SlideShare a Scribd company logo
Dosen Pengampuh:
Andi Rahmawan Rahim, SE., M.Si
KEMISKINAN DAN TIPOLOGI KAUM DHUAFA
OLEH:
KELOMPOK VII (TUJUH)
AKUNTANSI B 2019
MARLIANI (C0219339)
MASRUDAH (C0219340)
NUR ASIA (CO219352)
ASNANDIWATI USMAN (C0219520)
MIA SUGIANTY (C0219341)
MUH RISKI S (C0219342)
SAMSI (C0219374)
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kai berhasil menyelesaikan
makalah ini dan Alhamdulillah tepat pada waktunya
Adapun judu pada tugas makalh ini adalah “Kemiskinan dan Tipologi
Kaum Dhuafa” tugas makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Pembangunan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya
dalam menyusun makalah ini yakni;
1. Bapak Dr.Ir.H.Akhsan Djalaluddin,MS selaku rector universitas Sulawesi
barat
2. H. Mujirim M. Yamin,SE,MS selaku dekan fakultas ekonomi
3. Ibu Dahlia, S,pd M,ak selaku ketua prodi akuntansi
4. Bapak selaku dosen pengampuh mata kuliah ekonomi pembangunan
5. Kepada seluruh pengajar/dosen universitas Sulawesi barat
6. Kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moral
dan materi, semoga jeripayahnya mendapatkan rahmat tuhan yang maha
esa.
7. Kepada teman-teman yang telah memberikan motivasi selama dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurnah, serta
masih banyak kekurangan. Penyusun mohon kritik dan saran dari rekan-rekan
semua kearah kesempurnaan makalah ini. dan saya berharap, makalh ini bisa
bermanfaat bagi penyusun sendiri dan semua pihak yang memerlukan.
Majene, 7 Juni 2021
Penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 3
A. Pengertian Kemiskinan ........................................................ 3
B. Strategi pengentasan Kemiskinan ........................................ 4
C. Pengertian Kaum Dhuafa..................................................... 4
D. Tipoloi Kaum Dhuafa .......................................................... 4
E. Pemberdayaan Kaum Dhuafa............................................... 5
BAB III PENUTUP ......................................................................... 6
A. Kesimpulan ......................................................................... 6
B. Saran..................................................................................... 7
Daftar Pustaka.................................................................................. 8
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mengukur tingkat kemiskinan, Badan Pusat Statistik menggunakan
konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs). Dengan
pendekatan irti, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan xbukan makanan
(sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan) yang diukur dari sisi
pengeluaran.
kaum dhuafa senantiasa terkait dengan kemiskinan, karena pada umumnya
kaum dhuafa dikaitkan dengan lemahnya kemampuan dalam mencukupi
kebutuhan dasar hidup. Berdasarkan data BPS (2010), jumlah penduduk
miskin di Indonesia mencapai angka 31,02 juta jiwa atau 13,33 persen dari
jumlah penduduk Indonesia. Untuk mengurangi angka kemiskinan ini,
pemerintah telah mengalokasikan anggaran yang terus meningkat. Jika
pada tahun 2004 dialokasikan anggaran Rp 18 triliun, maka pada tahun
2009 angka ini meningkat menjadi Rp 66,2 triliun. Pada tahun 2010 dana
pengentasan kemiskinan mencapai Rp 80,1 triliun dan direncanakan tahun
ini Rp 86,1 trilliun. Namun, besarnya anggaran ini dianggap belum
sebanding dengan pengurangan penduduk miskin.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini:
1. Pengertian Kemiskinan?
2. Bagaimana cara mengentaskan kemiskinan?
3. Pengertian Kaum Duafa?
4. Tipologi Kaum Duafa?
5. Bagaimana pemberdayaan kaum dhuafa?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makaalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian kemiskinan
2. Untuk mengetahui cara mengentaskan kemiskinan
2
3. Untuk mengetahui pengertian kaum dhuafa
4. Untuk mengetahui tipologi kaum dhuafa
5. Untuk mengetahui pemberdayaan kaum dhuafa
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebapkan oleh kelangkaaan
alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan
dan pekerjaan.
Dalam mengukur tingkat kemiskinan, Badan Pusat Statistik
menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs). Dengan pendekatan irti, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan (sandang, perumahan, pendidikan dan
kesehatan) yang diukur dari sisi pengeluaran.
Sementara Chambers (1983) menyatakan kemiskinan merupakan
suatu kompleksitas dari hubungan sebab akibat yang saling berkaitan
antara ketidakberdayaan (powerless), kerapuhan (vulnerability),
kelemahan fisik (physical weakness), kemiskinan (poverty) dan
keterasingan (isolation) baiksecara geografis maupun sosiologis. Oleh
karena itu, upaya pengurangan angka kemiskinan pada dasarnya bukan
hanya persoalan teknis semata tentang bagaimana memenuhi kebutuhan
fisik dan atau kalori masyarakat secara berkesinambungan, namun lebih
pada usaha untuk memberikan "energi" yang lebih besar kepada
masyarakat melalui proses pemberdayaan (empowerment). Masyarakat
miskin seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya, baik karena
hambatan internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari
lingkungannya.
Menurut Soerjono Soekanto menyatakan kemiskinan diartikan
sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara
dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak
mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut.
4
Menurut Bappenas, Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan
karena keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang denan kekuatan
yang dimilikinya.
B. Strategi pengentasan kemiskinan
Langkah pertama yang diperlukan untuk mengentaskan kemiskinan
adalah proses identifikasi penyebab kemiskinan, sehingga dapat diketahui
tipologi masyarakat yang akan diberdayakan. Langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan program pemberdayaan yang disesuaikan dengan tipologi
masing-masing.
C. Pengertian Kaum Dhuafa
Kaum Dhuafa adalah orang-orang yang lemah secara ekonomi dan
hidup dalam ketidakberdayaan, kemiskinan, dan ketidakmampuan. Orang-
orang yang termasuk kaum ini meliputi anak yatim, piatu, fakir miskin,
janda, orang cacat, budak hingga orang yang diterlantarkan. Mereka ini
semua memiliki kondisi ekonomi, fisik, atau mental yan lemah. Golongan
inilah yan sepantasnya mendapatkan dari orang yang mampu.
D. Tipologi Kaum Dhuafa
Berdasarkan kemampuan berusaha yang dimiliki di satu sisi, dan
adanya kemauan untuk tidak lagi menjadi orang miskin pada sisi lain, ada
empat yang dapat dibangun tipologi kaum dhuafa yaitu:
1. Tipe I adalah mereka yang relatif memiliki kemampuan berusaha
sekaligus kemauan untuk tidak menjadi orang miskin. Namun
dikarenakan berbagai faktor, mereka masih hidup di bawah garis
kemiskinan. Mereka adalah para pengusaha mikro atau petani
gurem yang memiliki onuet kecil dan menghadapi kendala internal
dan eksternal.
2. Tipe II adalah mereka yang sebenarnya relatif memiliki
kemampuan berusaha, tapi kurang memiliki kemauan. Mereka ini
adalah orang yang bermental pengemis, yang senantiasa
mengharapkan dan bahkan bergantung pada bantuan pihak lain.
3. Tipe IQ adalah mereka yang mau berusaha tapi kurang memiliki
kemampuan. Tipe ini adalah orang yang kebingungan bagaimana
keluar dari kemiskinan karena ketiadaan sumberdaya yang
dibutuhkan.
4. Tipe IV adalah mereka yang tidak memiliki kedua-duanya.
Kelompok ini adalah fatalis yang rnengaggap bahwa kemiskinan
adalah takdir yang tidak bisa diubah. Masing-masing tipe ini
membutuhkan pendekatan berbeda-beda.
5
E. Pemberdayaan Kaum Dhuafa
Pemberdayaan dhuafa Tipe I dibutuhkan untuk dapat
mengembangkan usahanya, sehingga mereka dapat keluar dari garis
kemiskinan. Penguatan social capital melalui pengembangan kerjasama
sinergis dalam kelompok usaha bersama berbasis komunitas (seperti
wilayah pemukiman, jamaah masjid, majelis talim) sangat dibutuhkan
untuk meningkatkan proses pembelajaran bersama (mutual learning) dan
sekaligus memperkuat posisi tawar (bargaining position) usaha mereka.
Dengan berkembangnya kebersamaan (cooperativeness atau amal jamai)
ini, diharapkan mereka dapat keluar dari garis kemiskinan secara
berkelanjutan (sustainable).
Sementara mereka yang termasuk Tipe II, Tipe IQ dan Tipe IV
disentuh dengan program pemberdayaan sesuai tipologi masing-masing.
Program pemberdayaan spesifik yang bertujuan dalam jangka pendek
mengarahkan mereka menjadi Tipe I dan selanjutnya dikembangkan agar
dapat keluar dari garis kemiskinan.
Namun demikian, pemberdayaan dhuafa Tipe I perlu mendapat
prioritas, karena Tipe I ini dapat menjadi leverage factor yang signifikan
dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Dengan
berkembangnya usaha mikro mereka, diharapkan akan menjadi faktor
pemicu berkembangnya sektor riil di tingkat akar rumput, yang akan
memberikan efek ganda (multiplier effects) pada peningkatan lapangan
kerja dan berkembangnya jenis usaha-usaha baru yang mungkin
dikembangkan oleh para dhuafa Tipe lainnya.
Data Kementerian Negara Koperasi dan UKM menunjukan bahwa
pada tahun 2009 terdapat 52,76 juta UMKM di Indonesia. Temyata 99,88
persen dari jumlah tersebut (52,17 juta) terkategori usaha mikro, yaitu
usaha yang memiliki omset lebih kecil dari Rp 300 juta setahun. Sisanya
sekitar 546 ribu terkategori sebagai usaha kecil dan 41 ribu sebagai usaha
menengah. Artinya pengembangan UMKM di Indonesia seharusnya
sejalan dengan program pemberdayaan dhuafa Tipe I yang dibahas di atas.
Suatu hal yang sangat penting untuk ditekankan dalam proses
pemberdayaan kaum dhuafa Tipe I ini adalah bagaimana mengembangkan
usaha mikro yang senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip syariah. Hal
ini terkait dengan pembangunan akhlak pengusaha yang positif, seperti
kejujuran, keadilan, tidak ada penzaliman terhadap orang lain (baik
konsumen, pemasok, dan pekerja) serta memperhatikan kelestarian
lingkungan. Sejak dini mereka perlu dibimbing bahwa berusaha dengan
prinsip syariah akan lebih menjamin keberlangsungan dan kesuksesan
usaha mereka.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebapkan oleh kelangkaaan
alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan
dan pekerjaan.
Kaum Dhuafa adalah orang-orang yang lemah secara ekonomi dan
hidup dalam ketidakberdayaan, kemiskinan, dan ketidakmampuan. Orang-
orang yang termasuk kaum ini meliputi anak yatim, piatu, fakir miskin,
janda, orang cacat, budak hingga orang yang diterlantarkan. Mereka ini
semua memiliki kondisi ekonomi, fisik, atau mental yan lemah. Golongan
inilah yan sepantasnya mendapatkan dari orang yang mampu.
Ada empat tipologi kaum dhuafa yaitu: (1)Tipe I adalah mereka
yang relatif memiliki kemampuan berusaha sekaligus kemauan untuk tidak
menjadi orang miskin. Namun dikarenakan berbagai faktor, mereka masih
hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka adalah para pengusaha mikro
atau petani gurem yang memiliki onuet kecil dan menghadapi kendala
internal dan eksternal.(2)Tipe II adalah mereka yang sebenarnya relatif
memiliki kemampuan berusaha, tapi kurang memiliki kemauan. Mereka
ini adalah orang yang bermental pengemis, yang senantiasa mengharapkan
dan bahkan bergantung pada bantuan pihak lain.(3)Tipe IQ adalah mereka
yang mau berusaha tapi kurang memiliki kemampuan. Tipe ini adalah
orang yang kebingungan bagaimana keluar dari kemiskinan karena
ketiadaan sumberdaya yang dibutuhkan.(4)Tipe IV adalah mereka yang
tidak memiliki kedua-duanya. Kelompok ini adalah fatalis yang
rnengaggap bahwa kemiskinan adalah takdir yang tidak bisa diubah.
Masing-masing tipe ini membutuhkan pendekatan berbeda-beda.
7
B. Saran
Berdasarkan pada pembahasan didalam makalah ini, maka penulis dapat
menyampaikan beberapa saran, yaitu:
1. Kepada pihak Universitas Sulawesi Barat agar memberikan
pengetahuan kepada mahasiswa tentang bagaimana seharusnya
menyikapi anka kemiskinan saat ini, sehingga nantinya mahasiswa
dapat ikut serta dalam pemberantasan kemiskinan di neara kita.
2. Hendaknya mahasiswa lebih giat mempelajari tentang ilmu bisnis
dan ekonimi agar nantinya mampu menyediakan dan memberikan
peluang usaha kepada mereka yang kuran mampu agar kemiskinan
dapat dikurangi.
8
Daftar Pustaka
Http://jurnalekis.blogspot.com/2012/02/pemberdayaan-ekonomi-
dhuafa.html?m=2

More Related Content

What's hot

Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah
Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi SyariahMakalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah
Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah
Ratna Kusuma Wardhany
 
Makalah teori klasik perdagangan internasional
Makalah teori klasik perdagangan internasionalMakalah teori klasik perdagangan internasional
Makalah teori klasik perdagangan internasional
SumandikaAdhy
 
Industrialisasi dan pembangunan ekonomi
Industrialisasi dan pembangunan ekonomiIndustrialisasi dan pembangunan ekonomi
Industrialisasi dan pembangunan ekonomi
zuhri5590
 

What's hot (20)

Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islamPerbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
Perbedaan ekonomi kapitalisme, sosialisme dan islam
 
Pengantar fikih muamalah
Pengantar fikih muamalahPengantar fikih muamalah
Pengantar fikih muamalah
 
Pendapatan Nasional Dalam Perspektif Islam
Pendapatan Nasional Dalam Perspektif IslamPendapatan Nasional Dalam Perspektif Islam
Pendapatan Nasional Dalam Perspektif Islam
 
EKONOMI MAKRO ISLAM KONSEP DASAR, DATA, DAN INDIKATOR PENGUKURAN KEGIATAN EKO...
EKONOMI MAKRO ISLAM KONSEP DASAR, DATA, DAN INDIKATOR PENGUKURAN KEGIATAN EKO...EKONOMI MAKRO ISLAM KONSEP DASAR, DATA, DAN INDIKATOR PENGUKURAN KEGIATAN EKO...
EKONOMI MAKRO ISLAM KONSEP DASAR, DATA, DAN INDIKATOR PENGUKURAN KEGIATAN EKO...
 
Ppt akad murabahah
Ppt akad murabahahPpt akad murabahah
Ppt akad murabahah
 
Ekonomi Makro Islam
Ekonomi Makro IslamEkonomi Makro Islam
Ekonomi Makro Islam
 
Makalah Fiqh Ibadah Tajhizul Janazah
Makalah Fiqh Ibadah Tajhizul JanazahMakalah Fiqh Ibadah Tajhizul Janazah
Makalah Fiqh Ibadah Tajhizul Janazah
 
Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah
Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi SyariahMakalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah
Makalah Teori dan Analisis Produksi dalam Ekonomi Syariah
 
Makalah teori klasik perdagangan internasional
Makalah teori klasik perdagangan internasionalMakalah teori klasik perdagangan internasional
Makalah teori klasik perdagangan internasional
 
Makalah Ekonomi Masjid.pdf
Makalah Ekonomi Masjid.pdfMakalah Ekonomi Masjid.pdf
Makalah Ekonomi Masjid.pdf
 
PPT Ekonomi islam
PPT Ekonomi islamPPT Ekonomi islam
PPT Ekonomi islam
 
Peranan Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia (BAB 8)
Peranan Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia (BAB 8)Peranan Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia (BAB 8)
Peranan Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia (BAB 8)
 
Ketenagakerjaan
KetenagakerjaanKetenagakerjaan
Ketenagakerjaan
 
Qawaidh Fiqhiyyah: Adh-Dhararu Yuzal
Qawaidh Fiqhiyyah: Adh-Dhararu Yuzal Qawaidh Fiqhiyyah: Adh-Dhararu Yuzal
Qawaidh Fiqhiyyah: Adh-Dhararu Yuzal
 
ruang lingkup ekonomi mikro islam
ruang lingkup ekonomi mikro islam ruang lingkup ekonomi mikro islam
ruang lingkup ekonomi mikro islam
 
teori konsumsi Dalam Perspektif islam
teori konsumsi Dalam Perspektif islamteori konsumsi Dalam Perspektif islam
teori konsumsi Dalam Perspektif islam
 
Pertemuan 7 struktur pasar dalam islam 2
Pertemuan 7 struktur pasar dalam islam 2Pertemuan 7 struktur pasar dalam islam 2
Pertemuan 7 struktur pasar dalam islam 2
 
PPT KEL 2 ZAKAT PRODUKTIF NW.pptx
PPT KEL 2 ZAKAT PRODUKTIF NW.pptxPPT KEL 2 ZAKAT PRODUKTIF NW.pptx
PPT KEL 2 ZAKAT PRODUKTIF NW.pptx
 
Industrialisasi dan pembangunan ekonomi
Industrialisasi dan pembangunan ekonomiIndustrialisasi dan pembangunan ekonomi
Industrialisasi dan pembangunan ekonomi
 
Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Absolut
Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan AbsolutKetimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Absolut
Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan Absolut
 

Similar to KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdf

07.1 kemiskinan di indonesia
07.1 kemiskinan di indonesia07.1 kemiskinan di indonesia
07.1 kemiskinan di indonesia
sindu_57
 
Makalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di IndonesiaMakalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di Indonesia
dena sundari alief
 
Kemiskinan di indonesia
Kemiskinan di indonesiaKemiskinan di indonesia
Kemiskinan di indonesia
dinnianggra
 
Makalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedemaMakalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedema
yogadadung
 

Similar to KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdf (20)

07.1 kemiskinan di indonesia
07.1 kemiskinan di indonesia07.1 kemiskinan di indonesia
07.1 kemiskinan di indonesia
 
Agus ppt
Agus pptAgus ppt
Agus ppt
 
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Prubhan struktur ekonomi
Prubhan struktur ekonomiPrubhan struktur ekonomi
Prubhan struktur ekonomi
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Makalah ipsKUU
Makalah ipsKUUMakalah ipsKUU
Makalah ipsKUU
 
Makalah akp
Makalah akpMakalah akp
Makalah akp
 
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan
6 kemiskinan & kesenjangan pendapatan
 
171436214 makalah-perekonomian-indonesia
171436214 makalah-perekonomian-indonesia171436214 makalah-perekonomian-indonesia
171436214 makalah-perekonomian-indonesia
 
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatan
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatanPresentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatan
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatan
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatanKemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Makalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi KemiskinanMakalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi Kemiskinan
 
Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963Abdul ajid, 11140963
Abdul ajid, 11140963
 
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan erlina risnandari 11140131 (7 )
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan erlina   risnandari 11140131 (7 )Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan erlina   risnandari 11140131 (7 )
Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan erlina risnandari 11140131 (7 )
 
Makalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di IndonesiaMakalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di Indonesia
 
Kemiskinan di indonesia
Kemiskinan di indonesiaKemiskinan di indonesia
Kemiskinan di indonesia
 
!!!Ok Penanggulangan Masalah Kemiskinan1
!!!Ok Penanggulangan Masalah Kemiskinan1!!!Ok Penanggulangan Masalah Kemiskinan1
!!!Ok Penanggulangan Masalah Kemiskinan1
 
Makalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedemaMakalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedema
 
Kemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur IndonesiaKemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur Indonesia
 
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adhi nugraha_5_x_11141026
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adhi nugraha_5_x_111410266 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adhi nugraha_5_x_11141026
6 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan adhi nugraha_5_x_11141026
 

Recently uploaded

PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 

Recently uploaded (20)

Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxDokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
 
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdfALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
 
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 

KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdf

  • 1. Dosen Pengampuh: Andi Rahmawan Rahim, SE., M.Si KEMISKINAN DAN TIPOLOGI KAUM DHUAFA OLEH: KELOMPOK VII (TUJUH) AKUNTANSI B 2019 MARLIANI (C0219339) MASRUDAH (C0219340) NUR ASIA (CO219352) ASNANDIWATI USMAN (C0219520) MIA SUGIANTY (C0219341) MUH RISKI S (C0219342) SAMSI (C0219374) UNIVERSITAS SULAWESI BARAT 2021
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kai berhasil menyelesaikan makalah ini dan Alhamdulillah tepat pada waktunya Adapun judu pada tugas makalh ini adalah “Kemiskinan dan Tipologi Kaum Dhuafa” tugas makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam menyusun makalah ini yakni; 1. Bapak Dr.Ir.H.Akhsan Djalaluddin,MS selaku rector universitas Sulawesi barat 2. H. Mujirim M. Yamin,SE,MS selaku dekan fakultas ekonomi 3. Ibu Dahlia, S,pd M,ak selaku ketua prodi akuntansi 4. Bapak selaku dosen pengampuh mata kuliah ekonomi pembangunan 5. Kepada seluruh pengajar/dosen universitas Sulawesi barat 6. Kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moral dan materi, semoga jeripayahnya mendapatkan rahmat tuhan yang maha esa. 7. Kepada teman-teman yang telah memberikan motivasi selama dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurnah, serta masih banyak kekurangan. Penyusun mohon kritik dan saran dari rekan-rekan semua kearah kesempurnaan makalah ini. dan saya berharap, makalh ini bisa bermanfaat bagi penyusun sendiri dan semua pihak yang memerlukan. Majene, 7 Juni 2021 Penulis
  • 3. ii Daftar Isi Kata Pengantar .................................................................................. i Daftar Isi ........................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1 A. Latar Belakang ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................. 1 C. Tujuan ................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 3 A. Pengertian Kemiskinan ........................................................ 3 B. Strategi pengentasan Kemiskinan ........................................ 4 C. Pengertian Kaum Dhuafa..................................................... 4 D. Tipoloi Kaum Dhuafa .......................................................... 4 E. Pemberdayaan Kaum Dhuafa............................................... 5 BAB III PENUTUP ......................................................................... 6 A. Kesimpulan ......................................................................... 6 B. Saran..................................................................................... 7 Daftar Pustaka.................................................................................. 8
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mengukur tingkat kemiskinan, Badan Pusat Statistik menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs). Dengan pendekatan irti, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan xbukan makanan (sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan) yang diukur dari sisi pengeluaran. kaum dhuafa senantiasa terkait dengan kemiskinan, karena pada umumnya kaum dhuafa dikaitkan dengan lemahnya kemampuan dalam mencukupi kebutuhan dasar hidup. Berdasarkan data BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai angka 31,02 juta jiwa atau 13,33 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Untuk mengurangi angka kemiskinan ini, pemerintah telah mengalokasikan anggaran yang terus meningkat. Jika pada tahun 2004 dialokasikan anggaran Rp 18 triliun, maka pada tahun 2009 angka ini meningkat menjadi Rp 66,2 triliun. Pada tahun 2010 dana pengentasan kemiskinan mencapai Rp 80,1 triliun dan direncanakan tahun ini Rp 86,1 trilliun. Namun, besarnya anggaran ini dianggap belum sebanding dengan pengurangan penduduk miskin. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada makalah ini: 1. Pengertian Kemiskinan? 2. Bagaimana cara mengentaskan kemiskinan? 3. Pengertian Kaum Duafa? 4. Tipologi Kaum Duafa? 5. Bagaimana pemberdayaan kaum dhuafa? C. Tujuan Adapun tujuan dari makaalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian kemiskinan 2. Untuk mengetahui cara mengentaskan kemiskinan
  • 5. 2 3. Untuk mengetahui pengertian kaum dhuafa 4. Untuk mengetahui tipologi kaum dhuafa 5. Untuk mengetahui pemberdayaan kaum dhuafa
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kemiskinan Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebapkan oleh kelangkaaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Dalam mengukur tingkat kemiskinan, Badan Pusat Statistik menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs). Dengan pendekatan irti, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan) yang diukur dari sisi pengeluaran. Sementara Chambers (1983) menyatakan kemiskinan merupakan suatu kompleksitas dari hubungan sebab akibat yang saling berkaitan antara ketidakberdayaan (powerless), kerapuhan (vulnerability), kelemahan fisik (physical weakness), kemiskinan (poverty) dan keterasingan (isolation) baiksecara geografis maupun sosiologis. Oleh karena itu, upaya pengurangan angka kemiskinan pada dasarnya bukan hanya persoalan teknis semata tentang bagaimana memenuhi kebutuhan fisik dan atau kalori masyarakat secara berkesinambungan, namun lebih pada usaha untuk memberikan "energi" yang lebih besar kepada masyarakat melalui proses pemberdayaan (empowerment). Masyarakat miskin seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya, baik karena hambatan internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Menurut Soerjono Soekanto menyatakan kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
  • 7. 4 Menurut Bappenas, Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang denan kekuatan yang dimilikinya. B. Strategi pengentasan kemiskinan Langkah pertama yang diperlukan untuk mengentaskan kemiskinan adalah proses identifikasi penyebab kemiskinan, sehingga dapat diketahui tipologi masyarakat yang akan diberdayakan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan program pemberdayaan yang disesuaikan dengan tipologi masing-masing. C. Pengertian Kaum Dhuafa Kaum Dhuafa adalah orang-orang yang lemah secara ekonomi dan hidup dalam ketidakberdayaan, kemiskinan, dan ketidakmampuan. Orang- orang yang termasuk kaum ini meliputi anak yatim, piatu, fakir miskin, janda, orang cacat, budak hingga orang yang diterlantarkan. Mereka ini semua memiliki kondisi ekonomi, fisik, atau mental yan lemah. Golongan inilah yan sepantasnya mendapatkan dari orang yang mampu. D. Tipologi Kaum Dhuafa Berdasarkan kemampuan berusaha yang dimiliki di satu sisi, dan adanya kemauan untuk tidak lagi menjadi orang miskin pada sisi lain, ada empat yang dapat dibangun tipologi kaum dhuafa yaitu: 1. Tipe I adalah mereka yang relatif memiliki kemampuan berusaha sekaligus kemauan untuk tidak menjadi orang miskin. Namun dikarenakan berbagai faktor, mereka masih hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka adalah para pengusaha mikro atau petani gurem yang memiliki onuet kecil dan menghadapi kendala internal dan eksternal. 2. Tipe II adalah mereka yang sebenarnya relatif memiliki kemampuan berusaha, tapi kurang memiliki kemauan. Mereka ini adalah orang yang bermental pengemis, yang senantiasa mengharapkan dan bahkan bergantung pada bantuan pihak lain. 3. Tipe IQ adalah mereka yang mau berusaha tapi kurang memiliki kemampuan. Tipe ini adalah orang yang kebingungan bagaimana keluar dari kemiskinan karena ketiadaan sumberdaya yang dibutuhkan. 4. Tipe IV adalah mereka yang tidak memiliki kedua-duanya. Kelompok ini adalah fatalis yang rnengaggap bahwa kemiskinan adalah takdir yang tidak bisa diubah. Masing-masing tipe ini membutuhkan pendekatan berbeda-beda.
  • 8. 5 E. Pemberdayaan Kaum Dhuafa Pemberdayaan dhuafa Tipe I dibutuhkan untuk dapat mengembangkan usahanya, sehingga mereka dapat keluar dari garis kemiskinan. Penguatan social capital melalui pengembangan kerjasama sinergis dalam kelompok usaha bersama berbasis komunitas (seperti wilayah pemukiman, jamaah masjid, majelis talim) sangat dibutuhkan untuk meningkatkan proses pembelajaran bersama (mutual learning) dan sekaligus memperkuat posisi tawar (bargaining position) usaha mereka. Dengan berkembangnya kebersamaan (cooperativeness atau amal jamai) ini, diharapkan mereka dapat keluar dari garis kemiskinan secara berkelanjutan (sustainable). Sementara mereka yang termasuk Tipe II, Tipe IQ dan Tipe IV disentuh dengan program pemberdayaan sesuai tipologi masing-masing. Program pemberdayaan spesifik yang bertujuan dalam jangka pendek mengarahkan mereka menjadi Tipe I dan selanjutnya dikembangkan agar dapat keluar dari garis kemiskinan. Namun demikian, pemberdayaan dhuafa Tipe I perlu mendapat prioritas, karena Tipe I ini dapat menjadi leverage factor yang signifikan dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Dengan berkembangnya usaha mikro mereka, diharapkan akan menjadi faktor pemicu berkembangnya sektor riil di tingkat akar rumput, yang akan memberikan efek ganda (multiplier effects) pada peningkatan lapangan kerja dan berkembangnya jenis usaha-usaha baru yang mungkin dikembangkan oleh para dhuafa Tipe lainnya. Data Kementerian Negara Koperasi dan UKM menunjukan bahwa pada tahun 2009 terdapat 52,76 juta UMKM di Indonesia. Temyata 99,88 persen dari jumlah tersebut (52,17 juta) terkategori usaha mikro, yaitu usaha yang memiliki omset lebih kecil dari Rp 300 juta setahun. Sisanya sekitar 546 ribu terkategori sebagai usaha kecil dan 41 ribu sebagai usaha menengah. Artinya pengembangan UMKM di Indonesia seharusnya sejalan dengan program pemberdayaan dhuafa Tipe I yang dibahas di atas. Suatu hal yang sangat penting untuk ditekankan dalam proses pemberdayaan kaum dhuafa Tipe I ini adalah bagaimana mengembangkan usaha mikro yang senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip syariah. Hal ini terkait dengan pembangunan akhlak pengusaha yang positif, seperti kejujuran, keadilan, tidak ada penzaliman terhadap orang lain (baik konsumen, pemasok, dan pekerja) serta memperhatikan kelestarian lingkungan. Sejak dini mereka perlu dibimbing bahwa berusaha dengan prinsip syariah akan lebih menjamin keberlangsungan dan kesuksesan usaha mereka.
  • 9. 6 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebapkan oleh kelangkaaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kaum Dhuafa adalah orang-orang yang lemah secara ekonomi dan hidup dalam ketidakberdayaan, kemiskinan, dan ketidakmampuan. Orang- orang yang termasuk kaum ini meliputi anak yatim, piatu, fakir miskin, janda, orang cacat, budak hingga orang yang diterlantarkan. Mereka ini semua memiliki kondisi ekonomi, fisik, atau mental yan lemah. Golongan inilah yan sepantasnya mendapatkan dari orang yang mampu. Ada empat tipologi kaum dhuafa yaitu: (1)Tipe I adalah mereka yang relatif memiliki kemampuan berusaha sekaligus kemauan untuk tidak menjadi orang miskin. Namun dikarenakan berbagai faktor, mereka masih hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka adalah para pengusaha mikro atau petani gurem yang memiliki onuet kecil dan menghadapi kendala internal dan eksternal.(2)Tipe II adalah mereka yang sebenarnya relatif memiliki kemampuan berusaha, tapi kurang memiliki kemauan. Mereka ini adalah orang yang bermental pengemis, yang senantiasa mengharapkan dan bahkan bergantung pada bantuan pihak lain.(3)Tipe IQ adalah mereka yang mau berusaha tapi kurang memiliki kemampuan. Tipe ini adalah orang yang kebingungan bagaimana keluar dari kemiskinan karena ketiadaan sumberdaya yang dibutuhkan.(4)Tipe IV adalah mereka yang tidak memiliki kedua-duanya. Kelompok ini adalah fatalis yang rnengaggap bahwa kemiskinan adalah takdir yang tidak bisa diubah. Masing-masing tipe ini membutuhkan pendekatan berbeda-beda.
  • 10. 7 B. Saran Berdasarkan pada pembahasan didalam makalah ini, maka penulis dapat menyampaikan beberapa saran, yaitu: 1. Kepada pihak Universitas Sulawesi Barat agar memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang bagaimana seharusnya menyikapi anka kemiskinan saat ini, sehingga nantinya mahasiswa dapat ikut serta dalam pemberantasan kemiskinan di neara kita. 2. Hendaknya mahasiswa lebih giat mempelajari tentang ilmu bisnis dan ekonimi agar nantinya mampu menyediakan dan memberikan peluang usaha kepada mereka yang kuran mampu agar kemiskinan dapat dikurangi.