Kisah Haru Penemuan Ibu Kandung di Jalan Los Felidas
1. Los Felidas adalah nama sebuah jalan di salah satu ibu
kota negara di Amerika Selatan, yang terletak di
kawasan terkumuh diseluruh kota . Ada sebuah kisah
Natal yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang.
2. Cerita ini dimulai dari kisah
seorang pengemis wanita yang
juga ibu seorang gadis kecil.
Seperti kebanyakan kota
besar di dunia ini, kehidupan
masyarakat kota terlalu berat
untuk mereka, Tidak sampai
setahun di kota itu, mereka
sudah kehabisan seluruh
uangnya.
3. Pada suatu dari, tergerak oleh
semangat untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik, ibu
itu bangkit dan memutuskan
untuk bekerja.."Dalam
beberapa Hari mama akan
mendapatkan cukup uang
untuk menyewa kamar kecil
yang berpintu, Dan Kita tidak
lagi tidur dengan angin
dirambut Kita"
4. Maka sang ibu mengatur
kotak kardus dimana
mereka tinggal selama 7
bulan agar tampak
kosong, Dan
membaringkan anaknya
dengan hati-hati di
dalamnya, di sebelahnya
ia meletakkan sepotong
roti, kemudian, dengan
Mata basah ibu itu
menuju kepabrik sepatu.
5. Tapi siang itu juga sepasang
suami istri pengemis yang
moralnya amat rendah
menculik gadis cilik itu dengan
paksa, Di situ mereka
mendandani gadis cilik itu
dengan baju baru, membedaki
wajahnya, menyisir rambutnya
dan membawanya kesebuah
rumah mewah dipusat kota .
6. Disitu gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami
istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak
sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun.
Suami istri dokter tsb memberi nama anak gadis itu
Serrafona, mereka memanjakannya dengan amat sangat…
7. Pagi itu Serrafona sedang
membersihkan kamar mendiang
Ayahnya, ia menemukan selembar
foto seorang anak bayi yang
digendong Sesuatu ditelinga kiri
bayi itu membuat jantungnya
berdegup kencang. Ia mengambil
kaca pembesar dan
mengkonsentrasikan pandangannya
pada telinga kiri itu. Kemudian ia
membuka lemarinya sendiri, dan
mengeluarkan sebuah kotak kayu
mahoni.
8. Di dalam kotak yang berukiran indah
itu tampak sebentuk anting-anting
melingkar yang amat sederhana,
ringan dan bukan terbuat dari emas
murni.
Almarhum ibu memberinya benda itu
dengan pesan untuk tidak
menghilangkan nya. Ia sempat
bertanya, kalau itu anting, dimana
pasangannya. Ibunya menjawab
bahwa hanya itu yang ia punya.
9. Serrafona menaruh anting itu
didekat foto. Sekali lagi ia
mengerahkan seluruh kemampuan
melihatnya dan perlahan-lahan
air matanya berlinang. Kini tak
ada keragu-raguan lagi bahwa
bayi itu adalah dirinya sendiri.
Foto itu seolah membuka pintu
lebar-lebar pada ruangan yang
selama ini mengungkungi
pertanyaan-pertanya annya,
kenapa bentuk wajahnya berbeda
dengan wajah kedua orang
tuanya, kenapa ia tidak menuruni
golongan darah ayahnya.
10. Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat
abad terpendam, berkilat dibenaknya, bayangan seorang
wanita membelai kepalanya dan mendekapnya di dada. Di
ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dingin
sekelilingnya tetapi ia juga merasa betapa hangatnya
kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada
wanita itu. Ia seolah merasakan dan mendengar lewat
dekapan itu bahwa daripada berpisah lebih baik mereka
mati bersama.
11. Ini semua adalah awal dari
kegiatan baru mereka mencari
masa lalu Serrafonna. Foto
hitam-putih yang kabur itu
diperbanyak puluhan ribu lembar
dan disebar ke seluruh jaringan
kepolisian diseluruh negeriIa
membentuk yayasan-yayasan
untuk mendapatkan data dari
seluruh panti-panti orang jompo
dan badan-badan sosial di
seluruh negeri dan mencari data
tentang seorang wanita.
12. Bulan demi bulan telah berlalu, tapi
tak ada perkembangan apapun dari
usahanya. Tapi Serrafona tidak punya
pikiran untuk menyerah. Dibantu
suaminya yang begitu penuh
pengertian, mereka terus menerus
meningkatkan pencarian.
13. Kini, tiap kali bermobil, mereka sengaja memilih
daerah-daerah kumuh, sekedar untuk lebih akrab
dengan nasib baik. Tetapi ia tahu, entah
bagaimana, bahwa ibunya masih ada, dan sedang
menantinya sekarang. Ia memberitahu suaminya
keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya
mengangguk-angguk penuh pengertian.
14. Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil,
dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia
berdoa: "Tuhan beri saya sebulan saja". Mobil masih
berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, dan angin yang
penuh derita bertiup, berebut masuk melewati celah
jendela mobil yang terbuka.
Ia mendengar lagi panggilan mamanya, dan ia mulai
menangis: "Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup
beri kami seminggu untuk saling memanjakan".
15. Ketika mereka masuk dibelokan
terakhir. Jalan itu bernama Los
Felidas, panjangnya sekitar 180
meter dan hanya kekumuhan yang
tampak dari sisi ke sisi, dari
ujung keujung. Di tengah-tengah
jalan itu, di depan puing-puing
sebuah toko, tampak onggokan
sampah dan kantong-kantong
plastik, dan ditengah-tengahnya,
terbaring seorang wanita tua
dengan pakaian sehitam jelaga,
tidak bergerak.
16. berhenti diantara 4 mobil
mewah lainnya Dan 3 mobil
polisi, di belakang mereka
sebuah ambulans berhenti,
diikuti empat mobil rumah sakit
lain. Dari kanan kiri muncul
pengemis-pengemis yang segera
memenuhi tempat itu.
"Belum bergerak dari tadi."
Lapor salah seorang.
Pandangan Serrafona gelap tapi
ia menguatkan dirinya untuk
meraih kesadarannya dan turun
dari Mobil,
17. Ia memandang lantai di
kakinya dan kembali
terlintas bayangan ketika ia
mulai belajar berjalan. Ia
membaui bau jalanan yang
busuk, tapi mengingatkannya
pada masa kecilnya.
Air matanya mengalir keluar
ketika ia melihat suaminya
menyuntikkan sesuatu ke
tangan wanita yang
terbaring itu dan
memberinya isyarat untuk
mendekat.
18. "Tuhan", ia meminta dengan seluruh jiwa
raganya, "Beri kami sehari,Tuhan, biarlah saya
membiarkan mama mendekap saya dan
memberinya tahu bahwa selama 25 tahun ini
hidup saya amat bahagia. Sehingga mama tidak
sia-sia pernah merawat saya".
19.
Ia berlutut dan meraih kepala
wanita itu kedadanya, wanita tua
itu perlahan membuka matanya
dan memandang keliling, ke arah
kerumunan orang-orang berbaju
mewah dan perlente, ke arah
mobil-mobil yang mengkilat dan ke
arah wajah penuh air mata yang
tampak seperti wajahnya sendiri
disaat ia masih muda.
"Mama....", ia mendengar suara itu,
dan ia tahu bahwa apa yang selama
ini ditunggunya tiap malam dan
seiap hari - antara sadar Dan
tidak kini menjadi kenyataan.
20. Dengan perlahan ia membuka
genggaman tangannya, tampak
sebuah anting yang sudah
menghitam. Serrafona mengangguk
Dan menyadari bahwa itulah
pasangan anting yang selama ini
dicarinya dan tanpa perduli
sekelilingnya ia berbaring di atas
jalanan itu dan merebahkan
kepalanya di dada mamanya.
"Mama, saya tinggal di istana
dengan makanan enak setiap hari.
Mama jangan pergi, Kita bisa
lakukan bersama-sama. Mama ingin
makan, ingin tidur apapun juga........
Mama jangan pergi.......
21. Ia tersenyum, dan dengan seluruh
kekuatannya menarik lagi jiwanya .
Ketika telinganya menangkap detak jantung
yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan:
"Tuhan Maha Pengasih dan Pemberi,
Tuhan..... satu jam saja.......satu jam saja....."
Tapi dada yang didengarnya kini sunyi,
sesunyi senja dan puluhan orang yang
membisu. Hanya senyum itu, yang
menandakan bahwa penantiannya selama
seperempat abad tidak berakhir sia-sia.