makalah ini berisi tentang bagaimana cara memotivasi siswa. bukan hanya cara kita juga mengetahui pengertian, motif motivasi, bentuk motivasi, macam-macam motivasi, peran guru dalam motivasi dan fungsi motivasi.
makalah ini berisi tentang bagaimana cara memotivasi siswa. bukan hanya cara kita juga mengetahui pengertian, motif motivasi, bentuk motivasi, macam-macam motivasi, peran guru dalam motivasi dan fungsi motivasi.
Keterampilan bertanya
Keterampilan memberikan penguatan
Keterampilan mengadakan variasi
Keterampilan mejelaskan
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Keterampilan membimbing kelompok kecil
Keterampilan mengelolah kelas
Keterampilan mengajar kelompok kecil perorangan
Keterampilan mengembangkan dalam menggunakan media
Keterampilan mengembangkan ESQ
1. 1
KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
DALAM PEMBELAJARAN
1. Pendahuluan
Semua usaha yang dilakukan guru di dalam pembelajaran mengacu pada
bagaimana menfasilitasi anak mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan.
Pencapaian kompetensi tidak mungkin terjadi tanpa melibatkan secara langsung
di dalam pembelajran. Oleh sebab itu guru mestinya merencanakan pembelajaran
yang mendorong berpartisipasi secara aktif di dalam proses pembelajaran.
Partisipasi siswa di dalam pembelajaran sebaiknya diberikan tanggapan
balik oleh duru, siswa termotivasi untuk mengulangi aktivitas tersebut dengan
kualitas yang lebih baik. Tanggapan yang diberikan guru sesaat setelah anak
berpartisipasi disebut penguatan atau reinforcement. Berbagai bentuk
reinforcement dapat dikombinasikan oleh guru, sehinng tidak terkesan mengada-
ada atau tidak alami atau tidak spontan.
2. Komponen-komponen Keterampilan Memberikan Penguatan
a. Penguatan verbal
Salah satu bentuk penguatan yang bisa diberikan oleh guru untuk
memotivasi anak agar berpartisipasi dalam pembelajaran adalah lewat ucapan,
segala ungkapan kata-kata yang dilontarkan guru menanggapi balik aktivitas
anak termasuk ke dalam penguatan verbal.
Berapa contoh pemberian penguatan:
1) Guru bertanya :
“Konsep apa yang diterapkan pada kapal laut?”
Beny mengacungkan tangan dan menjawab “
“hukum Archimedes Bu!!
Guru menanggap balik, “ya, benar, Bagaimana bunyi hukum Newton?
Beny “setiap benda padat yang dimasukan ke dalam zat cair akan
mendapat gaya ke atas seberat zat cair yang dipisahkan. Gaya ke atas
itulah yang membuat kapal terapung di dalam air.”
Guru menanggapi “hebat, beny kita beri tepuk tangan buat Beny”
2) Pada saat belajar tentang tekanan guru mengajukan pertyaan
“Kenapa ujung paku dibuat runcing?”
Santi menjawab “supaya paku lebih mudah menembus benda saat
digunakan, ujung paku yang runcing memiliki luas penampang kecil,
sehingga tekanan terhadap benda menjadi besar”
Guru menanggap balik “ii ya, lengkap sekali jawaban Santi” atau
“betul, tepat sekali !!”
2. 2
3) Pada saat belajar tentang pemuaian guru meminta anak untuk
menyebutkan aplikasi konsep pemuaian di sekitar anak.
Salah satu siswa menyebutkan “penyambungan rel kereta api bu!!
Guru menaggap balik “bagaiman dengan penyambungan rel kereta
api?”
Anak tersebut menjelaskan “pada daerah sambungan diberi jarak antara
batang satu dengan lainnya, sehingga pada saat panas batang tersebut
memiliki tempat untuk memuai.
Guru memberikan tanggapan balik “tepat sekali, kamu memang pintar
nak!!”
Beragam ucapan-ucapan lain yang bisa dilontarkan guru secara spontan,
kata yang digunakan diusahakan bervariasi agar ttap segar dan
bersemangat. Dengan ucapan atau tanggapan balik tersebut siswa merasa
terpuji, dihargai, diberikan perhatian, dan yang tidak kurang pentingnya
adalah siswa merasa bahwa belajar tersebut sangat bermanfaat bagi dia.
b. Penguatan Non Verbal
Memberikan tanggapan balik yang bertujuan agar siswa terdorong
untuk lebih berprestasi, tidak terbatas dalam bentuk ucapan saja. Banyak
bentuk pemberian penguatan yang dapat dipilih oleh guru, sehingga tidak
membosankan bagi anak. Bentk-bentuk perbuatan tersebut dapat dibefakan
dalam kategori berikut:
1) Mimik dan Gerak Badan
Komunikasi akan berjalan dengan baik apabila dua orang atau
lebih yang berinteraksi saling berhadapan. Selama proses interaksi trsebut
dipertahankan agar mimik muka atau wajah tidak cemberut, dingin, tanpa
ekspresi dan tampilan-tampilan lain yang menimbulkan kesan tidak
simpatik. Selama proses pembelajaran, interaksi antara siswa dengan guru
berlangsung terus menerus selama waktu 2 x 40 menit atau 2 x 45 menit.
Selama selang waktu yang relatif panjang tersebut diharapkan
siswa berpartisipasi secara aktif dan untuk mempertahankan kondisi
positif tersebut guru secara berkesinambungan memberikan berbagai
penguatan. Salah satu bentuk penguatan tersebut adalah mimik.
Senyuman, anggukan, gelengan yang mengisyaratkan rasa takjub dengan
tanggapan anak, mengangkat kedua alis, acungan jempol, dan lain-lain
dapat dipilih dan divariasikan guru selama proses pembelajaran
berlangsung.
3. 3
2) Mendekati
Setiap anak memiliki kecendrungan yang sangat mungkin
berbeda dengan temannya. Ada anak yang senang dipuji dan dibesarkan
hatinya dengan kata-kata manis dan simpatik, ada anak yang puas hanya
dengan senyuman atau tatapan bangga sesaat dari gurunya. Tapi ada anak
yang berharap lebih dari itu. Mereka lebih senang kalau guru berada
sampingnya waktu memberikan penguatan.
Tipe anak yang lebih suka didekati tersebutguru sebaiknya
memenuhinya. Karena tidak berat bagi guru untuk berpindah dari depan
ke kedat anak yang baru saja member tanggapan atau jawaban
pertanyaan, atau member penjelasan. Mendekati di sini bukan sekedar
berdekatan secara fisik, tapi digabung dengan bentuk penguatan yang
lain, sehingga tidak terkesan hambar atau dingin.
3) Sentuhan
Kontak fisik atau sentuhan memberikan dengan guru
memberikan suatu kebanggan tersendiri bagi sekelompok siswa. Bagi
siswa yang sudah memberikan jawaban pertanyaan, melengkapi jawaban
temannya, atau memberi penjelasan, tanggapan bahkan kritikan atau
meralat argument temannya, guru dapat memberikan penguatan dengan
menyalami, menepuk-nepuk pundak anak, membelai kepala anak atau
sentuhan lain yang membuat anak bangga dan ingin tampil lebih baik lagi.
4) Kegiatan yang menyenangkan hati siswa
Guru yang profesional berusaha mengenal kecendrungan dan
karakter semua siswanya. Guru berusaha mengetahui hal-hal seperti apa
yang lebih disenangi oleh siswa. Sehingga apa bila diberikan suatu tugas
mereka merasa senang melakkukannya.
Sehubungan dengan pemberian penguatan di dalam
pembelajaran fisika guru juga dapat memilih aktivitas yang membuat
siswa senang. Misalnya mengajukan pertanyaan yang bersifat konpetisi
dalam menjawab, meberikan tugas berupa menyusun puzzle,
memperagakan sesuatu di depan kelas, mengerjakan latihan berbetuk
teka-teki silang, melakukan studi tour, atau memberikan tugas proyek dan
banyak lagi aktivitas lain yang dapat dipilih dan divariasikan.
Bentuk kegiatan yang dipilih oleh guru disesuaikan dengan
ksenangan anak di dalam belajar fisika. Misalnya bila kelas tersebut
dinominasi oleh anak yang senang berolahraga. Pada saat mempelajari
gerak dalam bidang guru membawa anak ke lapangan untuk
4. 4
memperagakan berbagai bentuk gerak parabola, gerak melingkar ataupun
gerak pada bidang miring.
5) Simbol atau benda
Bentuk lain dari penguatan non-verbal adalah symbol atau
pemberian hadiah berbentuk benda. Misalnya guru mempersiapkan
mainan kecil dan lucu atau alat tulis, atau mungkin hanya permen untuk
dibagikan kepada siswa yang berprestasi atau ber[artisipasi secara aktif di
dalam pembelajaran.
Bagi siswa yang mendapatkan hadiah, pemberian tersebut
tersebut akan mendorong dia untuk tampil lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan siswa yang lain menjadi lebih bersemangat, juga ingin
mendapat hadiah. Karena hadiah tersebut melambangkan prestasi mereka
dalam belajar fisika. Jadi hadiah yang member kebanggaan dan
mendorong semangat mereka untuk lebih baik lagi pada kesempatan
berikutnya.
3. Prinsip Pemberian Penguatan
Supaya penguatan yang diberikan oleh guru tepat sasaran, pemberian
penguatan di dalam pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip
pemberian penguatan berikut:
a. Hangat dan Antusias
Guru adalah pemberi semangat bagi siswanya. Semangat tentu saja
tidak mampu diberikan oleh orang yang kurang atau tidak bersemangat.
Aktivitas yang bertujuan memberikan semangat tersebut juga tidak akan
sampai pada sasaran, apabila pemberiannya dilakukan tanpa dukungan
kehangatan. Kehangatan yang ditampilkan oleh guru secara psikologis
berdampak positif terhadap anak. Kehangatan tersebut dapat mencairkan
suasana kaku, diam, ramai, dan tegang menjadi kondusif.
Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan punya
makna sendiri di hati anak. Melihat gurunya antusias, anak yang tadinya
malas, mengantuk, capek, atau melakukan aktivitas lain menjadi tertarik ikut
di dalam pembelajaran. Jadi bila sebelumnya hanya sebagian siswa yang aktif
di dalam pembelajaran, antusiasme yang ditampilkan guru dapat menarik yang
belum aktif menjadi aktif.
b. Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan oleh guru sangat berarti bagi siswa. Mereka
merasa lebih percaya diri, merasa dihargai, merasa diperhatikan, merasa
berhasil dalam belajar, merasa terpuji dan tersanjung. Perasaan ini berdampak
terhadap mental mereka. Siswa jadi lebih berani mengemukakan pendapatnya,
5. 5
meningkat rasa ingin tahunya, dan lebih percaya diri. Dengan demikian
diharapkan partisipasinya menjadi lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Bila guru melakukan penguatan secara tepat dan terus menerus, rasa
ingin tahu siswa terpenuhi, akibatnya mereka merasakan bahwa belajar fisika
membuat mereka jadi tahu banyak hal. Apa yang mereka ketahui tersebut
membantu mereka menjawab pertanyaan tentang suatu kejadian, yang
mungkin sebelumnya membuat mereka penasaran atau bingung.
c. Menghindari respon negatif
Kadang kala siswa kurang baik dalam mengungkapkan buah
pikirannya di dalam kelas, atau bahkan bisa jadi pendapat tersebut keliru.
Seorang guru professional brusaha membesarkan hati anak dengan tanggapan
yang positif. Tidak langsung menyalahkan atau menghakimi anak di hadapan
teman-temanya.
Contoh :
Guru baru saja mendemontrasikan cara menggunakan jangka sorong,
lalu memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, bila ada yang
kurang dipahami. Namun tidak ada siswa yang bertanya.
Guru tahu ada anak yang kurang memperhatikan pada saat
memperagakan. Guru berpikir mungkin si anak sudah paham, jadi
demonstrasi itu tidak menarik buat dia.
Guru menganggap semua anak sudah paham dan bersiap untuk
memberi kesempatan kepada anak untuk berlatih menggunakan jangka
sorong.
Untuk meyakinkan diri bahwa memang kondisinya seperti yang
diperkirakan, guru menggunakan jangka sorong untuk mengukur
kedalaman tabung reaksi.
Guru menunjuk anak yang tadinya tidak memperhatikan untuk
membaca hasil pengukuran dan menyampaikan kepada teman-
temannya.
Siswa tersebut tidak tahu cara membacanya, sehingga kebingungan.
Pada kejadian seperti ini, seorang guru professional guru tidak
langsung menyalahkan atau memarahi anak karena tidak memperhatikan
sewaktu guru menerangkan pelajaran. Guru bisa menunjuk siswa lain
untuk melaksanakan tugas itu dan anak tadi disuruh memperhatikan.
Kepada anak yang menggantikan tugas tadi guru memberi penguatan dan
kepada anak pertama guru membri dorongan agar belajar lebih tekun atau
6. 6
lebih serius dari sebelumnya. Guru tidak perlu mengeluarkan ucapan,
“makanya perhatikan saat saya menerangkan, jangan sok tahu!!”
Ucapan atau tanggapan negatif dapat merusak kondisi kelas.
Tidak hanya anak yang mendapat perlakuan tidak enak saja yang
terpengaruh, anak laun akan ikut terkena dampaknya. Perasaan tenang
yang dirasakan anak-anak lain bisa berubah menjadi tertekan, takut,
cemas, dan was-was akan menghantui mereka. Suasana yang tadinya
santai dan nyaman bagi sebagian anak berubah menjadi menegangkan.
Akibatnya mereka tidak kosentrasi lagi mengikuti pelajaran. Khawatir hal
yang sama menimpa mereka.
Anak yang menerima perlakuan atau tanggapan yang tidak
mengenakan atau bersifat negatif, bukannya akan menjadi bersemangat.
Tetapi malah semakin mundur. Dia malu dengan guru dan teman-
temannya. Merasa diadili dan persalahkan, merasa dinilai tidak mampu
dan berbagai perasaan lainya. Ini dapat berakibat tumbuhnya rasa antipasti
terhadap guru dan pelajaran fisika.
Sama buruknya bagi anak yang mendapat tanggapan negatif
dari guru dan anak yang lemah mentalnya. Menimbulkan
ketidaknyamanan dan lebih ekstrim lagi menimbulkan dendam dan rasa
benci atau antipasti. Jadi sebaiknya guru tidak pernah memberikan
tanggapan negatif terhadap siswa. Guru boleh menghukum atau memarahi
siswa, tapi harus dengan santun dan penuh rasa kasih orang tua kepada
anaknya.
d. Variasi bentuk penguatan
Proses pembelajaran yang bersifat tatap muka berlangsung 1 atau 2
jam pelajaran, sekitar 40 atau 45 sampai 80 atau 90 menit. Waktu yang cukup
lama untuk menjaga interaksi positif berlangsung secara terus menerus, atau
untuk mempertahankan semangat belajar.
Banyak aktivitas dan tugas yang bisa diberikan guru selama
selangwaktu tersebut. Tentu saja beragam pula pertisipasi yang bisa diberikan
oleh siswa. Setiap sumbangan pikiran siswa layak diberikan penghargaan,
semua anak berhak mendapatkan penguatan. Agar tidak membosankan dan
selalu hidup, guru harus pintar menvariasikan berbagai bentuk penguatan.
Kadang kala mengatakan bagus, pada kesempatan lain mengacungkan jempol,
berikutnya tersenym sambil mengangukan kepala, lalau mendekati anak,
begitu seterusnya. Sehingga ucapan atau tanggapan yang sama tidak keluar
brulang-ulang dalam waktu terbatas.