Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhohir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan abadi.
Ringkasan Sejarah Nabi Muhammad ShallaLlahu 'alaihi wa sallam beserta hikmah dan teladan yang bisa dipetik.
[Note: untuk powerpoint, dapat di download di http://pptsirahnabawiyah.wordpress.com/]
Perpindahan Ibu Kota Dinasti Abbasiyah Dari Kuffah Ke Baghdad.Hikmah Didirikannya Dinasti Abbasiyah.Perjalanan Hidup Abul Abbas As-Saffah
itu yang dirangkum dalam ppt ini supaya bisa lbih spesifik lagi untuk memahaminya.
Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun dhohir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan abadi.
Ringkasan Sejarah Nabi Muhammad ShallaLlahu 'alaihi wa sallam beserta hikmah dan teladan yang bisa dipetik.
[Note: untuk powerpoint, dapat di download di http://pptsirahnabawiyah.wordpress.com/]
Perpindahan Ibu Kota Dinasti Abbasiyah Dari Kuffah Ke Baghdad.Hikmah Didirikannya Dinasti Abbasiyah.Perjalanan Hidup Abul Abbas As-Saffah
itu yang dirangkum dalam ppt ini supaya bisa lbih spesifik lagi untuk memahaminya.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH
1. IBNU QAYYIM AL-
JAUZIYAHD A L A M K O N S E P P E N D I D I K A
N
O L E H : A N N I S A A R S Y A
W A R D A N I
2. BIOGRAFI
IBNU QOYYIM AL-JAUZYAH
Al-Hafizh Abu Abdullah Muhammad bin Abu Bakar Ibnu Qayyim Al-
Jauziyah Al-Dimsyqi Al-Hambali (691-751H) dikenal sebagai Ibnu Qayyim dan
merupakan seorang murid terkemuka dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang sangat
jenius dan berwawasan global dan merupakan seorang ahli tasawuf dan nahwu.
Ayahnya Syaikh Abu Bakar bin Ayyub Az-Zar’i mendirikan Madrasah Al-Jauziyah
diDamaskus. Adapun Jauziyah adalah nisbat kepada sebuah nama temapat di Basrah dan
ada yang mengatakan bahwa nama ini dinisbatkan kepada kepompong (ulat sutra) dan
penjualannya. Dalam kitab Thabaqat Ushuliyyah mengatakan tempat kelahiran Ibnu
Qayyim adalah di Damaskus. Para ulama menyebutkan Ibnu Qayyim dan ayahnya
berkebangsaan Az-Zar’i kemudian pindah ke Damaskus
Ibnu Qayyim meninggal pada malam Kamis tanggal 13 Rajab saat
berkumandang adzan shalat Isya’ tahun 751 Hijiriah. Beliau meninggal pada usia ke 60
tahun. Jenazahnya dishalatkan pada hari berikutnya setelah shalat Dhuhur dimasjid Al-
Umawi, kemudian dishalatkan dimasid Jarah dan banyak penziah yang menggiringi
upacara penguburanya. Ia dimakamkan diDamaskus diperkuburan Al-Bab Ash-Shaghir
disamping makam kedua orang tuanya.
3. RIWAYAT PENDIDIKAN
Ibnu Qayyim mengikuti pendidikan dasarnya di madrasah Al-Jauziyah
di bawah bimbingan ayahnya sendiri, yang mengajarinya bahasa Arab dan Fara’idh.
Beliau adalah seorang anak yang cerdas dan mudah menerima ilmu dari guru-gurunya.
Selain itu juga suka beribadah, rajin tahajud dan berzikir, membaca al-Qur’an, sangat
cinta dan mendekatkan diri kepada Allah, sehingga sebagai ulama menganggapnya
sebagai seorang ulama sufi besar.
Beliau mampu menghafalkan hadits lengkap dengan semua sanad,
matan dan syarahnya, juga fiqih dan ushul fiqh dan bahkan memperbaharui
beberapa aspeknya, ilmu nahwu dan segala permasalahannya, bahkan beliau
menguasai seluk beluk dan perbedaan pendapat ulama terdahulu, baik salaf
maupun khlaf.
Beliau seorang yang banyak berkorban demi sebuah ilmu. Beliau mulai
mencari ilmu sejak berumur tujuh tahun. Hal itu dapat ditetapkan dengan
membandingkan tahun kelahiranya 691 Hijriah dengan banyaknya jumlah gurunya.
4. RIWAYAT PENDIDIKAN
Salah seorang guru Ibnu Qayyim adalah Asy-Syihan Al-‘Abir yang meninggal
pada tahun 697 hijriah. Dari dialah Ibnu Qayyim mulai belajar dengan cara sima’
(memeperdengarkan bacaan dihadapan sang guru) yaitu pada usia tujuh tahun. Ibnu
Qayyim menghormatinya. Dan sebelum umur sembilan tahun ia telah menguasai ilmu-
ilmu bahasa Arab
Ibnu Qayyim turut serta dalam berbagai halaqah keilmuan dari berbagai guru. Dengan
semangat orang yang haus akan ilmu dan jiwa yang terpaut, sehingga kehausannya
hilang dan sementara seleranya dapat terpenuhi. Untuk itu ia menimba ilmu dari
pakar pada bidangnya seperti Asy-syibah Al-Abir, Abu Al-Fath Al-Ba’labakki,
adalah guru-gurunya alam bidang nahwu, lebih khusus pengajaran Alfiah Ibnu
Malik. Ibnu Qayyim sangat menyukai mencari ilmu dan memiliki buku-buku yang langka
dan berharga.
Ibnu Qayyim telah mempelajari seluruh cabang ilmu syari’ah seperti : ilmu
kalam, tafsir, hadits, fikih, ushul fiqih, faraidh, demikian pula bidang bahasa seperti
nahwu dan lainya, sehingga ia menjadi pakarulama seperti mereka
5. ----KARYA-KARYA----
IBNU QOYYIM
Karya-karya Ibnu Qayyim secara umum adalah kepincangan akidah, fanatisme
madzab, dan pembelaan terhadap kelompok tertentu dan membabi buta, inilah yang
kemudian menjadi sebab kekaguman lawan maupun kawan terhadapnya.
Beberapa adalah karangan-karangan Ibnu Qayyim yang telah dicetak seperti
1. Ijtima’ Al-Juyusy Al-Islamiyah ‘ala Ghazwil Mu’athatalah wa Al-Jahmiyah dicetak di
India pada tahun 1314 Hijriah, kemudian dicetak di Mesir pada tahun 1351 Hijriah.
2. Ahkam Ahli adz-Dzimmah. Dicetak dengan ditahqiq oleh Shubhi Ash-Shalih dalam
dua jilid.
3. Asma’ Mu’allafat Ibni Taimiyah. Dicetak dengan ditahqiq oleh Shalahuddin Al-Munjid.
4. I’lam Al-Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘Alamin. Dicetak dengan empat jilid oleh Mathaba’ah
Al-Muniriyah dan Matha’ah As-Sa’adah.
5. Ighatsah Al-Lahfan min Mashayid Asy-Syaithan. Dicetak beberapa kali dalam dua jilid.
6. Ighatsh Al-Lahfan fi Hukmi Thalaq Al-Ghadhban. Dicetak dengan ditahqiq oleh
Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi.
7. Badai’ Al-Fawaid dicetak di Mesir oleh Mathba’ah Al-Muniriyah dengan tanpa tahun
dalam emapt juz dalam dua jilid. DLL
6. K A R I R DAN
A K T I V I T A S N Y A
Sebagai seorang yang berintelektual dan bersahaja tentulah kegaiatan dan
aktivitas tidak pernah lepas dari koridor ilmu dan pengabdian diri terhadap ilmu, ia
menekuni-nya baik melalui belajar, mengajar, memabaca serta menulis.
Merupakan tokoh sekolah Al-Jauziyah, kahtib pertama masjid agung yang
didirikan oleh Najmudin bin Khalikan disamping itu ia sibuk mengajar, ia mengajar di
Madrasah “Ash-Shadariyah” dan beberapa tempat lainnya dimana Damaskus saat itu
dipenuhi majelis dan halqah ilmu baik dimasjid-masjid maupun disekolahan serta
pusat-pusat kajian lainya.
Selain terkenal sebagai seorang guru, pengarang dan pengajar juga
terkenal sebagai seorang mufti dan ahli dalam berdialog yang selalu
mengangkat bendera kemenangan bagi kitab suci Al-Qur’an dan sunnah. Maka
sering kali ia memberi fatwa, berdialog serta berdebat dengan cara yang baik untuk
menumbangkan argumentasi-argumentasi kebatilan, menjauhkan subyektivitas serta
kepentingan pribadi seperti ingin mendapatkan harta maupun pangkat akan tetapi
semua dilakukan hanya karena mengharap ridha Allah meskipun ia harus disiksa dn
dipenjara, semua hal tersebut ia lakukan dengan sabar dan penuh penyerahan diri
kepada Allah SWT
7. CORAK PEMIKIRAN
--IBNU QOYYIM AL-JAUZYAH
Ibnu Qayyim b u k a n l a h seorang ulama yang berfikiran ekstrim dalam menerima
atau menolak pendapat maupun mazhab, beliau adalah pemikir moderat yang
mengakui kebesaran imam-imam mazhab, namun selalu berusaha mencari kebenaran
dari dalil-dalil yang mereka pakai. Usaha kerasnya mengungkap imam-imam mazhab,
terutama mazhab Hanbali, tidak mengurangi rasa hormatnya kepada jasa mereka. Ibnu
Qayyim membedakan tentang pengetahuan disiplin suatu mazhab dengan taqlid
Beliaumenghidupkankembali al-sunah yangmulaiditinggalkan dan menciptakanmetode
pemikiran baru yang dilandaskan kepada a l - Q u r ’ a n d a n a l - S u n n a h . dan
melakukan semua itu bukanlah untuk mencari kekayaaan dan popularitas, tetapi untuk
mencari ridha Allah berdasarkan keyakinan dan pendirian yang dianutnya.
Secara umum, antara Ibn Qayyim Al-Jauziyah dan sang guru tidak terdapat
perbedaan dalam kerangka berpikirnya, melainkan hanyalah perbedaan dalam
performa saja. Sang guru lebih cenderung kepada performa yang ekstrim atau keras,
baik dalam pemikirannya maupun tindakannya, sedangkan Ibn Qayyim Al-Jauziah lebih
cenderung kepada performa yang moderat atau lunak, datar dan tidak frontal.
8. Definisi p e n d i d i k a n yang dinyatakan oleh Ibnu Qayyim ini mencakup dua
makna yaitu pertama, pendidikan yang berkaitan dengan ilmu seorang
murabi, yakni sebuah pendidikan yang dilakukan oleh seorang murabbi terhadap
ilmunya agar ilmu tersebut menjadi sempurna dan menyatu dalam dirinya disamping itu
pula agar ilmu tersebut menjadi sempurna dan menyatu dalam dirinya disamping itu pula
disamping itu pula agar ilmu tersebut terus bertambah. Pendidikan seperti ini diibaratkan
sebagai seorang yang berharta merawat hartanya agar menjadi bertambah.
Kedua, pendidikan yang berkaitan dengan orang lain, yakni kerja
pendidikan yang dilakukan oleh seseorang murabi dalam mendidik
manusia dengan ilmu yang dimilkinya dan dengan ketekunannya
menyertai mereka agar mereka menguasai ilmu yang mereka menguasai
ilmu yang diberikan kepadanya secara bertahap. Apa yang dinyatakan oleh Ibn
Qayyim ini tidak lain kecuali untuk menjaga ilmu dari kemusnahnnya. Diantara metode
penjagan ilmu yang paling efektif adalah dengan mangajarkannya dan menyebarkannya
kepada orang lain, sebab ilmu yang selalu disembunyikan akan berpeluang hilang.
P E M I K I R AN
P E N D I D I K A N
Ibnu Qayyim