Teks hadis dan ayat Al-Quran menjelaskan bahwa setiap cobaan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya sesuai dengan kesanggupannya. Allah juga menjanjikan kemudahan bagi siapa saja yang berhasil melewati cobaan untuk menjadikannya pribadi yang lebih baik. Ayat Al-Insyirah menekankan bahwa di balik setiap kesulitan pasti terdapat kemudahan, bahkan dua kemudahan.
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
kultum8.docx
1. Setiap manusia akan menghadapi cobaan dan
kesulitan. Kesulitan dan cobaan yang diberikan oleh
Allah SWT berdasarkan teks hadist yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari menjelaskan bahwa ketika Allah
menghendaki hambanya untuk menjadi pribadi lebih
baik maka Allah akan memberikan cobaan dan
kesulitan.
ُهْنِم ْب ِ
صُي اًرْيَخ ِهِب ُ ه
َّللا ِد ِ
رُي ْنَم
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi
orang baik maka ditimpakan musibah (ujian)
kepadanya.” (HR. Bukhari)
Dalam teks hadist yang lain yang diriwayatkan imam
muslim menjelaskan bahwa setiap muslim yang berhasil
melewati cobaan maka dosa-dosanya akan diampuni.
Dalam Al Quran surat Al-Baqarah ayat 286 Allah
berfirman bahwa cobaan yang diberikan oleh Allah tidak
akan pernah melampaui kesanggupan seorang hamba-
Nya. Ini merupakan salah satu impilkasi dari sifat ke
Maha Rahman dan ke Rahiman Allah SWT. selain dari
pada itu dalam surat Al-Insyirah ayat lima dan enam
Allah berfirman:
ۙاًْرسُي ِ
ْرسُعْال َعَم َِّناَف
٥
ۗاًْرسُي ِ
ْرسُعْال َعَم َِّنا
٦
Yang artinya “Maka, sesungguhnya beserta kesulitan
ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan ada
kemudahan”.
Pada surat Al-Insyirah kalimat beserta kesulitan
ada kemudahan diulang dua kali yaitu pada ayat lima
dan ayat enam. Tentu pengulangan ini bukanlah bentuk
pemborosan kata karena mengulang kata dengan
makna yang sama dua kali, namun pengulangan ini
memiliki hikmah dan maksud tertentu di dalamnya.
Berdasarkan kaidah tafsir salah satu maksud dari
pengulangan ini atau dalam bahasa arabnya disebut
dengan takrir adalah berfungsi sebagai taukid atau
penegasan.
Imam asy Syuyuthi menegaskan bahwa dalam
ilmu tata bahasa arab penggunaan tikrar yang berfungsi
sebagai taukid lebih kuat daripada
penggunaan taukid seperti biasanya. Artinya dalam
ayat ini Allah bermaksud menegaskan bahwa disetiap
kesulitan pasti terdapat kemudahan.
Lebih lanjut lagi Ibnu Abbas menjelaskan
mengenai kata al-usr (kesulitan) dan
kata yusra (kemudahan). Dalam surat Al-Insyirah ayat
lima dan enam kata al-usr disebut dan diulang dua kali
dengan menggunakan redaksi makrifat (khusus) yaitu
dengan penambahan alif lam yang berfungsi sebagai al-
had adz-dzikri (pembatasan penyebutan). Sedangkan
2. kata yusra disebutkan dua kali dengan menggunakan
redaksi nakirah (umum).
Maksud dari pengulangan al-usr dengan
menggunakan redaksi marifat adalah hakikat makna
dari al-usr pada ayat lima sama dengan kata al-
usr pada ayat enam. Sedangkan maksud dari
pengulangan kata yusra dengan menggunakan
redaksi nakirah berarti hakikatnya yusra pada ayat lima
berbeda dengan yusra pada ayat enam. Sehingga
makna yang dapat diambil adalah bahwa disetiap satu
kesulitan terdapat dua kemudahan.
Senada dengan Ibnu Abbas, Wahbah Zuhaili
menjelaskan dalam Tafsir Al Munir mengenai sebab
turunnya ayat lima dan enam. Ayat ini turun ketika kaum
musyrikin menghina kefakiran kaum muslimin. Menurut
Ibnu Jarir yang diriwayatkan dari Hasan Al-Basri ketika
ayat ini turun Rasulullah SAW bersabda:
“Ada kabar gembira. Kalian akan mendapatkan
kemudahan. Satu kesulitan tidak akan pernah
mengalahkan dua kemudahan”.
Dari penafsiran ini dapat diambil hikmah,
pertama, Allah amat sayang kepada hambanya, terlihat
dari di samping Allah tidak pernah memberikan cobaan
diluar kesanggupan hambanya, Allah juga menambah
kemudahan lain dengan memberikan dua kemudahan
dalam setiap satu kesulitan.
Kedua, memberikan motivasi lebih kepada kaum
muslimin yang tertimpa cobaan yang sulit untuk lebih
bersabar dalam menghadapinya, dan menambah
keyakinan bahwa semua kesulitan pasti terdapat jalan
keluarnya.