Makalah ini membahas pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap peningkatan kinerja pegawai/anggota organisasi. Ia mendefinisikan budaya organisasi, kepemimpinan, dan kinerja, serta membahas teori dan karakteristik masing-masing. Makalah ini bertujuan menganalisis hubungan antara ketiga variabel tersebut."
UNIVA BAB I Memahami Budaya Organisasi.pptxYuniAndri3
Jadi, apa yang dimaksud dengan budaya organisasi? Budaya organisasi adalah sistem kepercayaan dan sikap bersama yang berkembang dalam suatu organisasi dan membimbing perilaku para anggotanya. Selain itu, budaya organisasi juga dapat didefinisikan sebagai filosofi, ideologi, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan, harapan, sikap dan norma-norma yang menyatukan suatu organisasi serta disebarluaskan oleh para karyawannya.
Budaya organisasi adalah pola nilai, norma, kepercayaan, sikap, dan asumsi yang mungkin tidak diartikulasikan tetapi membentuk cara orang dalam organisasi berperilaku dan hal-hal dilakukan (Armstrong, 2012)
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Makalah MAKALAH PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI/ANGGOTA ORGANISASI
1. Disusun oleh:
Nama :1.NUR ANISA R 41183403140112
2.NURUL SAKINAH 41183403140098
FAKULTAS EKONOMI Jurusan AKUNTANsi
UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI
2016
MAKALAH PENGARUH BUDAYA ORGANISASI
DAN KEPEMIMPINAN
TERHADAP PENINGKATAN KINERJA
PEGAWAI/ANGGOTA ORGANISASI
2. 1 | P a g e
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT.Tuhan Yang Maha Esa
pengayom segenap alam yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga dalam
pembuatan makalah ini kami tidak mengalami kendala yang berarti hingga terselesaikannya
makalah kami kami berjudul “PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN
TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI/ANGGOTA ORGANISASI”.
Adapun makalah Perilaku Organisasi tentang Pengaruh Budaya Organisasi dan
Kepemimpinan terhadap Peningkatan Kinerja pegawai/Anggota Organisasi ini telah kami buat
semaksimal mungkin. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya.Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka, kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami sehingga dapat memperbaiki makalah Perilaku Organisasi
ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Perilaku Organisasi tentang
Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Peningkatan Kinerja
pegawai/Anggota Organisasi ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Bekasi, 11 Agustus 2016
Tim Penyusun
Nur Anisa R
Nurul Sakinah
3. 2 | P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 3
1. Latar Belakang..................................................................................................................... 3
2. Rumusan Masalah................................................................................................................ 4
3. Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 4
4. Manfaat Penelitian ............................................................................................................... 4
BAB II KAJIAN TEORITIS........................................................................................................ 5
1.1 Pengertian Budaya Organisasi . ............................................................................................ 5
1.2 Teori-Teori Budaya Organisasi............................................................................................. 6
1.3 Karakteristik atau Ciri-Ciri Budaya Organisasi .................................................................... 7
1.4 Fungsi Budaya Organisasi..................................................................................................... 8
1.5 Tingkatan Budaya Organisasi ............................................................................................... 9
1.6 Sumber-sumber Budaya Organisasi.................................................................................... 10
1.7 Contoh-Contoh Budaya Organisasi..................................................................................... 10
1.8 Jenis Budaya Organisasi..................................................................................................... 11
2.1. Pengertian Kepemimpinan............................................................................................. 13
2.2. Teori Dasar Kepemimpinan.......................................................................................... 13
2.3. Macam-Macam Tipe Kepemimpinan............................................................................ 14
2.4.Gaya Kepemimpinan ....................................................................................................... 17
2.5. Pentingnya Sebuah Kepemimpinan yang Efektif.......................................................... 21
3.1 Pengertian Kinerja ....................................................................................................... 23
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................... 25
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 27
1. Kesimpulan ........................................................................................................................ 27
2. Saran................................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 28
4. 3 | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setiap Organisasi pasti selalu berusaha meningkatkan kinerja pegawainya agar dapat
mencapai tujuan yang lebih baik, dan agar dapat memotivasi seluruh anggotanya untuk
meningkatkan kinerja kerjanya.Demi meningkatkan kinerja pegawai, maka sering dilakukan
pembenahan dan peningkatan sumber daya manusia dari pegawainya.
Namun seringkali kegiatan peningkatan kinerja dari pegawai tidak mencapai hal yang
diharapkan.walaupun telah memiliki pegawai yang berkualitas, belum tentu mampu memberikan
hasil kerja yang baik bagi organisasi perusahaan jika pegawai masih berada dalam lingkaran
budaya organisasi dan kepemimpinan yang kurang mendukung.
Kinerja pegawai dapat ditentukan oleh keberhasilan budaya organisasi dan gaya kepemimpinan
perusahaan yang dimilikinya.
Budaya organisasi dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya
manusia dalam menjalankan kewajibannya dan juga perilakunya di dalam suatu organisasi.Dari
sisi fungsi, budaya organisasi mempunyai beberapa fungsi salah satunya adalah mempermudah
timbulnya pertumbuhan komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan
individual.Budaya organisasi juga berkaitan erat dengan pemberdayaan karyawan disuatu
perusahaan.Semakin kuat budaya organisasi, semakin besar dorongan para karyawan untuk maju
bersama dengan perusahaan.
Pemimpin yang kuat adalah seorang pemimpin yang dapat menetapkan arah organisasi yang
dipimpinnya artinya dapat melahirkan perubahan untuk mencapai tujuan organisasi, sehingga
tercipta budaya yang terbuka dalam organisasi.Kebanyakan orang mengatakan bahwa pemimipin
yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma,
pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. pemimpin pada tingkatan pertama adalah
pelatih dan koordinator bagi kelompoknya. Fungsi yang utama adalah membantu kelompok
untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih efisien dalam peranannya.
5. 4 | P a g e
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan sebelumnya, maka yang akan di bahas
dalam rumusan masalah adalah apa pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap
peningkatan kinerja pegawai/anggota organisasi .
3. Tujuan Penelitian
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan kepemimpinan
terhadap peningkatan kinerja pegawai/anggota organisasi.
4. Manfaat Penelitian
Memberikan pengalaman dan memperluas wawasan bagi penulis tentang pengaruh budaya
organisasi dan kepemimpinan terhadap peningkatan kinerja pegawai/anggota organisasi, dan
diharapkan pula bahwa hasil pembahasan dapat dijadikan rujukan bagi pihak lain dalam upaya
pembelajaran.
6. 5 | P a g e
BAB II
KAJIAN TEORITIS
1.1 Pengertian Budaya Organisasi .
Budaya Organisasi adalah sebuah karakteristik yang dijunjung tinggi oleh organisasi dan
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan.Ikatan
budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis
maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi
dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Asal muasal budaya organisasi bersumber dari
pendirinya karena pendiri dari organisasi tersebut memiliki pengaruh besar akan budaya awal
organsiasi baik dalam hal kebiasaan atau ideology. Budaya mengikat anggota kelompok
masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau
bertindak.
Pengertian Budaya Organisasi Menurut Para Ahli :
Susanto
Pengertian budaya organisasi menurut susanto adalah nilai-nilai yang menjadi
pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha
penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga masing-masing anggota organisasi
harus memahami nilai-nilai yang ada dan sebagaimana mereka harus bertingkah laku atau
berperilaku.
Robbins
Budaya organisasi menurut Robbins adalah suatu sistem makna bersama yang
dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan yang lain.
Gareth R. Jones
Definisi budaya organisasi menurut Gareth R. Jones adalah suatu persepsi
bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, suatu sistem dari makna bersama.
Walter R. Freytag
Pengertian budaya organisasi menurut Walter R. Freytag bahwa budaya
organisasi adalah asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang disadari atau tidak disadari yang
mampu mengikat kepaduan suatu organisasi.Asumsi dan nilai tersebut menentukan pola
perilaku para anggota di dalam organisasi.
Larissa A. Grunig, et.al.
7. 6 | P a g e
Menurut Larissa A. Grunig, et. al.., bahwa budaya organisasi adalah totalitas nilai,
simbol, makna, asumsi, dan harapan yang mampu mengorganisasikan suatu kelompok
yang bekerja secara bersama-sama.
Lathans (1998)
Budaya organisasi menurut Lathans (1998) adalah norma-norma dan nilai-nilai
yang mengarahkan perilaku anggota organisasi. Setiap anggota organisasi akan
berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya.
Sarpin (1995)
Pengertian budaya organisasi menurut sarpin adalah suatu sistem nilai,
kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan
struktur system formalnya untuk menghasilkan norma-norma perilaku organisasi.
Schein
Menurut Schein, pengertian budaya organisasi adalah suatu pola dari asumsi-
asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok
tertentu, dengan maksud agar organisasi elajar mengatasi dan menganggulangi masalah-
masalah yang timbul akibat adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan
dengan cukup baik, sehingga perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara
yang benar untuk memahami, memikirkan dan merasakan berkanaan dengan masalah-
masalah tersebut.
Mondy dan Noe (1996)
Menurutnya budaya organisasi adalah system dari shared values, keyakinan dan
kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur
formalnya untuk menciptakan norma-norma perilaku.
Hodge, Anthony dan Gales (1996)
Budaya organisasi menurut mereka adalah konstruksi dari dua tingkat
karakteristik, yaitu karakteristik organisasi yang kelihatan (observable) dan yang tidak
kelihatan (unoservable).
1.2 Teori-Teori Budaya Organisasi
Sebuah teori komunikasi mengenai semua simbol komunikasi seperti tindakan, rutinitas,
dan percakapan dan makna yang dilekatkan pada simbol tersebut.Konteks perusahaan, budaya
organisasi dianggap sebagai salah satu strategi dari perusahaan dalam meraih tujuan serta
kekuasaan. Teori budaya organisasi ini memiliki beberapa asumsi dasar yakni sebagai berikut :
8. 7 | P a g e
1. Anggota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki
bersama akan suatu realitas organisasi, yang berakibat akan suatu pemahaman yang lebih
baik terhadap nilai-nilai sebuah organisasi. Inti dari asumsi ini adalah nilai yang dimiliki
organisasi. Nilai merupakan standard dan prinsip-prinsip yang terdapat dalam sebuah
budaya.
2. Penggunaan dan interpretasi simbol yang sangat penting dalam budaya organisasi. Disaat
seseorang memahami simbol tersebut, maka seseorang akan mampu bertindak menurut
budaya dari organisasinya.
3. Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan interpretasi tindakan
dalam budaya ini juga bervariasi. Dimana setiap organisasi memiliki budaya yang
berbeda-beda dan setiap individu dalam organisasi tersebut memiliki penafsiran budaya
dengan berbeda. Biasanya, perbedaan budaya dalam organisasi justru menjadi kekuatan
dari organisasi sejenis lainnya.
1.3 Karakteristik atau Ciri-Ciri Budaya Organisasi
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat tujuh karakteristik utama
yang secara keseluruhan yaitu sebagai berikut :
Innovation and Risk Talking (Inovasi dan pengambilan resiko), adalah suatu tingkatan
dimana pekerja didorong untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.
Attention to Detail (Perhatian pada hal-hal detail), dimana pekerja diharapkan
menunjukkan ketepatan, analisi, dan perhatian pada hal detail.
Outcome Oritentation (Orientasi pada manfaat), yang mana manajemen memfokuskan
pada hasil atau manfaat dari yang tidak hanya sekedar teknik dan proses untuk
mendapatkan manfaat tersebut.
People Orientation (Orientasi pada orang), dimana keputusan manajemen
mempertimbangkan pengaruh manfaatnya pada orang dalam organisasi.
Team Orientation (Orientasi pada tim), dimana aktivitas kerja di organisasi berdasar tim
daripada individual.
Aggresiveness (Agresivitas), dimana orang cenderung lebih agresif dan kompetitif
daripada easygoing.
Stability (Stabilitas), yang mana aktivitas organisasional tersebut menekankan pada
menjaga status quo sebagai lawan dari pada perkembangan.
9. 8 | P a g e
1.4 Fungsi Budaya Organisasi
Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat
pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara
keseluruhan, berikut fungsi Budaya Organisasi :
1. Perasaan Identitas dan Menambah Komitmen Organisasi
2. Alat pengorganisasian anggota
3. Menguatkan nila-nilai dalam organisasi
4. Mekanisme kontrol perilaku
5. Mendorong dan meningkatkan kinerja ekonomi baik dalam jangka pendek dan
panjang.
6. Penentu arah organisasi mana yang boleh dan yang tidak boleh.
Fungsi Budaya Organisasi Menurut Para Ahli
1) Menurut Ndraha (1997 : 21) ada beberapa fungsi budaya, yaitu :
a. Sebagai identitas dan citra suatu masyarakat.
b. Sebagai pengikat suatu masyarakat
c. Sebagai sumber
d. Sebagai kekuatan penggerak
e. Sebagai kemampuan untuk membentuk nilai tambah
f. Sebagai pola perilaku
g. Sebagai warisan.
h. Sebagai pengganti formalisasi.
i. Sebagai mekanisme adaptasi terhadap perubahan
2) Fungsi Budaya Organisasi Menurut Robbins (1996), fungsi budaya organisasi sebagai
berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas
daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan.
10. 9 | P a g e
3) Menurut pendapat Siagian (1992:153) mencatat lima fungsi penting budaya organisasi,
yaitu:
a. Sebagai penentu batas-batas perilaku dalam arti menentukan apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan, apa yang dipandang baik atau tidak baik, menentukan yang
benar dan yang salah.
b. Menumbuhkan jati diri suatu organisasi dan para anggotanya.
c. Menumbuhkan komitmen sepada kepentingan bersama di atas kepentingan
individual atau kelompok sendiri.
d. Sebagai tali pengikat bagi seluruh anggota organisasi.
e. Sebagai alat pengendali perilaku para anggota organisasi yang bersangkutan.
4) Menurut pendapat Beach (Horrison, 1972) mencatat tujuh fungsi penting budaya
organisasi, yaitu :
a. Menentukan hal penting yang mendasari organisasi ,standar keberhasilan dan
kegagalan harus bias diukur.
b. Menjelaskan bagaiman sumber-sumber organiosasi digunakan dan untuk
kepentingan apa.
c. Menciptakan apa organisasi dan anggotanya dapat mengharap satu sama lain.
d. Membuat beberapa metode pengontrolan perilaku dalam keabsahan organisasi dan
membuat yang lain tidak abash yaitu menentukan dimana kekuasaan terletek
dalam organisasi dan bagaimana menggunakannya.
1.5 Tingkatan Budaya Organisasi
Menurut Schein budaya organisasi dapat dibedakan kedalam kedalam tiga tingkat, yaitu :
Tingkat pertama yaitu perilaku dan artifact
Tingkat ini adalah tingkatan yang dapat diamati. Perilaku orang yang dapat kita
amati. Perilaku otoriter, perilaku luwes, perilaku keras, semua perilaku yang dapat
diamati yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan merupakan ungkapan dari
nilai-nilai tertentu.
Tingkat kedua yaitu nilai-nilai
Tingkat ini tidak dapat terlihat.Nilai-nilai terungkap dalam pola-pola perilaku
tertentu. Misalnya nilai ‘hemat’ akan dapat terungkap dalam perilaku ‘dapat menabung’,
‘bekerja dengan menggunakan kertas kerja sedikit mungkin’. Nilai ‘keterbukaan’ dapat
11. 10 | P a g e
terungkap dalam perilaku ‘kesediaan mendengarkan dan memperhatikan kritik serta
keluh kesah’, ‘pintu kerja yang selalu terbuka’.
Tingkat ketiga yaitu keyakinan
Tingkat yang paling dalam, yang mendasari nilai-nilai,yang terdiri dari berbagai
asumsi dasar. Orang yang berkeyakinan bahwa ‘semua orang baik’ akan memiliki nilai
kepercayaan dengan prioritas tinggi, dan akan terungkap dalam perilakunya bahwa ia
‘mudah dan cepat percaya kepada orang’.
1.6 Sumber-sumber Budaya Organisasi
Menurut Tosi, Rozzi, Carroll (1994) mengatakan bahwa budaya organisasi dipengaruhi
oleh:
Pengaruh eksternal yang luas (broad external influences)
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit
dapat dikendalikan oleh organisasi, seperi lingkungan alam (adanya empat musim
atau iklim tropis saja) dan kejadian-kejadian bersejarah yang membentuk
masyarakat (sejarah raja-raja dengan nilai-nilai feodal).
Nilai-nilai masyarakat dan budaya nasional (societal valuesand national culture)
Yaitu keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat
luas, misalnya kebebasan individu, kolektivisme, kesopansantunan, kebersihan dan
sebagainya.
Unsur-unsur khas dari organisasi (Organization specific elements)
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam usaha mengatasi
baik masalah-masalah eksternal maupun masalah-masalah internal organisasi akan
mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi
berbagai masalahmerupakan dasar bagi tumbuhnya organisasi.
1.7 Contoh-Contoh Budaya Organisasi
Kerapian Administrasi
Budaya organisasi dalam hal keraian administrasi, merupakan yang harus dihidupkan
dalam organisasi, baik itu surat-menyurat, keuangan, pendapatan karyawan, barang
12. 11 | P a g e
masuk/keluar, dan sebagianya yang membantu dalam kinerja organisasi.
Pembagian Wewenang Yang Jelas
Hal ini merupakan kunci yang dapat menentukan keberhasilkan akan kinerja dalam
perusahaan. Tanpa adanya pembagian wewenang kinerja mungkin para anggota atau
karyawan dalam perusahaan tersebut akan kebingungan mana yang dijalankan dan mana
yang tidak.
Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan budaya organisasi yang melekat dimana pun berada.Dimana
disiplin merupakan karakter dari orang-orang sukses yang dapat menghargai waktu.
Inovasi
Budaya organisasi biasanya akan mendorong anggota team untuk melahirkan suatu ide-
ide kreatif dan inovasi baru untuk tujuan organisasi yaitu kemajuan organisasi.
1.8 Jenis Budaya Organisasi
Tori, Rizzo, Carroll (1994) menguraikan 5 tipe budaya organisasi yang diklasifikasi oleh
Kets de Vries dan Miller, yang mereka peroleh dengan menghubungkan 5 kepribadian neurotik
dengan budaya organisasi, Berikut uraian dari kelima budaya neurotic, masing-masing dengan
pasangan yang sehat :
1. Charismatic vs Selfsufficient Cultures
Dalam budaya organisasi yang karismatik ada penekanan berlebihan pada
invidualisme, terutama pada tingkat puncak. Para eksekutif memiliki kebutuhan tinggi
untuk dapat dilihat dan diakui oleh pihak di luar perusahaan. Para manager
mengeksploitasi orang lain, kekuasaan terpusat pada puncak. Eksekutif puncak
memiliki kendali ketat dan pada saat sama tetap menjadi pusat perhatian.Para bawahan
yang tertarik bekerja pada organisasi macam ini memiliki kebutuhan tinggi akan
ketergantungan, ingin diarahkan dan mengabaikan kelemahan dari pimpinan mereka.
Para bawahan memiliki kepercayaan tinggi bahwa mereka yang memimpin organisasi
tidak dapat berbuat salah.Perusahaan dengan budaya ‘self sufficient’ menekankan
kebebasan ketidaktergantungan, prakarsa individual dan prestasi. Para anggota percaya
bahwa keberhasilan perusahaan berhubungan dengan bagaimana berhasilnya individu-
individu dalam perusahaan.
2. Paranoid vs Trusting Cultures
13. 12 | P a g e
Dalam budaya paranoid ada rasa ketidakpercayaan dan kecurigaan yang kuat.
Padabudaya mempercayai (trusting), ketakutan yang tidak realistik tidak ada.
3. Avoidant vs Achievement Culture
Ciri dari organisasi dengan budaya menghindari ialah bahwa koalisi dominan
berusaha untuk menghindari perubahan. Mereka pasif dan tidak bertujuan. Perubahan
ditentang, karena dapat mengancam nilai-nilai organisasi dan struktur kekuasaan
sekarang.Pada budaya capaian (achievement culture), para anggota kelompok eksekutif
puncak menghargai analisis logikal dan proses-proses rasional. Para manejer mengenali
pentingnya kebutuhan untuk berubah dan merasa pasti (percaya) bahwa perubahan-
perubahan dapat dibuat.
4. Politicized vs Focused cultures
Dalam budaya organisasi yang dipolitikkan tidak ada arah yang jelas.Pimpinan puncak
tidak tegas.Tidak adanya kepemimpinan yang tegas membuat para manajer pada
tingkatan yang lebih rendah berusaha untuk mempengaruhi arah dari perusahaan. Sering
terdapat individu-individu atau koalisi-koalisi yang bersaing untuk mendapatkan
kekuasaan karena tidak adanya kepemimpinan.Dalam budaya yang difokuskan para
anggota memilikiperspektif yang sama tentang arah dari organisasi Ini mengalir dari arah
yang jelas yang ditetapkan oleh para eksekutif puncak dan ada keikatan anggota dan
antusiasme terhadap objektif tersebut.
5. Bureaucratic vs Creative cultures
Budaya birokratik adalah hasil dari kepribadian kompulsif orang-orang yang
kompulsif memiliki kebutuhan yang kuat untuk mengendalikan lingkungan mereka
berperilaku sangat erat-teliti dan fokus pada detail-detail yang sangat spesifik tapi sering
tidak berarti.Pada budaya birokratik perhatiannya lebih terarah pada bagaimana
tampaknya daripada bagaimana kerjanya. Para manajer lebih memperhatikan aturan-
aturan untuk bekerja sama dan bukan pada tujuan dari aturan-aturan tersebut. Ada sistem
kendali yang digunakan untuk memantau perilaku daripada anggotanya.Pada budaya
kreatif para anggotanya lebih berdisiplin diri mereka dapat bekerja sama dalam satu tim
tanpa mengandalkan banyak pada aturan-aturan dan prosedur mereka mengetahui tentang
pekerjaan anggota lain dan tentang tugas-tugas yang saling tergantung. Koordinasi
antaranggota merupakan proses yang agak intuitif yang berkembang dari pengalaman
bekerja sama dan dari keberhasilan. Para anggota sadar bahwa kooperasi adalah dasar
dari keberhasilan.
14. 13 | P a g e
2.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari bahasa inggris yaitu leadership. Menurut Tikno Lensufie,
Kepemimpinan memiliki arti luas, meliputi ilmu tentang kepemimpinan, teknik kepemimpinan,
seni memimpin, ciri kepemimpinan, serta sejarah kepemimpinan. Kepemimpinan bukan berarti
memimpin orang untuk sesaat (insidental) seperti memimpin upacara bendera, memimpin
paduan suara dan sebagainya.Tapi kepemimpinan lebih kepada seseorang yang memimpin
suatu organisasi atau institusi.
Kepemimpinan adalah faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta
manajemen.Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi.Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat,
mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara
baik.
Pemimpin adalah individu yang mampu mempengaruhi anggota kelompok atau
organisasi guna mendorong kelompok atau organisasi tersebut mencapai tujuan-
tujuannya.Pemimpin menunjuk pada personal atau individu spesifik atau kata benda.Sementara
itu, kepemimpinan adalah sifat penerapan pengaruh oleh seorang anggota kelompok atau
organisasi terhadap anggota lainnya guna mendorong kelompok atau organisasi mencapai tujuan-
tujuannya.
2.2. Teori Dasar Kepemimpinan
Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan disini adanya tiga teori dasar
kepemimpinan:
Teori Genetis (Keturunan).
Inti dari teori menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya
dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang
pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat
kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia
telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin.
Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan
fasilitas atau determinitis.Teori ini menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu
kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang
pemimpin.Menurut teori ini kepemimpinan diartikan sebagai traits within the individual
leader. Jadi seseorang dapat menjadi pemimpin karena dilahirkan sebagai pemimpin dan
bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (leader were borned and note made).
15. 14 | P a g e
Teori Sosial.
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori
inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya.Inti aliran teori sosial ini ialah
bahwapemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati.Jadi teori ini merupakan
kebalikan inti teori genetika.Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang
mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan
pengalaman yang cukup.Teori ini memandang kepemimpinan sebagai fugsi kelompok
(function of the group).Menurut teori ini, sukses tidaknya suatu pemimpin tidak hanya
dipengaruhi oleh sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru yang lebih penting
adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang didampinginya.
Teori Ekologis.
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran,
maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori
yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil
menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang
memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.Teori ini menggabungkan segi-segi
positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling
mendekati kebenaran. Teori ini tidak hanya didasari atas padangan yag bersifat psikologis
dan sosiologis, tetapi juga ekonomi dan politis. Menurut teori ini kepemimpinan
dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation).Teori yang ketiga
ini menunjukkan bahwa, betapapun seorang pemimpin telah memiliki sifat-sifat
kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota kelompok,
sukses tidaknya kepemimpinannya masih ditentukan pula oleh situasi yang selalu
berubah yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan kelompok yang
didampingnya.
2.3. Macam-Macam Tipe Kepemimpinan
I. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan
pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai
16. 15 | P a g e
pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.
Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang di perolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa.Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.Totalitas kepemimpinan kharismatik
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
II. Tipe Kepemimpinan Paternalistis
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan
dengan sifat-sifat sebagai berikut:
Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau
anak sendiri yang perlu dikembangkan.
Mereka bersikap terlalu melindungi.
Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri.
Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
berinisiatif.
Mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada
pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas
mereka sendiri.
Mereka selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
III. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter,
kaku dan seringkali kurang bijaksana.
Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran
yang berlebihan.
Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya.
17. 16 | P a g e
Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya.
Komunikasi hanya berlangsung searah.
IV. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal.
berambisi untuk merajai situasi.
setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri.
bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan
tindakan yang akan dilakukan.
semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan
pribadi.
adanya sikap eksklusivisme.
selalu ingin berkuasa secara absolute.
sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku.
pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
V. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri.Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya.Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus
dilakukan oleh bawahannya sendiri.Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak
memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak
buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana
kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara
penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang
dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
VI. Tipe Kepemimpinan Populistis
18. 17 | P a g e
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang
tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar
negeri.Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
VII. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu
menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif.pemimpinnya biasanya terdiri
dari teknokrat-teknokrat dan administrator-administrator yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan.Pada tipe kepemimpinan ini
diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan
perkembangan sosial ditengah masyarakat.
VIII. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan
bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya.Terdapat koordinasi pekerjaan pada
semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri)
dan kerjasama yang baik.kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan
nasehat dan sugesti bawahan.Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan
bidangnya masing-masing.Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif
mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
2.4.Gaya Kepemimpinan
1) Gaya Kepemimpinan Otokratis
Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin
atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya
dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak
buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Pemimpin secara sepihak
19. 18 | P a g e
menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai tugas harus
dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah. Pemimpin
otokratis adalah seseorang yang memerintah dan menghendaki kepatuhan.Ia memerintah
berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah serta menjatuhkan hukuman.
Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala
kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.
2) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain
agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan
bawahan. Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat pada
anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau
partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan tindakan
keputusan bersama.
3) Gaya Kepemimpinan Delegatif
Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan jarangnya pemimpin memberikan
arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan anggota organisasi dapat
menyelesaikan permasalahannya sendiri.Gaya Kepemimpinan adalah suatu ciri khas
prilaku seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan
demikian maka gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh karakter
pribadinya. Kepemimpinan delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan yang dilakukan
oleh pimpinan kepada bawahannya yang memiliki kemampuan, agar dapat menjalankan
kegiatannya yang untuk sementara waktu tidak dapat dilakukan oleh pimpinan dengan
berbagai sebab. Gaya kepemimpinan delegatif sangat cocok dilakukan jika staf yang
dimiliki memiliki kemampuan dan motivasi yang tinggi.dengan demikian pimpinan tidak
terlalu banyak memberikan instruksi kepada bawahannya, bahkan pemimpin lebih
banyak memberikan dukungan kepada bawahannya.
20. 19 | P a g e
4) Gaya Kepemimpinan Birokratis
Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan
peraturan”.Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang
berlaku bagi pemipin dan anak buahnya.Pemimpin yang birokratis pada umumnya
membuat keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku tanpa adanya
fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan dan sedikit saja kebebasan
orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh lepas dari ketentuan yang
ada.
1) Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif. Kurang
interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bias
berjalan apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan
mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin
sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau sama sekali membiarkan anak buahnya
untuk berbuat sesuka hatinya.
2) Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang
diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab
dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diberikan.Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya
berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang diberikan oleh suatu lembaga atau
suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini akan diproyeksikan dalam
bagaimana ia memerintah kepada bawahannya agar kebijaksanaan tersebut dapat tercapai
dengan baik. Di sini bawahan hanyalah suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan
kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah
diperhatikan.
3) Gaya Kepemimpinan Karismatis
21. 20 | P a g e
Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka
terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin
dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan
tantangan.Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan
dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya.Mereka mampu menarik orang untuk
datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan
kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan.
Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan,
permintaan maaf, dan janji.
4) Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya.
Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya.Sisanya,
melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini
yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga
menguntungkan lawannya. Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan
gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima
tekanan.Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan.Mereka bisa menerima
perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak.Dan
seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
5) Gaya Kepemiminan Moralis
Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat
dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap
permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada
dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari
segala kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya.Rata
orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang
pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat. Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan
lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis.Karena melalui gaya kepemimpinan
22. 21 | P a g e
seperti ini permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan
bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.
6) Gaya Kepemimpinan Administratif
Gaya kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada aturan.
Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil resiko dan mereka
cenderung mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini jika mengacu kepada analisis
perubahan yang telah kita bahas sebelumnya, hanya cocok pada situasi Continuation,
Routine change, serta Limited change.
7) Gaya kepemimpinan analitis (Analytical).
Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya pembuatan keputusan didasarkan pada
proses analisis, terutama analisis logika pada setiap informasi yang diperolehnya. Gaya
ini berorientasi pada hasil dan menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi
jangka panjang.Kepemimpinan model ini sangat mengutamakan logika dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.
8) Gaya kemimpinan asertif (Assertive).
Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan mempunyai perhatian yang
sangat besar pada pengendalian personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan
lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan
keputusan muncul dari proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga
muncul kesimpulan yang memuaskan.
2.5. Pentingnya Sebuah Kepemimpinan yang Efektif
1. Produktivitas
Inti dari suatu organisasi adalah dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan
non-manusia yang tersedia untuk menghasilkan kinerja yang efisien dan efektif.Ini hanya
dapat dicapai dengan mengalikan kemampuan dengan kemauan.Dalam hal ini peran
23. 22 | P a g e
seorang pemimpin adalah meningkatkan produktivitas karyawan dengan menaikkan
kemauan untuk bekerja keras dan berkontribusi secara efisiensi.
2. Kepuasan Kerja
Menyediakan insentif dan kondisi kerja yang lebih baik meningkatkan kepuasan
kerja karyawan.Namun, ini kepuasan kerja sangat tergantung pada perilaku pemimpin
terhadap karyawan mereka.Jadi, pemimpin harus memastikan bahwa mereka
mengungkapkan perilaku yang dapat diterima oleh bawahan.
3. Kerjasama kelompok
Seorang pemimpin memastikan bahwa karyawan melaksanakan pekerjaan
masing-masing dengan baik dan saling percaya untuk kemajuan organisasi. Dia
mendorong mereka untuk bekerja dengan cara yang ramah dan dengan kerjasama satu
sama lain, menekankan pada pencapaian tujuan perusahaan/organisasi.
4. Kegiatan yang Terorganisir
Sering kali, lingkungan organisasi diisi dengan kekacauan dan bentrokan terutama
karena tidak adanya seorang manajer atau pemimpin.Jadi, seorang pemimpin memastikan
bahwa kegiatan organisasi didelegasikan secara merata dan adil antara karyawan,
sehingga mengurangi kemungkinan konflik di antara mereka.
5. Semangat Karyawan
Kepemimpinan yang efektif sangat penting untuk mendapatkan semangat kerja
karyawan yang tinggi.Seorang pemimpin yang baik memberikan hak untuk masing-
masing kelompok di bawahnya dalam hal pemikiran dan sikap, sehingga
mengembangkan hubungan manusia yang lebih baik.Selanjutnya, interaksi yang sangat
baik yang difasilitasi antara anggota-anggota kelompok dengan menjaga disiplin dan
kontrol pada bawahan.
6. Koordinasi
Seorang pemimpin melakukan peran mengintegrasikan tujuan individu dengan
tujuan organisasi.Hal ini, pada gilirannya, mengikat kesamaan dari kedua
kepentingan.Dengan menjaga informasi tentang kerja setiap karyawan, pemimpin
menyimpan informasi yang diperlukan dari seluruh kelompok, untuk mengambil sebuah
keputusan umum dalam rangka mengkoordinasi upaya secara keseluruhan.
24. 23 | P a g e
3.1 Pengertian Kinerja
Kata kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang padanannya dalam
bahasa Inggris adalah performance, yang sering diindonesiakan menjadi kata performa.Suatu
kinerja merupakan suati istilah yang secara umum digunakan untuk sebagian atau seluruh
tindakan dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar
seperti biaya masa lalu atau yang diproyeksikan dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban
atau akuntabilitas suatu manajemen.
Kinerja sendiri mengacu pada kadar pencapaian tugas yang membentuk sebuah
pekerjaan karyawan. Kinerja merefleksikan seberapa karyawan memenuhi persyaratan
sebuah pekerjaan.Akan tetapi sering disalahtafsirkan sebagai upaya yang menceminkan
energi yang dikeluarkan, dimana kinerja diukur dari segi hasil.
Pengertian Kinerja menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan
pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Stolovitch and Keeps,
1992).
Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja
(Griffin, 1987)
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan
tugas atau pekerjaan seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat
kemampuan tertentu. Kesediaan dan ketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif
untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan
dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya (Hersey and Blanchard, 1993)
Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta
kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik
dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik (Donelly, Gibson
and Ivancevich, 1994)
Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan
oleh individu, kelompok maupun perusahaan (Schermerhorn, Hunt and Osborn, 1991)
25. 24 | P a g e
Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan (Ability=A), motivasi
(motivation=M) dan kesempatan (Opportunity=O) atau Kinerja = ƒ(A x M x O);
artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan
(Robbins,1996)
26. 25 | P a g e
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pembahasan
Berdasarkan kajian teoritis tersebut, dapat diketahui bahwaBudaya Organisasi sangatlah
berpengaruh dalam peningkatan kerja Pegawai atau Anggota organisasi, dimana Budaya
Organisasi tersebut merupakan nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk
menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan
sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan
sebagaimana mereka harus bertingkah laku atau berperilaku.
Semakin kuat budaya organisasi, semakin besar dorongan para pegawai untuk
meningkatkan kinerja mereka terhadap perusahaan.Berdasarkan hal tersebut,
penciptaan,pengenalan dan pengembangan budaya organisasi pada perusahaan dirasa amat
diperlukan dalam membangun perusahaan sesuai dengan misi dan visi yang hendak
dicapai.Penggunaan dan interpretasi simbol yang sangat penting dalam budaya organisasi. Disaat
seseorang memahami simbol tersebut, maka seseorang akan mampu bertindak menurut budaya
dari organisasinya. People Orientation (Orientasi pada orang) merupakan salah satu karakteristik
utama budaya organisasi, dimana keputusan manajemen mempertimbangkan pengaruh
manfaatnya pada orang dalam organisasi sehingga dari pertimbangan tersebut diharapkan kinerja
pegawai dapat meningkat.
Dalam Peningkatan kinerja Pegawai atau anggota organisasi, kepemimpinan dianggap
pula ssalah satu factor penting, dimana Kepemimpinan adalah faktor kunci dalam suksesnya
suatu organisasi serta manajemen.Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para
anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.Kepemimpinan yang baik diyakini mampu
mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat
bersaing secara baik dan terus meningkat setiap tahunnya.
Tipe dan gaya kepemimpinan kharismatis dan demokratis biasanya adalah pemimpin
dengan gaya kepribadian ini visionaris, dimana bawahan atau pegawai akan terpesona dengan
cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Kepemimpinan yang efektif sangat penting
untuk mendapatkan semangat kerja karyawan yang tinggi demi tercapainya peningkatan
kinerja.Seorang pemimpin yang baik memberikan hak untuk masing-masing kelompok di
bawahnya dalam hal pemikiran dan sikap, sehingga mengembangkan hubungan manusia yang
lebih baik.Selanjutnya, interaksi yang sangat baik yang difasilitasi antara anggota-anggota
kelompok dengan menjaga disiplin dan kontrol pada bawahan.
Pada intinya suatu organisasi berjalan dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan
non-manusia yang tersedia untuk menghasilkan kinerja yang efisien dan efektif, dimana hal
tersebut dapat dicapai dengan memperkuat budaya dalam organisasi serta terus melakukan
27. 26 | P a g e
pengembangan budaya dalam organisasi sehingga peningktan kinerja pegawaipun dapat
terjadi.Dalam hal ini pun peran seorang pemimpin pula sangatlah penting karena hanya
pemimpin yang efektiflah yang dapat meningkatkan produktivitas karyawan dengan menaikkan
kemauan untuk bekerja keras dan berkontribusi secara efisiensi.
28. 27 | P a g e
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwaBudaya Organisasi yang kuat dan Gaya kepemimpinan yang
efektif merupakan salah satu factor pendukung dalam peningkatan kinerja seorang pegawai atau
anggota organisasi , dimana kedua faktor tersebut memiliki manfaat dan peran penting dalam
peningkatan tersebut yaitu mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi, dimana yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong
potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik.
2. Saran
Semakin berkembangnya teknologi, sebuah perusahaan haruslah dapat memperkuat dan
beradaptasi dengan budaya baru yang lebih efektif sehingga tujuan organisasi akan tetap
tercapai dan mengharmonisasikan kebutuhan-kebutuhan pegawai untuk mendorong kembali
semangat pegawai dalam bekerja.
29. 28 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Ahsanfuady. (2015). arti-kepemimpinan-dalam-organisasi
[http://ahsanfuady.blogspot.nl/2015/05/.html]. [online]. [09 Agustus 2016].
Artikelsiana. (2015). budaya-organisasi
[http://www.artikelsiana.com/2015/10/.html]. [online]. [09 Agustus 2016].
Jantifornia. (2013).kinerja-pegawai
[http://. jantifornia.blogspot.nl/2013/03/.html]. [online]. [09 Agustus 2016].
Kumpulan Makalah 2012. (2015). manajemen kinerja
[http://kumpulanmakalah2012.blogspot.nl]. [online]. [09 Agustus 2016].
Landasan teori. (2015). budaya-organisasi
[http://www.landasanteori.com/2015/10/ html]. [online]. [09 Agustus 2016].
Putrik943. (2016). kepemimpinan
[http://putrik943.blogspot.nl/2016/01.html]. [online]. [09 Agustus 2016].
Pusuy. (2016). ciri-ciri-fungsi-jenis-dan-sumber-budaya-organisasi
[http://pusuy.com/]. [online]. [09 Agustus 2016].