Dokumen tersebut membahas tentang konsep belajar dan pembelajaran serta teori belajar behavioristik. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku melalui pengalaman, dan pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Teori behavioristik menyatakan bahwa belajar terjadi melalui hubungan antara stimulus dan respon, di
Strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung alfa della
Apa yang dimaksud strategi pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dan tidak langsung (Indirect Instruction)
Ciri-ciri ,Kelemahan dan keunggulan,contoh penerepan
Strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung alfa della
Apa yang dimaksud strategi pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dan tidak langsung (Indirect Instruction)
Ciri-ciri ,Kelemahan dan keunggulan,contoh penerepan
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
motivasi adalah suatu dorongan atau hasrat kemauan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan. Dengan adanya dorongan, maka motivasi belajar erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai sehingga seseorang mampu menumbuhkan semangat belajar mereka demi tujuan-tujuan baru yang hendak dicapai. Timbulnya kegiatan belajar biasanya didorong oleh sesuatu atau beberapa keinginan, hasrat, kemauan atau kebutuhan. Dengan demikian tampaklah betapa pentingnya motivasi belajar di dalam diri setiap siswa.
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
Makalah ini berisi penjelasan mengenai pengertian belajar, ciri – ciri dari perubahan tingkah laku, dan bentuk perubahan tingkah laku dalam hasil belajar.
motivasi adalah suatu dorongan atau hasrat kemauan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku untuk melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan. Dengan adanya dorongan, maka motivasi belajar erat kaitannya dengan tujuan yang akan dicapai sehingga seseorang mampu menumbuhkan semangat belajar mereka demi tujuan-tujuan baru yang hendak dicapai. Timbulnya kegiatan belajar biasanya didorong oleh sesuatu atau beberapa keinginan, hasrat, kemauan atau kebutuhan. Dengan demikian tampaklah betapa pentingnya motivasi belajar di dalam diri setiap siswa.
1. KONSEP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN – TEORI BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
A. BELAJAR
Belajar sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain,
merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari
tanpa belajar. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Salah
satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi adalah adanya
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya berupa penguasaan terhadap
ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya, atau penguasaan terhadap keterampilan dan
perubahan yang berupa sikap. Untuk mendapatkan perubahan tingkah laku tersebut, maka
diperlukan tenaga pengajar yang memadai. Pengajar atau disebut juga dengan pendidik
sangat berperan panting dalam proses pembelajaran. Pendidik yang baik akan mampu
membawa peserta didiknya menjadi lebih baik.
Guru, instruktur atau dosen seringkali menyamakan istilah pengajaran dan
pembelajaran. Padahal pengajaran lebih mengarah pada pemberian pengetahuan dari guru
kepada siswa yang kadang kala berlangsung secara sepihak. Sedangkan pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan
memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi
serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun
pengorganisasian pembelajaran.
Ilmu pembelajaran menaruh perhatian pada upaya untuk meningkatkan pemahaman
dan memperbaiki proses pembelajaran. Untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut
diperlukan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Yang
dimaksud dengan kondisi pembelajaran di sini adalah tujuan bidang studi, kendala bidang
studi, dan karakteristik peserta didik yang berbeda memerlukan model pembelajaran yang
berbeda pula.
2. B. PEMBELAJARAN
Dan Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar
“ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)
ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti
proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
(KBBI)
Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat
proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta
memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan
pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha sistematis yang memungkinkan
terciptanya pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa
dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.
Konsep Dasar Pembelajaran
Dalam pembelajaran, guru mempunyai tugas-tugas pokok antara lain bahwa ia harus
mampu dan cakap merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan membimbing dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, agar para guru mampu menunaikan tugasnya
dengan sebaik-baiknya, ia terlebih dahulu hendaknya memahami dengan seksama hal-hal
yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan,
memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
tertentu. Dapat dikatakan metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi
instruksional. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir
3. pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud
dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah
kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah
mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.
1. Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran
kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah
yang relatif besar.
2. Metode latihan adalah metode penyampaian materi melalui penanaman terhadap kebiasan-
kebiasan tertentu. Sehingga diharapkan peserta didik bisa menyerap materi secara
optitimal.
3. Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan mengahasilkan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut.
4. Metode karyawisata adalah metode penyampaian materi dengan cara membawa anak didik
secara langsung ke objek diluar kelas atau dilingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat
mengamati atau mengalami secara langsung.
5. Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja suatu produk
teknologi yang sedang dipelajari.
6. Metode sosiodrama adalah metode pembelajara yang memberi kesempatan kepada anak
didik untuk melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat dalam kehidupan
sosial.
7. Metode bermain peran adalah metode pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan anak didik dengan cara anak didik memerankan suatu tokoh baik atau benda
mati.
8. Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi
melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya
sangat terbuka.
9. Metode pemberian tugas dan resitasi adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui
penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan.
10. Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan
aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya.
4. 11. Metode proyek adalah metode pembelajaran berupa penyajian kepada siswa materi
pembelajaran yang bertitik tolak dari satu masalah yang selanjutnya dibahas dari berbagai
sisi yang relevan sehingga diperoleh pemecahan secara menyeluruh dan bermakna.
Peran Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran
Peran guru dalam pembelajaran yaitu membuat desain instruksional, menyelenggarakan
kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil
belajar yang berupa dampak pengajaran. Selain itu, menurut Djamarah (2000: 43-48)
bahwa tugas dan tanggung jawab guru atau lebih luasnya pendidik adalah sebagai:
1. Korektor, yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang
buruk, koreksi atau penilaian yang dilakukan bersifat menyeluruh dari segi kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda
dalam menerima pelajaran. Ada yang mempunyai kemampuan baik di bidang kognitif
tetapi kurang pada afektifnya, ada pula yang baik pada psikomotorik namun kurang
pada kognitifnya, dan berbagai macam perbedaan peserta didik yang lain. Oleh karena
itu, dalam memberikan penilaian, hendaknya pendidik tidak hanya memberikan
penilaian dari satu aspek saja.
2. Inspirator, yaitu pendidik menjadi inspirator atau ilham bagi kemajuan belajar siswa
atau mahasiswa, petunjuk bagaimana cara belajar yang baik, serta member masukan
dalam menyelesaikan masalah lainnya.
3. Informator, yaitu pendidik harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan peserta didik yang dibekali pengetahuan tentang
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka peserta didik tersebut akan
memiliki daya saing yang tinggi. Sehingga peserta didik tidak akan tertinggal di era
global ini.
4. Organisator, yaitu pendidik harus mampu mengelola kegiatan akademik (belajar),
hingga tercipta kegiatan pembelajaran yang tertib dan menyenangkan.
5. Motivator, yaitu pendidik harus mampu mendorong peserta didik agar bergairah dan
aktif belajar. Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri
individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat
(Slavin, 1994). Motivasi dari pendidik merupakan motivasi ekstrinsik. Meskipun
5. dalam proses belajar, motivasi intrinsik atau motivasi yang berasal dari dalam diri
individu memiliki pengaruh yang lebih efektif, (karena motivasi intrinsik bertahan
relatif lebih lama) namun motivasi ekstrinsik juga tetap dibutuhkan. Karena
kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat
belajar seseorang. Oleh karena itu, guru sebagai salah satu motivasi ekstrinsik
hendaknya selalu memberikan motivasi pada peserta didiknya.
6. Inisiator, yaitu pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan
pembelajaran. Melalui berbagai macam pengalaman yang didapatkan pendidik selama
di kelas, pendidik hendaknya memberikan ide-ide demi kemajuan pembelajaran,
minimal untuk kemajuan pembelajaran di kelas yang dibimbing.
7. Fasilitator, yaitu pendidik dapat memberikan fasilitas yang memungkinkan
kemudahan kegiatan belajar.
8. Pembimbing, yaitu pendidik harus mampu membimbing peserta didik menjadi
manusia dewasa yang bertanggung jawab. Hal yang harus dilakukan pendidik adalah
memberikan contoh yang baik pada peserta didik dan mengarahkannya. Oleh karena
itu, pendidik hendaknya selalu menjaga sikap dan perilaku, karena membimbing
seseorang tanpa memberikan teladan yang baik adalah sia-sia.
9. Demonstrator, yaitu jika diperlukan pendidik bisa mendemonstrasikan bahan pelajaran
yang susah dipahami. Peserta didik akan lebih mudah memahami suatu materi jika
materi tersebut didemonstrasikan, karena sesuatu yang didemonstrasikan melibatkan
aspek audio dan visual, sehingga lebih mudah untuk dipahami peserta didik.
10. Pengelola kelas, yaitu pendidik harus mampu mengelola kelas untuk menunjang
interaksi edukatif. Jika kelas dikelola dengan baik, maka proses pembelajaran dapat
berjalan dengan tertib.
11. Mediator, yaitu pendidik menjadi media yang berfungsi sebagai alat komunikasi guna
mengefektifkan proses interaktif edukatif. Proses pembelajaran merupakan proses
interaksi, bukan hanya penyampaian materi dari satu arah atau dari guru saja, peserta
didik hendaknya turut aktif dalam proses pembelajaran, dan dengan adanya pendidik
maka diharapkan proses interaktif edukatif tersebut tercipta di kelas. Dalam hal ini
biasanya pendidik cukup memberikan sedikit materi di awal, kemudian mengajak
dialog peserta didik mengenai materi yang telah diberikan sebelumnya, atau dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang akan dibahas.
12. Supervisor, yaitu pendidik hendaknya dapat memperbaiki dan menilai secara kritis
terhadap proses pembelajaran. Setiap selesai proses pembelajaran, pendidik yang baik
6. akan menilai proses pembelajaran yang telah berlangsung, apabila terdapat
kekurangan, maka ia akan mencari sumber kekurangan tersebut dan memperbaikinya,
sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lebih baik setiap harinya.
13. Evaluator, yaitu pendidik dituntut menjadi evaluator yang baik dan jujur. Pendidik
diharapkan bisa berlaku adil dan jujur dalam setiap proses evaluasi, sehingga tiap- tiap
peserta didik dapat mengetahui kemampuannya. Membantu peserta didik ketika
menghadapi ujian bukanlah hal yang tepat dilakukan oleh seorang pendidik, karena
hal tersebut merupakan pembodohan peserta didik dan mengajarkan ketidakjujuran
pada peserta didik. Dan hal tersebut juga membuat peserta didik tidak akan pernah
merasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya.
Oleh karena itu, jelaslah bahwa kata “pendidik” dalam perspektif pendidikan yang selama ini
berkembang di masyarakat memiliki makana yang lebih luas, dengan tugas, peran, dan
tanggung jawabnya adalah mendidik peserta didik agar tumbuh dan berkembang potensinya
kea rah yang lebih sempurna.
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM
PEMBELAJARAN
A. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang
dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori
ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
7. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
responpun akan semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
(1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement;(3) Schedules
of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning;
(6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984). Tokoh-tokoh aliran behavioristik di
antaranya adalah Thorndike,Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan
dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik.
1. Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud
konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat
menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori
Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum
kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu
dapat memperkuat respon.
2. Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi
walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama
proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena
kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang
sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan
8. diukur.
3. Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles
Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction)
adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga
stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.
Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi
biologis (Bell, Gredler, 1991).
4. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus
yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan
yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan
respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir
yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat
terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan
jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi
stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga
percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku
seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon
secara tepat. Siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola
kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler,
1991).
9. 5 Tori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para
tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih
komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon
yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan
saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang
dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-
konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh
karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan
antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuaensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut.
Skinner juga mengmukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental
sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab
setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
B. Analisis Tentang Teori Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku
dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang siswa dalam
berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya
merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil
yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun
secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997)
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua
teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori
belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine,
Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak
pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat
(reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan Skiner. Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan
dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus
10. dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
dalam hubungan stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa,
walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat
menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan
yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih
tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui adanya
stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh
pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak
kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses
pembentukan atau shaping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu,
sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal
banyak faktor yang berpengaruh yang mempengaruhi proses belajar. Jadi teori belajar tidak
sesederhana yang dilukiskan teori behavioristik.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan
digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan
penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi siswa untuk berpikir dan
berimajinasi.
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada
beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si
terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
3. Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan
buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si
terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang
diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak
sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan
(sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada,
11. sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi
semakin kuat. Misalnya, seorang siswa perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika
siswa tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi
jika sesuatu tidak mengenakkan siswa (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan
malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya,
maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan
positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun
bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi
agar memperkuat respons.
D. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan
praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement
dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Istilah-istilah seperti hubungan stimulus respon, individu atau siswa pasif, perilaku sebagai
hasil yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi secara ketat,
reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam
teori behavioristik. Teori ini hingga sekarang masih merajai praktek pembelajaran di
Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat yang
paling dini, seperti kelompok bermain, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah, bahkan sampai Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara drill
(pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori
behvioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge)ke orang
yang belajar atau siswa. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur
12. pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah,
sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik
struktur pengetahuan tersebut. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama
terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru
itulah yang harus dipahami oleh murid (Degeng, 2006).
Demikian halnya dalam proses belajar mengajar, siswa dianggap sebagai objek pasif yang
selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standart-standart tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Begitu juga dalam proses
evaluasi belajar siswa diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-
hal yang bersifat unobservable kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan
ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan
kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis
dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau
robot. Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada
pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai pengetahuan telah terstruktur rapi dan
teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas
dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial
dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.
Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai
kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan
sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan
dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik adalah objek yang
berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang
berada di luar diri siswa (Degeng, 2006).
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi
atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
13. secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib
dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib
tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.
Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini
menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang
sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah
selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara
individual (Degeng, 2006).