketika mereka harus menjalankan sebuah kegiatan bersama anak-anak.
Pencegahan Perdagangan Orang dan Pemulihan Korban Kekerasan di Masyarakatmusniumar
Indonesia telah menjadi bagian dari perdagangan orang. Modusnya dilakukan melalui penempatan tenaga kerja indonesia di luar negeri. Untuk mengurangi dan menghilangkan perdagangan orang, diperlukan penegakan hukum dan kerjasama yang semakin erat dengan semua instansi terkait.
Catatan Akhir Tahun ECPAT Indonesia - Tahun 2017ECPAT Indonesia
Dalam mewujudkan visi misinya, ECPAT Indonesia memilih beberapa strategi, diantaranya penelitian, sosialisasi, pelatihan, kerjasama, Focus Group Discussion (FGD) dll. Kiprah ECPAT Indonesia
selama 13 tahun, telah menemukan banyak permasalahan anak di Indonesia, diantaranya anak putus sekolah, anak terpapar pornografi melalui smartphone, perkawinan anak, hubungan seks anak dengan anak, anak mengalami kekerasan seksual, anak menjadi pekerja atau sebagai pencari nafkah, keseluruhan kasus yang ECPAT Indonesia temukan rentan menjadi pintu masuk terjadinya eksploitasi seksual komersial.
Similar to Mekanisme Perlindungan Anak di Sektor Pariwisata dan Perjalanan (20)
Laporan Hasil Pemantauan di Jabodebek 2021-2022.pdfECPAT Indonesia
Sejak tahun 2021 ECPAT Indonesia bekerjasama dengan Bandungwangi untuk melakukan asesmen terkait dengan kasus eksploitasi seksual anak dalam prostitusi yang terjadi di daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi). Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran pola, modus, besaran jumlah kasus dan profile korban eksploitasi seksual anak dalam prostitusi termasuk kerentanannya mengalami kekerasan. Di Tahun 2022 kami kembali melakukan asesmen, sehingga laporan ini merupakan temuan yang kami persembahkan kepada anak-anak Indonesia, masyarakat, pemerintah, Lembaga perlindungan anak, dan pihak-pihak yang peduli dengan upaya perlindungan anak dari eksploitasi seksual. Semoga hasil temuan ini bermanfaat menjadi refleksi, acuan data untuk upaya penghapusan segala bentuk eksploitasi seksual anak di Indonesia.
Laporan IWF Mengenai AI dan Kekerasan Seksual AnakECPAT Indonesia
Internet Watch Foundation (IWF) telah menyelidiki laporan pertamanya tentang materi pelecehan seksual terhadap anak (CSAM) yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI).
Investigasi awal mengungkap dunia teknologi teks-ke-gambar. Singkatnya, Anda mengetikkan apa yang ingin Anda lihat di generator online dan perangkat lunak akan menghasilkan gambar.
Teknologinya cepat dan akurat – gambar biasanya sangat cocok dengan deskripsi teks. Banyak gambar dapat dihasilkan sekaligus – Anda hanya dibatasi oleh kecepatan komputer Anda. Anda kemudian dapat memilih favorit Anda; mengeditnya; arahkan teknologi untuk menghasilkan apa yang Anda inginkan.
Pada akhir tahun 2022 kemarin, Cianjur telah dilanda gempa bumi sekuat 5,6 SR yang telah menewaskan ratusan orang dan ribuan orang lainnya luka-luka. Gempa ini pun terus berlanjut dengan beberapa gempa susulan yang membuat semakin banyaknya korban berjatuhan, tak terkecuali anak-anak. Kehilangan tempat tinggal, hilangnya harta dan benda, hingga kejiwaan terguncang yang menyebabkan trauma pun turut dirasakan. Melihat hal ini, ECPAT Indonesia bekerjasama dengan Kinder Nothilfe Germany memutuskan untuk membuat gerakan bersama yang bertujuan untuk menolong korban -terkhusus anak dan perempuan- di Cianjur.
Bagian ini akan menjelaskan tentang internet dan cara kerjanya serta media sosial. Termasuk di dalamnya resiko keamanan bagi anak di dunia online (daring) dan bagaimana menghindari resiko tersebut. Pada bagian akhir akan dijelaskan tentang bagaimana melakukan pelaporan jika ditemukan situs / media sosial yang mengandung konten negatif yang berbahaya bagi anak, serta beberapa fitur/tools yang dapat mengurangi resiko anak terpapar konten negatif. Praktek untuk penggunaannya dilakukan agar dapat dipahami langkah-langkah penggunaannya secara sistematis
modul ini dibuat agar para orang tua, komunitas dan masyarakat luas dapat mengetahui secara mendalam tentang bentuk-bentuk eksploitasi seksual anak melalui media daring, peraturan yang berlaku di Indonesia serta hal-hal yang dapat dilakukan mencegah bahaya eskploitasi seksual melalui media daring terjadi pada anak-anak. Sehingga diharapkan, orang tua, komunitas dan masyarakat dapat lebih berperan aktif dalam melindungi anak-anak dari bahaya eksploitasi seksual anak melalui media daring.
Tips JAGO Agar Privasi Anak Tetap Aman di Media Sosial ECPAT Indonesia
Sosial media menjadi tempat bermain yang asik dan seru untuk anak-anak, Namun terkadang anak belum tahu bagaimana mereka melindungi privasi mereka di media sosial.
Hal ini tentunya berisiko bagi keamanan anak. Untuk itu, kita juga perlu meningkatkan kewaspadaan dan sikap yang bijak dalam menggunakan media digital. Berikut adalah tips JAGO agar privasi anak tetap aman di Media Sosial.
Waspada Media Sosial Menjadi Sarana Eksploitasi Seksual AnakECPAT Indonesia
Sosial media menjadi salah satu paltfom yang sangat digemari anak untuk menghabiskan waktu luangnya. Mereka bisa berinteraksi dengan teman, mengetahui informasi terkini, dan mendapatkan hiburan.
Intensitas penggunaan sosial media yang tinggi, membuat anak rentan terhadap eksploitasi seksual di dunia online. Yuk kenali eksploitasi seksual anak online melalui infografis ini supaya kita lebih waspada dan tidak mudah menjadi korbannya.
Apakah kamu pernah mengalami eksploitasi seksual anak online? Langkah apa sih yang kamu lakukan supaya terhindar dari kejahatan ini? Yuk share komentar kamu dipostingan ini.
Dunia digital saat ini semakin berkembang dengan pesat, semua kegiatan yang dilakukan pasti selalu melibatkan internet didalamnya. Hal ini membuat dunia juga semakin cepat mengalami perubahan.
Melihat kondisi tersebut, generasi muda juga bisa mengambil peran loh! Ayo kita kejar sebelum ketinggalan! Daripada hanya menjadi penikmat saja, kita juga bisa berpartisipasi dalam membuat konten positif. Nah, ada beberapa tips nih untuk para kreator muda agar tetap aman saat membuat konten! Kalau kamu paling suka buat konten tentang apa? Kasih komentar dibawah yuk!
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Mekanisme Perlindungan Anak di Sektor Pariwisata dan Perjalanan
1. MEKANISME PENCEGAHAN DAN
PENANGANAN PERDAGANGAN ANAK
UNTUK EKSPLOITASI SEKSUAL DI
SEKTOR PARIWISATA
Dalam agenda penguatan Gugus Tugas Pencegahan TPPO
2.
3. ESA
Sebuah Isue
tanpa ada batasan
500 000
4 000
30 000
500 000
300 000
200 000
500 000
30 000
8 000
10 000
300 000
Perkiraan Angka Anak Korban Ekploitasi Seksual di Dunia
4.
5. •Eksploitasi seksual anak masih kerap
terjadi dan terus meningkat
•Belum adanya mandatory report dalam
upaya mitigasi terjadinya kejahatan
eksploitasi seksual anak dan
perdagangan orang
•Dunia Wisata Indonesia yang belum
memberikan upaya perdagangan anak
secara optimal
•Perkembangan sektor Wisata dan
Internet meningkatkan Kerentanan
Situasi Indonesia
8. Ekploitasi Seksual
Komersial Anak (ESKA)
• sebuah pelanggaran hak
anak yang mendasar
• anak dilibatkan sebagai
objek seksual dan
komersial
• Dengan Pemberian uang
atau sesuai yang bisa
dinominalkan.”
9. Perdagangan anak untuk tujuan seksual
Eksploitasi seksual melalui prostitusi
Perkawinan Anak
Eksploitasi Seksual Anak di Online
Eksploitasi seksual anak di destinasi perjalanan & wisata
Materi kekerasan seksual anak (pornografi anak)
Bentuk-Bentuk
Eksploitasi Seksual Anak
10. Pariwisata
Anak dan
Perempuan
Kejahatan
situasi ini terjadi karena pelaku
kejahatan menggunakan layanan
industri wisata dalam melakukan
kejahatannya dan mereka bisa
saja sebagai pelancong ataupun
wisatawan.
Perusahaan jasa wisata dan
perjalanan bisanya tidak
mencurigai pelanggan /
pengguna jasanya.
ESKA merupakan KEJAHATAN
TRANSNASIONAL
11. Komitmen Indonesia
•Permenparekraf No. 30/HK 201/MKP/2010
tentang Pedoman Pencegahan Eksploitasi
Seksual Anak di Lingkungan Pariwisata
•Peraturan Menteri pariwisata No. 14 tahun
2016 tentang pedoman Destinasi pariwisata
berkelanjutan.
•UNWTO
12. 12
PERMEN PAREKRAF No. 14 tahun 2016
tentang pedoman Destinasi pariwisata berkelanjutan
Kriteria Indikator Bukti Pendukung
Destinasi memiliki hukum dan
tindakan untuk mencegah
praktik
komersialisasi, seks atau
segala macam bentuk
eksploitasi dan pelecehan
terhadap siapapun,
khususnya anak-anak,
remaja, wanita, dan kaum
minoritas. Hukum dan
tindakan tersebut
dikomunikasikan kepada
publik.
komersialisasi, seks atau
segala macam bentuk
eksploitasi, diskriminasi
atau pelecehan terhadap
penduduk atau
wisatawan.
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA),
Rencana
Strategis atau Program Pengembangan Destinasi mencakup rencana aksi
mengenai pencegahan eksploitasi komersial, seksual, atau dalam bentuk
lainnya serta pelecehan terhadap masyarakat setempat dan juga pengunjung.
2) Mematuhi peraturan/kebijakan terkait dengan pencegahan eksploitasi,
diskriminasi atau pelecehan.
3) Mematuhi peraturan/kebijakan terkait dengan ketenagakerjaan.
4) Memiliki sistem perlindungan yang mencegah praktik eksploitasi dan
pelecehan terhadap siapapun, khususnya anak-anak, remaja, wanita, dan
kaum minoritas.
Hukum dan program
dikomunikasikan kepada
publik
1) Jumlah kasus yang dilaporkan dalam tahun.
2) Penanganan/tindakan penyelesaian atas laporan praktik-praktik eksploitasi
komersial, seksual, atau dalam bentuk lainnya serta pelecehan dari siapa pun.
3) Sosialisasi secara berkala.
4) Publikasi aturan di media online atau media cetak.
13. Konvensi Etika
Pariwisata UNWTO
Pasal 2.3 dari GCET
“Eksploitasi manusia dalam bentuk apapun,
terutama seksual, terutama pada anak-anak,
bertentangan dengan tujuan fundamental
pariwisata dan merupakan pengingkaran dari
pariwisata; dengan demikian, sesuai dengan hukum
internasional, tindakan tersebut harus diberantas
dengan penuh semangat kerja sama dari semua
Negara terkait dan dihukum tanpa konsesi oleh
undang-undang nasional dari kedua negara yang
dikunjungi dan negara asal pelaku, bahkan ketika
tindakan tersebut dilakukan di luar negeri.
14. KOMITMEN DKI JAKARTA
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 64 TAHUN 2019
TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN
DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG
14
15. a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
b. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.04/UM.001/MKP/08 tentang Sadar
Wisata.
c. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.30/HK.201/MKP/2010 tentang
Pedoman Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak di Lingkungan Pariwisata.
d. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.106/PW.oo6/MPEK/2011 in
2011 tentang Sistem Manajemen Pengamanan Hotel.
e. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 2 tahun 2016 tentang
Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Tindak Pidana Orang (PTPPO) 2015-2019. Perjanjian
Kerja Sama antara Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dengan Kepolisian Negara
Republik Indonesia Nomor PK.06/KS.001/D.PDP/KKP/2010 dan B/33/XII/2010 tentang
Penyelenggaraan Pengamanan di Destinasi Pariwisata.
f. Peraturan Menteri Parekraf no. 14 tahun 2016 tentang pedoman destinasi pariwisata
berkelanjutan.
g. Pergub no 64 tahun 2019. tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan TPPO
Dasar Hukum
KEBIJAKAN KEMENTERIAN PARIWISATA DALAM PENCEGAHAN EKSPLOITASI
SEKSUAL ANAK DI LINGKUNGAN PARIWISATA
18. The Code adalah inisiatif pariwisata bertanggung jawab yang
digerakkan oleh industri dengan misi untuk memberikan
kesadaran, alat dan dukungan kepada industri pariwisata untuk
mencegah eksploitasi seksual anak.
Informasi lebih lanjut kunjungi
www.thecode.org
Indonesia
Local Code Representatif
Global Standart dalam upaya membangun kepariwisataan
berkelanjutan, dengan memprioritaskan SDG dalam capaian-
capaiannya.
Standarisasi GSTC training (lisensi Indonesia GSTC)
The Code adalah inisiatif pariwisata bertanggung jawab yang
digerakkan oleh industri dengan misi untuk memberikan
kesadaran, alat dan dukungan kepada industri pariwisata
untuk mencegah eksploitasi seksual anak.
Indonesia
Local Code Representatif
Inisiatif Global Kepariwisataan Dalam
Perlindungan Anak
Global Standart dalam upaya membangun kepariwisataan
berkelanjutan, dengan memprioritaskan SDG dalam capaian-
capaiannya.
Standarisasi GSTC training (lisensi Indonesia GSTC)
Informasi lebih lanjut kunjungi
www.thecode.org
The Code adalah inisiatif pariwisata bertanggung jawab yang
digerakkan oleh industri dengan misi untuk memberikan
kesadaran, alat dan dukungan kepada industri pariwisata
untuk mencegah eksploitasi seksual anak.
Global Standart dalam upaya membangun kepariwisataan
berkelanjutan, dengan memprioritaskan SDG dalam capaian-
capaiannya.
Standarisasi GSTC training (lisensi Indonesia GSTC)
19. • Kode membantu perusahaan pariwisata dan bisnis
mengintegrasikan perlindungan anak ke dalam
operasi mereka melalui penerapan enam kriteria
• Saat ini lebih dari 350 anggota di lebih dari yang
beroperasi di 50 negara
• Sejak 2013 lebih dari 1 juta staf telah menyelesaikan
pelatihan melalui e-learning atau pelatihan tatap
muka
The Code dalam Upaya Melindungi
Anak di Sektor Pariwisata
22. ECPAT Indonesia telah bekerja bersama Aliansi Down To Zero (DtZ)
sejak tahun 2016 dalam upaya perlindungan anak dan orang muda
Indonesia dari bahaya eksploitasi seksual anak (ESA).
Melalui Program DtZ 2021 (Building Back Better in Times
of Covid-19), ECPAT Indonesia mengajak berbagai
lembaga, khususnya industri travel & tourism untuk
bersama -sama menguatkan upaya perlindungan anak
dari ESA di Indonesia melalui kerjasama multisektoral
yang tangguh dan berkelanjutan.
23. THANK YOU
More info :
Sekretariat ECPAT Indonesia :📩📩 secretariat@ecpatindonesia.org | 📞📞 +6221-2503 -4840
Person in charge ; 📩📩 andyardian@ecpatindonesia.org | 📞📞 +62 81361563988