Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang berpusat di Sumatera dan meluas ke wilayah sekitarnya seperti Semenanjung Malaya hingga abad ke-7 sampai ke-15 Masehi. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan internasional dan agama Buddha di Asia Tenggara.
Lokasi kerajaan Sriwijaya berada di Palembang-Sumatra Selatan dengan pendirinya adalah Dapunta Hyang. Raja terkenalnya adalah Balaputradewa. Kerajaan ini bernafaskan agama Buddha dan budayanya dipengaruhi agama tersebut, sedangkan ekonominya berbasis perdagangan laut. Peninggalannya berupa sejumlah prasasti seperti Prasasti Kedukan Bukit, Telaga Batu, dan Talang Tuo.
Letak geografis Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7. Didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Nama Sriwijaya sendiri di ambil dari Bahasa sangsekerta Sri berarti Gemilang dan Wijaya Berarti Kejayaan, maka makna dari nama Sriwijaya adalah Kejayaan yang Gemilang.
Letak pusat kerajaan Sriwijaya ada berbagai pendapat. Ada yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang, ada yang berpendapat di Jambi, bahkan ada yang berpendapat di luar Indonesia.
Akan tetapi, pendapat yang banyak didukung oleh para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang, di dekat pantai dan di tepi sungai Musi. Ketika pusat kerajaan di Palembang mulai menunujukan kemunduran, Sriwijaya pindah ke Jambi.
2. Bukti/sumber yang menceritakan Kerajaan Sriwijaya.
a. Prasasti
1. Prasasti kedukan bukit ( 683 M )
2. Prasasti Talang Tuo ( 684 M )
3. Prasasti Palas Pasemah
4. Prasasti Kota Kapur
5. Prasasti Rajendracolah
6. Prasasti Karang Berahi
b. Berita-berita
1. Berita Cina
2.Berita Chau-Yu-Kua
3. Kepercayaan atau agama yang dianut :Agama budha
Keruntuhan Sriwijaya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Negara taklukkanya melepaskan diri seperti Ligor, Tanahkra, Tahang dll
2. Mundurnya perekonomian Sriwijaya karena bandar-bandar penting sudah melepaskan diri
3. Berulang kali diserang oleh kerajaan Thailand yang mengarahkan kekuasaanya ke arah selatan. Dan pengaruh kerajaan Singasari yang hubungan dengan Kerajaan Melayu.
Kerajaan Sriwijaya berpusat di sekitar Palembang, Sumatera. Kerajaan ini makmur berkat strategi lokasi, perdagangan maritim, dan keruntuhan kerajaan Funan. Sriwijaya dipengaruhi budaya India dan menganut agama Buddha. Kerajaan ini mengendalikan perdagangan antara India dan Tiongkok sampai mulai melemah akibat serangan dari kerajaan lain pada abad ke-11-14.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang berpusat di Sumatera dan meluas ke wilayah sekitarnya seperti Semenanjung Malaya hingga abad ke-7 sampai ke-15 Masehi. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan internasional dan agama Buddha di Asia Tenggara.
Lokasi kerajaan Sriwijaya berada di Palembang-Sumatra Selatan dengan pendirinya adalah Dapunta Hyang. Raja terkenalnya adalah Balaputradewa. Kerajaan ini bernafaskan agama Buddha dan budayanya dipengaruhi agama tersebut, sedangkan ekonominya berbasis perdagangan laut. Peninggalannya berupa sejumlah prasasti seperti Prasasti Kedukan Bukit, Telaga Batu, dan Talang Tuo.
Letak geografis Kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7. Didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Nama Sriwijaya sendiri di ambil dari Bahasa sangsekerta Sri berarti Gemilang dan Wijaya Berarti Kejayaan, maka makna dari nama Sriwijaya adalah Kejayaan yang Gemilang.
Letak pusat kerajaan Sriwijaya ada berbagai pendapat. Ada yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang, ada yang berpendapat di Jambi, bahkan ada yang berpendapat di luar Indonesia.
Akan tetapi, pendapat yang banyak didukung oleh para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang, di dekat pantai dan di tepi sungai Musi. Ketika pusat kerajaan di Palembang mulai menunujukan kemunduran, Sriwijaya pindah ke Jambi.
2. Bukti/sumber yang menceritakan Kerajaan Sriwijaya.
a. Prasasti
1. Prasasti kedukan bukit ( 683 M )
2. Prasasti Talang Tuo ( 684 M )
3. Prasasti Palas Pasemah
4. Prasasti Kota Kapur
5. Prasasti Rajendracolah
6. Prasasti Karang Berahi
b. Berita-berita
1. Berita Cina
2.Berita Chau-Yu-Kua
3. Kepercayaan atau agama yang dianut :Agama budha
Keruntuhan Sriwijaya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Negara taklukkanya melepaskan diri seperti Ligor, Tanahkra, Tahang dll
2. Mundurnya perekonomian Sriwijaya karena bandar-bandar penting sudah melepaskan diri
3. Berulang kali diserang oleh kerajaan Thailand yang mengarahkan kekuasaanya ke arah selatan. Dan pengaruh kerajaan Singasari yang hubungan dengan Kerajaan Melayu.
Kerajaan Sriwijaya berpusat di sekitar Palembang, Sumatera. Kerajaan ini makmur berkat strategi lokasi, perdagangan maritim, dan keruntuhan kerajaan Funan. Sriwijaya dipengaruhi budaya India dan menganut agama Buddha. Kerajaan ini mengendalikan perdagangan antara India dan Tiongkok sampai mulai melemah akibat serangan dari kerajaan lain pada abad ke-11-14.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim pertama di Asia Tenggara yang berdiri pada abad ke-7 di Palembang dan memperluas wilayahnya hingga Sumatera, Semenanjung Malaya, Jawa, dan Kamboja. Kerajaan ini menerapkan sistem pemerintahan monarki dan meninggalkan berbagai prasasti dan candi sebagai bukti kekuasaannya.
1. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kemaharajaan bahari yang berpusat di Sumatera dan mempengaruhi wilayah sekitarnya hingga Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Jawa, dan Kalimantan.
2. Kerajaan ini berkembang pada abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi berkat letak strategisnya di Selat Malaka yang menjadi jalur perdagangan internasional antara India dan Tiongkok.
3. P
Kerajaan Sriwijaya berkembang pada abad ke-7 di sekitar Palembang dan berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan agama Buddha yang makmur di Asia Tenggara. Namun kejayaannya mulai memudar pada abad ke-11.
Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim pertama di Asia Tenggara yang berdiri pada abad ke-7 di Sumatera Selatan. Sriwijaya menjadi pusat perdagangan, agama Buddha, dan pendidikan. Beberapa raja terkenalnya antara lain Dapunta Hyang Sri Jayanagara dan Dharmasetu. Sriwijaya mulai melemah akibat serangan dari kerajaan lain dan berkurangnya aktivitas perdagangan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Sriwijaya, kerajaan kuno di Indonesia yang kuat di bidang perdagangan maritim;
(2) Kerajaan Sriwijaya berlokasi di tepi Sungai Musi di Palembang dan memiliki pengaruh hingga Asia Tenggara dan India;
(3) Kerajaan ini mengalami kemunduran akibat persaingan dengan kerajaan lain dan berkurangnya aktivitas
Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 hingga ke-11 Masehi, meliputi latar belakang pembentukannya, struktur pemerintahan, pengaruh budaya, kehidupan sosial, ekonomi dan politik, serta penyebab runtuhnya kerajaan. Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi kekuatan besar di Asia Tenggara berkat letak strategisnya di jalur perdagangan internasional.
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 Masehi dan berlokasi di sekitar Palembang, Jambi, dan Riau. Sumber sejarahnya berasal dari berita China, Arab, India, dan prasasti. Kerajaan ini mengalami kemunduran akibat serangan dari kerajaan lain, melepasnya daerah taklukan, dan kemungkinan tidak adanya pemimpin yang kuat.
Berisi sejarah singkat tentang sriwijaya, mulai dari awal berdiri higga masa kemundurannya. selain itu juga dilengkapi dengan peningglaln - peninggalan kerajaan sriwijaya.
Sejarah - Kerajaan Bercorak Hindu-Budha (Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Melayu ...Mulia Fathan
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Melayu, dan Kerajaan Mataram Kuno di Indonesia. Kerajaan Sriwijaya merupakan kemaharajaan maritim yang berpusat di Sumatera dan mempengaruhi wilayah sekitarnya pada abad ke-7 hingga ke-13. Kerajaan Melayu didirikan pada abad ke-6 di Sumatera Selatan sebelum akhirnya ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Melayu dan Sriwijaya merupakan dua kerajaan besar di Sumatera pada abad ke-7 hingga ke-13. Kerajaan Melayu berpusat di Minanga, Dharmasraya, dan Suruaso, sedangkan Kerajaan Sriwijaya berpusat di Palembang dan berhasil menguasai perdagangan di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya mulai berdiri pada abad ke-7 dengan Raja Dapunta Hyang dan mencapai kejayaannya pada abad
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim yang berdiri pada abad ke-7 di Pulau Sumatera. Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-9 hingga ke-10 Masehi dengan menguasai jalur pelayaran di Asia Tenggara dan menjadi pusat perdagangan yang mengenakan pajak kepada kapal-kapal yang lewat. Namun, Sriwijaya mengalami kemunduran akibat serangan dari Keraja
Sejarah lengkap tentang kerajaan Sriwijaya mulai dari Awal berdiri,Politik yang berkembang, Ekonomi, Sosial Dan Budaya,Kemaritiman dan Bagaimana Keruntuhan kerajaan Sriwijaya titambah dengan peninggalannya.
Kerajaan Kuntala berdiri pada abad ke-5 - 6 Masehi di pantai timur Sumatera sekitar Jambi dan mengirim utusan ke Cina hingga abad ke-7. Kerajaan Sriwijaya muncul pada abad ke-7 sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara karena letak strategisnya di jalur perdagangan antara India dan Cina serta menguasai Selat Malaka. Kerajaan Melayu didirikan pada abad ke-7 sampai ke-14
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim pertama di Asia Tenggara yang berdiri pada abad ke-7 di Palembang dan memperluas wilayahnya hingga Sumatera, Semenanjung Malaya, Jawa, dan Kamboja. Kerajaan ini menerapkan sistem pemerintahan monarki dan meninggalkan berbagai prasasti dan candi sebagai bukti kekuasaannya.
1. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kemaharajaan bahari yang berpusat di Sumatera dan mempengaruhi wilayah sekitarnya hingga Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Jawa, dan Kalimantan.
2. Kerajaan ini berkembang pada abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi berkat letak strategisnya di Selat Malaka yang menjadi jalur perdagangan internasional antara India dan Tiongkok.
3. P
Kerajaan Sriwijaya berkembang pada abad ke-7 di sekitar Palembang dan berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Sriwijaya menjadi pusat perdagangan dan agama Buddha yang makmur di Asia Tenggara. Namun kejayaannya mulai memudar pada abad ke-11.
Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim pertama di Asia Tenggara yang berdiri pada abad ke-7 di Sumatera Selatan. Sriwijaya menjadi pusat perdagangan, agama Buddha, dan pendidikan. Beberapa raja terkenalnya antara lain Dapunta Hyang Sri Jayanagara dan Dharmasetu. Sriwijaya mulai melemah akibat serangan dari kerajaan lain dan berkurangnya aktivitas perdagangan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Sriwijaya, kerajaan kuno di Indonesia yang kuat di bidang perdagangan maritim;
(2) Kerajaan Sriwijaya berlokasi di tepi Sungai Musi di Palembang dan memiliki pengaruh hingga Asia Tenggara dan India;
(3) Kerajaan ini mengalami kemunduran akibat persaingan dengan kerajaan lain dan berkurangnya aktivitas
Dokumen tersebut membahas tentang Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 hingga ke-11 Masehi, meliputi latar belakang pembentukannya, struktur pemerintahan, pengaruh budaya, kehidupan sosial, ekonomi dan politik, serta penyebab runtuhnya kerajaan. Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi kekuatan besar di Asia Tenggara berkat letak strategisnya di jalur perdagangan internasional.
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 Masehi dan berlokasi di sekitar Palembang, Jambi, dan Riau. Sumber sejarahnya berasal dari berita China, Arab, India, dan prasasti. Kerajaan ini mengalami kemunduran akibat serangan dari kerajaan lain, melepasnya daerah taklukan, dan kemungkinan tidak adanya pemimpin yang kuat.
Berisi sejarah singkat tentang sriwijaya, mulai dari awal berdiri higga masa kemundurannya. selain itu juga dilengkapi dengan peningglaln - peninggalan kerajaan sriwijaya.
Sejarah - Kerajaan Bercorak Hindu-Budha (Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Melayu ...Mulia Fathan
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Melayu, dan Kerajaan Mataram Kuno di Indonesia. Kerajaan Sriwijaya merupakan kemaharajaan maritim yang berpusat di Sumatera dan mempengaruhi wilayah sekitarnya pada abad ke-7 hingga ke-13. Kerajaan Melayu didirikan pada abad ke-6 di Sumatera Selatan sebelum akhirnya ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Melayu dan Sriwijaya merupakan dua kerajaan besar di Sumatera pada abad ke-7 hingga ke-13. Kerajaan Melayu berpusat di Minanga, Dharmasraya, dan Suruaso, sedangkan Kerajaan Sriwijaya berpusat di Palembang dan berhasil menguasai perdagangan di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya mulai berdiri pada abad ke-7 dengan Raja Dapunta Hyang dan mencapai kejayaannya pada abad
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim yang berdiri pada abad ke-7 di Pulau Sumatera. Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-9 hingga ke-10 Masehi dengan menguasai jalur pelayaran di Asia Tenggara dan menjadi pusat perdagangan yang mengenakan pajak kepada kapal-kapal yang lewat. Namun, Sriwijaya mengalami kemunduran akibat serangan dari Keraja
Sejarah lengkap tentang kerajaan Sriwijaya mulai dari Awal berdiri,Politik yang berkembang, Ekonomi, Sosial Dan Budaya,Kemaritiman dan Bagaimana Keruntuhan kerajaan Sriwijaya titambah dengan peninggalannya.
Kerajaan Kuntala berdiri pada abad ke-5 - 6 Masehi di pantai timur Sumatera sekitar Jambi dan mengirim utusan ke Cina hingga abad ke-7. Kerajaan Sriwijaya muncul pada abad ke-7 sebagai kerajaan maritim yang kuat di Asia Tenggara karena letak strategisnya di jalur perdagangan antara India dan Cina serta menguasai Selat Malaka. Kerajaan Melayu didirikan pada abad ke-7 sampai ke-14
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 M di Sumatra dan menjadi kekuatan maritim utama di Asia Tenggara. Lokasinya yang strategis di Selat Malaka memungkinkan perdagangan yang makmur dengan India dan Cina, namun pada akhirnya Sriwijaya jatuh akibat serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga seperti Cola, Singhasari, dan Majapahit.
Sumber sejarah kerajaan Sriwijaya antara lain berita dari China, Arab, dan India serta prasasti dan candi yang ditemukan di Sumatra. Sriwijaya mengalami keruntuhan akibat diserang oleh Raja Rajendra Chola I dari Kerajaan Chola India selatan pada abad ke-11 M berdasarkan prasasti Tanjore.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-8-10 Masehi di bawah pemerintahan Raja Balaputradewa, tetapi kemudian mengalami kemunduran akibat berbagai serangan dari kerajaan tetangga seperti Kerajaan Medang dan Majapahit serta bergesernya letak ibu kota dari dekat pantai. Kerajaan ini akhirnya runtuh pada abad ke-14 Masehi.
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berdiri pada abad ke-13 di muara Sungai Pasai, Aceh. Kerajaan ini berkembang menjadi pusat perdagangan maritim melalui hubungan dagang dengan Tiongkok, India, dan Timur Tengah. Namun kemunduran Kerajaan Pasai dimulai ketika putra Sultan Malik al-Thahir memisahkan diri, diikuti berdirinya pelabuhan Melaka dan ekspansi Kerajaan Maj
Sejarah Aceh diawali dengan kerajaan Lamuri pada abad ke-6. Kemudian berkembang menjadi Samudera Pasai yang memeluk Islam pada abad ke-13 di bawah Malik Al Saleh. Samudera Pasai kemudian berkembang menjadi Kesultanan Aceh yang kuat di bawah Sultan Iskandar Muda pada abad ke-16-17, melawan penjajahan Portugis dan menguasai wilayah Sumatra bagian barat dan Semenanjung Melayu.
Pelayaran dan perdagangan antarpulau di Nusantara telah berlangsung sejak abad pertama Masehi. Jalur perdagangan Islam tumbuh subur berkat kehadiran emporium Muslim di Barat dan Timur, serta peranan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan maritim. Perdagangan antarpulau mempengaruhi integrasi bangsa Indonesia dengan menghubungkan penduduk pulau, menyebarkan Islam, dan membentuk kerajaan-kerajaan Islam.
Bab 3 membahaskan tamadun awal Asia Tenggara, termasuk pembahagian kerajaan awal di kawasan daratan dan kepulauan, ekonomi kerajaan agraria dan maritim, serta pengaruh agama Hindu dan Buddha dalam sistem pemerintahan dan kesenian monumen kerajaan seperti Angkor Wat dan Borobudur.
Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Marah Silu pada abad ke-13 di muara Sungai Pasai, Aceh. Kerajaan ini berkembang menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di kawasan tersebut hingga akhirnya melemah karena persaingan dari Malaka dan Aceh.
Dokumen tersebut membahas tentang indikator ekonomi makro Islam dan pendapatan nasional dari perspektif ekonomi Islam. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa pendapatan nasional dalam ekonomi konvensional diukur menggunakan GDP atau GNP, sedangkan dalam ekonomi Islam menggunakan parameter falah yang mencakup kesejahteraan rohani dan materiil.
Dokumen ini berisi foto-foto dokumentasi pekerjaan perkuatan tebing sungai Terusan di Kabupaten Mandailing Natal. Foto-foto tersebut menunjukkan proses perkuatan tebing sejak sebelum dikerjakan, sedang dikerjakan galian pondasi dan pasangan batu, hingga selesai dikerjakan. Dokumen ini ditandatangani oleh pejabat terkait sebagai dokumentasi pekerjaan.
1. KERAJAAN SRIWIJAYA
Munculnya kerajaan Melayu tua di Sumatera -Sriwijaya- yang telah dipandang sebagai suatu kerajaan
yang memiliki kekayaan dan rakyatnya hidup sejahtera dari perdagangan hasil bumi Sumatera dan
kemegahan Sriwijaya telah mampu membangun sistem politik yang mapan, pertahanan darat dan
laut yang kuat, sehingga kerajaan Sriwijaya telah menjadi suatu khazanah dalam sejarah dunia
Melayu di Asia Tenggara. Sistem pemerintahannya ditata mengikut acuan Melayu yang berasaskan
keterbukaan dengan dunia luar dan memompasemangatrakyatnya untuk bekerja keras dan selalu
peka terhadap setiap kemungkinan-kemungkinan adanya anasir luaryang mengancam keselamatan
Sumatera. Itulah sebabnya para sejarawan telah menyifatkan bahwa sistem yang digunakan sebagai
suatu model pemerintahan yang modern pada waktu itu. Kita tidak dapat membayangkan betapa
masyhurnya kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Untuk menggambarkannya, izinkan saya meminjam
ucapan Wang Gungwu:“Pada tahun 7 75,kerajaan ini telah menj adi begitu masyhur sehingga hanya
raja-raja yang dipertuan dari Sriwijaya,raja tertinggi di antara semua raja di permukaan bumi”1).
Wang Gungwu, “The Nanhai trade:A study ofearly history ofChinese trade in South China Sea”,
1958, (Halaman):135.
Kerajaan Sriwijaya berhasil membangun pangkalan-pangkalan ekonomi dan merangsang semangat
rakyatnya berniaga dengan bangsa asing, sehingga:“pada awal sejarahSriwijaya yang panjang itu,
pelabuhan-pelabuhan Palembang dan Jambi merupakan penghubung di antara Sumatera dengan
pasar-pasar Asia. Sistem komunikasi yang menjadi dasar perkembangan pelabuhan-pelabuhan ini
telah dicipta oleh nakhoda kapalnya. Masa depan sistem itu tidak bergantung kepada kekayaan
pedalaman Sumatera Selatan, tetapi bergantung kepada kemampuan para pemerintahnyauntuk
memastikan agar pelabuhan-pelabuhan tetap menjadi tempat yang mesti disinggahi dalam pelayaran
ke negeri Cina.” Demikian dituturkan oleh Chou Chù-Fei, malahan “Jambi dan Palembang sebagai
pusat perdagangan yang sangatmaju” 2). Rockhill, Notes on relations and trade ofChina, (Halaman):
134-l 38.
Ketika itu berbagai hasil bumi telah dijual dalam pasaran bebas, Hal ini telah dikemukakan oleh Chèn
Tsàng-chi:“dalam pertengahan abad ke-8. Lada Kemukus berasal dari Sriwijaya-Sumatera yang
mendapat permintaan dalan pasaran di negeri Cina. Selain dari pada itu kapur barus yang dipandang
sebagai barang perniagaan yang mendatangkan hasil memuaskan. Sebab pada kurun masa itu, kapur
Barus merupakan barang mahal dan komoditi export besar, hingga kebanyakan negara selain
Sriwijaya telah menggunakan upeti dan tanda mata. Seperti Chih Tu telah mengirim Batu Kapur
sebagai upeti kepada kerajan Chang Chun, kerajaan Udayana di Barat Laut India, , kerajaan To -Yuan
di Asia Tenggara melakukan perkara yang sama.”3). J.GBoeles, The King of Sri Dvaravati and His
Regalia, 1964, (Halaman):114.
Di kawasan Sumatera Tengah -Barus- telah didapati bahan galian Batu Barus (Kapur Barus), hingga
kapur Bar-us merupakan salah satu barang komoditi terpenting bagi devisa negaradi bawah kerajaan
Sriwijaya. “Sekitar 500 orang Cina selatan menggali dan menggunakan kapur bar-us, yang hablur-nya
mendapat tempat dalamperobatan karangan Tao Hung Ching”. 4) G. Ferrand, Relations de Voyages
et testes Geographyques, (Halaman):56-57, yang dikutipdari catatan Ibnual-Fakih, 902.
Memandangkan kenyataan-kenyataan ini maka ada penulis yang menuturkan bahwa:“Pada zaman
pertengahan, Sriwijaya merupakan pusat perdagangan yang sangat maju dan masyhur, oleh itu wajar
dipercayai bahwa terdapat latar belakang ekomoni di Asia Tenggara dan barangkali juga di tempat
lain di Asia, yang selama berabad-abad telah memberi jalan kepada kerajaan Sriwijaya. Pada 700 M.
Sriwijaya telah memperoleh pos luar wilayah di Barat Daya Semenanjung Tanah Melayu yang
memberikan kepadanya kuasa di Selat Melaka. Perluasan perdagangan laut ini adalah perkara yang
belum pemah ada sebelumnya dalam catatan yang telah kita selidiki.” 5) O.W. Wolters, Perdagangan
Awal Indonesia, Suatu Kajian Asal Usul Kerajaan Sriwijaya, (Halaman):312.
Keberhasilan dalam bidang ekonomi tidak terlepas daripada kemampuan mengadakan hubungan
perdagangan dan diplomatik dengan negara lain, seperti dilukiskan di sini:“Sejak abad ke -5 lagi,
Kerajaan Sriwijaya sudah mempunyai hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Cina. Hampir
setiap tahun para saudagar menaiki kapal barang ke Canton”. 6) Prof. Wealtly, Golden Khersonese,
(Halaman): 58.
Malahan dikatakan bahwa beberapa kerajaan dagang seperti:Ho -lo-tan, Pohuang (berpusatantara
Jambi-Palembang), Ka-to-li, dan Cina telah mengirim utusan kepada Kerajaan Sriwijaya. “Ini harus
dipandang sebagai tanda bahwa kekuasaan proto-Sriwijaya agak kukuh, hingga ia merasa tidak perlu
2. mengingatkan orang Cina akan tanggung-jawabnya sebagai pelindung dengan sering mengirim
utusan” 6). O.W. Wolters, Perdagangan Awal Indonesia, suatu Kajian Asal Usul Kerajaan Sriwijaya,
(Halaman): 323.
Kemasyhuran Sriwijaya tidak hanya terbatas dalam bidang perdagangan, akan tetapi juga dalam
bidang militer untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan kerajaannya. “Sriwijaya di Sumatera
Tenggara pada masa pertengahan abad ke-7M, sangat memainkan peranan penting dalam
perdagangan Asiadan selama lebih 500 tahun dan setelah sejarahnya dihidupkan kembali oleh para
sejarawan pada zaman modern dan di kalangan orang Melayu, mereka membanggakannya sebagai
kekuatan laut yang besar dan empayer tertua di dalam sejarah kebangsaan mereka.” 7) Idem,
(Halaman): 1.
Seterusnya dikatakan:“raja Sriwijaya mempunyai senjata yang senantiasa bersedia untuk
melaksanakan kekuasaannya atas saingannya. Kekuatan militernya bergantung kepada kapal-
kapalnya. Raja-raja itu mempunyai kapal dan orang juga membayangkan nakhoda-nakhoda kapal
Melayu datang dari rawa-rawa bakau dan pulau-pulau berdekatan.” 8) Sung Shih, Suma Oriental,
(Halaman):. 235-236.
Seorang penulis Belanda, J.C.Van Leur, malah mengatakan bahwa:“untuk memperkuatangkatan laut
dalam usaha mempertahankan perdagangan mereka, Sriwijaya melakukan tindakan-tindakan khusus
untuk perang dan apabila mereka hendak berperang melawan negara lain, mereka mengumpul dan
kemudian merujuk kepada ketua-ketua mereka dan semua menyiapkan persediaan militer sendiri
dan bahan-bahan makan yang diperlukan”9). Chu Fan Chih, Indonesian trade and socities,
(Halaman): 106.
Sejarah telah mencatat bahwa kerajaan Sriwijaya mempunyai kuasa penting di Sumatera bahkan
sampai ke Semenanjung Malaysia dalam jangka masa yang lama. Ketika itu Cina, India dan Arab
merupakan mitra dagangnya. Namun begitu, secaraformal kerajaan Sriwijaya belum menetapkan
peraturan tertulis (perjanjian dagang) mengenai cukai dagang, perjanjian mengenai pertahanan
bersama dan perlindungan dengan rakan dagangnya di Selat Melaka. Perkara ini dianggap sebagai
salah satu sisi kelemahan yang tidak disadari pada ketika itu, sebab setidak-tidaknya,ketika ada
gangguan dari kerajaan Cola dan Jawa yang menganggap Sriwijaya melakukan tindakan monopoli
perdagangan telah dijadikan alasan yang sengaja dibuat oleh pihak asing untuk melakukan serangan
terhadap post-post dagang Sriwijaya, mitra dagang yang sebelumnya akrab, ternyata tidak dapat
membantu Sriwijaya. Apalagi “selama dua abad selepas itu, wilayah-wilayah naungan Sriwijaya,
sedikit demi sedikit menentang monopoli pantai yang digemari itu dengan mendorong para saudagar-
saudagar asing mengunjungi pelabuhan-pelabuhan mereka sendiri”. 10). O. W. Wolters, Perdagangan
Awal Indonesia, Suatu kajian asal usul kerajaan Sriwijaya, (Halaman):336.
Akhirnya, kecemburuan pihak asinglah yang menjadi puncak perang yang tidak dapat lag i dielakkan.
Semua peperangan yang berlaku antara Sriwijaya dengan seteru asing dicatatpada batu bersurat -
prasasti- yang dipandang penting dalam sejarahnya, yaitu:
1. Prasasti (batu bersurat) di Muara Takus;
2. Prasasti (batu bersurat) di Telaga Batu, Palembang;
3. Prasasti (batu bersurat) di Kota Kapur, Pulau Bangka.
Dilihat dari segi psikologis dan sosiologis, peperangan ini telah mempengaruhi mentalitas bangsa ini
untuk mempertahankan kesinambungan kerajaan Sriwijaya, sebabpeperangan yang panjang dan
melelahkan itu telah banyak merengggut korban jiwa manusia dan sekaligus meruntuhkan peradaban
yang beratus-ratus tahun telah dibina. Dilihat dari segi futurologis, peperangan ini telah memakan
masa yang panjang sekali dan memerlukan kajian dan tafsiran ihniah terhadap fakta yang terungkap
dalam historiografi Sriwijaya sehingga mampu melahirkan semula kegemilangan itu. Sejarahlah yang
akan menjawabnya sendiri.