SlideShare a Scribd company logo
1 of 78
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN
PARAMETER BANGUNAN
KP - 06
DESEMBER 1986
EDISI BAHASA INDONESIA
i
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
© 1986 DIREKTORAT JENDERAL PENGAIRAN
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Cetakan pertama : 1986
Dicetak oleh : CV. GALANG PERSADA, Bandung
Disusun oleh :
Sub-Direktorat Perencanaan Teknis,
Direktorat Irigasi I,
Direktorat Jenderal Pengairan,
Departemen Pekerjaan Umum
Dibantu oleh DHV Consulting Engineers
Bekerja sama dengan PT. Indah Karya
ii
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
Nornor. 185/KPTS/A/1986
TENTANG
STANDAR PERENCANAAN IRIGASI
DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan dan pemantapan
pelaksanaan/penyelenggaraan pembangunan Irigasi di
lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan perlu adanya
keseragaman dalam kegiatan perencanaan pembangunan
Irigasi;
b. bahwa hasil pertemuan “Diskusi Pemantapan Standardisasi
Perencanaan Irigasi", yang diadakan oleh Direktorat Jenderal
Pengairan pada bulan Agustus 1986, dipandang memadai untuk
dikukuhkan sebagai Standar Perencanaan Irigasi di lingkungan
Direktorat Jenderal Pengairan;
c. bahwa untuk maksud tersebut perlu diatur dengan Surat
Keputusan ;
Mengingat : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 15/M Tahun 1982;
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 44 Tahun 1974;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 15 Tahun 1984;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 211/KPTS/1984;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pengairan No. 45/KPTS/A/1984;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERTAMA : Mengukuhkan hasil pertemuan "Diskusi Pemantapan Standardisasi
Perencanaan Irigasi", sebagai Standar Perencanaan Irigasi terdiri
dari :
KRITERIA PERENCANAAN :
1. KP - 01 Kriteria Perencanaan - Bagian Perencanaan Jaringan
Irigasi
2. KP - 02 Kriteria Perencanaan - Bagian Bangunan Utama
3. KP - 03 Kriteria Perencanaan - Bagian Saluran
4. KP - 04 Kriteria Perencanaan - Bagian Bangunan
5. KP - 05 Kriteria Perencanaan - Bagian Petak Tersier
iii
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
6. KP - 06 Kriteria Perencanaan - Bagian Parameter Bangunan
7. KP - 07 Kriteria Perencanaan - Bagian Standar
Penggambaran
BANGUNAN IRIGASI :
8. BI - 01 Tipe Bangunan Irigasi
9. BI - 02 Standar Bangunan Irigasi
PERSYARATAN TEKNIS :
10. PT - 01 Persyaratan Teknis - Bagian Perencanaan Jaringan
Irigasi
11. PT - 02 Persyaratan Teknis - Bagian Pengukuran
12. PT - 03 Persyaratan Teknis - Bagian Penyelidikan Geoteknik
13. PT - 04 Persyaratan Teknis - Bagian Penyelidikan Model
Hidrolis
KEDUA : Semua pihak yang melakukan kegiatan pembangunan irigasi, wajib
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang tercantum pada Diktum
PERTAMA.
KETIGA : Direktur Irigasi I bertugas memonitor pelaksanaan Surat Keputusan
ini dan menampung umpan batik guna penyempurnaan Standar
Perencanaan Irigasi sebagaimana tersebut pada Diktum
PERTAMA, sesuai dengan perkembangan.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada hari/tanggal ditetapkan dengan
ketentuan akan diadakan perubahan dan perbaikan seperlunya
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapannya.
TEMBUSAN : Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth :
1. Bapak Menteri Pekerjaan Umum
2. Sekretaris Jenderal Departemen Pekerjaan Umum
3. Inspektur Jenderal Departemen Pekerjaan Umum
4. Kepala Balitbang Departemen Pekerjaan Umum
5. Sekretaris Direktorat Jenderal Pengairan
6. Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum Bidang Pengembangan
Irigasi
7. Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum Bidang Pengembangan
Persungaian
8. Para Kepala Kantor Wilayah/Kepala DPUP up. Kepala Bagian
Pengairan di seluruh Indonesia
iv
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
9. Para Kepala Biro Departemen Pekerjaan Umum
10. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan
11. Kepala Puslitbang Pengairan
12. Para Kepala Bagian dan Kepala Sub Dit. di lingkungan
Direktorat Jenderal Pengairan
13. Kepala Bidang Diktat Pengairan
14. Para Pemimpin Proyek di lingkungan Direktorat Jenderal
Pengairan
15. A r s i p
DITETAPKAN DI: JAKARTA
PADA TANGGAL : 1 Desember 1986
DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
v
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL PENGAIRAN
SAMBUTAN
Pembangunan irigasi di Indonesia sudah berjalan lebih dari satu abad, maka
kita telah dapat mengumpulkan pengalaman-pengalaman berharga yang sangat
bermanfaat bagi pengembangan irigasi selanjutnya. Pengalaman-pengalaman tersebut
didapatkan baik pada tahap studi, perencanaan maupun pada tahap pelaksanaan dan
eksploatasi & pemeliharaan.
Kekuatan dan kelemahan sistem irigasi kita, baik yang bersifat teknik sipil maupun
teknik hidrolik dan segi-segi lain seperti kebutuhan air irigasi, telah diamati, dicatat
dan diteliti guna bahan penyempurnaan pembangunan irigasi di Indonesia.
Sejak pelita I Pemerintah Orde Baru melaksanakan pembangunan di segala
bidang termasuk bidang pengairan dengan salah satu aspeknya pembangunan irigasi,
untuk menunjang peningkatan produksi pertanian dan untuk kenaikan pendapatan dan
kesejahteraan para petani.
Setelah pembangunan irigasi ini berlangsung hampir selama 4 Pelita, maka untuk
tujuan efisiensi dan keseragaman perencanaan, dirasa perlu untuk mengembangkan
standar perencanaan irigasi, yang cocok dengan kondisi di Indonesia untuk dipakai
oleh para perencana irigasi.
Direktorat Irigasi I yang mempunyai tugas pembinaan dan pengaturan di bidang
keirigasian , dalam menyiapkan standar ini telah menghabiskan waktu tidak kurang
dari 28 bulan.
Melalui proses yang cukup panjang telah dilakukan pengumpulan, pengkajian dan
penelitian terhadap perencanaan yang sudah berjalan, laporan-laporan, kriteria yang
dipergunakan di proyek-proyek, pedoman dan standar di bidang lain yang berlaku di
Indonesia serta referensi perencanaan irigasi dari luar Indonesia. Banyak pendapat
dan saran para ahli irigasi di Indonesia telah ditampung melalui acara diskusi,
kemudian dianalisis dan kesimpulannya dimasukkan dalam standar ini.
Standar Perencanaan Irigasi ini tidak bersifat statis, dan di masa mendatang
masih perlu dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kemajuan teknologi
keirigasian. Namun demikian, apa yang dimuat dalam standar ini sudah mencakup
dan mencerminkan perkembangan konsepkonsep irigasi akhir-akhir ini.
Dengan terbitnya Standar Perencanaan Irigasi ini diharapkan para perencana
irigasi dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya, terutama dalam kecepatan
penyelesaian tugas-tugas perencanaan, menuju ke keseragaman irigasi di Indonesia.
Standar Perencanaan Irigasi ini merupakan keharusan untuk dipakai oleh
badan-badan di lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan dalam tugasnya di bidang
pembanguan irigasi. Penyimpangan dari standar ini hanya dimungkinkan dengan izin
Direktur Jenderal Pengairan.
vi
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Badan-badan lain yang mempunyai kepentingan dalam pembangunan irigasi
dianjurkan untuk memakai standar ini juga.
Akhirnya, kami mengucapkan selamat atas terbitnya standar perencanaan irigasi ini,
dan patut kiranya kita semua memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak atas sumbangan yang sangat besar bagi pengembangan standar
ini.
Jakarta,1 Desember 1986
DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN
Ir. Y.Sudaryoko
vii
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
PENGANTAR
Standar Perencanaan Irigasi ini telah disiapkan dan disusun dalam 3 kelompok :
1. Kriteria Perencanaan
2. Gambar Bangunan Irigasi
3. Persyaratan Teknis
Kriteria Perencanaan terdiri atas 7 bagian, berisi instruksi, Standar dan prosedur
bagi perencana dalam merencanakan irigasi teknis. Kriteria Perencanaan terdiri atas 7
buku berisikan kriteria perencanaan teknis untuk Perencanaan Irigasi (System
Planning), Perencanaan Bangunan Irigasi Jaringan Utama dan Jaringan Tersier,
Parameter Bangunan dan Standar Penggambaran.
Gambar Bangunan Irigasi terdiri atas 2 bagian, yaitu: Tipe Bangunan Irigasi,
yang berisi kumpulan gambar-gambar contoh sebagai informasi dan memberikan
gambaran bentuk dan model bangunan. Standar Bangunan Irigasi yang berisi
kumpulan gambar-gambar bangunan yang telah distandardisasi dan langsung bisa
dipakai. Untuk yang pertama, perencana masih harus melakukan usaha khusus berupa
analisis, perhitungan dan penyesuaian dalam perencanaan teknis.
Persyaratan Teknis terdiri atas 4 bagian, berisi syarat-syarat teknis yang
minimal harus dipenuhi dalam merencanakan pembangunan Irigasi. Tambahan
persyaratan dimungkinkan tergantung keadaan setempat dan keperluannya.
Meskipun Standar Perencanaan Irigasi ini, dengan batasan-batasan dan syarat
berlakunya seperti tertuang dalam tiap bagian buku, telah dibuat sedemikian sehingga
siap pakai, untuk perekayasa yang belum memiliki banyak pengalaman, tetapi dalam
penerapannya masih memerlukan kajian teknik dari pemakainya. Dengan demikian
siapa pun yang akan menggunakan Standar ini tidak akan lepas dari tanggung
jawabnya sebagai perencana dalam merencanakan bangunan irigasi yang aman dan
memadai.
Setiap masalah di luar batasan-batasan dan syarat berlakunya Standar ini, harus
dipecahkan dengan keahlian khusus dan/atau lewat konsultasi khusus dengan badan-
badan yang ditugaskan melakukan pembinaan keirigasian, yaitu :
1. Direktorat Irigasi I
2. Direktorat Irigasi II
3. Puslitbang Air
Hal yang sama juga berlaku bagi masalah-masalah, yang meskipun terletak dalam
batas-batas dan syarat berlakunya Standar ini, mempunyai tingkat kesulitan dan
kepentingan yang khusus.
viii
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Semoga Standar Perencanaan Irigasi ini bisa bermanfaat dan memberikan
sumbangan dalam pengembangan irigasi di Indonesia. Kami sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan ke arah kesempurnaan Standar ini.
Jakarta, 1 Desember 1986
Ir. Soewasono
ix
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
DAFTAR ISI
Hal
1. PENDAHULUAN
1.1 Umum ......................................................................................... 1
1.2 Sistem SI ......................................................................................... 1
1.3 Persyaratan dan Kode Praktek.......................................................... 1
2. BAHAN BANGUNAN
2.1 Persyaratan Bahan............................................................................ 2
2.2 Sifat-sifat Bahan Bangunan.............................................................. 2
2.2.1 Berat Volume....................................................................... 2
2.3 Tanah
2.3.1 Sistem klasifikasi tanah menurut
Unified Soil Classification System....................................... 3
2.3.2 Stabilitas lereng.................................................................... 6
2.3.3 Daya dukung tanah bawah untuk
Pondasi................................................................................. 11
2.3.4 Penurunan tanah dasar.......................................................... 13
3. TEGANG RENCANA
3.1 Beban ....................................................................................... 14
3.1.1 Beban mati.......................................................................... 14
3.1.2 Beban hidup........................................................................ 14
3.2 Tekanan Tanah dan Tekanan Lumpur ...................................... 17
3.2.1 Tekanan tanah...................................................................... 17
3.2.2 Tekanan lumpur................................................................... 20
3.3 Tekanan Air ................................................................................ 21
3.3.1 Tekanan hidrostatik.............................................................. 21
3.3.2 Tekanan hidrodinamik.......................................................... 22
3.3.3 Rembesan............................................................................. 22
3.4 Beban akibat Gempa........................................................................ 28
3.5 Kombinasi Pembebanan................................................................... 32
3.6 Tegangan Izin dan Faktor Keamanan............................................... 33
3.6.1 Tegangan izin....................................................................... 33
3.6.2 Faktor keamanan.................................................................. 33
4. PASANGAN BATU DAN BATA MERAH
4.1 Umum ................................................................................ 34
4.2 Batu ................................................................................ 34
4.3 Mortel ................................................................................ 36
x
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
5. BETON
5.1 Klasifikasi ................................................................................ 36
5.2 Sifat-sifat Beton............................................................................... 38
5.3 Tulangan ................................................................................ 38
5.4 Analisis Kekuatan Batas Beton Bertulang....................................... 39
5.4.1 Notasi ................................................................................ 39
5.4.2 Penggunaan grafik untuk perencanaan................................. 41
5.4.3 Batasan ................................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51
LAMPIRAN 1 ................................................................................ 53
LAMPIRAN 2 ................................................................................ 55
xi
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
DAFTAR GAMBAR
Gambar Uraian hal
2.1 Kurve-kurve Taylor untuk stabilitas tanggul
(dari Capper, 1976)............................................................... 7
2.2 Metode irisan untuk perhitungan stabilitas
Lereng................................................................................... 8
2.3 Faktor-faktor daya dukung: beban garis
dekat permukaan (dari Capper, 1976).................................. 10
2.4 Potongan tanah..................................................................... 13
3.1 Muatan Bina Marga untuk BM 100 (muatan T)................... 15
3.2 Muatan “D” Bina Marga untuk BM 100.............................. 16
3.3 Tegangan samping aktif dan pasif, cara
pemecahan Rankine: (a) aktif (b) pasif................................ 18
3.4 Tekanan aktif (a) dan pasif (b) menurut
Rankine................................................................................. 19
3.5 Tekanan air pada dinding tegak............................................ 21
3.6 Gaya tekan ke atas................................................................ 22
3.7 Tekanan hidrodinamik.......................................................... 22
3.8 Jalur rembesan antara bangunan dan
Tanah di sekitarnya............................................................... 24
3.9 Konstruksi jaringan aliran menggunakan
Analog listrik........................................................................ 25
3.10 Gaya tekan ke atas pada pondasi bendung........................... 26
3.11 Metode angka rembesan Lane.............................................. 27
3.12 Daerah-daerah Gempa di Indonesia (Barat)......................... 29
3.13 Daerah-daerah Gempa di Indonesia (Tengah)...................... 30
3.14 Daerah-daerah Gempa di Indonesia (Timur)........................ 31
4.1 Blok-blok batu candi............................................................ 35
5.1 Potongan segi empat berdasarkan lentur
Murni.................................................................................... 39
5.2 Potongan segi empat berdasarkan lentur
Dengan gaya normal............................................................. 39
5.3 Potongan flens sempit yang dianggap sebagai
Potongan segi empat ekuivalen............................................ 40
5.4 Grafik untuk analisis kekuatan batas
potongan baja bertulang....................................................... 45
xii
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
DAFTAR TABEL
Tabel Uraian hal
2.1 Berat volume massa ( ρ )..................................................... 3
2.2 Klasifikasi tanah sistem kelompok....................................... 5
2.3 Standar saringan A.S............................................................ 6
2.4 Metode Bishop – memasukkan perhitungan ke
Dalam bentuk tabel (Capper, 1976)...................................... 10
2.5 Bentuk telapak pondasi......................................................... 11
2.6 Harga-harga perkiraan daya dukung izin
(disadur dari British Standard Code of................................. 12
Practice CP 2004)
2.7 Modulus kemampatan.......................................................... 13
3.1 Muatan “T”........................................................................... 15
3.2 Muatan “D”.......................................................................... 16
3.3 Koefisien kejut...................................................................... 17
3.4 Harga-harga koefisien tegangan aktif Ka
untuk dinding miring kasar dengan permukaan
tanah datar/horisontal........................................................... 19
3.5 Harga-harga koefisien tegangan pasif Kp
Untuk dinding miring kasar dengan permukaan
Tanah datar........................................................................... 19
3.6 Harga-harga ϕdan c.......................................................... 20
3.7 Harga-harga minimum angka rembesan
Lane (C1).............................................................................. 28
3.8 Koefisien jenis tanah............................................................ 28
3.9 Periode ulang dan percepatan dasar gempa ac..................... 32
3.10 Kombinasi pembebanan (PUBI 1982).................................. 32
3.11 Faktor keamanan Mt/Mg ≤ Fg *) terhadap guling................. 33
3.12 Faktor keamanan terhadap gelincir r/r ≤ Fs **).................... 34
5.1 Klasifikasi beton................................................................... 36
5.2 Tegangan-tegangan izin........................................................ 37
5.3 Tegangan-tegangan izin pada baja....................................... 38
5.4 Penutup beton minimum....................................................... 38
5.5 Transformasi untuk daerah tekan segi empat
Ekuivalen potongan flens..................................................... 40
5.6 Indeks baja tarik minimum qmin............................................ 46
xiii
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
DAFTAR TABEL
Tabel Uraian hal
5.7 Indeks lengan dalam maksimum ς u max.............................. 46
5.8 Indeks gaya tarik minimum.................................................. 47
5.9 Faktor tulangan maksimum untuk balok.............................. 47
5.10 Faktor tulangan maksimum untuk bangunan yang
Memakai gaya-gaya samping............................................... 48
5.11 Lebar minimum balok (dlm cm) untuk 3 sampai 7
Batang tulangan dalam satu deret untuk penutup
Beton 2 cm dan begel berdiameter 8 mm............................. 48
5.12 data-data tulangan................................................................. 49
5.13 Luas batang tulangan dalam cm2
untuk
Lebar pelat 100 cm............................................................... 50
A.2.1 Momen lembam dan momen tahan (section
Modules) untuk berbagai potongan melintang..................... 55
A.2.2 Data untuk berbagai letak pembebanan................................ 57
xiv
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
1. PENDAHULUAN
1.1 Umum
Kriteria Perencanaan Bagian Parameter Bangunan ini merupakan bagian
dari Standar Perencanaan Irigasi dari Direktorat Jenderal Pengairan.
Standar Kriteria Perencanaan terdiri dari buku-buku berikut :
KP - 01 Perencanaan Jaringan Irigasi
KP - 02 Bangunan Utama
KP - 03 Saluran
KP - 04 Bangunan
KP - 05 Petak Tersier
KP - 06 Parameter Bangunan
KP - 07 Standar Penggambaran.
Kriteria Perencanaan ini ditunjang dengan :
- Gambar-gambar Standar Perencanaan,
- Persyaratan untuk Pengukuran, Penyelidikan dan Perencanaan,
- Buku Petunjuk Perencanaan.
Kriteria Perencanaan ini memberikan data-data dasar dan daftar standar-
standar yang bisa diterapkan di Indonesia yang diperlukan untuk peren-
canaan dan perhitungan bangunan di suatu jaringan irigasi.
1.2 Sistem SI
Seluruh satuan yang digunakan dalam laporan ini mengikuti Sistem
International SI (Systeme International d”Unites). Agar lebih mudah
digunakan oleh para perekayasa yang sudah terbiasa dengan sistem lama,
satuan-satuan dan harga-harga tertentu akan diberi persamaan/keterangan
menurut sistem lama. Dalam Lampiran 1 diberikan sebuah tabel yang
menunjukkan hubungan antara satuan-satuan ukuran SI Metrik dan
Inggris.
1.3 Persyaratan dan Kode Praktek
Untuk perencanaan bangunan dan saluran diberikan beberapa Standar
Persyaratan Bahan dan Kode Praktek untuk metode perhitungan dan
pembebanan yang harus digunakan-
Daftar kepustakaan pada akhir laporan ini memberikan banyak sekali
bahan pada laporan ini di samping beberapa buku yang menelaah
perhitungan-perhitungan perencanaan untuk bahan-bahan yang sering
dipakai seperti misalnya beton tulangan, baja dan tanah.
1
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
2. BARANG BANGUNAN
2.1 Persyaratan Bahan
Bahan-bahan bangunan yang cocok sudah diterangkan dengan jelas dalam
bentuk persyaratan-persyaratan. Di bawah ini diberikan daf tarnya :
1. PUBI-1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia.
PUBI-1982 memberikan persyaratan untuk 115 macam bahan
bangunan.
2. NI-2 atau PBI 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Bagian-
bagian dari PBI-1971 memberikan persyaratan bahan-bahan yang di-
pakai untuk produksi beton dan tulangan, seperti semen, agregat, zat
tambahan (admixtures), air dan baja tulangan.
3. NI-7 Syarat-syarat untuk Kapur.
4. NI-20 Peraturan Tras dan Semen Merah.
5. NI-8 Peraturan Semen Portland.
6. NI-1 Bata Merah sebagai Bahan Bangunan.
7. NI-5 atau PKKI-1961 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
8. NI-13 Peraturan Batu Belah.
9. SII Standar Industri Indonesia, adalah standar untuk berbagai bahan
yang tersedia di pasaran Indonesia.
2-2 Sifat-sifat Bahan Bangunan
Untuk tujuan Kriteria Perencanaan, dalam pasal-pasal berikut ini akar,
dijelaskan sifat-sifat khusus beberapa jenis bahan penting yang dipakai di
dalam konstruksi jaringan irigasi.
2.2.1 Berat volume
Berat volume yang akan digunakan untuk perhitungan
perencanaan diberikan pada Tabel 21 Berat volume dalam tabel
ini adalah menurut PPI-1983 atau NI-18 (Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung). Berat volume ‫ך‬ (kN/m3
) adalah berat
volume massa ρ (kg/m3
) kali percepatan gravitasi g (m/dt2
).
2
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
2.3 Tanah
2.3.1 Sistem klasifikasi tanah menurut Unified Soil Classification
System
Unified Soil Classification System diperkenalkan oleh US Soil
Conservation Service (Dinar Konservasi Tanah di A.S.} Sistem ini
digunakan untuk mengklasifikasi tanah untuk tujuan-tujuan
teknik. Sistem ini didasarkan pada identifikasi tanah menurut
ukuran partikel, gradasi, indeks plastisitas dan batas cair. Gradasi
dan ukuran partikel ditentukan dengan analisis saringan (ayak).
Batas-batas cair dan plastis ditentukan melalui pengujian di
laboratorium dengan menggunakan metode-metode standar.
Sistem ini memiliki ciri-ciri yang menonjol, yakni :
- Sederhana. Ada 12 macam bahan yang akan dikerjakan oleh
ahli : empat bahan berbutir kasar, empat bahan berbutir halus
dan empat bahan campuran. Selain itu masih ada tiga bahan
organik lainnya yang memerlukan perhatian khusus. Jadi
seluruhnya ada 15.
- Sistem ini memberikan kejelasan tentang sifat-sifat fisik
penting, misalnya ukuran, gradasi, plastisitas, kekuatan,
kegetasan, potensi konsolidasi dan sebagainya.
3
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
- Andai Sifat-sifat teknik yang diperoleh dari Sistem ini sesuai
dengan keadaan sebenarnya.
Tabel 22 menyajikan klasifikasi tanah menurut Sistem ini,
sebagaimana disadur oleh US Bureau of Reclamation, US Corps
of Engineers dan US Soil Conservation Service.
Klasifikasi tanah menurut Sistem 'Kelompok (Unified System),
yang didasarkan pada fraksi bahan minus 3 inci (76 mm),
menggunakan huruf-huruf sebagai simbol sifat-sifat tanah seperti
ditunjukkan di bawah ini.
Kerikil - G Lempung - C Organik - O
Pasir - S Lanau - M Gambut - Pt
Bergradasi baik - w Batas cair Tinggi - H
Bergradasi jelek- P Batas cair Rendah-11
4
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
5
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Tanah yang memiliki sifat-sifat teknik serupa menurut sifat
perilakunya dijadikan satu kelompok. Masing-masing kelompok
dilukiskan dengan dua dari sifat-sifat (karakteristik) di atas. Sifat
teknik yang paling penting dari kelompok ini dicantumkan pads
urutan pertama pads daftar, kemudian sifat terpenting berikutnya
di tempat kedua.
Ukuran-ukuran saringan A.S. (Amerika Serikat) dipakai untuk
memisahkan kelompok-kelompok bahan dari kelompok baku
lainnya. Jenis-jenis saringan penting beserta ukuran lubangnya
adalah:
2.3.2 Stabilitas lereng
Untuk pedoman pendahuluan perencanaan kemiringan tanggul
dapat dipakai Bilangan Stabilitas Taylor. Untuk kemiringan-
kemiringan yang lebih penting dibutuhkan analisis yang lebih
lengkap, yaitu dengan metode Irisan Bishop (Bishop method of
slices).
Gambar 21 menyajikan kurve Taylor, di mana bilangan Stabilitas
N adalah jumlah tak berdimensi dan sama dengan :
dimana :
c = faktor kohesi, kN/m2
F = faktor keamanan (=1,2)
‫ך‬ = berat volume, kN/m3
H = tinggi lereng, m
6
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Gambar 21 menunjukkan Bilangan Stabilitas sebagai fungsi
kemiringan (i) tanggul, sudut gesekan ς dan faktor kedalaman
untuk tanah dengan ς yang rendah.
Tanggul yang dipakai di proyek irigasi tidak harus direncana
untuk (tahan) gempa karena tinggi dan ukurannya tidak menuntut
persyaratan ini.
Metode Irisan Bishop
Cara yang lebih tepat untuk menentukan lereng tanggul adalah
dengan menyelidiki keseimbangan massa tanah yang cenderung
slip di sepanjang lengkung permukaan bidang patahan (lingkaran
slip). Dengan cara mengadakan beberapa penyelidikan terhadap
kemungkinan adanya permukaan patahan, maka permukaan slip
yang paling berbahaya bisa ditemukan, yaitu permukaan yang
faktor keamanannya mempunyai harga terendah.
Dalam metode Bishop, irisan dari tebal satuan, yakni volume yang
cenderung slip, dibagi-bagi menjadi irisan-irisan vertikal (lihat
Gambar 2.2).
7
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Masing-masing irisan pada Gambar 2.2 (a), dengan tinggi h dan
lebar b adalah seimbang terhadap bekerjanya kelima gaga yang
ditunjukkan pada Gambar 2.2 (b}.
Gaya-gaya yang dimaksud ialah :
(i) berat irisan, W = ‫ך‬ h  cos α;
di mana :
W = berat irisan, kN
‫ך‬ = berat volume tanah, kN/m3
h = tinggi irisan, m
 = lebar irisan, m (  = b/cos α = b sec α)
α = sudut antara permukaan horisontal dan permukaan
slip
(ii) reaksi normal N pada permukaan slip, yang terdiri dari
reaksi antar butir N' ditambah dengan gaya U akibat tekanan
pori,
(iii) gaya tangen T akibat perlawanan kohesif dan gesekan yang
terjadi pada permukaan slip :
8
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
di mana :
c' =tegangan kohesif efektif, kN/m2
 =lebar irisan, m
N’=tegangan normal efektif pads muka slip, kN/m2
F =faktor keamanan.
ϕ' =sudut efektif gesekan dalam
(iv) dan (v) reaksi antar irisan En dan En + 1
Dalam metode Bishop, gaya-gaya antar irisan dianggap sebagi
horisontal dan konon kesalahan yang ditimbulkan oleh asumsi
sederhana ini tidak akan lebih dari satu persen.
Untuk sembarang irisan, dengan menguraikan gaya itu secara
vertikal,
W = N cos α + T sin α ….. (23)
dan
T = s  / F .… (2.4)
di mana :
s = tegangan geser, kN/m2
t = lebar irisan, m
F = faktor keamanan.
Tekanan normal pada muka irisan adalah
9
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Persamaan ini harus dipecahkan untuk F dengan menghitung
harga secara berurutan. Perhitungan ini paling efektif jika
disajikan dalam bentuk tabel (lihat Tabel 2-4).
10
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
2.3.3 Daya dukung tanah bawah untuk pondasi
Daya dukung dapat dicari dari rumus berikut (dari Terzaghi) :
qu = α c Nc + ‫ך‬ z Nq + b ‫ך‬ B N‫ך‬ ) ..…210 )
di mana :
qu = daya dukung batas, kN/m2
c = kohesi, tegangan kohesif, kN/m2
Nc, Nq dan N‫ך‬, adalah faktor-faktor daya dukung tak berdimensi
diberikan pada Gambar 2.3
‫ך‬ = berat volume tanah, kN/m3
B = lebar telapak pondasi, m
α dan β faktor tak berdimensi, diberikan pada Tabel 2.5
z = kedalaman pondasi di bawah permukaan, m.
Besarnya daya dukung izin bisa dicari dari :
di mana :
qa = daya dukung izin, kN/m2
qu = daya dukung batas, kN/m2
F = faktor keamanan (2 sampai 3)
‫ך‬ = berat volume tanah, kN/m3
z = kedalaman pondasi di bawah permukaan tanah, m.
Harga-harga perkiraan daya dukung izin disajikan pada Tabel 2.6.
11
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
12
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
2.3.4 Penurunan tanah dasar
Penurunan dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus
logaritmik Terzaghi berikut :
h σ k + ∆σ k
z = ---- * 1n -----------
σ k
di mana:
z = penurunan, m
11 = tebal lapisan yang dapat dimampatkan (dipadatkan), m
C = modulus kemampatan tak berdimensi
ak = tegangan butiran awal di tengah lapisan, kN/m2
∆σ k= tambahan tegangan butir akibat beban di permukaan,
kN/m2
.
13
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
3. TEGANGAN RENCANA
3.1 Beban
3.1.1 Beban mati
Beban mati terdiri dari :
a) berat bangunan
b) seluruh beban tetap/permanen pada bangunan.
Untuk berat volume dapat dipakai angka-angka pada Tabel 2.1
3.1.2 Beban hidup
Beban hidup adalah beban yang tidak akan bekerja terus-menerus
pada konstruksi. Dalam perhitungan sebaiknya dipakai
kemungkinan pembebanan yang paling tidak menguntungkan
(unfavourable}. Beban hidup terdiri dari (a) beban kendaraan dan
(b) orang, hewan.
(a) Beban Kendaraan
Untuk pembebanan oleh kendaraan, akan diikuti persyaratan
yang ditentukan dari Bina Marga (Peraturan Muatan untuk
Jembatan Jalan Raya, No. 12/1970).
Pembebanan untuk kelas-kelas ini adalah sebagai berikut :
Kelas I BM 100 (= 100% dari muatan T dan D menurut
Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No.
12/1970 Bina Marga),
Kelas II BM 70 (= 70% dari idem)
Kelas III BM 50 (= 50% dari idem)
14
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
15
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Jalan raya termasuk kelas I, II atau III, sedangkan jalan inspeksi
termasuk kelas II atau III. Jalan-jalan kecil seperti jalan petani dan
jalan setapak, tidak termasuk ke dalam klasifikasi ini.
Tabel 3.1 memberikan rincian muatan T untuk jalan-jalan kelas I -
III, dan Tabel D menyajikan rincian muatan "D".
16
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Koefisien kejut pada-.bangunan yang terpendam bergantung
kepada kedalaman tanah yang menutupnya seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 33.
(b) Beban orang/hewan
Beban orang/hewan diambil sebagai 500 kgf/m2
untuk
bangunan sebagai beban menerus. Untuk beban terpusat
(point loading), diambil 80 kgf untuk orang dan harga yang
sesuai untuk hewan.
3.2 Tekanan Tanah dan Tekanan Lumpur
3.2.1 Tekanan tanah
Tekanan samping yang dipakai dalam perencanaan bangunan
penahan dihitung dengan menggunakan cara pemecahan menurut
Rankine.
17
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Menurut cara pemecahan Rankine, tekanan samping aktif dan
pasif adalah :
gaga tekan : Ea = ½ Ka ‫ך‬ H1
2
- 2 c H1 K a ….. (3.2 )
(active thrust)
tahanan pasif : Ep = ½ Kp ‫ך‬ H2
2
+ 2 c H2 K p ….. (3.3)
di mana :
Ea = tekanan aktif, kN/m
Ep = tahanan pasif, kN/m
Ka = koefisien tegangan aktif (lihat Tabel 3.4)
Kp = koefisien tegangan pasif (lihat Tabel 3-5)
‫ך‬ = berat volume tanah, kN/m3
H1 = tinggi tanah untuk tekanan aktif, m
H2 = tinggi tanah untuk tekanan pasif, m
c = kohesi, kN/m2.
18
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Arti simbol-simbol yang dipakai dalam Tabel 3.4 dan 3.5 serta
Gambar 3.4 adalah :
19
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
α = kemiringan bagian belakang dinding
δ = sudut gesekan antara tanah dan dinding
φ = sudut geser dalam.
Beberapa harga untuk berbagai jenis tanah diberikan pada Tabel
3.6 berikut untuk dipakai sebagai contoh saja. Harga-harga yang
sesungguhnya harus diperoleh dari lapangan dan laboratorium.
3.2.2 Tekanan lumpur
Tekanan lumpur yang bekerja terhadap muka hulu bendung atau
terhadap pintu dapat dihitung sebagai berikut :
di mana:
Ps = gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman dari atas lumpur
yang bekerja secara horisontal
‫ך‬ s = berat lumpur, kN/m
h = dalamnya lumpur, m
ϕ = sudut gesekan, derajat.
Beberapa anggapan dapat dibuat seperti berikut :
G - 1
20
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
‫ך‬ s = ‫ך‬ s ( ------- ) (3-5)
G
di mana:
‫ך‬ s = berat volume keying tanah ≅ 16 kN/m3
(= 1600 kfg/m3
)
G = berat jenis butir = 2,65
menghasilkan ‫ך‬ s = 10 kN/m3
(= 1000 kgf/m3
)
Sudut gesekan dalam, yang bisa diandaikan 30o
untuk kebanyakan
hal, menghasilkan :
Ps = 1,67 h2
….. (3-6)
3.3 Tekanan Air
3.3.1 Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan
air dan sama dengan :
PH = ‫ך‬ w z …. (3.7)
di mana :
PH = tekanan hidrostatik, kN/m2
‫ך‬ w = berat volume air, kN/m3
(≅ 10)
z = jarak dari permukaan air bebas, m.
Gaya tekan ke atas (uplift) yang bekerja pada lantai bangunan
adalah sama dengan berat volume air yang dipindahkan oleh
bangunan.
21
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
3.3.2 Tekanan hidrodinamik
Harga pasti untuk gaya hidrodinamik jarang diperlukan karena
pengaruhnya kecil saja pada jenis bangunan yang digunakan di
jaringan irigasi. Prinsip gaya hidrodinamik adalah bahwa jika
kecepatan datang (approach velocity) cukup tinggi dan oleh sebab
itu tinggi energi besar, maka akan terdapat tekanan yang makin
besar pada bagian-bagian dinding (lihat Gambar 3.7).
3.3.3 Rembesan
Rembesan atau, perkolasi air melalui tanah di sekitar bangunan
diakibatkan oleh beda tinggi energi pada bangunan itu.
Pada Gambar 3.8 ditunjukkan dua macam jalur rembesan yang
mungkin terjadi: (A) jalur rembesan di bawah bangunan dan (B)
jalur rembesan di sepanjang sisi bangunan.
22
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Perkolasi dapat mengakibatkan hal-hal berikut :
(a) tekanan ke atas (statik)
(b) erosi bawah tanah/piping (konsentrasi aliran yang
mengakibatkan kehilangan bahan)
(c) tekanan aliran (dinamik).
Rembesan dapat membahayakan stabilitas bangunan.
a. Gaya tekan ke atas
Gaya tekan ke atas pada tanah bawah dapat ditemukan dengan
membuat jaringan aliran (flownet), atau dengan asumsi-
asumsi yang digunakan oleh Lane untuk teori angka rembesan
(weighted creep theory)
a.l Jaringan aliran
Jaringan aliran dapat dibuat dengan:
(1) plot dengan tangan
(2) analog listrik atau
(3) menggunakan metode numeris (numerical method)
pada komputer.
Dalam metode analog listrik, aliran air melalui tanah bawah
dibandingkan dengan aliran listrik melalui medan listrik daya-
antar konstan. Besarnya
23
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
24
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
voltase sesuai dengan tinggi piesometrik, daya-antar dengan
kelulusan tanah dan aliran listrik dengan kecepatan air (lihat
Gambar 39). Biasanya plot dengan Langan yang dilakukan
dengan seksama akan cukup memadai.
a.2 Teori angka rembesan Lane
Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa
bidang horisontal memiliki daya tahan terhadap aliran
(rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan dengan
bidang vertikal.
Ini dapat dipekai untuk menghitung gaya tekan ke atas di
bawah bangunan dengan cars membagi beds tinggi
ener&i pada bangunan sesuai dengan panjang relatif di
sepanjang pondasi (lihat Gambar 3.10).
Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada
titik x di sepanjang dasar bangunan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Lx
Px = Hx - ----- ∆H ....... (3.8)
L
di mina :
Px = gaya angkat pada x , kg/m2
L = panjang total bidang kontak bangunan dan tanah
bawah, m
Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x,
m
∆H = beda tinggi energi, m
Hx = tinggi energi di hulu bendung, m.
25
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
dan di mana L dan Lx adalah jarak relatif yang dihitung
menurut cara Lane, bergantung kepada arah bidang
tersebu.
Bidang yang membentuk sudut 45° atau lebih terhadap
bidang horisontal, dianggap vertikal.
b. Stabilitas terhadap erosi bawah tanah (piping)
Bangunan-bangunan yang harus mengatasi beda tinggi muka
air hendaknya dicek stabilitasnya terhadap erosi bawah tanah
dan bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian (heave) atau
rekahnya pangkal hilir bangunan.
Bahaya terjadinya erosi bawah tanah dapat dicek dengan jalan
membuat jaringan aliran/flownet (lihat pasal 3.3.3.a.1) dan
dengan beberapa metode empiris, seperti :
- Metode Bligh
- Metode Lane, atau
- Metode Koshla
26
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Metode Lane, yang juga disebut metode angka rembesan
Lane (weighted creep ratio method), adalah cara yang
dianjurkan untuk mencek bangunan guna mengetahui adanya
erosi bawah tanah. Metode ini memberikan hasil yang aman
dan mudah dipakai. Untuk bangunan-bangunan yang relatif
kecil, metode-metode lain mungkin dapat memberikan hasil-
hasil yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit.
Metode Lane diilustrasikan pada Gambar 3.1.0 dan
memanfaatkan Tabel 6.5. Metode ini membandingkan
panjang jalur rembesan di bawah bangunan di sepanjang
bidang bangunan tanah bawah dengan beda tinggi muka air
antara kedua sisi bangunan.
Di sepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih curam
dari 45° dianggap vertikal dan yang kurang dari 45° dianggap
horisontal. Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan
terhadap aliran 3 kali lebih kuat daripada jalur horisontal.
Oleh karena itu, rumusnya adalah :
Σ Lv + 1/3 Lh
CL = ------------------ …… (3.9)
H
di mana :
CL = Angka rembesan Lane (lihat Tabel 3.7)
Σ Lv = jumlah panjang vertikal, m
E LH = jumlah panjang horisontal, m
H = beda tinggi muka air, m.
27
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
3.4 Beban akibat Gempa
Faktor-faktor beban akibat gempa yang akan digunakan dalam
perencanaan bangunan-bangunan pengairan diberikan dalam bentuk peta
yang diterbitkan oleh DPMA dalam tahun 1981 dengan judul : Peta Zona
Seismik untuk Perencanaan Bangunan Air Tahan Gempa". Peta tersebut
direproduksi lagi seperti tampak pada Gambar 3.12, 3.13 dan 3.14. Pada
peta itu pulau-pulau di Indonesia dibagi menjadi 5 daerah dengan
parameter gempa yang berbeda-beda.
Koefisien gempa dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
ad = n (ac * z)m
, ….. (3.10)
ad
E = ----- ….. (3.11)
g
di mana :
ad = percepatan gempa rencana, cm/dt2
n, m = koefisien untuk jenis tanah (lihat Tabel 3.8)
ac = percepatan kejut dasar, cm/dt
2
(untuk harga per periode ulang
lihat Tabel-3.9).
E = koefisien gempa
g = percepatan gravitasi, cm/dt2
(≅ 980)
z = faktor yang bergantung kepada letak geografis (Koefisien Zona
lihat Gambar 3.12, 3.13 dan 3.14).
28
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
29
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
30
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
31
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Faktor gempa E yang dicari dari rumus dan peta di atas dipakai dalam
perhitungan stabilitas di mana faktor itu harus dikalikan dengan berat
sendiri bangunan dan dipakai sebagai gaya horisontal.
3.5 Kombinasi Pembebanan
Tabel 3.10 menunjukkan kombinasi pembebanan dan kenaikan dalam
tegangan izin rencana.
Dalam Table 3.10 :
M = Beban mati
H = Beban hidup
K = Beban kejut
T = Beban tanah
Thn = Tekanan air normal
Thb = Tekanan air selama banjir
G = Beban gempa
Ss = Pembebanan sementara selama pelaksanaan
32
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
3.6 Tegangan Izin dan Faktor Keamanan
3.6.1 Tegangan izin
Tegangan izin untuk beton (bertulang} baja dan kayu diuraikan
dalam standar persyaratan di bawah ini :
(1) PBI-1971 (NI-2) Peraturan Beton Bertulang Indonesia
(2) VOSB-1963 Peraturan-peraturan Perencanaan Bangunan
Konstruksi Baja dan PPBBI-1983 Peraturan Perencanaan
Bangunan Baja Indonesia (Jembatan dan Bangunan)
(3) PKKI-1961 (NI-5) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.
Untuk pasangan, tegangan-tegangan izin adalah :
- pasangan batu σ d = 7 N/mm2
(= 7 kgf/cm2
)
- pasangan bata merah σ d = 2,5 N/mm2
(=25 kgf/cm2
)
- tidak boleh ada tegangan tarik pada bangunan dari pasangan.
3.6.2 Faktor keamanan
(a) Harga-harga faktor keamanan terhadap bahaya guling
(overturning) diberikan pada Tabel 3.11 untuk berbagai
kombinasi pembebanan seperti yang ditunjukkan pada Tabel
3.10.
(b) Harga-harga faktor keamanan terhadap gelincir (sliding) Fs
diberikan pada Tabel 3.12 untuk berbagai kombinasi
pembebanan.
33
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
(c) Faktor keamanan terhadap gaya tekan ke atas sebaiknya
diambil antara 1,1 dan 1,5.
4. PASANGAN BATU DAN BATA MERAH
4.1 Umum
Pasangan, khususnya pasangan batu, sering dipakai untuk pembuatan
bangunan-bangunan irigasi dan pembuang. Bahan-bahan ini mempunyai
kelebihan-kelebihan penting dibandingkan dengan bahan-bahan lain,
misalnya :
- awet
- konstruksi sederhana, dapat dikerjakan oleh para pekerja setengah-
setengah terampil
- para kontraktor telah terbiasa dengan penggunaan bahan ini
- murah jika batu bisa didapat di tempat konstruksi.
Dalam bagian-bagian berikut akan diberikan spesifikasi pokok bahan
tersebut.
4.2 Batu
Pasangan yang dipakai untuk bangunan-bangunan irigasi terutama dibuat
dari batu kali atau batu galian dan kadang-kadang batu koral. Bata merah
dipakai di daerah-daerah di mana jarang terdapat batu alamiah, sedangkan
bata merah mudah didapat. Bata merah juga mungkin dipakai untuk
membuat bangunan-bangunan kecil di petak-petak tersier di mana
pasangan bata merah akan lebih cocok untuk ukuran konstruksi yang
diperlukan. Standar yang dapat diterapkan untuk bahan-bahan ini adalah
N.I. 13 (Batu Belah), N.I. 10 (Bata Merah) dan PUBI-1982 (Persyaratan
Umum Bahan Bangunan di Indonesia).
34
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Harga kekuatan tekan batu alamiah yang akan digunakan untuk pasangan
batu menurut PUBI-1982 adalah 80-150 N/mm2
(800 -1500 kgf/cm2
).
Kekuatan rata-rata bata merah adalah 2,5 - 25 N/mm2
(25 - 250 kgf/cm2
)
untuk bata merah kelas 25 sampai 250.
Ada tipe khusus pasangan batu, yakni pasangan dari batu candi yang pada
pokoknya berupa batu-batu pecahan yang dipasang rapat untuk meng-
hasilkan permukaan yang awet dan tahan gerusan (abrasi). Tipe pasangan
ini dipakai sebagai lapisan permukaan untuk bendung pelimpah dan
bangunan-bangunan lain yang terkena aliran cepat yang mengangkut
sedimen kasar.
Gambar 41 menunjukkan blok-blok batu yang dipakai untuk batu candi
Gambar 4.1 Blok-blok batu candi
Jenis-jenis batu yang dipakai sebagai bahan untuk membuat batu candi
ialah : andesit, basal, dasit, diabase, diorit, gabro, granit dan grano-diorit.
4.3 Mortel
Ada berbagai mortelIadukan yang dipakai untuk pekerjaan pasangan,
yakni :
(a) Untuk pasangan batu candi :
- 1 semen : 2 pasir untuk bagian yang akan terkena kontak
langsung dengan aliran air
- 1 semen : 3 sampai 4 pasir untuk mortel yang tidak terkena
kontak langsung dengan aliran.
35
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
(b) Untuk pasangan batu yang lain :
- 1 semen : 2 pasir untuk konstruksi berkekuatan tinggi;
- 1 semen : 3 pasir untuk mortel yang terkena kontak langsung
dengan aliran air, dan
- 1 semen : 4 pasir untuk pondasi dan bagian-bagian yang tidak
terkena kontak dengan aliran air.
Untuk konstruksi-konstruksi yang terkena kontak dengan air laut, semen
yang dipakai hendaknya semen Portland kelas V yang tahan sulfat.
5. BETON
5.1 Klasifikasi
Beton harus dipakai dan direncana sesuai dengan persyaratan yang
tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia, PBI-1971 atau
NI-2. PBI-1971 memakai klasifikasi beton seperti yang diberikan pada
Tabel 5.1.
Beton dengan mutu B 0 dipakai untuk pengedapan (blinding) dan lantai
kerja. Campurannya harus paling tidak 1 semen : 8 agregat (kerikil dan
pasir dicampur).
Mutu B 1 dipakai untuk beton tumbuk dalam pondasi dan timbunan;
campurannya dapat diambil 1: 2: 3 atau. 1: 1,5 : 2,5 (semen : pasir :
kerikil).
Mutu K 125 dipakai untuk beton-massa di dalam tubuh bendung atau
dinding penahan yang besar. Untuk mutu ini campuran bisa diambil
seperti untuk mutu B 1.
36
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
37
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
K 175 dipakai untuk bangunan-bangunan bertulang yang dicetak di tem-
pat/lapangan dan campurannya harus sesuai dengan persyaratan yang
diberikan dalam PBI-1971.
K 225 dipakai untuk bagian-bagian yang berkekuatan tinggi seperti
bangunan atas jembatan atau pipa-pipa pracetak. campurannya sesuai
dengan ketentuan dalam PBI-1971.
5.2 Sifat-sifat Beton
Tegangan-tegangan izin untuk berbagai mutu beton dan tipe pembebasan
diberikan pada Tabel 5.2
Modulus elastisitas untuk semua kelas beton adalah 1,4 * 104
N/mm2
(1,4
= 105
kgf/cm2
), sedangkan koefisien ekspansi linier adalah: 1,1 * 10-5
/o
C
5.3 Tulangan
Penutup beton sebaiknya diambil seperti yang diberikan pada Tabel 5.4.
Di lingkungan yang korosif, misalnya bangunan-bangunan yang kena
kontak langsung dengan air laut, air alkali atau tanah, harga-harga dari
Tabel 5.4 sebaiknya ditambah dengan 10 mm.
Penutup beton hendaknya jangan diambil kurang dari besarnya diameter
batang-batang tulangan.
38
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
5.4 Analisis Kekuatan Batas Beton Bertulang
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PB1-1971) memperbolehkan
penggunaan metode kekuatan batas untuk perencanaan beton bertulang.
Karena mengacu kepada perencanaan yang lebih ekonomis, metode ini
lebih sesuai daripada metode-n elastik konvensional.
Untuk tujuan-tujuan perencanaan, di sini direproduksi beberapa tabel dan
grafik dari sebuah artikel yang ditulis oleh Wiratman Wangsadinata,
"Ultimate Strength Analysis of Reinforced Concrete Sections” yang
diterbitkan dalam Insinyur Indonesia, 1972 No. 1/3 & 4/6 untuk jenis
bangunan yang dipakai di jaringan irigasi.
5.4.1 Notasi
Dalam Gambar 5.1 dan 5.2 ditunjukkan notasi-notasi yang akan
digunakan pada Tabel dan Grafik bagian ini.
Potongan flens bisa dianggap sebagai potongan segi empat ekuivalen
dengan menggunakan Gambar 5.3 dan Tabel 5.5. Untuk yu < 1,25 t,
analisisnya mirip dengan analisis untuk potongan segi empat, dan lebar
bagian tekan hendaknya diambil sama dengan lebar efektif flens. (Untuk
lebar efektif potongan flens, lihat pasal 10.8 dari PBI-1971}.
39
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Untuk yu > 1,25 t dan bm/bo ≤ 5 dapat digunakan Tabel 5.5 untuk
memperkirakan lebar ekuivalen. Untuk menggunakan tabel tersebut kita
memperkirakan Σu guna memperoleh b sampai λ untuk harga-harga t/h
dan bm/bo yang sudah diketahui. Bila potongan flens selanjutnya dianggap
sebagai potongan segi empat dengan lebar b, maka analisisnya harus
menunjukkan kebenaran Σu yang diperkirakan, kalau tidak analisis harus
diulangi lagi dengan Σu yang sudah dikoreksi.
40
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
5.4.2 Penggunaan grafik untuk perencanaan
Dengan mempertimbangkan batas-batas yang diberikan pada pasal
5.4.3, penggunaan grafik pada Gambar 5.4 dapat diringkas sebagai
berikut :
Perencanaan :
Hitunglah Cu dari :
41
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
Perkiraan δ , dengan meperhitungkan syarat kebutuhan liat
(ductility requirements) atau harga momen lawan. Masukkan
harga-harga q dan ς u. Untuk lentur murni hitunglah baja tarik
secara langsung dari
Sedangkan untuk lentur dengan gaya normal, hitunglah i dahulu
dari :
dan selanjutnya baja tarik dari :
Untuk lentur dengan gaya tekan normal, potongan itu pada
akhirnya harus dicek apakah dengan tulangan yang diperoleh,
keluluhan (failure) itu benar-benar dikontrol oleh tarikan, dengan
menggunakan :
Apabila untuk lentur dengan gaya tekan normal diperlukan
tulangan simetris, maka dianjurkan untuk menghitung tulangan
secara langsung dari :
42
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
dan
Bukannya menggunakan metode-i yang mulai dengan
Persamaan
sekarang harus dipakai untuk mencek tipe dari keluluhan. Jika
potongan flens dipertimbangkan, maka andaikan dahulu Σu < 1,25
t/h dan anggaplah potongan tersebut sebagai potongan segi empat
dengan lebar bm. Cek apakah dari bagan itu Σu ≤ 1,25 t/h untuk Cu
dan δ yang sudah diketahui Jika demikian analisis dapat
dilanjutkan; jika tidak, perkirakan Σu untuk mendapatkan λ dari
Tabel 5.5 untuk t/h dan bm/bo yang sudah diketahui. Selanjutnya,
anggap potongan tersebut sebagai potongan segi empat dengan
b = λ bm …. (515)
Dari bagan ceklah kebenaran harga perkiraan Σu untuk Cu dan δ
yang sudah diketahui Kalau uu sudah sesuai dengan harga yang
diperkirakan, maka analisis bisa dilanjutkan; jika tidak, prosedur
itu harus diulangi lagi dengan harga ς u yang sudah dikoreksi.
Pengecekan
Untuk lentur murni hitunglah q dari Persamaan (5.3); untuk lentur
dengan gaya normal perkirakan dahulu ς u untuk mendapatkan i
dari Persamaan (5.5), lalu hitunglah q dari Persamaan (5.6).
Hitunglah δ dari Persamaan (5.8) atau Persamaan (5.9).
Masukkan ke dalam bagan q dan δ yang sudah diketahui untuk
43
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
memperoleh Cu dan ς u. Untuk lentur dengan gaya normal, δ u
yang didapat harus sesuai dengan harga perkiraan, kalau tidak,
maka prosedur harus diulangi lagi mulai dengan harga ς u yang
sudah dikoreksi. Kapasitas batas momen didapat dari Persamaan
(5.1) atau Persamaan (5.4) untuk lentur murni dan dari Persamaan
(5.2) atau Persamaan (5.7) untuk lentur dengan gaya normal.
Untuk lentur dengan gaya tekan normal, harus dicek apakah
keluluhan benar-benar di kontrol oleh tarikan dengan
menggunakan Persamaan (5.10) Bila untuk lentur dengan gaya
tekan normal tulangannya simetris, maka harus dipakai Persamaan
(5.14) untuk mencek tipe dari keluluhan. Dalam hal ini dianjurkan
untuk secara langsung menghitung kapasitas momen batas dari
Persamaan (5.11) dan Persamaan (5.12), ini lebih baik daripada
menggunakan metode-i yang mulai dengan Persamaan (5.13} Jika
dipertimbangkan suatu potongan flens, maka harus diikuti
prosedur yang sama seperti untuk perencanaan.
5.4.3 Batasan
Tabel 5.6 dan 5.7 memberikan indeks baja tarik minimum qmin dan
lengan dalam maksimum ς u maks.
Lihat grafik (Gambar 5.4) untuk memperoleh penjelasan mengenai
qmin dan ς u maks.
44
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
45
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
46
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
47
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
48
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
49
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
50
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
DAFTAR PUSTAKA
Capper,P.L. & Cassie,W.F, The Mechanics of Engineering Soils, EA F.N. Spon Ltd,
London, 1976.
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Buku Pedoman Perencanaan untuk
Struktur Bcton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung, 1983,
Djoko Untung Soedarsonojr, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum, Jakarta, 1984.
Nasroen Rivai,M,Ir, Kayu sebagai bahan bangunan, Yayasan. Penyelidikan Masalah
Bangunan, Bandung, 1979.
NI-2 (PBI-1971}, Peraturan Bcton Bertulang Indonesia, (Specifications for reinforced
concrete}
NI-5 (PKKI-1961, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, (Specifications for timber
construction}
NI-7, Syarat-syarat untuk kapur, (Specifications for lime}
N148 Peraturan semen portland, (Specifications for Portland cement}
NI-10, Bata mcrah- sebagai bahan bangunan, (Brick as construction material~
NI-13, Peraturan batu belah,(Specifications for stones}
NI-18 (PPI-19831 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, (Indonesian
loading specifications for buildings
NI-20, Peraturan tras & semen merah, (Specifications for trans and red cement
PPBBI-1983, Peraturan-peraturan perencanaan bangunan baja Indoensia,
(Specifications fpr the design of steel building structures).
PUBI-1982, Persyaratan Umum bahan Bangunan di Indonesia, (General
Specifications for Construction Materials in Indonesia).
Sutami, Konstruksi Beton Indonesia, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta, 1971.
51
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
VOSB-1963, Peraturan-peraturan untuk merencanakan jembatan konstruksi baja.
Wiratman Wangsadinatajr, Ultimate Strength Analysis of Reinforced Concrete
Sections, Insinyur Indonesia, 1972 No. 113 & 4/6.
Wiratman Wangsadinatajr, Keamanan Konstruksi dalam Perhitungan Beton
(sehubungan dengan peraturan beton bertulang Indonesia 1970), yayasan LPMB,
Bandung, 1984.
Wiratman Wangsadinata,Ir, Perhitungan Lentur dengan cara "n" (disesuaikan kepada
peraturan beton bertulang Indonesia 1971), Yayasan LPMB, Bandung, 1979.
Wiratman Wangsadinatajr, Teori kekuatan Batas sebagai -kriterium barn bagi analisa
konstruksi, (Ultimate load theory as a new design criterion for the analysis of
structures), 1968.
52
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
LAMPIRAN 1
53
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
54
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
LAMPIRAN 2
55
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
56
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
57
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
58
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
59
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
60
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
61
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
62
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
63
KRITERIA PERENCANAAN
BAGIAN PARAMETER BANGUNAN
Standar Perencanaan Irigasi – KP 06
64

More Related Content

What's hot

Standar lapis pondasi agregat a,b dan c
Standar lapis pondasi agregat a,b dan cStandar lapis pondasi agregat a,b dan c
Standar lapis pondasi agregat a,b dan cKomar Rudin
 
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANPELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANMOSES HADUN
 
PPT AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG a.pptx
PPT AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG a.pptxPPT AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG a.pptx
PPT AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG a.pptxfirmanmuhnur
 
makalah saluran pengelak pada bendungan
makalah saluran pengelak pada bendungan makalah saluran pengelak pada bendungan
makalah saluran pengelak pada bendungan BremaRizky
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainaseMiftakhul Yaqin
 
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatanAgus Tri
 
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-airPerencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-airIren Doke
 
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...Mira Pemayun
 
PPT SKK PELAKSANA JALAN - rev.pptx_1677900456.pdf
PPT SKK PELAKSANA JALAN - rev.pptx_1677900456.pdfPPT SKK PELAKSANA JALAN - rev.pptx_1677900456.pdf
PPT SKK PELAKSANA JALAN - rev.pptx_1677900456.pdfTaufikkurrahman Upik Teler
 
Contoh metoda pelaksanaan drainase
Contoh metoda pelaksanaan drainaseContoh metoda pelaksanaan drainase
Contoh metoda pelaksanaan drainaseMetza d'Arch
 
Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013Irene Baria
 
Kebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian airKebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian airMunzirkamala
 
Materi jembatan smk kelas XI DPIB
Materi jembatan smk kelas XI DPIB Materi jembatan smk kelas XI DPIB
Materi jembatan smk kelas XI DPIB bawon15505124020
 
Analisa Biaya Proyek Gedung Negara
Analisa Biaya Proyek Gedung NegaraAnalisa Biaya Proyek Gedung Negara
Analisa Biaya Proyek Gedung Negaraheru sutono, iai
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 
Pelat lantai kendaraan
Pelat lantai kendaraanPelat lantai kendaraan
Pelat lantai kendaraanAgam Agam
 
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
11   sistem jaringan dan bangunan irigasi11   sistem jaringan dan bangunan irigasi
11 sistem jaringan dan bangunan irigasiKharistya Amaru
 

What's hot (20)

Standar lapis pondasi agregat a,b dan c
Standar lapis pondasi agregat a,b dan cStandar lapis pondasi agregat a,b dan c
Standar lapis pondasi agregat a,b dan c
 
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANPELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
 
PPT AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG a.pptx
PPT AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG a.pptxPPT AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG a.pptx
PPT AHLI MUDA TEKNIK BANGUNAN GEDUNG a.pptx
 
makalah saluran pengelak pada bendungan
makalah saluran pengelak pada bendungan makalah saluran pengelak pada bendungan
makalah saluran pengelak pada bendungan
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
 
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-airPerencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
 
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
SNI 1726-2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan g...
 
PPT SKK PELAKSANA JALAN - rev.pptx_1677900456.pdf
PPT SKK PELAKSANA JALAN - rev.pptx_1677900456.pdfPPT SKK PELAKSANA JALAN - rev.pptx_1677900456.pdf
PPT SKK PELAKSANA JALAN - rev.pptx_1677900456.pdf
 
Presentasi 8.pptx
Presentasi  8.pptxPresentasi  8.pptx
Presentasi 8.pptx
 
Perancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik JalanPerancangan Geometrik Jalan
Perancangan Geometrik Jalan
 
Bendungan tipe urugan
Bendungan tipe uruganBendungan tipe urugan
Bendungan tipe urugan
 
Contoh metoda pelaksanaan drainase
Contoh metoda pelaksanaan drainaseContoh metoda pelaksanaan drainase
Contoh metoda pelaksanaan drainase
 
Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 03-saluran-Tahun 2013
 
Kebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian airKebutuhan air dan pemberian air
Kebutuhan air dan pemberian air
 
Materi jembatan smk kelas XI DPIB
Materi jembatan smk kelas XI DPIB Materi jembatan smk kelas XI DPIB
Materi jembatan smk kelas XI DPIB
 
Analisa Biaya Proyek Gedung Negara
Analisa Biaya Proyek Gedung NegaraAnalisa Biaya Proyek Gedung Negara
Analisa Biaya Proyek Gedung Negara
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
Pelat lantai kendaraan
Pelat lantai kendaraanPelat lantai kendaraan
Pelat lantai kendaraan
 
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
11   sistem jaringan dan bangunan irigasi11   sistem jaringan dan bangunan irigasi
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
 

Viewers also liked

PEDOMAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM...
PEDOMAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM...PEDOMAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM...
PEDOMAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM...inideedee
 
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonSNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonMira Pemayun
 
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971Yusrizal Mahendra
 
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014WSKT
 
Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...
Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...
Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...Agis Sugiana
 
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedung
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedungPedoman persyaratan teknis bangunan gedung
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedunginfosanitasi
 

Viewers also liked (7)

PEDOMAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM...
PEDOMAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM...PEDOMAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM...
PEDOMAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG - PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM...
 
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang betonSNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
SNI 07-2052-2002 Baja Tulang beton
 
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971
 
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
 
Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...
Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...
Permen PU No.20 Tahun 2010 - Pedoman Penggunaan dan Pemanfaatan Bagian-Bagian...
 
22118 sni 1727 2013
22118 sni 1727 201322118 sni 1727 2013
22118 sni 1727 2013
 
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedung
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedungPedoman persyaratan teknis bangunan gedung
Pedoman persyaratan teknis bangunan gedung
 

Similar to Kp06

Kp 02 2010 bangunan utama
Kp 02 2010 bangunan utamaKp 02 2010 bangunan utama
Kp 02 2010 bangunan utamaArizki_Hidayat
 
Sda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utamaSda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utamadrestajumena1
 
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasiSda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasidrestajumena1
 
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013Irene Baria
 
Kp 01 perencanaan 2010
Kp 01 perencanaan 2010Kp 01 perencanaan 2010
Kp 01 perencanaan 2010Muri Solihin
 
Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013
Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013
Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013Muhammmad AlKholif
 
PAPARAN MADYA MAKON 22 AGTS 2022.pptx
PAPARAN MADYA MAKON 22 AGTS 2022.pptxPAPARAN MADYA MAKON 22 AGTS 2022.pptx
PAPARAN MADYA MAKON 22 AGTS 2022.pptxcvimpianputranusanta
 
Paduan-Jabatan-Kerja-Sektor-Jasa-Konstruksi-Sesuai-Pengaturan-PP-13-2021_2.pdf
Paduan-Jabatan-Kerja-Sektor-Jasa-Konstruksi-Sesuai-Pengaturan-PP-13-2021_2.pdfPaduan-Jabatan-Kerja-Sektor-Jasa-Konstruksi-Sesuai-Pengaturan-PP-13-2021_2.pdf
Paduan-Jabatan-Kerja-Sektor-Jasa-Konstruksi-Sesuai-Pengaturan-PP-13-2021_2.pdfngurahwidhi4
 
PPT DISKUSI DRAFT LAPORAN ANTARA EPAKSI IRIGASI SUMBAR.pdf
PPT DISKUSI DRAFT LAPORAN ANTARA EPAKSI IRIGASI SUMBAR.pdfPPT DISKUSI DRAFT LAPORAN ANTARA EPAKSI IRIGASI SUMBAR.pdf
PPT DISKUSI DRAFT LAPORAN ANTARA EPAKSI IRIGASI SUMBAR.pdfAnnisaFitrianaDefinn2
 
PCM PWS.pptx
PCM PWS.pptxPCM PWS.pptx
PCM PWS.pptxwarsito29
 
20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf
20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf
20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdfyomannonoviktor1
 
BAHAN_INTAKINDO_M1.pptx
BAHAN_INTAKINDO_M1.pptxBAHAN_INTAKINDO_M1.pptx
BAHAN_INTAKINDO_M1.pptxdarmadi ir,mm
 
18. mekanikal
18. mekanikal18. mekanikal
18. mekanikalvien012
 
PCM KONTRAK GEDUNG
PCM KONTRAK GEDUNGPCM KONTRAK GEDUNG
PCM KONTRAK GEDUNGRIONOASNAN3
 
Bab 4-tanggapan-terhadap-kak
Bab 4-tanggapan-terhadap-kakBab 4-tanggapan-terhadap-kak
Bab 4-tanggapan-terhadap-kakDALVY DALVY
 

Similar to Kp06 (20)

Kp07
Kp07Kp07
Kp07
 
Kp 02 2010 bangunan utama
Kp 02 2010 bangunan utamaKp 02 2010 bangunan utama
Kp 02 2010 bangunan utama
 
Kp 02 bangunan utama
Kp 02   bangunan utamaKp 02   bangunan utama
Kp 02 bangunan utama
 
Sda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utamaSda kp02-perencanaan-bangunan utama
Sda kp02-perencanaan-bangunan utama
 
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasiSda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
Sda kp01-perencanaan-jaringan irigasi
 
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
Kriteria Perencanaan-KP 01-Jaringan Irigasi- Tahun 2013
 
Kp 01 perencanaan 2010
Kp 01 perencanaan 2010Kp 01 perencanaan 2010
Kp 01 perencanaan 2010
 
Sni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersihSni 6774 2008.air bersih
Sni 6774 2008.air bersih
 
Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013
Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013
Penyusunan perencanaan sistem pengelolaan air limbah 2013
 
PAPARAN MADYA MAKON 22 AGTS 2022.pptx
PAPARAN MADYA MAKON 22 AGTS 2022.pptxPAPARAN MADYA MAKON 22 AGTS 2022.pptx
PAPARAN MADYA MAKON 22 AGTS 2022.pptx
 
KAK PERENCANAAN
KAK PERENCANAANKAK PERENCANAAN
KAK PERENCANAAN
 
Paduan-Jabatan-Kerja-Sektor-Jasa-Konstruksi-Sesuai-Pengaturan-PP-13-2021_2.pdf
Paduan-Jabatan-Kerja-Sektor-Jasa-Konstruksi-Sesuai-Pengaturan-PP-13-2021_2.pdfPaduan-Jabatan-Kerja-Sektor-Jasa-Konstruksi-Sesuai-Pengaturan-PP-13-2021_2.pdf
Paduan-Jabatan-Kerja-Sektor-Jasa-Konstruksi-Sesuai-Pengaturan-PP-13-2021_2.pdf
 
PPT DISKUSI DRAFT LAPORAN ANTARA EPAKSI IRIGASI SUMBAR.pdf
PPT DISKUSI DRAFT LAPORAN ANTARA EPAKSI IRIGASI SUMBAR.pdfPPT DISKUSI DRAFT LAPORAN ANTARA EPAKSI IRIGASI SUMBAR.pdf
PPT DISKUSI DRAFT LAPORAN ANTARA EPAKSI IRIGASI SUMBAR.pdf
 
PCM PWS.pptx
PCM PWS.pptxPCM PWS.pptx
PCM PWS.pptx
 
Prim program design document 26 feb 2013
Prim program design document 26 feb 2013Prim program design document 26 feb 2013
Prim program design document 26 feb 2013
 
20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf
20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf
20190618171331__F__Proper_Eka_Seminar_2.pdf
 
BAHAN_INTAKINDO_M1.pptx
BAHAN_INTAKINDO_M1.pptxBAHAN_INTAKINDO_M1.pptx
BAHAN_INTAKINDO_M1.pptx
 
18. mekanikal
18. mekanikal18. mekanikal
18. mekanikal
 
PCM KONTRAK GEDUNG
PCM KONTRAK GEDUNGPCM KONTRAK GEDUNG
PCM KONTRAK GEDUNG
 
Bab 4-tanggapan-terhadap-kak
Bab 4-tanggapan-terhadap-kakBab 4-tanggapan-terhadap-kak
Bab 4-tanggapan-terhadap-kak
 

Recently uploaded

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 

Recently uploaded (6)

Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 

Kp06

  • 1. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 STANDAR PERENCANAAN IRIGASI KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN KP - 06 DESEMBER 1986 EDISI BAHASA INDONESIA i
  • 2. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 © 1986 DIREKTORAT JENDERAL PENGAIRAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Cetakan pertama : 1986 Dicetak oleh : CV. GALANG PERSADA, Bandung Disusun oleh : Sub-Direktorat Perencanaan Teknis, Direktorat Irigasi I, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum Dibantu oleh DHV Consulting Engineers Bekerja sama dengan PT. Indah Karya ii
  • 3. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN Nornor. 185/KPTS/A/1986 TENTANG STANDAR PERENCANAAN IRIGASI DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan dan pemantapan pelaksanaan/penyelenggaraan pembangunan Irigasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan perlu adanya keseragaman dalam kegiatan perencanaan pembangunan Irigasi; b. bahwa hasil pertemuan “Diskusi Pemantapan Standardisasi Perencanaan Irigasi", yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Pengairan pada bulan Agustus 1986, dipandang memadai untuk dikukuhkan sebagai Standar Perencanaan Irigasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan; c. bahwa untuk maksud tersebut perlu diatur dengan Surat Keputusan ; Mengingat : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 15/M Tahun 1982; 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 44 Tahun 1974; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 15 Tahun 1984; 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 211/KPTS/1984; 5. Keputusan Direktur Jenderal Pengairan No. 45/KPTS/A/1984; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERTAMA : Mengukuhkan hasil pertemuan "Diskusi Pemantapan Standardisasi Perencanaan Irigasi", sebagai Standar Perencanaan Irigasi terdiri dari : KRITERIA PERENCANAAN : 1. KP - 01 Kriteria Perencanaan - Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi 2. KP - 02 Kriteria Perencanaan - Bagian Bangunan Utama 3. KP - 03 Kriteria Perencanaan - Bagian Saluran 4. KP - 04 Kriteria Perencanaan - Bagian Bangunan 5. KP - 05 Kriteria Perencanaan - Bagian Petak Tersier iii
  • 4. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 6. KP - 06 Kriteria Perencanaan - Bagian Parameter Bangunan 7. KP - 07 Kriteria Perencanaan - Bagian Standar Penggambaran BANGUNAN IRIGASI : 8. BI - 01 Tipe Bangunan Irigasi 9. BI - 02 Standar Bangunan Irigasi PERSYARATAN TEKNIS : 10. PT - 01 Persyaratan Teknis - Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi 11. PT - 02 Persyaratan Teknis - Bagian Pengukuran 12. PT - 03 Persyaratan Teknis - Bagian Penyelidikan Geoteknik 13. PT - 04 Persyaratan Teknis - Bagian Penyelidikan Model Hidrolis KEDUA : Semua pihak yang melakukan kegiatan pembangunan irigasi, wajib memperhatikan ketentuan-ketentuan yang tercantum pada Diktum PERTAMA. KETIGA : Direktur Irigasi I bertugas memonitor pelaksanaan Surat Keputusan ini dan menampung umpan batik guna penyempurnaan Standar Perencanaan Irigasi sebagaimana tersebut pada Diktum PERTAMA, sesuai dengan perkembangan. KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada hari/tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan diadakan perubahan dan perbaikan seperlunya apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya. TEMBUSAN : Surat Keputusan ini disampaikan kepada Yth : 1. Bapak Menteri Pekerjaan Umum 2. Sekretaris Jenderal Departemen Pekerjaan Umum 3. Inspektur Jenderal Departemen Pekerjaan Umum 4. Kepala Balitbang Departemen Pekerjaan Umum 5. Sekretaris Direktorat Jenderal Pengairan 6. Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum Bidang Pengembangan Irigasi 7. Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum Bidang Pengembangan Persungaian 8. Para Kepala Kantor Wilayah/Kepala DPUP up. Kepala Bagian Pengairan di seluruh Indonesia iv
  • 5. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 9. Para Kepala Biro Departemen Pekerjaan Umum 10. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan 11. Kepala Puslitbang Pengairan 12. Para Kepala Bagian dan Kepala Sub Dit. di lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan 13. Kepala Bidang Diktat Pengairan 14. Para Pemimpin Proyek di lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan 15. A r s i p DITETAPKAN DI: JAKARTA PADA TANGGAL : 1 Desember 1986 DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN v
  • 6. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENGAIRAN SAMBUTAN Pembangunan irigasi di Indonesia sudah berjalan lebih dari satu abad, maka kita telah dapat mengumpulkan pengalaman-pengalaman berharga yang sangat bermanfaat bagi pengembangan irigasi selanjutnya. Pengalaman-pengalaman tersebut didapatkan baik pada tahap studi, perencanaan maupun pada tahap pelaksanaan dan eksploatasi & pemeliharaan. Kekuatan dan kelemahan sistem irigasi kita, baik yang bersifat teknik sipil maupun teknik hidrolik dan segi-segi lain seperti kebutuhan air irigasi, telah diamati, dicatat dan diteliti guna bahan penyempurnaan pembangunan irigasi di Indonesia. Sejak pelita I Pemerintah Orde Baru melaksanakan pembangunan di segala bidang termasuk bidang pengairan dengan salah satu aspeknya pembangunan irigasi, untuk menunjang peningkatan produksi pertanian dan untuk kenaikan pendapatan dan kesejahteraan para petani. Setelah pembangunan irigasi ini berlangsung hampir selama 4 Pelita, maka untuk tujuan efisiensi dan keseragaman perencanaan, dirasa perlu untuk mengembangkan standar perencanaan irigasi, yang cocok dengan kondisi di Indonesia untuk dipakai oleh para perencana irigasi. Direktorat Irigasi I yang mempunyai tugas pembinaan dan pengaturan di bidang keirigasian , dalam menyiapkan standar ini telah menghabiskan waktu tidak kurang dari 28 bulan. Melalui proses yang cukup panjang telah dilakukan pengumpulan, pengkajian dan penelitian terhadap perencanaan yang sudah berjalan, laporan-laporan, kriteria yang dipergunakan di proyek-proyek, pedoman dan standar di bidang lain yang berlaku di Indonesia serta referensi perencanaan irigasi dari luar Indonesia. Banyak pendapat dan saran para ahli irigasi di Indonesia telah ditampung melalui acara diskusi, kemudian dianalisis dan kesimpulannya dimasukkan dalam standar ini. Standar Perencanaan Irigasi ini tidak bersifat statis, dan di masa mendatang masih perlu dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kemajuan teknologi keirigasian. Namun demikian, apa yang dimuat dalam standar ini sudah mencakup dan mencerminkan perkembangan konsepkonsep irigasi akhir-akhir ini. Dengan terbitnya Standar Perencanaan Irigasi ini diharapkan para perencana irigasi dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya, terutama dalam kecepatan penyelesaian tugas-tugas perencanaan, menuju ke keseragaman irigasi di Indonesia. Standar Perencanaan Irigasi ini merupakan keharusan untuk dipakai oleh badan-badan di lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan dalam tugasnya di bidang pembanguan irigasi. Penyimpangan dari standar ini hanya dimungkinkan dengan izin Direktur Jenderal Pengairan. vi
  • 7. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Badan-badan lain yang mempunyai kepentingan dalam pembangunan irigasi dianjurkan untuk memakai standar ini juga. Akhirnya, kami mengucapkan selamat atas terbitnya standar perencanaan irigasi ini, dan patut kiranya kita semua memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak atas sumbangan yang sangat besar bagi pengembangan standar ini. Jakarta,1 Desember 1986 DIREKTUR JENDERAL PENGAIRAN Ir. Y.Sudaryoko vii
  • 8. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 PENGANTAR Standar Perencanaan Irigasi ini telah disiapkan dan disusun dalam 3 kelompok : 1. Kriteria Perencanaan 2. Gambar Bangunan Irigasi 3. Persyaratan Teknis Kriteria Perencanaan terdiri atas 7 bagian, berisi instruksi, Standar dan prosedur bagi perencana dalam merencanakan irigasi teknis. Kriteria Perencanaan terdiri atas 7 buku berisikan kriteria perencanaan teknis untuk Perencanaan Irigasi (System Planning), Perencanaan Bangunan Irigasi Jaringan Utama dan Jaringan Tersier, Parameter Bangunan dan Standar Penggambaran. Gambar Bangunan Irigasi terdiri atas 2 bagian, yaitu: Tipe Bangunan Irigasi, yang berisi kumpulan gambar-gambar contoh sebagai informasi dan memberikan gambaran bentuk dan model bangunan. Standar Bangunan Irigasi yang berisi kumpulan gambar-gambar bangunan yang telah distandardisasi dan langsung bisa dipakai. Untuk yang pertama, perencana masih harus melakukan usaha khusus berupa analisis, perhitungan dan penyesuaian dalam perencanaan teknis. Persyaratan Teknis terdiri atas 4 bagian, berisi syarat-syarat teknis yang minimal harus dipenuhi dalam merencanakan pembangunan Irigasi. Tambahan persyaratan dimungkinkan tergantung keadaan setempat dan keperluannya. Meskipun Standar Perencanaan Irigasi ini, dengan batasan-batasan dan syarat berlakunya seperti tertuang dalam tiap bagian buku, telah dibuat sedemikian sehingga siap pakai, untuk perekayasa yang belum memiliki banyak pengalaman, tetapi dalam penerapannya masih memerlukan kajian teknik dari pemakainya. Dengan demikian siapa pun yang akan menggunakan Standar ini tidak akan lepas dari tanggung jawabnya sebagai perencana dalam merencanakan bangunan irigasi yang aman dan memadai. Setiap masalah di luar batasan-batasan dan syarat berlakunya Standar ini, harus dipecahkan dengan keahlian khusus dan/atau lewat konsultasi khusus dengan badan- badan yang ditugaskan melakukan pembinaan keirigasian, yaitu : 1. Direktorat Irigasi I 2. Direktorat Irigasi II 3. Puslitbang Air Hal yang sama juga berlaku bagi masalah-masalah, yang meskipun terletak dalam batas-batas dan syarat berlakunya Standar ini, mempunyai tingkat kesulitan dan kepentingan yang khusus. viii
  • 9. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Semoga Standar Perencanaan Irigasi ini bisa bermanfaat dan memberikan sumbangan dalam pengembangan irigasi di Indonesia. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan ke arah kesempurnaan Standar ini. Jakarta, 1 Desember 1986 Ir. Soewasono ix
  • 10. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 DAFTAR ISI Hal 1. PENDAHULUAN 1.1 Umum ......................................................................................... 1 1.2 Sistem SI ......................................................................................... 1 1.3 Persyaratan dan Kode Praktek.......................................................... 1 2. BAHAN BANGUNAN 2.1 Persyaratan Bahan............................................................................ 2 2.2 Sifat-sifat Bahan Bangunan.............................................................. 2 2.2.1 Berat Volume....................................................................... 2 2.3 Tanah 2.3.1 Sistem klasifikasi tanah menurut Unified Soil Classification System....................................... 3 2.3.2 Stabilitas lereng.................................................................... 6 2.3.3 Daya dukung tanah bawah untuk Pondasi................................................................................. 11 2.3.4 Penurunan tanah dasar.......................................................... 13 3. TEGANG RENCANA 3.1 Beban ....................................................................................... 14 3.1.1 Beban mati.......................................................................... 14 3.1.2 Beban hidup........................................................................ 14 3.2 Tekanan Tanah dan Tekanan Lumpur ...................................... 17 3.2.1 Tekanan tanah...................................................................... 17 3.2.2 Tekanan lumpur................................................................... 20 3.3 Tekanan Air ................................................................................ 21 3.3.1 Tekanan hidrostatik.............................................................. 21 3.3.2 Tekanan hidrodinamik.......................................................... 22 3.3.3 Rembesan............................................................................. 22 3.4 Beban akibat Gempa........................................................................ 28 3.5 Kombinasi Pembebanan................................................................... 32 3.6 Tegangan Izin dan Faktor Keamanan............................................... 33 3.6.1 Tegangan izin....................................................................... 33 3.6.2 Faktor keamanan.................................................................. 33 4. PASANGAN BATU DAN BATA MERAH 4.1 Umum ................................................................................ 34 4.2 Batu ................................................................................ 34 4.3 Mortel ................................................................................ 36 x
  • 11. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 5. BETON 5.1 Klasifikasi ................................................................................ 36 5.2 Sifat-sifat Beton............................................................................... 38 5.3 Tulangan ................................................................................ 38 5.4 Analisis Kekuatan Batas Beton Bertulang....................................... 39 5.4.1 Notasi ................................................................................ 39 5.4.2 Penggunaan grafik untuk perencanaan................................. 41 5.4.3 Batasan ................................................................................ 44 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51 LAMPIRAN 1 ................................................................................ 53 LAMPIRAN 2 ................................................................................ 55 xi
  • 12. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 DAFTAR GAMBAR Gambar Uraian hal 2.1 Kurve-kurve Taylor untuk stabilitas tanggul (dari Capper, 1976)............................................................... 7 2.2 Metode irisan untuk perhitungan stabilitas Lereng................................................................................... 8 2.3 Faktor-faktor daya dukung: beban garis dekat permukaan (dari Capper, 1976).................................. 10 2.4 Potongan tanah..................................................................... 13 3.1 Muatan Bina Marga untuk BM 100 (muatan T)................... 15 3.2 Muatan “D” Bina Marga untuk BM 100.............................. 16 3.3 Tegangan samping aktif dan pasif, cara pemecahan Rankine: (a) aktif (b) pasif................................ 18 3.4 Tekanan aktif (a) dan pasif (b) menurut Rankine................................................................................. 19 3.5 Tekanan air pada dinding tegak............................................ 21 3.6 Gaya tekan ke atas................................................................ 22 3.7 Tekanan hidrodinamik.......................................................... 22 3.8 Jalur rembesan antara bangunan dan Tanah di sekitarnya............................................................... 24 3.9 Konstruksi jaringan aliran menggunakan Analog listrik........................................................................ 25 3.10 Gaya tekan ke atas pada pondasi bendung........................... 26 3.11 Metode angka rembesan Lane.............................................. 27 3.12 Daerah-daerah Gempa di Indonesia (Barat)......................... 29 3.13 Daerah-daerah Gempa di Indonesia (Tengah)...................... 30 3.14 Daerah-daerah Gempa di Indonesia (Timur)........................ 31 4.1 Blok-blok batu candi............................................................ 35 5.1 Potongan segi empat berdasarkan lentur Murni.................................................................................... 39 5.2 Potongan segi empat berdasarkan lentur Dengan gaya normal............................................................. 39 5.3 Potongan flens sempit yang dianggap sebagai Potongan segi empat ekuivalen............................................ 40 5.4 Grafik untuk analisis kekuatan batas potongan baja bertulang....................................................... 45 xii
  • 13. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 DAFTAR TABEL Tabel Uraian hal 2.1 Berat volume massa ( ρ )..................................................... 3 2.2 Klasifikasi tanah sistem kelompok....................................... 5 2.3 Standar saringan A.S............................................................ 6 2.4 Metode Bishop – memasukkan perhitungan ke Dalam bentuk tabel (Capper, 1976)...................................... 10 2.5 Bentuk telapak pondasi......................................................... 11 2.6 Harga-harga perkiraan daya dukung izin (disadur dari British Standard Code of................................. 12 Practice CP 2004) 2.7 Modulus kemampatan.......................................................... 13 3.1 Muatan “T”........................................................................... 15 3.2 Muatan “D”.......................................................................... 16 3.3 Koefisien kejut...................................................................... 17 3.4 Harga-harga koefisien tegangan aktif Ka untuk dinding miring kasar dengan permukaan tanah datar/horisontal........................................................... 19 3.5 Harga-harga koefisien tegangan pasif Kp Untuk dinding miring kasar dengan permukaan Tanah datar........................................................................... 19 3.6 Harga-harga ϕdan c.......................................................... 20 3.7 Harga-harga minimum angka rembesan Lane (C1).............................................................................. 28 3.8 Koefisien jenis tanah............................................................ 28 3.9 Periode ulang dan percepatan dasar gempa ac..................... 32 3.10 Kombinasi pembebanan (PUBI 1982).................................. 32 3.11 Faktor keamanan Mt/Mg ≤ Fg *) terhadap guling................. 33 3.12 Faktor keamanan terhadap gelincir r/r ≤ Fs **).................... 34 5.1 Klasifikasi beton................................................................... 36 5.2 Tegangan-tegangan izin........................................................ 37 5.3 Tegangan-tegangan izin pada baja....................................... 38 5.4 Penutup beton minimum....................................................... 38 5.5 Transformasi untuk daerah tekan segi empat Ekuivalen potongan flens..................................................... 40 5.6 Indeks baja tarik minimum qmin............................................ 46 xiii
  • 14. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 DAFTAR TABEL Tabel Uraian hal 5.7 Indeks lengan dalam maksimum ς u max.............................. 46 5.8 Indeks gaya tarik minimum.................................................. 47 5.9 Faktor tulangan maksimum untuk balok.............................. 47 5.10 Faktor tulangan maksimum untuk bangunan yang Memakai gaya-gaya samping............................................... 48 5.11 Lebar minimum balok (dlm cm) untuk 3 sampai 7 Batang tulangan dalam satu deret untuk penutup Beton 2 cm dan begel berdiameter 8 mm............................. 48 5.12 data-data tulangan................................................................. 49 5.13 Luas batang tulangan dalam cm2 untuk Lebar pelat 100 cm............................................................... 50 A.2.1 Momen lembam dan momen tahan (section Modules) untuk berbagai potongan melintang..................... 55 A.2.2 Data untuk berbagai letak pembebanan................................ 57 xiv
  • 15. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 1. PENDAHULUAN 1.1 Umum Kriteria Perencanaan Bagian Parameter Bangunan ini merupakan bagian dari Standar Perencanaan Irigasi dari Direktorat Jenderal Pengairan. Standar Kriteria Perencanaan terdiri dari buku-buku berikut : KP - 01 Perencanaan Jaringan Irigasi KP - 02 Bangunan Utama KP - 03 Saluran KP - 04 Bangunan KP - 05 Petak Tersier KP - 06 Parameter Bangunan KP - 07 Standar Penggambaran. Kriteria Perencanaan ini ditunjang dengan : - Gambar-gambar Standar Perencanaan, - Persyaratan untuk Pengukuran, Penyelidikan dan Perencanaan, - Buku Petunjuk Perencanaan. Kriteria Perencanaan ini memberikan data-data dasar dan daftar standar- standar yang bisa diterapkan di Indonesia yang diperlukan untuk peren- canaan dan perhitungan bangunan di suatu jaringan irigasi. 1.2 Sistem SI Seluruh satuan yang digunakan dalam laporan ini mengikuti Sistem International SI (Systeme International d”Unites). Agar lebih mudah digunakan oleh para perekayasa yang sudah terbiasa dengan sistem lama, satuan-satuan dan harga-harga tertentu akan diberi persamaan/keterangan menurut sistem lama. Dalam Lampiran 1 diberikan sebuah tabel yang menunjukkan hubungan antara satuan-satuan ukuran SI Metrik dan Inggris. 1.3 Persyaratan dan Kode Praktek Untuk perencanaan bangunan dan saluran diberikan beberapa Standar Persyaratan Bahan dan Kode Praktek untuk metode perhitungan dan pembebanan yang harus digunakan- Daftar kepustakaan pada akhir laporan ini memberikan banyak sekali bahan pada laporan ini di samping beberapa buku yang menelaah perhitungan-perhitungan perencanaan untuk bahan-bahan yang sering dipakai seperti misalnya beton tulangan, baja dan tanah. 1
  • 16. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 2. BARANG BANGUNAN 2.1 Persyaratan Bahan Bahan-bahan bangunan yang cocok sudah diterangkan dengan jelas dalam bentuk persyaratan-persyaratan. Di bawah ini diberikan daf tarnya : 1. PUBI-1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia. PUBI-1982 memberikan persyaratan untuk 115 macam bahan bangunan. 2. NI-2 atau PBI 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Bagian- bagian dari PBI-1971 memberikan persyaratan bahan-bahan yang di- pakai untuk produksi beton dan tulangan, seperti semen, agregat, zat tambahan (admixtures), air dan baja tulangan. 3. NI-7 Syarat-syarat untuk Kapur. 4. NI-20 Peraturan Tras dan Semen Merah. 5. NI-8 Peraturan Semen Portland. 6. NI-1 Bata Merah sebagai Bahan Bangunan. 7. NI-5 atau PKKI-1961 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 8. NI-13 Peraturan Batu Belah. 9. SII Standar Industri Indonesia, adalah standar untuk berbagai bahan yang tersedia di pasaran Indonesia. 2-2 Sifat-sifat Bahan Bangunan Untuk tujuan Kriteria Perencanaan, dalam pasal-pasal berikut ini akar, dijelaskan sifat-sifat khusus beberapa jenis bahan penting yang dipakai di dalam konstruksi jaringan irigasi. 2.2.1 Berat volume Berat volume yang akan digunakan untuk perhitungan perencanaan diberikan pada Tabel 21 Berat volume dalam tabel ini adalah menurut PPI-1983 atau NI-18 (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung). Berat volume ‫ך‬ (kN/m3 ) adalah berat volume massa ρ (kg/m3 ) kali percepatan gravitasi g (m/dt2 ). 2
  • 17. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 2.3 Tanah 2.3.1 Sistem klasifikasi tanah menurut Unified Soil Classification System Unified Soil Classification System diperkenalkan oleh US Soil Conservation Service (Dinar Konservasi Tanah di A.S.} Sistem ini digunakan untuk mengklasifikasi tanah untuk tujuan-tujuan teknik. Sistem ini didasarkan pada identifikasi tanah menurut ukuran partikel, gradasi, indeks plastisitas dan batas cair. Gradasi dan ukuran partikel ditentukan dengan analisis saringan (ayak). Batas-batas cair dan plastis ditentukan melalui pengujian di laboratorium dengan menggunakan metode-metode standar. Sistem ini memiliki ciri-ciri yang menonjol, yakni : - Sederhana. Ada 12 macam bahan yang akan dikerjakan oleh ahli : empat bahan berbutir kasar, empat bahan berbutir halus dan empat bahan campuran. Selain itu masih ada tiga bahan organik lainnya yang memerlukan perhatian khusus. Jadi seluruhnya ada 15. - Sistem ini memberikan kejelasan tentang sifat-sifat fisik penting, misalnya ukuran, gradasi, plastisitas, kekuatan, kegetasan, potensi konsolidasi dan sebagainya. 3
  • 18. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 - Andai Sifat-sifat teknik yang diperoleh dari Sistem ini sesuai dengan keadaan sebenarnya. Tabel 22 menyajikan klasifikasi tanah menurut Sistem ini, sebagaimana disadur oleh US Bureau of Reclamation, US Corps of Engineers dan US Soil Conservation Service. Klasifikasi tanah menurut Sistem 'Kelompok (Unified System), yang didasarkan pada fraksi bahan minus 3 inci (76 mm), menggunakan huruf-huruf sebagai simbol sifat-sifat tanah seperti ditunjukkan di bawah ini. Kerikil - G Lempung - C Organik - O Pasir - S Lanau - M Gambut - Pt Bergradasi baik - w Batas cair Tinggi - H Bergradasi jelek- P Batas cair Rendah-11 4
  • 19. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 5
  • 20. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Tanah yang memiliki sifat-sifat teknik serupa menurut sifat perilakunya dijadikan satu kelompok. Masing-masing kelompok dilukiskan dengan dua dari sifat-sifat (karakteristik) di atas. Sifat teknik yang paling penting dari kelompok ini dicantumkan pads urutan pertama pads daftar, kemudian sifat terpenting berikutnya di tempat kedua. Ukuran-ukuran saringan A.S. (Amerika Serikat) dipakai untuk memisahkan kelompok-kelompok bahan dari kelompok baku lainnya. Jenis-jenis saringan penting beserta ukuran lubangnya adalah: 2.3.2 Stabilitas lereng Untuk pedoman pendahuluan perencanaan kemiringan tanggul dapat dipakai Bilangan Stabilitas Taylor. Untuk kemiringan- kemiringan yang lebih penting dibutuhkan analisis yang lebih lengkap, yaitu dengan metode Irisan Bishop (Bishop method of slices). Gambar 21 menyajikan kurve Taylor, di mana bilangan Stabilitas N adalah jumlah tak berdimensi dan sama dengan : dimana : c = faktor kohesi, kN/m2 F = faktor keamanan (=1,2) ‫ך‬ = berat volume, kN/m3 H = tinggi lereng, m 6
  • 21. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Gambar 21 menunjukkan Bilangan Stabilitas sebagai fungsi kemiringan (i) tanggul, sudut gesekan ς dan faktor kedalaman untuk tanah dengan ς yang rendah. Tanggul yang dipakai di proyek irigasi tidak harus direncana untuk (tahan) gempa karena tinggi dan ukurannya tidak menuntut persyaratan ini. Metode Irisan Bishop Cara yang lebih tepat untuk menentukan lereng tanggul adalah dengan menyelidiki keseimbangan massa tanah yang cenderung slip di sepanjang lengkung permukaan bidang patahan (lingkaran slip). Dengan cara mengadakan beberapa penyelidikan terhadap kemungkinan adanya permukaan patahan, maka permukaan slip yang paling berbahaya bisa ditemukan, yaitu permukaan yang faktor keamanannya mempunyai harga terendah. Dalam metode Bishop, irisan dari tebal satuan, yakni volume yang cenderung slip, dibagi-bagi menjadi irisan-irisan vertikal (lihat Gambar 2.2). 7
  • 22. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Masing-masing irisan pada Gambar 2.2 (a), dengan tinggi h dan lebar b adalah seimbang terhadap bekerjanya kelima gaga yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 (b}. Gaya-gaya yang dimaksud ialah : (i) berat irisan, W = ‫ך‬ h  cos α; di mana : W = berat irisan, kN ‫ך‬ = berat volume tanah, kN/m3 h = tinggi irisan, m  = lebar irisan, m (  = b/cos α = b sec α) α = sudut antara permukaan horisontal dan permukaan slip (ii) reaksi normal N pada permukaan slip, yang terdiri dari reaksi antar butir N' ditambah dengan gaya U akibat tekanan pori, (iii) gaya tangen T akibat perlawanan kohesif dan gesekan yang terjadi pada permukaan slip : 8
  • 23. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 di mana : c' =tegangan kohesif efektif, kN/m2  =lebar irisan, m N’=tegangan normal efektif pads muka slip, kN/m2 F =faktor keamanan. ϕ' =sudut efektif gesekan dalam (iv) dan (v) reaksi antar irisan En dan En + 1 Dalam metode Bishop, gaya-gaya antar irisan dianggap sebagi horisontal dan konon kesalahan yang ditimbulkan oleh asumsi sederhana ini tidak akan lebih dari satu persen. Untuk sembarang irisan, dengan menguraikan gaya itu secara vertikal, W = N cos α + T sin α ….. (23) dan T = s  / F .… (2.4) di mana : s = tegangan geser, kN/m2 t = lebar irisan, m F = faktor keamanan. Tekanan normal pada muka irisan adalah 9
  • 24. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Persamaan ini harus dipecahkan untuk F dengan menghitung harga secara berurutan. Perhitungan ini paling efektif jika disajikan dalam bentuk tabel (lihat Tabel 2-4). 10
  • 25. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 2.3.3 Daya dukung tanah bawah untuk pondasi Daya dukung dapat dicari dari rumus berikut (dari Terzaghi) : qu = α c Nc + ‫ך‬ z Nq + b ‫ך‬ B N‫ך‬ ) ..…210 ) di mana : qu = daya dukung batas, kN/m2 c = kohesi, tegangan kohesif, kN/m2 Nc, Nq dan N‫ך‬, adalah faktor-faktor daya dukung tak berdimensi diberikan pada Gambar 2.3 ‫ך‬ = berat volume tanah, kN/m3 B = lebar telapak pondasi, m α dan β faktor tak berdimensi, diberikan pada Tabel 2.5 z = kedalaman pondasi di bawah permukaan, m. Besarnya daya dukung izin bisa dicari dari : di mana : qa = daya dukung izin, kN/m2 qu = daya dukung batas, kN/m2 F = faktor keamanan (2 sampai 3) ‫ך‬ = berat volume tanah, kN/m3 z = kedalaman pondasi di bawah permukaan tanah, m. Harga-harga perkiraan daya dukung izin disajikan pada Tabel 2.6. 11
  • 26. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 12
  • 27. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 2.3.4 Penurunan tanah dasar Penurunan dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus logaritmik Terzaghi berikut : h σ k + ∆σ k z = ---- * 1n ----------- σ k di mana: z = penurunan, m 11 = tebal lapisan yang dapat dimampatkan (dipadatkan), m C = modulus kemampatan tak berdimensi ak = tegangan butiran awal di tengah lapisan, kN/m2 ∆σ k= tambahan tegangan butir akibat beban di permukaan, kN/m2 . 13
  • 28. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 3. TEGANGAN RENCANA 3.1 Beban 3.1.1 Beban mati Beban mati terdiri dari : a) berat bangunan b) seluruh beban tetap/permanen pada bangunan. Untuk berat volume dapat dipakai angka-angka pada Tabel 2.1 3.1.2 Beban hidup Beban hidup adalah beban yang tidak akan bekerja terus-menerus pada konstruksi. Dalam perhitungan sebaiknya dipakai kemungkinan pembebanan yang paling tidak menguntungkan (unfavourable}. Beban hidup terdiri dari (a) beban kendaraan dan (b) orang, hewan. (a) Beban Kendaraan Untuk pembebanan oleh kendaraan, akan diikuti persyaratan yang ditentukan dari Bina Marga (Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya, No. 12/1970). Pembebanan untuk kelas-kelas ini adalah sebagai berikut : Kelas I BM 100 (= 100% dari muatan T dan D menurut Peraturan Muatan untuk Jembatan Jalan Raya No. 12/1970 Bina Marga), Kelas II BM 70 (= 70% dari idem) Kelas III BM 50 (= 50% dari idem) 14
  • 29. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 15
  • 30. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Jalan raya termasuk kelas I, II atau III, sedangkan jalan inspeksi termasuk kelas II atau III. Jalan-jalan kecil seperti jalan petani dan jalan setapak, tidak termasuk ke dalam klasifikasi ini. Tabel 3.1 memberikan rincian muatan T untuk jalan-jalan kelas I - III, dan Tabel D menyajikan rincian muatan "D". 16
  • 31. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Koefisien kejut pada-.bangunan yang terpendam bergantung kepada kedalaman tanah yang menutupnya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 33. (b) Beban orang/hewan Beban orang/hewan diambil sebagai 500 kgf/m2 untuk bangunan sebagai beban menerus. Untuk beban terpusat (point loading), diambil 80 kgf untuk orang dan harga yang sesuai untuk hewan. 3.2 Tekanan Tanah dan Tekanan Lumpur 3.2.1 Tekanan tanah Tekanan samping yang dipakai dalam perencanaan bangunan penahan dihitung dengan menggunakan cara pemecahan menurut Rankine. 17
  • 32. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Menurut cara pemecahan Rankine, tekanan samping aktif dan pasif adalah : gaga tekan : Ea = ½ Ka ‫ך‬ H1 2 - 2 c H1 K a ….. (3.2 ) (active thrust) tahanan pasif : Ep = ½ Kp ‫ך‬ H2 2 + 2 c H2 K p ….. (3.3) di mana : Ea = tekanan aktif, kN/m Ep = tahanan pasif, kN/m Ka = koefisien tegangan aktif (lihat Tabel 3.4) Kp = koefisien tegangan pasif (lihat Tabel 3-5) ‫ך‬ = berat volume tanah, kN/m3 H1 = tinggi tanah untuk tekanan aktif, m H2 = tinggi tanah untuk tekanan pasif, m c = kohesi, kN/m2. 18
  • 33. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Arti simbol-simbol yang dipakai dalam Tabel 3.4 dan 3.5 serta Gambar 3.4 adalah : 19
  • 34. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 α = kemiringan bagian belakang dinding δ = sudut gesekan antara tanah dan dinding φ = sudut geser dalam. Beberapa harga untuk berbagai jenis tanah diberikan pada Tabel 3.6 berikut untuk dipakai sebagai contoh saja. Harga-harga yang sesungguhnya harus diperoleh dari lapangan dan laboratorium. 3.2.2 Tekanan lumpur Tekanan lumpur yang bekerja terhadap muka hulu bendung atau terhadap pintu dapat dihitung sebagai berikut : di mana: Ps = gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman dari atas lumpur yang bekerja secara horisontal ‫ך‬ s = berat lumpur, kN/m h = dalamnya lumpur, m ϕ = sudut gesekan, derajat. Beberapa anggapan dapat dibuat seperti berikut : G - 1 20
  • 35. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 ‫ך‬ s = ‫ך‬ s ( ------- ) (3-5) G di mana: ‫ך‬ s = berat volume keying tanah ≅ 16 kN/m3 (= 1600 kfg/m3 ) G = berat jenis butir = 2,65 menghasilkan ‫ך‬ s = 10 kN/m3 (= 1000 kgf/m3 ) Sudut gesekan dalam, yang bisa diandaikan 30o untuk kebanyakan hal, menghasilkan : Ps = 1,67 h2 ….. (3-6) 3.3 Tekanan Air 3.3.1 Tekanan hidrostatik Tekanan hidrostatik adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan air dan sama dengan : PH = ‫ך‬ w z …. (3.7) di mana : PH = tekanan hidrostatik, kN/m2 ‫ך‬ w = berat volume air, kN/m3 (≅ 10) z = jarak dari permukaan air bebas, m. Gaya tekan ke atas (uplift) yang bekerja pada lantai bangunan adalah sama dengan berat volume air yang dipindahkan oleh bangunan. 21
  • 36. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 3.3.2 Tekanan hidrodinamik Harga pasti untuk gaya hidrodinamik jarang diperlukan karena pengaruhnya kecil saja pada jenis bangunan yang digunakan di jaringan irigasi. Prinsip gaya hidrodinamik adalah bahwa jika kecepatan datang (approach velocity) cukup tinggi dan oleh sebab itu tinggi energi besar, maka akan terdapat tekanan yang makin besar pada bagian-bagian dinding (lihat Gambar 3.7). 3.3.3 Rembesan Rembesan atau, perkolasi air melalui tanah di sekitar bangunan diakibatkan oleh beda tinggi energi pada bangunan itu. Pada Gambar 3.8 ditunjukkan dua macam jalur rembesan yang mungkin terjadi: (A) jalur rembesan di bawah bangunan dan (B) jalur rembesan di sepanjang sisi bangunan. 22
  • 37. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Perkolasi dapat mengakibatkan hal-hal berikut : (a) tekanan ke atas (statik) (b) erosi bawah tanah/piping (konsentrasi aliran yang mengakibatkan kehilangan bahan) (c) tekanan aliran (dinamik). Rembesan dapat membahayakan stabilitas bangunan. a. Gaya tekan ke atas Gaya tekan ke atas pada tanah bawah dapat ditemukan dengan membuat jaringan aliran (flownet), atau dengan asumsi- asumsi yang digunakan oleh Lane untuk teori angka rembesan (weighted creep theory) a.l Jaringan aliran Jaringan aliran dapat dibuat dengan: (1) plot dengan tangan (2) analog listrik atau (3) menggunakan metode numeris (numerical method) pada komputer. Dalam metode analog listrik, aliran air melalui tanah bawah dibandingkan dengan aliran listrik melalui medan listrik daya- antar konstan. Besarnya 23
  • 38. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 24
  • 39. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 voltase sesuai dengan tinggi piesometrik, daya-antar dengan kelulusan tanah dan aliran listrik dengan kecepatan air (lihat Gambar 39). Biasanya plot dengan Langan yang dilakukan dengan seksama akan cukup memadai. a.2 Teori angka rembesan Lane Dalam teori angka rembesan Lane, diandaikan bahwa bidang horisontal memiliki daya tahan terhadap aliran (rembesan) 3 kali lebih lemah dibandingkan dengan bidang vertikal. Ini dapat dipekai untuk menghitung gaya tekan ke atas di bawah bangunan dengan cars membagi beds tinggi ener&i pada bangunan sesuai dengan panjang relatif di sepanjang pondasi (lihat Gambar 3.10). Dalam bentuk rumus, ini berarti bahwa gaya angkat pada titik x di sepanjang dasar bangunan dapat dirumuskan sebagai berikut: Lx Px = Hx - ----- ∆H ....... (3.8) L di mina : Px = gaya angkat pada x , kg/m2 L = panjang total bidang kontak bangunan dan tanah bawah, m Lx = jarak sepanjang bidang kontak dari hulu sampai x, m ∆H = beda tinggi energi, m Hx = tinggi energi di hulu bendung, m. 25
  • 40. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 dan di mana L dan Lx adalah jarak relatif yang dihitung menurut cara Lane, bergantung kepada arah bidang tersebu. Bidang yang membentuk sudut 45° atau lebih terhadap bidang horisontal, dianggap vertikal. b. Stabilitas terhadap erosi bawah tanah (piping) Bangunan-bangunan yang harus mengatasi beda tinggi muka air hendaknya dicek stabilitasnya terhadap erosi bawah tanah dan bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian (heave) atau rekahnya pangkal hilir bangunan. Bahaya terjadinya erosi bawah tanah dapat dicek dengan jalan membuat jaringan aliran/flownet (lihat pasal 3.3.3.a.1) dan dengan beberapa metode empiris, seperti : - Metode Bligh - Metode Lane, atau - Metode Koshla 26
  • 41. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Metode Lane, yang juga disebut metode angka rembesan Lane (weighted creep ratio method), adalah cara yang dianjurkan untuk mencek bangunan guna mengetahui adanya erosi bawah tanah. Metode ini memberikan hasil yang aman dan mudah dipakai. Untuk bangunan-bangunan yang relatif kecil, metode-metode lain mungkin dapat memberikan hasil- hasil yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit. Metode Lane diilustrasikan pada Gambar 3.1.0 dan memanfaatkan Tabel 6.5. Metode ini membandingkan panjang jalur rembesan di bawah bangunan di sepanjang bidang bangunan tanah bawah dengan beda tinggi muka air antara kedua sisi bangunan. Di sepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih curam dari 45° dianggap vertikal dan yang kurang dari 45° dianggap horisontal. Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan terhadap aliran 3 kali lebih kuat daripada jalur horisontal. Oleh karena itu, rumusnya adalah : Σ Lv + 1/3 Lh CL = ------------------ …… (3.9) H di mana : CL = Angka rembesan Lane (lihat Tabel 3.7) Σ Lv = jumlah panjang vertikal, m E LH = jumlah panjang horisontal, m H = beda tinggi muka air, m. 27
  • 42. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 3.4 Beban akibat Gempa Faktor-faktor beban akibat gempa yang akan digunakan dalam perencanaan bangunan-bangunan pengairan diberikan dalam bentuk peta yang diterbitkan oleh DPMA dalam tahun 1981 dengan judul : Peta Zona Seismik untuk Perencanaan Bangunan Air Tahan Gempa". Peta tersebut direproduksi lagi seperti tampak pada Gambar 3.12, 3.13 dan 3.14. Pada peta itu pulau-pulau di Indonesia dibagi menjadi 5 daerah dengan parameter gempa yang berbeda-beda. Koefisien gempa dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut : ad = n (ac * z)m , ….. (3.10) ad E = ----- ….. (3.11) g di mana : ad = percepatan gempa rencana, cm/dt2 n, m = koefisien untuk jenis tanah (lihat Tabel 3.8) ac = percepatan kejut dasar, cm/dt 2 (untuk harga per periode ulang lihat Tabel-3.9). E = koefisien gempa g = percepatan gravitasi, cm/dt2 (≅ 980) z = faktor yang bergantung kepada letak geografis (Koefisien Zona lihat Gambar 3.12, 3.13 dan 3.14). 28
  • 43. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 29
  • 44. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 30
  • 45. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 31
  • 46. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Faktor gempa E yang dicari dari rumus dan peta di atas dipakai dalam perhitungan stabilitas di mana faktor itu harus dikalikan dengan berat sendiri bangunan dan dipakai sebagai gaya horisontal. 3.5 Kombinasi Pembebanan Tabel 3.10 menunjukkan kombinasi pembebanan dan kenaikan dalam tegangan izin rencana. Dalam Table 3.10 : M = Beban mati H = Beban hidup K = Beban kejut T = Beban tanah Thn = Tekanan air normal Thb = Tekanan air selama banjir G = Beban gempa Ss = Pembebanan sementara selama pelaksanaan 32
  • 47. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 3.6 Tegangan Izin dan Faktor Keamanan 3.6.1 Tegangan izin Tegangan izin untuk beton (bertulang} baja dan kayu diuraikan dalam standar persyaratan di bawah ini : (1) PBI-1971 (NI-2) Peraturan Beton Bertulang Indonesia (2) VOSB-1963 Peraturan-peraturan Perencanaan Bangunan Konstruksi Baja dan PPBBI-1983 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (Jembatan dan Bangunan) (3) PKKI-1961 (NI-5) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia. Untuk pasangan, tegangan-tegangan izin adalah : - pasangan batu σ d = 7 N/mm2 (= 7 kgf/cm2 ) - pasangan bata merah σ d = 2,5 N/mm2 (=25 kgf/cm2 ) - tidak boleh ada tegangan tarik pada bangunan dari pasangan. 3.6.2 Faktor keamanan (a) Harga-harga faktor keamanan terhadap bahaya guling (overturning) diberikan pada Tabel 3.11 untuk berbagai kombinasi pembebanan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.10. (b) Harga-harga faktor keamanan terhadap gelincir (sliding) Fs diberikan pada Tabel 3.12 untuk berbagai kombinasi pembebanan. 33
  • 48. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 (c) Faktor keamanan terhadap gaya tekan ke atas sebaiknya diambil antara 1,1 dan 1,5. 4. PASANGAN BATU DAN BATA MERAH 4.1 Umum Pasangan, khususnya pasangan batu, sering dipakai untuk pembuatan bangunan-bangunan irigasi dan pembuang. Bahan-bahan ini mempunyai kelebihan-kelebihan penting dibandingkan dengan bahan-bahan lain, misalnya : - awet - konstruksi sederhana, dapat dikerjakan oleh para pekerja setengah- setengah terampil - para kontraktor telah terbiasa dengan penggunaan bahan ini - murah jika batu bisa didapat di tempat konstruksi. Dalam bagian-bagian berikut akan diberikan spesifikasi pokok bahan tersebut. 4.2 Batu Pasangan yang dipakai untuk bangunan-bangunan irigasi terutama dibuat dari batu kali atau batu galian dan kadang-kadang batu koral. Bata merah dipakai di daerah-daerah di mana jarang terdapat batu alamiah, sedangkan bata merah mudah didapat. Bata merah juga mungkin dipakai untuk membuat bangunan-bangunan kecil di petak-petak tersier di mana pasangan bata merah akan lebih cocok untuk ukuran konstruksi yang diperlukan. Standar yang dapat diterapkan untuk bahan-bahan ini adalah N.I. 13 (Batu Belah), N.I. 10 (Bata Merah) dan PUBI-1982 (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia). 34
  • 49. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Harga kekuatan tekan batu alamiah yang akan digunakan untuk pasangan batu menurut PUBI-1982 adalah 80-150 N/mm2 (800 -1500 kgf/cm2 ). Kekuatan rata-rata bata merah adalah 2,5 - 25 N/mm2 (25 - 250 kgf/cm2 ) untuk bata merah kelas 25 sampai 250. Ada tipe khusus pasangan batu, yakni pasangan dari batu candi yang pada pokoknya berupa batu-batu pecahan yang dipasang rapat untuk meng- hasilkan permukaan yang awet dan tahan gerusan (abrasi). Tipe pasangan ini dipakai sebagai lapisan permukaan untuk bendung pelimpah dan bangunan-bangunan lain yang terkena aliran cepat yang mengangkut sedimen kasar. Gambar 41 menunjukkan blok-blok batu yang dipakai untuk batu candi Gambar 4.1 Blok-blok batu candi Jenis-jenis batu yang dipakai sebagai bahan untuk membuat batu candi ialah : andesit, basal, dasit, diabase, diorit, gabro, granit dan grano-diorit. 4.3 Mortel Ada berbagai mortelIadukan yang dipakai untuk pekerjaan pasangan, yakni : (a) Untuk pasangan batu candi : - 1 semen : 2 pasir untuk bagian yang akan terkena kontak langsung dengan aliran air - 1 semen : 3 sampai 4 pasir untuk mortel yang tidak terkena kontak langsung dengan aliran. 35
  • 50. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 (b) Untuk pasangan batu yang lain : - 1 semen : 2 pasir untuk konstruksi berkekuatan tinggi; - 1 semen : 3 pasir untuk mortel yang terkena kontak langsung dengan aliran air, dan - 1 semen : 4 pasir untuk pondasi dan bagian-bagian yang tidak terkena kontak dengan aliran air. Untuk konstruksi-konstruksi yang terkena kontak dengan air laut, semen yang dipakai hendaknya semen Portland kelas V yang tahan sulfat. 5. BETON 5.1 Klasifikasi Beton harus dipakai dan direncana sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia, PBI-1971 atau NI-2. PBI-1971 memakai klasifikasi beton seperti yang diberikan pada Tabel 5.1. Beton dengan mutu B 0 dipakai untuk pengedapan (blinding) dan lantai kerja. Campurannya harus paling tidak 1 semen : 8 agregat (kerikil dan pasir dicampur). Mutu B 1 dipakai untuk beton tumbuk dalam pondasi dan timbunan; campurannya dapat diambil 1: 2: 3 atau. 1: 1,5 : 2,5 (semen : pasir : kerikil). Mutu K 125 dipakai untuk beton-massa di dalam tubuh bendung atau dinding penahan yang besar. Untuk mutu ini campuran bisa diambil seperti untuk mutu B 1. 36
  • 51. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 37
  • 52. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 K 175 dipakai untuk bangunan-bangunan bertulang yang dicetak di tem- pat/lapangan dan campurannya harus sesuai dengan persyaratan yang diberikan dalam PBI-1971. K 225 dipakai untuk bagian-bagian yang berkekuatan tinggi seperti bangunan atas jembatan atau pipa-pipa pracetak. campurannya sesuai dengan ketentuan dalam PBI-1971. 5.2 Sifat-sifat Beton Tegangan-tegangan izin untuk berbagai mutu beton dan tipe pembebasan diberikan pada Tabel 5.2 Modulus elastisitas untuk semua kelas beton adalah 1,4 * 104 N/mm2 (1,4 = 105 kgf/cm2 ), sedangkan koefisien ekspansi linier adalah: 1,1 * 10-5 /o C 5.3 Tulangan Penutup beton sebaiknya diambil seperti yang diberikan pada Tabel 5.4. Di lingkungan yang korosif, misalnya bangunan-bangunan yang kena kontak langsung dengan air laut, air alkali atau tanah, harga-harga dari Tabel 5.4 sebaiknya ditambah dengan 10 mm. Penutup beton hendaknya jangan diambil kurang dari besarnya diameter batang-batang tulangan. 38
  • 53. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 5.4 Analisis Kekuatan Batas Beton Bertulang Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PB1-1971) memperbolehkan penggunaan metode kekuatan batas untuk perencanaan beton bertulang. Karena mengacu kepada perencanaan yang lebih ekonomis, metode ini lebih sesuai daripada metode-n elastik konvensional. Untuk tujuan-tujuan perencanaan, di sini direproduksi beberapa tabel dan grafik dari sebuah artikel yang ditulis oleh Wiratman Wangsadinata, "Ultimate Strength Analysis of Reinforced Concrete Sections” yang diterbitkan dalam Insinyur Indonesia, 1972 No. 1/3 & 4/6 untuk jenis bangunan yang dipakai di jaringan irigasi. 5.4.1 Notasi Dalam Gambar 5.1 dan 5.2 ditunjukkan notasi-notasi yang akan digunakan pada Tabel dan Grafik bagian ini. Potongan flens bisa dianggap sebagai potongan segi empat ekuivalen dengan menggunakan Gambar 5.3 dan Tabel 5.5. Untuk yu < 1,25 t, analisisnya mirip dengan analisis untuk potongan segi empat, dan lebar bagian tekan hendaknya diambil sama dengan lebar efektif flens. (Untuk lebar efektif potongan flens, lihat pasal 10.8 dari PBI-1971}. 39
  • 54. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Untuk yu > 1,25 t dan bm/bo ≤ 5 dapat digunakan Tabel 5.5 untuk memperkirakan lebar ekuivalen. Untuk menggunakan tabel tersebut kita memperkirakan Σu guna memperoleh b sampai λ untuk harga-harga t/h dan bm/bo yang sudah diketahui. Bila potongan flens selanjutnya dianggap sebagai potongan segi empat dengan lebar b, maka analisisnya harus menunjukkan kebenaran Σu yang diperkirakan, kalau tidak analisis harus diulangi lagi dengan Σu yang sudah dikoreksi. 40
  • 55. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 5.4.2 Penggunaan grafik untuk perencanaan Dengan mempertimbangkan batas-batas yang diberikan pada pasal 5.4.3, penggunaan grafik pada Gambar 5.4 dapat diringkas sebagai berikut : Perencanaan : Hitunglah Cu dari : 41
  • 56. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 Perkiraan δ , dengan meperhitungkan syarat kebutuhan liat (ductility requirements) atau harga momen lawan. Masukkan harga-harga q dan ς u. Untuk lentur murni hitunglah baja tarik secara langsung dari Sedangkan untuk lentur dengan gaya normal, hitunglah i dahulu dari : dan selanjutnya baja tarik dari : Untuk lentur dengan gaya tekan normal, potongan itu pada akhirnya harus dicek apakah dengan tulangan yang diperoleh, keluluhan (failure) itu benar-benar dikontrol oleh tarikan, dengan menggunakan : Apabila untuk lentur dengan gaya tekan normal diperlukan tulangan simetris, maka dianjurkan untuk menghitung tulangan secara langsung dari : 42
  • 57. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 dan Bukannya menggunakan metode-i yang mulai dengan Persamaan sekarang harus dipakai untuk mencek tipe dari keluluhan. Jika potongan flens dipertimbangkan, maka andaikan dahulu Σu < 1,25 t/h dan anggaplah potongan tersebut sebagai potongan segi empat dengan lebar bm. Cek apakah dari bagan itu Σu ≤ 1,25 t/h untuk Cu dan δ yang sudah diketahui Jika demikian analisis dapat dilanjutkan; jika tidak, perkirakan Σu untuk mendapatkan λ dari Tabel 5.5 untuk t/h dan bm/bo yang sudah diketahui. Selanjutnya, anggap potongan tersebut sebagai potongan segi empat dengan b = λ bm …. (515) Dari bagan ceklah kebenaran harga perkiraan Σu untuk Cu dan δ yang sudah diketahui Kalau uu sudah sesuai dengan harga yang diperkirakan, maka analisis bisa dilanjutkan; jika tidak, prosedur itu harus diulangi lagi dengan harga ς u yang sudah dikoreksi. Pengecekan Untuk lentur murni hitunglah q dari Persamaan (5.3); untuk lentur dengan gaya normal perkirakan dahulu ς u untuk mendapatkan i dari Persamaan (5.5), lalu hitunglah q dari Persamaan (5.6). Hitunglah δ dari Persamaan (5.8) atau Persamaan (5.9). Masukkan ke dalam bagan q dan δ yang sudah diketahui untuk 43
  • 58. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 memperoleh Cu dan ς u. Untuk lentur dengan gaya normal, δ u yang didapat harus sesuai dengan harga perkiraan, kalau tidak, maka prosedur harus diulangi lagi mulai dengan harga ς u yang sudah dikoreksi. Kapasitas batas momen didapat dari Persamaan (5.1) atau Persamaan (5.4) untuk lentur murni dan dari Persamaan (5.2) atau Persamaan (5.7) untuk lentur dengan gaya normal. Untuk lentur dengan gaya tekan normal, harus dicek apakah keluluhan benar-benar di kontrol oleh tarikan dengan menggunakan Persamaan (5.10) Bila untuk lentur dengan gaya tekan normal tulangannya simetris, maka harus dipakai Persamaan (5.14) untuk mencek tipe dari keluluhan. Dalam hal ini dianjurkan untuk secara langsung menghitung kapasitas momen batas dari Persamaan (5.11) dan Persamaan (5.12), ini lebih baik daripada menggunakan metode-i yang mulai dengan Persamaan (5.13} Jika dipertimbangkan suatu potongan flens, maka harus diikuti prosedur yang sama seperti untuk perencanaan. 5.4.3 Batasan Tabel 5.6 dan 5.7 memberikan indeks baja tarik minimum qmin dan lengan dalam maksimum ς u maks. Lihat grafik (Gambar 5.4) untuk memperoleh penjelasan mengenai qmin dan ς u maks. 44
  • 59. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 45
  • 60. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 46
  • 61. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 47
  • 62. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 48
  • 63. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 49
  • 64. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 50
  • 65. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 DAFTAR PUSTAKA Capper,P.L. & Cassie,W.F, The Mechanics of Engineering Soils, EA F.N. Spon Ltd, London, 1976. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Bcton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung, 1983, Djoko Untung Soedarsonojr, Konstruksi Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta, 1984. Nasroen Rivai,M,Ir, Kayu sebagai bahan bangunan, Yayasan. Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung, 1979. NI-2 (PBI-1971}, Peraturan Bcton Bertulang Indonesia, (Specifications for reinforced concrete} NI-5 (PKKI-1961, Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia, (Specifications for timber construction} NI-7, Syarat-syarat untuk kapur, (Specifications for lime} N148 Peraturan semen portland, (Specifications for Portland cement} NI-10, Bata mcrah- sebagai bahan bangunan, (Brick as construction material~ NI-13, Peraturan batu belah,(Specifications for stones} NI-18 (PPI-19831 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, (Indonesian loading specifications for buildings NI-20, Peraturan tras & semen merah, (Specifications for trans and red cement PPBBI-1983, Peraturan-peraturan perencanaan bangunan baja Indoensia, (Specifications fpr the design of steel building structures). PUBI-1982, Persyaratan Umum bahan Bangunan di Indonesia, (General Specifications for Construction Materials in Indonesia). Sutami, Konstruksi Beton Indonesia, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta, 1971. 51
  • 66. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 VOSB-1963, Peraturan-peraturan untuk merencanakan jembatan konstruksi baja. Wiratman Wangsadinatajr, Ultimate Strength Analysis of Reinforced Concrete Sections, Insinyur Indonesia, 1972 No. 113 & 4/6. Wiratman Wangsadinatajr, Keamanan Konstruksi dalam Perhitungan Beton (sehubungan dengan peraturan beton bertulang Indonesia 1970), yayasan LPMB, Bandung, 1984. Wiratman Wangsadinata,Ir, Perhitungan Lentur dengan cara "n" (disesuaikan kepada peraturan beton bertulang Indonesia 1971), Yayasan LPMB, Bandung, 1979. Wiratman Wangsadinatajr, Teori kekuatan Batas sebagai -kriterium barn bagi analisa konstruksi, (Ultimate load theory as a new design criterion for the analysis of structures), 1968. 52
  • 67. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 LAMPIRAN 1 53
  • 68. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 54
  • 69. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 LAMPIRAN 2 55
  • 70. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 56
  • 71. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 57
  • 72. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 58
  • 73. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 59
  • 74. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 60
  • 75. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 61
  • 76. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 62
  • 77. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 63
  • 78. KRITERIA PERENCANAAN BAGIAN PARAMETER BANGUNAN Standar Perencanaan Irigasi – KP 06 64