SlideShare a Scribd company logo
1. Apa yang saudara lihat dari perdebatan dan kesimpulan DPR tentang 
konsep mengembalikan pilkada ke DPRD? 
Yang pro Pilkada langsung mengatakan bahwa para anggota DPRD akan minta 
sogokan dari calon Kepala Daerah supaya dipilih. Yang pro Pilkada melalui 
DPRD mengatakan bahwa kenyataannya, para Kepala Daerah itu harus 
mengeluarkan banyak uang untuk bisa terpilih. Seperti telah dikemukakan, 
pendirian pemerintah yang dinyatakan oleh Mendagri juga mengemukakan 
betapa hebatnya korupsi dalam Pilkada langsung. 
Maka kalau aspek KKN yang dijadikan argumen, yang pro Pilkada langsung 
maupun yang pro Pilkada melalui DPRD sama-sama kuatnya atau sama-sama 
lemahnya. Marilah kita telaah hal ini tanpa menggunakan faktor KKN, karena 
kalau terus menggunakan faktor KKN sebagai argumentasi, kita disuguhi oleh 
tontonan para maling yang teriak maling.
Lanjutan… 
• Kita mulai dari pertimbangan yang tertuang dalam 
RUU. Yang pertama, yaitu Pilkada melalui DPRD 
memperkuat sifat integral dalam NKRI memang benar. 
Beberapa daerah sangat menonjol kemajuannya dan 
kesejahteraan rakyatnya karena mempunyai Kepala 
Daerah yang memang sangat kompeten. Tetapi justru 
penonjolan kemampuan sangat sedikit daerah inilah 
yang membuat terjadinya kesenjangan yang besar 
antara daerah-daerah yang bagus dan daerah-daerah 
yang masih saja berantakan. Cepat atau lambat, hal 
yang demikian jelas akan memperlemah NKRI
2. Bagaimana sebenarnya etika demokrasi mengajarkan cara bersikap 
sebelum dan sesudah keputusan di ambil? 
Sikap kita sebaiknya sebagai orang berpendidikan adalah 
MENERIMA segala keputusan yang telah di capai dalam 
musyawarah mufakat. Walaupun hasilnya tidak sesuai 
keinginan kita, kita harus tetap mendukung keputusan 
tersebut, selama dalam koridor yang benar.
3. Bagaimana kalau ada pihak yang menganggap pilkada DPRD bertentangan 
dengan demokrasi, ada juga masyarakat yang curiga dan cemas bahwa 
pilkada DPRD akan meluas dan tidak terkendali, bahkan DPRD akan 
menginterpretasi eksekutif seperti periode 1999-2004 
• Hak rakyat yang dirampas 
• Argumen bahwa Pilkada melalui DPRD merampas hak rakyat sangat 
banyak dipakai oleh yang pro Pilkada langsung. Marilah kita berpikir jernih 
dan jujur. Rakyat yang mana ? Jumlah rakyat yang ikut Pilpres adalah 70 
juta untuk Jokowi dan 62 juta suara untuk Prabowo. Jokwi memperoleh 
53% suara rakyat. Dari perbandingan angka ini saja tidak dapat dikatakan 
seluruh rakyat merasa haknya dirampas. 62 juta suara bukannya nothing. 
• Dalam poster kampanye gambar yang dijadikan template yalah Bung 
Karno, Megawati dan Jokowi. Pikiran Bung Karno tentang Demokrasi 
sangat jelas, yaitu Demokrasi Perwakilan, dan itupun ditambah dengan 
asas pengambilan keputusan yang tidak didasarkan atas pemungutan 
suara melulu. Dia menggunakan istilah diktatur mayoritas dan tirani 
minoritas untuk mempertegas pendiriannya. Dia juga selalu 
mengemukakan apakah 50% plus satu itu Demokrasi ? Apakah 50% plus 
satu itu boleh dikatakan sama dengan “Rakyat” ?
• Jumlah rakyat yang menggunakan hak pilihnya termasuk yang tertinggi di 
dunia. Apakah penggunaan hak politiknya yang berbondong-bondong itu 
karena sangat sadar politik ataukah datang untuk menerima uang dari 
para calon legislatif maupun eksekutif yang dipilih secara langsung ? 
• Kalau 5 tahun yang lalu uang yang harus dikeluarkan untuk menjadi 
anggota DPR rata-rata sekitar Rp. 300 juta, di tahun 2014 sudah menjadi 
Rp. 3 milyar. 
• Demokrasi, walaupun sistem perwakilan membutuhkan rakyat yang sudah 
cukup pendidikan dan pengetahuannya. Marilah kita sangat jujur terhadap 
diri sendiri. Apakah bagian terbesar dari rakyat Indonesia sudah cukup 
pendidikannya ? Para calon presiden sendiri mengemukakan betapa 
tertinggalnya bagian terbesar dari rakyat kita dalam bidang pendidikan 
yang dijadikan fokus dari platformnya. Berbicara soal pilkada langsung 
rakyat digambarkan sebagai yang sudah sangat kompeten menjadi pemilih 
yang sangat bertanggung jawab.
4. Ada juga yang curiga pemilihan 
lewat DPRD akan kembali ke orde baru 
• Pada masa Orde Baru, pemilihan anggota legislatifnya belum 
dilaksanakan dengan prinsip jujur dan adil. Saat ini, anggota 
legislatif dipilih secara jujur, adil dan sangat demokratis. 
• Apalagi, pada masa itu belum ada Undang-Undang Tindak Pidana 
Korupsi dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 
• Pada era Orde Baru calon-calon kepala daerah ditentukan secara 
sentralistik. RUU Pilkada yang sedang dibahas akan sangat 
akomodatif dan aspiratif. 
• Selain itu, pada era Orde Baru partisipasi media dan masyarakat 
dalam mengawasi pelaksanaan demokrasi hampir tidak ada. 
Namun, hal itu sangat bertolak belakang dengan kondisi saat ini. 
Masyarakat dan media bisa melakukan pengawasan.

More Related Content

Similar to Lanjutan spi

Rilis Survei LSI "Pro-Kontra Pilkada Langsung"
Rilis Survei LSI "Pro-Kontra Pilkada Langsung"Rilis Survei LSI "Pro-Kontra Pilkada Langsung"
Rilis Survei LSI "Pro-Kontra Pilkada Langsung"
threeandra MLC
 
PRO KONTRA UU PILKADA
PRO KONTRA UU PILKADAPRO KONTRA UU PILKADA
PRO KONTRA UU PILKADA
HISHNUL180695
 
Pr etbis #3
Pr etbis #3Pr etbis #3
Pr etbis #3
anggadp4
 
Pilkada sebagai sumber korupsi
Pilkada sebagai sumber korupsiPilkada sebagai sumber korupsi
Pilkada sebagai sumber korupsi
Nugroho Setiawan
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanDavid Rosidi
 
Demokrasi sistem rusak dan merusak
Demokrasi sistem rusak dan merusakDemokrasi sistem rusak dan merusak
Demokrasi sistem rusak dan merusakLilis Holisah
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanPotllot Ibenk
 
Makalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU PilkadaMakalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU Pilkada
Fariz Arifuddin Arifuddin
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Terminal Purba
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik KORAN SINDO 30 september 2014-8 november ...
(Sindonews.com) Opini hukum-politik KORAN SINDO 30 september 2014-8 november ...(Sindonews.com) Opini hukum-politik KORAN SINDO 30 september 2014-8 november ...
(Sindonews.com) Opini hukum-politik KORAN SINDO 30 september 2014-8 november ...
ekho109
 
Pemilu untuk Kita.ppt
Pemilu untuk Kita.pptPemilu untuk Kita.ppt
Pemilu untuk Kita.ppt
ANZAKKI
 
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdfTiti Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
fadil529224
 
Tugas powerpoint seppty warbianti
Tugas powerpoint seppty warbiantiTugas powerpoint seppty warbianti
Tugas powerpoint seppty warbianti
Road Hog
 
Sosialisasi Pemilu 2024 DHARWANTO.pptx
Sosialisasi Pemilu 2024 DHARWANTO.pptxSosialisasi Pemilu 2024 DHARWANTO.pptx
Sosialisasi Pemilu 2024 DHARWANTO.pptx
DharwantoBandengan
 
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala DaerahSistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
sangdamar
 

Similar to Lanjutan spi (20)

Rilis Survei LSI "Pro-Kontra Pilkada Langsung"
Rilis Survei LSI "Pro-Kontra Pilkada Langsung"Rilis Survei LSI "Pro-Kontra Pilkada Langsung"
Rilis Survei LSI "Pro-Kontra Pilkada Langsung"
 
PRO KONTRA UU PILKADA
PRO KONTRA UU PILKADAPRO KONTRA UU PILKADA
PRO KONTRA UU PILKADA
 
Pr etbis #3
Pr etbis #3Pr etbis #3
Pr etbis #3
 
Pilkada sebagai sumber korupsi
Pilkada sebagai sumber korupsiPilkada sebagai sumber korupsi
Pilkada sebagai sumber korupsi
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
Demokrasi sistem rusak dan merusak
Demokrasi sistem rusak dan merusakDemokrasi sistem rusak dan merusak
Demokrasi sistem rusak dan merusak
 
Tinjauan kritis
Tinjauan kritisTinjauan kritis
Tinjauan kritis
 
Natural aceh
Natural acehNatural aceh
Natural aceh
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
Makalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU PilkadaMakalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU Pilkada
 
Pengaruh golput di indonesia
Pengaruh golput di indonesiaPengaruh golput di indonesia
Pengaruh golput di indonesia
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik KORAN SINDO 30 september 2014-8 november ...
(Sindonews.com) Opini hukum-politik KORAN SINDO 30 september 2014-8 november ...(Sindonews.com) Opini hukum-politik KORAN SINDO 30 september 2014-8 november ...
(Sindonews.com) Opini hukum-politik KORAN SINDO 30 september 2014-8 november ...
 
Pemilu untuk Kita.ppt
Pemilu untuk Kita.pptPemilu untuk Kita.ppt
Pemilu untuk Kita.ppt
 
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdfTiti Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
Titi Anggraini_Menjadi Pemilih Cerdas dan Bermartabat.pdf
 
Tugas powerpoint seppty warbianti
Tugas powerpoint seppty warbiantiTugas powerpoint seppty warbianti
Tugas powerpoint seppty warbianti
 
Pemilu
PemiluPemilu
Pemilu
 
Natural aceh
Natural acehNatural aceh
Natural aceh
 
Sosialisasi Pemilu 2024 DHARWANTO.pptx
Sosialisasi Pemilu 2024 DHARWANTO.pptxSosialisasi Pemilu 2024 DHARWANTO.pptx
Sosialisasi Pemilu 2024 DHARWANTO.pptx
 
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala DaerahSistem Pemilihan Kepala Daerah
Sistem Pemilihan Kepala Daerah
 

Lanjutan spi

  • 1. 1. Apa yang saudara lihat dari perdebatan dan kesimpulan DPR tentang konsep mengembalikan pilkada ke DPRD? Yang pro Pilkada langsung mengatakan bahwa para anggota DPRD akan minta sogokan dari calon Kepala Daerah supaya dipilih. Yang pro Pilkada melalui DPRD mengatakan bahwa kenyataannya, para Kepala Daerah itu harus mengeluarkan banyak uang untuk bisa terpilih. Seperti telah dikemukakan, pendirian pemerintah yang dinyatakan oleh Mendagri juga mengemukakan betapa hebatnya korupsi dalam Pilkada langsung. Maka kalau aspek KKN yang dijadikan argumen, yang pro Pilkada langsung maupun yang pro Pilkada melalui DPRD sama-sama kuatnya atau sama-sama lemahnya. Marilah kita telaah hal ini tanpa menggunakan faktor KKN, karena kalau terus menggunakan faktor KKN sebagai argumentasi, kita disuguhi oleh tontonan para maling yang teriak maling.
  • 2. Lanjutan… • Kita mulai dari pertimbangan yang tertuang dalam RUU. Yang pertama, yaitu Pilkada melalui DPRD memperkuat sifat integral dalam NKRI memang benar. Beberapa daerah sangat menonjol kemajuannya dan kesejahteraan rakyatnya karena mempunyai Kepala Daerah yang memang sangat kompeten. Tetapi justru penonjolan kemampuan sangat sedikit daerah inilah yang membuat terjadinya kesenjangan yang besar antara daerah-daerah yang bagus dan daerah-daerah yang masih saja berantakan. Cepat atau lambat, hal yang demikian jelas akan memperlemah NKRI
  • 3. 2. Bagaimana sebenarnya etika demokrasi mengajarkan cara bersikap sebelum dan sesudah keputusan di ambil? Sikap kita sebaiknya sebagai orang berpendidikan adalah MENERIMA segala keputusan yang telah di capai dalam musyawarah mufakat. Walaupun hasilnya tidak sesuai keinginan kita, kita harus tetap mendukung keputusan tersebut, selama dalam koridor yang benar.
  • 4. 3. Bagaimana kalau ada pihak yang menganggap pilkada DPRD bertentangan dengan demokrasi, ada juga masyarakat yang curiga dan cemas bahwa pilkada DPRD akan meluas dan tidak terkendali, bahkan DPRD akan menginterpretasi eksekutif seperti periode 1999-2004 • Hak rakyat yang dirampas • Argumen bahwa Pilkada melalui DPRD merampas hak rakyat sangat banyak dipakai oleh yang pro Pilkada langsung. Marilah kita berpikir jernih dan jujur. Rakyat yang mana ? Jumlah rakyat yang ikut Pilpres adalah 70 juta untuk Jokowi dan 62 juta suara untuk Prabowo. Jokwi memperoleh 53% suara rakyat. Dari perbandingan angka ini saja tidak dapat dikatakan seluruh rakyat merasa haknya dirampas. 62 juta suara bukannya nothing. • Dalam poster kampanye gambar yang dijadikan template yalah Bung Karno, Megawati dan Jokowi. Pikiran Bung Karno tentang Demokrasi sangat jelas, yaitu Demokrasi Perwakilan, dan itupun ditambah dengan asas pengambilan keputusan yang tidak didasarkan atas pemungutan suara melulu. Dia menggunakan istilah diktatur mayoritas dan tirani minoritas untuk mempertegas pendiriannya. Dia juga selalu mengemukakan apakah 50% plus satu itu Demokrasi ? Apakah 50% plus satu itu boleh dikatakan sama dengan “Rakyat” ?
  • 5. • Jumlah rakyat yang menggunakan hak pilihnya termasuk yang tertinggi di dunia. Apakah penggunaan hak politiknya yang berbondong-bondong itu karena sangat sadar politik ataukah datang untuk menerima uang dari para calon legislatif maupun eksekutif yang dipilih secara langsung ? • Kalau 5 tahun yang lalu uang yang harus dikeluarkan untuk menjadi anggota DPR rata-rata sekitar Rp. 300 juta, di tahun 2014 sudah menjadi Rp. 3 milyar. • Demokrasi, walaupun sistem perwakilan membutuhkan rakyat yang sudah cukup pendidikan dan pengetahuannya. Marilah kita sangat jujur terhadap diri sendiri. Apakah bagian terbesar dari rakyat Indonesia sudah cukup pendidikannya ? Para calon presiden sendiri mengemukakan betapa tertinggalnya bagian terbesar dari rakyat kita dalam bidang pendidikan yang dijadikan fokus dari platformnya. Berbicara soal pilkada langsung rakyat digambarkan sebagai yang sudah sangat kompeten menjadi pemilih yang sangat bertanggung jawab.
  • 6. 4. Ada juga yang curiga pemilihan lewat DPRD akan kembali ke orde baru • Pada masa Orde Baru, pemilihan anggota legislatifnya belum dilaksanakan dengan prinsip jujur dan adil. Saat ini, anggota legislatif dipilih secara jujur, adil dan sangat demokratis. • Apalagi, pada masa itu belum ada Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). • Pada era Orde Baru calon-calon kepala daerah ditentukan secara sentralistik. RUU Pilkada yang sedang dibahas akan sangat akomodatif dan aspiratif. • Selain itu, pada era Orde Baru partisipasi media dan masyarakat dalam mengawasi pelaksanaan demokrasi hampir tidak ada. Namun, hal itu sangat bertolak belakang dengan kondisi saat ini. Masyarakat dan media bisa melakukan pengawasan.