SlideShare a Scribd company logo
KEWAJIBAN DAN HAK
WAJIB PAJAK DALAM
   PEMERIKSAAN
Kewajiban WP Dalam Pemeriksaan
    Kantor

 memenuhi      panggilan      untuk  datang
  menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan
  waktu yang ditentukan;
 memperlihatkan      dan/atau meminjamkan
  buku atau catatan, dokumen yang menjadi
  dasar pembukuan atau pencatatan, dan
  dokumen lain termasuk data yang dikelola
  secara elektronik, yang berhubungan dengan
  penghasilan    yang     diperoleh, kegiatan
  usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau
  objek yang terutang pajak;
 memberi      bantuan    guna    kelancaran
  Pemeriksaan;
 menyampaikan tanggapan secara tertulis
  atas      Surat     Pemberitahuan     Hasil
  Pemeriksaan;
 meminjamkan kertas kerja pemeriksaan
  yang dibuat oleh Akuntan Publik; dan
 memberikan keterangan lisan dan/atau
  tertulis yang diperlukan.
Kewajiban WP Dalam Pemeriksaan
    Lapangan
 memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau
  catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
  pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
  penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan
  bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
 memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau
  mengunduh data yang dikelola secara elektronik;
 memberikan     kesempatan     untuk    memasuki      dan
  memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak
  dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga
  digunakan      untuk     menyimpan        buku      atau
  catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
  pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang
  dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang
  diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib
  Pajak,   atau   objek   yang    terutang   pajak   serta
  meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak
   memberi       bantuan       guna       kelancaran
    Pemeriksaan, antara lain berupa:
    o menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas
       biaya Wajib Pajak apabila dalam mengakses
       data    yang    dikelola   secara    elektronik
       memerlukan peralatan dan/atau keahlian
       khusus;
    o memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak
       untuk membuka barang bergerak dan/atau
       tidak bergerak; dan/atau
    o menyediakan       ruangan     khusus     tempat
       dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam
       hal jumlah buku, catatan, dan dokumen
       sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke
       kantor Direktorat Jenderal Pajak,
   menyampaikan tanggapan secara tertulis atas
    Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; dan
   memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis
    yang diperlukan.
 menghadiri Pembahasan Akhir Hasil
  Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah
  ditentukan;
 mengajukan permohonan untuk dilakukan
  pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal
  terdapat perbedaan pendapat antara Wajib
  Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam
  Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
 memberikan pendapat atau penilaian atas
  pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
  Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner
  Pemeriksaan.
Hak WP Dalam Pemeriksaan
    Lapangan

   meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk
    memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa
    Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;
   meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk
    memberikan pemberitahuan secara tertulis
    sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan
    Lapangan;
   meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk
    memberikan penjelasan tentang alasan dan
    tujuan Pemeriksaan;
   meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk
    memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan
    Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
 menerima Surat Pemberitahuan Hasil
  Pemeriksaan;
 menghadiri Pembahasan Akhir Hasil
  Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah
  ditentukan;
 mengajukan permohonan untuk dilakukan
  pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal
  terdapat perbedaan pendapat antara Wajib
  Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam
  Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
 memberikan pendapat atau penilaian atas
  pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
  Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner
  Pemeriksaan.
KEWAJIBAN DAN
  WEWENANG
  PEMERIKSA
Kewenangan
Direktur Jenderal Pajak berwenang
melakukan     pemeriksaan      untuk
menguji    kepatuhan     pemenuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan
untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
KEWENANGAN PEMERIKSAAN
Dalam Pemeriksaan Lapangan untuk menguji
kepatuhan, pemeriksa berwenang :
 a.   Melihat dan/atau meminjam buku atau
      catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan
      atau pencatatan dan dokumen lain yang berhubungan
      dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan
      usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang
      terutang pajak;
 b.   Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola
      secara elektronik;
 c.   Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang
      bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau
      patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau
      catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan
      atau pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau
      barang yang dapat memberi petunjuk tentang
      penghasilan yang diperoleh, kegiatan
      usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang
      terutang pajak;
d.   Meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna
     kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa:
     1) menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib
        Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara
        elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian
        khusus;
     2) Memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk
        membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak;
        dan/atau
     3) Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya
        Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah
        buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga
        sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak;
e.   Melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta
     barang bergerak dan/atau tidak bergerak;
f.   Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak;
     dan
g.   Meminta keterangan dan/atau buku yang diperlukan dari
     pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak
KEWENANGAN PEMERIKSAAN
     Dalam PEMERIKSAAN KANTOR untuk menguji
     kepatuhan, pemeriksa berwenang :
a.    Memanggil WP untuk datang ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
      dengan menggunakan surat panggilan;
b.    Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang
      menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, termasuk data yang
      dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan
      penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
      Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
c.    Meminta kepada WP untuk memberi bantuan guna kelancaran
      Pemeriksaan;
d.    Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak;
e.    Meminjam kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan
      Publik melalui WP; dan
f.    Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak
      ketiga yang mempunyai hubungan dengan WP yang diperiksa
      melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan
Kewajiban Pemeriksa Pajak Dalam
Pemeriksaan Kantor Untuk Menguji
Kepatuhan

   memperlihatkan tanda pengenal
    pemeriksa pajak dan SP2 kepada WP pada
    waktu melakukan pemeriksaan.
   menjelaskan alasan dan tujuan
    pemeriksaan kepada WP.
   memperlihatkan surat tugas kepada WP
    apabila susunan tim pemeriksa pajak
    mengalami perubahan.
 menyampaikan surat pemberitahuan hasil
  pemeriksaan kepada WP.
 melakukan pembahasan akhir hasil
  pemeriksaan apabila WP hadir dalam
  batas waktu yang telah ditentukan.
 memberi petunjuk kepada WP dalam
  memenuhi kewajiban perpajakannya agar
  pemenuhan kewajiban perpajakan dalam
  tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan
  sesuai dengan ketentuan peraturan
  perundang-undangan perpajakan
 mengembalikan buku atau
  catatan, dokumen yang menjadi dasar
  pembukuan atau pencatatan, dan
  dokumen lainnnya yang dipinjam dari WP
  paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal
  LHP.
 merahasiakan kepada pihak lain yang
  tidak berhak segala sesuatu yang
  diketahui atau diberitahukan kepadanya
  oleh WP dalam rangka pemeriksaan.
 memanggil WP untuk datang ke kantor
  DJP menggunakan surat panggilan
 melihat dan/atau meminjam buku atau
  catatan, dokumen yang menjadi dasar
  pembukuan atau pencatatan, dan
  dokumen lain termasuk data yang dikelola
  secara elektronik, yang berhubungan
  dengan penghasilan yang
  diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan
  bebas WP, atau objek yang terutang
  pajak.
 meminta kepada WP untuk memberi
  bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
 meminta keterangan lisan dan/atau
  tertulis dari WP.
 meminjam kertas kerja pemeriksaan yang
  dibuat oleh akuntan publik melalui WP.
 meminta keterangan dan/atau bukti yang
  diperlukan dari pihak ketiga yang
  mempunyai hubungan dengan WP.
PEDOMAN
PEMERIKSAAN
   PAJAK
Pedoman Umum Pemeriksaan

 Pemeriksaan     harus   dilakukan     oleh
  pemeriksa pajak dengan menggunakan
  keahlian secara cermat dan seksama serta
  memberikan     gambaran     yang    sesuai
  dengan keadaan sebenarnya tentang
  wajib pajak
 Temuan hasil pemeriksaan dituangkan
  dalam kertas kerja pemeriksaan sebagai
  bahan     untuk     menyusun      laporan
  pemeriksaan pajak
Pedoman Pelaksaan Pemeriksaan
   Pelaksanaan    pemeriksaan     harus   didahului
    dengan persiapan yang baik, sesuai dengan
    tujuan pemeriksaan dan dengan pengawasan
    yang seksama
   Luas pemeriksaan ditentukan berdasarkan
    petunjuk    yang    diperoleh,    yang    harus
    dikembangkan dengan bukti yang kuat dan
    berkaitan         melalui            pencocokan
    data, pengamatan, tanya jawab dan tindakan
    lain berkenaan dengan pemeriksaan
   Pendapat dan kesimpulan pemeriksa pajak
    harus didasarkan pada bukti yang kuat dan
    berlandaskan Undang-undang perpajakan yang
    berlaku
Laporan Pemeriksaan
 Laporan     pemeriksaan     pajak   disusun
  secara rinci, ringkas, jelas, memuat ruang
  lingkup       sesuai     dengan      tujuan
  pemeriksaan, memuat kesimpulan yang
  didukung bukti yang kuat dan memuat
  pula pengungkapan informasi lain yang
  diperlukan.
 Laporan      pemeriksaan      pajak   harus
  didukung oleh daftar yang lengkap dan
  rinci sesuai dengan tujuan pemeriksaan
Laporan Pemeriksaan

   Laporan      pemeriksaan      pajak   yang
    berkaitan        dengan       pengungkapan
    penyimpangan SPT harus memperlihatkan
    :
      Berbagai faktor perbandingan
      Nilai absolut dari penyimpangan
      Bukti      atau      petunjuk    adanya
       penyimpangan
      Pengaruh penyimpangan
      Hubungan dengan permasalahan lainnya
Langkah-langkah Pemeriksaan
Pajak
    PROGRAM            TEKNIK          PROSEDUR                  METODE                    HASIL
  PEMERIKSAAN       PEMERIKSAAN       PEMERIKSAAN              PEMERIKSAAN              PEMERIKSAAN



                Ø   Menelusuri                              Langsung:                Laporan hasil
                Ø   Mencari                                 Menguji kebenaran        pemeriksaan:
                Ø   Mengumpulkan   Ø Mengevaluasi           angka-angka SPT          Ø Tingkat kepatuhan
                Ø   Mengolah       Ø Menganalisis           melalui penelusuran         administratif
                                     angka-angka            Laporan Keuangan,        Ø Tingkat kepatuahn
                                   Ø Mentafsir              Neraca, Buku Besar/         materil maupun
                                   Ø Menguji keterkaitan    Pembantu, Buku              yuridis formal
                        DATA       Ø Memanfaatkan           Harian, Dokumen          Ø Selisih koreksi
                                     berbagai data dan      Pendukung.
                                     informasi dari pihak
                                     ketiga (pihak-pihak    Tidak Langsung:
                                     terkait)               Ø Laporan keuangan
                                   Ø Menguji kebenaran         tahuan berjalan dan
                                     fisik                     tahun sebelumnya
                                   Ø Menjumlahkan           Ø Transaksi tunai
                                     kembali angka-         Ø Transaksi bank
                                     angka ke bawah         Ø Sumber-sumber
                                     dan ke samping            serta penggunaan
                                   Ø Mengadakan                dana
                                     inspeksi               Ø Kekayaan bersih
                                   Ø Melakukan verifikasi   Ø Satuan volume
                                   Ø Menguji kebenaran         penjualan
                                     serta keabsahan        Ø Arus produksi pada
                                     dan keaslian              tahun yang
                                     dokumen                   diperiksa
                                   Ø Mengadakan             Ø Laba kotor tahun
                                     konfirmasi dengan         yang diperiksa
                                     pihak-pihak terkait    Ø Penyusutan aktiva
                                   Ø Melakukan              Ø Biaya hidup wajib
                                     wawancara dengan          pajak
                                     pihak berwajib         Ø DLL yang dianggap
                                                               perlu oleh
                                                               pemeriksa
UTANG PAJAK
   Utang dalam arti luas ialah
Pengertian                           segala sesuatu yang harus
                                     dilakukan    oleh     yang
   Utang dalam arti sempit          berkewajiban       sebagai
    adalah perikatan sebagai         konsekwensi
    akibat perjanjian khusus         perikatan,          seperti
    yang      disebut    utang       penyerahan
    piutang, yang mewajibkan         barang,          membuat
    debitur untuk membayar           lukisan,        melakukan
    (kembali) jumlah uang yang       perbuatan
    telah dipinjamnya dari           tertentu, membayar harga
    kreditur                         barang dan seterusnya.
Hutang Perdata
Adalah perikatan, yang mengandung kewajiban bagi
salah satu pihak, baik perorangan maupun badan
sebagai subyek hukum untuk melakukan sesuatu atau
untuk tidak melakukan sesuatu, yang mengurangi atau
melanggar hak pihak lainnya.
Utang Pajak

 Adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk
 sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau
 kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak
 atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan
 perundang-undangan perpajakan.
Pajak yang terutang

Adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat
dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam
bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
HUKUM PAJAK MATERIAL
Hukum pajak material mengatur tentang norma-norma yang
mengatur keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan dan
peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak, siapa
yang harus dikenakan pajak, besarnya pajak. Dengan
perkataan lain dapat dikatakan bahwa hukum ini memuat
segala sesuatu tentang timbulnya, besarnya dan hapusnya
hutang pajak hubungan hukum antara pemerintah dan wajib
pajak, peraturan-peraturan yang memuat kenaikan-
kenaikan, denda-denda, dan hukuman-hukuman serta tata
cara pembebasan dan pengembalian pajak serta hak tagihan
yang dimiliki fiskus.
Kewajiban Subyek Pajak Subjektif

Adalah kewajiban yang melekat pada subjeknya, pada
umumnya setiap orang yang bertempat tinggal di
Indonesia memenuhi kewajiban subjektif. Sedangkan
untuk orang diluar Indonesia kewajiban subjektif ada
kalau mempunyai hubungan ekonomis dengan
Indonesia.
Kewajiban Pajak Objektif

Adalah kewajiban yang melekat pada objeknya, yaitu
seseorang dikenakan kewajiban pajak objektif jika ia
mendapatkan penghasilan atau mempunyai kekayaan
yang memenuhi syarat menurut Undang-undang.
HUKUM PAJAK FORMAL
Hukum       pajak     formal    mengatur     tentang   cara-cara
mengimplementasikan hukum material menjadi suatu kenyataan.
Termasuk di dalamnya cara-cara penyelenggaraan mengenai
penetapan suatu hutang pajak, pengawasan oleh pemerintah
terhadap penyelenggaraannya, kewajiban para wajib pajak baik
sebelum maupun sesudah diterimanya surat ketetapan
pajak, kewajiban pihak ketiga dan prosedur dalam pemungutannya.
Sedangkan tujuan pengaturan hukum pajak formal ini adalah untuk
melindungi fiskus dan wajib pajak dan memberi jaminan hukum
material dapat diselenggarakan dengan tepat.
   Ajaran Formal
Fungsi SKP                        1. Sebagai    instrumen
                                     yang menimbulkan
   Ajaran Materiil                  utang pajak;
    1. Sebagai   instrumen        2. Sebagai    instrumen
       penagihan pajak; dan          penagihan pajak; dan
    2. Sebagai   instrumen        3. Sebagai    instrumen
       untuk menentukan              untuk menentukan
       jumlah utang pajak            jumlah utang pajak.
Berakhirnya Utang Pajak
   Pelunasan merupakan perbuatan hukum yang
    wajib dilakukan oleh wajib pajak untuk mengakhiri
    utang pajak.
   Kompensasi adalah suatu cara menghapus utang
    pajak yang dilakukan melalui cara pemindahan
    kelebihan pajak pada suatu jenis pajak ( pada
    tahun yang sama atau tahun yang berbeda)
    dengan menutup kekurangan utang pajak atas
    jenis pajak yang sama atau jenis pajak lainnya (
    juga pada tahun yang sama atau tahun yang
    berbeda).
   Daluarsa adalah hapusnya suatu hak atau
    kewajiban karena lampaunya waktu tertentu
    sesuai dengan yang ditetapkan dalam undang-
    undang.
   Penghapusan diberikan apabila wajib pajak tidak
    memiliki lagi kemampuan dalam membayar pajak.
Hak Mendahului
Berdasarkan Pasal 21 Ayat 1 UU No. 28 Tahun 2007
menerangkan bahwa Negara mempunyai hak mendahului
untuk tagihan pajak atas barang-barang milik Penanggung
Pajak. Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hak
mendahulu lainnya kecuali terhadap:

1.   Biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu
     penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak dan
     atau barang tidak bergerak.
2.   Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang
     dimaksud.
3.   Biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan
     penyelesaian suatu warisan.
JURU SITA
Pengertian Juru Sita


Adalah Pelaksana tindakan Penagihan Pajak
yang meliputi Penagihan Seketika dan
Sekaligus,      pemberitahuan       Surat
Paksa,   melaksanakan     Penyitaan  dan
penyanderaan.
Penanggung Pajak
adalah orang pribadi atau badan yang
bertanggung   jawab   atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan
hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak
menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Persyaratan Juru Sita

   Berijazah serendah-rendahnya Sekolah
    Menengah Umum atau yang setingkat ;
   Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur
    Muda (Gol. II/a);
   Berbadan sehat;
   Lulus pendidikan dan latihan Jurusita
    Pajak;
   Jujur, bertanggung jawab, dan penuh
    pengabdian
Perihal Juru Sita Diberhentikan
   Meninggal dunia;
   Pensiun;
   Alih tugas atau kepentingan dinas lainnya;
   Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas;
   Melakukan perbuatan tercela;
   Melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak;
    atau
   Sakit jasmani atau rohani terus menerus.
Tugas Juru Sita

 Melaksanakan Surat Perintah Penagihan
  Seketika dan Sekaligus;
 Memberitahukan Surat Paksa;
 Melaksanakan     penyitaan  berdasarkan
  Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;
  dan
 Melaksanakan penyanderaan berdasarkan
  Surat Perintah Penyanderaan
Wewenang Juru Sita
Jurusita Pajak berwenang memasuki dan
memeriksa semua ruangan termasuk
membuka lemari, laci, dan tempat lain
untuk menemukan objek sita.
Kewajiban Jurusita Pajak Sebelum
Melakukan Tugas
 Memperlihatkan kartu tanda pengenal
  Jurusita Pajak;
 Memperlihatkan Surat Perintah Penagihan
  Seketika        dan      Sekaligus/Surat
  Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan
 Memberitahukan     maksud dan tujuan
  menyampaikan Surat Perintah Penagihan
  Seketika        dan      Sekaligus/Surat
  Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan
JURU SITA
Pengertian Juru Sita

Adalah Pelaksana tindakan Penagihan Pajak
yang meliputi Penagihan Seketika dan
Sekaligus,      pemberitahuan       Surat
Paksa,   melaksanakan     Penyitaan  dan
penyanderaan.
Penanggung Pajak

adalah orang pribadi atau badan yang
bertanggung   jawab   atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan
hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak
menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Persyaratan Juru Sita
   Berijazah    serendah-rendahnya       Sekolah
    Menengah Umum atau yang setingkat ;
   Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur
    Muda (Gol. II/a);
   Berbadan sehat;
   Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak;
   Jujur, bertanggung jawab, dan penuh
    pengabdian
Perihal Juru Sita Diberhentikan
 Meninggal dunia;
 Pensiun;
 Alih tugas atau kepentingan dinas lainnya;
 Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas;
 Melakukan perbuatan tercela;
 Melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak;
  atau
 Sakit jasmani atau rohani terus menerus.
Tugas Juru Sita
 Melaksanakan Surat Perintah Penagihan
  Seketika dan Sekaligus;
 Memberitahukan Surat Paksa;
 Melaksanakan     penyitaan  berdasarkan
  Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan;
  dan
 Melaksanakan penyanderaan berdasarkan
  Surat Perintah Penyanderaan
Wewenang Juru Sita

Jurusita Pajak berwenang memasuki dan
memeriksa semua ruangan termasuk
membuka lemari, laci, dan tempat lain
untuk menemukan objek sita.
Kewajiban Jurusita Pajak Sebelum
Melakukan Tugas

 Memperlihatkan kartu tanda pengenal
  Jurusita Pajak;
 Memperlihatkan Surat Perintah Penagihan
  Seketika        dan      Sekaligus/Surat
  Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan
 Memberitahukan     maksud dan tujuan
  menyampaikan Surat Perintah Penagihan
  Seketika        dan      Sekaligus/Surat
  Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan
Penagihan Seketika dan
      Sekaligus
Latar Belakang
   Bahwa masih dijumpai adanya tunggakan
    pajak sebagai akibat tidak dilunasinya
    hutang pajak sehingga memerlukan tindakan
    penagihan   yang    mempunyai     kekuatan
    hukum yang memaksa.
   Bahwa UU No. 19 tahun 1959 tentang
    Penagihan   Pajak    Negara  tidak   dapat
    sepenuhnya mendukung pelaksanaan UU
    perpajakan yang berlaku.
   Perlu adanya peraturan perundangan yang
    dapat mengatasi permasalahan mengenai
    tunggakan pajak dan memberi motivasi
    peningkatan kesadaran dan kepatuhan
    masyarakat akan kewajiban membayar
    pajak.
Penagihan seketika dan sekaligus

 Penagihan Seketika adalah penagihan
  yang dilaksanakan sebelum tanggal
  jatuh tempo pembayaran dan tidak
  mengikuti jadwal penagihan.
 Penagihan Sekaligus adalah penagihan
  yang dilakukan untuk seluruh jenis
  pajak.
sekaligus dapat dilakukan
dalam hal
• Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia
  untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu.
• Penanggung pajak memindahtangankan barang
  yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka
  menghentikan     atau    mengecilkan   kegiatan
  perusahaannya       atau     pekerjaan    yang
  dilakukannya di Indonesia.
• Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak
  akan membubarkan badan usahanya atau
  menggabungkan             usahanya         atau
  memindahtangankan perusahaan yang dikuasai
  atau melakukan perubahan dalam bentuk
  lainnya.
• Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara
• Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak
  oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda
  kepailitan.
Penerbitan Surat Perintah
Penagihan Seketika dan Sekaligus


   Sebelum tanggal jatuh tempo
    pembayaran
   Tanpa didahului Surat Teguran
   Sebelum jangka waktu 21 (dua puluh
    satu) hari sejak Surat Teguran
    diterbitkan
   Sebelum penerbitan Surat Paksa
LINGKUP
PENAGIHAN PAJAK
Penagihan Pajak
Serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan
pajak       dengan        menegur       atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan
seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat
Paksa,                          mengusulkan
pencegahan,                    melaksanakan
penyitaan,                     melaksanakan
penyanderaan, menjual barang yang telah
disita.
Dasar Tindakan Penagihan
Pasal 18 UU No. 28 Tahun 2007 tentang KUP
mengatur tentang dasar penagihan pajak.
Yang menjadi dasar pajak menurut UU
tersebut adalah STP, SKPKB, SKPKBT, SK
Pembetulan, SK Keberatan, Surat Putusan
Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali
yang menyebabkan jumlah pajak yang masih
harus dibayar.
DASAR HUKUM
   UU Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan
   UU Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai
   UU Nomor 19 tahun 1996 tentang Penagihan dengan Surat
    Paksa
   KMK No. 21/KMK.01/1999 tanggal 15 Januari 1999 tentang
    perubahan KMK No. 147/KMK.04/1998 tentang Penunjukan
    Pejabat unutk Penagihan P)ajak Pusat, Tata Cara dan
    Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak.
   KMK No. 22/KMK.01/1999 tanggal 15 Januari 1999 tentang
    perubahan KMK No. 234/KMK.05/1996 tentang Tata Cara
    Penagihan Piutang Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi
    dan Pajak Dalam Rangka Impor.
   PP Nomor 3 tahun 1998 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam
    Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa
   PP Nomor 4 tahun 1998 tentang Tata Cara Penjualan
    Barang Sitaan Yang Dikecualikan dari Penjualan Secara
    Lelang Dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
   PP Nomor 5 tahun 1998 tentang Penyanderaan Dalam
    Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
Tindakan Penagihan Pajak

1. Penagihan secara pasif
   • Penyerahan SKPKB, SKPKBT, STP
   • Apabila    belum     berhasil dengan
     menggunakan surat teguran
2. Penagihan secara aktif
   • Penagihan dengan menggunakan surat
     paksa    dan    dilanjutkan   dengan
     tindakan sita.
Jadwal Waktu Dan
Tata Cara Tindakan Penagihan
•   Tindakan pelaksanaan penagihan pajak
    dilakukan apabila Penanggung Pajak tidak
    melunasi pajak yang terutang, sebagaimana
    yang            tercantum           dalam
    STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK
    Keberatan, Surat Putusan Banding, serta
    Putusan Peninjauan Kembali.
•   Tindakan penagihannya dimulai dengan
    mengeluarkan Surat Teguran oleh Kepala KPP
    setelah   7   hari   sejak  jatuh   tempo
    pembayaran.
Daluwarsa Tindakan Penagihan
 Diterbitkannya Surat Paksa
 Adanya pengakuan utang pajak dari wajib
  pajak baik langsung maupun tidak
  langsung
 Diterbitkannya SKPKB dan SKBKBT
  karena wajib pajak setelah jangka waktu
  5 tahun tersebut dipidana, atau
 Dilakukan tindak penyidikan pidana di
  bidang perpajakan.
Surat Teguran
Adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kepala
Kantor   Pelayanan    Pajak   Bumi   dan
Bangunan (KPPBB) untuk memberikan
peringatan kepada Wajib Pajak untuk
segera melunasi utang pajaknya.
Surat Paksa
Adalah surat perintah membayar utang pajak
dan biaya penagihan pajak.
Surat    Paksa   sekurang-kurangnya  harus
  memuat:
a. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak
   dan Penanggung Pajak;
b. Besarnya utang pajak; dan
c. Perintah untuk membayar.
Dasar Penerbitan Surat Paksa
a.   Penanggung Pajak tidak melunasi utang
     pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo
     pembayaran       dan     kepadanya      telah
     diterbitkan Surat Teguran atau Surat
     Peringatan atau surat lain yang sejenis;
b.   Terhadap        Penanggung      Pajak   telah
     dilaksanakan    penagihan     seketika   dan
     sekaligus; atau
c.   Penanggung      Pajak     tidak    memenuhi
     ketentuan sebagaimana tercantum dalam
     keputusan persetujuan angsuran atau
     penundaan pembayaran pajak.
Penyitaan


Adalah tindakan Jurusita Pajak untuk
menguasai     barang     Penanggungan
Pajak, guna dijadikan jaminan untuk
melunasi Utang Pajak menurut peraturan
perundang-undangan.
Barang Sitaan
 Barang bergerak
 Barang tidak bergerak
Penjualan Secara Lelang
Dilakukan apabila utang pajak lunas dan
atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi
setelah dilaksanakan penyitaan, Pejabat
berwenang melaksanakan penjualan secara
lelang terhadap barang yang disita melalui
Kantor Lelang.
Barang sita yang dikecualikan dari
penjualan lelang

 Uang tunai
 Surat-surat berharga
Tata Cara Penggunaan
Hasil Penjualan Lelang
   Uang tunai disetor ke Kas Negara atau Kas Daerah;
   Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro
    atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan
    itu, dipindah bukukan ke rekening Kas Negara atau Kas
    Daerah atas permintaan Pejabat kepada Bank yang
    bersangkutan;
   Obligasi,saham, atau surat berharga lainnya yang
    diperdagangkan di bursa efek dijual di bursa efek atas
    permintaan Pejabat;
   Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang tidak
    diperdagangkan di bursa efek segera dijual oleh Pejabat;
   Piutang dibuatkan berita acara persetujuan tentang
    pengalihan hak menagih dari Penanggung Pajak kepada
    Pejabat;
   Penyertaan modal pada perusahaan lain dibuatkan akte
    persetujuan pengalihan hak menjual dari Penanggung
    Pajak kepada Pejabat
SURAT PAKSA
Pengertian Surat Paksa

Adalah surat perintah membayar utang
pajak dan biaya penagihan pajak.
Ciri – ciri Surat Paksa
   Surat     Paksa   berkepala    "DEMI     KEADILAN
    BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA".
   Surat Paksa mempunyai kekuatan hukum yang
    sama seperti grosse dari putusan hakim dalam
    perkara perdata yang tidak dapat diminta banding
    lagi pada Hakim atasan.
   Yang dapat ditagih dengan Surat Paksa, adalah
    semua jenis pajak pusat dan pajak daerah yang
    terdiri dari:
      pajak pusat,
      pajak daerah,
      kenaikan,
      denda (bukan denda pidana),
      bunga,
      biaya
   Penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut
    dilaksanakan oleh Jurusita Pajak pusat dan Jurusita
    Pajak daerah.
Sifat Surat Paksa
 Berkekuatan hukum yang sama dengan
  Grosse putusan Hakim dalam perkara
  perdata yang tidak dapat diminta banding
  lagi pada Hakim atasan.
 Berkekuatan hukum yang pasti.
 Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih
  pajak dan menagih bukan pajak (biaya-
  biaya penagihan).
 Dapat    dilanjutkan  dengan    tindakan
  penyitaan                           atau
  penyanderaan/pencegahan.
Saat Penerbitan Surat Paksa
   Penanggung Pajak tidak melunasi utang
    pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat
    Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain
    yang sejenis;
   Terhadap      Penanggung       Pajak   telah
    dilaksanakan     penagihan    seketika   dan
    sekaligus; atau
   Penanggung       Pajak    tidak    memenuhi
    ketentuan sebagaimana tercantum dalam
    keputusan     persetujuan    angsuran   atau
    penundaan pembayaran pajak.
Pemberitahuan Surat Paksa Oleh juru
    Sita
 Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan
  pernyataan     dan    penyerahan     Surat Paksa   kepada
  Penanggung Pajak.
 Pemberitahuan Surat Paksa dalam Berita Acara yang
  sekurang-kurangnya       memuat       hari  dan    tanggal
  pemberitahuan Surat Paksa, nama Jurusita Pajak, nama
  yang menerima, dan tempat pemberitahuan Surat Paksa.
 Surat Paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh
  Jurusita Pajak kepada:
   a) Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau
      di tempat lain yang memungkinkan,
   b) Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun
      yang bekerja di tempat usaha Penanggung Pajak, apabila
      Penanggung Pajak yang bersangkutan tidak dapat
      dijumpai’
   c) Salah seoarang ahli waris atau pelaksana wasiat atau
      yang mengurus harta peninggalannya, apabila Wajib
      Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum
      dibagi; atau
   d) Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal
      dunia dan harta warisan telah dibagi.
   Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita
    Pajak kepada:
     a) Pengurus,     kepala     perwakilan    ,     kepala
        cabang, penanggung jawab , pemilik modal baik di
        tempat kedudukan badan yang bersangkutan, di
        tempat tinggal mereka maupun di tempat lain yang
        memungkinkan; atau
     b) Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat
        usaha badan yang bersangkutan apabila jurusita
        pajak tidak dapat menjumpai salah seorang
        sebagaimana dimaksud dalam huruf a
    Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, Surat Paksa
     diberitahukan kepada Hakim Komisaris atau Bali Harta
     Peninggalan, dan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan
     bubar atau dalam likuidasi. Surat Paksa diberitahukan
     kepada orang atau badan yang dibebani untuk
     melakukan pemberesan, atau likuidator.
   Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan
    surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan
    kewajiban perpajakan. Surat Paksa dapat diberitahukan
    kepada penerima kuasa dimaksud.
   Apabila pemberitahuan Surat Paksa tidak dapat
    dilaksanakan,   Surat    Paksa   disampaikan    melalui
    Pemerintah Daerah setempat.
Pelaksanaan Pemberitahuan
Surat Paksa
 1.   Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal tempat
      kedudukan Wajib Pajak/Penanggung Pajak dengan
      memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita Pajak
      mengemukakan         maksud     kedatangannya   yaitu
      memberitahukan Surat Paksa dengan Pernyataan
      dan menyerahkan salinan Surat Paksa tesebut.
 2.   Jika Jurusita Pajak bertemu langsung dengan Wajib
      Pajak/Penanggung       Pajak    minta   agar   WP/PP
      memperlihatkan surat-surat keterangan pajak yang
      ada untuk diteliti:
       Apakah      tunggakan      pajak    menurut   surat
          ketetapan pajak cocok dengan jumlah tunggakan
          yang tercantum dalam Surat Paksa.
       Apakah            ada         Surat      Keputusan
          Pengurangan/Penghapusan.
       Apakah       ada    kelebihan     pembayaran   dari
          tahun/jenis     pajak    lainnya   yang    belum
          diperhitungkan.
3.   Kalau Jurusita Pajak tidak menjumpai Wajib
     Pajak/Penanggung Pajak maka salinan Surat Paksa
     tersebut dapat diserahkan kepada:
      Keluarga Penanggung Pajak atau orang bertempat
       tinggal bersama Wajib Pajak/Penanggung Pajak
       yang akil baliq (dewasa dan sehat mental).
      Anggota Pengurus Komisaris atau para pesero dari
       Badan Usaha yang bersangkutan atau;
      Pejabat             Pemerintah           setempat
       (Bupati/Walikota/Camat/Lurah) dalam hal mereka
       tersebut pada butir a dan b diatas juga tidak
       dijumpai.
      Pejabat-pejabat ini harus memberi tanda tangan
       pada Surat Paksa dan salinannya, sebagai tanda
       diketahuinya     dan   menyampaikan     salinannya
       kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang
       bersangkutan.
      Jurusita Pajak yang telah melaksanakan penagihan
       pajak dengan Surat Paksa, harus membuat
       laporan    pelaksanaan    Surat   Paksa    (bentuk
       KP.RIKPA 4.9-97)
4.   Kalau Penanggung Pajak tidak diketemukan di
     kantor, maka Jurusita Pajak dapat menyerahkan
     salinan SP kepada:
      seseorang yang ada di kantornya (salah
        seorang pegawai),
      seseorang yang ada di tempat tinggalnya
        (misalnya: istri, anak atau pembantu
        rumahnya).
5.   Sebaliknya apabila Penanggung Pajak tidak
     dikenal/tidak mempunyai tempat tinggal yang
     dikenal perusahaan sudah dibubarkan/tidak
     mempunyai       kantor   lagi,  Surat   Paksa
     (salinannya) ditempelkan pada pintu utama
     kantor     Pejabat   di    mana    penanggung
     pajak/wajib pajak semula berdomisili. Dapat
     juga Surat Paksa disampaikan melalui Pemda
     setempat, mengumumkan melalui media masa
     atau cara lain yang ditetapkan oleh Menteri
     Keuangan.
Penolakan Terhadap Surat Paksa
   Adakalanya Penanggung Pajak menolak
    menerima SP dengan berbagai alasan.
    Apabila alasan penolakan adalah karena
    kesalahan     SP     itu     sendiri, maka
    penyelesaiannya adalah seperti yang telah
    diuraikan pada butir 5 di atas.
   Apabila    Jurusita    setelah   memberikan
    keterangan seperlunya Penanggung Pajak
    atau wakilnya tetap menolak maka Salinan
    SP tersebut dapat ditinggalkan begitu saja
    pada tempat kediaman/tempat kedudukan
    Penanggung Pajak atau wakilnya, dengan
    demikian       SP        dianggap     telah
    diberitahukan/disampaikan.
Biaya Penyampaian Surat Paksa
 Biaya Harian Jurusita   = Rp. 10.000,-
 Biaya Perjalanan        = Rp. 15.000,-
 Jumlah                  = Rp. 25.000,-
Penentangan Terhadap Surat
Paksa
   Surat        Paksa        tidak         dapat
    disampaikan/diberitahukan     oleh    seorang
    petugas Jurusita Pajak yang telah disumpah.
   Surat Paksa dikirim melalui pos, sekalipun
    tercatat
   Surat Paksa tidak ditandatangani oleh yang
    berwenang, dalam hal ini oleh Kepala Kantor
    Pelayanan       Pajak      apabila      wajib
    pajak/penanggung pajak menemukan salah
    satu unsur formil sebagaimana tersebut di
    atas, maka ia berhak untuk menentang
    (menolak) Surat Paksa tersebut.
   Jurusita Pajak belum disumpah di hadapan
    pejabat.

More Related Content

What's hot

KUP Pemeriksaan
KUP PemeriksaanKUP Pemeriksaan
KUP Pemeriksaan
Fair Nurfachrizi
 
Pemeriksaan, Keberatan, dan Banding dalam Perpajakan di Indonesia
Pemeriksaan, Keberatan, dan Banding dalam Perpajakan di IndonesiaPemeriksaan, Keberatan, dan Banding dalam Perpajakan di Indonesia
Pemeriksaan, Keberatan, dan Banding dalam Perpajakan di Indonesia
University of Brawijaya
 
Tugas audit perpajakan
Tugas audit perpajakanTugas audit perpajakan
Tugas audit perpajakan
Zievilia Alayy
 
Keberatan (Pajak)
Keberatan (Pajak)Keberatan (Pajak)
Keberatan (Pajak)
Vivi Silvia
 
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDINGPENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
sischayank
 
Penyidikan Pajak
Penyidikan PajakPenyidikan Pajak
Penyidikan Pajak
Fair Nurfachrizi
 

What's hot (6)

KUP Pemeriksaan
KUP PemeriksaanKUP Pemeriksaan
KUP Pemeriksaan
 
Pemeriksaan, Keberatan, dan Banding dalam Perpajakan di Indonesia
Pemeriksaan, Keberatan, dan Banding dalam Perpajakan di IndonesiaPemeriksaan, Keberatan, dan Banding dalam Perpajakan di Indonesia
Pemeriksaan, Keberatan, dan Banding dalam Perpajakan di Indonesia
 
Tugas audit perpajakan
Tugas audit perpajakanTugas audit perpajakan
Tugas audit perpajakan
 
Keberatan (Pajak)
Keberatan (Pajak)Keberatan (Pajak)
Keberatan (Pajak)
 
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDINGPENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
 
Penyidikan Pajak
Penyidikan PajakPenyidikan Pajak
Penyidikan Pajak
 

Similar to Materi kulia bpk yusuf,se

Pemeriksaan-Pajak.pptx
Pemeriksaan-Pajak.pptxPemeriksaan-Pajak.pptx
Pemeriksaan-Pajak.pptx
SAMUELTHOMAS187
 
092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 1.pdf
092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 1.pdf092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 1.pdf
092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 1.pdf
azharzakaria7
 
Pemeriksaan Pajak mengkaji proses penentuan sampel terpilih untuk wajib pajak...
Pemeriksaan Pajak mengkaji proses penentuan sampel terpilih untuk wajib pajak...Pemeriksaan Pajak mengkaji proses penentuan sampel terpilih untuk wajib pajak...
Pemeriksaan Pajak mengkaji proses penentuan sampel terpilih untuk wajib pajak...
dedehasyir1
 
PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.pptx
PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.pptxPEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.pptx
PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.pptx
KenBintangRafi
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
EnforceA Real Solution
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
EnforceA Real Solution
 
Pemeriksaan dan penyidikan pajak_2023.pdf
Pemeriksaan dan penyidikan pajak_2023.pdfPemeriksaan dan penyidikan pajak_2023.pdf
Pemeriksaan dan penyidikan pajak_2023.pdf
RIRIRUMAIZHA
 
Syarat kelengkapan tagihan lpj
Syarat kelengkapan tagihan lpjSyarat kelengkapan tagihan lpj
Syarat kelengkapan tagihan lpj
Sri Haryati
 
Slide Faktur Pajak Undang-Undang Cipta kerja negara kesatuan republik indones...
Slide Faktur Pajak Undang-Undang Cipta kerja negara kesatuan republik indones...Slide Faktur Pajak Undang-Undang Cipta kerja negara kesatuan republik indones...
Slide Faktur Pajak Undang-Undang Cipta kerja negara kesatuan republik indones...
dwiyatmoko2
 
hak & kewajiban wp.ppt
hak & kewajiban wp.ppthak & kewajiban wp.ppt
hak & kewajiban wp.ppt
ssuser3c36e6
 
21188458MATERIKPPN.ppt
21188458MATERIKPPN.ppt21188458MATERIKPPN.ppt
21188458MATERIKPPN.ppt
ssuser58c7a6
 
21188458MATERIKPPN (1).ppt
21188458MATERIKPPN (1).ppt21188458MATERIKPPN (1).ppt
21188458MATERIKPPN (1).ppt
mtsn2paluta02
 
percepatan pelaksanaan apbn.ppt
percepatan pelaksanaan apbn.pptpercepatan pelaksanaan apbn.ppt
percepatan pelaksanaan apbn.ppt
emailjones
 
Pengantar kepabeanan audit keban_tp
Pengantar kepabeanan audit keban_tpPengantar kepabeanan audit keban_tp
Pengantar kepabeanan audit keban_tp
Kamal Chiter
 
092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 2.pdf
092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 2.pdf092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 2.pdf
092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 2.pdf
azharzakaria7
 
Materi 2_Pelaksanaan Anggaran.pptx
Materi 2_Pelaksanaan Anggaran.pptxMateri 2_Pelaksanaan Anggaran.pptx
Materi 2_Pelaksanaan Anggaran.pptx
SapriyandaYand
 
PRESENTASI PAJAK.pptx
PRESENTASI PAJAK.pptxPRESENTASI PAJAK.pptx
PRESENTASI PAJAK.pptx
GebbyTrisha2
 
SLIDE_7 PAJAK DAERAH (BAGIAN 2).pdf
SLIDE_7   PAJAK  DAERAH  (BAGIAN 2).pdfSLIDE_7   PAJAK  DAERAH  (BAGIAN 2).pdf
SLIDE_7 PAJAK DAERAH (BAGIAN 2).pdf
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 
materi keberatan pajak.pdf
materi keberatan pajak.pdfmateri keberatan pajak.pdf
materi keberatan pajak.pdf
putriirtup1
 
Keberatan Pajak.pdf
Keberatan Pajak.pdfKeberatan Pajak.pdf
Keberatan Pajak.pdf
putriirtup1
 

Similar to Materi kulia bpk yusuf,se (20)

Pemeriksaan-Pajak.pptx
Pemeriksaan-Pajak.pptxPemeriksaan-Pajak.pptx
Pemeriksaan-Pajak.pptx
 
092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 1.pdf
092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 1.pdf092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 1.pdf
092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 1.pdf
 
Pemeriksaan Pajak mengkaji proses penentuan sampel terpilih untuk wajib pajak...
Pemeriksaan Pajak mengkaji proses penentuan sampel terpilih untuk wajib pajak...Pemeriksaan Pajak mengkaji proses penentuan sampel terpilih untuk wajib pajak...
Pemeriksaan Pajak mengkaji proses penentuan sampel terpilih untuk wajib pajak...
 
PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.pptx
PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.pptxPEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.pptx
PEMERIKSAAN DAN PENYIDIKAN PAJAK.pptx
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
 
Pemeriksaan dan penyidikan pajak_2023.pdf
Pemeriksaan dan penyidikan pajak_2023.pdfPemeriksaan dan penyidikan pajak_2023.pdf
Pemeriksaan dan penyidikan pajak_2023.pdf
 
Syarat kelengkapan tagihan lpj
Syarat kelengkapan tagihan lpjSyarat kelengkapan tagihan lpj
Syarat kelengkapan tagihan lpj
 
Slide Faktur Pajak Undang-Undang Cipta kerja negara kesatuan republik indones...
Slide Faktur Pajak Undang-Undang Cipta kerja negara kesatuan republik indones...Slide Faktur Pajak Undang-Undang Cipta kerja negara kesatuan republik indones...
Slide Faktur Pajak Undang-Undang Cipta kerja negara kesatuan republik indones...
 
hak & kewajiban wp.ppt
hak & kewajiban wp.ppthak & kewajiban wp.ppt
hak & kewajiban wp.ppt
 
21188458MATERIKPPN.ppt
21188458MATERIKPPN.ppt21188458MATERIKPPN.ppt
21188458MATERIKPPN.ppt
 
21188458MATERIKPPN (1).ppt
21188458MATERIKPPN (1).ppt21188458MATERIKPPN (1).ppt
21188458MATERIKPPN (1).ppt
 
percepatan pelaksanaan apbn.ppt
percepatan pelaksanaan apbn.pptpercepatan pelaksanaan apbn.ppt
percepatan pelaksanaan apbn.ppt
 
Pengantar kepabeanan audit keban_tp
Pengantar kepabeanan audit keban_tpPengantar kepabeanan audit keban_tp
Pengantar kepabeanan audit keban_tp
 
092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 2.pdf
092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 2.pdf092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 2.pdf
092_Muh Azhar Zakaria_PP_Tugas 2.pdf
 
Materi 2_Pelaksanaan Anggaran.pptx
Materi 2_Pelaksanaan Anggaran.pptxMateri 2_Pelaksanaan Anggaran.pptx
Materi 2_Pelaksanaan Anggaran.pptx
 
PRESENTASI PAJAK.pptx
PRESENTASI PAJAK.pptxPRESENTASI PAJAK.pptx
PRESENTASI PAJAK.pptx
 
SLIDE_7 PAJAK DAERAH (BAGIAN 2).pdf
SLIDE_7   PAJAK  DAERAH  (BAGIAN 2).pdfSLIDE_7   PAJAK  DAERAH  (BAGIAN 2).pdf
SLIDE_7 PAJAK DAERAH (BAGIAN 2).pdf
 
materi keberatan pajak.pdf
materi keberatan pajak.pdfmateri keberatan pajak.pdf
materi keberatan pajak.pdf
 
Keberatan Pajak.pdf
Keberatan Pajak.pdfKeberatan Pajak.pdf
Keberatan Pajak.pdf
 

More from Rusmin Galatama

Konsep umum akuntansi
Konsep umum akuntansiKonsep umum akuntansi
Konsep umum akuntansi
Rusmin Galatama
 
Ilustrasi siklus akuntansi
Ilustrasi siklus akuntansiIlustrasi siklus akuntansi
Ilustrasi siklus akuntansi
Rusmin Galatama
 
Akuntansi untuk perusahaan dagang
Akuntansi untuk perusahaan dagangAkuntansi untuk perusahaan dagang
Akuntansi untuk perusahaan dagang
Rusmin Galatama
 
Akuntansi biaya
Akuntansi biayaAkuntansi biaya
Akuntansi biaya
Rusmin Galatama
 
DATA PERSENTASE DI STIAMI SEMESTER 11
DATA PERSENTASE DI STIAMI SEMESTER 11DATA PERSENTASE DI STIAMI SEMESTER 11
DATA PERSENTASE DI STIAMI SEMESTER 11
Rusmin Galatama
 

More from Rusmin Galatama (11)

Konsep umum akuntansi
Konsep umum akuntansiKonsep umum akuntansi
Konsep umum akuntansi
 
Ilustrasi siklus akuntansi
Ilustrasi siklus akuntansiIlustrasi siklus akuntansi
Ilustrasi siklus akuntansi
 
Dasar dasar akuntansi
Dasar dasar akuntansiDasar dasar akuntansi
Dasar dasar akuntansi
 
Akuntansi pengantar
Akuntansi pengantarAkuntansi pengantar
Akuntansi pengantar
 
Undang undang bea cukai
Undang undang bea cukaiUndang undang bea cukai
Undang undang bea cukai
 
Akuntansi biaya
Akuntansi biayaAkuntansi biaya
Akuntansi biaya
 
Bab 2 konsep biaya
Bab 2    konsep biayaBab 2    konsep biaya
Bab 2 konsep biaya
 
Akuntansi untuk perusahaan dagang
Akuntansi untuk perusahaan dagangAkuntansi untuk perusahaan dagang
Akuntansi untuk perusahaan dagang
 
Akuntansi biaya
Akuntansi biayaAkuntansi biaya
Akuntansi biaya
 
Akuntansi biaya
Akuntansi biayaAkuntansi biaya
Akuntansi biaya
 
DATA PERSENTASE DI STIAMI SEMESTER 11
DATA PERSENTASE DI STIAMI SEMESTER 11DATA PERSENTASE DI STIAMI SEMESTER 11
DATA PERSENTASE DI STIAMI SEMESTER 11
 

Materi kulia bpk yusuf,se

  • 1. KEWAJIBAN DAN HAK WAJIB PAJAK DALAM PEMERIKSAAN
  • 2. Kewajiban WP Dalam Pemeriksaan Kantor  memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan waktu yang ditentukan;  memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
  • 3.  memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;  menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;  meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik; dan  memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
  • 4. Kewajiban WP Dalam Pemeriksaan Lapangan  memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;  memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;  memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak
  • 5. memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa: o menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus; o memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan/atau o menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak,  menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; dan  memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
  • 6.  menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan;  mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan  memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.
  • 7. Hak WP Dalam Pemeriksaan Lapangan  meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;  meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;  meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;  meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
  • 8.  menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;  menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan;  mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan  memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.
  • 9. KEWAJIBAN DAN WEWENANG PEMERIKSA
  • 10. Kewenangan Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
  • 11. KEWENANGAN PEMERIKSAAN Dalam Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan, pemeriksa berwenang : a. Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak; b. Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik; c. Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
  • 12. d. Meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa: 1) menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus; 2) Memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak bergerak; dan/atau 3) Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak; e. Melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak dan/atau tidak bergerak; f. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak; dan g. Meminta keterangan dan/atau buku yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak
  • 13. KEWENANGAN PEMERIKSAAN Dalam PEMERIKSAAN KANTOR untuk menguji kepatuhan, pemeriksa berwenang : a. Memanggil WP untuk datang ke kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan surat panggilan; b. Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak; c. Meminta kepada WP untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan; d. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak; e. Meminjam kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik melalui WP; dan f. Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan WP yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan
  • 14. Kewajiban Pemeriksa Pajak Dalam Pemeriksaan Kantor Untuk Menguji Kepatuhan  memperlihatkan tanda pengenal pemeriksa pajak dan SP2 kepada WP pada waktu melakukan pemeriksaan.  menjelaskan alasan dan tujuan pemeriksaan kepada WP.  memperlihatkan surat tugas kepada WP apabila susunan tim pemeriksa pajak mengalami perubahan.
  • 15.  menyampaikan surat pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada WP.  melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan apabila WP hadir dalam batas waktu yang telah ditentukan.  memberi petunjuk kepada WP dalam memenuhi kewajiban perpajakannya agar pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
  • 16.  mengembalikan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnnya yang dipinjam dari WP paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal LHP.  merahasiakan kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh WP dalam rangka pemeriksaan.  memanggil WP untuk datang ke kantor DJP menggunakan surat panggilan
  • 17.  melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak.  meminta kepada WP untuk memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.  meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari WP.
  • 18.  meminjam kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh akuntan publik melalui WP.  meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan WP.
  • 20. Pedoman Umum Pemeriksaan  Pemeriksaan harus dilakukan oleh pemeriksa pajak dengan menggunakan keahlian secara cermat dan seksama serta memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaan sebenarnya tentang wajib pajak  Temuan hasil pemeriksaan dituangkan dalam kertas kerja pemeriksaan sebagai bahan untuk menyusun laporan pemeriksaan pajak
  • 21. Pedoman Pelaksaan Pemeriksaan  Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai dengan tujuan pemeriksaan dan dengan pengawasan yang seksama  Luas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjuk yang diperoleh, yang harus dikembangkan dengan bukti yang kuat dan berkaitan melalui pencocokan data, pengamatan, tanya jawab dan tindakan lain berkenaan dengan pemeriksaan  Pendapat dan kesimpulan pemeriksa pajak harus didasarkan pada bukti yang kuat dan berlandaskan Undang-undang perpajakan yang berlaku
  • 22. Laporan Pemeriksaan  Laporan pemeriksaan pajak disusun secara rinci, ringkas, jelas, memuat ruang lingkup sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat kesimpulan yang didukung bukti yang kuat dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang diperlukan.  Laporan pemeriksaan pajak harus didukung oleh daftar yang lengkap dan rinci sesuai dengan tujuan pemeriksaan
  • 23. Laporan Pemeriksaan  Laporan pemeriksaan pajak yang berkaitan dengan pengungkapan penyimpangan SPT harus memperlihatkan :  Berbagai faktor perbandingan  Nilai absolut dari penyimpangan  Bukti atau petunjuk adanya penyimpangan  Pengaruh penyimpangan  Hubungan dengan permasalahan lainnya
  • 24. Langkah-langkah Pemeriksaan Pajak PROGRAM TEKNIK PROSEDUR METODE HASIL PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN Ø Menelusuri Langsung: Laporan hasil Ø Mencari Menguji kebenaran pemeriksaan: Ø Mengumpulkan Ø Mengevaluasi angka-angka SPT Ø Tingkat kepatuhan Ø Mengolah Ø Menganalisis melalui penelusuran administratif angka-angka Laporan Keuangan, Ø Tingkat kepatuahn Ø Mentafsir Neraca, Buku Besar/ materil maupun Ø Menguji keterkaitan Pembantu, Buku yuridis formal DATA Ø Memanfaatkan Harian, Dokumen Ø Selisih koreksi berbagai data dan Pendukung. informasi dari pihak ketiga (pihak-pihak Tidak Langsung: terkait) Ø Laporan keuangan Ø Menguji kebenaran tahuan berjalan dan fisik tahun sebelumnya Ø Menjumlahkan Ø Transaksi tunai kembali angka- Ø Transaksi bank angka ke bawah Ø Sumber-sumber dan ke samping serta penggunaan Ø Mengadakan dana inspeksi Ø Kekayaan bersih Ø Melakukan verifikasi Ø Satuan volume Ø Menguji kebenaran penjualan serta keabsahan Ø Arus produksi pada dan keaslian tahun yang dokumen diperiksa Ø Mengadakan Ø Laba kotor tahun konfirmasi dengan yang diperiksa pihak-pihak terkait Ø Penyusutan aktiva Ø Melakukan Ø Biaya hidup wajib wawancara dengan pajak pihak berwajib Ø DLL yang dianggap perlu oleh pemeriksa
  • 26. Utang dalam arti luas ialah Pengertian segala sesuatu yang harus dilakukan oleh yang  Utang dalam arti sempit berkewajiban sebagai adalah perikatan sebagai konsekwensi akibat perjanjian khusus perikatan, seperti yang disebut utang penyerahan piutang, yang mewajibkan barang, membuat debitur untuk membayar lukisan, melakukan (kembali) jumlah uang yang perbuatan telah dipinjamnya dari tertentu, membayar harga kreditur barang dan seterusnya.
  • 27. Hutang Perdata Adalah perikatan, yang mengandung kewajiban bagi salah satu pihak, baik perorangan maupun badan sebagai subyek hukum untuk melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu, yang mengurangi atau melanggar hak pihak lainnya.
  • 28. Utang Pajak Adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.
  • 29. Pajak yang terutang Adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
  • 30. HUKUM PAJAK MATERIAL Hukum pajak material mengatur tentang norma-norma yang mengatur keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak, siapa yang harus dikenakan pajak, besarnya pajak. Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa hukum ini memuat segala sesuatu tentang timbulnya, besarnya dan hapusnya hutang pajak hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak, peraturan-peraturan yang memuat kenaikan- kenaikan, denda-denda, dan hukuman-hukuman serta tata cara pembebasan dan pengembalian pajak serta hak tagihan yang dimiliki fiskus.
  • 31. Kewajiban Subyek Pajak Subjektif Adalah kewajiban yang melekat pada subjeknya, pada umumnya setiap orang yang bertempat tinggal di Indonesia memenuhi kewajiban subjektif. Sedangkan untuk orang diluar Indonesia kewajiban subjektif ada kalau mempunyai hubungan ekonomis dengan Indonesia.
  • 32. Kewajiban Pajak Objektif Adalah kewajiban yang melekat pada objeknya, yaitu seseorang dikenakan kewajiban pajak objektif jika ia mendapatkan penghasilan atau mempunyai kekayaan yang memenuhi syarat menurut Undang-undang.
  • 33. HUKUM PAJAK FORMAL Hukum pajak formal mengatur tentang cara-cara mengimplementasikan hukum material menjadi suatu kenyataan. Termasuk di dalamnya cara-cara penyelenggaraan mengenai penetapan suatu hutang pajak, pengawasan oleh pemerintah terhadap penyelenggaraannya, kewajiban para wajib pajak baik sebelum maupun sesudah diterimanya surat ketetapan pajak, kewajiban pihak ketiga dan prosedur dalam pemungutannya. Sedangkan tujuan pengaturan hukum pajak formal ini adalah untuk melindungi fiskus dan wajib pajak dan memberi jaminan hukum material dapat diselenggarakan dengan tepat.
  • 34. Ajaran Formal Fungsi SKP 1. Sebagai instrumen yang menimbulkan  Ajaran Materiil utang pajak; 1. Sebagai instrumen 2. Sebagai instrumen penagihan pajak; dan penagihan pajak; dan 2. Sebagai instrumen 3. Sebagai instrumen untuk menentukan untuk menentukan jumlah utang pajak jumlah utang pajak.
  • 35. Berakhirnya Utang Pajak  Pelunasan merupakan perbuatan hukum yang wajib dilakukan oleh wajib pajak untuk mengakhiri utang pajak.  Kompensasi adalah suatu cara menghapus utang pajak yang dilakukan melalui cara pemindahan kelebihan pajak pada suatu jenis pajak ( pada tahun yang sama atau tahun yang berbeda) dengan menutup kekurangan utang pajak atas jenis pajak yang sama atau jenis pajak lainnya ( juga pada tahun yang sama atau tahun yang berbeda).  Daluarsa adalah hapusnya suatu hak atau kewajiban karena lampaunya waktu tertentu sesuai dengan yang ditetapkan dalam undang- undang.  Penghapusan diberikan apabila wajib pajak tidak memiliki lagi kemampuan dalam membayar pajak.
  • 36. Hak Mendahului Berdasarkan Pasal 21 Ayat 1 UU No. 28 Tahun 2007 menerangkan bahwa Negara mempunyai hak mendahului untuk tagihan pajak atas barang-barang milik Penanggung Pajak. Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya kecuali terhadap: 1. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak dan atau barang tidak bergerak. 2. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud. 3. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.
  • 38. Pengertian Juru Sita Adalah Pelaksana tindakan Penagihan Pajak yang meliputi Penagihan Seketika dan Sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, melaksanakan Penyitaan dan penyanderaan.
  • 39. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
  • 40. Persyaratan Juru Sita  Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat ;  Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda (Gol. II/a);  Berbadan sehat;  Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak;  Jujur, bertanggung jawab, dan penuh pengabdian
  • 41. Perihal Juru Sita Diberhentikan  Meninggal dunia;  Pensiun;  Alih tugas atau kepentingan dinas lainnya;  Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas;  Melakukan perbuatan tercela;  Melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak; atau  Sakit jasmani atau rohani terus menerus.
  • 42. Tugas Juru Sita  Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;  Memberitahukan Surat Paksa;  Melaksanakan penyitaan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan; dan  Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan
  • 43. Wewenang Juru Sita Jurusita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita.
  • 44. Kewajiban Jurusita Pajak Sebelum Melakukan Tugas  Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak;  Memperlihatkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus/Surat Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan  Memberitahukan maksud dan tujuan menyampaikan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus/Surat Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan
  • 46. Pengertian Juru Sita Adalah Pelaksana tindakan Penagihan Pajak yang meliputi Penagihan Seketika dan Sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, melaksanakan Penyitaan dan penyanderaan.
  • 47. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.
  • 48. Persyaratan Juru Sita  Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat ;  Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda (Gol. II/a);  Berbadan sehat;  Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak;  Jujur, bertanggung jawab, dan penuh pengabdian
  • 49. Perihal Juru Sita Diberhentikan  Meninggal dunia;  Pensiun;  Alih tugas atau kepentingan dinas lainnya;  Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas;  Melakukan perbuatan tercela;  Melanggar sumpah atau janji Jurusita Pajak; atau  Sakit jasmani atau rohani terus menerus.
  • 50. Tugas Juru Sita  Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus;  Memberitahukan Surat Paksa;  Melaksanakan penyitaan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan; dan  Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan
  • 51. Wewenang Juru Sita Jurusita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita.
  • 52. Kewajiban Jurusita Pajak Sebelum Melakukan Tugas  Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak;  Memperlihatkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus/Surat Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan  Memberitahukan maksud dan tujuan menyampaikan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus/Surat Paksa/SPMP/Surat Perintah penyanderaan
  • 54. Latar Belakang  Bahwa masih dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya hutang pajak sehingga memerlukan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa.  Bahwa UU No. 19 tahun 1959 tentang Penagihan Pajak Negara tidak dapat sepenuhnya mendukung pelaksanaan UU perpajakan yang berlaku.  Perlu adanya peraturan perundangan yang dapat mengatasi permasalahan mengenai tunggakan pajak dan memberi motivasi peningkatan kesadaran dan kepatuhan masyarakat akan kewajiban membayar pajak.
  • 55. Penagihan seketika dan sekaligus  Penagihan Seketika adalah penagihan yang dilaksanakan sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran dan tidak mengikuti jadwal penagihan.  Penagihan Sekaligus adalah penagihan yang dilakukan untuk seluruh jenis pajak.
  • 56. sekaligus dapat dilakukan dalam hal • Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu. • Penanggung pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaannya atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia. • Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan usahanya atau menggabungkan usahanya atau memindahtangankan perusahaan yang dikuasai atau melakukan perubahan dalam bentuk lainnya. • Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara • Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.
  • 57. Penerbitan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus  Sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran  Tanpa didahului Surat Teguran  Sebelum jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak Surat Teguran diterbitkan  Sebelum penerbitan Surat Paksa
  • 59. Penagihan Pajak Serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
  • 60. Dasar Tindakan Penagihan Pasal 18 UU No. 28 Tahun 2007 tentang KUP mengatur tentang dasar penagihan pajak. Yang menjadi dasar pajak menurut UU tersebut adalah STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Surat Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
  • 61. DASAR HUKUM  UU Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan  UU Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai  UU Nomor 19 tahun 1996 tentang Penagihan dengan Surat Paksa  KMK No. 21/KMK.01/1999 tanggal 15 Januari 1999 tentang perubahan KMK No. 147/KMK.04/1998 tentang Penunjukan Pejabat unutk Penagihan P)ajak Pusat, Tata Cara dan Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak.  KMK No. 22/KMK.01/1999 tanggal 15 Januari 1999 tentang perubahan KMK No. 234/KMK.05/1996 tentang Tata Cara Penagihan Piutang Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi dan Pajak Dalam Rangka Impor.  PP Nomor 3 tahun 1998 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa  PP Nomor 4 tahun 1998 tentang Tata Cara Penjualan Barang Sitaan Yang Dikecualikan dari Penjualan Secara Lelang Dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.  PP Nomor 5 tahun 1998 tentang Penyanderaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
  • 62. Tindakan Penagihan Pajak 1. Penagihan secara pasif • Penyerahan SKPKB, SKPKBT, STP • Apabila belum berhasil dengan menggunakan surat teguran 2. Penagihan secara aktif • Penagihan dengan menggunakan surat paksa dan dilanjutkan dengan tindakan sita.
  • 63. Jadwal Waktu Dan Tata Cara Tindakan Penagihan • Tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilakukan apabila Penanggung Pajak tidak melunasi pajak yang terutang, sebagaimana yang tercantum dalam STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Surat Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. • Tindakan penagihannya dimulai dengan mengeluarkan Surat Teguran oleh Kepala KPP setelah 7 hari sejak jatuh tempo pembayaran.
  • 64. Daluwarsa Tindakan Penagihan  Diterbitkannya Surat Paksa  Adanya pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik langsung maupun tidak langsung  Diterbitkannya SKPKB dan SKBKBT karena wajib pajak setelah jangka waktu 5 tahun tersebut dipidana, atau  Dilakukan tindak penyidikan pidana di bidang perpajakan.
  • 65. Surat Teguran Adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) untuk memberikan peringatan kepada Wajib Pajak untuk segera melunasi utang pajaknya.
  • 66. Surat Paksa Adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat: a. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak; b. Besarnya utang pajak; dan c. Perintah untuk membayar.
  • 67. Dasar Penerbitan Surat Paksa a. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis; b. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus; atau c. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
  • 68. Penyitaan Adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggungan Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi Utang Pajak menurut peraturan perundang-undangan.
  • 69. Barang Sitaan  Barang bergerak  Barang tidak bergerak
  • 70. Penjualan Secara Lelang Dilakukan apabila utang pajak lunas dan atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, Pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui Kantor Lelang.
  • 71. Barang sita yang dikecualikan dari penjualan lelang  Uang tunai  Surat-surat berharga
  • 72. Tata Cara Penggunaan Hasil Penjualan Lelang  Uang tunai disetor ke Kas Negara atau Kas Daerah;  Deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, dipindah bukukan ke rekening Kas Negara atau Kas Daerah atas permintaan Pejabat kepada Bank yang bersangkutan;  Obligasi,saham, atau surat berharga lainnya yang diperdagangkan di bursa efek dijual di bursa efek atas permintaan Pejabat;  Obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek segera dijual oleh Pejabat;  Piutang dibuatkan berita acara persetujuan tentang pengalihan hak menagih dari Penanggung Pajak kepada Pejabat;  Penyertaan modal pada perusahaan lain dibuatkan akte persetujuan pengalihan hak menjual dari Penanggung Pajak kepada Pejabat
  • 74. Pengertian Surat Paksa Adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
  • 75. Ciri – ciri Surat Paksa  Surat Paksa berkepala "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA".  Surat Paksa mempunyai kekuatan hukum yang sama seperti grosse dari putusan hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan.  Yang dapat ditagih dengan Surat Paksa, adalah semua jenis pajak pusat dan pajak daerah yang terdiri dari:  pajak pusat,  pajak daerah,  kenaikan,  denda (bukan denda pidana),  bunga,  biaya  Penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut dilaksanakan oleh Jurusita Pajak pusat dan Jurusita Pajak daerah.
  • 76. Sifat Surat Paksa  Berkekuatan hukum yang sama dengan Grosse putusan Hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan.  Berkekuatan hukum yang pasti.  Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak (biaya- biaya penagihan).  Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan atau penyanderaan/pencegahan.
  • 77. Saat Penerbitan Surat Paksa  Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis;  Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus; atau  Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
  • 78. Pemberitahuan Surat Paksa Oleh juru Sita  Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak dengan pernyataan dan penyerahan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak.  Pemberitahuan Surat Paksa dalam Berita Acara yang sekurang-kurangnya memuat hari dan tanggal pemberitahuan Surat Paksa, nama Jurusita Pajak, nama yang menerima, dan tempat pemberitahuan Surat Paksa.  Surat Paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada: a) Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain yang memungkinkan, b) Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja di tempat usaha Penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai’ c) Salah seoarang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi; atau d) Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi.
  • 79. Surat Paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada: a) Pengurus, kepala perwakilan , kepala cabang, penanggung jawab , pemilik modal baik di tempat kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain yang memungkinkan; atau b) Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila jurusita pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud dalam huruf a  Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, Surat Paksa diberitahukan kepada Hakim Komisaris atau Bali Harta Peninggalan, dan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi. Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan, atau likuidator.  Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan. Surat Paksa dapat diberitahukan kepada penerima kuasa dimaksud.  Apabila pemberitahuan Surat Paksa tidak dapat dilaksanakan, Surat Paksa disampaikan melalui Pemerintah Daerah setempat.
  • 80. Pelaksanaan Pemberitahuan Surat Paksa 1. Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal tempat kedudukan Wajib Pajak/Penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita Pajak mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan Pernyataan dan menyerahkan salinan Surat Paksa tesebut. 2. Jika Jurusita Pajak bertemu langsung dengan Wajib Pajak/Penanggung Pajak minta agar WP/PP memperlihatkan surat-surat keterangan pajak yang ada untuk diteliti:  Apakah tunggakan pajak menurut surat ketetapan pajak cocok dengan jumlah tunggakan yang tercantum dalam Surat Paksa.  Apakah ada Surat Keputusan Pengurangan/Penghapusan.  Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun/jenis pajak lainnya yang belum diperhitungkan.
  • 81. 3. Kalau Jurusita Pajak tidak menjumpai Wajib Pajak/Penanggung Pajak maka salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada:  Keluarga Penanggung Pajak atau orang bertempat tinggal bersama Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang akil baliq (dewasa dan sehat mental).  Anggota Pengurus Komisaris atau para pesero dari Badan Usaha yang bersangkutan atau;  Pejabat Pemerintah setempat (Bupati/Walikota/Camat/Lurah) dalam hal mereka tersebut pada butir a dan b diatas juga tidak dijumpai.  Pejabat-pejabat ini harus memberi tanda tangan pada Surat Paksa dan salinannya, sebagai tanda diketahuinya dan menyampaikan salinannya kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan.  Jurusita Pajak yang telah melaksanakan penagihan pajak dengan Surat Paksa, harus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa (bentuk KP.RIKPA 4.9-97)
  • 82. 4. Kalau Penanggung Pajak tidak diketemukan di kantor, maka Jurusita Pajak dapat menyerahkan salinan SP kepada:  seseorang yang ada di kantornya (salah seorang pegawai),  seseorang yang ada di tempat tinggalnya (misalnya: istri, anak atau pembantu rumahnya). 5. Sebaliknya apabila Penanggung Pajak tidak dikenal/tidak mempunyai tempat tinggal yang dikenal perusahaan sudah dibubarkan/tidak mempunyai kantor lagi, Surat Paksa (salinannya) ditempelkan pada pintu utama kantor Pejabat di mana penanggung pajak/wajib pajak semula berdomisili. Dapat juga Surat Paksa disampaikan melalui Pemda setempat, mengumumkan melalui media masa atau cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
  • 83. Penolakan Terhadap Surat Paksa  Adakalanya Penanggung Pajak menolak menerima SP dengan berbagai alasan. Apabila alasan penolakan adalah karena kesalahan SP itu sendiri, maka penyelesaiannya adalah seperti yang telah diuraikan pada butir 5 di atas.  Apabila Jurusita setelah memberikan keterangan seperlunya Penanggung Pajak atau wakilnya tetap menolak maka Salinan SP tersebut dapat ditinggalkan begitu saja pada tempat kediaman/tempat kedudukan Penanggung Pajak atau wakilnya, dengan demikian SP dianggap telah diberitahukan/disampaikan.
  • 84. Biaya Penyampaian Surat Paksa  Biaya Harian Jurusita = Rp. 10.000,-  Biaya Perjalanan = Rp. 15.000,-  Jumlah = Rp. 25.000,-
  • 85. Penentangan Terhadap Surat Paksa  Surat Paksa tidak dapat disampaikan/diberitahukan oleh seorang petugas Jurusita Pajak yang telah disumpah.  Surat Paksa dikirim melalui pos, sekalipun tercatat  Surat Paksa tidak ditandatangani oleh yang berwenang, dalam hal ini oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak apabila wajib pajak/penanggung pajak menemukan salah satu unsur formil sebagaimana tersebut di atas, maka ia berhak untuk menentang (menolak) Surat Paksa tersebut.  Jurusita Pajak belum disumpah di hadapan pejabat.