Matrik I-IV membahas hubungan antara konseling profesional dengan berbagai konsep terkait seperti pengertian pendidikan, profesionalitas, kriteria profesi, dan konseling menyeluruh. Ringkumannya adalah konseling profesional harus dilakukan secara terencana, berdasarkan kompetensi yang dipelajari, dan memberikan layanan kepada berbagai klien tanpa diskriminasi.
Salah satu model instruksional yang sering digunakan adalah model ASSURE. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu analisa peserta didik (A), menetapkan tujuan pembelajaran (S), memilih materi dan media (S), menggunakan materi dan media (U), partisipasi peserta didik (R), dan evaluasi-revisi (E).
Feng shui monkey on elephant for success & career Divya Mantra
The Elephant embodies strength, dignity, prudence, wisdom and intelligence – all qualities of a capable leader. The Monkey riding an Elephant is a Feng Shui Enhancer that creates the kind of Chi that activates your Career Luck.
Salah satu model instruksional yang sering digunakan adalah model ASSURE. Model ini terdiri dari enam langkah, yaitu analisa peserta didik (A), menetapkan tujuan pembelajaran (S), memilih materi dan media (S), menggunakan materi dan media (U), partisipasi peserta didik (R), dan evaluasi-revisi (E).
Feng shui monkey on elephant for success & career Divya Mantra
The Elephant embodies strength, dignity, prudence, wisdom and intelligence – all qualities of a capable leader. The Monkey riding an Elephant is a Feng Shui Enhancer that creates the kind of Chi that activates your Career Luck.
Companies which follow certain business ethics have better chances of survival, as compared with the ones whose only goal is to make profits, even if they have to make several compromises to achieve their goals.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
1. Matrik I
Hubungan Pengertian Pendidikan Dengan Pengertian Konseling Profesional
Pengertian Konseling
Profesional
Pengertian Pendidikan
Usaha Sadar
dan
Terencana
Suasana Belajar
dan Proses
Pembelajaran
Peserta Didik Aktif
Mengembangkan
Potensi Diri
Focus Capaian Kebergunaan
Bantuan Propesional 1 6 11 16 21
Pengembangan KES dan
Penanganan KES-T
2 7 12 17 22
Fokus Pribadi Mandiri Dan
Kemapuan Pengendalian
Diri
3 8 13 18 23
Jenis – jenis layanan dan
Kegiatan Pendukung
4 9 14 19 24
Proses pembelajaran 5 10 15 20 25
2. Keterangan Matrik I
1. Konselor harus sadar dan terencana bahwa yang dilakukan adalah bantuan profesional
2. Konselor harus menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran dalam proses bantuan profesional
3. Dalam proses konseling seorang konselor harus mengaktifkan pengembangan potensi peserta didik dalam proses bantuan profesional
4. Dalam proses konseling seorang konseor harus menggunakan enam fokus pembinaan konseling dalam proses bantuan profesional
5. Konselor harus menerapkan Enam fokus pembinaan konseling guna keperluan peserta didik, masyarakat dan negara dalam proses
bantuan profesional.
6. Seorang konselor harus secara sadar dan terencana dalam mengembangkan KES dan menangani KES-T pada peserta didik
7. Konselor harus menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran dalam mengembangkan KES dan menangani KES-T pada peserta
didik
8. Konselor harus mengaktifkan potensi peserta didik dalam mengembangkan KES dan menangani KES-T
9. Konselor harus menggunakan enam fokus pembinaan konseling dalam mengembangkan KES dan Penanganan KES-T
10. Konselor harus menerapkan enam fokus pembinaan konseling dalam mengembangkan KES dan menangani KES-T
11. Konselor harus sadar dan terencana dalam fokus pribadi mandiri dan kemampuan pengendalian diri
12. Konselor harus menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran dengan fokus pribadi mandiri dan kemampuan pengendalian diri
13. Dalam proses konseling seorang konselor harus mengaktifkan pengembangan potensi peserta didik sehingga peserta didik menjadi
pribadi mandiri dan mampu mengendalikan diri.
14. Dalam proses konseling seorang konselor harus menggunakan enam fokus pembinaan konseling dengan fokus pribadi mandiri dan
kemampuan pengendalian diri.
15. Konselor harus menerapkan enam fokus pembinaan konseling dengan fokus pribadi mandiri dan kemampuan pengendalian diri tidak
hanya peserta didik masyarakat, bangsa dan negara
3. 16. Konselor harus sadar dan terencana bahwa melalui jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung yang dilakukan
17. Konselor harus menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran dalam melaksanakan jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung.
18. Dalam proses konseling seorang konselor harus mengaktifkan pengembangan potensi peserta didik melalui pelaksanaan berbagai jenis-
jenis layanan dan kegiatan pendukung.
19. Dalam proses konseling seorang konselor harus menggunakan enam fokus pembinaan konseling melalui pelaksanaan berbagai jenis-jenis
layanan dan kegiatan pendukung.
20. Konselor harus menerapkan enam fokus pembinaan konseling dalam melaksanakan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung.
21. Untuk bisa memberikan layanan dengan baik pada klien konselor harus melalui pendidikan profesi.
22. Konselor harus menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran
23. Agar bisa mengembangkan pribadi mandiri dan pengendalian diri klien konselor harus melalui pendidikan profesi.
24. Dalam proses konseling seorang konselor harus menggunakan enam fokus pembinaan konseling melalui pelaksanaan pembelajaran/
layanan
25. Konselor harus menerapkan enam fokus pembinaan konseling dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
4. Matrik II
Hubungan Pengertian Konseling Profesional dengan Profesional
Konseling Profesional
Profesional
Pekerjaan/
Kegiatan
Penghasilan
untuk kehidupan
Kemahiran,
kecakapan, dan
keterampilan
Standar mutu/
norma
Pendidikan profesi
Bantuan Profesional
1 6 11 16 21
Pengembangan KES dan
Penanganan KES-T
2 7 12 17 22
Fokus Pribadi Mandiri
Dan Kemapuan
Pengendalian Diri
3 8 13 18 23
Jenis – jenis layanan dan
Kegiatan Pendukung
4 9 14 19 24
Proses pembelajaran
5 10 15 20 25
5. Keterangan Matrik II
1. Konseling merupakan kegiatan atau pekerjaan dalam bentuk bantuan profesional.
2. Konseling profesional melakukan kegiatan/ pekerjaan untuk mengembangkan KES dan menangasin KES-T
3. Konseling profesional melakukan kegiatan dengan fokus pribadi mandiri dan kemampuan pengendalian diri
4. Konseling profesional melaksanakan kegiatan dengan melalui jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung
5. Konseling profesional melaksanakan kegiatan atau pekerjaan dalam proses pembelajaran.
6. Seorang konselor memberikan bantuan profesional sebagai pendapatan atau penghasilan untuk kehidupanya
7. Seorang konselor profesional harus mampu mengembangkan KES dan Menangani KES-T klien untuk mendapatkan penghasilan
8. Seorang konselor harus secara profesional dalam fokus pribadi mandiri dan kemampuan pengendalian diri klien untuk menghasilkan
pendapatan.
9. jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung merupakan betuk kerja konselor untuk dijadikan sumber kehidupan.
10. Konselor harus profesional dalam proses pembelajaran melalui konseling
11. Konselor memberikan bantuan profesional dengan kecakapan, ketrampilan dan keahlian
12. Konselor dalam mengembangkan KES-dan Menangani KES T harus cakap, terampil dan ahli
13. Konseor dalam menjadikan fokus pribadi mandiri dan kemampuan pengendalian diri haruslah cakap, terampil dan ahli
14. Konselor dalam melaksanakan berbagai jenis layanan harus cakap, terampil dan ahli
15. Konselor harus cakap, terampil dan ahli dalam proses pembelajaran dalam konseling
16. Konselor profesional memberikan bantuan sesuai dengan standar mutu dan standar norma
17. Konselor dalam mengembangkan KES dan menangani KEST harus sesuai dengan standar mutu dan standar norma
18. Untuk menjadikan klien sebagai fokus pribadi mandiri dan memiliki kemampuan pengendalian diri haruslah sesuai dengan standar mutu
dan standar norma.
19. Konselor dalam melaksanakan berbagai jenis layanan harus sesuai dengan standar mutu dan standar norma
6. 20. Konselor dalam melaksanakan pembelajaran/pelayanan harus sesuai dengan standar mutu dan standar norma
21. konselor mampu memberikan bantuan profesional melalui pendidikan profesi
22. Konselor mampu mengembangkan KES dan menangani KEST melalui pendidikan profesi
23. Konselor mampu menjadikan klien sebagai pribadi mandiri dan mampu mengendalikan diri melalui pendidikan profesi
24. Konselor dididik secara profesional untuk melaksanakan berbagai jenis layanan
25. Konselor dididik secara profesional dalam melaksanakan pembelajaran/ pelayanan
7. Matrik III
Hubungan Pengertian Konseling Profesional dengan Kriteria Profesi
Konseling
Profesional
Kriteria Profesi
Keintelektualan
Kompetensi yang
Dipelajari
Objek Praktik
Spesifik
Motivasi
Altruistic
Komunikasi
Organisasi
Profesi
Bantuan Profesional 1 6 11 16 21 26
Pengembangan KES
dan Penanganan
KES-T
2 7 12 17 22 27
Fokus Pribadi
Mandiri Dan
Kemapuan
Pengendalian Diri
3 8 13 18 23 28
Jenis – jenis layanan
dan Kegiatan
Pendukung
4 9 14 19 24 29
Proses pembelajaran
5 10 15 20 25 30
8. Keterangan Matrik III
1. Konselor memberikan bantuan dalam kegiatan keintelektualan secara profesional
2. Konselor mengembangkan KES dan menangani KEST dalam kegiatan keintelektualan
3. Konselor berfokus pada pribadi mandiri dan kemampuan pengendalian diri klien dalam kegiatan keintelektualan
4. Konselor melalui jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung dalam kegiatan keintelektualan
5. Proses pembelajaran dalam konseling harus bedasarkan keilmuan.
6. Konselor memberikan bantuan sesuai dengan kompetensi yang dipelajari
7. Konselor mengembangkan KES dan menangani KEST sesuai dengan kompetensi yang dipelajari
8. Konselor harus berfokus pada pribadi mandiri dan kemampuan pengendalian diri klien dengan kompetensi yang dipelajari.
9. Konselor melalui jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung sesuai dengan kompetensi yang dipelajari
10. Konselor melaksanakan proses pembelajaran/ pelayanan sesuai dengan kompetensi yang dipelajari
11. Konselor memberikan bantuan dalam objek praktik spesifik
12. Konselor mengembangkan KES dan menangani KEST klien dalam objek praktik spesifik
13. Konselor berfokus pada pribadi mandiri dan kemampuan pengendalian diri klien dalam objek praktik spesifik
14. Konselor melaksanakan jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung dalam objek praktik spesifik
15. Konselor melaksanakan proses pembelajaran/ pelayanan dalam objek praktik spesifik
16. Seorang Konselor dalam memberikan bantuan pelayanan harus dengan motivasi altruistik
9. 17. Konselor mengembangkan KES dan menangani KEST klien dengan motivasi altruistik
18. Konselor harus memiliki motivasi altruistik dengan berfokus pada pribadi mandiri dan kemampuan pengendalian diri klien
19. Konselor melaksanakan jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung dengan motivasi altruistik
20. Konselor melaksanakan proses pembelajaran/ pelayanan dengan motivasi altruistik
21. Konselor mengembangkan KES dan menangani KEST klien melalui komunikasi konseling antara konselor dan klien
22. Konselor berfokus pada pribadi mandiri dan kemampuan pengendalian diri klien melalui komunikasi
23. Konselor melaksanakan jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung melalui komunikasi
24. Konselor melaksanakan proses pembelajaran/ pelayanan melalui komunikasi
25. Konselor memberikan bantuan pelayanan dalam lindungan organisasi profesi
26. Konselor mengembangkan KES dan menangani KEST klien sesuai dengan aturan dalam organisasi profesi
27. Konselor berfokus pada pribadi mandiri dan kemampuan pengendalian diri klien sesuai dengan aturan dalam organisasi profesi
28. Konselor melaksanakan jenis-jenis layanan dan kegiatan pendukung sesuai dengan aturan dalam organisasi profesi
29. Konselor melaksanakan proses pembelajaran/ pelayanan sesuai dengan aturan dalam organisasi profesi
30. Organisasi Profesi Konselor dapat dijadikan sebagai wadah konselor untuk mengembangkan proses bembelajaran bagi peserta didik
10. Matrik IV
Hubungan Pengertian Pendidikan dengan Konseling Menyeluruh (Konseling Integritas)
Pengertian Pendidikan
Konseling Menyeluruh (Konseling Integritas)
Sasaran Layanan
Kasus/ Bidang
Pengembangan
Fungsi Fokus Perpostur
Usaha Sadar dan Terencana 1 6 11 16 21
Suasana Belajar dan Proses
Pembelajaran
2 7 12 17 22
Peserta Didik Aktif Mengembangkan
Potensi Diri
3 8 13 18 23
Focus Capaian 4 9 14 19 24
Kebergunaan 5 10 15 20 25
11. Keterangan Matrik IV
1. Konselor memberikan layanan profesional secara sadar dan terncana kepada berbagai identitas tanpa diskriminasi dengan berbagai
MASIDU, dengan berbagai kasus dalam kewenangan Konselor
2. Konselor memberikan layanan profesinal dalam suasana belajar dan proses pembelajaran kepada berbagai identitas tanpa diskriminasi
dengan berbagai MASIDU, dengan berbagai kasus dalam kewenangan Konselor
3. Konselor memberikan layanan profesional kepada berbagai identitas tanpa diskriminasi dengan berbagai MASIDU, dengan berbagai kasus
dalam kewenangan Konselor.
4. Konselor memberikan layanan profesional kepada berbagai identitas tanpa diskriminasi dengan berbagai MASIDU, dengan berbagai kasus
dalam kewenangan Konselor.
5. Konselor memberikan layanan profesional kepada berbagai identitas tanpa diskriminasi dengan berbagai MASIDU, dengan berbagai kasus
dalam kewenangan Konselor.
6. Dalam pelayanan konseling, konselor harus sadar dan terencana guna menentukan bidang pelayanan yang sesuai dengan kasus yang dialami
klien.
7. Suasana belajar dan proses pembelajaran dalam pelayanan membantu konselor memberikan bidang pelayanan apa yang akan diberikan
kepada klien yang sesuai dengan kasus yang dimiliki klien. Dalam proses pelayanan konseling, seharusnya peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan bidang pelayanan yang diberikan konselor.
8. Dalam proses pelayanan konseling, seharusnya peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan bidang pelayanan
yang diberikan konselor
9. Dalam pelayanan konseling, konselor harus menyesuaikan enam bidang pembinaan pendidikan dengan bidang pelayanan konseling yang
diberikan kepada klien. Agar proses konseling menciptakan klien yang memiliki keagaaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
akhlak mulia, dan keterampilan.
10. Dalam pemberian pelayanan konseling klien memiliki fokus. Yaitu Fokus yang diperlukan peserta didik, masyarakat, bangsa dan Negara
dalam pengembangan bidang pelayanan yang sesuai dengan klien.
11. Konselor harus sadar dan terencana dalam memahami fungsi layanan agar disesuaikan dengan kebutuhan/ tingkat permasalahan siswa dari
layanan yang akan diberikan.
12. Konselor harus menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar fungsi layanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan
siswa.
12. 13. Konselor harus menyesuaikan fungsi layanan sesuai kebutuhan peserta didik agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya.
14. Konselor harus memberikan fungsi layanan dengan menekankan pada enam focus pembinaan pendidikan, yaitu keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan.
15. Konselor harus memahami fungsi layanan dengan memberikan focus tersebut karena focus tersebut diperlukan oleh peserta didik,
masyarakat, bangsa dan Negara
16. Dalam pelayanan konseling, konselor melakukan usaha sadar dan terencana untuk memandirikan dan mampu membuat siswa
mengendalikan diri.
17. Dalam pelayanan konseling, konselor harus mampu membuat peserta didik mandiri dan mampu mengendalikan diri dalam suasana belajar
dan mendukung proses pembelajarannya.
18. Dalam pelayanannya konselor harus mampu membuat peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dalam memandirikan dan
mengendalikan dirinya.
19. Dalam pelayanan konseling, konselor memberikan bantuannya dengan dasar enam fokus pembinaan pendidikan sehingga peserta didik
mampu mengembangkan kemandirian dan pengendalian dalam dirinya.
20. Dalam pelayan konseling, konselor harus mampu memberikan bantuan profesional yang mampu membuat peserta didik berguna bagi
masyarakat bangsa dan negara dalam kemandirian dan pengendalian dirinya
21. Dalam memberikan pelayanan konseling, konselor harus secara sadar dan terencana melakukannya dan juga tujuan akhir dari pelaksanaan
konseling tersebut ialah mencipatakan perpostur: akurs pada diri klien.
22. Perposturs AKURS dibutuhkan dalam proses konseling guna mengembangkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang diberikan
kepada klien.
23. Konselor harus menstimulus peserta didik agar siswa secara akttif mengembangkan potensi dirinya dengan mengembangkan perpostur :
AKURS pada akhir layanan konseling agar melihat perubahan yang dialami siswa.
24. Dalam memberikan pelayanannya, konselor berlandaskan dengan enam fokus pembinaan pendidikan sehingga tercapainya perpostur: akurs
pada peserta didik.
25. Konselor harus membuat perporstur : AKURS untuk melihat perubahan dari pengembangan keenam focus tersebut karena focus tersebut
diperlukan peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara.
13. Matriks V
Hubungan Pengertian Konseling Profesional dengan Konseling Menyeluruh (Konseling Integritas)
Konseling Profesional
Konseling Menyeluruh (Konseling Integritas)
Sasaran
Layanan
Kasus/ Bidang
Pengembangan
Fungsi Fokus Perpostur
Bantuan Profesional 1 6 11 16 21
Pengembangan KES dan
Penenganan KES-T
2 7 12 17 22
Fokus Pribadi Mandiri dan
Pengendalian Diri
3 8 13 18 23
Jenis Layanan dan Kegiatan
Pendukung
4 9 14 19 24
Proses Pembelajaran 5 10 15 20 25
14. Keterangan Matrik V
1. Konselor memberikan bantuan pelayanan profesional di bidang konseling kepada sasaran layanan konseling.
2. Konselor memberikan layanan konseling dengan sasaran layanan konseling adalah klien (baik secara individu, kelompok maupun
klasikal) dengan berbagai identitas tanpa diskriminasi, kecuali klien yang di luar kewenangan konselor (psikotropika, medis, ilmu
hitam, criminal dan keabnormalan lainnya) dengan tujuan pengembangan KES dan penanganan KES-T.
3. Konselor memberikan layanan konseling dengan sasaran layanan konseling adalah klien (baik secara individu, kelompok maupun
klasikal) dengan berbagai identitas tanpa diskriminasi, kecuali klien yang di luar kewenangan konselor (psikotropika, medis, ilmu
hitam, criminal dan keabnormalan lainnya) dengan fokus kegiatan pribadi mandiri dan pengendalian diri pada klien.
4. Konselor memberikan layanan konseling dengan sasaran layanan konseling adalah klien (baik secara individu, kelompok maupun
klasikal) dengan berbagai identitas tanpa diskriminasi, kecuali klien yang di luar kewenangan konselor (psikotropika, medis, ilmu
hitam, criminal dan keabnormalan lainnya) melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung BK.
5. Proses pembelajaran yang diberikan konselor melalui pemberian layanan konseling dengan sasaran layanan konseling adalah klien
(baik secara individu, kelompok maupun klasikal) dengan berbagai identitas tanpa diskriminasi, kecuali klien yang di luar
kewenangan konselor (psikotropika, medis, ilmu hitam, criminal dan keabnormalan lainnya).
6. Konselor memberikan bantuan profesional di bidang konseling kepada klien dengan berbagai kasus.
7. Konselor memberikan layanan konseling terkait dengan berbagai kasus yang merupakan sesuatu yang tidak disukai adanya, ingin
dihilangkan, dilarang, berpotensi mengahambat dan berpotensi menimbulkan kerugian dari berbagai bidang pengembangan/
pelayanan yang meliputi pengembangan pribadi, social, belajar, karir, kehidupan keluarga, keberagamaan, dan kewarganegaraan
dengan tujuan pengembangan KES dan penanganan KES-T.
8. Konselor memberikan layanan konseling terkait dengan berbagai kasus yang merupakan sesuatu yang tidak disukai adanya, ingin
dihilangkan, dilarang, berpotensi mengahambat dan berpotensi menimbulkan kerugian dari berbagai bidang pengembangan/
pelayanan yang meliputi pengembangan pribadi, social, belajar, karir, kehidupan keluarga, keberagamaan, dan kewarganegaraan
dengan fokus kegiatan pribadi mandiri dan pengendalian diri pada klien.
9. Konselor memberikan layanan konseling terkai dengan berbagai kasus yang merupakan sesuatu yang tidak disukai adanya, ingin
dihilangkan, dilarang, berpotensi mengahambat dan berpotensi menimbulkan kerugian dari berbagai bidang pengembangan/
pelayanan yang meliputi pengembangan pribadi, social, belajar, karir, kehidupan keluarga, keberagamaan, dan kewarganegaraan
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung BK.
15. 10. Proses pembelajaran yang diberikan konselor melalui pemberian layanan konseling dengan berbagai kasus yang merupakan
sesuatu yang tidak disukai adanya, ingin dihilangkan, dilarang, berpotensi mengahambat dan berpotensi menimbulkan kerugian
dari berbagai bidang pengembangan/ pelayanan yang meliputi pengembangan pribadi, social, belajar, karir, kehidupan keluarga,
keberagamaan, dan kewarganegaraan.
11. Konselor memberikan bantuan profesional di bidang konseling kepada klien terkait dengan fungsi layanan dalam BK.
12. Konselor memberikan layanan konseling terkait dengan fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, pengembangan dan
pemeliharaan dan advokasi dengan tujuan pengembangan KES dan penanganan KES-T.
13. Konselor memberikan layanan konseling terkait dengan fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, pengembangan dan
pemeliharaan dan advokasi dengan fokus kegiatan pribadi mandiri dan pengendalian diri pada klien.
14. Konselor memberikan layanan konseling terkait dengan fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, pengembangan dan
pemeliharaan dan advokasi melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung BK.
15. Proses pembelajaran yang diberikan konselor melalui pemberian layanan konseling terkait dengan fungsi pemahaman, pencegahan,
pengentasan, pengembangan dan pemeliharaan dan advokasi.
16. Konselor memberikan bantuan profesional di bidang konseling kepada klien dengan fokus kegiatan layanan klien memiliki pribadi
mandiri dan pengendalian diri.
17. Konselor memberikan layanan konseling dengan fokus kegiatan layanan klien memiliki pribadi mandiri dan pengendalian diri
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung dengan membelajarkan BMB3 dengan 5-an/ in dengan tujuan
pengembangan KES dan penanganan KES-T.
18. Konselor memberikan layanan konseling fokus kegiatan layanan klien memiliki pribadi mandiri dan pengendalian diri melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung dengan membelajarkan BMB3 dengan 5-an/ in.
19. Konselor memberikan layanan konseling dengan fokus kegiatan layanan klien memiliki pribadi mandiri dan pengendalian diri
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung dengan membelajarkan BMB3 dengan 5-an/ in melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung BK
20. Proses pembelajaran yang diberikan konselor melalui pemberian layanan konseling fokus kegiatan layanan klien memiliki pribadi
mandiri dan pengendalian diri melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung dengan membelajarkan BMB3 dengan 5 -an/
in.
16. 21. Konselor memberikan bantuan profesional di bidang konseling kepada klien yang berujung terwujudnya Perilaku positif terstruktur
yang mengacu kepada klien memiliki AKURS (acuan, kompetensi, usaha, rasa dan sikap) yang baik demi terwujudnya pribadi
integritas yang mandiri dan memiliki pengendalian diri.
22. Konselor memberikan layanan konseling demi terwujudnya perilaku positif terstruktur yang mengacu kepada klien memiliki
AKURS (acuan, kompetensi, usaha, rasa dan sikap) yang baik demi terwujudnya pribadi integritas yang mandiri dan memiliki
pengendalian diri dengan tujuan pengembangan KES dan penanganan KES-T.
23. Konselor memberikan layanan konseling dengan fokus kegiatan pribadi mandiri dan pengendalian diri pada klien demi
terwujudnya Perilaku positif terstruktur yang mengacu kepada klien memiliki AKURS (acuan, kompetensi, usaha, rasa dan sikap)
yang baik demi terwujudnya pribadi integritas yang mandiri dan memiliki pengendalian diri.
24. Konselor memberikan layanan konseling terwujudnya Perilaku positif terstruktur yang mengacu kepada klien memiliki AKURS
(acuan, kompetensi, usaha, rasa dan sikap) yang baik demi terwujudnya pribadi integritas yang mandiri dan memiliki pengendalian
diri melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung BK.
25. Proses pembelajaran yang diberikan konselor melalui pemberian layanan konseling terwujudnya Perilaku positif terstruktur yang
mengacu kepada klien memiliki AKURS (acuan, kompetensi, usaha, rasa dan sikap) yang baik demi terwujudnya pribadi integritas
yang mandiri dan memiliki pengendalian diri