Rasionalitas al Qur’an dalam Dunia DebatIdrus Abidin
rasionalitas yang mewakili nuansa akhirat tanpa melupakan dunia adalah rasionalitas yang dikembangkan oleh al-Qur'an dan Sunnah. karena memang al-Qur'an turun tidak membawa hal-hal yang mustahil bagi rasio, tapi diturunkan untuk menjawab hal-hal nyang membingungkan akal.
Rasionalitas al Qur’an dalam Dunia DebatIdrus Abidin
rasionalitas yang mewakili nuansa akhirat tanpa melupakan dunia adalah rasionalitas yang dikembangkan oleh al-Qur'an dan Sunnah. karena memang al-Qur'an turun tidak membawa hal-hal yang mustahil bagi rasio, tapi diturunkan untuk menjawab hal-hal nyang membingungkan akal.
Disini dijelaskan secara global mengenai kandungan surat Al Alaq 1-8 dari berbagai mufasir. seperti tafsir Al-mishbah, Ibn Katsir, Al Maraghi, dsb. oleh kami diusahakan menggunakan diksi yang mudah dimengerti oleh pembaca. selain itu makalah ini sudah pernah di uji sebelumnya
Disini dijelaskan secara global mengenai kandungan surat Al Alaq 1-8 dari berbagai mufasir. seperti tafsir Al-mishbah, Ibn Katsir, Al Maraghi, dsb. oleh kami diusahakan menggunakan diksi yang mudah dimengerti oleh pembaca. selain itu makalah ini sudah pernah di uji sebelumnya
Bagi yang Membuituhkan Pelatihan Manajemen, SDM dan ISO 9001, Anda dapat Menghubungi Fast Response Kami di : 0878-7063-5053 (HARD-Hi SMART CONSULTING) langsung dengan Bpk. M.Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr.
Bagi yang Membuituhkan Pelatihan Manajemen, SDM dan ISO 9001, Anda dapat Menghubungi Fast Response Kami di : 0878-7063-5053 (HARD-Hi SMART CONSULTING) langsung dengan Bpk. M.Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr.
1. Tentang Khalifah
Arti yang tepat dalam bahasa kita terhadap kalimat khalifah ini hanya dapat kita
ungkapkan setelah kita kaji apa tugas khalifah.
1. Seketika Rasulullah s.a.w telah wafat, sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w sependapat
mesti ada yang menggantikan beliau mengatur masyarakat, mengepalai mereka, yang
akan menjalankan hukum, membela yang lemah, menentukan perang atau damai dan
memimpin mereka semuanya.
Sebab dengan wafatnya Rasulullah, kosonglah jabatan pemimpin itu. Maka sepakatlah
mereka mengangkat Saiyidina Abu bakar as-Shiddiq r.a. menjadi pemimpin mereka.
Dan mereka gelari dia "Khalifah Rasulullah". Tetapi meskipun yang dia gantikan
memerintah itu ialah Utusan Allah, namun dia tidaklah langsung menjadi Nabi atau
Rasul pula. Sebab Risalah itu tidaklah dapat digantikan. Jadi di sini dapat kita artikan
Khalifah itu pengganti Rasulullah dalam urusan pemerintahan.
2. Kepada Nabi Daud Tuhan Allah pernah bersabda:
" Wahai Daud ! Sesungguhnya engkau telah kami jadikan khalifah di bumi. " (Shad:
26)
Ini bisa diartikan sebagai khalifah Allah sendiri, pengganti atau alat dari Allah buat
melaksanakan hukum Tuhan dalam pemerintahannya. Dan boleh juga diartikan bahwa
dia telah ditakdirkan Tuhan menjadi pengganti dari raja-raja dan pemimpin pemimpin
dan Nabi-nabi Bani Israil yang terdahulu dari padanya.
3.Tetapi ada pula ayat-ayat bahwa anak-cucu atau keturunan yang dibelakang adalah
sebagai khalafah atau khalifah dari nenek-moyang yang dahulu (sebagai tersebut
dalam Surat Yunus, Surat 10, ayat 14). Demikian juga dalam surat-surat yang lainlain.
4. Tetapi di dalam surat an-Naml (Surat 27, ayat 62), ditegaskan bahwa seluruh
manusia ini adalah khalifah di muka bumi ini :
"Atau siapakah yang memperkenankan permohonan orang-orang yang ditimpa susah
apabila menyeru kepadaNya? Dan yang menghilangkan ke susahan ?Dan yang
menjadikan kamu Khalifah-khalifah di bumi ?Adakah Tuhan lain beserta Allah ?
Sedikit kamu yang ingat. "
2. (an-Naml : 62).
Setelah meninjau sekalian ayat ini dan gelar khalifah bagi Saiyidina Abu bakar,
barangkali tidaklah demikian jauh kalau khalifah kita artikan pengganti.
Sekarang timbul pertanyaan : Pengganti dari siapa ?
Ada penafsir mengatakan pengganti dari jenis makhluk yang telah musnah, sebangsa
manusia juga, sebelum Adam. Itulah yang akan digantikan:
Ada setengah penafsiran mengatakan Khalifah dari Allah sendiri. Pengganti Allah
sendiri. Sampai di sini niscaya dapat dipahamkan bahwa mentang-mentang manusia
dijadikan KhalifahNya oleh Allah, bukanlah berarti, bahwa dia telah berkuasa pula
sebagai Allah dan sama kedudukan dengan Allah; bukan ! Sebagaimana juga Abu
Bakar sama kedudukan Abu bakar dengan Rasulullah.
Maka jika manusia menjadi Khalifah Allah, bukan berati manusia menjadi sama
kedudukan dengan Allah! Maka pengertian pengganti di sini harus diberi arti manusia
diangkat oleh Allah menjadi KhalifahNya. Dengan perintah-perintah tertentu. Dan
untuk menghilangkan kemusykilan dalam hati, kalau hendak dituruti tafsir yang
kedua, bahwa manusia adalah Khalifah Allah di muka burni, janganlah dia dibahasa
Indonesiakan, tetap sajalah dalam bahasa aslinya : Khalifah Allah !
Sekarang kita lanjutkan tentang kedua penafsiran itu.
Pendapat pertama ialah Khalifah dari makhluk dulu-dulu yang telah musnah. Di kala
mereka masih ada di dunia, mereka hanya berkelahi, merusak, bunuh-membunuh
karena berebut hidup. Itulah sebabnya maka Malaikat terkenang akan itu kembali lalu
menyampaikan permohonan dan pertanyaan kepada Tuhan, kalau-kalau terjadi
demikian pula.
Maka tersebarlah semacam dongeng pusaka bangsa Iran (Persia), yang kadangkandang setengah ahli tafsir tidak pula keberatan menukilnya : katanya sebelum Nabi
Adam, ada makhluk namanya Hinn dan Binn, ada juga yang mengatakan namanya
ialah Thimm dan Rimm.
Setelah makhluk yang dua itu habis, datanglah makhluk yang bernama jin. Semua
makhluk itu musnah, sebab mereka rusak merusak, bunuh membunuh. Akhirnya kata
dongeng dikirimlah oleh Tuhan balatentaranya, terdiri dari Malaikat-malaikat dan
dikepalai oleh Iblis, lalu makhluk Jin itu diperangi sehingga musnah. Adapun sisasisanya lari ke pulau-pulau dan ke lautan. Kemudian barulah Allah menciptakan
Adam.
3. Dalam setengah kitab tafsir ada juga bertemu keterangan ini, meskipun riwayat ini
tidak berasal dari riwayat Islam sendiri.
Tetapi meskipun dia hanya dongeng belaka sudahlah dapat kita mengambil
kesimpulan bahwa pendapat tentang adanya makhluk purbakala yang dikhalifahi oleh
Adam itu, bukanlah pendapat kemarin dalam kalangan manusia, melainkan telah tua,
beratus tahun sebelurn keluar teori Darwin. Bukankah ahli-ahli pengetahuan menggali
ilmu juga dari dongeng ?
Ada lagi pendapat yang sejalan dengan itu, yaitu dari beberapa golongan kaum Shufi
dan kaum Syi'ah Imamiyah.
Al-Alusi, pengarang tafsir Ruhul Ma'ani mengatakan bahwa di dalam kitab Tami'ul
Akbar dari orang Syi'ah Imamiyah, pasal 15, ada tersebut bahwa sebelum Allah
menjadikan Adam nenek kita, telah ada 30 Adam.
Jarak di antara satu Adam dengan Adam yang lain 1.000 tahun, setelah Adam yang 30
itu, 50.000 tahun lamanya dunia rusak binasa, kemudian ramai lagi 50.000 tahun
barulah dijadikan Allah nenek kita Adam.
Ibnu Buwaihi meriwayatkan di dalam Kitab at Tauhid, riwayat dari Imam Ja'far asShadiq dalam satu hadits yang panjang, dia berkata : "Barangkali kamu sangka bahwa
Allah tidak menjadikan manusia (basyar) selain kamu. Bahkan, demi Allah! Dia telah
menjadikan 1.000 Adam (Alfu Alfi Adama), dan kamulah yang terakhir dari Adamadam itu !"
Berkata al-Haitsam pada syarahnya yang besar atas Kitab Nahjul Balaghah: "Dan
dinukilkan dari Muhammad al-Baqir bahwa dia berkata : Telah habis sebelum Adam
yang Bapak kita 1.000 Adam atau lebih. "Ini semua adalah pendapat dari kalangan
Imam- imam Syiah sendiri : Ja'far as-Shadiq dan Muhammad al-Baqir, dua di antara
12 imam Syi'ah Imamiyah.
Kalangan kaum Shufi pun mempunyai pendapat demikian as Syaikh al-Akbar Tbnu
Arabi berkata dalam kitabnya yang terkenal alFutuhat al-Makkiyah, bahwa 40.000
tahun sebelum Adam sudah ada Adam yang lain.
Malahan untuk menjadi catatan, Imam Syi'ah yang besar itu, Ja'far as-Shadiq
menyatakan bahwa di samping alam kita ini, Tuhan Allah telah menjadikan pula
12.000 alam, dan tiap-tiap alam itu lebih besar daripada tujuh langit dan tujuh bumi
kita ini.
4. Di dalam beberapa ranting yang mengenai Kepercayaan terdapat perbedaan sedikitsedikit, sebagai kita yang dinamai Ahlus-Sunah, dengan kaum Syi'ah. Tetapi di dalam
hal yang mengenai ilmu pengetahuan alam ini, amat sempitlah paham kita kalau
sekiranya kita tidak mau memperdulikan, mentang- mentang dia timbul dari Syi'ah.
Karena hal lkhwal yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan itu adalah universal
sifatnya. Yaitu menjadi kepunyaan manusia bersama. Apatah lagi sampai kepada saat
sekarang ini dan seterusnya, penyelidikan ilmiah tentang alam., tentang hidupnya
manusia di dunia ini. tidaklah akan berhenti.
Cobalah cocokan tentang keterangan Imam Ja'far as-Shadiq ini dengan hasil
penyelidikan alam yang terakhir , yang mengatakan bahwa alam cakrawala itu terdiri
dari pada berjuta-juta kekeluargaan bintang- bintang masing- masing dengan
Mataharinya sendiri yang dinamai Galaxi.
Berdasarkan kepada semunya ini, maka ditafsirkan oleh setengah ahli tafsir, bahwa
yang dimaksud dengan Adam sebagai Khalifah, ialah Khalifah dari Adam-adam yang
telah berlalu itu, yang sampai mengatakan seribu-ribu (sejuta Adam).
Dan dongeng Iran yang diambil dan dimasukkan ke dalam beberapa tafsir itupun
menunjukkan bahwa dalam kalangan Islam sudah lama ada yang berpendapat bahwa
sebelum manusia kita ini sudah ada makhluk dengan Adamnya sendiri terlebih
dahulu. Sekarang tidaklah berhenti orang menyelidiki hal itu, sehingga akhirnya
datanglah pendapat secara ilmiah, diantaranya teori darwin, dilanjutkan lagi oleh
berpuluh penyelidikan tentang ilmu manusia, pada fosil-fosil yang telah membatu
menunjukkan bahwa 400.000 tahun yang lalu telah ada manusia Peking atau manusia
Mojokerto.
Adapun al-Qur'an, karena dia bukanlah kitab catatan penyelidikan fosil, atau teori
Darwin, tidaklah dia membicarakan hal itu. Tidak dia menentang teori itu, malahan
menganjurkan orang meluas dalamkan ilmu pengetahuan tentang apa saja, sehingga
bertambah yakin akan kebesaran Allah.
Penafsiran yang ke dua ialah Khalifah dari Allah sendiri.
Di antara makhluk sebanyak itu manusialah yang telah dipilih Allah menjadi
KhalifahNya, yaitu Adam dan keturunannya. (Lihat Surat an-Naml ayat 62).
Demikian kata mereka.
Pada manusia itulah Allah menyatakan hukumNya dan peraturanNya; Dia menjadi
Khalifah untuk mengatur bumi ini, untuk mengeluarkan rahasia yang terpendam di
dalamnya. Dianugerahkan kepadanya akal. Akal itupun suatu yang ajaib dan ghaib.
5. Bentuknya tidak nampak, tetapi bekasnyalah yang menunjukkan bahwa akal itu ada.
Manusia yang ketika mulai lahir lemah tadi, kian lama kian diberi persiapan.
Kekuatan yang ada padanya amat luas dan keinginan hendak tahu tidak terbatas.
Memang kalau sendiri-sendiri dia lemah tidak berdaya. Tetapi kumpulan dari bekas
usaha orang-seorang itu dapat mengesan dan membekas pada seluruh bumi.
Dari keturunan demi keturunan manusia itu bertambah dapat menguasai dan mengatur
bumi. Telah dikuasainya lautan dan telah diselaminya. Telah terbang dia di udara,
telah pandai dia bercakap bersambutan kata, padahal yang seorang di Kutub Utara dan
yang seorang di Kutub Selatan. Gunung ditembusinya dan dibuatnya jalan kereta-api
di bawahnya. Dan banyak lagi kemungkinan-kemungkinan lain yang akan dapat
dikerjakan dalam bumi, terutama sejak terbuka rahasia tenaga Atom dalam abad 20
ini.
Memang ilmu yang luas itu tidak diberikan semuanya kepada orang-seorang, dan
tidak pula diberikan sekaligus, melainkan dari penyelidikan mereka sendiri. Yang
karena kesungguhan mereka, rahasia itu dibukakan dan dibukakan lagi oleh Tuhan.
Jadi dapatlah dipahamkan bahwasanya ayat 31 yang menerangkan bahwa Allah
mengajarkan nama-nama kepada Adam, dan seketika ditanyakan kepada Malaikat,
Malaikat menyembahkan bahwa pengetahuan mereka hanya terbatas sekedar yang
diajarkan Allah kepada mereka (ayat 32), lalu Adam disuruh menerangkan, maka
diapun menerangkanlah semua nama-nama itu.
Dapat ditarik maksud yang dalam tentang keistimewaan yang diberikan Allah kepada
manusia, yang kian lama kian dibukakan rahasia segala nama itu kepada manusia;
namun keghaiban semua langit dan bumi masih banyak lagi yang belum diajarkan
kepada Malaikat ataupun kepada manusia, sebagaimana yang tersebut pada ujung ayat
33.
Kepada tafsiran yang manapun kita akan cenderung, baik jlka ditafsirkan bahwa
Adam dan keturunannya diangkat jadi Khalifah dari makhluk yang telah musnah,
ataupun sebagai Khalifah daripada Allah sendiri, namun isi ayat sebagai lanjutan
daripada ayat sebelumnya telah menyingkapkan lagi tabir pemikiran yang lebih luas
bagi manusia, agar janganlah mereka kafir terhadap Allah, ingatlah bahwa
kedudukannya dalam hidup bukanlah sembarang kedudukan. Janganlah disia-siakan
waktu pendek yang dipakai selama hidup di dunia ini.
Demikian besar sanjungan yang diberikan Allah, sangatlah tidak layak kalau manusia
menjatuhkan dirinya ke dalam kehinaan, di sini disebutkan bahwa dia adalah khalifah.
6. Di waktu yang lain Tuhan katakan bahwa manusia telah dijadikan sebaik-baiknya
bentuk (Surat
at-Tin 95, ayat 4). Dan dikala yang lain Dia Allah, sanjung dia tinggitinggi.
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan Bani Adam, dan Kami angkut mereka di
darat dan di laut, dan Kami beri rezeki mereka dengan yang baik-baik, dan sungguhsungguh Kami lebihkan mereka daripada kebanyakan (makhluk) yang telah Kami
jadikan, sebenar-benar dilebihkan. " (al-Isra: 70).
Demikianlah kemulian yang telah dilimpahkan Tuhan kepada manusia, adakah patut
kalau manusia tiada juga sadar akan dirinya dari hubungannya dengan Tuhannya ?