2. Berbicara tentang Islam dan Muhammadiyah, pada hakikatnya
kita membahas tentang satu kesatuan nilai. Bahwa
Muhammadiyah sebagai Gerakan dakwah, telah menjadikan
islam sebagai asas gerakannya.
Muhammadiyah ialah Gerakan Islam Dakwah Amar Ma’ruf
munkar dan Tajdid, bersumber pada Alqur’an dan As-
(AD Muqaddimah Bab 2 pasal 4 Identitas dan Asas)
Artinya ketika membincangkan Muhammadiyah sebagai
gerakan, mau tidak mau kita sedang membincangkan tentang
Islam sebagai nilai, sebagai asas dan cita-cita luhur yang
diperjuangkan dalam Muhammadiyah.
3. Makna al-Islam?
Dalam salah satu kuliah umumnya, Dr. Haedar Nashir
menyampaikan beberapa isytiqoq kalimat “Islam”
1. Aslama-yuslimu-islaaman, yang bisa diartikan tunduk dan
pasrah. Maksudnya ketundukan penuh seorang hamba kepada
Allah sebagai Tuhan yang berhak disembah.
2. Dari kata Salaam, yang artinya selamat atau keselamatan.
Maksudnya pemeluk agama Islam akan selamat baik di dunia
maupun di akhirat.
3. Dari kata salmi/silmi, yang artinya damai atau perdamaian.
Maksudnya Islam sebagai agama senantiasa membawa ajaran
perdamaian.
Maka bagi siapa saja yang aktif bermuhammadiyah, baik sebagai
simpatisan atau pengurus, secara tidak langsung ia telah berislam
dengan tunduk kepada Allah, mendapat jaminan keselamatan
dunia akhirat dan senantiasa membawa dan mengajarkan
perdamaian.
5. Yang tidak kalah penting, Islam ialah agama yang
mengajarkan kemajuan hidup. Wahyu pertama sendiri
tentang iqra’. Diajarkan untuk membaca, dimanapun itu,
mengajarkan pengetahuan dan bekal untuk menjadi
khalifah fil ard. Maka, para pengurus PCIM dengan
berislam harus menjadi pengurus, mahasiswa yang
berwawasan dan berkemajuan.
6. Islam ialah Cita-cita Luhur yang
diperjuangkan Muhammadiyah
Maksud dan tujuan Muhammadiyah:
“Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”
Untuk mencapai maksud dan tujuan, Muhammadiyah
melaksanakan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid
yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan.
(AD Muhammadiyah Bab III, Maksud Dan Tujuan Serta Usaha Pasal 6
Dan 7)
7. Refleksi…….
Mengapa di Muhammadiyah tidak terlalu
banyak majelis dzikir dan sholawat
sebagaimana kita dapati di beberapa ormas
dan kelompok lain?
Mengapa belakangan perkembangan
dakwah Muhammadiyah lebih pesast dan
banyak diterima oleh Masyarakat modern di
perkotaan dibanding di pelosok penjuru
desa?
8. Ruh Dakwah Keislaman
Muhammadiyah
1. Muhammadiyah menjadikan seluruh sisi kehidupan
manusia (keagamaan, sosial kemasyarakatan, politik,
Pendidikan dll) sebagai subjek dan objek dakwah dan jalan
taqarrub kepada Allah Swt.
Amal Usaha Muhammadiyah dan Keaktifan
Muhammadiyah menjadi buktinya, dimana Muhammadiyah
selalu terdepan dalam seluruh isu-isu keagamaan dan
kemanusiaan. Ada semacam etos kerja produktif di balik
setiap kegiatan dan Gerakan Muhammadiyah.
2. Sementara dari segi keagamaan, perhatian
Muhammadiyah terhadapnya diwujudukan dengan
mendirikan sebuah Majelis bernama Majlis Tarjih dan
Tajdid.
3. Lalu, apa Majelis Tarjih dan Tajdid itu?
9. Maka, MAJELIS TARJIH & TAJDID
MUHAMMADIYAH itu adalah….
Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) merupakan salah satu
lembaga pembantu pimpinan di Muhammadiyah yang
mengurusi bidang keagamaan dan fatwa
MTT didirikan tahun 1927 (Kongres Muhammadiyah ke-
XVI), atas usul K.H. Mas Mansyur.
Fungsi dari majlis ini adalah mengeluarkan fatwa atau
memastikan hukum tentang masalah-masalah tertentu.
Majlis ini berusaha untuk mengembalikan suatu persoalan
kepada sumbernya, baik sudah ada hukummnya dan
berjalan di masyarakat tetapi masih dipertikaikan, ataupun
yang merupakan masalah-masalah baru, yang belum ada
ketentuan hukumnya.
10. Refleksi…….
Mahasiswa timur tengah pada umumnya, ketika mendalami
turats dan keilmuan Islam, terutama dalam soal Syari’ah
Islamiah, hampir dipastikan mengenal dan melalui pintu
mazhab.
Mengikuti satu mazhab (fiqh) tertentu menjadi keniscayaan
bagi tholibul ilmi agar dapat memahami diskursus fiqh
dengan baik.
Lalu, apakah ini bertentangan dengan Manhaj Tarjih yang
sekilas tidak berafiliasi dengan mazhab tertentu dan
cenderung memilih pendapat paling kuat?
11.
12. Menurut Yusuf al-Qaradhawi, ijtihad dibagi menjadi dua
macam: tarjihi dan insya’i.
Ijtihad tarjihi ialah ijtihad terhadap persoalan yang pernah
dikaji ulama terdahulu. Tugas para ulama dalam hal ini ialah
mentarjih dengan melihat pendapat paling kuat.
Sementara ijtihad insya’i adalah ijtihad terhadap persoalan
baru yang belum pernah dikaji oleh ulama terdahulu. Di sini
para mujtahid mencari solusi atau jalan keluar atas persoalan
yg dihadapi umat saat ini.
Keduanya sangat dibutuhkan masyarakat, dan dua model
ijtihad ini juga yang umum dilakukan ulama kontemporer.
Sementara ijtihad mazhabi, yaitu ijtihad yang dilakukan
dengan terikat pada mazhab tertentu mulai ditinggalkan
(apalagi oleh berbagai Lembaga fatwa di berbagai dunia
seperti Majma’ Fiqhi al-Islamiy, Dar al-Ifta, dlsb.)
Di Muhammadiyah dua model ijtihad tersebut sudah
dilakukan sejak berdirinya Majelis Tarjih tahun 1927.
14. INDUK MADRASAH-MADRASAH KALAM
DALAM SEJARAH ISLAM
1. Mu’tazilah
22 Golongan
2. Syi’ah
20 Golongan
3. Khawarij
5 Golongan
4. Murji’ah
3 Golongan
5. Najjariyyah
1 Golongan
6. Jabariyah
Ahlusunnah Wal
Jamaah/Ahlul
Haq Was
Sunnah/Ahlussun
nah wal Haq
7. Musybihah 8. Firqah Najiyyah
20 Golongan
1 Golongan
15. Manjah Tarjih Muhammadiyah
dalam Masalah Aqidah
1. Dalil yang dipergunakan dalam menetapkan pokok-pokok
aqidah (Ushul al-Aqidah) hanyalah yang berstatus mutawatir
(Qat`i al-wurud) yaitu: al-Quran dan hadits mutawatir. Hadits-
hadits ahad, karena statusnya zhanni al-wurud tidak bisa
digunakan secara tersendiri (mustaqil), hanya sebagai bayan
ta’kid (penguat) dari dalil-dalil yang mutawatir, tidak berfungsi
sebagai bayan takhshish. (Dr. Muallim Dadang Syarifuddin)
2. Menerima makna zhahir/Tafwidl dan ta’wil secara seimbang.
16. 3. Tidak mengikatkan diri kepada sesuatu madzhab, tetapi
pendapat-pendapat imam madzhab dalam menetapkan
hukum dapat diterima, sepanjang sesuai jiwa al-Quran
dan al-Sunnah atau dasar-dasar lain yang dipandang
kuat. (Prof. Asjmuni).
4. Adanya kemiripan pemahaman Muhammadiyah dengan
Madrasah tertentu, bukan karena Muhammadiyah
mengikuti Madrasah tersebut, tetapi hanya sebuah
bentuk intersection/irisan Aqidah Muhammadiyah
dengan madzhab lain
17. AQIDAH ISLAMIYYAH
DALAM HPT MUHAMMADIYAH
MuqaddimahKitab al-Iman:
1.Menjelaskan Ushul Aqidah dari hadits yang shahih (Iman,Islam,
Ihsan)
2.Menegaskan,bahwa aqidah pokok al-Firqahal-Najiyyahadalah:
a.Berimanbahwa alam semesta adalah hadits(baharu),karena ia
diciptakan dari ‘adam(tiada). Karena dia hadits, maka dia fana. Hal
ini berbeda dengan keyakinan para filosof.
b.Kewajiban Nadzar(menggunakanakal untuk memahami wujud
Allah Swt) bagi setiap mukallaf
18. “Sebagai hasil ijtihad manusia, Muhammadiyah
memang belum sempurna. Tetapi ia tidak harus
ditinggalkan atau diisi ideologi lain. Ia perlu terus
disempurnakan agar terus sesuai dengan ajaran Islam.”
(Buya Cecep Taufiqurrahman, MA., Ph.D)