Analisis risiko kejadian tidak diharapkan, nyaris cerdera, maupun sentinel bisa dilakukan dengan RCA (root cause analysis), maupun HFMEA (healthcare failure mode & effect analysis). Semuanya berfungsi untuk menemukan sumber masalah, dan kemudian merumuskan suatu penanggulangan yang bisa digunakan untuk mencegah kejadian tersebut terjadi atau terulang kembali.
RCA dan HFMEA merupakan sebagian dari alat kontrol bagi peningkatan mutu rumah sakit dalam sasaran keselamatan pasien.
Terapi komplementer, bisa juga disebut terapi komplementer-alternatif yang artinya jenis pengobatan non farmakologis atau pengobatan penunjang yang dilakukan bersamaan dengan terapi farmakologis. Jadi disini, kita akan membahas terapi komplementer-alternatif sebagai satu kesatuan. Terapi komplementer bisa membantu proses penyembuhan dan meningkatkan imunitas tubuh. Tidak jarang terapi ini dipilih dengan landasan rasa takut terhadap pengobatan konvensional dan efek kemoterapi serta dengan landasan ketersediaan biaya. Kebutuhan pengobatan tidak hanya bersifat fisik, tapi juga kebutuhan psikologis dan sosial. Kemoterapi bisa membuat stress dan cemas sehingga salah satu bentuk terapi komplementer yang efektif untuk menjaga kondisi psikologis yaitu dengan manajemen stress. Beberapa teknik untuk manajemen stress misalnya dengan teknik relaksasi nafas dalam, aromaterapi, hypnosis, terapi musik, dan lain-lain. Kelelahan juga bisa terjadi sebagai salah satu efek samping kanker dan terapi kanker. Yoga bisa menjadi intervensi non invasif dengan intensitas aktivitas fisik ringan dan biaya rendah yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelelahan, nyeri, cemas, dan stress serta meningkatkan kesehatan psikologis dan kualitas hidup penderita kanker. Selain hal-hal diatas, aromaterapi juga bermanfaat dalam mencegah dan mengurangi rasa mual, muntah, nyeri, depresi, dan tentunya meningkatkan kualitas hidup penderita kanker. Aromaterapi yang bisa digunakan diantaranya aromaterapi essential oil rose, aromaterapi jahe, peppermint, dan pijat aromaterapi. Selain terapi komplementer yang bersifat manajemen psikologis, ada juga terapi berupa penggunaan komponen herbal yang diolah menjadi jamu yang juga bisa menjadi terapi komplementer kanker, baik dengan menghambat pertumbuhan beberapa jenis kanker atau dengan mematikan sel kanker. Beberapa komponen jamu yang paling sering digunakan yaitu kunyit putih (C. zedoaria), rumput mutiara (Hedyoris corymbosa), umbi bidara upas (Merremia mammosa Hall.f), sambiloto (Andrographis paniculata Nees), keladi tikus, temu manga, benalu, daun sirsak, daun dewa, tapak dara. Terapi komplementer alternatif berupa jamu ini juga dapat meningkatkan kualitas hidup. Efek samping seperti mual, muntah, rasa kembung, cepat kenyang, alergi pada kulit, dan masa perdarahan menstruasi kurang dari satu minggu dapat terjadi jika pengobatan hanya dengan terapi jamu, tanpa terapi konvensional.
Analisis risiko kejadian tidak diharapkan, nyaris cerdera, maupun sentinel bisa dilakukan dengan RCA (root cause analysis), maupun HFMEA (healthcare failure mode & effect analysis). Semuanya berfungsi untuk menemukan sumber masalah, dan kemudian merumuskan suatu penanggulangan yang bisa digunakan untuk mencegah kejadian tersebut terjadi atau terulang kembali.
RCA dan HFMEA merupakan sebagian dari alat kontrol bagi peningkatan mutu rumah sakit dalam sasaran keselamatan pasien.
Terapi komplementer, bisa juga disebut terapi komplementer-alternatif yang artinya jenis pengobatan non farmakologis atau pengobatan penunjang yang dilakukan bersamaan dengan terapi farmakologis. Jadi disini, kita akan membahas terapi komplementer-alternatif sebagai satu kesatuan. Terapi komplementer bisa membantu proses penyembuhan dan meningkatkan imunitas tubuh. Tidak jarang terapi ini dipilih dengan landasan rasa takut terhadap pengobatan konvensional dan efek kemoterapi serta dengan landasan ketersediaan biaya. Kebutuhan pengobatan tidak hanya bersifat fisik, tapi juga kebutuhan psikologis dan sosial. Kemoterapi bisa membuat stress dan cemas sehingga salah satu bentuk terapi komplementer yang efektif untuk menjaga kondisi psikologis yaitu dengan manajemen stress. Beberapa teknik untuk manajemen stress misalnya dengan teknik relaksasi nafas dalam, aromaterapi, hypnosis, terapi musik, dan lain-lain. Kelelahan juga bisa terjadi sebagai salah satu efek samping kanker dan terapi kanker. Yoga bisa menjadi intervensi non invasif dengan intensitas aktivitas fisik ringan dan biaya rendah yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelelahan, nyeri, cemas, dan stress serta meningkatkan kesehatan psikologis dan kualitas hidup penderita kanker. Selain hal-hal diatas, aromaterapi juga bermanfaat dalam mencegah dan mengurangi rasa mual, muntah, nyeri, depresi, dan tentunya meningkatkan kualitas hidup penderita kanker. Aromaterapi yang bisa digunakan diantaranya aromaterapi essential oil rose, aromaterapi jahe, peppermint, dan pijat aromaterapi. Selain terapi komplementer yang bersifat manajemen psikologis, ada juga terapi berupa penggunaan komponen herbal yang diolah menjadi jamu yang juga bisa menjadi terapi komplementer kanker, baik dengan menghambat pertumbuhan beberapa jenis kanker atau dengan mematikan sel kanker. Beberapa komponen jamu yang paling sering digunakan yaitu kunyit putih (C. zedoaria), rumput mutiara (Hedyoris corymbosa), umbi bidara upas (Merremia mammosa Hall.f), sambiloto (Andrographis paniculata Nees), keladi tikus, temu manga, benalu, daun sirsak, daun dewa, tapak dara. Terapi komplementer alternatif berupa jamu ini juga dapat meningkatkan kualitas hidup. Efek samping seperti mual, muntah, rasa kembung, cepat kenyang, alergi pada kulit, dan masa perdarahan menstruasi kurang dari satu minggu dapat terjadi jika pengobatan hanya dengan terapi jamu, tanpa terapi konvensional.
Penegakan hukum dalam bidang kesehatan merupakan upaya untuk menerapkan dan menegakkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat serta memastikan kepatuhan terhadap standar-standar etika dan keamanan dalam pelayanan kesehatan. Ini melibatkan berbagai pihak, termasuk badan pemerintah, lembaga penegak hukum, dan berbagai entitas terkait lainnya.
2. Hak Pasien dan Keluarga
Hak pasien dan Keluarga selama ada di Rumah Sakit ,menurut UU no 44, pasal 32 Tahun
2009 yaitu :
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
5. Memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginnanya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada Dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya;
10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternative tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
3. Hak Pasien dan Keluarga
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh Tenaga
Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal tersebut tidak
mengganggu pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianut;
17. Mendapatkan perlindungan atas rahasia kedokteran termasuk kerahasiaan rekam medik;
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai standar pelayanan melalui media
cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. K Kewajiban Pasien dan Keluarga
Menurut Peraturan menkes RI No.69 Tahun 2014
1. Memberikan infomasi yang akurat dan lengkap tentang keluhan sakit sekarang, riwayat medis
yang lalu, hospitalisasi, medikasi/pengobatan dan hal- hal- lain yang berkaitan dengan
kesehatan pasien.
2. Mengikuti rencana pengobatan yang diadviskan oleh dokter temasuk instruksi para perawat
dan professional kesehatan yang lain sesuai perintah dokter.
3. Memperlakukan staf RS dan pasien lain dengan bermartabat dan hormat serta tidak
melakukan tindakan yang akan mengganggu pekerjaan RS.
4. Menghormati privasi orang lain dan barang milik RS.
5. Tidak membawa alkohol,obat- obat yang tidak mendapat persetujuan /senjata ke dalam RS.
6. Menghormati bahwa RS adalah area bebas Rokok.
7. Mematuhi jam kunjungan dari RS.
8. Meninggalkan barang di Rumah dan membawa hanya barang - barang yang penting selama
tinggal di RS.
5. Untuk mengoptimalkan hak pasien dalam pemberian pelayanan yang berfokus pada pasien dimulai dengan
menetapkan hak tersebut, kemudian melakukan edukasi pada pasien serta staf tentang hak dan kewajiban
tersebut. Para pasien diberi informasi tentang hak dan kewajiban mereka dan bagaimana harus bersikap. Para
staf dididik untuk mengerti dan menghormati kepercayaan,nilai- nilai pasien, dan memberikan pelayanan
dengan penuh perhatian serta hormat guna menjaga martabat dan nilai diri pasien.
Pada bab ini dikemukakan proses- proses untuk :
1. Melakukan identifikasi, melindungi,dan mengoptimalkan hak pasien;
2. Memberitahu pasien tentang hak mereka;
3. Melibatkan keluarga pasien bila kondisi memungkinkan dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan
pasien.
4. Mendapatkan persetujuan tindakan ( informed consent);
5. Mendidik staf tentang hak dan kewajiban pasien.
Rumah sakit memberikan asuhan dengan menghargai agama,keyakinan dan nilai- nilai pribadi pasien
,serta merespon permintaan yang berkaitan dengan bimbingan kerohanian.
Pasien dengan populasi yang beragam dalam memeluk agama,keyakinan dan memiliki nilai – nilai
pribadi maka beragam pula dalam menerima proses asuhan.
Beberapa agama, keyakinan, dan nilai – nilai pribadi,berlaku umum bagi semua pasien serta biasanya berasal
dari budaya dan agama. Ada Keyakinan yang bersifat individual . Rumah sakit melakukan identifikasi agama,
keyakinan,dan nilai- nilai pribadi pasien agar dalam memberikan asuhan selaras dengan agama, keyakinan ,dan
nilai- nilai pribadi.
Jika pasien atau keluarga ingin berbicara dengan seseorang terkait kebutuhan agama dan spiritualnya maka
rumah sakit menetapkan proses untuk menjawab permintaan ini. Proses ini dilaksanakan melalui staf
kerohanian di rumah sakit. Proses ini menjadi kompleks bila rumah sakit atau negara tidak mengakui secara
resmi atau mempunyai sumber terkait sebuah agama,tetapi bila ada permintaan ini maka rumah sakit dapat
mengambil sumber di luar rumah sakit atau dari keluarga.
6. STANDAR HPK 1. 2
Informasi tentang pasien adalah rahasia dan
rumah sakit diminta menjaga kerahasiaan
informasi pasien serta menghormati kebutuhan
privasinya.
Staf wajib menjaga dan menghargai
informasi tentang pasien sebagai suatu
kerahasiaan, di samping itu juga
menghormati kebutuhan privasi pasien.
Pada implementasinya rumah sakit diminta
tidak mencantumkan informasi rahasia
pasien pada pintu pasien,lobby atau ruang
perawat (nurse station),tidak mengadakan
diskusi yang terkait dengan pasien diruang
publik.
7. Rumah sakit diminta menghormati hak
privasi pasien terutama ketika
wawancara,diperiksa,dirawat,dan
dipindahkan. Pasien mungkin
menginginkan privasinya terlindung dari
para karyawan,pasien
lain,masyarakat,dan bahkan dari anggota
keluarga. Di samping itu, pasien mungkin
tidak ingin diambil fotonya,direkam, atau
diikutsertakan dalam survei wawancara
tentang penelitian lainnya.
8. Standar HPK 1.3
Rumah sakit menetapkan ketentuan untuk melindungi harta
benda milik pasien dari kehilangan atau pencurian.
Standar HPK 1.4
Pasien yang rentan terhadap kekerasan fisik serta kelompok
pasien yang beresiko diidentifikasi dan dilindungi.
Rumah sakit menjaga keamanan dalam tiga area ,yaitu :
1. Area publik yang terbuka untuk umum seperti area
parkir,rawat jalan,dan penunjang pelayanan.
2. Area tertutup yang hanya dapat dimasuki orang tertentu
dengan izin khusus dan pakaian tertentu,misalnya kamar
operasi, ICU;
3. Area semiterbuka,yaitu area yang terbuka pada saat-saat
tertentu dan tertutup pada saat yang lain,misalnya rawat
inap pada saat jam berkunjung menjadi area tertutup
untuk itu pengunjung diluar jam berkunjung harus
diatur,diidentifikasi,dan menggunakan identitas
pengunjung.
9. Standar HPK 2
Rumah sakit menetapkan regulasi dan
proses untuk mendukung partisipasi pasien
dan keluarga di dalam proses asuhan.
Partisipasi pasien dan keluarga dalam
proses asuhan melalui pengambilan
keputusan tentang asuhan,bertanya soal
asuhan,minta pendapat orang lain /
dokter yg lebih berkompeten dibidangnya
(second Opinion),dan menolak prosedur
diagnostik atau tindakan.
10. Standar HPK 2.1
Pasien diberitahu tentang semua aspek
asuhan medis dan tindakan.
Pasien serta keluarga mengerti hal yang
harus diputuskan tentang asuhan dan
bagaimana mereka berpartisipasi dalam
membuat keputusan. Sebagai
tambahan,pasien serta keluarga harus
mengerti tentang proses asuhan,tes
pemeriksaan,prosedur,dan tindakan yang
harus mendapat persetujuan (consent
dari mereka).
11. Standar HPK 2.2
Pasien dan keluarga menerima informasi tentang
penyakit,rencana tindakan,dan DPJP serta para PPA
lainnya agar mereka dapat memutuskan tentang
asuhannya.
Staf menjelaskan setiap tindakan atau prosedur yang
diusulkan kepada pasien dan keluarga. Informasi
yang diberikan memuat elemen :
1. Diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding)
dan dasar diagnosis;
2. Kondisi pasien;
3. Tindakan yang diusulkan
4. Tata cara dan tujuan tindakan
5. Manfaat dan risiko tindakan
6. Nama orang yg mengerjakan tindakan;
7. Kemungkinan alternatif dari tindakan;
8. Prognosis dari tindakan;
9. Kemungkinan hasil yang tidak terduga;
10. Kemungkinan hasil bila tidak dilakukan tindakan.
12. Standar HPK 2.3
Rumah sakit memberitahu pasien dan
keluarganya tentang hak dan tanggung
jawab mereka yang berhubungan dengan
penolakan atau tidak melanjutkan
pengobatan.
Standar HPK 2.4
Rumah sakit menghormati keinginan dan
pilihan pasien untuk menolak pelayanan
resusitasi,menunda,atau melepas bantuan
hidup dasar (do not resucitate/DNR)
13. Keputusan menolak pelayanan resusitasi serta
melanjutkan atau menolak pengobatan bantuan
hidup dasar merupakan keputusan paling sulit yang
dihadapi pasien,keluarga,PPA,dan rumah sakit.
Standar HPK 2.5
Rumah sakit mendukung hak pasien terhadap asesmen
dan manajemen nyeri yang tepat.
Nyeri merupakan hal yang banyak dialami pasien dan
nyeri tidak berkurang menimbulkan dampak yang
tidak diharapkan kepada pasien secara fisik maupun
psikologis.Respons pasien terhadap nyeri sering kali
berada dalam konteks norma sosial,budaya,dan
spiritual. Pasien didorong dan didukung melaporkan
rasa nyeri. Rumah sakit diminta untuk mengakui hak
pasien terhadap nyeri dan tersedia proses melakukan
asesmen serta manajemen nyeri yang sesuai.
14. Standar HPK 2.6
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk
mendapatkan pelayanan yang penuh
hormat dan penuh kasih sayang pada akhir
kehidupannya.
Pasien yang sedang menghadapi
kematian mempunyai kebutuhan yang
unik dalam pelayanan yang penuh hormat
dan kasih-sayang. Perhatian terhadap
kenyamanan dan martabat pasien
mengarahkan semua aspek pelayanan
pada tahap akhir kehidupan.
15. Standar HPK 3
Rumah sakit memberikan penjelasan
kepada pasien dan keluarganya tentang
proses untuk menerima,menanggapi,dan
menindaklanjuti bila ada pasien
menyampaikan keluhan,konflik,serta
perbedaan pendapat tentang pelayanan
pasien.Rumah sakit juga menginformasikan
tentang hak pasien untuk berpartisipasi
dalam proses ini.
16. Standar HPK 4
Semua pasien diberi tahu tentang hak serta
kewajiban dengan metode dan bahasa yang
mudah dimengerti.
Proses penerimaan pasien rawat inap dan
pendaftaran pasien rawat jalan rumah
sakit dapat membingungkan atau
menakutkan bagi pasien.
17. Standar HPK 5
Pada saat pasien diterima waktu
mendaftar rawat jalan dan setiap rawat
inap,diminta menandatangani persetujuan
umum (General Consent) harus
menjelaskan cakupan dan batasannya.
Rumah sakit wajib meminta persetujuan
umum (General Consent) kepada pasien
atau keluarganya berisi persetujuan
terhadap tindakan yang beresiko
rendah,prosedur diagnostik,pengobatan
medis lainnya,batas- batas yang telah
ditetapkan,dan persetujuan lainnya.
18. Standar HPK 5.1
Rumah sakit menetapkan regulasi
pelaksanaan persetujuan khusus (Informed
Consent) oleh DPJP dan dapat dibantu oleh
staf yang terlatih dengan bahasa yang dapat
dimengerti sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Standar HPK 5.2
Jika rencana asuhan termasuk prosedur bedah
atau invasif,anestesi,(termasuk
sedasi),pemakaian darah dan produk
darah,atau tindakan serta prosedur lain,dan
pengobatan dengan risiko tinggi maka
persetujuan khusus (informed consent)
diminta secara terpisah.
19. Standar HPK 5.3
Rumah sakit menetapkan proses dalam
konteks peraturan perundang - undangan
siapa pengganti pasien yang dapat
memberikan persetujuan dalam persetujuan
khusus (informed consent) bila pasien tidak
kompeten. Dalam hal ini Keluarga terdekat
adalah suami atau istri, ayah atau ibu
kandung, anak-anak kandung, saudara-
saudara kandung atau pengampunya.