Dokumen tersebut membahas tentang rencana kegiatan pertambangan batu kapur di Kabupaten Bandung Barat. Dibahas mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, pelaksanaan studi, status studi amdal, kesesuaian lokasi dengan rencana tata ruang, deskripsi rona awal lingkungan secara geofisika, biologi, dan sosial ekonomi."
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Kerangka acuan-pt.-bigslim-kapur
1. 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................1
BAB I............................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN............................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 3
1.2 Tujuan Dan Manfaat......................................................................................................3
1.2.1 Tujuan................................................................................................................... 3
1.2.2 Manfaat................................................................................................................. 4
1.3 Pelaksanaan Studi..........................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................................5
PELINGKUPAN.............................................................................................................................. 5
2.1 Deskripsi Kegiatan Pertambangan Kapur.........................................................................5
2. 1.1 Status Studi AMDAL......................................................................................................5
2.1.2 Kesesuaian Lokasi RencanaUsahaDan/AtauKegiatandenganRencanaTataRuang
Setempat.............................................................................................................................. 5
2.2 Deskripsi Rona Awal Lingkungan .......................................................................................... 7
2.2.1 Komponen Geo-Fisik-Kimia............................................................................................ 7
2.2.2 Komponen Biologi....................................................................................................... 17
2.2.3 Komponen Sosio-Ekonomi-Budaya............................................................................... 19
2.3. Keterlibatan Masyarakat................................................................................................... 22
2.3.1 Pendahuluan .............................................................................................................. 22
2.3.2 Masyarakat yang Diikutsertakan dalam Proses Amdal................................................... 23
2.3.3 Pengumuman Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ......................................................... 24
2.3.4 Pelaksanaan Konsultasi Publik...................................................................................... 25
2.4 Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik.............................................................................. 26
2.4.1 Identifikasi Dampak Lingkungan Potensial .................................................................... 26
2. 2
2.4.2 Evaluasi DampakPotensial .......................................................................................... 34
2.5. Wilayah Studi................................................................................................................... 70
2.5.1 Batas Wilayah Studi..................................................................................................... 70
2.5.2 Batas Waktu Kajian ..................................................................................................... 72
BAB III........................................................................................................................................ 78
METODA STUDI .......................................................................................................................... 78
3.1 Metode pengumpulan dan Analisis Data....................................................................... 78
3.2 Metode Prakiraan Dampak Penting yang Akan Digunakan.............................................. 80
3.3 Evaluasi Secara Holistik terhadap Dampak Lingkungan................................................... 89
Hubungan Sebab Akibat antara Rencana Kegiatan dan Rona Lingkungan Hidup.............................. 89
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 93
LAMPIRAN.................................................................................................................................. 94
3. 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permintaan hasil tambang kapur selalu meningkat. Hal tersebut dikarenakan daya guna
kapur yang begitu bermanfaat. Kapur seringkali digunakan untuk menetralkan sifat asam
yang terbentuk dari berbagai macam proses. Oleh karena itu, Perusahaan BIGSLIM KAPUR
bergerak pada sektor pertambangan batu kapur demi memenuhi permintaan masyarakat akan
kebutuhan kapur.
Dalam hal tata ruang di era otonomi daerah, yang kompeten adalah perda tata ruang di
tingkat kabupaten/kota, tanpa mengecilkan arti perda di tingkat provinsi. (Perda Provinsi
Jawa Barat No.2/2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah sedang direvisi). Perda
Kabupaten Bandung Barat yang mengatur tata ruang diatur dalam Peraturan Daerah Kab.
Bandung Barat No 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Bandung Barat
Tahun 2009-2029. Disebutkan pada pasal 37 ayat 3 bahwa Kecamatan Padalarang dan
Kecamatan Cipatat diperuntukkan untuk kawasan pertambangan mineral bukan logam
dengan persyaratan yang disebutkan pada pasal 59 ayat 8.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
Usaha Dan/ Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan telah menetapkan bidang Sumberdaya Energi dan Mineral untuk memiliki
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Perusahaan BIGSLIM KAPUR adalah perusahaan
yang bergerak pada bidang tersebut. Didukung dengan luas area yang cukup besar yakni 70
Ha serta berbatasannya lokasi dengan situs Gua Pawon yang dilindungi maka Perusahaan
BIGSLIM KAPUR merupakan perusahaan yang wajib Amdal. Kegiatan tersebut secara
prinsip dapat dilakukan atas persetujuan prinsip yang terlampir.
1.2 Tujuan Dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari kegiatan pertambangan batu kapur yaitu untuk mengeksplorasi mineral
tambang batu kapur yang memiliki nilai ekonomis dan daya guna yang cukup tinggi.
4. 4
1.2.2 Manfaat
Manfaat dari kegiatan pertambangan batu kapur yaitu agar kebutuhan masyarakat akan
kapur terpenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.
Selain itu, kegiatan tersebut mampu merealisasi perbaikan infrastruktur jalan yang berada di
sekitar lokasi tersebut.
1.3 Pelaksanaan Studi
Pelaksanaan Studi ini memiliki pemrakarsa bernama PT. BIGSLIM KAPUR. Raihana
Nabila bekerja sebagai ketua tim penyusun dokumen amdal, Irfan Nasrullah sebagai tenaga
ahli, dan Milna Kurniawati sebagai asisten penyusun dokumen amdal. Berikut adalah nama
serta alamat pemrakarsa dan penanggungjawab.
Nama Pemrakarsa : PT. BIGSLIM KAPUR
Alamat : Jalan Cempaka Mekar No. 7 RT.02 RW.03 Kecamatan Padalarang Desa Tagog
Apu
Nama Penanggungjawab : Bellaria Ekaputri
Alamat : Kanayakan Baru no. 1/158B Bandung
Penyusunan dokumen Amdal dilakukan sendiri oleh pemrakarsa. Berikut adalah nama
serta alamat Ketua Tim Penyusun dan Anggota.
1. Nama Ketua Tim Penyusun : Raihana Nabila
Alamat : Jalan Cisitu Baru No. 7 Kecamatan Coblong Bandung
2. Nama Anggota : Ledy Rezki Tiara
Alamat : Jalan Sekeloa No. 94 RT.01 RW. 02 Kecamatan Coblong Bandung – Jawa Barat
3. Nama Anggota : Gilang Trisna Z.
Alamat : Jalan Tubagus Ismail No. 8 RT.01 RW 02 Kecamatan Coblong Bandung – Jawa
Barat
4. Nama Anggota : Sri Wahyuningsih
Alamat : Jalan Sangkuriang No. 66 Bandung
5. Nama Tenaga Ahli : Irfan Nasrullah
Alamat : Jalan Sangkuriang Gang Intan 3 no 27, Sadang Sari
6. Nama Asisten Penyusun Amdal : Milna Kurniawati
Alamat : Jl. Laswi Cipicung RT 08/01 no. 189 Bale Endah Kab. Bandung
5. 5
BAB II
PELINGKUPAN
2.1 Deskripsi Kegiatan Pertambangan Kapur
2. 1.1 Status Studi AMDAL
Studi Amdal rencana kegiatan pertambangan kapur Kecamatan Padalarang,
Kabupaten Bandung Barat tidak dilaksanakan secara terintegrasi, tetapi dilakukan setelah
adanya studi kelayakan baik secara teknis maupun ekonomis. Adapun studi kelayakan
rencana kegiatan pertambangan kapur telah disahkan berdasarkan Izin Usaha Pertambangan
Kabupaten Bandung Barat pada tanggal 2Maret 2015, dengan nomor pengesahan 04/IV-
BBKab/DINTAM/15.
Studi kelayakan tambang dilakukan setelah proses eksplorasi (identifikasi kehadiran
sumberdaya mineral) dilakukan. Studi ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah proyek
sumberdaya yang direncanakan dapat ditambang secara komersial atau tidak. Kelayakan
tambang atau feasibility merupakan elemen integral dari proses evaluasi tambang dan dapat
didefinisikan sebagai penilaian dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial dari suatu proyek
pertambangan potensial. Tujuannya adalah mengklarifikasi faktor-faktor dasar yang
berpengaruh terhadap keberhasilan proyek.Dilakukan upaya untuk mengkuantifikasi
sebanyak mungkin variable agar dapat memperoleh sebuah nilai potensial.Implikasi
penutupan tambang harus dipertimbangkan secara akurat di tahap ini. Diperlukan penelitian
kelayakan tambang dalam tahap praproduksi untuk melakukan justifikasi terhadap investasi
dana yang terus menerus dalam proyek, dan umumnya terdiri dari sebuah penelitian ruang
lingkup (scoping), penelitian prakelayakan tambang (pre-feasibility), serta penelitian
kelayakan tambang yang final atau layak secara komersial (bankable feasibility study).
2.1.2 KesesuaianLokasi Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan dengan Rencana Tata
Ruang Setempat
Lokasi penambangan kapur ini berada di Kabupaten Bandung Barat. Batas wilayah
Kabupaten Bandung Barat secara umum adalah sebagai berikut:
Barat : Kabupaten Cianjur
6. 6
Utara : Kabupaten Purwakarta dan Subang
Timur : Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi
Selatan : Selatan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur
Cakupan wilayah Kabupaten Bandung Barat meliputi 15 (lima belas) kecamatan yang
terdiri dari: Padalarang, Cikalongwetan, Cililin, Parongpong, Cipatat, Cisarua, Batujajar,
Ngamprah, Gununghalu, Cipongkor, Cipeundeuy, Lembang, Sindangkerta, Cihampelas dan
Rongga (www.bandungbaratkab.go.id).
Gambar 2.1 Peta Lokasi Tambang di Peta Kab. Bandung Barat
Lokasi rencana kegiatan pertambangan kapur ini secara administratif berada di
Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Secara persis kegiatan pertambangan ini
akan dilaksanakan pada 5 desa, yaitu Desa Tagogapu, Desa Cempakamekar, Desa
Cirawamekar, Desa Sumur Bandung dan Desa Nyalindung. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Bandung Barat No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-2029. Dalam Perda tersebut disebutkan pada pasal 37
ayat 3 bahwa Kecamatan Padalarang dan Kecamatan Cipatat diperuntukkan untuk kawasan
pertambangan mineral bukan logam dengan persyaratan yang disebutkan pada pasal 59 ayat
8.
Lokasi
Tamba
ng
7. 7
Gambar 2.2 Area Pertambangan Kapur
Gambar 2.3 Peta Rencana Lokasi Pertambangan PT BIGSLIM Kapur
2.2 Deskripsi Rona Awal Lingkungan
2.2.1 Komponen Geo-Fisik-Kimia
Lingkungan Geologi
Menurut Perda Provinsi Jawa Barat No. 2/2002 tentang Perlindungan Lingkungan
Geologi, pasal 1 nomor 13 sampai 16, yang dimaksud dengan Kawasan Karst adalah kawasan
batuan karbonat (batuan gamping dan atau dolomit) yang memperlihatkan bentang alam
karst, atau morfologi karst, yaitu bentang alam batuan karbonat yang ditandai oleh bukit
Areal
pertambanga
n
Akses jalan
Akses jalan
permuki
man
Akses Jalan
Area Tambang
Akses Jalan
Permukiman
8. 8
berbangun kerucut dan menara, lembah dolina, gua, stalaktit dan stalakmit serta sungai
bawah tanah. Kawasan karst dibagi kedalam 3 kelas, yaitu:
1) Kawasan karst kelas I yang mempunyai ciri-ciri: berfungsi sebagai penyimpanan
air tanah secara permanen; banyak jaringan aliran sungai bawah tanah; banyak
goa yang mengandung speleotem, peninggalan sejarah, objek budaya dan objek
wisata; mempunyai nilai tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
2) Kawasan karst kelas II yang mempunyai ciri-ciri: berfungsi sebagai pengimbah air
fisik yang pengambilan bahan bakunya bawah tanah; banyak goad an jaringan
aliran sungai bawah tanah yang sudah kering dan runtuh/rusak; sebaran batuannya
sudah sangat terbatas tapi mengandung unsur-unsur ilmiah bernilai tinggi.
3) Kawasan karst kelas III yang tidak memiliki ciri/kriteria seperti kawasan karst
kelas I dan II, termasuk batuan karbonat yang masih dalam proses karsifikasi luar
tingkat awal.
Sesuai dengan terminologi di atas, kawasan karst kelas I dan II sebagian besar
terdapat di daerah Citatah-Rajamandala yang secara territorial berada pada Kecamatan
Cipatat, dan sebagian kecil terdapat di Kecamatan Padalarang (Tagogapu). Berikut adalah
peta persebaran kawasan Karst di daerah Jawa Barat:
Gambar 2.4 Peta Persebaran Kawasan Karst di Daerah Jawa Barat (Maulana, 2011).
9. 9
Sesuai Perda Provinsi Jawa Barat No. 2/2002, pasal 14, setiap perencanaan
pengembangan wilayah yang berada pada wilayah yang telah ditetapkan menjadi Kawasan
Cagar Alam Geologi, Kawasan Resapan Air dan Kawasan Karst wajib mendapatkan
pertimbangan geologi dari dinas terkait. Mengenai upaya-upaya konservasi dan perlindungan
dalam pendayagunaan diatur dalam pasal 15, ayat (1) Konservasi dimaksudkan untuk
melindungi unsur Lingkungan geologi yang dilaksanakan melalui penetapan wilayah yang
secara geologis tertutup bagi pengembangan wilayah; dan ayat (2) Pendayagunaan
dimaksudkan untuk optimalisasi pemanfaatan lahan melalui pemberian pertimbangan geologi
terhadap setiap pengembangan wilayah.
Beberapa alasan yang melatarbelakangi perlunya perlindungan terhadap kawasan
Karst, antara lain dikemukakan Samodra dalam Maulana, 2011 yang menyebutkan bahwa
kawasan Karst memiliki beberapa nilai, yaitu:
a. Nilai ilmiah kawasan karst
1) Aspek geologi
2) Aspek hidrologi
3) Aspek paleontology dan peleontropologi
4) Aspek speleology
5) Aspek biologi
6) Aspek arkeologi
7) Aspek ekosistem
8) Aspek kerekayasaan
b. Nilai ekonomi kawasan Karst
1) Aspek pertambangan
2) Aspek pariwisata
3) Aspek pengelolaan air
4) Aspek pertanian
5) Aspek peternakan
6) Aspek kehutanan
7) Aspek perikanan
8) Aspek bioekonomi
c. Nilai kemanusiaan kawasan karst
1) Aspek estetika
2) Aspek kependudukan
10. 10
3) Aspek sosial, ekonomi, dan budaya
4) Aspek kepercayaan, agama dan spiritual
5) Aspek pendidikan
6) Aspek rekreasi dan olahraga
7) Aspek kesehatan
8) Aspek pertahanan
Berdasarkan pertimbangan sebelumnya, kegiatan pertambangan kapur yang baru akan
dibangun di Desa Tagogapu, Desa Cempakamekar, Desa Cirawamekar, Desa Sumur
Bandung dan Desa Nyalindung yang berlokasi di Kecamatan Padalarang, Kabupaten
Bandung Barat. Luas area pertambangan direncanakan sebesar 40 ha yang terdiri dari
kegiatan pertambangan andesit, marmer dan kapur.
Lingkungan Fisik-Kimia
Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah 1.305,77
km2dengan ibu kota di Kecamatan Ngamprah, terletak antara 60 41’ s/d 70 19’ LS dan 1070
22’ s/d 1080 05’ BT. Mempunyai rata-rata ketinggian 110 m dan maksimum 2.2429 m dpl.
Kemiringan wilayah bervariasi antara 0 – 8%, 8 – 15%, hingga di atas 45%.Iklim di
Kabupaten Bandung Barat diperkirakan serupa dengan iklim Kota Bandung yang beriklim
tropis dan dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 1.500 mm
sampai dengan 4.000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 120C sampai 240C dengan
kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau. Untuk rencana
lokasi pertambangan terletak antara 608155’ s/d 608215’ LS dan 1070 461’ s/d 1070 465’ BT.
Suhu
Data rona awal lingkungan mengenai fluktuasi suhu Kecamatan Padalarang
didapat dari data iklim di Stasiun Geofisika Cemara Kota Bandung. Diperkirakan
perbedaan suhu yang terjadi disalah satu kecamatan di Kabupaten Bandung Barat
tersebut tidak jauh berbeda dengan data suhu Kota Bandung secara umum. Metode
analisis yang digunakan adalah analisis kecenderungan (tren) berdasarkan time series
data suhu udara rata-rata, maksimum dan minimum serta maksimum dan minimum
absolut tahunan.
11. 11
Gambar 2.5 Tren Suhu Maksimum Absolut Tahunan di Stasiun Geofisika Bandung
Dari data tahun 1971-2011, suhu maksimum absolut tahunan di Stasiun
Geofisika Bandung menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.025°C per tahun. Suhu
maksimum absolut tertinggi tercatat pada tahun 1972 sebesar 29.4 ºC dan suhu
maksimum absolut terendah terjadi pada tahun 1974 sebesar 27.3 °C. Berdasarkan
persamaan linier yanG didapat dari Gambar 2.5 yaitu y=0.0252x + 27.973, dapat
diperkirakan suhu maksimum absolut tahunan Kota Bandung pada tahun 2014 sebesar
29.0566 °C.
Gambar 2.6 Tren Suhu Minimum Absolut Tahunan di Stasiun Geofisika Bandung
12. 12
Dari data tahun 1971-2011, suhu minimum absolut tahunan di Stasiun
Geofisika Bandung menunjukkan tren peningkatan sebesar 0.033ºC per tahun. Suhu
minimum absolut tertinggi tercatat pada tahun 2010 sebesar 20.0 ºC dan suhu
minimum absolut terendah terjadi pada tahun 1992 sebesar 17.0 ºC. Berdasarkan
persamaan yang didapat dari Gambar 2.6 yaitu y=0.0339x + 17.985, dapat
diperkirakan suhu minimum absolut tahunan Kota Bandung pada tahun 2014 sebesar
19.4427 °C.
Curah Hujan dan Iklim
Curah hujan juga menjadi salah satu lingkungan aspek fisiologis yang perlu
ditinjau karena biasanya terjadi fluktuasi tergantung dari musim dan
tahun.Diperkirakan fluktuasi yang terjadi di Kecamatan Padalarang tidak jauh berbeda
dengan Kota Bandung.Metode analisis yang digunakan adalah analisis tren awal
musim dan panjang musim berdasarkan time series data dan tren jumlah curah hujan
6 (enam) bulanan dari bulan Oktober-Maret dan April-September.
Dari data tahun 1999 hingga 2011, panjang musim hujan di Bandung
menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun dengan peningkatan sebesar 4 hari
per musim hujan pada Gambar 2.7. Musim hujan terpanjang terjadi pada musim hujan
2009/2010 yang mencapai sekitar 290 hari, dan terpendek pada tahun 2006/2007
sejumlah sekitar 160 hari. Apabila diproyeksikan sesuai dengan persamaan y =
0.4406x + 18.97, maka pada tahun 2014 panjang musim hujan akan terjadi sekitar 256
hari.
13. 13
Gambar 2.7. Tren panjang musim hujan di Stasiun Geofisika Bandung
Gambar 2.8 Tren awal musim hujan di Stasiun Geofisika Bandung
Dari data tahun 1999 hingga 2011, awal musim hujan di Bandung
menunjukkan tren penurunan dari tahun ke tahun. Musim hujan paling awal terjadi
pada tahun 2010/2011 yang dimulai pada hari ke-10an dan musim hujan paling
mundur pada tahun 2006/2007 yang dimulai pada hari ke-90an. Apabila
diproyeksikan sesuai dengan persamaan y = -0.0524x + 5.4242, maka didapatkan
untuk tahun 2014 musim hujan akan dimulai pada hari ke-46.
Gambar 2.9 Tren panjang musim kemarau di Stasiun Geofisika Bandung
14. 14
Dari data tahun 1999 sampai 2011, panjang musim kemarau di Bandung
menunjukkan tren penurunan sekitar 4 hari per musim kemarau. Musim kemarau
terpendek dialami pada tahun 2010/2011 selama 40 harian, sedangkan terpanjang
pada 2006/2007 dengan jumlah hari sekitar 200. Apabila diproyeksikan sesuai dengan
persamaan y = -0.4545x + 17.288, maka pada tahun 2014 akan didapatkan panjang
hari musim kemarau selama setahun adalah 105 hari.
Gambar 2.10 Tren awal musim kemarau di Stasiun Geofisika Bandung
Dari data tahun 1999 hingga 2011, awal musim kemarau di Bandung
menunjukkan tren peningkatan sekitar 3 hari per tahunnya. Musim kemarau paling
mundur dialami pada tahun 2010/2011 yang baru dimulai pada hari ke-100an, dan
paling cepat pada tahun 2001/2002 pada hari ke-10an. Apabila diproyeksikan sesuai
persamaan y = 0.3242x + 1.9615, maka pada tahun 2014 musim kemarau
diperkirakan akan dimulai pada hari ke-68.
Gambar 2.11 Tren curah hujan 6 Bulanan (April – September) di Stasiun Geofisika
Bandung
15. 15
Berdasarkan data dari tahun 1952 hingga 2010, tren curah hujan musim
kemarau (April – September) menunjukkan penurunan sebesar 0.037 mm per musim.
Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 1988 dengan jumlah 250 mm. Bila
diproyeksikan sesuai dengan persamaan y = -0.0373x + 72.287, maka pada tahun
2014 curah hujan pada musim kemarau akan sebesar 70 mm.
Gambar 2.12 Tren curah hujan 6 Bulanan (Oktober– Maret) di Stasiun
Geofisika Bandung
Berdasarkan data dari tahun 1952 hingga 2010, tren curah hujan musim hujan
(Oktober – Maret) menunjukkan peningkatan sebesar 3.676 mm per musim. Curah
hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan jumlah hampir mencapai 2500 mm.
Bila diproyeksikan sesuai dengan persamaan y = 3.6763x + 1292.6, maka pada tahun
2014 curah hujan pada musim kemarau akan sebesar 1521 mm.
Kualitas Udara
Kualitas udara merupakan salah satu parameter penting yang harus
diperhatikan dalam kajian lingkungan proyek tambang kapur. Kualitas udara perlu
dipantau baik sebelum proyek, saat proyek berlangsung, dan saat tambang kapur telah
beroperasi. Berikut adalah data kualitas udara di area sekitar lokasi pertambangan
batu kapur.
16. 16
Berdasarkan tabel 2.1, dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan pembukaan
lahan untuk lokasi pertambangan baru, kualitas udara di Kecamatan Padalarang belum
melebihi baku mutu yang ditentukan.
Kualitas Air
Lokasi pertambangan terletak di dekat Sungai Cimeta (Sungai terdekat di
Kecamatan Padalarang) yang termasuk DAS Citarum dan memiliki debit berfluktuasi
antara 0.84-9 m3/detik. Kualitas air di Sungai Cimeta meliputi parameter fisik, kimia,
dan mikrobiologi yang diperoleh ditunjukkan pada tabel 2.2.
Tabel 2.1 Kualitas Udara dan Kebisingan di Area Sekitar Tambang Kapur
S
u
m
b
e
r
:
K
L
H
K
.
17. 17
Tabel 2.2 Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Cimeta
No Parameter Satuan Hasil Data Sekunder
A Fisika
1 Suhu OC 28.4
2 TSS mg/L 1101.4
3 TDS mg/L 277.67
4 Warna TCU (Pt.Co) 90
5 Bau - Tidak Berbau
6 Rasa - Tidak Berasa
B Kimia
1 Besi mg/L 0.3
2 Nitrat mg/L 0.3
3 Sulfat mg/L 5
4 pH - 7.9
5 BOD mg/L 27.33
6 COD mg/L 46.53
7 DO mg/L 5.05
8 Timbal mg/L 0.07
C Mikrobiologi
1 Fecal coliform Jml/100ml 17000
2 Total Coliform Jml/100ml 17900
2.2.2 Komponen Biologi
Pegunungan kapur di daerah Padalarang merupakan salah satu bentuk morfologi bumi
fisiografis yang terkategori sebagai daerah karst. Komponen biologi pegunungan kapur
18. 18
secara umum terbagi 2, yaitu flora dan fauna. Berikut masing-masing penjelasan komponen
biologi tersebut.
Jenis flora yang hidup di daerah karst adalah spesifik karena pengaruh bentang alam
karst yang unik, yaitu kandungan mineral kalsium yang tinggi, kekurangan air di permukaan,
tanah tipis dan bahkan ada yang tidak bertanah, permukaan kasar, licin, retak, dan lain-lain
(PPE Regional Jawa, 2010). Flora di daerah karst ada dalam bentuk herba, perdu maupun
pohon yang memiliki fungsi sebagai tumbuhan obat, pangan, buah, bahan bangunan, pakan
ternak dan bahkan hiasan. Beberapa tumbuhan yang dimaksud antara lain :
Pisang (Musa paradisiaca)
Kelapa (Cocos nucifera)
Pepaya (Carica papaya)
Putri Malu (Mimosa pudica L.)
Jarak (Jatropha curcas)
Waru (Hibiscus tiliaceus)
Bribil (Gallinsoga parviflora Cav.)
Wedusan (Ageratum conyzoides)
Suruhan (Peperomia pelucida)
Mahoni (Swietenia macrophylla)
Alang-alang (Raeuschel)
Semua kelompok takson ada di ekosistem karst: mamalia, burung, reptil, amfibi, ikan,
moluska, serangga, arthropoda dan invertebrata lain (PPE Regional Jawa, 2010). Peran
mereka di dalam ekosistem adalah sebagai : (1) pemangsa & pemarasit, (2) penyerbuk bunga,
(3) pemencar biji, (4) indikator hayati, (5) perombak bahan organik, dan (6) penyeimbang
ekosistem. Pemangsa, terutama berperan sebagai pengendali hama pertanian. Beberapa fauna
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Kelelawar (Hyposideros sp.) sangat berguna sebagai faktor pengendali
hama yang sangat efektif dibandingkan insektisida
Walet (Collocalia fuciphaga)
Sriti (Collocalia Esculenta)
Kupu-kupu (Appias libythea) sangat membantu proses penyerbukan
bunga
Belalang (Dissosteira carolina)
Capung (Neurothemis sp)
19. 19
Jangkrik (Gryllus assimilis)
Kumbang (Leptinotarsa decemlineata)
Pada wilayah Desa Tagogapu, Kecamatan Padalarang tidak ditemukan sungai, waduk,
ataupun sumber air permukaan lainnya. Sungai terdekat dari lokasi proyek adalah Sungai
Cimeta yang merupakan salah satu anak Sungai Citarum. Beberapa keberadaan flora di aliran
sungai Cimeta di antaranya adalah tanaman Cyperus papyrus dan Spyrogyra sp.Sedangkan
fauna yang hidup dalam Sungai Cimeta berupa ikan-ikan kecil karena pencemaran sungai
yang dikategorikan cukup berat.
2.2.3 Komponen Sosio-Ekonomi-Budaya
Berikut adalah data kuantitatif mengenai tingkat pendidikan masyarakat desa
Tagogapu pada tahun 2007.
Tabel 2.3 Data Kuantitatif Tentang Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa
Tagogapu Tahun 2007
Uraian Penduduk
Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%)
Belum Sekolah 525 3.69%
Penduduk buta huruf 32 0.23%
Usia 7-45 tahun tidak pernah
sekolah
16 0.11%
Pernah SD/sederajat tidak
tamat
86 0.60%
Tamat SD/sederajat 6,118 43.02%
Tamat SMP/sederajat 1,871 13.16%
Tamat SMA/sederajat 1,017 7.15%
Tamat D1 45 0.32%
Tamat D2 29 0.20%
Tamat D3 50 0.35%
Tamat S1 43 0.30%
Tamat S2 23 0.16%
20. 20
Uraian Penduduk
Jumlah
(Jiwa)
Persentase
(%)
Tamat S3 - 0.00%
Tamat SD melanjutkan ke
SMP
86 0.60%
Tamat SD yang bekerja 27 0.19%
Tamat SMP melanjutkan ke
SMA
63 0.44%
Tamat SMP yang bekerja 60 0.42%
Tamat SMA yang ke
Perguruan Tinggi
23 0.16%
Tamat SMA yang bekerja 47 0.33%
Usia 16-18 tahun tidak
sekolah
394 2.77%
Usia 16-18 tahun masih
sekolah
103 0.72%
Usia 16-18 tahun putus
sekolah
114 0.80%
Wajib belajar 9 tahun 1,106 7.78%
Usia 7-12 tahun 342 2.40%
Usia 7-12 tahun masih sekolah 1,097 7.71%
Usia 7-12 tahun putus sekolah 9 0.06%
Usia 13-15 tahun 448 3.15%
Usia 13-15 tahun masih
sekolah
391 2.75%
Usia 13-15 tahun putus
sekolah
57 0.40%
JUMLAH
14,22
2
100.00%
Sementara itu, tabel dibawah ini menunjukkan kondisi ekonomi di Desa Tagogapu, salah
satu Desa yang akan terkena dampak pembukaan lahan lokasi pertambangan baru.
21. 21
Tabel 2.4 Data Kuantitatif Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Perkapita Masyarakat
Desa Tagogapu Tahun 2006*
Mata Pencaharian
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Pendapatan Rata-
rata Perbulan
Persentase (%)
Buruh tani 1078 Rp 495,000 9.89%
Petani 572 Rp 990,000 5.25%
Pedagang/Wiraswasta/Pengusaha 1361 Rp 742,500 12.48%
Pengrajin 16 Rp 495,000 0.15%
PNS 79 Rp 1,980,000 0.72%
TNI/Polri 34 Rp 1,980,000 0.31%
Penjahit 48 Rp 990,000 0.44%
Montir 14 Rp 742,500 0.13%
Sopir 240 Rp 742,500 2.20%
Pramuwisma 42 Rp 247,500 0.39%
Karyawan Swasta 610 Rp 990,000 5.60%
Tukang Kayu 120 Rp 990,000 1.10%
Tukang Batu 25 Rp 495,000 0.23%
Guru 33 Rp 742,500 0.30%
Pensiunan 161 Rp 1,320,000 1.48%
Tidak Bekerja 6469
Rp
-
59.34%
JUMLAH 10902 Rp 13,942,500 100.00%
(*penyesuaian UMK 2015)
(Sumber: Daftar Isian Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa Kertajaya tahun 2006)
22. 22
Secara umum, merujuk pada data kuantitatif di atas, dapat diketahui bahwa sebagian
besar masyarakat Desa Kertajaya tergolong kurang mampu dan pendapatan perkapitanya pun
rendah.
D. Usaha dan/atau Kegiatan di Sekitar Lokasi
Terdapat tambang kapur lain (Tambang Kapur Damwoo), perkebunan masyarakat,
stasiun kereta api, mesjid, sekolah, dan rumah makan.
2.3. Keterlibatan Masyarakat
2.3.1 Pendahuluan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPPLH) telah mengatur dan memberikan ruang yang luas bagi
masyarakat untuk dapat berperan serta dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup (PPLH). Melalui asas-asas partisipatif yang menjadi salah satu asas dalam UUPLH ini,
setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Amdal), sesuaidengan
ketentuan dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU 32/2009)disusun dengan melibatkan masyarakat melalui
pengumuman dankonsultasi publik. Kesempatan keterlibatan masyarakat dalam proses
Amdal dapat dilihat pada bagan berikut.
23. 23
Gambar 2.13 Kesempatan Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Amdal
2.3.2 Masyarakat yang Diikutsertakan dalam Proses Amdal
Dokumen Amdal terdiri atas (a) KA, (b) Andal, dan (c) RKL-RPL. Dalam
penyusunan dokumen Amdal tersebut, pemrakarsa mengikutsertakan masyarakat, yang
mencakup:
1. masyarakat terkena dampak;
2. masyarakat pemerhati lingkungan; dan
3. masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses Amdal.
Pengikutsertaan masyarakat tersebut dilakukan melalui pengumuman rencana usaha
dan/atau kegiatan serta konsultasi publik yang dilakukansebelum penyusunan dokumen KA.
Melalui proses pengumuman dan konsultasi publik, masyarakat dapat memberikan saran,
pendapat dantanggapan yang disampaikan secara tertulis kepada pemrakarsa danMenteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenanganpenilaian dokumen Amdal.
Disamping itu, masyarakat yang terkena dampak melalui wakilnya wajibdilibatkan
dalam proses penilaian dokumen Andal dan RKL-RPL melaluiRapat Komisi Penilai Amdal.
Wakil masyarakat terkena dampak merupakansalah satu anggota Komisi Penilai Amdal.
24. 24
2.3.3 Pengumuman Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal dilakukan
oleh Pemrakarsa. Pengumuman tersebut dilakukan sebelum penyusunan dokumen Kerangka
Acuan dan ditujukan kepada atau harus dapat menjangkau:
1. masyarakat terkena dampak;
2. masyarakat pemerhati lingkungan; dan
3. masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusandalam proses Amdal.
Dalam poin ini, PT BIG SLIM KAPUR telah melakukan pengumuman
kepada masyarakat dalam bentuk media cetak lewat papan pengumuman di Kantor
Desa Tagogapu, spanduk, serta pembagian booklet ke masyarakat.Pengumuman ini
dilakukan sejak tanggal 2 Maret 2015, dan dilakukan dalam jangka waktu
(durasi)selama 10 (sepuluh) hari kerja.
Gambar 2.14 Salah Satu Bentuk Pengumuman yang Dilakukan Pemrakarsa
Masyarakat dengan mencantumkan identitas pribadi yang jelasberhak menyampaikan
saran, pendapat, dan tanggapan (SPT) secara tertulis terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan yangdiumumkan. Berdasarkan SPT yang diterima, hingga saat ini jumlah
masyarakat yang mengirimkan SPT sebanyak 87 orang dengan isi SPT antara lain:
1. Informasi mengenai wilayah rencana usaha dan/atau kegiatan
2. Nilai dan norma yang dipegang masyarakat sekitar
25. 25
3. Aspirasi berupa dukungan dan bantuan selama tidak bertentangan dengan
peraturan maupun nilai-nilai masyarakat.
2.3.4 Pelaksanaan Konsultasi Publik
Konsultasi publik bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal
dilakukan oleh Pemrakarsa. Konsultasi publik dapat dilakukan sebelum, bersamaan, atau
setelah pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan dan dilakukan terhadap masyarakat
yang terlibat dalam proses Amdal.
Sebelum pelaksanaan konsultasi publik, pemrakarsa berkoordinasi dengan instansi
terkait dan tokoh masyarakat yang akan dilibatkan dalam proses konsultasi publik. Pada saat
melakukan konsultasi publik, pemrakarsa menyampaikaninformasi minimal mengenai:
1. Nama dan alamat pemrakarsa;
2. Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan;
3. Skala/Besaran dari rencana usaha dan/atau kegiatan;
4. Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dilengkapi dengan informasi perihal
batas administratif terkecil dari lokasi tapak proyek dan peta tapak proyek;
5. Dampak potensial yang akan timbul dari identifikasi awal pemrakarsa (contoh:
potensi timbulnya limbah cair, potensi emisi dari cerobong, potensi keresahan
masyarakat, dan lain-lain) dan konsep umum pengendalian dampaknya;
6. Komponen lingkungan yang sangat penting diperhatikan (contoh: nilai budaya,
ekologis, sosial ekonomi, pertahanan dll) karena akanterkena dampak.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh pemraksarsa tersebut, masyarakat
berhak menyampaikan saran, pendapat dan tanggapan terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan.
Konsultasi publik yang dilakukan oleh PT BIG SLIM KAPUR dilaksanakan
bersamaan dengan pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan, yaitu pada tanggal 6 Maret
2015. Konsultasi publik dilakukan di Masjid Jami, Desa Tagogapu dalam bentuk Focus
Group Discussion (FGD). Jumlah peserta yang hadir sebanyak 75 orang termasuk kepala
desa, ketua RT/RW, serta tokoh masyarakat.
Notulensi FGD yang telah dilakukan mencakup:
• Sambutan warga
26. 26
• Penjelasan rencana kegiatan secara rinci
• Penjelasan kondisi eksisting wilayah proyek beserta batas-batasnya
• Penjelasan dampak potensial yang akan timbul akibat proyek beserta upaya
pengendaliannya
• Sesi tanya jawab dan aspirasi
Konsultasi publik juga merupakan sarana untuk memilih dan menetapkan wakil
masyarakat terkena dampak yang akan duduk sebagai anggota komisi penilai amdal.
Masyarakat terkena dampak memilih dan menetapkan sendiri wakilnya dengan jumlah wakil
masyarakat yang ditetapkan secara proporsional dan mewakili aspirasi masyarakat yang
diwakilinya dalam persoalan lingkungan hidup.
Pada konsultasi publik yang diselenggarakan, dipilih 3 wakil masyarakat untuk menjadi
staf Komisi Penilai Amdal, yaitu Bapak Dede (tetua/tokoh masyarakat), Ibu Ais (Guru SD
Tagogapu), dan Bapak Ahmad (Tamat pendidikan S2).
2.4 Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik
Proses pelingkupan dilakukan untuk mengidentifikasi dampak-dampak potensial
terhadap komponen lingkungan hidup yang diakibatkan oleh pelaksanaan kegiatan, dalam hal
ini adalah tambang kapur. Setelah diketahui dampak-dampak potensialnya, dilakukan
evaluasi terhadap dampak-dampak tersebut untuk memperoleh dampak penting hipotetik
dilakukan dengan cara pengamatan di lapangan dan diskusi dengan masyarakat
(konsultasi/sosialisasi) atau observasi langsung ke lapangan serta melihat kepada kegiatan
sejenis yang telah ada di dekat lokasi pertambangan.
2.4.1 Identifikasi Dampak Lingkungan Potensial
Dalam penentuan dampak potensial dari kegiatan pertambangan kapur ini, digunakan
metode Scaling Checklist. Metoda Scaling Checklist dapat berupa suatu matriks antara
komponen lingkungan dan komponen aktivitas. Pada metoda ini ada uraian skala besaran
dampak setiap dampak yang timbul dari setiap aktivitas yang akan dilaksanakan dalam setiap
proyek.Metoda ini baik untuk bahan perbandingan antara dampak yang satu dengan yang
lain. Dalam evaluasi dampak, nilai (+) dan nilai (–) dianggap dapat saling menutupi, sehingga
27. 27
secara keseluruhan akan dapat dievaluasi bagaimana dampak suatu proyek terhadap
lingkungan apakah positif atau negatif. Metoda ini baik juga untuk memilih satu diantara dua
alternatif kegiatan, yang mana nilai akhir dampaknya dapat dilihat diperbandingkan satu
sama lain sehingga memudahkan pemilihan.
Berikut ini adalah hasil identifikasi dampak potensial dengan menggunakan metode
scaling checklist (Tabel 2.5 dan 2.6)
28. 28
Tabel 2.5 Tabel Identifikasi Dampak Potensial Pra Konstruksi dan Konstruksi dengan Scalling Checklist
No
Komponen Kegiatan
PRA
KONSTRUK
SI KONSTRUKSI
Surveidanstudikelayakan
PembebasanLahan
MobilisasiAlatdanBahan
Pematangan
Lahan
Infrastruktur Utama
Infrastruktur
Penunjang
Pengerahan Tenaga Kerja
(Lokal dan Pendatang)
Pembangunanaksesjalan&drainase
PengupasandanPerataanTanah(Cleaning
Overburden)
OperasionalAlatBerat
PembukaanlahanuntuklokasiQuarry
PembuatanLandasanQuarry
PembangunananjunganQuarry
PembangunanSistemPengangkutan(misalnya
crusher,trukpengangkutrelkereta,kabel
gantung)
PembangkitEnergiuntukKegiatanKonstruksidan
Operasi
AkomodasiTenagaKerja
PembangunanPemukiman/Basecampkaryawan
PeluangKerja/Usaha
InteraksiSosial
LimbahDomestik
Komponen Lingkungan
I FISIK-KIMIA
1 PencemaranAir Permukaan
2 PencemaranAir Tanah
3
Peningkatan Air Larian/LimpasanAir Hujan
(Hidrologi)
4 PencemaranTanah
5 Penurunan Kualitas Udara (Debu+ gas buang)
6 Perubahan Topografi Lahan
7 Peningkatan Kebisingan
8 Peningkatan KemacetanLaluLintas
9 Erosi
29. 29
No
Komponen Kegiatan
PRA
KONSTRUK
SI KONSTRUKSI
Surveidanstudikelayakan
PembebasanLahan
MobilisasiAlatdanBahan
Pematangan
Lahan
Infrastruktur Utama
Infrastruktur
Penunjang
Pengerahan Tenaga Kerja
(Lokal dan Pendatang)
Pembangunanaksesjalan&drainase
PengupasandanPerataanTanah(Cleaning
Overburden)
OperasionalAlatBerat
PembukaanlahanuntuklokasiQuarry
PembuatanLandasanQuarry
PembangunananjunganQuarry
PembangunanSistemPengangkutan(misalnya
crusher,trukpengangkutrelkereta,kabel
gantung)
PembangkitEnergiuntukKegiatanKonstruksidan
Operasi
AkomodasiTenagaKerja
PembangunanPemukiman/Basecampkaryawan
PeluangKerja/Usaha
InteraksiSosial
LimbahDomestik
Komponen Lingkungan
10 Kerusakan Infrastruktur Jalan
11 Perubahan Iklim
II BIOLOGI
12 KeanekaragamanFlora
13 KeanekaragamanFauna
14 Populasi hewan langka/dilindungi
III SOSEKBUD
15 Keresahan Masyarakat
16 Keresahan Pemilikdan Pengguna Lahan
17 Aktivitas Ekonomi/PendapatanPenduduk
19
Hilangnya peninggalanbudaya/situs-situs
keagamaan
30. 30
No
Komponen Kegiatan
PRA
KONSTRUK
SI KONSTRUKSI
Surveidanstudikelayakan
PembebasanLahan
MobilisasiAlatdanBahan
Pematangan
Lahan
Infrastruktur Utama
Infrastruktur
Penunjang
Pengerahan Tenaga Kerja
(Lokal dan Pendatang)
Pembangunanaksesjalan&drainase
PengupasandanPerataanTanah(Cleaning
Overburden)
OperasionalAlatBerat
PembukaanlahanuntuklokasiQuarry
PembuatanLandasanQuarry
PembangunananjunganQuarry
PembangunanSistemPengangkutan(misalnya
crusher,trukpengangkutrelkereta,kabel
gantung)
PembangkitEnergiuntukKegiatanKonstruksidan
Operasi
AkomodasiTenagaKerja
PembangunanPemukiman/Basecampkaryawan
PeluangKerja/Usaha
InteraksiSosial
LimbahDomestik
Komponen Lingkungan
III KESEHATAN
20 Gangguan KesehatanMasyarakat
21 Gangguan Kenyamanan Masyarakat
31. 31
Tabel 2.6 Tabel Identifikasi Dampak Potensial Operasi dan Pasca Operasi denganScalling Checklist
N
o
Komponen Kegiatan
OPERASI PASCA OPERASI
Drillin
g
Blasting
Loading -
Hauling
Crushin
g
Pengerahan Tenaga Kerja
(Lokal dan Pendatang)
Penutupan/Perapihan
Lokasi Kegiatan
PenggunaanLahansesuaiTataRuang(RehabilitasiLahan
sesuaiPotensiEkologisdanKeinginanMasyarakat&
Pemerintah)
PengerahanTenagaKerja(PeluangKerja/Usaha)
PelepasanTenagaKerja(PenurunanPeluangKerja/Usaha)
PengeboranBeberapaTitikdiQuarry(Pembuatan
LubangLedak)
PersiapanBahanPeledak,Detonator,dan
PeralatanlainyangDibutuhkan
Pengecekanlubangtembakdandetonator
MengujirangkaiandenganBlasting
OhmMeter
ProsesPeledakansetelahPemberianAba-aba
PengambilandanPemuatanMaterialkeDalam
Alat/TrukAngkut
PengangkutanMaterialMenujuTempat
Penampungan
PenggilinganMaterialuntukMereduksi
UkuranBatuan
PeluangKerja/Usaha
InteraksiSosial
LimbahDomestik
PekerjaanSipildanMekanikal
TransportasiBahanBekas
MobilisasiAlat
Komponen Lingkungan
I FISIK-KIMIA
1 PencemaranAir Permukaan
2 PencemaranAir Tanah
3
Peningkatan Air Larian/LimpasanAir Hujan
(Hidrologi)
4 PencemaranTanah
5 Penurunan Kualitas Udara (Debu+ gas buang)
6 Perubahan Topografi Lahan
7 Peningkatan Kebisingan
8 Peningkatan KemacetanLaluLintas
9 Erosi
10 Kerusakan Infrastruktur Jalan
11 Perubahan Iklim
32. 32
N
o
Komponen Kegiatan
OPERASI PASCA OPERASI
Drillin
g
Blasting
Loading -
Hauling
Crushin
g
Pengerahan Tenaga Kerja
(Lokal dan Pendatang)
Penutupan/Perapihan
Lokasi Kegiatan
PenggunaanLahansesuaiTataRuang(RehabilitasiLahan
sesuaiPotensiEkologisdanKeinginanMasyarakat&
Pemerintah)
PengerahanTenagaKerja(PeluangKerja/Usaha)
PelepasanTenagaKerja(PenurunanPeluangKerja/Usaha)
PengeboranBeberapaTitikdiQuarry(Pembuatan
LubangLedak)
PersiapanBahanPeledak,Detonator,dan
PeralatanlainyangDibutuhkan
Pengecekanlubangtembakdandetonator
MengujirangkaiandenganBlasting
OhmMeter
ProsesPeledakansetelahPemberianAba-aba
PengambilandanPemuatanMaterialkeDalam
Alat/TrukAngkut
PengangkutanMaterialMenujuTempat
Penampungan
PenggilinganMaterialuntukMereduksi
UkuranBatuan
PeluangKerja/Usaha
InteraksiSosial
LimbahDomestik
PekerjaanSipildanMekanikal
TransportasiBahanBekas
MobilisasiAlat
Komponen Lingkungan
II BIOLOGI
12 KeanekaragamanFlora
13 KeanekaragamanFauna
14 Populasi hewan langka/dilindungi
III SOSEKBUD
15 Keresahan Masyarakat X
16 Keresahan Pemilikdan Pengguna Lahan
17 Aktivitas Ekonomi/PendapatanPenduduk
19 Hilangnya peninggalanbudaya/situs-situs keagamaan
III KESEHATAN
20 Gangguan KesehatanMasyarakat
21 Gangguan Kenyamanan Masyarakat
33. 33
Keterangan
Berdampak positif skala besar
Berdampak positif skala kecil
Berdampak negatif skala besar
Berdampak negatif skala kecil
Besaran dampak tidak dapat ditentukan
- tidak berdampak
34. 34
2.4.2 Evaluasi Dampak Potensial
Evaluasi dampak hasil proses pelingkupan dimaksudkan untuk menentukan jenis
dampak penting hipotetik dengan studi pustaka, survei lapangan, professional judgement dan
hasil konsultansi publik. Penentuan dampak penting hipotetik berdasarkan 5 kriteria yaitu:
- Pandangan penduduk
- Pengaruh terhadap ekonomi
- Terganggunya ekologi
- Kemungkinan berbenturan dengan peraturan pemerintah
- Informasi rencana kegiatan dan rona lingkungan belum jelas
Pada tabel 2.7 sampai dijelaskan evaluasi dampak potensial pada setiap tahapan
kegiatan.
35. 35
Tabel 2.7 Uraian Dampak Potensial Tahap Pra Konstruksi
Kegiatan Identifikasi Dampak Potensial Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
Dampak Penting Hipotetik
Survey dan Studi
Kelayakan
Keresahan Masyarakat Keresahan Masyarakat
Berdasarkan SPT yang
diajukan saat pelibatan
masyarakat, tampak
bahwa masyarakat
mendukung rencana
usaha/kegiatan. Namun,
masyarakat memberikan
dukungan dan bantuan
terhadap rencana
usaha/kegiatan apabila
tidak bertentangan
dengan peraturan dan
nilai-nilai yang dipegang
masyarakat
setempat.Tersirat
kekhawatiran akan nilai-
nilai yang telah dijunjung
sejak dahulu kala akan
mengalami degradasi
seiring dengan
banyaknya kegiatan yang
akan beroperasi di lokasi
perencanaan. Masyarakat
setempat tidak akan lagi
patuh dengan nilai-nilai
setempat dan berangsur-
angsur akan tergantikan.
Penurunan nilai-nilai yang ada di
masyarakat
36. 36
Kegiatan Identifikasi Dampak Potensial Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
Dampak Penting Hipotetik
Pembebasan
Lahan
Keresahan Pemilik dan
Pengguna Lahan
Keresahan Pemilik dan
Pengguna Lahan
Pada proses pembebasan
lahan dan mekanisme
ganti rugi yang
dilakukan, sangat
mungkin pemilik dan
pengguna lahan resah
karena lahan tersebut
akan digunakan sebagai
lahan pertambangan
kapur. Mereka takut
tidak akan ada lagi lahan
yang akan digunakan
sebagai mata pencarian
akibat berkurangnya
lahan. Selain itu,
kegiatan masyarakat
sekitar akan terganggu
oleh kegiatan konstruksi
dan operasional
perusahaan.
Berkurangnya lahan sebagai
mata pencarian oleh msyarakat
37. 37
Kegiatan Identifikasi Dampak Potensial Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
Dampak Penting Hipotetik
Aktivitas Ekonomi/Pendapatan
Penduduk
Meningkatnya aktivitas
ekonomi/pendapatan
penduduk di lokasi
rencana usaha/kegiatan
Pada proses pembebasan
lahan, akan banyak
melibatkan pihak ketiga,
pihak masyarakat, dan
pihak pemrakarsa
sehingga banyak orang
yang akan berdatangan
ke lokasi tersebut. Hal ini
akan menghidupkan
perekonomian mikro
yang ada di sekitar
lokasi, seperti warung
kecil, kedai kopi, warung
makan, da lain
sebagainya sehingga
akan meningkatkan
pendapatan masyarakat
yang membuka usaha di
area tersebut.
Tidak merupakan dampak
penting hipotetik (DPH)
38. 38
Kegiatan Identifikasi Dampak Potensial Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
Dampak Penting Hipotetik
Hilangnya Peninggalan
Budaya/Situs Keagamaan
Hilangnya Peninggalan
Budaya/Situs Keagamaan
Pada proses pembebasan
lahan dan mekanisme
ganti tugi yang
dilakukan, ada
kemungkinan
peninggalan budaya/situs
keagamaan akan hilang
karena sebagian kawasan
rencana usaha/kegiatan
termasuk dalam jajaran
kawasan cagar budaya.
Menurut Lampiran 2
Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 5
tahun 2012 tentang jenis
usaha/kegiatan yang
wajib AMDAL, rencana
usaha/kegiatan tidak
berada di dalam dan/atau
berbatasan langsung
dengan kawasan yang
dilindungi. Oleh karena
itu, pemrakarsa tidak
memilih lokasi di
dalam/berbatasan
langsung dengan
kawasan cagar budaya,
tetapi memilih lokasi di
Kecamatan Padalarang
Tidak merupakan dampak
penting hipotetik (DPH)
39. 39
Kegiatan Identifikasi Dampak Potensial Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
Dampak Penting Hipotetik
yang letaknya cukup jauh
dari kawasan cagar
budaya tersebut.
40. 40
Tabel 2.8 Uraian Dampak Potensial Tahap Konstruksi
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
Mobilisasi Alat dan
Bahan
Kebisingan Peningkatan Kebisingan
Mobilisasi dilakukan
pada malam hari dan
kecepatan alat angkut
saat mobilisasi
ditentukan pada
kecepatan yang tidak
menimbulkan
kebisingan
Tidak Termasuk
DPH
Lalu Lintas
Peningkatan Kemacetan
Lalu Lintas
Alat-alat berat untuk
mobilisasi alat dan
bahan seperti truk
berukuran besar,
excavator dsb akan
mengganggu lalu lintas
rute jalan yang dilalui
dan menimbulkan
kemacetan
Termasuk DPH
Infrastruktur Jalan
Kerusakan Infrastruktur
Jalan
Masa yang dimiliki
alat-alat berat akan
memberi beban tinggi
kepada jalan yang akan
berakibat rusaknya
jalan-jalan yang dilalui
saat mobilisasi alat dan
bahan. Tetapi
kerusakan tersebut akan
Tidak Termasuk
DPH
41. 41
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
diperbaiki oleh
pemrakarsa
Kesehatan Masyarakat
Gangguan Kesehatan
Masyarakat
Debu dan asap
kendaraan yang
dihasilkan pada saat
mobilisasi akan
berdampak pada
manusia yang terpapar
Termasuk DPH
Kenyamanan Masyarakat
Gangguan Kenyamanan
Masyarakat
Mobilisasi yang
berlangsung pada siang
hari akan memberi
ketidaknyamanan pada
masyarakat sekitar yang
dilalui, baik akibat
kebisingan, kemacetan
lalu lintas, debu-asap
kendaraan dan rusaknya
jalan
Tidak Termasuk
DPH
42. 42
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
Pematangan Lahan
Pembangunan
akses jalan &
drainase
Topografi Lahan
Perubahan Topografi
Lahan
Dalam membangun
akses jalan dan drainase
akan ada perubahan
topografi, namun
pembangunan ini
memberi dampak
positif mengenai
keselamatan pekerja
dan dibangunnya
drainase
Tidak Termasuk
DPH
Kebisingan Peningkatan Kebisingan
Jarak antara daerah
pembangunan dengan
pemukiman sekitar 2-3
km sehingga tidak
menimbulkan
kebisingan
Tidak Termasuk
DPH
Kemacetan Lalu Lintas
Peningkatan Kemacetan
Lalu Lintas
Area pembangunan
bukan merupakan jalan
umum yang akan dilalui
oleh banyak kendaraan
sehingga kemacetan
dapat diatasi
Tidak Termasuk
DPH
Keanekaragaman Flora
Penurunan
Keanekaragaman Flora
Pohon-pohon akan
ditebang, daya serap air
oleh tanah semakin
kecil. Bencana banjir
dan erosi. Belum ada
rencana pembangunan
Termasuk DPH
43. 43
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
bangunan pencegah
banjir
Keanekaragaman Fauna
Penurunan
Keanekaragaman Fauna
Hewan liar yang
berhabitat di area
pembangunan akan
dipindahkan ke habitat
baru tetapi beberapa
hewan langka akan
dilestarikan oleh
perusahaan dan menjadi
tanggung jawab
perusahaan
Tidak Termasuk
DPH
Aktivitas
Ekonomi/Pendapatan
Penduduk
Aktivitas
Ekonomi/Pendapatan
Penduduk
Lahan untuk
pembangunan akses
jalan dan drainase
bukan merupakan lahan
milik warga
Tidak Termasuk
DPH
44. 44
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
Peninggalan budaya/situs-
situs keagamaan
Hilangnya peninggalan
budaya/situs-situs
keagamaan
Pada proses
pembebasan lahan dan
mekanisme ganti tugi
yang dilakukan, ada
kemungkinan
peninggalan
budaya/situs
keagamaan akan hilang
karena sebagian
kawasan rencana
usaha/kegiatan
termasuk dalam jajaran
kawasan cagar budaya.
Menurut Lampiran 2
Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No.
5 tahun 2012 tentang
jenis usaha/kegiatan
yang wajib AMDAL,
rencana usaha/kegiatan
tidak berada di dalam
dan/atau berbatasan
langsung dengan
kawasan yang
dilindungi. Oleh karena
itu, pemrakarsa tidak
memilih lokasi di
dalam/berbatasan
langsung dengan
Tidak Termasuk
DPH
45. 45
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
kawasan cagar budaya,
tetapi memilih lokasi di
Kecamatan Padalarang
yang letaknya cukup
jauh dari kawasan cagar
budaya tersebut.
Pengupasan
dan Perataan
Tanah
(Cleaning
Overburden)
Air Larian/Limpasan Air
Hujan (Hidrologi)
Peningkatan Air
Larian/Limpasan Air
Hujan (Hidrologi)
Saat proses ini terjadi
akan ada tindakan
penebangan pohon.
Fungsi pohon sebgai
penahan limpasan air
hujan akan hilang dan
Termasuk DPH
46. 46
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
menmbulkan potensi
banjir
Kualitas Udara (Debu+
gas buang)
Penurunan Kualitas
Udara (Debu+ gas
buang)
Pengupasan dan
perataan tanah tidak
dilakukan dengan
pembakaran tetapi
dengan menggunakan
alat berat. Debu yang
dihasilkan tidak akan
menggaggu kesehatan
masyarakat dan pekerja.
Masyarakat berjarak
jauh dari lokasi dan
pekerja menggunaka
APD
Tidak Termasuk
DPH
Topografi Lahan
Perubahan Topografi
Lahan
Luas lahan yang
digunkan besar
mencapai 30 ha yang
akan dikupas dan
diratakan
Termasuk DPH
Kebisingan Peningkatan Kebisingan
Jarak antara daerah
pembangunan dengan
pemukiman sekitar 2-3
km sehingga tidak
menimbulkan
Tidak Termasuk
DPH
47. 47
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
kebisingan
Erosi Erosi
banyaknya jumlah
pohon yang ditebang
akan mempengaruhi
kekuatan tanah
sehingga apabila terjadi
hujan akan berdampak
erosi
Termasuk DPH
Iklim Perubahan Iklim
Iklim lokal sekitar okasi
akan berubah akibat
penebangan pohon
tetapi tidak akan
berdampak pada iklim
kabupaten secara
keseluruhan
Tidak Termasuk
DPH
Keanekaragaman Flora Keanekaragaman Flora
Banyak tumbuhan yang
hilang
Termasuk DPH
Keanekaragaman Fauna Keanekaragaman Fauna
Banyak hewan yang
kehilangan habitatnya
dan merusak ekosistem
Termasuk DPH
Populasi hewan
langka/dilindungi
Populasi hewan
langka/dilindungi
Tidak terdapat hewan
langka
TidakTermasuk
DPH
48. 48
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
Aktivitas
Ekonomi/Pendapatan
Penduduk
Aktivitas
Ekonomi/Pendapatan
Penduduk
Aktivitas ekonomi
penduduk berubah dari
petani sekarang ada
beberapa petani yang
hilang lahannya akibat
kegiatan ini sehingga
harus dipertimbangkan
kemungkinan
menyediakan lapangan
pekerjaan baru
Termasuk DPH
49. 49
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
Hilangnya peninggalan
budaya/situs-situs
keagamaan
Hilangnya peninggalan
budaya/situs-situs
keagamaan
Pada proses
pembebasan lahan dan
mekanisme ganti tugi
yang dilakukan, ada
kemungkinan
peninggalan
budaya/situs
keagamaan akan hilang
karena sebagian
kawasan rencana
usaha/kegiatan
termasuk dalam jajaran
kawasan cagar budaya.
Menurut Lampiran 2
Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No.
5 tahun 2012 tentang
jenis usaha/kegiatan
yang wajib AMDAL,
rencana usaha/kegiatan
tidak berada di dalam
dan/atau berbatasan
langsung dengan
kawasan yang
dilindungi. Oleh karena
itu, pemrakarsa tidak
memilih lokasi di
dalam/berbatasan
langsung dengan
Tidak Termasuk
DPH
50. 50
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
kawasan cagar budaya,
tetapi memilih lokasi di
Kecamatan Padalarang
yang letaknya cukup
jauh dari kawasan cagar
budaya tersebut.
Infrastruktur Utama
Operasional
Alat Berat
Peningkatan Kebisingan Peningkatan Kebisingan
Alat berat akan
dioperasikan siang
malam
Termasuk DPH
51. 51
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
Kerusakan Infrastruktur
Jalan
Kerusakan Infrastruktur
Jalan
Masa yang dimiliki
alat-alat berat akan
memberi beban tinggi
kepada jalan yang akan
berakibat rusaknya
jalan-jalan yang dilalui
saat mobilisasi alat dan
bahan. Tetapi
kerusakan tersebut akan
diperbaiki oleh
pemrakarsa
Tidak Termasuk
DPH
Keanekaragaman Fauna Keanekaragaman Fauna
Banyak hewan yang
kehilangan habitatnya
dan merusak ekosistem
Termasuk DPH
Peningkatan Air
Larian/Limpasan Air
Hujan (Hidrologi)
Peningkatan Air
Larian/Limpasan Air
Hujan (Hidrologi)
Saat proses ini terjadi
akan ada tindakan
penebangan pohon.
Fungsi pohon sebgai
penahan limpasan air
hujan akan hilang dan
menmbulkan potensi
banjir. Namun
pemrakarsa akan
membuat kolam retensi
Tidak Termasuk
DPH
Perubahan Topografi
Lahan
Perubahan Topografi
Lahan
Luas lahan yang
digunkan besar
mencapai 30 ha yang
akan dikupas dan
Termasuk DPH
52. 52
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
diratakan
Perubahan Iklim Perubahan Iklim
Iklim lokal sekitar okasi
akan berubah akibat
penebangan pohon
tetapi tidak akan
berdampak pada iklim
kabupaten secara
keseluruhan
Tidak Termasuk
DPH
Keanekaragaman Flora Keanekaragaman Flora
Banyak tumbuhan yang
hilang
Termasuk DPH
Keanekaragaman Fauna Keanekaragaman Fauna
Banyak hewan yang
kehilangan habitatnya
dan merusak ekosistem
Termasuk DPH
Keresahan Masyarakat Keresahan Masyarakat
Masyarakat sudah
setuju dengan adanya
proyek ini disampaikan
melalui SPT kepada
pihak pemrakarsa
Tidak Termasuk
DPH
Aktivitas
Ekonomi/Pendapatan
Penduduk
Aktivitas
Ekonomi/Pendapatan
Penduduk
Aktivitas ekonomi
penduduk berubah dari
petani sekarang ada
beberapa petani yang
hilang lahannya akibat
kegiatan ini sehingga
harus dipertimbangkan
Termasuk DPH
53. 53
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
kemungkinan
menyediakan lapangan
pekerjaan baru
Pembuatan
Landasan
Quarry
Perubahan Topografi
Lahan
Perubahan Topografi
Lahan
Luas lahan yang
digunakan besar
mencapai 30 ha yang
akan diubah
Termasuk DPH
Pembangunan
anjungan
Quarry
Perubahan Topografi
Lahan
Perubahan Topografi
Lahan
Luas lahan yang
digunakan besar
mencapai 30 ha yang
akan diubah
Termasuk DPH
Pembangunan
Sistem
Pengangkutan
(misalnya
crusher, truk
pengangkut rel
kereta, kabel
gantung)
Perubahan Topografi
Lahan
Perubahan Topografi
Lahan
Luas lahan yang
digunakan besar
mencapai 30 ha yang
akan diubah
Termasuk DPH
Pembangkit
Energi untuk
Kegiatan
Konstruksi dan
Penurunan Kualitas Udara
(Debu+ gas buang)
Penurunan Kualitas
Udara (Debu+ gas
buang)
Pemrakarsa akan
membuat alat
pengendali pencemaran
udara
Tidak Termasuk
DPH
54. 54
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
Operasi
Peningkatan Kebisingan Peningkatan Kebisingan
Area sekitar lokasi
pembangkit energi akan
dibatasi oleh tumbuhan
dan sekat beton
sehingga tidak akan
terjadi kebisingan
Tidak Termasuk
DPH
Akomodasi
Tenaga Kerja
Penurunan Kualitas Udara
(Debu+ gas buang)
Penurunan Kualitas
Udara (Debu+ gas
buang)
Kendaraan pengangkut
tenaga kerja telah diuji
lulus emisi
Tidak Termasuk
DPH
Pembangunan
Pemukiman/Ba
se camp
karyawan
Keanekaragaman Fauna Keanekaragaman Fauna
Banyak hewan yang
kehilangan habitatnya
dan merusak ekosistem
Termasuk DPH
Populasi hewan
langka/dilindungi
Populasi hewan
langka/dilindungi
Tidak terdapat hewan
yang dilindungi
Tidak Termasuk
DPH
Pengerahan Tenaga
Kerja (Lokal dan
Pendatang)
Peluang
Kerja/Usaha
Aktivitas
Ekonomi/Pendapatan
Penduduk
Aktivitas
Ekonomi/Pendapatan
Penduduk
Akan disediakan
lapangan pekerjaan
untuk masyarakat
sekitar lokasi
Tidak Termasuk
DPH
Interaksi
Sosial
Keresahan Masyarakat Keresahan Masyarakat
Masyarakat sudah
setuju dengan adanya
proyek ini disampaikan
melalui SPT kepada
pihak pemrakarsa
Tidak Termasuk
DPH
55. 55
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial
Evaluasi Dampak
Potensial
DPH
Limbah
Domestik
Pencemaran Air
Permukaan
Pencemaran Air
Permukaan
Telah dibuat saluran
khusus menuju
pengolahan air buangan
sehingga tidak akan ada
pencemaran air
permukaan
Tidak Termasuk
DPH
Pencemaran Air Tanah Pencemaran Air Tanah
Belum ada rencana
pencegahan
pencemaran air tanah
apabila ada air limpasan
septic tank yang
meresap akibat tidak
ada pengolahan
Termasuk DPH
Pencemaran Tanah Pencemaran Tanah
Telah direncanakan
sistem remediasi tanah
Tidak Termasuk
DPH
Gangguan Kesehatan
Masyarakat
Gangguan Kesehatan
Masyarakat
Masyarakat sekitar
proyek berjarak 2-3 km,
merekapun
menggunakan PDAM
sebagai sumber air
minum. Kebisingan
telah diatasi, dan
pencemaran udara telah
diatasi
Tidak Termasuk
DPH
56. 56
Tabel 2.9 Uraian Dampak Potensial Tahap Operasi
Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
Drilling :
Pengeboran beberapa
titik di Quarry
(Pembuatan Lubang
Ledak)
Peningkatan
Kebisingan, Erosi, dan
Gangguan
Kenyamanan
Masyarakat
Peningkatan
kebisingan
Pengeboran dapat
menghasilkan kebisingan ke
sekitar lingkungannya.
Namun, pemukiman terletak
pada jarak aman.
tidak
Erosi
erosi akan mengakibatkan
reruntuhan jatuh ke sekitar
gunung. Namun, gunung
terletak pada jarak yang
aman dengan pemukiman
tidak
Gangguan
Kenyamanan
Masyarakat
kegiatan ini mungkin dapat
mengganggu kenyamanan
masyarakat sekitar. Namun,
jarak pemukiman dengan
lokasi cukup jauh maka
aspek ini tidak terlalu
berpengaruh pada tingkat
kenyamanan masyarakat
tidak
Blasting :
57. 57
Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
Persiapan bahan
Peledak, Detonator
dan Peralatan lain
yang dibutuhkan
Gangguan
Kenyamanan
Masyarakat
Gangguan
Kenyamanan
Masyarakat
pada proses ini mungkin
masyarakat awalnya akan
merasa kurang nyaman.
Namun, pada proses ini
tidak menimbulkan bunyi
atau gangguan lainnya
sehingga keresahan akibat
proses ini akan hilang
tidak
Pengecekan lubang
tembak dan detonator
Perubahan Topografi
Lahan
Perubahan
Topografi Lahan
proses ini hanya mengubah
sedikit topografi lahan
lokasi tersebut. Oleh karena
itu tidak ada dampak
berlebihan yang dihasilkan
dari proses ini
tidak
Menguji rangkaian
dengan Blasting Ohm
Meter
Peningkatan
Kebisingan
Peningkatan
kebisingan
pengujian ini hanya
dilakukan beberapa kali
sehingga tidak menimbulkan
dampak berlebih.
tidak
58. 58
Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
Proses Peledakan
setelah pemberian
Aba-aba
Perubahan Topografi
Lahan, Peningkatan
Kebisingan,
Keanekaragaman
fauna, keresahan
masyarakat, dan
gangguan kenyamanan
masyarakat.
Perubahan
Topografi Lahan
proses peledakan akan
mengakibatkan
berpindahnya material dari
suatu tempat ke tempat lain
yang akan menghasilkan
perubahan topografi lahan.
penting
Peningkatan
kebisingan
proses peledakan tersebut
akan menghasilkan
kebisingan yang cukup
mengganggu sekitarnya
dikarenakan intensitas
peledakan dan jumlah
ledakan yang dilakukan.
penting
Keanekaragaman
fauna
perpindahan material yang
terjadi pada proses
peledakan menyebabkan
penurunan keanekaragaman
fauna di sekitar akibat
tertimpa dan kejadian
lainnya.
penting
59. 59
Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
Keresahan
masyarakat
suara ledakan yang
diakibatkan oleh proses
peledakan tersebut
memungkinkan masyarakat
sekitar menjadi resah. Selain
itu, masyarakat akan merasa
tidak aman bila berdekatan
dengan gunung tersebut saat
proses peledakan
berlangsung
penting
Gangguan
Kenyamanan
Masyarakat
suara ledakan yang
diakibatkan oleh proses
peledakan tersebut
memungkinkan masyarakat
sekitar menjadi resah. Selain
itu, masyarakat akan merasa
tidak aman bila berdekatan
dengan gunung tersebut saat
proses peledakan
berlangsung
penting
Loading-Hauling :
60. 60
Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
Pengambilan dan
Pemuatan Material ke
Dalam Alat/Truk
Angkut
Pencemaran Tanah,
peningkatan
kebisingan, dan
kerusakan infrastruktur
jalan.
Pencemaran Tanah
pada kegiatan ini tanah akan
bercampur dengan material
tambang. Namun, material
tambang tersebut akan
disisihkan dari tanah
tersebut untuk dibawa ke
proses/ kegiatan berikutnya
tidak
Peningkatan
kebisingan
proses ini menggunakan alat
berat/ truk untuk mobilisasi
material. Dengan adanya
truk/ alat tersebut akan
meningkatkan kebisingan di
sekitar lokasi tersebut.
Namun, lokasi pemukiman
terletak cukup jauh dari
lokasi penambangan.
tidak
Kerusakan
Infrastruktur Jalan
truk/ alat berat akan
melintasi jalanan dari lokasi
awal ke lokasi
penambangan. Intensitas
dari alat transportasi yang
melintas mengakibatkan
rusaknya jalan.
penting
61. 61
Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
Pengangkutan
Material Menuju
Tempat Penampungan
Kerusakan Infrastruktur
Jalan
Kerusakan
Infrastruktur Jalan
truk/ alat berat akan
melintasi jalanan dari lokasi
penambangan ke lokasi
selanjutnya. Intensitas dari
alat transportasi yang
melintas mengakibatkan
rusaknya jalan.
penting
Crushing :
Penggilingan Material
untuk Mereduksi
Ukuran Batuan
Penurunan Kualitas
Udara (Debu dan Gas
Buang), Peningkatan
Kebisingan, Gangguan
kesehatan masyarakat,
dan Gangguan
kenyamanan
masyarakat.
Penurunan Kualitas
Udara (Debu dan
Gas buang)
pada proses ini
memungkinkan
pembentukan partikel -
partikel halus dari material
tersebut dan menyebabkan
partikel tersebut mudah
terbawa angin. Partikel
tersebut dapat
mempengaruhi kualitas
udara di sekitar lokasi
tersebut.
penting
62. 62
Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
Peningkatan
kebisingan
proses dari penggilingan
akan menghasilkan
kebisingan. Kebisingan
tersebut mungkin akan
mempengaruhi tingkat
kebisingan di lokasi tersebut
dikarenakan intensitas dan
lamanya proses tersebut.
penting
Gangguan
kesehatan
Masyarakat
penurunan kualitas udara
yang sangat mungkin terjadi
akan mengakibatkan
gangguan kesehatan
masyarakat khususnya pada
pernapasan.
penting
Gangguan
Kenyamanan
Masyarakat
kualitas udara yang
menurun dapat menganggu
kenyamanan masyarakat
misalnya rumah jadi cepat
kotor akibat partikel yang
terbawa angin ke
pemukiman.
penting
63. 63
Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
Pengerahan Tenaga
Kerja (Lokal dan
Pendatang) :
Aktivitas ekonomi/
pendapatan penduduk
dan keresahan
masyarakat
Limbah Domestik
Pencemaran Air
Permukaan,
Pencemaran Air Tanah,
Pencemaran Tanah,
Populasi hewan langka
dan dilindungi, dan
Gangguan kesehatan
Masyarakat.
Pencemaran Air
Permukaan
limbah domestik mungkin
menyebabkan pencemaran
pada air permukaan.
Namun, lokasi air
permukaan terletak sangat
jauh dari lokasi yaitu sekitar
5 kilometer.
tidak
Pencemaran Air
Tanah
limbah domestik mungkin
menyebabkan pencemaran
air tanah karena kebocoran
pipa atau rembesan.
penting
Pencemaran Tanah
pencemaran tanah akibat
limbah domestik mungkin
terjadi namun kemungkinan
terjadinya sangat kecil.
tidak
64. 64
Kegiatan
Identifikasi Dampak
Potensial
Dampak Potensial Evaluasi Dampak Potensial
Dampak
Penting
Hipotetik
Populasi hewan
langka dan
dilindungi
populasi hewan langka dan
dilindungi akan menurun
akibat terkontaminasi
limbah domestik.
penting
Gangguan
kesehatan
Masyarakat
pencemaran yang mungkin
terjadi pada air tanah akan
mengakibatkan water borne
disease atau penyakit
bawaan air.
penting
Tabel 2.10 Uraian Dampak Potensial Tahap Pasca Operasi
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi
Dampak Potensial
Dampak
Potensial
Evaluasi Dampak Potensial DPH
Penutupan/Perapih
an Lokasi Kegiatan
Pekerjaan Sipil
dan Mekanikal
Penurunan
kualitas udara
(debu + gas
buang)
Peningkatan
kebisingan
Gangguan
Penurunan
kualitas
udara (debu
+ gas
buang)
Peningkata
n
Dikarenakan kegiatan pada tahap
pasca operasional tidak lagi
melibatkan proses blasting dan
crushing, ditambah dengan bahan
tambang (kapur, marmer dan
andesit) sebagai penyumbang
tingginya jumlah debu dan
partikulat dalam kegiatan
Peningkata
n
kebisingan
65. 65
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi
Dampak Potensial
Dampak
Potensial
Evaluasi Dampak Potensial DPH
kenyamanan
masyarakat
kebisingan operasional sudah tidak tersedia,
maka penyumbang penurunan
nilai kualitas udara pada kegiatan
sipil dan mekanikal pasca
pertambangan adalah adanya
emisi kendaraan seperti bulldozer,
excavator, dan dump truck yang
digunakan untuk proses penutupan
lahan.
Kebisingan dihasilkan dari alat
berat seperti bulldozer, excavator,
dan dump truck yang digunakan
dalam proses penutupan lahan.
Kebisingan juga meningkat pada
waktu malam hari (tingkat
sensitivitas/kepekaan pendengaran
manusia meningkat) terlebih
karena jumlah penduduk yang
tergolong sedikit sehingga suara
terdengar lebih jelas.
Transportasi
Bahan Bekas
Penurunan
kualitas udara
(debu + gas
buang)
Peningkatan
Peningkata
n
kebisingan
Dikarenakan kegiatan
pertambangan yang dilakukan
tidak termasuk dengan proses
pengolahan bahan mentah yang
telah diperoleh (tidak termasuk
66. 66
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi
Dampak Potensial
Dampak
Potensial
Evaluasi Dampak Potensial DPH
kebisingan
Peningkatan
kemacetan lalu
lintas
Gangguan
kenyamanan
masyarakat
pabrik pengolah), maka bahan
bekas kegiatan pertambangan
tidak berukuran besar. Bahan
mekas tersebut tidak berupa sisa-
sisa mesin/peralatan produksi
sehingga proses mobilisasi bahan
bekas dianggap tidak
menimbulkan kebisingan yang
terlalu signifikan karena tidak
melibatkan kendaraan besar.
Mobilisasi Alat
Peningkatan
kebisingan
Peningkatan
kemacetan lalu
lintas
Kerusakan
infrastruktur
jalan
Gangguan
kenyamanan
masyarakat
Peningkata
n
kebisingan
Peningkata
n
kemacetan
lalu lintas
Kebisingan yang ditimbulkan oleh
alat berat hanya berasal dari
proses pemindahan dari dalam site
keluar sehingga diasumsikan
tingkat kebisingannya masih bisa
ditoleransi oleh masyarakat yang
bermukim di lokasi paling dekat
dengan site sekalipun.
Kemacetan lalu lintas berpotensi
besar terjadi saat pemindahan
bulldozer, excavator, dan dump
truck dari dalam site keluar.
Kendaraan ini memerlukan ruang
gerak yang luas, dimana hal ini
bertolak belakang dengan jalanan
Peningkata
n
kemacetan
lalu lintas
67. 67
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi
Dampak Potensial
Dampak
Potensial
Evaluasi Dampak Potensial DPH
sekitar kecamatan Padalarang-
Cipatat yang kerap macet, sempit
dan berkelok. Kemacetan lalu
lintas dapat diatasi dengan proses
pemindahan yang dilakukan di
malam hari ketika tingkat
keramaian lalu lintas cenderung
rendah.
Penggunaan Lahan
sesuai Tata Ruang
(Rehabilitasi
Lahan sesuai
Potensi Ekologis
dan Keinginan
Masyarakat &
Pemerintah)
Keanekaragam
an flora
Keanekaragam
an fauna
Populasi hewan
langka/dilindun
gi
Pengerahan
Tenaga Kerja
(Peluang
Kerja/Usaha)
Aktivitas
ekonomi/
pendapatan
penduduk
68. 68
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi
Dampak Potensial
Dampak
Potensial
Evaluasi Dampak Potensial DPH
Pelepasan Tenaga
Kerja (Penurunan
Peluang
Kerja/Usaha)
Aktivitas
ekonomi/
pendapatan
penduduk
Aktivitas
ekonomi/
pendapatan
penduduk
Terkait komitmen dari perusahaan
untuk mengkaji cara
mempertahankan atau
meningkatkan kesejahteraan dan
keberlanjutan sosial (social
sustainability) pada masyarakat
yang terkena pengaruh.
Keberlanjutan sosial adalah
proses, sistem, struktur dan
hubungan yang ada pada
masyarakat, baik formal maupun
informal, yang secara aktif
mendukung kemampuan dari
generasi sekarang dan mendatang
untuk menciptakan sebuah
masyarakat yang sehat dan dapat
dihuni dengan baik. Keberlanjutan
sosial ini dapat diwujudkan
dengan mengadakan program
pengembangan masyarakat.
Perlunya upaya bimbingan untuk
mengambangkan kapasitas
masyarakat dan pemerintah
setempat agar dapat
memaksimalkan peluang untuk
Aktivitas
ekonomi/
pendapatan
penduduk
69. 69
Kegiatan Sub Kegiatan
Identifikasi
Dampak Potensial
Dampak
Potensial
Evaluasi Dampak Potensial DPH
penggunaan lahan selanjutnya dan
mempertahankan infrastruktur
pertambangan yang bernilai bagi
masyarakat tersebut.
70. 70
2.5. Wilayah Studi
2.5.1 Batas Wilayah Studi
Batas wilayah studi mencakup batas-batas oleh rencana kegiatan pertambangan kapur
dan batas-batas lain yang terkait seperti batas proyek, batas administrasi wilayah, batas sosial,
dan batas ekologis (udara dan perairan). Batas wilayah studi merupakan batas terluar yang
merupakan overlay (irisan/tumpang) dari batas-batas tersebut.
Batas proyek Batas proyek merupakan batas lahan keseluruhan yang digunakan untuk
rencana pembangunan proyek. Lokasi proyek pada pertambangan kapur. Berikut lokasi
proyek tambang yang ditunjukkan dengan garis merah.
Gambar 5.1 Batas Rencana Lokasi Kegiatan Pertambangan Kapur di Desa Tagog
Apu
Batas administrasi yaitu batas wilayah desa, kecamatan, atau kabupaten dimana lokasi
pertambangan ini dilakukan. Batas Secara administratif lokasi rencana kegiatan terletak di
kecamatan Padalarang dengan batas wilayah sebagai berikut :
Utara : Kabupaten Purwakarta (Kecamatan Cikalong)
Barat : Kecamatan Cipatat
71. 71
Timur : Kota Cimahi
Selatan : Kabupaten Cianjur (Kecamatan Batujajar)
Sedangkan batas ekologis ditentukan oleh arah angin serta arah aliran air.Pada area
pertambangan, tidak ada badan air yang melintas sehingga ekologi perairan terdekat yang
ditemukan adalah Sungai Cimeta dan Situ Ciburuy yang berjarak 3-5 km dari lokasi
pertambangan. Batas ekologis yang terpengaruh oleh pembangunan tambang ditunjukkan
oleh peta Batas Wilayah Studi dengan garis biru untuk ekologi perairan dan oranye untuk
ekologi udara.
Batas Sosial merupakan ruang di sekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan, mencakup sistem dan struktur sosial. Batas Sosial ditetapkan melalui
pembatasan batas-batas terluar dengan memperhatikan hasil identifikasi komunitas
masyarakat yang terdapat dalam batas proyek, yang berpotensi terkena dampak yang
mendasar dari rencana kegiatan perkantoran. Prakiraan kegiatan perkantoran yang akan
memberi dampak terhadap masyarakat, di antaranya :
- Mobilisasi bahan dan alat konstruksi ketika tahap konstruksi dilaksanakan
- Pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial di wilayah pembangunan
- Mobilisasi pelaku atau pekerja pada tahap operasional
- Pencarian tenaga kerja untuk kegiatan pertambangan
Berikut adalah peta batas wilayah studi merupakan resultant dari batas proyek, batas
ekologis, batas sosial, dan batas administrasi.
72. 72
Gambar 5.2 Batas Wilayah Studi Rencana Kegiatan Pertambangan Kapur PT. BIGSLIM
KAPUR
2.5.2 Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian Kerangka Acuan AMDAL Pertambangan Batu Kapur ditunjukkan
pada Tabel 4.1, 4.2, dan 4.3.
73. 73
Tabel 2.11 Batas Waktu Kajian Pra Konstruksi
No Dampak Penting Hipotetik
Pra Konstruksi
5 bulan
1
Penurunan nilai-nilai yang ada di
masyarakat
Konsultasi Publik
2
Berkurangnya lahan sebagai mata
pencarian oleh msyarakat
Pembebasan lahan dan
ganti rugi
Tabel 2.12 Batas Waktu Kajian Konstruksi
No
Dampak Penting
Hipotetik
Konstruksi
20 Tahun
1
Peningkatan
Kemacetan Lalu
Lintas
Mobilisasi alatdan bahan malam hari, asumsi selesai selama 1 minggu
2
Gangguan Kesehatan
Masyarakat
Gangguan kesehatan masyarakat yang dialami pada masa kostruksi antara lain ISPA, alergi debu, jarak pandang dll.
Ganguan masyarakat ini diharapkan hilang berangsur-angsur dengan teknik pengendalian pencemaran udara
3
Penurunan
Keanekaragaman
Flora
Rehabilitasi diharapkan secara kontinu dilakukan dimulai saat 4 bulan pertama
4
Peningkatan Air
Larian/Limpasan Air
Membuat sistem pengelolaan air limpasan secara terpadu selama 4 bulan pertama masa konstruksi dengan asumsi
dampak yang dihasilkan pada bulan selanjutnya dianggap serupa sehingga dapat ditanggulangi.
74. 74
No
Dampak Penting
Hipotetik
Konstruksi
20 Tahun
Hujan (Hidrologi)
5
Perubahan Topografi
Lahan
Melakukan pembukaan lahan sesuai dengan kaidah pertambangan; salah satunya adalah menyimpan top soil untuk
keperluan reklamasi untuk meningkatkan nilai tata guna lahan pasca operasi. Dilakukan selama dilakukan pembukaan
lahan
6 Erosi
Pencegahan erosi dilakukan dengan melakukan perubahan topografi lahan sesuai dengan kaidah pertambangan yang
baik, misalkan dengan membuat sistem terasering.
7
Keanekaragaman
Fauna
Dengan mengaplikasikan rehabilitasi secara kontinu, diharapkan ketersediaan habitat bagi keanekaragaman fauna yang
tersedia menjadi minim terancam.
8
Populasi hewan
langka/dilindungi
Dengan mengaplikasikan rehabilitasi secara kontinu, diharapkan ketersediaan habitat bagi keanekaragaman fauna yang
tersedia menjadi minim terancam.
9
Aktivitas
Ekonomi/Pendapatan
Penduduk
Pembukaan lahan yang mengakibatkan ketertarikan penduduk diluar kawasan untuk ikut bekerja dapat menimbulkan
ketegangan sosial; hal ini dapat diatasi dengan dibuatnya perjanjian antara penduduk setempat dan penduduk luar
mengenai porsi lahan pekerjaan yang diperlukan oleh perusahaan dari bulan ke 0 dan diperkirakan perselisihan akan
selesai selambat-lambatnya pada 4 bulan pertama.
10
Peningkatan
Kebisingan
Proses konstruksi yang melibatkan alat berat akan menimbulkan kebisingan yang cukup signifikan; diasumsikan setelah
4 bulan pertama masa konstruksi, penduduk setempat telah dapat beradaptasi dengan tingkat kebisingan yang ada
dikarenakan adanya usaha dari perusahaan untuk membangun barrier yang dapat mengurangi tingkat kebisingan.
11
Pencemaran Air
Tanah
Direncanakan dibuat suatu sistem lining pada kawasan pertambangan untuk menghindari terjadinya pencemaran air
tanah
75. 75
Tabel 2.13 Batas Waktu Kajian Operasi
No Dampak Penting Hipotetik Operasi (20 tahun)
1 Perubahan Topografi Lahan
Melakukan pembukaan lahan sesuai dengan kaidah
pertambangan; salah satunya adalah menyimpan top soil
untuk keperluan reklamasi untuk meningkatkan nilai tata
guna lahan pasca operasi. Dilakukan selama dilakukan
pembukaan lahan
2 Peningkatan kebisingan
Proses operasi yang melibatkan alat berat akan
menimbulkan kebisingan yang cukup signifikan;
diasumsikan setelah 4 bulan pertama masa operasi,
penduduk setempat telah dapat beradaptasi dengan
tingkat kebisingan yang ada dikarenakan adanya usaha
dari perusahaan untuk membangun barrier yang dapat
mengurangi tingkat kebisingan.
3 Keanekaragaman fauna
Dengan mengaplikasikan rehabilitasi secara kontinu,
diharapkan ketersediaan habitat bagi keanekaragaman
fauna yang tersedia menjadi minim terancam.
4 Keresahan masyarakat
Melakukan sosialisai mengenai kegiatan operasi dan
menjelaskan proses yang dilakukan telah sesuai
prosedur. Diasusmsikan 4 bulan setelah operasi telah
teratasi
5 Gangguan Kenyamanan Masyarakat
Membuat penghalang untuk meredam suara dan getaran.
Diasusmsikan 1 bulan setelah operasi telah teratasi
76. 76
No Dampak Penting Hipotetik Operasi (20 tahun)
6 Kerusakan Infrastruktur Jalan
Memperbaiki jalan yang rusak. Perbaikan dilakukan
berkala setiap 1 tahun sekali
7
Penurunan Kualitas Udara (Debu dan Gas
buang)
Direncanakan membuat alat pengendali pencemaran.
Diasumsikan saat operasi dimulai telah teratasi
9 Gangguan kesehatan Masyarakat
Memberikan fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis.
Dilakukan berkala setiap 1 tahun sekali, dimuali setelah
1 tahun operasi
11 Pencemaran Air Tanah
Direncanakan dibuat pengolahan air limbah.
Diasumsikan pada saat operasi telah terbangun
Tabel 2.14 Batas Waktu Kajian Pasca Operasi
No Dampak Penting Hipotetik Pasca Operasi (2 tahun)
1 Peningkatan kebisingan
Kebisingan yang berasal dari penutupan lahan
diasumsikan dapat diatasi oleh masyarakat setempat
karena dampaknya yang serupa dengan masa konstruksi
77. 77
dan operasional. Tingkat kebisingan diasumsikan akan
berada pada kondisi normal pada akhir masa pasca
operasi.
2 Peningkatan kemacetan lalu lintas
Kemacetan berasal dari mobilisasi alat tambang dari
dalam ke luar site. Kemacetan diasumsikan tidak lagi
terjadi setelah kurang lebih 4 bulan terakhir masa pasca
operasi.
3 Aktivitas ekonomi/ pendapatan penduduk
Ketegangan sosial kemungkinan dapat kembali terjadi
akibat hilangnya lahan pekerjaan penduduk setempat dan
penduduk pindahan. Hal ini diasumsikan dapat diatasi
dengan dilakukannya pengembangan/pembinaan
masyarakat dan pemanfaatan fasilitas hasil kegiatan
pertambangan yang dilakukan secara kontinu sejak tahap
awal perencanaan.
78. 78
BAB III
METODA STUDI
3.1 Metode pengumpulan dan Analisis Data
Berikut adalah metode pengumpulan data sekunder yang sahih dan dapat dipercaya
(reliable) untuk digunakan dalam penyusunan rona lingkungan hidup awal yang rinci dan
sebagai masukan dalam melakukan prakiraan besaran dan sifat penting dampak.
- Kualitas udara
a. Data sekunder : Dokumen UKL-UPL Pertambangan Kapur di Padalarang-
Cipatat (Sumber KLH), Jurnal dan Thesis mengenai penelitian
b. Data Primer (Pengukuran pengambilan sampel di lapangan) dapat diperoleh
dengan melakukan pengumpulan dan metode analisis data berdasarkan tabel
1.
Tabel 3.1 Metode Analisis, Waktu Pengambilan, Peralatan Uji Kualitas Udara dan
Kebisingan
Parameter Satuan Waktu
Pengambilan
Metode Analisis Peralatan
TSP (Debu) 24 jam Gravimetri Hi-Vol Sampler
Karbon Monoksida
(CO)
µg/Nm3 24 jam NDIR Analyser
(Non Dispersive
Infra Red)
CO Meter, NDIR
Nitrogen Dioksida
(NO2)
µg/Nm3 24 jam SNI 19-7119.2-
2005, Griess
Saltzman
Spektrofotometer
Sulfur Dioksida
(SO2)
µg/Nm3 24 jam Chemiluminescent Spektrofotometer
Kebisingan dB 24 jam, dengan 4
kali pengukuran di
siang (Ls : pukul 7-
10-15-20.00) dan 3
kali pengukuran di
malam (Lm : pukul
23-01-04.00).
Setiap pengukuran
dilakukan selama
10 menit dengan
pembacaan tiap 5
detik.
SNI 7570 : 2010
Baku Tingkat
Kebisingan Pada
Kegiatan
Pertambangan
Terhadap
Lingkungan
Sound Level
Meter
79. 79
Kondisi Iklim
Temperatur Co
Periodik
Pengamatan
langsung/Personal
judgement oleh
pakar meteorologi
Termometer
Kelembaban udara % Higrometer
Kecepatan angin m/detik Anemometer
Cuaca - -
Arah angin o Kompas
Lokasi Pengambilan data : 2 sumber; di sekitar kawasan proyek (60 8155’ s/d 60
8215’ LS dan 1070 461’ s/d 1070 465’ BT) dan di stasiun Tagog Apu (60 8137’ s/d
60 814’ LS dan 1070 461’ s/d 1070 465’ BT)
- Kualitas air
a. Data sekunder : Dokumen Pusdalitbang Sumber Daya Air Kementerian PU di
Sungai Cimeta, Jurnal dan Thesis mengenai penelitian
b. Data Primer dengan pengukuran pengambilan sampel di lapangan di dua titik
di Sungai Cimeta dapat diperoleh dengan melakukan pengumpulan dan
metode analisis data berdasarkan Tabel 2. Lokasi sampling 1 (60 8114’ s/d 60
8115’ LS dan 1070 471’ s/d 1070 472’ BT) dan Lokasi 2 (60 8104’ s/d 60 8105’
LS dan 1070 447’ s/d 1070 448’ BT) di dekat stasiun Tagog Apu dan
permukiman penduduk.
Tabel 3.2 Metode Analisis Beserta Peralatan Uji Kualitas Air Sesuai Standar yang Berlaku*
Parameter Satuan Metode Analisis Peralatan
Fisik
Suhu o Pengamatan Langsung Termometer
TSS Mg/L Gravimetri Corong, Labu ukur, kertas
saring, cawan petri, oven,
desikator
TDS Mg/L Electrical Conductivity Conductivitymeter
Warna TCU Pt.Co, Standard Method Larutan stock Pt-Co,
Tabung Nessler
Bau - Pengamatan langsung -
Rasa - Pengamatan Langsung -
Kimia
Besi
Mg/L
AAS (Atomic
Spectrofotometri)
Spektrofotometer
Nitrat APHA 4500 – NO3- B,
Standard Method
UV Spektrofotometer, Ion
Kromatografi
Sulfat Gravimetri, Turbidimetri Spektrofotometer
Timbal AAS (Atomic
Spectrofotometri)
Spektrofotometer, Gas
Kromatografi
80. 80
Parameter Satuan Metode Analisis Peralatan
BOD Bioassay (BOD5), Standard
Method, SNI 6989.59:2008
Botol BOD, incubator,
peralatan titrasi winkler
COD Refluks terbuka (FAS) Labu refluks, merkuri
sulfat, titrasi kalium
dikromat
DO Titrasi Iodometri Botol BOD, Larutan
standar Thiosulfat,
Indikator amilum
pH - Standard Method
(Pengamatan Langsung)
pH Meter, Larutan
indikator pH
Mikrobiologi
Fecal Coliform Jml/100 ml MPN (Most Probable
Number), Standard Method
Cawan Petri, media
agar/lactose broth,
inkubator, bunsen.
Total Coliform Jml/100 ml
*metode analisis pengumpulan jumlah volume sampel untuk tiap parameter berdasarkan
Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater
- Rencana Tata Ruang Wilayah-Geologi
a. Data sekunder : Berdasarkan Perda Kabupaten Bandung Barat No. 2 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Bandung Barat tahun 2009-
2029 pada pasal 37 ayat 3 bahwa Kecamatan Padalarang termasuk sebagai
kawasan yang diperuntukkan untuk pertambangan mineral bukan logam
dengan persyaratan yang disebutkan pada pasal 59 ayat 8.
b. Data Primer : pengamatan langsung ke lokasi yaitu desa Tagog Apu dan
Cempaka Mekar yang masih memiliki potensi sumber daya alam yaitu berupa
gunung kapur dan andesit yang dapat diekstraksi.
3.2 Metode Prakiraan Dampak Penting yang Akan Digunakan
Prakiraan dampak merupakan kegiatan yang memberikan penilaian lanjut dari identitas
dampak. Tujuan dari prakiraan dampak adalah memprakirakan besarnya perubahan kualitas
lingkungan semua komponen lingkungan yang telah teridentifikasi. Prakiraan dampak
dilakukan dengan memperhatikan dimensi ruang dan waktu.
Dalam kegiatan pertambangan batu kapur, metode prakiraan dampak penting yang akan
dipakai antara lain :
Metode Formal, yang meliputi :
1. Metode prakiraan cepat
2. Metode matematik deskriptif internal : melalui formula matematika
81. 81
Empiris : hasil pengamatan
3. Model fisik simulasi meniru keadaan
4. Model eksprimental : melalui kegiatan laboratorium, dilakukan percobaan di
lapangan
Metode Informal yang digunakan antara lain intuisi, pengalaman, dan analogi.
Metode prakiraan dampak penting dari kegiatan pertambangan batu kapur dapat dilihat pada
tabel berikut.
82. 82
Tabel 3.3 Metode Prakiraan Dampak Penting Kegiatan Pra Konstruksi
Tahapan Kegiatan Sub Kegiatan Dampak Penting Hipotetik Metode Prakiraan Dampak
Pra Konstruksi
Survey dan studi kelayakan
Penurunannilai-nilaiyangadadi
masyarakat
Menggunakanmetode informalberupapengalamandari
kegiatanpertambangansejenisbahwaadanyarencana
kegiatanpertambanganmembuatmasyarakat berpikir
adanyahal baru yangdibawake dalamlingkungansosial
dan mempengaruhinilai-nilai yangtelahada
Pembebasan lahan
Berkurangnyalahansebagai mata
pencarianmasyarakat
Menggunakanmetode informalberupaintuisi
berdasarkankeadaandi lapanganmayoritasmasyarakat
di lokasi rencanaberkebundenganmemanfaatkanlahan
dekatpegunungankapursebagai matapencarian.Dengan
diambilalihnyalahantersebutolehpemrakarsamaka
secara otomatislahanuntukmasyarakatsemakin
berkurang
89. 89
3.3 Evaluasi Secara Holistik terhadap Dampak Lingkungan
Hubungan Sebab Akibat antara Rencana Kegiatan dan Rona Lingkungan Hidup
Tidak ada dampak yang berdiri sendiri. Masing-masing dampak satu dengan yang lainnya
saling mempengaruhi, seperti:
Tahap pra konstruksi
Dari uraian pada bab pelingkupan sebelumnya, dapat dilihat bahwa tahap pra
konstruksi dapat menyebabkan dampak penurunan nilai-nilai yang ada di masyarakat
(dampak 1), dan berkurangnya lahan sebagai mata pencaharian masyarakat (dampak 2).
Dampak-dampak tersebut merupakan dampak kumulatif yang terjadi pada waktu dan
ruang yang sama. Kegiatan yang menyebabkan dampak 1 dan dampak 2 dilakukan
hampir bersamaan, sehingga besar kemungkinan berkurangnya lahan sebagai mata
pencaharian masyarakat mempengaruhi nilai-nilai yang ada di masyarakat tersebut.
Berkurangnya lahan sebagai mata pencaharian masyarakat dan penurunan nilai-nilai yang
ada di masyarakat setempat dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti keresahan akan
pembebasan lahan yang dilakukan untuk kegiatan operasional pertambangan kapur yang
kemungkinan dapat menyebabkan adanya degradasi nilai-nilai yang dipegang oleh
masyarakat setempat. Dari analisis ini, maka dampak 1 dan dampak 2 merupakan dampak
penting.
Tahap konstruksi
Dari uraian pada bab pelingkupan sebelumnya, dapat dilihat bahwa tahap konstruksi
dapat menyebabkan berbagai dampak kumulatif yang terjadi pada waktu dan ruang yang
sama, diantaranya perubahan topografi lahan, erosi, penurunan keanekaragaman flora dan
fauna, aktivitas ekonomi/pendapatan penduduk, pencemaran air tanah, peningkatan
limpasan air hujan, peningkatan kemacetan lalu lintas serta gangguan pada kesehatan dan
kenyamanan masyarakat. Keberadaan alat berat di lokasi proyek meningkatkan intensitas
bising. Proses mobilisasi alat berat dari luar ke dalam site dapat berakibat pada
menumpuknya kendaraan bermotor di sekitar lokasi yang pada akhirnya menyebabkan
peningkatan emisi buang sehingga mengganggu kesehatan masyarakat. Kegiatan
pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur utama dapat menyebabkan hilangnya
flora yang berdampak pada terjadinya erosi dan penurunan fauna di sekitar lokasi proyek.
Walaupun kegiatan penyebab dampak-dampak tersebut tidak berlangsung secara
90. 90
serentak, tetapi dampak yang dihasilkan dari setiap kegiatan tersebut hampir sama. Atas
dasar ini maka dampak-dampak tersebut merupakan dampak penting yang harus dikelola
dengan baik.
Tahap operasional
Dari uraian pada bab pelingkupan sebelumnya, dapat dilihat bahwa tahap operasi
dapat menyebabkan berbagai dampak kumulatif yang terjadi pada waktu dan ruang yang
sama. Beberapa dampak seperti perubahan topografi lahan, peningkatan kebisingan,
penurunan keanekaragaman flora dan fauna serta keresahan dan gangguan kenyamanan
terjadi baik pada kegiatan peledakan setelah pemberian aba-aba dan crushing. Sementara
itu, kegiatan loading-hauling seperti pengambilan dan pemuatan material ke dalam
alat/truk angkut serta pengangkutan material menuju tempat penampungan dapat
berdampak pada kerusakan infrastruktur jalan. Walaupun kegiatan penyebab dampak-
dampak tersebut tidak berlangsung secara serentak, tetapi dampak yang dihasilkan dari
setiap kegiatan tersebut hampir sama. Atas dasar ini maka dampak-dampak tersebut
merupakan dampak penting yang harus dikelola dengan baik.
Tahap pasca operasi
Dari uraian pada bab pelingkupan sebelumnya, dapat dilihat bahwa tahap pasca
operasi dapat menyebabkan berbagai dampak kumulatif yang terjadi pada waktu dan
ruang yang sama. Dampak yang terjadi meliputi peningkatan kebisingan dan kemacetan
lalu lintas yang disebabkan oleh kegiatan penutupan/perapihan lokasi kegiatan seperti
pekerjaan sipil dan mekanikal yang dilakukan dan mobilisasi alat. Selain itu, kegiatan
pelepasan tenaga kerja dapat menyebabkan isu aktivitas ekonomi/pendapatan penduduk.
Kegiatan penyebab dampak-dampak tersebut berlangsung secara serentak, sehingga
dampak-dampak tersebut merupakan dampak penting yang harus dikelola dengan baik.
Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi dampak penting hipotetik (DPH)
tersebut dapat diperoleh informasi sebagai berikut:
Keresahan masyarakat mengenai pembebasan lahan dan aktivitas penduduk
merupakan proses sosial yang perlu untuk dikaji, baik antar pemrakarsa kegiatan
dengan masyarkat ataupun antar masyarakat itu sendiri. Dampak ini memiliki
intensitas tinggi karena hampir terjadi di setiap tahapan kegiatan, untuk itu perlu
perhatian khusus terkait metode pendekatan dan sosialisasi yang baik dan tepat
kepada masyarakat.
91. 91
Dampak penurunan kualitas udara, kebisingan, masalah transportasi, perubahan
topografi, penurunan kualitas air limpasan, penurunan jumlah flora dan fauna serta
erosi merupakan dampak penting yang harus dikelola dengan baik, terutama ketika
tahap konstruksi dan tahap operasional. Perlu dilakukan pula pemantauan terkait
dampak-dampak tersebut, terutama di area sekitar site pertambangan.
Adapun pertimbangan terkait keputusan kelayakan lingkungan dibahas pada tabel berikut:
Tabel 3.10 Pertimbangan terkait keputusan kelayakan lingkungan
Kriteria Penilaian
Kesesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah Sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Bandung Barat No. 2 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009-
2029.
Kebijakan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup serta
sumber daya alam yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan
Sesuai
Kepentingan pertahanan dan keamanan Tidak berhubungan
Prakiraan secara cermat mengenai besaran
dan sifat penting dampak dari berbagai
aspek
Beberapa dampak penting seperti kualitas
udara, kebisingan, dan getaran masih
tergolong mengganggu karena berada di
atas baku mutu pada radius tertentu
Hasil evaluasi secara holistik terhadap
seluruh dampak penting sebagai sebuah
kesatuan yang saling terkait dan saling
mempengaruhi
Beberapa dampak tidak penting ternyata
masih memiliki pengaruh terhadap dampak
penting yang lain karena berasal dari
kegiatan yang sama
Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak
terkait yang bertanggung jawab dalam
menanggulanggi dampak penting negative
Pemrakarsa dan pihak terkait yang
bertanggung jawa memiliki kemampuan
yang baik.
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak
menganggu nilai-nilai sosial atau
pandangan masyarakat
Pandangan masyarakat pasti akan terkena
dampak dari rencana proyek, tetapi dapat di
handle dengan sosialisasi dan pembagian
92. 92
Kriteria Penilaian
lapangan pekerjaan yang baik.
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan
mempengaruhi dan/atau mengganggu
entitas ekologis
Tidak ada spesies kunci ataupun entitas
yang memiliki nilai penting secara ilmiah
di lokasi proyek. Entitas ekologis seperti
flora dan fauna akan diberdayakan kembali
dengan cara rehabilitasi yang dilakukan
secara kontinu semenjak tahap
prakonstruksi hingga ke tahap pasca
operasional.
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak
menimbulkan gangguan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang telah berada di
sekitar rencana lokasi usaha dan/atau
kegiatan
Ada beberapa usaha/kegiatan dan rumah
yang harus direlokasi, tetapi dapat teratasi
dengan sosialisasi dan pembagian lapangan
pekerjaan yang baik.
Tidak dilampauinya daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup dari lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan
Sesuai. Daya dukung lingkungan disini
dinilai dari tiap-tiap aspek lingkungan,
sesuai metode evaluasi dampak.
Untuk itu pemrakarsa/penyusun Amdal menyimpulkan bahwa rencana kegiatan
pertambangan kapur BIGSLIM ini telah memenuhi persyaratan kelayakan lingkungan hidup.
Kesimpulan kelayakan lingkungan hidup yang diuraikan oleh penyusun dokumen amdal ini
kemudian akan ditelaah atau dinilai oleh Komisi Penilai Amdal, dan kemudian akan diproses
sesuai peraturan yang berlaku.
93. 93
DAFTAR PUSTAKA
_____. 2006. Daftar Isian Potensi dan Tingkat Perkembangan Desa Kertajaya Tahun 2006.
Kabupaten Bandung.
Prawirowardoyo, Susilo.1996. Meteorologi. Penerbit ITB: Bandung.
Soedarto P. Hadi. 1995. Aspek Sosial AMDAL, Sejarah, Teori, dan Metode. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
UNEP, WHO. 1996. Water Quality Monitoring First Edition. E & FN Spoon: London.
Wark, Kenneth and Warner, Cecil F. 1981. Air Pollution : Its Origin and Control Second
Edition. Harper and Row Publisher: New York.
www.bandungbaratkab.go.id
94. 94
LAMPIRAN
Lampiran A Dokumentasi Foto
Lampiran B Permohonan Izin Lokasi
Lampiran C Pengumuman Rencana Kegiatan di Media
Lampiran D Berita Acara Sosialisasi
Lampiran E Hasil Analisis Laboratorium Kualitas Udara
Lampiran F Hasil Analisis Laboratorium Kualitas Air
Lampiran G Surat Pernyataan, Biodata, dan Ijazah
98. 98
Bandung, 10 Maret 2015
Kepada Yth.
Bapak Bupati Kabupaten Bandung Barat
Jalan Raya Padalarang Cisarua KM 2
Kabupaten Bandung Barat
Perihal : Permohonan Izin Lokasi
Dengan hormat,
Menindaklanjuti pertemuan kami dengan Bapak Bupati Kabupaten Bandung Barat pada
tanggal 2 Maret 2015, kami bermaksud mengeksplorasi area pertambangan di daerah
Tagogapu, Padalarang, Kab. Bandung Barat. Kapasitas penambangan diperkirakan
menghasilkan produk kapur sebesar 500000 m3/tahun.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon izin lokasi untuk rencana yang
dimaksud, berikut pembangunan akses jalan di wilayah Kewenangan Pemerintah Daerah
Kabupaten Bandung Barat.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih.
Hormat kami,
Bellaria Ekaputri
Vice President PT BIG SLIM KAPUR
102. 102
BERITA ACARA
KONSULTASI PUBLIK/SOSIALISASI AMDAL
RENCANA KEGIATAN PENAMBANGAN BATU KAPUR
DESA TAGOGAPU, PADALARANG, KAB. BANDUNG BARAT
Pada hari ini Jumat tanggal Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas (6 Maret
2015) bertempat di Masjid Jami Desa Tagogapu, telah diadakan Konsultasi Publik /
Sosialisasi AMDAL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur yang kegiatannya
melintasi Desa Tagogapu, Padalarang, Kab. Bandung Barat.
Konsultasi Publik ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
Masyarakat mendukung dengan adanya rencana penambangan batu kapur dan
pembangunan akses jalan di wilayah Desa Tagogapu;
Batas kegiatan disarankan ditanami tanamandabn tidak dibatasi oleh patok-patok
sebagai batasnya;
Pentingnya keterlibatan masyarakat keterbukaan informasi kepada masyarakat dari
pihak BIG SLIM KAPUR;
Pentingnya pelaksanaan program CSR untuk keserasian antara masyarakat dan
pihak perusahaan;
Koordinasi dengan kepala desa untuk menghindari kesalahpahaman;
Dalam pelakasanaan mematuhi tata tertib admisnistrasi di Kabupaten Bandung
Barat, dengan mengirimkan surat izin terlebih dahulu kepada Bupati Kabupaten
Bandung Barat.
Demikian hasil rapat konsultasi publik ini disampaikan untuk dapat dilaksanakan secara
musyawarah dan mufakat.
Bandung, 6 Maret 2015
Camat Tagogapu Pemrakarsa
Asep Dahlan Bellaria Ekaputri
Mengetahui,
Kepala Dinas Pertambangan, Energi, dan Lingkungan Hidup
104. 104
HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS UDARA
Tanggal Terima/Pemeriksaan : 25 Februari 2015
Kode Sampel : SA-1
Mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
Bandung, 3 Maret 2015
Penyelia Laboratorium Kualitas Udara
Budi K.
106. 106
HASIL PEMERIKSAAN KUALITAS AIR
Tanggal Terima/Pemeriksaan : 25 Februari 2015
Kode Sampel : SA-2
Mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
No Parameter Satuan Hasil
Pengujian
Baku
Mutu
A Fisika
1 Suhu OC 28.4 Deviasi
5
2 TSS mg/L 1101.4 2000
3 TDS mg/L 277.67 400
4 Warna TCU
(Pt.Co)
90
5 Bau - Tidak Berbau
6 Rasa - Tidak Berasa
B Kimia
1 Besi mg/L 0.3 -
2 Nitrat mg/L 0.3 -
3 Sulfat mg/L 5 -
4 pH - 7.9 5-9
5 BOD mg/L 27.33 12
6 COD mg/L 46.53 100
7 DO mg/L 5.05 0
8 Timbal mg/L 0.07 1
C Mikrobiologi
1 Fecal coliform Jml/100ml 17000 2000
2 Total Coliform Jml/100ml 17900 10000
Bandung, 3 Maret 2015
Penyelia Laboratorium Kualitas Udara
Andri
108. 108
Surat Pernyataan
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Prof. Bellaria Ekaputri
Alamat : Kanayakan Baru no. 1/158B Bandung
Posisi : Penanggung jawab
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Bandung, Maret 2015
Yang menyatakan,
Prof. Bellaria Ekaputri
110. 110
Surat Pernyataan
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dr. Raihana Nabila
Alamat : Jalan Cisitu Baru No. 7 Kecamatan Coblong Bandung
Posisi : Ketua Tim
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Bandung, Maret 2015
Yang menyatakan,
Dr. Raihana Nabila
112. 112
Surat Pernyataan
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ledy Rezki Tiara, ST. MT
Alamat : Jalan Sekeloa No. 94 RT.01 RW. 02 Kecamatan Coblong Bandung – Jawa
Barat
Posisi : Anggota Tim
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Bandung, Maret 2015
Yang menyatakan,
Ledy Rezki Tiara, ST. MT.
114. 114
Surat Pernyataan
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Gilang Trisna K., ST. MT.
Alamat : Jalan Tubagus Ismail No. 8 RT.01 RW 02 Kecamatan Coblong Bandung –
Jawa Barat
Posisi : Anggota Tim
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Bandung, Maret 2015
Yang menyatakan,
Gilang Trisna K., ST. MT.
116. 116
Surat Pernyataan
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sri Wahyuningsih, ST. MT.
Alamat : Jalan Sangkuriang No. 66 Bandung
Posisi : Anggota Tim
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Bandung, Maret 2015
Yang menyatakan,
Sri Wahyuningsih, ST. MT.
118. 118
Surat Pernyataan
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dr. Milna Kurniawati
Alamat : Jl. Laswi Cipicung RT 08/01 no. 189 Bale Endah Kab. Bandung
Posisi : Asisten Ketua Tim
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Bandung, Maret 2015
Yang menyatakan,
Dr. Milna Kurniawati
120. 120
Surat Pernyataan
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Irfan Nashrullah, Ph. D.
Alamat : Jalan Sangkuriang Gang Intan 3 no 27, Sadang Sari
Posisi : Tenaga Ahli
Menyatakan bahwa saya adalah anggota tim LAPI-ITB pada penyusunan ANDAL, RKL,
dan RPL Rencana Kegiatan Penambangan Batu Kapur di Desa Tagogapu, Kecamatan
Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Bandung, Maret 2015
Yang menyatakan,
Irfan Nashrullah, Ph. D.