Menjadi ayah semestinya diawali dengan menyiapkan diri untuk memiliki karakter seorang ayah ideal, atau dalam istilah kami disebut “Ayah Tangguh”.
Ayah yang tangguh adalah ayah yang tak hanya sibuk mengejar rezeki berupa materi. Pergi pagi saat anak masih lelap tertidur, pulang malam ketika anak sudah kembali keperaduan. Minim sekali pertemuan antara ayah dan anak di era sekarang. Terutama di kota-kota besar, ketika jarak antara tempat kerja dan rumah begitu jauh. Waktu tempuh begitu lama (berjam-jam). Waktu yang hanya sedikit itu, apakah juga akan hilang sia-sia ? Tak ada komunikasi yang mesra, ramah, penuh manfaat antara ayah dan anak. Atau, manfaatkan waktu yang sedikit tadi dengan berkualitas.
Menjadi ayah semestinya diawali dengan menyiapkan diri untuk memiliki karakter seorang ayah ideal, atau dalam istilah kami disebut “Ayah Tangguh”.
Ayah yang tangguh adalah ayah yang tak hanya sibuk mengejar rezeki berupa materi. Pergi pagi saat anak masih lelap tertidur, pulang malam ketika anak sudah kembali keperaduan. Minim sekali pertemuan antara ayah dan anak di era sekarang. Terutama di kota-kota besar, ketika jarak antara tempat kerja dan rumah begitu jauh. Waktu tempuh begitu lama (berjam-jam). Waktu yang hanya sedikit itu, apakah juga akan hilang sia-sia ? Tak ada komunikasi yang mesra, ramah, penuh manfaat antara ayah dan anak. Atau, manfaatkan waktu yang sedikit tadi dengan berkualitas.
Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.
KPPPA bekerjasama dengan ECPAT Indonesia sejak tahun 2018, telah berhasil menyusun Pedoman Desa/Kelurahan Bebas dari Pornografi. Pedoman tersebut disusun berdasarkan hasil assesmen ditingkat kelurahan/desa, yang melibatkan stakeholder desa/kelurahan, organisasi masyarakat dan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Hingga ditahun 2019 KPPPA dengan ECPAT Indonesia telah membentuk dan mendampingi 9 Desa/Kelurahan yang telah mendeklarasikan menjadi Desa bebas dari pornografi anak. Dimana Desa-Desa tersebut bersama masyarakat bahu membahu membangun sistem pencegahan dan penanganan serta perlindungan anak dari pornografi.
Berdasarkan pada keberhasilan tersebut KPPPA dengan ECPAT Indonesia kembali akan melanjutkan program kerjasama di tahun 2021 dalam upaya Pencegahan dan Penanganan Pornografi anak di Indonesia, dengan membangun sistem perlindungan anak dari bahaya pornografi berbasis Desa/Kelurahan.
Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.
KPPPA bekerjasama dengan ECPAT Indonesia sejak tahun 2018, telah berhasil menyusun Pedoman Desa/Kelurahan Bebas dari Pornografi. Pedoman tersebut disusun berdasarkan hasil assesmen ditingkat kelurahan/desa, yang melibatkan stakeholder desa/kelurahan, organisasi masyarakat dan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Hingga ditahun 2019 KPPPA dengan ECPAT Indonesia telah membentuk dan mendampingi 9 Desa/Kelurahan yang telah mendeklarasikan menjadi Desa bebas dari pornografi anak. Dimana Desa-Desa tersebut bersama masyarakat bahu membahu membangun sistem pencegahan dan penanganan serta perlindungan anak dari pornografi.
Berdasarkan pada keberhasilan tersebut KPPPA dengan ECPAT Indonesia kembali akan melanjutkan program kerjasama di tahun 2021 dalam upaya Pencegahan dan Penanganan Pornografi anak di Indonesia, dengan membangun sistem perlindungan anak dari bahaya pornografi berbasis Desa/Kelurahan.
Ada isitila "lupa diri", mengapa bisa terjadi? karena dia tidak memahami keberadaan dirinya, dia jarang "ngaca diri", tidak mau belajar tentang diri manusia. Ayo kita coba mengenal diri kita masing-masing
ILMU CORO Manusia memiliki naluri atau menjadi krodratnya yaitu adanya rasa kasih sayang. mengenai rasa kasih yang merupakan di berikan oleh ALLAH SWT terutama manusia, serta ALLAH SWT pada hakekatnya juga maha kasih sayang terhadap semua makhluk ciptaanya terlebih kepada manusia, bahkan kasih sayang yang ada pada ALLAH SWT tanpa pamrih, tanpa mengharap imbalan dalam arti kasih sayang yang benar tulus dan melebihi dari segalanya ke pada semua makhluk yang telah di ciptakanya terutama terhadap makhluk yang bernama manusia. Mengenai kasih sayang ALLAH SWT terhadap makhluknya hal ini terbukti banyak hampir semua pada makhluk hidup walaupun dia tidak meminta rezeki namun tetap bisa makan untuk bertahan hidup dan itu juga berlaku pada manusia banyak manusia yang lupa serta tidak bersyukur akan tetapi malah banyak rezeki hidup enak dan berfoya foya. Dari adanya itu semua dan itu merupakan contoh atau sebagian kecil dan masih banyak lagi bahkan sangatlah berlimpah yang menunjukan sebagai bukti kasih sayang ALLAH SWT yang tulus dan tanpa pamrih. Sehingga bagi kita sebagai manusia yang paling sempurna paling mulia melebihi makhluk hidup lainya, sangat di anjurkan serta di wajibkan untuk dapat memiliki rasa kasih sayang yang tulus tanpa pamrih dari hati terhadap sesama bahkan semua makhluk hidup yang terdapat di alam semesta ini, dengan harapan menggapai kasih sayang ALLAH SWT.
Mengenai kasih sayang di amanahkan atau di amanatkan dan menjadi naluri tertanam di dalam hati pada manusia sehingga dari itu semua adanya kasih sayang dalam implementasi mengarah cenderung wajib hukumnya bahkan untuk kasih sayang bersifat tulus, murni, ikhlas tanpa imbalan dan itu tertuju tidak sesama manusia melainkan ke semua makhluk hidup di alam semesta ini. Namun kalau melihat keadaan, kondisi yang terjadi pada saat sekarang ini untuk kasih sayang yang seperti di atas yang kami uraikan diatas kalau boleh kami mengatakan sangat miris dan memperihatinkan banyak orang atau manusia yang rasa kasih sayangnya sangat jauh atau sangat jarang yang memiliki kasih sayang benar benar yang murni, tanpa mengharap imbalan dan yang terjadi kasih sayangnya karena memiliki kepentingan karena terdapat maksud di balik kasih mereka. Adapun untuk saat ini hampir sebagian besar untuk kasih sayan yang di miliki pada manusia di penuhi modus di balik itu, ada kepentingan di dalamnya tidak hanya sesama manusia, juga terhadap mankhluk hidup lainya bahkan terhadap ALLAH SWT banyak pamrih yang mengharap imbalan darinya. adanya kasih sayang tulus pada manusia yang sekarang ini sudah mulai menghilang dan untuk mengingatkan kita sebagai manusia agar dapat memperoleh kasih sayang yang tulus tanpa sarat, untuk dapat dikembangkan sesuai dengan pengembangan karen amstrong dalam bukunya di bagi menjadi 12 langkah kasih sayang manusia menurut karen amstrong.
Untuk lebih jelasnya di https://ilmucoro.blogspot.com/2021/06/theori-langkah-kebertuhanan-manusia.html
Pendidikan Agama ISlam "Mengenal Bagaimana Manusia Bertuhan "chusnaqumillaila
dalam materi ini diajarkan dan dibahas bagaimana pentingnya seorang manusia bertuhan untuk menjadikan tujuan agar manusia patuh dan taat kepada tuhannya. dan agar seorang manusia meniliki aturan aturan hidup yang dijadikan pedoman dalam hidupnya agar manusia tersebut tidak tersesat.
1. I. PENDAHULUAN
Syahwat merupakan fitrah manusia dan manusia merasa indah jika
syahwatnya terpenuhi maka syahwat menjadi penggerak tingkah laku. Jika seseorang
sedang lapar atau haus maka tingkahlakunya selalu mengarah kepada tempat dimana
dapat diperoleh makanan dan minuman. Jika yang sedang dominan syahwat seksual
maka perilakunya juga selalu mengarah kepada hal-hal yang memberi kepuasan
seksual. Begitulah seterusnya, perilaku manusia sangat dpengaruhi oleh syahwat apa
yang sedang dominant dalam dirinya; syahwat seksual, syahwat politik, syahwat
pemilikan, syahwat kenyamanan, syahwat harga diri, syahwat kelezatan dan lain-
lainnya.. Syahwat itu wataknya seperti anak-anak, jika dilepas maka ia akan
melakukan apa saja tanpa kendali, karena anak-anak hanya mengikuti dorongan
kepuasan, belum mengerti tanggung jawab.Jika dididik, maka jangankan anak-anak.
Binatangpun tingkahlakunya bisa dikendalikan. Syahwat yang dimanjakan akan
mendorong orang pada pola hidup glamour dan hedonis.
Syahwat, yang sering diterjemahkan dengan hasrat seksual, sebenarnya
memiliki pengertian yang jauh lebih luas. Dalam pengetian bahasa (Arab), syahwat
dimaknai sebagai kecenderungan hati yang sulit terbendung kepada sesuatu yang
bersifat inderawi dan materiil. Dalam fitrahnya, syahwat bukanlah sesuatu yang layak
dibenci, namun merupakan karunia Allah yang harus dikendalikan, sehingga
memiliki nilai tambah bagi setiap diri (pribadi) manusia. Ego (nafs) manusia bisa
terbawa ke arah positif atau negatif, tergantung pada kemampuan setiap diri (pribadi)
manusia untuk mengarahkannya. Oleh karenanya, menjadai tugas setiap manusia
untuk mengarahkan syahwat ke arah yang serba positif dan mengendalikannya jangan
sampai menuju ke arah yang serba negatif.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apakah yang dimaksud dengan Syahwat?
B. Apa Macam-macam Syahwat?
C. Bagaimanakah cara mengendalikan Syahwat farji’?
2. III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Syahwat
Kalimat syahwat disebut al-Qur'an dalam berbagai kata bentukannya
sebanyak tiga belas kali, lima kali di antaranya dalam bentuk masdar, yakni dua
kali dalam bentuk mufrad dan tiga kali dalam bentuk jama'.1
Secara lughawi,
syahwat artinya menyukai dan menyenangi (syahiya, syaha-yasha, atau syahwatan),
sedangkan maknanya adalah kecenderungan jiwa terhadap apa yang
dikehendakinya (nuzu’an nafsi ilama turiduhu , )2
Dalam
bahasa Arab, syahwah yang berasal dari kata – – – .
Dengan singkat Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan syahwat yaitu
nafsu atau keinginan bersetubuh, kebirahian.3
Demikian pula WJS
Poerwadarminta mengartikan syahwat berarti kebirahian, nafsu atau kegemaran
bersetubuh.4
Arti yang sama terdapat dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia,
syahwat berarti nafsu, keinginan, terutama keinginan bercampur antara laki-laki
dan perempuan.5
Adapun Al-Qur'an menggunakan term syahwat untuk beberapa arti:
Pertama, dalam kaitannya dengan pikiran-pikiran tertentu, yakni mengikuti pikiran
orang karena mengikuti hawa nafsu seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-
Nisa/4:27
Kedua, dihubungkan dengan keinginan manusia terhadap kelezatan dan kesenangan
seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat Ali 'Imran/3:14 dan Maryam/19:59.
Ketiga, berhubungan dengan perilaku seks menyimpang seperti dijelaskan dalam al-
Qur’an surat al-A'raf/7:81, dan QS. al-Naml/27:55.
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut al- Qur’an, di
dalam diri manusia terkandung dorongan-dorongan yang mendesak manusia untuk
1
Achmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern: Jiwa dalam Al-Qur’an, Jakarta:
Paramadina, 2000, hlm. 156
2
Ibn Manzur, Lisan al-‘Arab, Jilid V, Dar al-Ma’arif, hlm, 3432-3435.
3
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, 2002, hlm. 1114.
4
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta PN Balai Pustaka,, 1976, hlm. 985.
5
Sutan Muhammad Zain, Kamus Modern Bahasa Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, tth, hlm. 893.
3. melakukan hal-hal yang memberikan kepada kepuasan seksual, kepuasan
kepemilikan, kepuasan kenyamanan dan kepuasan harga diri.
Orang-orang yang menapaki jalan Allah, dari bermacam-macam aliran
(thariqat) dan suluk mereka, telah bersepakat bahwa nafsu insaniah itu sebagai
penghalang bagi hati insani untuk mencapai Tuhannya. Hidayat Allah tidak akan
menembus dalam sanubarinya, sebelum ia berhasil menundukkan bahkan
melenyapkan hawa nafsunya.
B. Macam-macam Syahwat
Dalam kajian tasawuf-akhlak, nafsu itu lazim dibagi ke dalam dua kategori:
Pertama adalah nafsu marah (nafs gadabiyyat), yakni nafsu yang mendorong
orang untuk marah atau benci kepada apa saja yang mengganggu atau berbahaya bagi
kehidupannya. Karena adanya nafsu marah itu, ia berupaya menyingkirkan gangguan
atau bahaya itu, dan kalau ia tidak mampu menyingkirkannya, ia akan didorong oleh
nafsu itu untuk menyingkirkan diri sendiri, agar jauh dari bahaya itu. Kedua adalah
nafsu senang (nafs syahwaniyyat), yakni yang mendorong orang untuk mendapatkan,
memiliki, atau dekat dengan apa yang menyenangkan dirinya.
Nafsu, yang keberadaannya vital bagi setiap manusia, bersifat buta, dan
karena itu perlu dikembangkan serta dikontrol secara benar dan baik oleh akal atau
ajaran agama. la dapat dimisalkan seperti sungai yang bisa mengalir tenang dan bisa
meluap atau menghancurkan, dan karena itu perlu dikontrol dengan sistem
bendungan dan irigasi yang baik, sehingga memberikan manfaat yang maksimal bagi
kehidupan manusia dan lingkungannya. Nafsu yang tidak terkontrol dengan baik akan
menghasilkan kerusakan, tapi yang terkontrol dengan baik, niscaya membuahkan
kebaikan.
Nafsu marah yang dikembangkan secara baik (pada jalan yang lurus) oleh
akal atau ajaran agama, akan mengangkat orang menjadi manusia yang berani dalam
kebenaran. Sebaliknya, bila nafsu marah seseorang tidak dikembangkan niscaya
4. menjadi manusia pengecut, atau kalau dikembangkan tanpa kendali, niscaya menjadi
manusia nekad, yang merugikan diri sendiri.
Nafsu senang (syahwat), yang dikembangkan secara baik (pada jalan yang
lurus) oleh akal atau ajaran agama, akan mengangkat orang menjadi manusia yang
bersih (suci). Sebaliknya, ia akan jatuh menjadi manusia serakah (rakus), bila ia
membiarkan nafsunya berkembang merajalela, tanpa kontrol, atau menjadi manusia
beku, tak berselera, bila nafsu syahwatnya itu dibiarkan tak berkembang.
Demikianlah, nafsu yang bersifat vital itu perlu dikembangkan oleh akal yang
bijaksana, atau akal yang mendapat penerangan dari agama yang benar. Nafsu yang
sering dikatakan senantiasa mendorong kepada kejahatan (nafs ammarat), tidak lain
dari nafsu yang lepas dari kontrol akal yang bijaksana.6
Kedua, mencintai kelezatan dunia. jika hati manusia ini sudah terbelenggu
penyakit cinta dunia, kedudukan, popularitas, atau harta kekayaan, maka syahwat dan
nafsunya yang secara alami cenderung pada kejelekan— akan mengendalikan hatinya
agar menjadi budak bagi semua yang dicintainya. Bagaimana jika nafsu liar ini bebas
memangsa dunia yang dicintainya? Akibatnya, bimbingan hati nurani atas semua
jasad akan lepas. Tidak akan ada lagi hidayah yang membimbingnya, selain dorongan
nafsu semata. Demikian halnya dengan pencinta popularitas, yang mendambakan
setiap orang mengenal kebaikan atau kemahirannya, untuk mendapatkan status yang
lebih tinggi di tengah masyarakat.7
Penyakit hati yang satu ini akan menyebabkan munculnya penyakit-penyakit
lain, seperti 'ujub (merasa paling hebat ibadahnya), riya' (sombong), dan terlalu
bergantung pada amal kebaikannya sehingga lupa bahwa di antara kebaikannya
tersimpan banyak kesalahan. Lebih parah lagi jika penyakit dunia dan status ini
menyerang para pemuka agama. Agama akan dijadikan sarana untuk mengumpulkan
6
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, Anggota
IKAPI, 1992, hlm. 723
7
Uwes Al-Qorni, Penyakit Hati, Bandung: Rosda Karya, 2003, hlm. 10 – 11.
5. materi dan merebut simpati massa, yang pada gilirannya akan mendorongnya menjadi
budak nafsu yang menghalalkan segala cara.
Akan tetapi, bagi mereka yang mendapatkan pemeliharaan dari Allah, tentu
saja tidak demikian. Bagi mereka, dunia, kedudukan, dan popularitas duniawi yang
didapatkannya tidak akan pernah menggusurnya hanyut dalam kerusakan; karena
semua aspek duniawi yang mereka peroleh tidak pernah mendapat tempat di hatinya.
Mereka bahkan berkuasa mengatur dan mengendalikan dunia sebagaimana yang
dilakukan oleh para nabi, para wali, dan para ulama yang saleh.8
Seseorang yang terpanah cinta dunia menganggap kehidupan itu hanyalah apa
yang dapat dilihat, didengar dan rasakan di dunia ini. Mereka dipermainkan oleh
dunianya sehingga sebanyak-banyaknya mengumpulkan dan menghimpun seluruh
materi dunia yang dia cintai. Banyak manusia yang menjadi buta dan dungu dengan
tipuan dunianya. Mereka menghabiskan waktu, tenaga dan pikirannya untuk meraih
kemenangan dalam kompetisi duniawi yang segera akan berakhir dengan kematian,
sementara dirinya lelah karena diperbudak dunia. Mereka selalu merasa belum
mendapatkannya. Padahal mereka tidak merasakan apa pun selain bayangan
fatamorgana yang menjanjikan kesegaran semu di tengah kehausan. Adanya larangan
hubbud-dunya merupakan peringatan agar setiap orang selalu waspada dalam
menghadapi dan mengantisipasi seluruh problematika dan dinamika kehidupan di
dunia.9
Ketiga, syahwat dalam arti nafsu seks yang menyimpang atau free sex.
Elisabeth Lukas, seorang logoterapis kondang, sebagaimana dikutip oleh Hanna
Djumhana Bastaman mengatakan: salah satu prestasi penting dari proses modernisasi
di dunia Barat, yakni melepaskan diri dari berbagai belenggu tradisi yang serba
menghambat, sekaligus berhasil meraih kebebasan (freedom) dalam hampir semua
8
Ibid., hlm. 12.13
9
Aba Firdaus Al-Halwani dan Sriharini, Manajemen Terapi Qalbu, Yogyakarta: Media Insani, 2002,
hlm. 34 – 35.
6. bidang kehidupan.10
Di antaranya, yaitu pertama, “kebebasan seks dan peluang untuk
melakukannya ternyata menjadikan fungsi hubungan seks bukan sebagai ungkapan
cinta kasih melainkan sebagai tuntutan dan keharusan untuk berhasil meraih puncak
kenikmatan; kedua, makin sering terjadi gangguan fungsi seksual pada pria dan
wanita dewasa”.11
C. Upaya Pengendalian Syahwat
Seorang yang berakal perlu mengetahui bahwa menderita karena
menahan keinginan lebih mudah dari menuruti keinginan itu sendiri. Dampak
yang paling kecil yang dihadapi oleh orang-orang yang selalu mengumbar
syahwatnya, mereka tidak dapat merasakan nikmatnya, karena tidak mudah
melepaskan diri dari rasa ketergantungannya, karena ia telah menjadi
kebiasaan hidup mereka, seperti kebiasaan bersetubuh dan mabuk-
mabukkan. Berfikir jernih tentang masalah-masalah seperti itu dapat
mempermudah manusia untuk mengendalikan syhwatnya. Termasuk juga,
jika manusia memikirkan dirinya, maka ia akan menilai syahwatnya sebagai
sesuatu yang hina, karena ia mengetahui bahwa ia dijadikan bukan untuk
menyetujui segala keinginan syahwatnya. Sebab, seekor onta mampu makan
lebih banyak dari seekor burung kecil, karena itu, seekor burung kecil lebih
mampu menempuh perjalanan jauh dari seekor onta.
Begitu juga, pada umumnya binatang dapat bebas mengumbar
nafsunya, karena mereka tidak mempunyai fikiran yang pelik. Demikian juga,
kalau seorang pandai mengendalikan nafsunya dan ia mengetahui berbagai
kekurangannya, pasti ia sadar bahwa ia tidak diciptakan untuk mengumbar
nafsunya.12
10
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, menuju psikologi islami, Yogyakarta:
Pustaka pelajar, 1995, hlm. 192.
11
Ibid.
12
Al-Imam Ibnul Jauziy, Terapi Mengatasi Penyakit Rohani, Rembang: Pustaka Anisah, 2003, hlm. 21-
22.
7. Menurut Imam Yahya Ibn Hamzah, perkara terbesar yang sering
mencelakakan manusia adalah nafsu perutnya. Nafsu itulah yang telah
mengeluarkan Adam dan Hawa dari tempat abadi ke tempat penuh kehinaan,
kerendahan, dan kebutuhan, ketika mereka berdua melanggar larangan agar tidak
memakan buah dari suatu jenis pohon. Tetapi karena nafsu telah mengalahkan
mereka, mereka tetap memakannya. Maka tampaklah aurat keduanya. Sesungguhnya
perut adalah sumber nafsu itu, sekaligus merupakan asal mula semua malapetaka.
Sedangkan nafsu seks, yang bersifat birahi hanya mengikuti nafsu perut.13
Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, bahwa cara menepis hawa nafsu ada lima
puluh cara dan yang paling utama di antaranya ada sepuluh cara yaitu:14
a. Harus ada semangat secara bebas agar muncul kecemburuan terhadap dirinya
sendiri.
b. Modal kesabaran untuk menghadapi masa-masanya yang terasa pahit.
c. Kekuatan jiwa yang bisa mendorongnya berani menenggak kepahitan itu,
karena keberanian merupakan kesabaran sesaat, dan sebaik-baik hidup adalah
yang bisa diketahui seseorang berkat kesabarannya.
d. Mencermati secara baik akibat suatu kejadian dan mencari kesembuhan
dengan menenggak kepahitan itu.
e. Mengamati dan mempertimbangkan penderitaan yang semakin bertambah
dari pada kenikmatan menuruti nafsu.
f. Mempertahankan kedudukannya di sisi Allah dan di hati manusia. Ini lebih
baik dan lebih bermanfaat baginya daripada kenikmatan karena mengikuti
nafsu.
g. Lebih mementingkan kenikmatan menjaga kehormatan daripada kenikmatan
melakukan kedurhakaan.
13
Iman Yahya ibn Hamzah, Kiat-Kiat Mengendalikan Nafsu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001,
hlm. 43.
14
Ibnu Qayyim, 50 Cara Menepis Hawa Nafsu, Terj. Kathur Suhardi, Jakarta: Dar al Falah, tth, hlm. 65
– 69.
8. h. Kesenangan mengalahkan musuh, mengusir dan menimbulkan kemarahannya.
Sebab ia tak akan mendapatkan jaminan keamanan dari mereka. Allah senang
jika hamba-Nya yang Mukmin menghindari musuh-musuh-Nya dan
membenci mereka.
i. Berpikir bahwa dia tidak diperuntukkan bagi nafsu, tapi dipersiapkan untuk
suatu urusan yang besar. Urusan ini tidak akan diperoleh kecuali dengan
memusuhi nafsu.
j. Jangan membuat diri sendiri seakan-akan kondisi hewan lebih baik dari
kondisinya. Dengan nalurinya, hewan bisa membedakan antara yang
bermanfaat dan yang berbahaya bagi dirinya.
Sedangkan menurut Ghazâlî yang bisa menundukkan nafsu dan melunakkan
kesenangan nafsu itu hanya tiga, yaitu:15
1. Mencegah kesenangan nafsu. Karena, hewan tunggangan (kuda) yang nakal
itu dapat melunak bila dikurangi makanannya.
2. Membebani nafsu dengan ibadah yang berat-berat. Karena, khimar itu bila
ditambah muatannya dan dikurangi makanannya maka menjadi tunduk dan
menurut.
3. Memohon pertolongan Allah Azza wa Jalla
IV. KESIMPULAN
Sumber segala dosa adalah syahwat perut, dan dari situlah timbul syahwat
kemaluan. Dan Manusia akan menganggap baik setiap kejelekan yang datang dari diri
(nafsu)nya dan hampir-hampir tidak dapat melihat celanya, padahal nafsu tetap
memusuhi dan membuat madlarat. Tidak memakan waktu lama, nafsu itu tentu akan
menjerumuskannya ke dalam keterbukaan aib dan kerusakan, sedangkan ia tidak
15
Imam Al-Ghazâlî, Minhaj al-'Abidin, Beirut: Dar-al-Fikri, tth, hlm. 15.
9. merasa, kecuali jika Allah menjaganya dan menolongnya mengalahkan nafsu, dengan
anugerah dan rahmatNya.
V. PENUTUP
Demikianlah, makalah yang saya paparkan serta masih jauh dari kata
baik.Oleh sebab itu, masukan dari berbagai pihak sangatlah saya harapkan, untuk
memperkaya materi dan memperdalam pemahaman.Tak lupa ucapan ma’af dan
terima kasih saya haturkan dengan sepenuh hati kepada semua pihak atas kerjasama
di dalam pembuatan maupun penyampaian materi ini. Ihdina al-Shirathal
Mustaqim..Wallahu A’lamu Bi al-Shawab.