Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Modul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan AnakECPAT Indonesia
Memastikan anak aman dalam lembaga atau organisasi yang bekerja dengan anak, adalah tugas semua lembaga yang peduli pada isu perlindungan anak. Hal ini tidak dapat dilakukan secara spontan dan tanpa rencana, namun harus dilakukan secara tersistem sehingga dapat dipantau dan dapat dipertanggungjawabkan melalui suatu Kebijakan Perlindungan Anak (KPPA/CPP). Saat ini CPP sudah menjadi prasyarat lembaga-lembaga internasional dalam mencari partner kerja, LSM lokal/nasional di suatu negara.
Buku ini berisi laporan hasil penelitian terkait peran politik perempuan yang masih belum maksimal karena beberapa faktor penyebabnya, seperti faktor kultur-ideologi atau agama.
Setidaknya ada 3 aspek tujuan dari kajian dan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi isu kritis umat beragama di Indonesia terhadap peran politik perempuan terkait dengan partisipasi dan keterwakilan dalam pengambilan keputusan kebangsaan dan kenegaraan. Kedua, mengidentifikasi dinamika pola aksi kelembagaan dan individu berbasis ormas keagamaan dalam upaya menuju kesetaraan dan keadilan gender (KKG) melalui pemberdayaan peran dan hak politik perempuan. Dan ketiga, melakukan pemetaan potensi dan kendala atas peran politik perempuan berbasis ormas keagamaan di Indonesia dalam rangka peningkatan partisipasi dan keterwakilan perempuan di lembaga legislatif pada Pemilu 2009.
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak merupakan sebuah bentuk perilaku tidak hanya dimaknai sebagai hubungan seksual biasa tetapi juga merupakan serangan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak yang menimbulkan perlukaan pada organ seksual, menimbulkan dampak psikologis pada korban dan bahkan menimbulkan luka atau lecet pada organ tubuh lainnya hingga menimbulkan kematian. Agresiftas seksual anak memiliki pola tidak sama dengan orang dewasa, sebagian besar kekerasan seksual yang dilakukan anak, dilakukan secara berkelompok. Eskalasi seksual tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di perdesaan bahkan di pedalaman sekalipun. Faktor yang paling dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap terjadinya kekerasan seksual adalah paparan pornografi yang dialami oleh anak. Faktor-faktor lain tidak bisa diangap remeh yaitu pengaruh teman sebaya, minimnya pendidikan dalam memanfaatkan bahaya internet pada anak, terbatasnya pengetahuan orang tua dan guru dalam melindungi anakanak dari bahaya internet.
Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Modul Pelatihan Kebijakan & Prosedur Perlindungan AnakECPAT Indonesia
Memastikan anak aman dalam lembaga atau organisasi yang bekerja dengan anak, adalah tugas semua lembaga yang peduli pada isu perlindungan anak. Hal ini tidak dapat dilakukan secara spontan dan tanpa rencana, namun harus dilakukan secara tersistem sehingga dapat dipantau dan dapat dipertanggungjawabkan melalui suatu Kebijakan Perlindungan Anak (KPPA/CPP). Saat ini CPP sudah menjadi prasyarat lembaga-lembaga internasional dalam mencari partner kerja, LSM lokal/nasional di suatu negara.
Buku ini berisi laporan hasil penelitian terkait peran politik perempuan yang masih belum maksimal karena beberapa faktor penyebabnya, seperti faktor kultur-ideologi atau agama.
Setidaknya ada 3 aspek tujuan dari kajian dan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi isu kritis umat beragama di Indonesia terhadap peran politik perempuan terkait dengan partisipasi dan keterwakilan dalam pengambilan keputusan kebangsaan dan kenegaraan. Kedua, mengidentifikasi dinamika pola aksi kelembagaan dan individu berbasis ormas keagamaan dalam upaya menuju kesetaraan dan keadilan gender (KKG) melalui pemberdayaan peran dan hak politik perempuan. Dan ketiga, melakukan pemetaan potensi dan kendala atas peran politik perempuan berbasis ormas keagamaan di Indonesia dalam rangka peningkatan partisipasi dan keterwakilan perempuan di lembaga legislatif pada Pemilu 2009.
Kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak merupakan sebuah bentuk perilaku tidak hanya dimaknai sebagai hubungan seksual biasa tetapi juga merupakan serangan seksual yang dilakukan oleh anak terhadap anak yang menimbulkan perlukaan pada organ seksual, menimbulkan dampak psikologis pada korban dan bahkan menimbulkan luka atau lecet pada organ tubuh lainnya hingga menimbulkan kematian. Agresiftas seksual anak memiliki pola tidak sama dengan orang dewasa, sebagian besar kekerasan seksual yang dilakukan anak, dilakukan secara berkelompok. Eskalasi seksual tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di perdesaan bahkan di pedalaman sekalipun. Faktor yang paling dominan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap terjadinya kekerasan seksual adalah paparan pornografi yang dialami oleh anak. Faktor-faktor lain tidak bisa diangap remeh yaitu pengaruh teman sebaya, minimnya pendidikan dalam memanfaatkan bahaya internet pada anak, terbatasnya pengetahuan orang tua dan guru dalam melindungi anakanak dari bahaya internet.
Eksploitasi Seksual Anak (ESA) merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi anak yang mendasar yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan oleh PBB, lebih dari 150 juta anak perempuan dan 73 juta anak laki-laki mengalami pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan seksual termasuk ESA setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data kasus pengaduan anak berdasarkan klaster perlindungan anak oleh komisi perlindungan anak Indonesia, dari tahun 2011 sampai dengan 2019 tercatat sebanyak 2.385 anak Indonesia menjadi korban trafficking dan eksploitasi, termasuk di dalamnya eksploitasi anak.
Anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual akan menghadapi persoalan yang kompleks di kemudian hari. Kekerasan fisik yang dialami bersamaan dengan eksploitasi seksual terhadap anak dapat mengakibatkan luka, rasa sakit dan rasa takut. Di samping itu, anak-anak juga lebih rentan terhadap infeksi menular seksual dan kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Selain berdampak pada kesehatan secara fisik, eksploitasi seksual yang dialami oleh anak juga akan membawa masalah psikologis yang cukup serius. Eksploitasi seksual dapat menimbulkan rasa bersalah, rasa rendah diri dan depresi. Kasus yang dialami oleh korban ESA dapat menimbulkan perasaan tidak berharga, yang mengakibatkan perilaku menyakiti diri, termasuk di dalamnya overdosis, percobaan bunuh diri, dan gangguan makan.
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Kome...ECPAT Indonesia
Modul ditulis untuk fasilitator pelatihan, dimana peserta pelatihan terdiri dari Perangkat Desa (diantaranya
terdiri dari Bendahara/Sekretaris, Kepala Desa dan Perwakilan dari Badan Perwakilan Desa(BPD)),
Pemerintah Daerah (diantaranya perwakilan dari Dinas Pariwisata, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perijinan/PTSP dan Tenaga
Kesehatan), Polisi, Stakeholder Pariwisata (diantaranya berasal dari perwakilan, Travel, SPA, Karaoke, Guide,
Driver Trevel, Hotel, Pengusaha Warnet), Tenaga Pendidik, PKK, PHRI, Kelompok Sadar Wisata, Tokoh
Agama, Tokoh Masyarakat, NGO, Karang Taruna, Forum Anak. Dimana keberadaan dan profesinya
selama ini terkait erat dengan upaya perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual di daerah
tujuan wisata. Modul ini sebagai alat bantu bagi fasilitator untuk menyampaikan informasi dan melatih
peserta pelatihan dari daerah tujuan wisata untuk menyiapkan diri dalam membuat strategi perlindungan
anak dalam menghadapi ancaman kekerasan dan eksploitasi seksual.
Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam RKUHPECPAT Indonesia
Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Eksploitasi seksual komersial anak (ESKA) adalah suatu jenis kejahatan model baru yang sedang mendapat perhatian diduniasaat ini. Kejahatan ini terdiri dari Prostitusi anak, Pornografi anak, Perdagangan anak untuk tujuan seksual, Pariwisata seks anak dan perkawinan anak. Walaupun tidak
ada data yang pasti mengenai berapa jumlah korban ESKA saat ini, namun temuan beberapa organisasi cukup mengagetkan.
UNICEF Indonesia pernah melakukan penelitian tentang anak yang menjadi korban ESKA dan ditemukan ada sekitar 40.000-70.000 anak yang menjadi korban ESKA. ILO pernah melakukan penelitian tentang pelacuran anak dibeberapa kota di Indonesia dan menemukan fakta ada sekitar 24.000 anak-anak yang dilacurkan. Bahkan sejak 2005 sampai 2014, IOM Indonesia berhasil memulangkan korban perdagangan manusia ke wilayah-wilayah Indonesia sebanyak 7,193 dari
jumlah itu ditemukan sebanyak 82% adalah perempuan dan 16% dari total tersebut adalah anak-anak yang merupakan anak-anak korban perdagangan untuk tujuan seksual.
Indonesia saat ini tidak memiliki undang-undang yang khusus mengatur masalah ESKA. Undang-undang hanya memasukan ESKA secara terpisah di beberapa peraturan pidana lain, seperti contohnya UU tentang pornografi, di dalam undang-undang ini pornografi anak hanya menjadi bagian dari tindak pidana intinya yaitu pidana pornografi, begitu juga yang terdapat dalam undang-undang Tindak Pidana Perdagangan Orang, di mana perdagangan anak dengan tujuan eksploitasi
seksual hanya masuk menjadi salah satu bagian saja dalam undang-undang ini.
Pada RKUHP pada bagian Buku II sebenarnya tindak pidana ESKA sudah sebagian masuk dalam rancangannya, seperti tindak pidana pornografi anak dan tindak pidana perdagangan anak untuk tujuan seksual, pasal-pasal tersebut tersebar di beberapa bagian. Namun jika ditilik dengan lebih detil maka terhadap rumusan itu masih diperlukan penajaman definisi-definisi terkait ESKA. Baik yang sesuai dengan Undang-Undang khusus yang telah ada, juga dari instrumen Internasional yang telah di ratifikasi oleh Indonesia, agar rumusan dalam rancangan KUHP tersebut lebih baik.
ECPAT Indonesia
Institute for Criminal Justice Reform (ICJR)
AI DAN TANTANGAN BAGI OTORITAS AKADEMIK DAN KEILMUANIsmail Fahmi
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah cabang ilmu komputer yang berkaitan dengan pembuatan mesin yang dapat melakukan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia, seperti pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan pengenalan suara atau gambar.
Tujuan utama dari AI adalah untuk mengembangkan mesin yang dapat belajar dari data dan pengalaman, sehingga dapat meningkatkan kinerja mereka dalam tugas yang diberikan.
Materi ini disampaikan pada Kuliah Umum Literasi Digital bagi Mahasiswa Baru Program Studi Ilmu Komunikasi - Universitas Telkom pada tanggal 9 Agustus 2019
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...literasi digital
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perlindungan Anak dan Komunitas bisa menjadi acuan dalam mencegah dan menangani masalah kejahatan seksual anak online. Modul ini juga bisa dipergunakan oleh tim Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat sebagai acuan dalam mengembangkan pelatihan-pelatihan di desa untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual online.
Memberikan gambaran mengenai peran dan posisi perempuan dalam memperjuangankan hak-hak dalam berpolitik, berpendapat, dan keikutsertaan kaum perempuan dalam kursi pemerintahan baik secara nasional maupun internasional.
This slide shows the situation of child abduction in Indonesia.
Indonesia has assessed the need of the Hague Convention 1980. Locally, we also need this kind of regulation
Eksploitasi Seksual Anak (ESA) merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi anak yang mendasar yang banyak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan oleh PBB, lebih dari 150 juta anak perempuan dan 73 juta anak laki-laki mengalami pemerkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan seksual termasuk ESA setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data kasus pengaduan anak berdasarkan klaster perlindungan anak oleh komisi perlindungan anak Indonesia, dari tahun 2011 sampai dengan 2019 tercatat sebanyak 2.385 anak Indonesia menjadi korban trafficking dan eksploitasi, termasuk di dalamnya eksploitasi anak.
Anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual akan menghadapi persoalan yang kompleks di kemudian hari. Kekerasan fisik yang dialami bersamaan dengan eksploitasi seksual terhadap anak dapat mengakibatkan luka, rasa sakit dan rasa takut. Di samping itu, anak-anak juga lebih rentan terhadap infeksi menular seksual dan kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Selain berdampak pada kesehatan secara fisik, eksploitasi seksual yang dialami oleh anak juga akan membawa masalah psikologis yang cukup serius. Eksploitasi seksual dapat menimbulkan rasa bersalah, rasa rendah diri dan depresi. Kasus yang dialami oleh korban ESA dapat menimbulkan perasaan tidak berharga, yang mengakibatkan perilaku menyakiti diri, termasuk di dalamnya overdosis, percobaan bunuh diri, dan gangguan makan.
Modul Pelatihan Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Kome...ECPAT Indonesia
Modul ditulis untuk fasilitator pelatihan, dimana peserta pelatihan terdiri dari Perangkat Desa (diantaranya
terdiri dari Bendahara/Sekretaris, Kepala Desa dan Perwakilan dari Badan Perwakilan Desa(BPD)),
Pemerintah Daerah (diantaranya perwakilan dari Dinas Pariwisata, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perijinan/PTSP dan Tenaga
Kesehatan), Polisi, Stakeholder Pariwisata (diantaranya berasal dari perwakilan, Travel, SPA, Karaoke, Guide,
Driver Trevel, Hotel, Pengusaha Warnet), Tenaga Pendidik, PKK, PHRI, Kelompok Sadar Wisata, Tokoh
Agama, Tokoh Masyarakat, NGO, Karang Taruna, Forum Anak. Dimana keberadaan dan profesinya
selama ini terkait erat dengan upaya perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual di daerah
tujuan wisata. Modul ini sebagai alat bantu bagi fasilitator untuk menyampaikan informasi dan melatih
peserta pelatihan dari daerah tujuan wisata untuk menyiapkan diri dalam membuat strategi perlindungan
anak dalam menghadapi ancaman kekerasan dan eksploitasi seksual.
Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam RKUHPECPAT Indonesia
Tindak Pidana Eksploitasi Seksual Komersial Anak dalam Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Eksploitasi seksual komersial anak (ESKA) adalah suatu jenis kejahatan model baru yang sedang mendapat perhatian diduniasaat ini. Kejahatan ini terdiri dari Prostitusi anak, Pornografi anak, Perdagangan anak untuk tujuan seksual, Pariwisata seks anak dan perkawinan anak. Walaupun tidak
ada data yang pasti mengenai berapa jumlah korban ESKA saat ini, namun temuan beberapa organisasi cukup mengagetkan.
UNICEF Indonesia pernah melakukan penelitian tentang anak yang menjadi korban ESKA dan ditemukan ada sekitar 40.000-70.000 anak yang menjadi korban ESKA. ILO pernah melakukan penelitian tentang pelacuran anak dibeberapa kota di Indonesia dan menemukan fakta ada sekitar 24.000 anak-anak yang dilacurkan. Bahkan sejak 2005 sampai 2014, IOM Indonesia berhasil memulangkan korban perdagangan manusia ke wilayah-wilayah Indonesia sebanyak 7,193 dari
jumlah itu ditemukan sebanyak 82% adalah perempuan dan 16% dari total tersebut adalah anak-anak yang merupakan anak-anak korban perdagangan untuk tujuan seksual.
Indonesia saat ini tidak memiliki undang-undang yang khusus mengatur masalah ESKA. Undang-undang hanya memasukan ESKA secara terpisah di beberapa peraturan pidana lain, seperti contohnya UU tentang pornografi, di dalam undang-undang ini pornografi anak hanya menjadi bagian dari tindak pidana intinya yaitu pidana pornografi, begitu juga yang terdapat dalam undang-undang Tindak Pidana Perdagangan Orang, di mana perdagangan anak dengan tujuan eksploitasi
seksual hanya masuk menjadi salah satu bagian saja dalam undang-undang ini.
Pada RKUHP pada bagian Buku II sebenarnya tindak pidana ESKA sudah sebagian masuk dalam rancangannya, seperti tindak pidana pornografi anak dan tindak pidana perdagangan anak untuk tujuan seksual, pasal-pasal tersebut tersebar di beberapa bagian. Namun jika ditilik dengan lebih detil maka terhadap rumusan itu masih diperlukan penajaman definisi-definisi terkait ESKA. Baik yang sesuai dengan Undang-Undang khusus yang telah ada, juga dari instrumen Internasional yang telah di ratifikasi oleh Indonesia, agar rumusan dalam rancangan KUHP tersebut lebih baik.
ECPAT Indonesia
Institute for Criminal Justice Reform (ICJR)
AI DAN TANTANGAN BAGI OTORITAS AKADEMIK DAN KEILMUANIsmail Fahmi
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah cabang ilmu komputer yang berkaitan dengan pembuatan mesin yang dapat melakukan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia, seperti pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan pengenalan suara atau gambar.
Tujuan utama dari AI adalah untuk mengembangkan mesin yang dapat belajar dari data dan pengalaman, sehingga dapat meningkatkan kinerja mereka dalam tugas yang diberikan.
Materi ini disampaikan pada Kuliah Umum Literasi Digital bagi Mahasiswa Baru Program Studi Ilmu Komunikasi - Universitas Telkom pada tanggal 9 Agustus 2019
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perl...literasi digital
Modul Pelatihan Pencegahan Kejahatan Seksual Anak Online bagi Organisasi Perlindungan Anak dan Komunitas bisa menjadi acuan dalam mencegah dan menangani masalah kejahatan seksual anak online. Modul ini juga bisa dipergunakan oleh tim Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat sebagai acuan dalam mengembangkan pelatihan-pelatihan di desa untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual online.
Memberikan gambaran mengenai peran dan posisi perempuan dalam memperjuangankan hak-hak dalam berpolitik, berpendapat, dan keikutsertaan kaum perempuan dalam kursi pemerintahan baik secara nasional maupun internasional.
This slide shows the situation of child abduction in Indonesia.
Indonesia has assessed the need of the Hague Convention 1980. Locally, we also need this kind of regulation
Presented by Thanh Son Nguyen - Ogilvy T&A Vietnam
This slideshow is from a presentation at the M2 Marketing & Media events in Ho Chi Minh City, Vietnam organized by ITV-Asia.com and VietnamBusiness.TV
To see videos from the events, interviews with speakers and to get information on upcoming M2 - Marketing & Media Network events please visit VietnamBusiness.TV
Presented by Tham Pham - Samsung (Vietnam)
This slideshow is from a presentation at the M2 Marketing & Media events in Ho Chi Minh City, Vietnam organized by ITV-Asia.com and VietnamBusiness.TV
To see videos from the events, interviews with speakers and to get information on upcoming M2 - Marketing & Media Network events please visit VietnamBusiness.TV
PKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layak PKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adalah anak yang layakPKTA adalah sebuah PKTA karena PKTA adala
Perlindungan dan penegakan hukum terhadap kasus kekerasan seksual pada anakTrini Handayani
Beberapa waktu yang lalu, penduduk Indonesia dikejutkan dengan berbagai kasus kekerasan seksual yang terjadi pada lembaga pendidikan yang notabene merupakan lembaga yang sangat dipercaya untuk membentuk karakter anak yang berbudi luhur serta sebagai harapan orang tua demi masa depan akademik anaknya. Kasus yang terjadi di luar lembaga pendidikanpun sangat mencengangkan, dengan korban lebih dari 100 (seratus) anak yang dilakukan sodomi oleh seorang yang sudah dikenal secara baik oleh korban dengan iming-iming hadiah yang tidak seberapa serta ancaman agar perbuatan tersebut tidak dilaporkan kepada siapapun oleh korban kekerasan seksual tersebut. Korban maupun keluarga korban menunda laporan ke pihak yang berwajib dikarenakan kekerasan seksual tersebut dianggap sebagai aib keluarga, sehingga jatuh korban yang sangat banyak.
Riset disrupting harm sendiri merupakan riset yang dilakukan oleh ECPAT Internasional, UNICEF, dan Interpol dengan bekerjasama dengan ECPAT Indonesia dengan subjek penelitian yaitu keselamatan anak di ranah daring.
14_Akhiri Mendidik Anak Dengan Kekerasansakuramochi
Kekerasan terhadap anak masih terus terjadi sehingga diangkat sebagai tema peringatan hari anak nasional tahun 2016. Mendidik dengan kekerasan masih menjadi budaya yang perlu dihapus dan diubah menjadi pola pendidikan yang lebih produktif dan berperspektif perlindungan hak anak. Orang tua dan sekolah semestinya berkolaborasi dalam proses pendidikan, termasuk dengan memanfaatkan berbagai teknologi informasi dan komunikasi yang tepat. Untuk memastikan upaya perlindungan dilakukan hingga pada unit sosial terdekat pada anak, DPR RI perlu mendorong terwujudnya peraturan terkait perlindungan anak. Sebaliknya, aturan-aturan yang sudah ada juga perlu dievaluasi efektivitasnya agar dapat mewujudkan kondisi terbaik tumbuh kembang anak.
Melibatkan anak dan orang muda sebagai agen perubahan (agent of change) merupakan proses yang sangat kompleks sekaligus menantang karena harus merubah peranan tradisional anak sebagai obyek sosialisasi, elemen yang menurut dan harus tunduk pada kekuasaan dalam sistem keluarga dan masyarakat yang menjadi SUBYEK dalam menentukan hidup mereka. Struktur tradisional yang memposisikan anak sebagai OBYEK tindakan dan keputusan orang dewasa, tidak selalu memberikan hasil yang sesuai dengan kepentingan terbaik anak. Menggalang partisipasi anak dan orang muda berarti mengubah struktur kekuasaan tradisional itu . Oleh karena itu, Konvensi Hak-hak Anak (KHA) PBB memandang perlu memberikan kewajiban bagi orang dewasa untuk mendengarkan dan mempertimbangkan pandangan atau pendapat anak. Inilah yang disebut partisipasi. Anak dan orang muda zaman ini mengalami perubahan arus informasi yang sangat berbeda dengan
Kebijakan perlindungan anak di dunia usaha rita save the chilldren
1. Oleh:
Rita Pranawati
Komisioner KPAI
Disampaikan pada Media Gathering Juara
Project Children’s Rights and Business
Principles (CRBP) yang diselenggarakan oleh
Save the Children
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
2. Anak adalah amanat Tuhan
yang harus dijaga dan
diperlakukan dengan sebaik-baiknya.
Anak adalah generasi
penerus keluarga, bangsa
dan peradaban.
Anak adalah pemilik dan
penentu masa depan bangsa
3. Jumlah anak di Indonesia adalah
sepertiga penduduk Indonesia atau
sekitar 85 juta anak.
Masih banyak pola pikir dan perilaku
yang menjadikan anak sebagai obyek dan
properti orang dewasa (orang tua, guru,
pemerintah, dll.) yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip perlindungan anak
Norma perlindungan anak dan hak anak
belum banyak dipahami dan belum
dipraktekkan.
4. UUD Negara RI pasal 28 B ayat 2 :
”Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi”
UU No 23 Tahun 2002 tentang
Perindungan Anak
5.
6. Perlindungan anak adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi, secara
optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi
(UU PA 23/2002 Pasal 1 ayat 2).
7.
8. 1) melakukan sosialisasi dan advokasi peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan
perlindungan anak; mengumpulkan data dan
informasi; menerima pengaduan masyarakat;
melakukan penelaahan; pemantauan, dan
evaluasi; melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak;
(2) memberikan laporan, saran, masukan dan
pertimbangan kepada Presiden dalam rangka
perlindungan anak.
Undang-undang Perlindungan Anak No 23
Tahun 2002 Pasal 76
9. Visi : Terwujudnya Indonesia Ramah Anak
Misi:
1. Meningkatkan pemahaman dan komitmen para
pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan
perlindungan anak;
2. Meningkatkan pemahaman dan peran aktif masyarakat
dalam perlindungan anak;
3. Membangun sistem dan jejaring pengawasan
perlindungan anak;
4. Meningkatkan jumlah dan kompetensi tenaga pengawas
perlindungan anak;
5. Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan pemanfaatan
laporan hasil pengawasan perlindungan anak;
6. Meningkatkan kapasitas, aksebilitas, dan kualitas
layanan pengaduan masyarakat;
7. Meningkatkan kinerja organisasi KPAI.
10. 1. Hak untuk bermain
2. Hak atas pendidikan
3. Hak untuk mendapatkan
perlindungan
4. Hak untuk mendapatkan nama
5. Hak atas kewarganegaraan
6. Hak atas makanan
7. Hak atas kesehatan
8. Hak untuk bererekrasi
9. Hak atas persamaan
10. Hak untuk berpartisipasi
11. Non diskriminasi
Kepentingan terbaik baik bagi
anak
Hak hidup, kelangsungan hidup
dan perkembangan
Mendengarkan pendapat anak
12. Kasus kekerasan terhadap anak meningkat
baik kuantitasnya maupun variasi bentuk
kekerasannya, baik yang terorganisir atau
tidak.
Data KPAI sampai dengan Agustus 2014,
ada 621 kasus kejahatan seksual padahal
tahun 2013 hanya mencapai 590
Kekerasan terhadap anak terjadi di
sekolah, tempat penitipan anak, rumah,
dan fasilitas umum
13. Kasus kekerasan dilakukan oleh orang yang
seharusnya anak aman dengannya (orang
tua, pengasuh, guru) maupun yang tidak
dikenal anak namun dekat dengan anak.
Kekerasan antar sesama anak
mengakibatkan anak berhadapan dengan
hukum baik sebagai saksi, pelaku atau
korban.
Kasus pengasuhan anak: problem orang tua
bekerja, rebutan kuasa asuh
14. Anak-anak korban trafiking, walau
jumlahnyanya meningkat perlahan, tetapi
diyakini fenomenanya seperti gunung es
Anak-anak menonton tontonan (film, acra TV)
yang tidak ramah anak
Anak-anak mendengarkan lagu yang tidak
sesuai usianya
Anak-anak membaca buku yang tidak sesuai
perkembangan usianya
15. Anak-anak kecanduan game online yang
mengandung unsur pornografi dan
kekerasan
Anak-anak bermain permainan yang
mengandung unsur kekerasan dan kurang
menempa kedekatan sosial
Tingginya anak sebagai korban NAPZA
Kompleksitas persoalan anak yang terjadi
saat ini belum semuanya terakomodir oleh
UU yang ada, seperti pornografi yg
menyasar anak.
16. RINCIAN TABEL DATA
KASUS PENGADUAN ANAK BERDASARKAN KLASTER PERLINDUNGAN ANAK
KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA
TAHUN 2011 - 2014
NO KLASTER / BIDANG
TAHUN
JUMLAH
2011 2012 2013 2014
1 Sosial dan Anak Dalam Situasi Darurat 92 79 246 87 504
2 Keluarga dan Pengasuhan Alternatif 416 633 931 452 2432
3 Agama dan Budaya 83 204 214 59 560
4 Hak Sipil dan Partisipasi 37 42 75 47 205
5 Kesehatan dan Napza 221 261 438 216 1136
6 Pendidikan 276 522 371 249 1480
7 Pornografi dan Cyber Crime 338 175 247 196 806
8 ABH dan Kekerasan 188 530 420 432 1511
a Kekerasan Fisik 129 110 291 142 669
b Kekerasan Psikis 49 27 127 41 244
c
Kekerasan Seksual (Pemerkosaan,
Sodomi, Pencabulan, Pedofilia)
329 746 590 621 2286
9 Trafficking dan Eksploitasi 160 173 184 93 610
10 Lain-Lain 10 10 173 78 271
TOTAL 2178 3512 4311 2713 12714
Keterangan Data : Januari 2011 – Agustus 2014
Sumber Data :
1. Pengaduan Langsung, Surat, Telp, Email
2. Pemantauan Media (Cetak, Online, Elektronik)
3. Hasil Investigasi Kasus
4. Data Lembaga Mitra KPAI Se-Indonesia
Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Bidang Data Informasi dan Pengaduan 2014
17.
18.
19. Memberikan fasilitas yang ramah
anak, toilet anak (under 6), toilet
ibu dan anak, tangga yang ramah
anak, memperdengarkan lagu yang
ramah anak, tidak ada iklan yang
tidak sesuai dengan perlindungan
anak, pojok menyusui dan ganti
pampers, pojok pumping
Memberikan fasilitas ruang
bermain anak, misal di mall,
bandara, terminal, rumah sakit,
ada ruang bermain anak
20. Tidak melibatkan anak-anak
dalam bentuk-bentuk pekerjaan
yang membahayakan bagi anak
Menyediakan day care
Memperhatikan perlindungan dan
keselamatan anak melalui
pegawai & security yang memiliki
perspektif perlindungan anak
Pengawasan tempat umum yang
ramah anak
Konstruksi bangunan yang ramah
anak
21. Menjual jasa/produk ramah anak. Misal:
- penyedia hiburan atau game yang ramah
anak dan mendidik,
- Warnet/game online, terbuka, sekat
pendek, pengingat jika ada content proni
- menjual makanan dan minuman yang
tidak mengandung zat-zat kimia,
- membebaskan anak dari paparan
tembakau,
- tidak menjual miras/rokok kepada
pembeli anak
22. Cuti bagi ibu melahirkan, termasuk cuti
daddy’s day
Penyediaan kebutuhan laktasi termasuk
memberikan dispensasi ibu menyusui untuk
memerah asi
Hak anak terkait nafkah bagi karyawan yang
bercerai
Memiliki kebijakan Perlindungan Anak, hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi kekerasan
dilingkungan perusahaan juga dilingkungan
keluarga para pekerjanya.
23. CSR bagi anak. Terlibatnya perusahaan-perusahan
dalam program-program dan
kegiatan-kegiatan dalam mendukung tumbuh
kembang dan perlindungan anak-anak
Indonesia:
- membangun posyandu, kampanye ASI
eksklusif, kesehatan ibu hamil dan anak,
pemeriksaan gigi, PAUD, taman bacaan,
beasiswa, akte kelahiran massal, taman
bermain, hiburan ramah anak
24. pelibatan berbagai instansi Pemerintah,
Pemerintah Daerah, perusahaan, serikat
pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan
masyarakat dalam penghapusan eksploitasi
terhadap anak secara ekonomi dan/atau seksual.
pelibatan berbagai perusahaan, serikat
pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan
masyarakat dalam penghapusan pornografi.
25. Peran Dunia Usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan melalui:
kebijakan perusahaan yang berperspektif Anak;
berkontribusi dalam pemenuhan hak Anak melalui
pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate
Social Responsibilty).
Usulan penambahan Penjelasan Pasal 72 ayat
(5) huruf a:
Yang dimaksud dengan “kebijakan
perusahaan berperspektif Anak” antara lain:
produk yang dihasilkan aman bagi Anak;
tidak merekrut tenaga kerja Anak; dan
menyiapkan layanan ruang laktasi.
26. 2266
PENCEGAHAN:
K/L terkait
Perlindungan Anak:
PENANGANA
N
• Kebijakan
• Penyediaan layanan
•Advokasi, Sosialisasi
• Pelatihan, TOT
• KIE
• Penegakan Hukum
1. Pelayanan “SPM”
- Penanganan Pengaduan
- Pelayanan Kesehatan
- Rehabilitasi Sosial
- Penegakan dan Bantuan Hukum
- Pemulangan dan Reintegrasi Sosial
2. Pemberdayaan
- Pendidikan
- Kesehatan
- Ekonomi
- Sosial
- dll
“Sebelu
m”
“Sesudah
”
PELAKSANAAN
“PERLINDUNGAN”
26
27. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
Jl. Teuku Umar No. 10-12 Menteng, Jakarta Pusat 10350
Telp. 021-31901446, 31901556. Fax. 021-3900833
Website : www.kpai.go.id
Email Pengaduan : pengaduan@kpai.go.id
Email Humas: humas@kpai.go.id
Email Bidang Data dan Informasi : datainformasi@kpai.go.id