KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHsri wahyuni
2.1 Kebutuhan Fisik Nutrisi,Cairan dan Personal Hygiene
1. Pemberian minum
Masa neonatus (0-28hari)
a. Pengertian ASI adalah makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3 jam sekali atau on demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu payudara samai teras kosong setelah itu baru ganti payudara yang lain. ASI eksklusive adalah memberiakn ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun kecuali imunisasi, vitamin. Berikan ASI sampai 2 tahun dengan tambahan makan lunak sesuai tahapan usia bayi.
b. Pedoman menyusui ASI antara lain:
Inisiasi menyusu dini adalah bayi berusaha menyusu sendiri diatas perut ibu segera setelah minimal 1 jam.
Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu menyentuh payudara, mulut membuka lebar, hidung mendekat terkadang menyentuh payudara, mulut mencakup areola, lidah menopang putting dan areola bagian bawah, bibir melengkung keluar, bayi menghisap dengan kuat namun perlahan dan kadang-kadang berhenti sesaat.
c. Perawatan payudara selama ibu menyusui
Perhatikan posisi menyusui, oleskan ASI sebelum dan sesudah menyusui untuk mencegah lecet. Jika mengalami bendungan payudara atau mastitis tetap susukan ke bayi sesering mungkin serta lakukan perawatan payudara.
Masa Bayi (29-1 tahun)
ASI ekslusif diberikan selama 6 bulan setelah itu baru ditambah asupan nutrisinya dengan MPASI. Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI. Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi,tetapi juga hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi yang akan memberikan dukungan sangat besar terhadap terjadinya peroses pembentukkan emosi positif pada anak, dan berbagai keuntungan bagi ibu.
Masa Prasekolah (1-6 tahun)
• 1-2 tahun : ASI DAN MPASI dan cairan lainnya
• 3-6 tahun : Seperti cairan yang dibutuhkan remaja
- air mineral
- Susu Formula
-Sari Buah
- DLL
2. Menolong BAB pada Bayi
Masa Neonatus ( 0-28hari)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi (kecil-kecil berwarna cokelat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai hari keenam. Bayi yang baru lahir diberi makan lebih awal akan lebih cepat mengeluarkan feses dari pada mereka yang makan kemudian. Feses dari bayi yang menyusu dengan ASI akan berbeda dengan bayi yang menyusu dengan susu botol. Fesef dari bayi ASI lebih lunak, berwarna kuning emas,dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit bayi.
Bayi yang berdefekasi segera setelah makan merupakan suatu kondisi yang normal atau defekasise sebanayk 1 kali setaiap 3 tau 4 hari. Walaupun demikian, konsitensi feses tetap lunak dan tidak berbentuk. Fesef dari bayi yang minum susu formula lebih berbentuk dibandingkan dengan bayai yang menyusu ASI,namun tetap lunak, berwarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas. Feses ini cenderung mengiritasi kulit bayi. Jumlah feses akan berkurang pada minggu kedua,yang awalnya frekuwensi defekasi
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHsri wahyuni
2.1 Kebutuhan Fisik Nutrisi,Cairan dan Personal Hygiene
1. Pemberian minum
Masa neonatus (0-28hari)
a. Pengertian ASI adalah makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3 jam sekali atau on demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu payudara samai teras kosong setelah itu baru ganti payudara yang lain. ASI eksklusive adalah memberiakn ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun kecuali imunisasi, vitamin. Berikan ASI sampai 2 tahun dengan tambahan makan lunak sesuai tahapan usia bayi.
b. Pedoman menyusui ASI antara lain:
Inisiasi menyusu dini adalah bayi berusaha menyusu sendiri diatas perut ibu segera setelah minimal 1 jam.
Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu menyentuh payudara, mulut membuka lebar, hidung mendekat terkadang menyentuh payudara, mulut mencakup areola, lidah menopang putting dan areola bagian bawah, bibir melengkung keluar, bayi menghisap dengan kuat namun perlahan dan kadang-kadang berhenti sesaat.
c. Perawatan payudara selama ibu menyusui
Perhatikan posisi menyusui, oleskan ASI sebelum dan sesudah menyusui untuk mencegah lecet. Jika mengalami bendungan payudara atau mastitis tetap susukan ke bayi sesering mungkin serta lakukan perawatan payudara.
Masa Bayi (29-1 tahun)
ASI ekslusif diberikan selama 6 bulan setelah itu baru ditambah asupan nutrisinya dengan MPASI. Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI. Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi,tetapi juga hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi yang akan memberikan dukungan sangat besar terhadap terjadinya peroses pembentukkan emosi positif pada anak, dan berbagai keuntungan bagi ibu.
Masa Prasekolah (1-6 tahun)
• 1-2 tahun : ASI DAN MPASI dan cairan lainnya
• 3-6 tahun : Seperti cairan yang dibutuhkan remaja
- air mineral
- Susu Formula
-Sari Buah
- DLL
2. Menolong BAB pada Bayi
Masa Neonatus ( 0-28hari)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi (kecil-kecil berwarna cokelat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai hari keenam. Bayi yang baru lahir diberi makan lebih awal akan lebih cepat mengeluarkan feses dari pada mereka yang makan kemudian. Feses dari bayi yang menyusu dengan ASI akan berbeda dengan bayi yang menyusu dengan susu botol. Fesef dari bayi ASI lebih lunak, berwarna kuning emas,dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit bayi.
Bayi yang berdefekasi segera setelah makan merupakan suatu kondisi yang normal atau defekasise sebanayk 1 kali setaiap 3 tau 4 hari. Walaupun demikian, konsitensi feses tetap lunak dan tidak berbentuk. Fesef dari bayi yang minum susu formula lebih berbentuk dibandingkan dengan bayai yang menyusu ASI,namun tetap lunak, berwarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas. Feses ini cenderung mengiritasi kulit bayi. Jumlah feses akan berkurang pada minggu kedua,yang awalnya frekuwensi defekasi
PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT
BADAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MALIGANO
KECAMATAN MALIGANO KABUPATEN MUNA
PERIODE JULI 2016
Karya Tulis
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB DI KELURAHAN PALAGGA W...Warnet Raha
TINJAUAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI PIL PADA AKSEPTOR KB
DI KELURAHAN PALAGGA WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAPUNTO
KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA
PERIODE JANUARI s.d APRIL TAHUN 2016
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan XVI, LAN RI
Jakarta, 6 Juni 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Keberadaan Nganjuk sebagai kabupaten yang memiliki resiko bencana berskala sedang menjadi fokus pembahasan dalam FGD Lingkungan yang di gelar di Dinas Lingkungan Hidup Kab. Nganjuk.
Dalam kegiatan FGD yang di hadiri seluruh Komunitas, Pemangku Kebijakan (Dinas Kehutanan Jawa Timur, FPRB Nganjuk, BPBD Nganjuk) tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan resiko bencana.
Dalam Paparan ini, Pelestari Kawasan Wilis memaparkan konsep mitigasi yang bertumpu pada perlindungan sumber mata Air. Hal ini selaras dengan aksi & kegiatan yang telah dilakukan sejak 2020, dimana Perkawis mengambil peran konservasi di sekitar lereng Wilis
1. i
IDENTIFIKASI KEJADIAN MIOMA UTERI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN MUNA
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Studi
Diploma III Kebidanan
Oleh :
SARIFA NILAWATI
AK 120308
AKADEMI KEBIDANAN
YAYASAN KESEHATAN NASIONAL
BAUBAU
2016
4. iv
KATA PENGANTAR
ﺒﺴﻢﷲاﻠﺮﺣﻣﻦاﻟﺮﺣﯾم
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan, yang merupakan salah satu syarat dalam Program D III kebidanan
Yayasan Kesehatan Nasional BauBau dengan judul “Identifikasi Kejadian Mioma
Uteri Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016 ”.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini tidak akan terselesaikan
tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk memberikan input dan tenaganya demi kesempurnaan
penulisannya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Harmin Toha,S.ST.,M.Kes dan Bapak Muh.Hasim,SKM selaku
pembimbing Akademi yang selalu membantu dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini
2. Ibu Hj. Suprihatin,S.ST.,M.Kes selaku penguji yang dengan penuh
kesabaran, ikhlas meluangkan waktu, dan pikirannya dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini
3. Bapak Sapril SKM, M.Sc selaku Direktur Akademi Kebidanan Yayasan
Kesehatan Nasional BauBau
4. Ibu Martini, S.ST. selaku ketua progam studi Akademi Kebidanan Yayasan
Kesehatan Nasional Baubau
5. Dosen dan staf kampus di Akademi Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional
Baubau yang telah banyak membantu selama proses perkuliahan dengan
tulus, ikhlas dan sabar.
5. v
6. Teristimewa kepada orang tua ku Safruddin Rianse dan Fasriah ,Ama.Pd
yang telah memberikan dukungan moril, motivasi dengan penuh kesabaran,
serta saudara-saudaraku Yusuf uddin Rianse, AIPTU Abdul Karim Uddin
Rianse, Ishaq Uddin Rianse,ST, Dan AIPDA Ya’qub Uddin Rianse, SH yang
telah banyak mencurahkan kasih sayang, dukungan serta doa restunya
kepada penulis.
7. Ucapan terimakasih kepada teman–teman seperjuangan The Queen 2016,
memberi semangat dalam melakukan penelitian dan membantu selama
kuliah dan dalam penyusunan KTI ini. Serta suka duka kita lalui sama-sama .
8. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu selama penulis mengikuti pendidikan, penelitian sampai
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini hingga ujian akhir, semoga Allah Yang
Maha Esa membalaskan semua kebaikan tersebut.
Penulis menyadari bahwa karya Tulis ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan, baik dari segi penyusunan kalimat maupun dari segi
keilmiahannya, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon
maaf dan bersedia menerima kritikan dan saran yang konstruktif untuk Karya
Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
rekan-rekan sekalian. Amin
Raha, September 2016
Penulis
6. vi
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Sarifa Nilawati
2. NIM : AK. 12 03 08
3. Tempat/Tanggal Lahir : Raha,22 Mei 1987
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
7. Alamat : Jl.S.Sukowati.No.88 Raha
B. Riwayat Pendidikan
1. Tamat SDN 2 Raha Tahun 1999
2. Tamat SMP Neg. 2 Raha Tahun 2003
3. Tamat SMU Neg. 2 Raha Tahun 2006
4. Megikuti Pendidikan Prodi D III Kebidanan Yayasan Kesehatan Nasional
BauBau sejak Tahun 2012 sampai 2016.
7. vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …........................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................................................ iv
BIODATA PENULIS............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI........................................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................... xii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN........................................................................... xiii
ABSTRAK........................................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis...................................................................................................... 5
B. Kerangka konsep................................................................................................... 26
C. Defenisi Operasional Variabel Penelitian............................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian..................................................................................................... 29
B. Lokasi dan Waktu penelitian................................................................................. 29
C. Populasi dan Sampel............................................................................................. 29
8. viii
D. Jenis dan Sumber Data......................................................................................... 30
E. Pengolahan Dan Penyajian Data ....................................................................... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................................... 32
B. Hasil Penelitian.................................................................................................... 35
C. Pembahasan........................................................................................................ 37
D. Asuhan Kebidanan............................................................................................... 41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................... 58
B. Saran................................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9. ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Usia Penderita
Tabel 2. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan Paritas
Tabel 3. Distribusi Sampel Pasien Mioma Uteri Berdasarkan faktor keturunan
11. xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Surat Permohonan izin penelitian
Lampiran B. Surat izin Pengambilan Data Awal
Lampiran C. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
12. xii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
Singkatan dan Lambang Penjelasan
WHO World Health Organization
USG UltraSonografi
CT Computerized Tomografi Scanning
MRI Magnetic Resonance Image
BNO Bulk Nier Oversidth
IVP Intra Vena Pielografi
GnRh Gonadotropin Releasing Hormon
PPO Puasa Pasca Operasi
RL Ringer Laktat
13. xiii
ABSTRAK
Sarifa Nilawati (AK.120308). Identifikasi Kejadian Mioma Uteri Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016, di bawah bimbingan Harmin
Toha,S.ST.,M.Kes dan Muh.Hasyim,SKM.
5 Bab, 76 Halaman, 3 lampiran
Latar Belakang. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada
organ reproduksi wanita. Kejadiannya lebih tinggi antara 20%-25% terjadi pada
wanita diatas umur 35 tahun. Berdasarkan riset penelitian World Health Organisation
(WHO) penyebab angka kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2015
sebanyak 22(1,95%) kasus, dan tahun 2016 sebanyak 21(2,04%) kasus. Di
Indonesia kasus mioma uteri di temukan sebanyak 2,39-11,70%. Data statistik
menunjukkan 60% mioma uteri terjadi pada wanita yang tidak pernah hamil atau
hamil hanya satu kali. Berdasarkan profil kesehatan Sulawesi Tenggara 2016 angka
kejadian mioma uteri sebanyak 6(11,5%) penderita. Sedangkan data yang diperoleh
dari rekam medik RSUD Kabupaten Muna tahun 2016 sebanyak 19 penderita
mioma uteri, yaitu umur <20 tahun sebanyak 3 orang(15,8%), umur 20-35 tahun
sebanyak 8 orang(42,1%), dan umur >35 tahun 8 orang(42,1%).
Tujuan Penelitian. Untuk mengidentifikasi kejadian mioma uteri Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016, ditinjau dari umur, paritas, dan faktor
genetika.
Metode Penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Populasi penelitian adalah semua ibu yang mengalami kejadian mioma uteri di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016 berjumlah 19
orang.Teknik pengambilan sampel adalah total populasi. Jenis data adalah data
kuantitatif. Sumber data dari penelitian ini berupa data sekunder.
Hasil Penelitian. Berdasarkan umur terlihat bahwa jumlah kejadian mioma uteri 19
orang dan paling tinggi pada umur >35 berjumlah 8 (42,1%) , dan paling rendah
pada umur <20 tahun berjumlah 3 orang (15,8%). Berdasarkan paritas paling tinggi
pada paritas III 15 orang (78,8%) dan paling rendah pada paritas II serta ≥IV yang
berjumlah sama yaitu sebanyak 2 orang (10,6%). Berdasarkan faktor genetika
kejadian mioma uteri yang paling tinggi pada riwayat keluarga yang tidak
mempunyai keturunan penderita mioma uteri yaitu berjumlah 15 orang (78,9%) dan
paling rendah pada riwayat keluarga yang mempunyai keturunan penderita mioma
uteri yaitu berjumlah 4 orang (21,1%).
KATA KUNCI : Mioma uteri,umur,paritas, dan Faktor genetik.
14. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Dalam
istilah kedokterannya disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau uterin
fibroid. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada
organ reproduksi wanita. Kejadiannya lebih tinggi antara 20%-25% terjadi
pada wanita diatas umur 35 tahun.Tepatnya pada usia produktif seorang
wanita, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen.
(Sjamsuhidajat, 2010).
Berdasarkan riset penelitian World health organisation (WHO)
penyebab angka kematian ibu karena mioma uteri pada tahun 2015
sebanyak 22 (1,95%) kasus dan tahun 2016 sebanyak 21 (2,04%)
kasus. (Penelitian who, 2016 diakses tanggal 13 Agustus 2016), Jadi
insidensi mioma uteri sekitar 20%-25% dari seluruh wanita di dunia.
Berdasarkan otopsi novak menemukan 27% wanita berumur 25
tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam
ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi
sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira – kira 10% mioma
yang masih bertumbuh.
Di Indonesia kasus mioma uteri di temukan sebesar 2,39-11,70%
dari semua penderita ginekologi yang di rawat (Wiknjosastro, 2009).
Mioma 3-9 kali lipat lebih sering pada wanita kulit hitam dibandingkan
15. 2
wanita kulit putih. Data statistik menunjukkan 60% mioma uteri terjadi
pada wanita yang tidak pernah hamil atau hamil hanya satu kali.(Novie
Hediyani, 2016).
Berdasarkan profil kesehatan sulawesi tenggara 2016 angka
kejadian mioma uteri sebanyak 6 (11,5%) Penderita. dari umur 25-44
tahun sebanyak 167 (67,1%) kasus. penderita dari umur 45-64 tahun
sebanyak 64 (25,7%), pada umur 65 tahun meningkat sebanyak 3 (1,2%)
penderita. (dinkes penelitian, 2016 diakses tanggal 20 Agustus 2016).
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis RSUD
Kabupaten Muna 2013 sebanyak 14 penderita mioma uteri, yaitu umur
25-44 tahun sebanyak 13 orang (93%), umur 45-64 tahun sebanyak
1 orang (7%), tahun 2014 sebanyak 18 penderita, yaitu umur 26-45 tahun
sebanyak 11 orang (61%),umur 46-54 tahun sebanyak 7 orang (38%),
tahun 2015 sebanyak 15 penderita mioma uteri,yaitu umur 25-53 tahun
sebanyak 10 orang (66%), umur 32-54 sebanyak 5 orang (33%),
sedangkan tahun 2016 sebanyak 19 penderita mioma uteri, yaitu umur
<20 tahun sebanyak 3 orang (15,8%), umur 20-35 sebanyak 8 orang
(42,1%), dan >35 tahun sebanyak 8 orang(42,1%). Sebagian besar kasus
mioma uteri adalah tanpa gejala. Oleh sebab itu, kebanyakan penderita
tidak menyadari adanya kelainan pada uterus.
Perdarahan menjadi gejala klinis yang paling sering dan hal ini
terjadi pada 30% penderita mioma uteri. Pengobatan mioma uteri dengan
gejala klinik umumnya adalah tindakan histerektomi (pengangkatan
16. 3
rahim). Sekitar 40% operasi pengangkatan rahim dilakukan atas indikasi
adanya mioma uteri. (Artifasari, 2014).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merasa tertarik
melakukan penelitian Identifikasi Kejadian Mioma Uteri Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka di rumusan masalah sebagai
berikut : Bagaimana Identifikasi Kejadian Mioma Uteri di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengidentifikasi Kejadian Mioma Uteri Di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi umur ibu dengan kejadian mioma uteri
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016
b. Untuk mengidentifikasi Paritas ibu dengan kejadian mioma uteri
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016
c. Untuk mengidentifikasi faktor genetik ibu dengan kejadian mioma
uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2016
17. 4
D. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber informasi
dalam memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan
kepustakaan sekaligus dapat dijadikan bahan acuan
2) Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan pengalaman nyata
dalam memberikan asuhan kebidanan pada penderita dengan
mioma uteri
3) Bagi Profesi
Untuk menambah informasi bagi bidan dan tenaga kesehatan
lainnya dalam memberikan asuhan pada penderita dengan mioma
uteri sesuai dengan manajemen atau prosedur yang ada
4) Bagi Institusi
a. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2016
Untuk menambah informasi dan referensi bidan dalam
memberikan asuhan khususnya pada penderita dengan mioma
uteri serta memberikan konseling guna pencegahan terjadinya
penyakit tersebut
b. Pendidikan
Digunakan sebagai standar bacaan atau referensi dalam
asuhan peningkatan kualitas pendidikan khususnya asuhan
kebidanan pada penderita dengan mioma uteri.
18. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Mioma Uteri
1. Definisi Mioma Uteri
a. Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim.
Disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau uterine fibroid
dalam istilah kedokterannya. Mioma uteri merupakan tumor
kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita.
(Novie Hediyani, 2016)
b. Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot
uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya.
(Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan, 2009)
c. Mioma merupakan tumor yang paling umum pada traktus
genitalis. Mioma terdiri atas serabut – serabut otot polos yang
diselingi dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul
yang tipis. (LieweIIyn j, 2002)
d. Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot
uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam
kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma,
ataupun fibroid. (Winkjosastro H, 2009).
19. 6
e. Mioma Uteri adalah tumor jinak pada otot rahim, disertai
jaringan ikat dalam bentuk padat, karena jaringan ikat dan otot
rahimnya yang dominan. (Manuaba.I.B.G, 2010)
2. Etiologi
Penyebab pasti dari mioma pada rahim masih belum diketahui
secara jelas.Namun beberapa penelitian mengatakan bahwa mioma
muncul dari satu sel ganas yang berada diantara otot polos dalam
rahim. Selain itu adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma.
Pertumbuhan dari mioma uteri di duga berkaitan dengan hormon
estrogen. Mioma menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa
reproduksi, ketika pengeluaran estrogen maksimal dan dapat
bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dimana saat itu
kadar estrogennya sangat tinggi. Tidak didapatkan bukti bahwa
hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma namun
diketahui bahwa estrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan
mioma. (Zidane, 2016)
Teori Mayer dan De Snoo mengajukan teori cell nest atau teori
genitoblas. Percobaan Lipschurz yang memberikan estrogen kepada
kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik
pada permukaan maupun pada tempat lain di dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat
progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan
menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak
20. 7
didapati dari pada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma
adalah sel inmatur, bukan dari selaput otot yang
matur. (Winkjosastro.H, 2009).
3. Patologi Anatomi
Sarang mioma di uterus berasal dari serviks uterus 1-3%,
sisanya dari korpus uterus. (Wiknjosastro H, 2009)
Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai:
a. Mioma submukosum : berada di bawah endometrium dan
menonjol ke dalam rongga uterus.
b. Mioma intramural : Mioma terdapat di dinding uterus, diantara
serabut miometrium.
c. Mioma subserosum : Apabila tumbuh keluar dinding uterus
sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa
Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip.
Sumber :(zidane, 2016)
Perubahan pada mioma uteri dapat dibagi menjadi :
a. Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri
menjadi kecil.
b. Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada usia lanjut tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.
21. 8
c.Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari
mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruang-ruang yang tidak
teratur, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.
d. Degenerasi membatu
Terutama terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya
gangguan dalam sirkulasi.
e. Degenerasi merah (carneous degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas
degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan
muda disertai dengan emesis, sedikit demam, kesakitan tumor
pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
f. Degenerasi lemak
Jarang terjadi merupakan degenerasi hialin.(Manuaba.I.B.G,
2010).
4. Klasifikasi Mioma Uteri
Klasifikasi mioma uteri dapat berdasarkan lokasi dan lapisan
uterus yang terkena :
a. Lokasi
1.) Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina
menyebabkan infeksi.
22. 9
2.) Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan
traktus urinarius.
3.) Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali
tanpa gejala.
b. Lapisan
Mioma Uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya
dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1) Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri hanya sebagai tonjolan
saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan
uterus melalui tangkai. Mioma yang cukup besar akan mengisi
rongga peritoneal sebagai suatu massa. Mioma ini dapat
menyebabkan torsi jika pertumbuhannya semakin membesar.
2) Mioma Uteri Intramural
Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk
uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-
benjol sehingga bentuk uterus bertambah besar dan berubah.
Tidak memberikan dejala klinis yang berarti, kecuali rasa tidak
enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
3) Mioma Uteri Submukosa
Terletak dibawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun
tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis,
23. 10
dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini
memperluas permukaan ruangan rahim.
Gambar 1. Mioma Uteri
(Emir Fakhruddin, 2016)
5. Gejala klinik mioma uteri
Sebagian penyakit ini ditemukan secara kebetulan pada saat
pemeriksaan panggul rutin. Gejala yang timbul tergantung pada
lokasi dan besarnya tumor, yang paling sering ditemukan adalah :
a. Perdarahan abnormal
1) Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi,karena
meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
2) Gangguan kontraksi otot rahim
24. 11
3) Perdarahan berkepanjangan. Akibat pendarahan penderita
dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing,
cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
b. Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat
terjadi :
1) Terasa berat di abdomen bagian bawah
2) Sukar miksi atau defekasi
3) Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf.
c.) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses
saling mempengaruhi :
1) Kehamilan dapat mengalami keguguran
2) Persalinan prematuritas
3) Gangguan saat persalinan
4) Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas.
(Manuaba I.B.G, 2010).
6. Diagnosis
a. Anamnesis:
Dari anamnesis (proses tanya jawab dokter dan pasien) dapat
ditemukan antara lain:
25. 12
penderita seringkali mengeluh rasa berat dan adanya benjolan pada
perut bagian bawah, kadang mempunyai gangguan haid dan ada
nyeri.
b.Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Pemeriksaan abdomen
Pada pemeriksaan abdomen uterus yang membesar dapat
dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan
tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan –
perubahan degeneratif. Mioma lebih terpalpasi pada abdomen
selama kehamilan. Perlunakan abdomen yang disertai nyeri dapat
disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal dari ruptur vena pada
permukaan tumor.
2) Pemeriksaan Pelvis
Pada pemeriksaan pelvis serviks biasanya normal. Namun, pada
keadaan tertentu, mioma submukosa yang bertangkai dapat
mengawali dilatasi serviks dan terlihat pada ostium servikalis.
Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk
nodul.
3) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis mioma uteri, sebagai berikut:
26. 13
a) Ultra sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi
mioma, ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam
rongga pelvis. Mioma juga dapat di deteksi dengan
computerized Tomografi Scanning (CT) ataupun magnetic
Resonance Image (MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih
mahal.
b) Foto bulk nier oversidth (BNO), intra vena pielografi (IVP)
pemeriksaan ini penting untuk menilai massa dirongga pelvis
serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
c) Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma
submukosa disertai dengan infertilitas.
d) Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e) Laboratorium : hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk
menilai kadar hemoglobin dan hematokrit serta jumlah
leukosit.
f) Tes kehamilan adalah untuk tes hormon chorionic
gonadotropin, karena bisa membantu dalam mengevaluasi
suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan oleh
karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan
pembesaran uterus menyerupai kehamilan.(Novie Hediyani,
2016)
27. 14
4) Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan adalah:
a. Tumor abdomen dibagian bawah atau panggul ialah mioma
subserosum dalam kehamilan.
b. Mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan
inversio uteri
c. Mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis,
khoriokarsinoma,karsinoma korporis uteri atau sarkoma uteri.
(Winkjosastro.H, 2009)
7. Komplikasi mioma uteri
a. Degenerasi ganas
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan
histologi uterus yang telah di angkat. Kecurigaan keganasan
uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.
b. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis.
c. Nekrosis dan infeksi
Setelah torsi dapat diikuti infeksi dan nekrosis.
d. Pengaruh timbal balik mioma uteri dan kehamilan.
1) Menimbulkan infertility
2) Meningkatkan kemungkinan abortus
28. 15
3) Saat kehamilan :Persalina prematuritas dan kelainan letak
4) Inpartu : Inersia uteri dan gangguan jalan persalinan
5) Pasca partum : Perdarahan post partum dan retensio plasenta
(Manuaba I.B.G, 2010)
8. Penatalaksanaan Medik
Penanganan mioma uteri tergantung pada umur, paritas, lokasi,
dan ukuran tumor, dan terbagi atas
a. Penanganan konservatif,
bila mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa
gejala.
Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-
6 bulan.
2) Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
3) Pemberian zat besi.
4) Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada
hari 1-3 menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala.
Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan
keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada
periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi
ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu.
29. 16
5) Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum
pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan:
mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan dapat
mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
6) Baru-baru ini, progestin dan anti progestin dilaporkan
mempunyai efek terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan
atau diperlambat dengan pemberian progestin dan
levonorgestrol intrauterin.
b. Penanganan operatif, bila :
1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
2) Pertumbuhan tumor cepat.
3) Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
4) Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
5) Hipermenorea pada mioma submukosa.
6) Penekanan pada organ sekitarnya.
7) Jenis operasi yang dilakukan :
a) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa
pengangkatan uterus. Dilakukan pada penderita infertil atau
yang masih menginginkan anak.
b) Laparaskopi
Satu atau beberapa mioma diangkat menggunakan
tehnik laparaskopi atau endoskopi. Laparaskopi dilakukan
30. 17
dengan cara insisi kecil pada dinding abdomen dan
memasukkan laparaskop ke dalamnya.
c) Histerektomi
Histerektomi adalah pengambilan sarang mioma disertai
pengangkatan uterus. Dilakukan bila pasien tidak
menginginkan anak lagi
d) Penanganan Radioterapi
1. Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi
(bad risk patient)
2. Uterus hanya lebih kecil dari kehamilan tiga bulan
3. Bukan jenis submukosa
4. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
5. Tidak dilakukan pada wanita muda sebab dapat
menyebabkan menopause. Maksud dari radaioterapi
adalah untuk menghentikan perdarahan (Emir Fakhruddin,
2016)
9. Perawatan operasi
a. Persiapan Pre operasi
Pada malam hari sebelum operasi penderita diberi makanan
yang mudah dicernakan, dan sekurang-kurangnya 8 jam
sebelumnya ia tidak diizinkan makan dan minum lagi. Supaya
pada malam itu klien bisa tidur dengan baik,. Sebelum operasi
penderita perlu diberi klisma untuk mengosongkan usus besar
31. 18
dan mengosongkan kandung kemih. Pemberian pramedikasi
diatur oleh ahli anastesi.
Tanggung jawab untuk anastesi, kecuali untuk operasi kecil
yang dilakukan dengan dengan anastesi local, adalah dalam
tangan ahli anastesi. Hal ini meringankan beban pembedah,
sehingga ia dapat memusatkan seluruh perhatian kepada
operasinya. Dengan miomektomi, terutama diadakan sayatan
yang cukup panjang dan penderita berbaring dalam letak
Trendelenburg, medan operasi dapat dilihat dengan baik.
Seorang yang melakukan operasi harus sanggup menangani
perlukaan pada usus, kandung kemih, dan ureter.
b. Perawatan Post operasi
1) Perawatan luka insisi/ pasca operasi
Beberapa prinsip yang perlu diimplementasikan antara lain
a) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama
pasca operasi.
b) Luka harus dikaji setelah operasi dan kemudian setiap hari
selama masa pasca operasi sampai ibu diperbolehkan
pulang/dirujuk.
c) Luka mengeluarkan eksudat cair atau tembus ke pakaian,
pembalutan luka harus diulang sebab bila tidak kemungkinan
luka terbuka.
32. 19
d) Bila luka perlu dibalut ulang, balutan yang digunakan harus
yang sesuai dan tidak lengket.
e) Pembalutan dilakukan dengan tekhnik aseptik.
(Uliyah.M, 2008)
2) Pemberian cairan
Karena selama 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi
(PPO), maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan
mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi
hipertermia, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ lainnya.
Cairan yang diperlukan biasanya dekstrose 5-10%, garam
fisiologis dan ringer laktat (RL) secara bergantian. Jumlah tetesan
tergantung pada keadaan dan kebutuhan, biasanya kira-kira 20
tetes permenit. Bila kadar hemoglobin darah rendah, berikan
transfusi darah atau packed-cell sesuai dengan kebutuhan.
(Mochtar R, 1998)
3) Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus, lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Sebenarnya pemberian sedikit minuman sudah boleh diberikan
pada 6-10 jam pasca bedah berupa air putih atau air teh yang
jumlahnya dapat dinaikkan pada hari pertama dan kedua pasca
bedah.
33. 20
Setelah cairan infus dihentikan, berikan makanan bubur saring
(MI), minuman air, buah dan susu. Selanjutnya secara bertahap
dibolehkan makan bubur (MII) dan akhirnya makanan biasa (MB).
Sejak boleh minum pada hari pertama, obat-obatan sudah boleh
diberikan peroral.
Pemberian makanan rutin tersebut di atas akan berubah bila
dijumpai komplikasi pada saluran pencernaan seperti adanya
kembung pada perut dan peristaltik usus yang kurang
sempurnaan.
4) Nyeri
Sejak penderita sadar, dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih
dirasakan di daerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri
tersebut dapat diberikan obat-obatan antisakit dan penenang
seperti suntikan intramuskuler (IM) pethidin dengan dosis 100-150
mg atau morpin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus atau
obat-obatan lainnya. Dengan pemberian obat-obatan di atas
penderita yang kurang tenang dan gelisah akan merasa lebih
tentram.
5) Mobilisasi
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk
membantu jalannya penyembuhan penderita. Kemajuan mobilisasi
bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang dilakukan dan
komplikasi yang mungkin dijumpai. Secara psikologis hal ini
34. 21
memberikan pula kepercayaaan pada klien bahwa dia mulai
sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan
pada penderita atau dan keluarganya yang menungguinya.
Setelah pasien sadar, dokter menganjurkan agar pasien
berbaring dengan posisi miring kanan dan kiri yang dapat dimulai
selama 6-10 jam. Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita
sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari
kedua penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta
untuk untuk bernapas dalam-dalam lalu menghembuskannya
disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan
pernapasan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri
penderita bahwa ia mulai pulih. Kemudian posisi tidur telentang
dirubah menjadi setengah duduk (posisi semi fowler).
Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 pasca operasi.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan
emboli. Sebaliknya bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat
mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara
teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang
paling dianjurkan.
35. 22
6) Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa
tidak nyaman pada penderita dan menyebabkan perdarahan.
Karena itu dianjurkan pemasangan kateter tetap (balon kateter)
yang terpasang 24 sampai 48 jam atau lebih lama lagi, tergantung
jenis operasi dan keadaan penderita. Dengan cara ini urin dapat
ditampung dan diukur dalam kantong plastik secara periodik. Bila
tidak dipasangi kateter yang tetap, dianjurkan untuk melakukan
kateterisasi rutin kira-kira 12 jam pasca bedah kecuali bila penderita
dapat berkemih sendiri sebanyak 100 cc.
7) Pemberian Obat-obatan
a. Antibiotik, kemoterapi dan anti inflamasi
Cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda di
setiap institut, bahkan satu institut pun masing-masing dokter
mempunyai cara dan pemilihan yang berlainan.
b. Obat-obat pencegah perut kembung
Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar kerja
saluran pencernaan dapat diberikan obat-obatan secara suntikan
dan peroral.
c. Obat-obatan lainnya
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan robaransia, obat anti inflamasi atau bahkan transfusi
darah pada penderita yang anemis.
36. 23
8) Perawatan Rutin
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan dan
pengukuran adalah :
a) Tanda-tanda vital meliputi : Tekanan darah (TD), jumlah nadi
permenit (N), frekuensi pernapasan permenit (P), suhu badan (S)
b) Jumlah cairan yang masuk dan keluar (urine)
c) Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi dan kasus.
9) Konsultasi
Pada keadaan dan kasus tertentu, selain kerja sama dengan unit
anestesi, kadangkala diperlukan konsultasi dengan disiplin
lainnya. Pada umumnya pengangkatan jahitan dilakukan pada
hari ke-7 pasca operasi untuk sebagian dan diselesaikan pada
hari ke-10.
c. Komplikasi-komplikasi Pascaoperasi
Komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul dalam masa ini ialah
sebagai berikut :
1) Syok
Peristiwa ini terjadi karena insufisisiensi akut dari sistem
sirkulasi dengan akibat sel-sel jaringan tidak mendapat zat-zat
makanan dan O2 dengan akibat terjadi kematian. Sebab-
sebab syok antara lain hemoragi, sepsis, neurogenik,
kardiogenik, atau kombinasi antara bebagai sebab tersebut.
37. 24
Gejala-gejalanya ialah nadi dan pernafasan meningkat, tensi
menurun, oligouri, eksteremitas dan muka dingin.
2) Hemoragi
Hemoragi dalam pascaoperasi timbul biasanya karena ikatan
terlepas atau oleh karena usaha penghentian darah kurang
sempurna.
3) Infeksi saluran kencing
Kemungkinan infeksi saluran kencing selalu ada, salah satu
penyebabnya adalah kateterisasi. Gejalanya penderita panas
dan sering kali menderita nyeri pada saat kencing, dan
pemeriksaan air kencing (yang dikeluarkan dengan kateter)
mengandung leukosit dalam kelompok.
4) Terbukanya luka operasi
Sebab-sebab terbukanya luka jahitan operasi ialah luka tidak
dijahit dengan sempurna, batuk atau muntah keras, infeksi.
Jika hal-hal tersebut ditemukan, harus waspada terhadap
kemungkinan terbukanya jahitan.
B. Tinjauan Umum Kejadian Yang Mempengaruhi Mioma Uteri
a. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,
ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.
Mioma menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa
reproduksi dimana saat itu kadar estrogen sangat tinggi.Tumor ini
38. 25
paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun. Dan
mengalami pengecilan pada saat menopause.
b. Paritas
lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif
infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang
menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua keadaan ini saling
mempengaruhi.
c. Faktor ras dan genetik
Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka
kejadian mioma uteri tinggi.Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor
ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita
mioma.
d. Fungsi ovarium
Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah
menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi
setelah menopause.(Emir Fakhruddin, 2016).
39. 26
C. Skema Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel Dependen
: Variabel Independen
: Variabel Tidak Diteliti
Umur Ibu
Paritas
Factor Genetik
Fungsi Ovarium
Mioma
Uteri
40. 27
D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
1. Mioma uteri adalah suatu keadaan di mana terdapat tumor jinak otot
polos pada uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya,yang pada
umumnya terletak di korpus uteri.
2. Umur adalah lama hidup pasien yang di hitung dari lahir sampai
penelitian ini dilakukan, dimana dari segi umur mioma uteri
dipengaruhi oleh stimulasi hormon estrogen yang disekresikan oleh
ovarium. Terutama pada usia reproduksi meningkat dan akan
menurun pada usia menopause.
Kriteria Objektif :
a. < 20 tahun
b. 20–35 tahun
c. >35 tahun (Wiknjosastro, 2009)
3. Paritas adalah frekuensi proses persalinan yang telah dialami
pasien. Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita nullipara atau
wanita yang hanya mempunyai satu anak, pada wanita nulipara
kejadian mioma uteri lebih sering ditemui penyebabnya yaitu karena
sekresi oleh ovarium. Pada wanita yang tidak hamil atau melahirkan
estrogen yang ada ditubuhnya adalah murni estrogen serta
semuanya digunakan untuk proliferasi jaringan uterus.
Kriteria Objektif :
a. I
b. II
41. 28
c. III
d. ≥ IV (Manuaba, 2010)
4. Faktor keturunan adalah wanita dengan garis keturunan tingat
pertama dengan penderita mioma uteri.Dimana pada genetik terjadi
perubahan sekunder yang bersifat degeneratif karena berkurangnya
aliran darah ke mioma uteri.Perubahan sekunder meliputi atrofi,
degenerasi hialin, degenerasi kistik, degenerasi membatu, merah,
dan lemak.
Kriteria Objektif :
a. Ya, jika penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga yang
menderita mioma uteri
b. Tidak, Jika penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat
keluarga yang menderita mioma uteri (Parker, 2007)
42. 29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Jenis penelitian deskriptif
yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan mengenai suatu keadaan
secara objektif yakni identifikasi kejadian mioma uteri di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016. (menurut Notoatmodjo,
2010).
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus – September 2016.
2. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Muna.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dengan mioma uteri
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016 berjumlah
19 orang.
43. 30
2.Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu dengan mioma uteri
dan tercatat dalam buku register diruang GSR kebidanan Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016, Sehingga
tehnik pengambilan sampel adalah total sampling.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yaitu penelitian yang banyak menggunakan angka dimulai dari
pengumpulan data , pengolahan data serta penampilan dari hasilnya
2. Sumber Data
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan
atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga, lingkungannya,
mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam kebidanan di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016.
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang telah diolah secara manual dengan menggunakan kalkulator
akan disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan.Untuk memperoleh
distribusi frekuensi data dianalisis dengan menggunakan rumus statistik
deskriptif.
44. 31
Rumus yang digunakan :
X = f x K (100 %)
n
keterangan :
X : presentase hasil yang dicapai
f : frekuensi variabel yang diteliti
n : jumlah sampel penelitian
K : Konstanta (100%) .(Arikunto, 2006).
45. 32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna terletak di Ibu
Kota Kabupaten tepatnya di Jalan Sultan Hasanuddin No.6
Kelurahan Raha 1 Kota Raha. Lokasi ini sangat strategis karena
mudah dijangkau dengan kendaraan umum dengan batas sebagai
berikut :
1) Sebelah utara : Jl. Basuki Rahmat
2) Sebelah timur : Jl. Sultan Hasanuddin
3) Sebelah selatan : Jl. Laode Pulu
4) Sebelah Barat : Jl. Ir. Juanda
2. Lingkungan Fisik
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Propinsi Sulawesi
Tenggara berdiri diatas lahan seluas 10.740 m2
.
3. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
a. Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Pembangunan kesehatan di Kabupaten Muna mengacu pada
visi yang telah diterapkan yaitu ’’ memberikan pelayanan yang
terbaik di wilayah Kabupaten Muna ’’.
46. 33
b. Misi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Untuk mewujudkan visi diatas, maka misi yang diemban oleh
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna adalah
“Memberikan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu, Merata, Dan
Terjangkau Di seluruh aspek kesehatan.
c. Fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas/sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna adalah :
1) Pelayanan kesehatan rawat jalan yakni poliklinik penyakit
dalam, poliklinik umum, poliklinik kebidanan dan penyakit
kandungan, poliklinik gigi , poliklinik saraf, instalasi rehabilitasi
medik, dan instalasi gawat darurat.
2) Pelayanan kesehatan rawat inap yakni kebidanan dan
kandungan, perawatan bayi/perinatologi dan perawatan umum.
3) Pelayanan medik yakni fisioterapi, rontgen, apotik, laboratorium
klinik dan instalasi gizi.
4) Fasilitas Tempat Tidur
Berdasarkan hasil sensus harian RSUD Kabupaten Muna pada
tanggal 31 Agustus 2016 jumlah tempat tidur yang berfungsi 75 TT
(Tempat Tidur) terdiri dari :
1) Kelas Utama (VIP) : 4 tempat tidur
2) Kelas I : 8 tempat tidur
3) Kelas II : 18 tempat tidur
47. 34
4) Kelas III : 28 tempat tidur
5) Obgyn : 12 tempat tidur
6) U G D : 5 tempat tidur
4. Ketenagaan
Jumlah ketenagaan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna tahun 2016 :
1) Master Kesehatan : 5 orang
2) Dokter Ahli Kandungan : 2 orang
3) Dokter Ahli Dalam : 1 orang
4) Dokter Ahli Fisioterapi : 1 orang
5) Dokter Ahli Saraf : 1 orang
6) Dokter Gigi : 2 orang
7) Dokter Umum : 12 orang
8) SKM : 8 orang
9) S1 Keperawatan : 9 orang
10) S1 Farmasi : 7 orang
11) S1 Sarjana Non Kes : 5 orang
12) DIV Bidan : 7 orang
13) DIV Gizi : 2 orang
14) DIII Keperawatan : 80 orang
15) DIII Bidan : 42 orang
16) DIII Farmasi : 3 orang
17) DIII Kesling : 2 orang
48. 35
18) DIII Gizi : 8 orang
19) DIII Laboratorium : 12 orang
20) DIII Perawat Gigi : 2 orang
21) DIII Rontgen : 2 orang
22) DIII Fisioterapi : 3 orang
23) DIII Elektromedik : 2 orang
24) DIII Adminkes : 2 orang
25) SPK : 1 orang
26) DI Bidan : 2 orang
27) DI Gizi : 3 orang
28) SLTA : 20 orang
29) SLTP : 4 orang
30) SD : 2 orang
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai identifikasi
kejadian mioma uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tahun 2016, dimana data yang dikumpulkan adalah data sekunder yakni
data yang diperoleh dari ruang GSR kebidanan RSUD Kabupaten Muna.
Setelah data tersebut dikumpulkan, kemudian dilakukan pengolahan data
selanjutnya dibahas dalam bentuk tabel disertai penjelasan.
49. 36
Tabel 1
Distribusi frekuensi Umur Ibu dengan Kejadian Mioma Uteri di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016
Umur Jumlah ( n ) Persentase (%)
<20 tahun 3 15,8
20-35 tahun 8 42,1
>35 tahun 8 42,1
Jumlah 19 100%
Sumber : Data Sekunder Terolah
Berdasarkan tabel 1 di atas, menunjukkan bahwa dari 19 orang yang
mengalami mioma uteri paling tinggi pada umur 20-35 tahun dan >35
tahun (42,1%) tahun, dan paling rendah pada umur <20 tahun berjumlah 3
orang (15,8%).
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Paritas Ibu dengan Mioma Uteri di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016
Paritas Jumlah ( n ) Persentase (%)
I 0 0
II 2 10,6
III 15 78,8
≥ IV 2 10,6
Jumlah 19 100%
Sumber : Data Sekunder Terolah
50. 37
Berdasarkan tabel 2. Terlihat bahwa jumlah kejadian mioma uteri
sebanyak 19 orang dan paling tinggi pada paritas III sejumlah 15 orang
(78,8%), dan paling rendah pada paritas II dan ≥ IV yang berjumlah sama
yaitu sebanyak 2 orang (10,6%), serta paritas I tidak teridentifikasi artinya
tidak ada yang menderita gejala mioma uteri.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Faktor Genetik dengan Mioma Uteri di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016
Faktor Genetik Jumlah ( n ) Persentase (%)
Riwayat keturunan 4 21,1
Tidak ada riwayat gen 15 78,9
Jumlah 19 100%
Sumber : Data Sekunder Terolah
Berdasarkan tabel 3. terlihat bahwa kejadian mioma uteri sebanyak
19 orang dan paling tinggi pada riwayat keluarga yang tidak mempunyai
keturunan penderita mioma uteri yaitu berjumlah 15 orang (78,9%), dan
paling rendah pada riwayat keluarga yang mempunyai keturunan
penderita mioma uteri yaitu berjumlah 4 orang (21,1%).
C. Pembahasan
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa dari 19 orang yang mengalami mioma uteri
51. 38
di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun 2016 berdasarkan
umur, didapatkan umur <20 tahun berjumlah 3 orang (15,8%), umur 20-35
tahun dan >35 tahun berjumlah 8 orang (42,1%).
Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau
diadakan. Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun,
dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun,
dewasa madya adalah 41 tahun sampai 60 tahun, dewasa lanjut > 60
tahun. Dalam kasus mioma uteri umur adalah salah satu faktor
presdiposisi dimana tumor ini tumbuh dengan lambat dan mungkin baru
dideteksi secara klinis pada kehidupan dekade keempat. Beberapa teori
menyebutkan pertumbuhan tumor ini relatif cepat akibat peningkatan
hormon. (Tobing NL, 2009).
Mioma uteri sebagian besar ditemukan pada masa reproduksi,
karena adanya rangsangan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak
dijumpai sebelum datang haid ( menarche ) dan akan mengalami
pengecilan setelah mati haid ( menopause ). Bila masa menopause tumor
yang berasal dari mioma uteri masih tetap besar dan tambah besar,
kemungkinan degenerasi ganas menjadi sarkoma uteri. Bila dijumpai
pembesaran abdomen sebelum menarche, hal itu pasti bukan mioma uteri
tetapi kista ovarium dan kemungkinan menjadi ganas. (Marmi,dkk. 2011).
2.Paritas
Setelah melakukan penelitian terhadap 19 sampel yang diteliti
menunjukkan bahwa yang mengalami kejadian mioma uteri di Rumah
52. 39
Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna tahun 2016 berdasarkan
paritas,didapatkan paritas III berjumlah 15 orang (78,8%), pada paritas II
dan ≥ IV berjumlah 2 orang (10,6%).
Paritas adalah jumlah bayi yang dilahirkan baik lahir hidup maupun
lahir mati dari seorang ibu.Paritas 1-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal dan perinatal, sebaliknya 0 dan > 3
beresiko tinggi terjadinya mioma uteri (Wiknjosastro, 2009)
Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai
masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan.Salah satu
dampak kesehatan yang mungkin timbul pada wanita dari paritas yang
tinggi adalah yang berhubungan dengan kejadian mioma uteri,yang sering
terjadi pada nulipara atau wanita yang relatif infertil (Setiati,E. 2009)
3. Faktor Genetik
Mioma uteri dapat terjadi pula karena adanya keluarga yang
memiliki riwayat penyakit yang sama.Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari semua wanita dengan mioma uteri sebanyak 15 orang (78,9%)
yang tidak memiliki riwayat genetik penyakit mioma uteri, sedangkan 4
orang (21,1%) yang memiliki riwayat keluarga menderita penyakit mioma
uteri.
Ada sebagian besar orang secara genetik lebih kecenderungannya
untuk menderita penyakit yang sama,tetapi ada pula orang yang secara
genetik lebih kecil kemungkinanya.Sebab itu,jika dalam riwayat kesehatan
53. 40
keluarga ada beberapa orang yang diketahui menderita mioma harus
menghindari faktor – faktor yang dapat memicu mioma (Manuaba, 2009)
54. 41
D. Asuhan Kebidanan
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI
PADA NY ’’S’’ DENGAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN MUNA
TAHUN 2016
No. Reg : 417202
Tgl. Masuk RS : 31 Agustus 2016, jam 10.30 Wita
Tgl. Operasi : 02 September 2016, jam 09.13 Wita
Tgl. Pengkajian : 03 September 2016, jam 12.30 Wita
LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR
a. Identitas Istri/Suami
Nama : Ny.”S” / Tn.’’H’’
Umur : 32 Thn / 35 thn
Nikah / Lama : 1 Kali / ± 6 thn
Suku : Muna / Muna
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Desa Bonea
55. 42
b. Data Biologis
1.) Keluhan Utama
a) Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah sebelah kanan.
b) Ibu merasakan nyeri bila haid
c) Ibu mengeluh sukar miksi dan defekasi
d) Ibu mengeluh susah tidur
2.) Riwayat keluhan utama :
Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah sebelah kanan dan
mengalami masa haid yang lama dan banyak disertai pembesaran
perut sejak bulan Maret 2016 hingga Agustus 2016 yang awalnya
sebesar telur ayam semakin lama semakin membesar hingga
sekarang sebesar bola kasti.
c. Riwayat Kesehatan Lalu
1.) Ibu mempunyai riwayat operasi usus buntu
2.) Ibu tidak ada riwayat Penyakit menular seksual (PMS)
3.) Tidak pernah mengkonsumsi obat – obatan tanpa resep dokter
4.) Tidak ada riwayat alergi makanan dan obat – obatan
5.) Ibu tidak menderita penyakit DM, Jantung, Ginjal dan asma.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit turunan
56. 43
e. Riwayat Reproduksi
1.) Riwayat Haid
Menarche : Umur 13 tahun
Siklus : Tidak teratur
Lamanya : 8 – 10 hari
Dismenorhoe : (+)
f. Data psikososial ekonomi dan spiritual
1) Ibu merasa cemas dengan keadaannya
2) Klien menganggap bahwa operasi merupakan jalan keluar yang
terbaik.
3) Pengambil keputusan adalah suami
4) Biaya rumah sakit ditanggung oleh keluarga
5) Ibu berserah diri pada Tuhan yang maha Esa
6) Ibu selalu berdoa untuk kesembuhannya
g. Riwayat Ginekologi
1) Ibu tidak pernah mengalami tumor kandungan ataupun tumor
payudara
2) Ibu tidak pernah mengalami infeksi organ reproduksi.
3) Ibu tidak pernah menderita penyakit kelamin seperti gonorhoe,
kandiloma aquiminata dan sifilis.
h. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB
57. 44
i. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1.) Kebutuhan Nutrisi
a.) Pola makan : Teratur
b.) Frekuensi makan : 3 x sehari.
c.) Nafsu makan : Baik
d.) Jenis makanan : Nasi, lauk dan sayur
e.) Minum : ± 6-8 gelas/hari.
2.) Kebutuhan Eliminasi
a.) BAK : Tidak lancar
BAB :1x1, warna kuning, bau khas dan konsistensi lunak.
3.) Pola istirahat
a.) Sulit tidur karena merasa sesak sebagai akibat pembesaran
perut
4.) Personal Hygiene
a.) Mandi : 2x sehari
b.) Mengganti pakaian dalam : 2x sehari
c.) Menggosok gigi 2 kali sehari
d.) Keramas 2 x seminggu
5.) Pemeriksaan Fisik
a.) Keadaan umum Baik
58. 45
b.) Kesadaran komposmentis
c.) TTV : TD : 120/70 mmHg P : 18 x/menit
N : 92 x/menit S : 36,50
C
d.) Kepala
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada daerah kepala,rambut
nampak rontok,ekspresi wajah nampak cemas, konjungtiva
merah muda, sklera putih,Bibir merah muda, tidak ada
sariawan,caries (-) dan tidak terdapat serumen pada telinga.
e.) Leher
Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan
vena jugularis.
f.) Payudara
Simetris kiri dan kanan dan tidak ada massa.
g.) Abdomen
Terdapat luka bekas operasi ,nyeri tekan pada perut bagian
bawah sebelah kanan serta teraba massa atau benjolan
h.) Genetalia
Tampak pengeluaran bercak darah, tidak nampak varises dan
tidak ada oedema.
i.) Ekstremitas
Ekstremitas atas pada tangan kanan terpasang infus RL, botol
ketiga, cairan ke empat, 20 tetes per menit pada jam 11.00,
ekstremitas bawah simetris kiri dan kanan,tidak ada oedema
dan varices
59. 46
j.) Data penunjang
a.) Hb : 8,1 gr %
b.) Pada pemeriksaan USG terdapat mioma dengan ukuran
3,7 x 3,4 x 4 cm
k.) Pengobatan
Advice :
a) Pemberian cairan infus RL dan dextrose 5% = 2:1 per 8 jam
dengan jumlah tetesan 20 tetes/i
b) Injeksi Ranitidin 1 amp/ 8 jam/IV.
c) Ketorolac 1 amp / 8 jam / IV
d) Injeksi Cefotaxime 1 gr/ IV/ 12 jam
e) Rencana operasi tanggal 02 September 2016, jam 09.13
Wita.
LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL
Diagnosa : Mioma uteri dengan masalah kecemasan
a. Mioma uteri
Data Subyektif :
a) Ibu mengalami nyeri perut bagian bawah sebelah kanan disertai
pembesaran perut yang awalnya sebesar telur ayam dan sekarang
sudah sebesar bola kasti dirasakan sejak enam bulan yang lalu
yaitu pada bulan Maret hingga Agustus 2016.
b) Ibu merasakan nyeri haid ( Dismenorea )
c) Ibu mengeluh sukar miksi dan defekasi.
60. 47
Data Obyektif
a) Teraba massa atau benjolan
b) Pada pemeriksaan USG tampak mioma uteri dengan Ukuran 3,7 x
3,3 x 4 cm
Analisis dan Interpretasi Data
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus
dan jaringan ikat yang menumpang. Rasa nyeri pada kasus ini bukanlah
gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah
pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan dan
pertumbuhan mioma submukosum yang menyempitkan kanalis servikalis
dapat menyebabkan dismenorhoe. (Winkjosastro, 2009)
a. Masalah kecemasan
DS : Ibu cemas dengan penyakit yang dideritanya.
DO : Ekspresi wajah tampak cemas dan meringis
Analisis dan Interpretasi data
Gangguan cemas yang menyeluruh menyebabkan suatu
kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati, disertai dengan beragam
gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi
sosial. Pasien umumnya merasa posisinya lebih rendah dihadapan dokter
atau petugas kesehatan sehingga mereka takut untuk mengungkapkan
ataupun bertanya ataupun menjawab pertanyaan yang diberikan.
Sehingga hal ini bisa menyebabkan kecemasan pada pasien karena
61. 48
kurangnya informasi dan pengetahuan yang diketahui tentang
penyakitnya.(Mansjoer.A, 2006)
LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Tidak ada data yang menunjang.
LANGKAH IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI
Perlu adanya tindakan segera dengan kolaborasi dokter untuk
melakukan tindakan selanjutnya.
LANGKAH V. RENCANA ASUHAN
a. Tujuan
1) Mioma uteri dapat teratasi
Kriteria
1) Mioma sudah diangkat
2) Tidak teraba massa
3) Tidak ada nyeri tekan
4) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti merah, bengkak dan
panas
2) Kecemasan dapat teratasi
Kriteria
1) Ekspresi ibu tidak cemas dan tidak meringis
2) Ibu merasa tenang
b. Rencana Asuhan
1) Jelaskan pada ibu tentang penyebab dari nyeri
Rasional : Penjelasan tentang penyebab nyeri memberikan
kepuasan dan kemudahan ibu sehingga tidak terlalu
dikeluhkan.
2) Observasi tanda-tanda vital
62. 49
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui keadaan umum ibu
3) Lakukan informed chooise
Rasional : Agar ibu dapat memilih tindakan yang tepat untuk
dirinya
4) Lakukan informed consent
Rasional : Dengan persetujuan yang diberikan klien dan
keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan
mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap
klien tersebut maka pelayanan yang diberikan akan
sesuai dengan standar.
5) Berikan dukungan moril dan spiritual pada ibu dan keluarga
Rasional : Agar ibu tetap optimis dalam menghadapi
penyakitnya
6) Lanjutkan pemberian infus RL botol keempat cairan kelima 20 tetes
per menit.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh
7) Lanjutkan pemberian cefotaxime 1 gr IV/12 jam
Rasional : Antibiotik untuk mencegah infeksi
8) Lanjutkan pemberian ranitidine 1 amp /IV/8 jam
Rasional : Untuk penekanan asam lambung serta mencegah
mual dan muntah
9) Lanjutkan pemberian ketorolac 1 amp/IV/8 jam
Rasional : Analgetik untuk mengurangi rasa nyeri
10) Anjurkan ibu untuk istirahat
Rasional : Dengan istirahat yang maksimal akan dengan
mudah mengembalikan stabilitas tubuh, oleh sebab
itu ibu akan merasa lebih tenang.
11) Berikan ibu health education mengenai gizi seimbang
63. 50
Rasional : Agar stabilitas ibu dapat terjaga dan tidak mudah
untuk terkena infeksi
12) Anjurkan ibu untuk berpuasa 8 jam sebelum operasi yaitu pada jam
02.00 sampai jam 09.13 wita
Rasional : Agar peristaltik usus tidak terganggu dan obat yang
diberikan dapat berfungsi dengan baik dan
perut tidak menjadi kembung.
LANGKAH VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 03 September 2016 jam 12.45 wita
1) Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri yang dirasakan
Hasil : Ibu mengerti atas penyebab nyeri yang dirasakan
2) Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil :
- TD : 120/70 MmHg
- P : 18 x/menit
- N : 92 x/menit
- S : 36,5 ˚C
3) Melakukan informed choise
Hasil : Ibu dan keluarga memilih yang terbaik guna kesembuhan
secara total
4) Melakukan informed consent
Hasil : Ibu dan keluarga mengetahui keuntungan dan kerugian
operasi dan menyetujui dan bersedia tanda tangan tindakan yang
akan dilakukan
5) Memberikan dukungan moril pada ibu dan keluarga
Hasil : Agar ibu dan keluarga lebih optimis dalam menghadapi
penyakitnya
64. 51
6) Melanjutkan pemberian cairan infus RL botol keempat cairan
kelima 20 tetes per menit
Hasil : Jam 21.00 mengganti botol keempat cairan kelima 20 tetes
per menit.
7) Melanjutkan pemberian cefotaxime 1 gr IV/12 jam
Hasil : Jam 13.20 wita, ibu diberikan injeksi cefotaxime
8) Melanjutkan pemberian ranitidine 1 amp /IV/8 jam
Hasil : Jam 13.30 wita, ibu diberikan injeksi ranitidine 1amp IV
9) Melanjutkan pemberian ketorolac 1 amp/IV/8 jam
Hasil : Jam 13.40 wita, ibu diberikan injeksi ketorolac 1 ampIV
10) Memberikan ibu health education (HE) mengenai gizi seimbang.
Hasil : ibu bersedia untuk melakukan
11) Menganjurkan ibu untuk berpuasa 8 jam sebelum operasi yaitu
pada jam 02.00 sampai 09.13 Wita
Hasil : bersedia melakukan.
12) Menganjurkan ibu untuk beristirahat
Hasil : ibu bersedia melakukan.
LANGKAH VII. EVALUASI
Tanggal 03 September 2016 Jam : 12.50 Wita
1) Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan
2) Keadaan umum ibu baik dan tanda-tanda vital dalam batas normal
- TD : 120/70 MmHg
- P : 18 x/menit
- N : 92 x/menit
- S : 36,5 ˚C
65. 52
3) Ibu bersedia untuk dioperasi
4) Ibu merasa lebih optimis dalam menghadapi penyakitnya
5) Ibu bersedia berpuasa
6) Ibu kooperatif dengan semua tindakan yang akan dilakukan
7) Ibu makan – makanan bergizi dan istirahat yang cukup
8) Kecemasan ibu berkurang
9) Nyeri perut bagian bawah ibu sedikit berkurang
10)Tindakan operasi akan dilakukan
66. 53
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN
REPRODUKSI PATOLOGI PADA NY’’S’’ DENGAN MIOMA UTERI
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA
TAHUN 2016
No. Reg : 417202
Tgl. Masuk RS : 31 Agustus 2016, jam 10.30 Wita
Tgl. Operasi : 02 September 2016, jam 09.13 Wita
Tgl. Pengkajian : 03 September 2016, jam 12.30 Wita
LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR
Identitas Istri / Suami
Nama : Ny.”S” / Tn.’’H’’
Umur : 32 Thn / 35 thn
Nikah / Lama : 1 Kali / ± 6 thn
Suku : Muna / Muna
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Desa Bonea
67. 54
Subjektif (S)
1. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah sebelah kanan dan
mengalami masa haid yang lama dan banyak disertai pembesaran
perut awalnya sebesar telur ayam semakin lama semakin
membesar dan sekarang sudah sebesar bola kasti dirasakan sejak
6 bulan yang lalu yaitu pada bulan Maret sampai Agustus 2016.
2. Ibu mengeluh susah tidur
3. Sifat nyeri hilang timbul
4. Ibu mengeluh sukar miksi dan defekasi
5. Nampak cemas dan takut dengan keadaannya
Objektif (O)
1. Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaran komposmentis
3. Ekspresi wajah ibu tampak cemas dan meringis
4. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit DM, Jantung ginjal dan asma
5. TTV :
TD : 120 / 70 Mmhg P : 18 x /i
N : 92 x /i S : 36,5 °c
6. Kepala
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan pada daerah kepala, rambut
nampak rontok, ekspresi wajah nampak cemas, konjungtiva merah
muda, sklera putih, Bibir merah muda, tidak ada sariawan,caries (-)
dan tidak terdapat serumen pada telinga.
7. Leher
Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan vena
jugularis.
8. Payudara
Simetris kiri dan kanan,tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri
tekan.
68. 55
9. Abdomen
Terdapat luka bekas operasi,teraba massa atau benjolan dan tidak
ada nyeri tekan.
10.Ekstremitas
Ekstremitas atas pada tangan kanan terpasang infus RL botol
ketiga cairan keempat, 20 tetes per menit, ekstremitas bawah tidak
ada oedema dan varices.
11.Pemeriksaan penunjang
Darah
Hb : 8,1gr%
Pemeriksapemeriksaan USG : Mioma uteri dengan
ukuran 3,7x3,3x4
12.Pengobatan
Advice :
a. Pemberian cairan infus RL dan dextrose 5% = 2:1 per 8 jam
dengan jumlah tetesan 20 tetes/i
b. Injeksi Ranitidin 1 amp/ 8 jam/ IV.
c. Ketorolac 1 amp / 8 jam / IV
d. Injeksi Cefotaxime 1 gr/ IV/ 12 jam
e. Rencana operasi tanggal 02 September 2016, jam 09.13 Wita
Assesment (A)
mioma uteri dengan masalah kecemasan
Planning (P)
1) Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri yang dirasakan
Hasil : Ibu mengerti atas penyebab nyeri yang dirasakan
2) Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil :
69. 56
- TD : 120/70 MmHg
- P : 18 x/menit
- N : 92 x/menit
- S : 36,5 ˚C
3) Melakukan informed choise
Hasil : Ibu dan keluarga memilih yang terbaik guna kesembuhan
secara total
4) Melakukan informed consent
Hasil : Ibu dan keluarga mengetahui keuntungan dan kerugian
operasi dan menyetujui dan bersedia tanda tangan tindakan yang
akan dilakukan
5) Memberikan dukungan moril pada ibu dan keluarga
Hasil : Agar ibu dan keluarga lebih optimis dalam menghadapi
penyakitnya
6) Melanjutkan pemberian cairan infus RL botol keempat cairan
kelima 20 tetes per menit
Hasil : Jam 21.00 mengganti botol keempat cairan kelima 20 tetes
per menit.
7) Melanjutkan pemberian cefotaxime 1 gr IV/12 jam
Hasil : Jam 13.20 wita, ibu diberikan injeksi cefotaxime
8) Melanjutkan pemberian ranitidine 1 amp /IV/8 jam
Hasil : Jam 13.30 wita, ibu diberikan injeksi ranitidine 1amp IV
9) Melanjutkan pemberian ketorolac 1 amp/IV/8 jam
Hasil : Jam 13.40 wita, ibu diberikan injeksi ketorolac 1 ampIV
10) Memberikan ibu health education (HE) mengenai gizi seimbang.
Hasil : ibu bersedia untuk melakukan
70. 57
11) Menganjurkan ibu untuk berpuasa 8 jam sebelum operasi yaitu
pada jam 02.00 sampai 09.13 Wita
Hasil : bersedia melakukan.
12) Menganjurkan ibu untuk beristirahat
Hasil : ibu bersedia melakukan.
71. 58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Identifikasi Ibu dengan Kejadian Mioma
Uteri di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Dari 19 orang jumlah ibu dengan kejadian mioma uteri yang paling
tinggi pada umur >35 tahun (42,1%), paling rendah <20 tahun
berjumlah 3 orang (15,8%).
2. Dari 19 orang jumlah ibu dengan kejadian mioma uteri yang paling
tinggi pada paritas III berjumlah 15 orang (78,8%), dan paling rendah
pada paritas II dan paritas ≥ IV yang masing – masing berjumlah sama
yaitu 2 orang (10,6%).
3. Dari 19 orang jumlah ibu dengan kejadian mioma uteri yang paling
tinggi pada riwayat keluarga yang tidak mempunyai keturunan
penderita mioma uteri yaitu berjumlah 15 0rang (78,9%), dan paling
rendah pada riwayat keluarga yang mempunyai keturunan penderita
mioma uteri yaitu berjumlah 4 orang (21,1%).
B. Saran
1. Bagi bidan
Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan,diharapkan
senantiasa berupaya untuk meningkatkan keterampilan dan
72. 59
kemampuan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih
profesional.
2. Bagi Pasien
Apabila ibu mengalami perdarahan diluar siklus menstruasi dan
mengalami nyeri abdomen bagian bawah, maka sebaiknya segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.Penegakan diagnosa untuk
mioma uteri ditunjang dengan pemeriksaan USG.Pengkajian data juga
harus dilakukan lebih dalam dimana petugas kesehatan melakukan
pendekatan kepada ibu dan keluarga agar ditemukan data yang akurat,
baik itu data subjektif maupun objektif, karena dalam menentukan
diagnosa sangatlah penting untuk menentukan tindakan selanjutnya
3. Bagi Pendidikan
Sebagai acuan dan referensi mengenai masalah suatu kasus,terkhusus
pada kasus yang berhubungan dengan asuhan kebidanan pada ibu
dengan mioma uteri.
4. Bagi Penulis
Sangat diharapkan guna peningkatan ilmu pengetahuan dan skill dalam
penerapan asuhan kebidanan.
73. 60
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (http://www.scribd.com/online/Makalah-Mioma-Uteri, tanggal 27
Agustus 2016).
Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara . ( 2013 ). Profil Kesehatan
Propinsi Sulawesi Tenggara.
Data rekam medik RSUD Kabupaten Muna, 2013 / 2016.
Fakhruddin, E,(http://www.emirfakhruddin.com/2010/02/mioma-uteri.html)
diakses tanggal 30 Agustus 2012).
Febrianti Eva. Studi Kasus .Stikes Kusuma Husada. 2013
Fat Tesno The . Obstetri Dan Ginekologi . 2006
http://www.penelitianwho@yahoo.comdiakses tanggal 13 Agustus 2016
Hediyani,N(http://referensiartikelkedokteran.blogspot.com/2011/05 /miom
a-uteri.diakses tanggal 27 Agustus 2016).
LieweIIyn.j 2002. Dasar-dasar Obsestri dan Ginekologi.Yayasan joko
suyono. Edisi VI.Jakarta.
Manuaba, I.B.G 2010, ilmu Kebidanan penyakit Kandungan dan KB untuk
pendidikan Bidan, penerbit buku Kedokteran EGC. Edisi II Jakarta.
Mansjoer, A dkk, 2001. Kapita selekta kedokteran. Penerbit Media
Aesculapius, Jakarta.
Manuaba, IBG 2001. Kapita Selekta penatalaksanaan rutin obstetri
ginekologi dan KB. Penerbit buku kedokteran EGC Jakarta.
74. 61
Mochtar, R.2005. Sinopsis Obstetric Jilid 1. Jakarta : EGC
Nurmeilan Lina dan Aidar. Studi Kasus . Akbid Pelita Ibu. 2013
Setiati,E,dkk.Buku Ajar Ginekologi. Penerbit buku kebidanan. EGC , 2009.
Simatupang, E.J, 2006. Penerapan unsur – unsur manajemen dalam
praktek kebidanan. Awan indah. Jakarta.
Varney,Helen,dkk. ( 2007 ). Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta,Buku
Kedokteran ECG.Kk.
Winkjosastro.H 2009.ilmu Kebidanan .Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Edisi IV. Jakarta.
.