SlideShare a Scribd company logo
PENGUKURAN, BESARAN, DAN SATUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering sekali melihat bahkan melakukan proses
pengukuran baik itu secara sadar maupun tidak. Misalnya saja ketika sedang bermain kelereng,
setelah menembakkan kelereng, kita akan menghitung berapa jengkal kelereng itu berpindah dari
tempat awal kita menembakkannya. Kegiatan menghitung jarak kelereng dengan menggunakan
jengkal tersebut merupakan salah satu contoh pengukuran. Sehingga dari contoh tersebut dapat
dikatakan bahwa pengukuran adalah proses membandingkan suatu besaran (benda) yang diukur
dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Dengan demikian, semua hasil pengukuran itu
sesungguhnya relative, yakni relative terhadap satuan alat ukur yang digunakan.
1. Besaran dan turunan
Dalam pengukuran, besaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur dan dapat
dinyatakan dengan angka. Contohnya, ketika kita mengukur panjang buku tulis dengan
menggunakan sebuah penggaris. Dalam contoh ini yang dimaksud dengan besaran adalah
panjang buku yang kita ukur. Besaran dalam fisika dapat dikelompokkan menjadi beberapa
macam, yang pertama berdasarkan ada tidaknya nilai dan arah yang terdapat dalam suatu
besaran, besaran dibedakan menjadi dua yaitu besaran scalar dan besaran vector.
a. Besaran scalar, yaitu besaran yang hanya mempunyai nilai dan tidak mempunyai arah.
Contohnya: suhu
b. Besaran vector, yaitu besaran yang mempunyai nilai dan aarah. Contoh: gaya, kecepatan
Sedangkan berdasarkan satuannya, besaran dielompokkan menjadi besaran pokok dan turunan.
a. Besaran pokok, yaitu besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan telah
diakui secara internasional.
b. Besaran turunan, yaitu besaran yang satuan-satuannya diturunkan atau dijabarkan dari
turunan-turunan besaran pokok.
Selain besaran, satuan adalah bagian yang sangat penting dalam pengukuran. Satuan
adalah pembanding dalam suatu pengukuran. Ada banyak sekali satuan yang dapat digunakan
dalam pengukuran misalnya jengkal, langkah, hasta, dan sebagainya. Satuan-satuan tersebut
disebut satuan yang tidak baku karena jengkal, langkah, hasta antara orang yang satu dengan
lainnya berbeda-beda sehingga nilai yang dihasilkan dalam pengukuran akan berbeda pula.
Sedangkan satuan baku adalah satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan
hasil yang sama atau tetap untuk semua orang, contohnya meter, gram, kilogram, dan
sebagainya.
Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat standar atau baku, yaitu bersifat
tetap, berlaku universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan tepat. Sistem satuan
standar ditetapkan pada tahun 1960 melalui pertemuan para ilmuwan di Sevres, Paris. Sistem
satuan yang digunakan dalam dunia pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem metrik, yang
dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau MKS (Meter Kilogram Second) yang disebut
sistem internasional atau disingkat SI dan sistem metrik kecil atau CGS (Centimeter Gram
Second).
Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan satuannya dapat dilihat dalam Tabel berikut:
a. Tabel satuan besaran pokok dalam sistem metrik
Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok tambahan, yaitu sudut
bidang datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan satuan steradian (sr).
b. Tabel beberapa besaran turunan dan satuannya
2. Pengukuran
Dalam melakukan pengukuran ada beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu
ketepatan (akurasi), kalibrasi alat, ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas). Dengan aspek-
aspek pengukuran tersebut diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan benar.
Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-besaran fisika, meliputi panjang, massa, dan
waktu.
a. Pengukuran panjang, luas, dan volume
Panjang adalah salah satu besaran pokok dengan satuan meter. Pada tahun 1983 disepakati
bahwa satu meter didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya dalam vakum selama
1/299.792.459 sekon. Pengukuran panjang dapat dilakukan dengan beberapa alat
disesuaikan dengan ukuran objek yang akan diukur. Sebagai contoh, untuk mengukur lebar
buku kita gunakan pengaris, sedangkan untuk mengukur lebar jalan raya lebih mudah
menggunakan meteran kelos.
Selain penggaris dan meteran kelos, masih ada alat ukur panjang yang lainnya yaitu
micrometer sekrup dan jangka sorong. Micrometer sekrup digunakan untuk mengukur benda
yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti mengukur ketebalan plat, diameter kawat,
dan onderdil kendaraan yang berukuran kecil. Sedangkan jangka sorong dapat digunakan
untuk mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa. Masing-masing
alat ukur tersebut memiliki batas ukur dan ketelitian yang berbeda-beda, penggaris atau
mistar mempunyai batas ukur sampai 1 meter (meteran pita dapat mengukur panjang sampai
3 meter) dan memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1 cm; mikrometer sekrup memiliki ketelitian
0,01 mm atau 0,001 cm; dan jangka sorong mempunyai batas ukur sampai 10 cm dengan
ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm.
Gambar: alat-alat ukur panjang
Saat melakukan pengukuran adakalanya satuan yang digunakan tidak sesuai dengansatuan
yang kita perlukan. Contohnya panjang meja 1,5 m, sedangkan kita memerlukan dalam
satuan cm, satuan gram dinyatakan dalam kilogram, dari satuan milisekon menjadi sekon.
Untuk mengonversi atau mengubah dari suatu satuan ke satuan yang lainnya diperlukan
tangga konversi. Gambar di bawah menunjukkan tangga konversi panjang, massa, dan
waktu, beserta dengan langkah-langkah penggunaannya.
Gambar: tangga konversi panjang
Di dalam sistem metrik juga dikenal sistem awalan dari sistem MKS baik ke sistem makro
maupun ke sistem mikro. Perhatikan Tabel berikut ini.
Luas dan volume adalah besaran turunan yang diturunkan dari besaran pokok panjang. Luas
adalah jumlah ruang pada permukaan dua dimensi dan dinyatakan dalam satuan SI dalam
bentuk meter persegi (m2). Sedangkan volume adalah jumlah ruang dalam daerah tiga
dimensi yang dinyatakan dalam meter kubik (m3) dalam satuan SI.
Untuk benda-benda yang bentuknya beraturan seperti balok, persegi panjang, dan
sebagainya, penentuan luas dan volumenya dapat dilakukan dengan mengukur panjang sisi-
sisi dari benda tersebut dan manghitung luas dan volumenya dengan menggunakan rumus
yang berlaku. Sedangkan untuk benda-benda yang tidak beraturan, luas dapat diukur dengan
menempatkan sebuah kisi-kisi yang telah ditandai dalam satuan-satuan persegi semacam
cm2 dan memperkirakan jumlah persegi satuan yang menutupi luasan.
Contoh:
Dari gambar di atas dapat dihitung jumlah persegi penuh dan mendekati penuh yang terdapat
pada bagian dalam garis daerah yang tidak beraturan tersebut. Dari pengukuran di atas
didapatkan:
 Jumlah persegi penuh = 10
 Jumlah persegi hampir penuh = 4
Sehingga luas daerah yang tidak beraturan tersebut = jumlah persegi penuh + jumlah persegi
hampir penuh = 10 + 4 = 14 satuan. Jadi, luas daerah yang tidak beraturan tersebut = 14
satuan.
Sedangkan untuk menentukan volume benda yang tidak beraturan seperti batu, dapat
dilakukan dengan memasukkan benda tersebut ke dalam sebuah gelas ukur yang telah berisi
air. Dengan masuknya benda ke dalam air, maka permukaan air dalam gelas ukur akan naik,
artinya volume yang tak beraturan tersebut menambah volume air tersebut. Dengan
mengurangi volume air setelah dan sebelum dimasuki benda maka volume benda tersebut
dapat diketahui.
Contoh:
Pada gambar satu dapat dilihat, volume air mula-mula yang ada dalam gelas ukur = 50 ml.
sedangkan padagambar 2, setelah batu dimasukkan ke dalam gelas ukur, volume air dalam
gelas ukur naik menjadi 100 ml. Dari kenaikan volume air inilah dapat ditentukan volume
batu tersebut. Dimana volume batu = volume air pada gambar 2 – volume air pada gambar 1
= 100 ml – 50 ml = 50 ml. sehingga dapat disimpulkan bahwa volume batu yang digunakan
pada pengukuran di atas adalah 50 ml.
b. Pengukuran massa
Satan massa dalam SI adalah kilogram (Kg). satu kilogram baku dalam SI didefinisikan
sebagai kuantitas massa dari prototype kilogram internasional. Alat ukur yang digunakan
untuk mengukur massa suatu benda adalah neraca. Berdasarkan cara kerja dan ketelitiannya
neraca dibedakan menjadi tiga, yaitu:
 Neraca digital, yaitu neraca yang bekerja dengan sistem elektronik. Tingkat
ketelitiannya hingga 0,001g.
 Neraca O'Hauss, yaitu neraca dengan tingkat ketelitian hingga 0.01 g.
 Neraca sama lengan, yaitu neraca dengan tingkat ketelitian mencapai 1 mg atau
0,001 g.
Gambar: beberapa macam neraca dalam pengukuran massa (kiri-kanan: neraca digital, neraca
o’hauss, neraca sama lengan)
c. Pengukuran waktu
Satuan waktu dalam SI adalah detik atau sekon, yang didefinisikan sebagai selang waktu
dari 9.192.631.770 kali getaran emisi khusus cahaya atom cesium-133 pada saat atom itu
menyerap energi. Alat ukur baku untuk mengukur waktu adalah sebuah jam atau arloji. Jam
atau arloji pada akhir-akhir ini banyak yang bekerja secara elektrik atau pun elektronik.
Sebuah jam yang sangat akurat bekerja berdasarkan pada getaran elektromegnetik atom-
atom tertentu.
d. Pengukuran suhu
Suhu termasuk besaran pokok dengan satuan Kelvin (K). Alat untuk untuk mengukur
besarnya suhu suatu benda adalah termometer. Berdasarkan letak titik bawah dan atasnya,
thermometer dapat dibedakan menjadi:
 Thermometer celcius: Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi
angka 100. Diantara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.
 Thermometer reamur: Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi
angka 80. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
 Thermometer Fahrenheit: Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi
angka 212. Suhu es yang dicampur dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara
titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 180 skala.
 Thermometer Kelvin: Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik
ini disebut suhu mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total
partikel benda tersebut nol. Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273
dan suhu air mendidih dengan angka 373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap
atas termometer Kelvin dibagi 100 skala.
Gambar: titik tetap thermometer (kiri-kanan: celcius, reamur, fahrenheith, Kelvin)
Sedangkan berdasarkan jenis bahan pengisinya, termometer ada dua macam, yaitu air raksa
dan alkohol.
 Thermometer raksa
Berikut ini beberapa keuntungan air raksa sebagai pengisi termometer, antara lain :
Air raksa tidak membasahi dinding pipa kapiler, sehingga pengukurannya
menjadi teliti.
Air raksa mudah dilihat karena mengkilat.
Air raksa cepat mengambil panas dari suatu benda yang sedang diukur.
Jangkauan suhu air raksa cukup lebar, karena air raksa membeku pada suhu –
40 0C dan mendidih pada suhu 360 0 C.
Volume air raksa berubah secara teratur.
Selain beberapa keuntungan, ternyata air raksa juga memiliki beberapa kerugian,
antara lain:
Air raksa harganya mahal.
Air raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah
Air raksa termasuk zat beracun sehingga berbahaya apabila tabungnya pecah.
 Thermometer alcohol
Keuntungan menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :
Alkohol harganya murah.
Alkohol lebih teliti, sebab untuk kenaikan suhu yang kecil ternyata alkohol
mengalami perubahan volume yang besar.
Alkohol dapat mengukur suhu yang sangat rendah, sebab titik beku alkohol –
130 0C.
Kerugian menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :
Membasahi dinding kaca.
Titik didihnya rendah (78 0C)
Alkohol tidak berwarna, sehingga perlu memberi pewarna dahulu agar dapat
dilihat.
Mengapa air tidak dipakai untuk mengisi tabung termometer? Alasannya karena air
membasahi dinding kaca, jangkauan suhunya terbatas, perubahan volumenya kecil, penghantar
panas yang jelek.

More Related Content

What's hot

Pengukuran
PengukuranPengukuran
Pengukuran
Linda Rosita
 
Laporan pengukuran
Laporan pengukuranLaporan pengukuran
Laporan pengukuran
Elvininda Ervita Ningrum
 
Bahan ajar pengukuran
Bahan ajar pengukuranBahan ajar pengukuran
Bahan ajar pengukuranrosderia-p
 
Laporan 1 fisdas teori ketidakpastian
Laporan 1 fisdas teori ketidakpastianLaporan 1 fisdas teori ketidakpastian
Laporan 1 fisdas teori ketidakpastian
Widya arsy
 
32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran
32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran
32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuranDaeng Makassar
 
Makalah Satuan dimensi
Makalah Satuan dimensiMakalah Satuan dimensi
Makalah Satuan dimensi
zeinwar
 
Ppt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranPpt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranatabik_umam
 
TEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURANTEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURANRafben Andika
 
Besaran, satuan, dan pengukuran
Besaran, satuan,  dan pengukuran   Besaran, satuan,  dan pengukuran
Besaran, satuan, dan pengukuran
Nadia Santosa
 
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastianUnit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
Rezky Amaliah
 
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik 14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
IPA 2014
 
Dasar teori pengukuran
Dasar teori pengukuranDasar teori pengukuran
Dasar teori pengukuran
Nata Nata
 
Besaran dan vektor fisika sma
Besaran dan vektor fisika smaBesaran dan vektor fisika sma
Besaran dan vektor fisika sma
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan AjarPengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan Ajar
Aditya Pratama
 
Fisika pengukuran mekanik
Fisika pengukuran mekanikFisika pengukuran mekanik
Fisika pengukuran mekanikYuli Riskianto
 

What's hot (19)

Modul 1-pengukuran
Modul 1-pengukuranModul 1-pengukuran
Modul 1-pengukuran
 
Pengukuran
PengukuranPengukuran
Pengukuran
 
Laporan pengukuran
Laporan pengukuranLaporan pengukuran
Laporan pengukuran
 
Bahan ajar pengukuran
Bahan ajar pengukuranBahan ajar pengukuran
Bahan ajar pengukuran
 
Laporan 1 fisdas teori ketidakpastian
Laporan 1 fisdas teori ketidakpastianLaporan 1 fisdas teori ketidakpastian
Laporan 1 fisdas teori ketidakpastian
 
32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran
32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran
32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran
 
Makalah Satuan dimensi
Makalah Satuan dimensiMakalah Satuan dimensi
Makalah Satuan dimensi
 
Ppt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranPpt media pembelajaran
Ppt media pembelajaran
 
TEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURANTEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURAN
 
Besaran, satuan, dan pengukuran
Besaran, satuan,  dan pengukuran   Besaran, satuan,  dan pengukuran
Besaran, satuan, dan pengukuran
 
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastianUnit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
 
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik 14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuan
 
Dasar teori pengukuran
Dasar teori pengukuranDasar teori pengukuran
Dasar teori pengukuran
 
Besaran dan vektor fisika sma
Besaran dan vektor fisika smaBesaran dan vektor fisika sma
Besaran dan vektor fisika sma
 
Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan AjarPengembangan Bahan Ajar
Pengembangan Bahan Ajar
 
Fisika pengukuran mekanik
Fisika pengukuran mekanikFisika pengukuran mekanik
Fisika pengukuran mekanik
 
PENGUKURAN
PENGUKURANPENGUKURAN
PENGUKURAN
 
Materi.pengukuran
Materi.pengukuranMateri.pengukuran
Materi.pengukuran
 

Similar to Pengukuran besaran dan satuan pokok

Fisika Pengukuran
Fisika PengukuranFisika Pengukuran
Fisika Pengukuran
Amphie Yuurisman
 
Alat ukur
Alat ukur Alat ukur
Alat ukur VJ Asenk
 
RPP Fisika Besaran dan Satuan
RPP Fisika Besaran dan SatuanRPP Fisika Besaran dan Satuan
RPP Fisika Besaran dan Satuan
Jun Hidayat
 
Besaran-dan-Satuan
Besaran-dan-SatuanBesaran-dan-Satuan
Besaran-dan-Satuan
Yan Wale
 
Materi Pembelajaran IPA terpadu (Besaran dan Satuan)
Materi Pembelajaran IPA terpadu (Besaran dan Satuan)Materi Pembelajaran IPA terpadu (Besaran dan Satuan)
Materi Pembelajaran IPA terpadu (Besaran dan Satuan)
ZainulHasan13
 
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdfUNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
AgathaHaselvin
 
Ppt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranPpt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranatabik_umam
 
week 2. DIMENSI DAN SATUAN SERTA KONVERSINYA.pdf
week 2. DIMENSI DAN SATUAN SERTA KONVERSINYA.pdfweek 2. DIMENSI DAN SATUAN SERTA KONVERSINYA.pdf
week 2. DIMENSI DAN SATUAN SERTA KONVERSINYA.pdf
vivialidayahya
 
Fisika
FisikaFisika
BESARAN & SATUAN
BESARAN & SATUANBESARAN & SATUAN
BESARAN & SATUAN
MAFIA '11
 
Alat-Alat Ukur Fisika
Alat-Alat Ukur FisikaAlat-Alat Ukur Fisika
Alat-Alat Ukur FisikaFirdika Arini
 
Besaran dan Satuan
Besaran dan Satuan Besaran dan Satuan
Besaran dan Satuan
SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Besaran dan Satuan
Besaran dan SatuanBesaran dan Satuan
Besaran dan Satuan
SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Besaran dan Pengukuran Kelas 7 Jilid 2.pptx
Besaran dan Pengukuran Kelas 7 Jilid 2.pptxBesaran dan Pengukuran Kelas 7 Jilid 2.pptx
Besaran dan Pengukuran Kelas 7 Jilid 2.pptx
widyatihasibuan1
 
Ppt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranPpt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranatabik_umam
 
Mengukur besaran fisika
Mengukur besaran fisikaMengukur besaran fisika
Mengukur besaran fisika
Isna Nina Bobo
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuan
Habibah Lutfiani
 

Similar to Pengukuran besaran dan satuan pokok (20)

Fisika Pengukuran
Fisika PengukuranFisika Pengukuran
Fisika Pengukuran
 
Lks pengukuran
Lks pengukuranLks pengukuran
Lks pengukuran
 
Lks pengukuran
Lks pengukuranLks pengukuran
Lks pengukuran
 
Alat ukur
Alat ukur Alat ukur
Alat ukur
 
RPP Fisika Besaran dan Satuan
RPP Fisika Besaran dan SatuanRPP Fisika Besaran dan Satuan
RPP Fisika Besaran dan Satuan
 
Besaran-dan-Satuan
Besaran-dan-SatuanBesaran-dan-Satuan
Besaran-dan-Satuan
 
Materi Pembelajaran IPA terpadu (Besaran dan Satuan)
Materi Pembelajaran IPA terpadu (Besaran dan Satuan)Materi Pembelajaran IPA terpadu (Besaran dan Satuan)
Materi Pembelajaran IPA terpadu (Besaran dan Satuan)
 
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdfUNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
 
Ppt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranPpt media pembelajaran
Ppt media pembelajaran
 
week 2. DIMENSI DAN SATUAN SERTA KONVERSINYA.pdf
week 2. DIMENSI DAN SATUAN SERTA KONVERSINYA.pdfweek 2. DIMENSI DAN SATUAN SERTA KONVERSINYA.pdf
week 2. DIMENSI DAN SATUAN SERTA KONVERSINYA.pdf
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
Bab ii adi
Bab ii adiBab ii adi
Bab ii adi
 
BESARAN & SATUAN
BESARAN & SATUANBESARAN & SATUAN
BESARAN & SATUAN
 
Alat-Alat Ukur Fisika
Alat-Alat Ukur FisikaAlat-Alat Ukur Fisika
Alat-Alat Ukur Fisika
 
Besaran dan Satuan
Besaran dan Satuan Besaran dan Satuan
Besaran dan Satuan
 
Besaran dan Satuan
Besaran dan SatuanBesaran dan Satuan
Besaran dan Satuan
 
Besaran dan Pengukuran Kelas 7 Jilid 2.pptx
Besaran dan Pengukuran Kelas 7 Jilid 2.pptxBesaran dan Pengukuran Kelas 7 Jilid 2.pptx
Besaran dan Pengukuran Kelas 7 Jilid 2.pptx
 
Ppt media pembelajaran
Ppt media pembelajaranPpt media pembelajaran
Ppt media pembelajaran
 
Mengukur besaran fisika
Mengukur besaran fisikaMengukur besaran fisika
Mengukur besaran fisika
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuan
 

More from Potpotya Fitri

LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
Potpotya Fitri
 
Konsep region dan kewilayahan
Konsep region dan kewilayahanKonsep region dan kewilayahan
Konsep region dan kewilayahan
Potpotya Fitri
 
Bimbingan Konsling
Bimbingan KonslingBimbingan Konsling
Bimbingan Konsling
Potpotya Fitri
 
Sentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
Sentralisasi, Desentralisasi PendidikanSentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
Sentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
Potpotya Fitri
 
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIASEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
Potpotya Fitri
 
JENIS KIT IPA
JENIS KIT IPAJENIS KIT IPA
JENIS KIT IPA
Potpotya Fitri
 
Strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositoriStrategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori
Potpotya Fitri
 
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKANMAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
Potpotya Fitri
 
Pengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajarPengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajar
Potpotya Fitri
 
Manusia homo educandum
Manusia homo educandumManusia homo educandum
Manusia homo educandum
Potpotya Fitri
 
Makalah Teori belajar
Makalah Teori belajarMakalah Teori belajar
Makalah Teori belajar
Potpotya Fitri
 
Tumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkunganTumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkungan
Potpotya Fitri
 
Hewan dan lingkungan
Hewan dan lingkunganHewan dan lingkungan
Hewan dan lingkungan
Potpotya Fitri
 
Bumi dan tata surya
Bumi dan tata suryaBumi dan tata surya
Bumi dan tata surya
Potpotya Fitri
 
Negara dan konstitusi
Negara dan konstitusiNegara dan konstitusi
Negara dan konstitusi
Potpotya Fitri
 
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI  PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAHNAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI  PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
Potpotya Fitri
 
SUMAH, GIBAH , FITNAH
SUMAH, GIBAH , FITNAHSUMAH, GIBAH , FITNAH
SUMAH, GIBAH , FITNAH
Potpotya Fitri
 
IFFAH DAN MURUAH
IFFAH DAN MURUAHIFFAH DAN MURUAH
IFFAH DAN MURUAH
Potpotya Fitri
 
Karbohidrat
KarbohidratKarbohidrat
Karbohidrat
Potpotya Fitri
 
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNGANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
Potpotya Fitri
 

More from Potpotya Fitri (20)

LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
LAPORAN TINDAKAN KELAS (LTK)
 
Konsep region dan kewilayahan
Konsep region dan kewilayahanKonsep region dan kewilayahan
Konsep region dan kewilayahan
 
Bimbingan Konsling
Bimbingan KonslingBimbingan Konsling
Bimbingan Konsling
 
Sentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
Sentralisasi, Desentralisasi PendidikanSentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
Sentralisasi, Desentralisasi Pendidikan
 
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIASEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
 
JENIS KIT IPA
JENIS KIT IPAJENIS KIT IPA
JENIS KIT IPA
 
Strategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositoriStrategi pembelajaran ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori
 
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKANMAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH METODE DAKWAH DAN PEMIKIRAN MAULANA SYAIKH DALAM PENDIDIKAN
 
Pengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajarPengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajar
 
Manusia homo educandum
Manusia homo educandumManusia homo educandum
Manusia homo educandum
 
Makalah Teori belajar
Makalah Teori belajarMakalah Teori belajar
Makalah Teori belajar
 
Tumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkunganTumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkungan
 
Hewan dan lingkungan
Hewan dan lingkunganHewan dan lingkungan
Hewan dan lingkungan
 
Bumi dan tata surya
Bumi dan tata suryaBumi dan tata surya
Bumi dan tata surya
 
Negara dan konstitusi
Negara dan konstitusiNegara dan konstitusi
Negara dan konstitusi
 
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI  PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAHNAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI  PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
NAHDATUL WATHAN SEBAGAI ORGANISASI PENDIDIKAN,SOSIAL DAN DAKWAH
 
SUMAH, GIBAH , FITNAH
SUMAH, GIBAH , FITNAHSUMAH, GIBAH , FITNAH
SUMAH, GIBAH , FITNAH
 
IFFAH DAN MURUAH
IFFAH DAN MURUAHIFFAH DAN MURUAH
IFFAH DAN MURUAH
 
Karbohidrat
KarbohidratKarbohidrat
Karbohidrat
 
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNGANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
ANALISIS KEBUDAYAAN DESA REMPUNG
 

Recently uploaded

SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
nawasenamerta
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 

Recently uploaded (20)

SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 

Pengukuran besaran dan satuan pokok

  • 1. PENGUKURAN, BESARAN, DAN SATUAN Dalam kehidupan sehari-hari kita sering sekali melihat bahkan melakukan proses pengukuran baik itu secara sadar maupun tidak. Misalnya saja ketika sedang bermain kelereng, setelah menembakkan kelereng, kita akan menghitung berapa jengkal kelereng itu berpindah dari tempat awal kita menembakkannya. Kegiatan menghitung jarak kelereng dengan menggunakan jengkal tersebut merupakan salah satu contoh pengukuran. Sehingga dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa pengukuran adalah proses membandingkan suatu besaran (benda) yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Dengan demikian, semua hasil pengukuran itu sesungguhnya relative, yakni relative terhadap satuan alat ukur yang digunakan. 1. Besaran dan turunan Dalam pengukuran, besaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan angka. Contohnya, ketika kita mengukur panjang buku tulis dengan menggunakan sebuah penggaris. Dalam contoh ini yang dimaksud dengan besaran adalah panjang buku yang kita ukur. Besaran dalam fisika dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, yang pertama berdasarkan ada tidaknya nilai dan arah yang terdapat dalam suatu besaran, besaran dibedakan menjadi dua yaitu besaran scalar dan besaran vector. a. Besaran scalar, yaitu besaran yang hanya mempunyai nilai dan tidak mempunyai arah. Contohnya: suhu b. Besaran vector, yaitu besaran yang mempunyai nilai dan aarah. Contoh: gaya, kecepatan Sedangkan berdasarkan satuannya, besaran dielompokkan menjadi besaran pokok dan turunan. a. Besaran pokok, yaitu besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan telah diakui secara internasional. b. Besaran turunan, yaitu besaran yang satuan-satuannya diturunkan atau dijabarkan dari turunan-turunan besaran pokok. Selain besaran, satuan adalah bagian yang sangat penting dalam pengukuran. Satuan adalah pembanding dalam suatu pengukuran. Ada banyak sekali satuan yang dapat digunakan dalam pengukuran misalnya jengkal, langkah, hasta, dan sebagainya. Satuan-satuan tersebut disebut satuan yang tidak baku karena jengkal, langkah, hasta antara orang yang satu dengan lainnya berbeda-beda sehingga nilai yang dihasilkan dalam pengukuran akan berbeda pula. Sedangkan satuan baku adalah satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua orang, contohnya meter, gram, kilogram, dan sebagainya. Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat standar atau baku, yaitu bersifat tetap, berlaku universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan tepat. Sistem satuan standar ditetapkan pada tahun 1960 melalui pertemuan para ilmuwan di Sevres, Paris. Sistem
  • 2. satuan yang digunakan dalam dunia pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem metrik, yang dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau MKS (Meter Kilogram Second) yang disebut sistem internasional atau disingkat SI dan sistem metrik kecil atau CGS (Centimeter Gram Second). Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan satuannya dapat dilihat dalam Tabel berikut: a. Tabel satuan besaran pokok dalam sistem metrik Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok tambahan, yaitu sudut bidang datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan satuan steradian (sr). b. Tabel beberapa besaran turunan dan satuannya 2. Pengukuran Dalam melakukan pengukuran ada beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu ketepatan (akurasi), kalibrasi alat, ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas). Dengan aspek- aspek pengukuran tersebut diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan benar. Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-besaran fisika, meliputi panjang, massa, dan waktu. a. Pengukuran panjang, luas, dan volume
  • 3. Panjang adalah salah satu besaran pokok dengan satuan meter. Pada tahun 1983 disepakati bahwa satu meter didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh cahaya dalam vakum selama 1/299.792.459 sekon. Pengukuran panjang dapat dilakukan dengan beberapa alat disesuaikan dengan ukuran objek yang akan diukur. Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku kita gunakan pengaris, sedangkan untuk mengukur lebar jalan raya lebih mudah menggunakan meteran kelos. Selain penggaris dan meteran kelos, masih ada alat ukur panjang yang lainnya yaitu micrometer sekrup dan jangka sorong. Micrometer sekrup digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang berukuran kecil. Sedangkan jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa. Masing-masing alat ukur tersebut memiliki batas ukur dan ketelitian yang berbeda-beda, penggaris atau mistar mempunyai batas ukur sampai 1 meter (meteran pita dapat mengukur panjang sampai 3 meter) dan memiliki ketelitian 1 mm atau 0,1 cm; mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm; dan jangka sorong mempunyai batas ukur sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Gambar: alat-alat ukur panjang Saat melakukan pengukuran adakalanya satuan yang digunakan tidak sesuai dengansatuan yang kita perlukan. Contohnya panjang meja 1,5 m, sedangkan kita memerlukan dalam satuan cm, satuan gram dinyatakan dalam kilogram, dari satuan milisekon menjadi sekon. Untuk mengonversi atau mengubah dari suatu satuan ke satuan yang lainnya diperlukan tangga konversi. Gambar di bawah menunjukkan tangga konversi panjang, massa, dan waktu, beserta dengan langkah-langkah penggunaannya.
  • 4. Gambar: tangga konversi panjang Di dalam sistem metrik juga dikenal sistem awalan dari sistem MKS baik ke sistem makro maupun ke sistem mikro. Perhatikan Tabel berikut ini. Luas dan volume adalah besaran turunan yang diturunkan dari besaran pokok panjang. Luas adalah jumlah ruang pada permukaan dua dimensi dan dinyatakan dalam satuan SI dalam bentuk meter persegi (m2). Sedangkan volume adalah jumlah ruang dalam daerah tiga dimensi yang dinyatakan dalam meter kubik (m3) dalam satuan SI.
  • 5. Untuk benda-benda yang bentuknya beraturan seperti balok, persegi panjang, dan sebagainya, penentuan luas dan volumenya dapat dilakukan dengan mengukur panjang sisi- sisi dari benda tersebut dan manghitung luas dan volumenya dengan menggunakan rumus yang berlaku. Sedangkan untuk benda-benda yang tidak beraturan, luas dapat diukur dengan menempatkan sebuah kisi-kisi yang telah ditandai dalam satuan-satuan persegi semacam cm2 dan memperkirakan jumlah persegi satuan yang menutupi luasan. Contoh: Dari gambar di atas dapat dihitung jumlah persegi penuh dan mendekati penuh yang terdapat pada bagian dalam garis daerah yang tidak beraturan tersebut. Dari pengukuran di atas didapatkan:  Jumlah persegi penuh = 10  Jumlah persegi hampir penuh = 4 Sehingga luas daerah yang tidak beraturan tersebut = jumlah persegi penuh + jumlah persegi hampir penuh = 10 + 4 = 14 satuan. Jadi, luas daerah yang tidak beraturan tersebut = 14 satuan. Sedangkan untuk menentukan volume benda yang tidak beraturan seperti batu, dapat dilakukan dengan memasukkan benda tersebut ke dalam sebuah gelas ukur yang telah berisi air. Dengan masuknya benda ke dalam air, maka permukaan air dalam gelas ukur akan naik, artinya volume yang tak beraturan tersebut menambah volume air tersebut. Dengan mengurangi volume air setelah dan sebelum dimasuki benda maka volume benda tersebut dapat diketahui.
  • 6. Contoh: Pada gambar satu dapat dilihat, volume air mula-mula yang ada dalam gelas ukur = 50 ml. sedangkan padagambar 2, setelah batu dimasukkan ke dalam gelas ukur, volume air dalam gelas ukur naik menjadi 100 ml. Dari kenaikan volume air inilah dapat ditentukan volume batu tersebut. Dimana volume batu = volume air pada gambar 2 – volume air pada gambar 1 = 100 ml – 50 ml = 50 ml. sehingga dapat disimpulkan bahwa volume batu yang digunakan pada pengukuran di atas adalah 50 ml. b. Pengukuran massa Satan massa dalam SI adalah kilogram (Kg). satu kilogram baku dalam SI didefinisikan sebagai kuantitas massa dari prototype kilogram internasional. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur massa suatu benda adalah neraca. Berdasarkan cara kerja dan ketelitiannya neraca dibedakan menjadi tiga, yaitu:  Neraca digital, yaitu neraca yang bekerja dengan sistem elektronik. Tingkat ketelitiannya hingga 0,001g.  Neraca O'Hauss, yaitu neraca dengan tingkat ketelitian hingga 0.01 g.  Neraca sama lengan, yaitu neraca dengan tingkat ketelitian mencapai 1 mg atau 0,001 g.
  • 7. Gambar: beberapa macam neraca dalam pengukuran massa (kiri-kanan: neraca digital, neraca o’hauss, neraca sama lengan) c. Pengukuran waktu Satuan waktu dalam SI adalah detik atau sekon, yang didefinisikan sebagai selang waktu dari 9.192.631.770 kali getaran emisi khusus cahaya atom cesium-133 pada saat atom itu menyerap energi. Alat ukur baku untuk mengukur waktu adalah sebuah jam atau arloji. Jam atau arloji pada akhir-akhir ini banyak yang bekerja secara elektrik atau pun elektronik. Sebuah jam yang sangat akurat bekerja berdasarkan pada getaran elektromegnetik atom- atom tertentu. d. Pengukuran suhu Suhu termasuk besaran pokok dengan satuan Kelvin (K). Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu suatu benda adalah termometer. Berdasarkan letak titik bawah dan atasnya, thermometer dapat dibedakan menjadi:  Thermometer celcius: Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 100. Diantara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.  Thermometer reamur: Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.  Thermometer Fahrenheit: Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212. Suhu es yang dicampur dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 180 skala.  Thermometer Kelvin: Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda tersebut nol. Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan angka 373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin dibagi 100 skala.
  • 8. Gambar: titik tetap thermometer (kiri-kanan: celcius, reamur, fahrenheith, Kelvin) Sedangkan berdasarkan jenis bahan pengisinya, termometer ada dua macam, yaitu air raksa dan alkohol.  Thermometer raksa Berikut ini beberapa keuntungan air raksa sebagai pengisi termometer, antara lain : Air raksa tidak membasahi dinding pipa kapiler, sehingga pengukurannya menjadi teliti. Air raksa mudah dilihat karena mengkilat. Air raksa cepat mengambil panas dari suatu benda yang sedang diukur. Jangkauan suhu air raksa cukup lebar, karena air raksa membeku pada suhu – 40 0C dan mendidih pada suhu 360 0 C. Volume air raksa berubah secara teratur. Selain beberapa keuntungan, ternyata air raksa juga memiliki beberapa kerugian, antara lain: Air raksa harganya mahal. Air raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah Air raksa termasuk zat beracun sehingga berbahaya apabila tabungnya pecah.  Thermometer alcohol Keuntungan menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain : Alkohol harganya murah. Alkohol lebih teliti, sebab untuk kenaikan suhu yang kecil ternyata alkohol mengalami perubahan volume yang besar. Alkohol dapat mengukur suhu yang sangat rendah, sebab titik beku alkohol – 130 0C.
  • 9. Kerugian menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain : Membasahi dinding kaca. Titik didihnya rendah (78 0C) Alkohol tidak berwarna, sehingga perlu memberi pewarna dahulu agar dapat dilihat. Mengapa air tidak dipakai untuk mengisi tabung termometer? Alasannya karena air membasahi dinding kaca, jangkauan suhunya terbatas, perubahan volumenya kecil, penghantar panas yang jelek.