Dokumen tersebut membahas tentang berbagai aspek kebaikan menurut Islam. Terdapat tiga kata utama untuk kebaikan yaitu ihsan, birr, dan ishlah. Ihsan berarti melakukan kebaikan karena merasakan kehadiran Allah. Birr meliputi kebaikan dalam aqidah, amal, dan akhlak. Islah berarti berhubungan dengan orang lain dengan baik. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa cara untuk bersemangat d
1. Berlomba-lomba dalam Kebaikan
Di dalam Alquran, baik atau kebaikan menggunakan kata ihsan, birr dan ishlah. Kata ihsan
(ahsan dan muhsin) bisa dilihat pada firman Allah yang artinya, "Dan siapakah yang lebih baik
agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan
kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayangan-Nya." (4: 125).
Bila dikaitkan dengan hadis tentang kedatangan Jibril kepada Nabi Muhammad saw, ihsan adalah
perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang karena merasakan kehadiran Allah dalam dirinya, atau dia
merasa diawasi oleh Allah SWT yang membuatnya tidak berani menyimpang dari segala ketentuan-Nya.
Adapun kata baik dalam arti birr bisa dilihat pada firman Allah yang artinya, "Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke timur maupun ke barat itu suatu kebaikan, tetapi sesungguhnya kebaikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab dan nabi-nabi serta memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan),
dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat,
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa." (2: 177).
Bila kita kaji ayat-ayat tentang kata al-birr, termasuk ayat di atas, maka akan didapat kesimpulan
bahwa kebaikan itu menurut Mahmud Syaltut dalam tafsirnya membaginya menjadi tiga, yakni birr
dalam aqidah, birr dalam amal dan birr dalam akhlak.
Adapun kata baik dengan menggunakan kata ishlah terdapat dalam banyak ayat, misalnya pada firman
Allah yang artinya, "Tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim,
katakanlah: 'Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik'." (2: 220).
Islah (berlaku baik) digunakan penggunaannya dalam kaitan hubungan yang baik antara sesama
manusia, di dalam Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 3 hal 740 dinyatakan, "Islah merupakan kewajiban
umat Islam, baik secara personal maupun sosial. Penekanan islah ini lebih terfokus pada hubungan antara
sesama umat manusia dalam rangka pemenuhan kewajiban kepada Allah SWT."
Di dalam Alquran, Allah SWT menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Namun, kemuliaan manusia ternyata tidak terletak pada keindahan fisiknya. Kalau
manusia dianggap mulia dengan sebab badannya yang besar, tentu akan lebih mulia binatang ternak,
seperti sapi, kerbau, unta, gajah, dan sebagainya yang memiliki berat badan yang jauh lebih berat.
Karenanya, bila manusia hanya mengandalkan kehebatan dan keagungan dirinya pada berat badan, dia
bisa lebih rendah kedudukannya daripada binatang ternak yang kemuliaannya terletak pada berat
badannya.
Allah SWT berfirman yang artinya, "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekusaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai."(7: 179).
Oleh karena itu, kemuliaan manusia bisa kita pahami dari iman dan amal saleh atau kebaikannya
dalam bersikap dan bertingkah laku, di mana pun dia berada dan dalam keadaan bagaimanapun situasi
dan kondisinya. Itu sebabnya, semakin banyak perbuatan baik yang dilakukannya, maka akan semakin
mulia harkat dan martabatnya di hadapan Allah SWT. Di sinilah letak pentingnya bagi kita untuk
berloma-lomba dalam kebaikan, sebagaimana firman Allah yang artinya, "Dan bagi tiap-tiap umat ada
kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat)
kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (2: 148).
Jalan Menuju Amal Baik
2. Meskipun kebaikan kita sadari sebagai sesuatu yang harus kita laksanakan, ternyata tidak sedikit
orang yang tidak antusias untuk melakukan kebaikan itu. Karena itu, ada beberapa hal yang bisa dijadikan
resep bagi seseorang agar bersemangat melakukan kebaikan.
1. Niat yang Ikhlas
Niat yang ikhlas merupakan faktor penting dalam setiap amal. Karena, dalam banyak amal di
dalam Islam, niat yang ikhlas merupakan rukun terpenting dan pertama. Niat yang ikhlas karena
Allah dalam melakukan kebaikan akan membuat seseorang memiliki perasaan yang ringan dalam
mengerjakan amal-amal yang berat sekalipun, apalagi bila amal kebaikan itu tergolong amal yang
ringan. Sedangkan tanpa keikhlasan, jangankan amal yang berat, amal yang ringan pun akan
terasa menjadi berat. Disamping itu, keikhlasan akan membuat seseorang berkesinambungan
(istimrar) dalam amal kebaikan. Orang yang ikhlas tidak akan bersemangat karena dipuji dan
tidak akan lemah karena dicela. Ada pujian atau celaan tidak akan membuatnya terpengaruh
dalam melakukan kebaikan.
2. Cinta Kebaikan dan Orang Baik
Seseorang akan antusias melaksanakan kebaikan manakala pada dirinya terdapat rasa cinta pada
kebaikan, hal ini karena mana mungkin seseorang melakukan suatu kebaikan apabila dia sendiri
tidak suka pada kebaikan itu. Oleh karena itu, rasa cinta pada kebaikan harus kita tanamkan ke
dalam jiwa kita masing-masing, sehingga kita akan menjadikan setiap bentuk kebaikan sebagai
bagian yang tidak akan terpisahkan dalam kehidupan kita, ini akan membuat kebaikan selalu
menyertai kehidupan ini.
Disamping cinta kepada kebaikan, akan kita suka melakukan kebaikan, harus tertanam juga di
dalam jiwa kita rasa cinta kepada siapa saja yang berbuat baik, hal ini akan membuat kita ingin
selalu meneladani dan mengikuti segala bentuk kebaikan, siapa pun yang melakukannya. Allah
SWT telah menyebutkan kecintaan-Nya kepada siapa saja yang berbuat baik, karenanya kita pun
harus mencintai mereka yang berbuat baik. Allah berfirman yang artinya, "Dan belanjakanlah
(harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Alllah mencintai orang-orang yang
berbuat baik." (2: 195).
3. Merasa Beruntung bila Melakukan Kebakan
Berbuat baik merupakan sesuatu yang sangat mulia, karena itu seseorang akan melakukan
kebaikan apabila dengan kebaikan itu dia merasa memperoleh keberuntungan, baik di dunia
maupun di akhirat. Ada banyak keuntungan yang akan diperoleh manusia bila ia berbuat baik.
Pertama, selalu disertai oleh Allah SWT, lihat QS 16: 128. Kedua, menambah kenikmatan
untuknya, lihat QS 2: 58; 7: 161; 33: 29. Ketiga, dicintai Allah, lihat QS 7: 161; 5: 13; 2: 236; 3:
134; 3: 148; 5: 96. Keempat, memperoleh rahmat Allah, lihat QS 7: 56. Kelima, memperoleh
pahala yang tidak disia-siakan Allah SWT, lihat QS 9: 120; 11: 115; 12: 56. Keenam, dimasukkan
ke dalam surga, lihat QS 5: 85; 39: 34; 6: 84; 12: 22; 28: 14; 37: 80.
4. Merasa Rugi ila Meninggalkan Kebaikan
Apabila seseorang merasa beruntung dengan kebaikan yang dilakukannya dengan sejumlah
keutamaan yang disebutkan dalam Alquran, maka bila seseorang tidak berbuat baik dia akan
merasa sangat rugi, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Bagi seorang mukmin, bagaimana
mungkin dia tidak merasa rugi bila tidak melakukan kebaikan, karena kehidupan ini memang
harus dijalani untuk mengabdi kepada Allah SWT yang merupakan puncak dari segala bentuk
kebaikan yang harus dijalani.
Manakala di dunia ini seseorang sudah merasa rugi, maka di akhirat pun dia akan merasa rugi,
karena apa yang dilakukan seseorang dalam kehidupannya di dunia akan sangat berpengaruh di
akhirat, karena kehidupan akhirat pada hakikatnya adalah hasil dari kehidupan di dunia, bila
seseorang berlaku baik di dunia, dia akan memperoleh keberuntungan di akhirat disamping
keberuntungan di dunia, sedangkan bila seseorang tidak melakukan kebaikan di dunia, maka dia
akan memperoleh kerugian di dunia dan penyesalan yang sangat dalam di akhirat kelak sebagai
3. bentuk dari mengabaikan nilai-nilai Islam. Allah SWT berfirman yang artinya, "Barangsiapa
mencari selain Islam sebagai agamanya, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (3: 85).
5. Meneladani Generasi yang Baik
Perbuatan baik dan yang lebih baik lagi akan dilakukan oleh seorang muslim apabila dia mau
meneladani orang yang berbuat baik, hal ini menjadi penting karena dengan demikian dia
menyadari bahwa meskipun perasaannya sudah banyak perbuatan baik yang dilakukannya, tetap
saja dia merasa masih sedikit dibanding orang lain yang jauh lebih baik dari dirinya, hal ini akan
memicu semangatnya untuk berbuat baik yang lebih banyak lagi. Karena itu, idealnya seorang
mukmin bisa menjadi seperti cermin bagi mukmin lainnya sehingga manakala seseorang
mengenal dan memperhatikann dirinya akan merasakan begitu banyak kekurangan, termasuk
dalam hal berbuat baik.
6. Memahami Ilmu Kebaikan
Bagi seorang muslim, setiap amal yang dilakukannya tentu harus didasari pada ilmu, semakin
banyak ilmu yang dimiliki, dipahami dan dikuasai, insya Allah akan makin banyak amal yang
bisa dilakukannya, sedangkan makin sedikit pemahaman atau ilmu seseorang, akan semakin
sedikit juga amal yang bisa dilakukannya, apalagi belum tentu orang yang mempunyai ilmu
secara otomatis bisa mengamalkannya. Ini berarti, seseorang akan semakin terangsang untuk
melakukan kebaikan manakala dia memahami ilmu tentang kebaikan itu.
Kebaikan yang Diterima
Setiap kebaikan yang dilakukan seseorang tentu harus menghasilkan penilaian yang positif dari
Allah SWT. Paling tidak, ada dua kriteria tentang kebaikan yang diterima oleh Allah SWT.
Pertama, ikhlas dalam beramal, yakni melakukan suatu amal dengan niat semata-mata ikhlas karena
Allah SWT, atau tidak riya dalam arti mengharap pujian dari selain Allah SWT. Karena itu, dalam hadis
yang terkenal, Rasulullah saw bersabda yang artinya, "Sesungguhnya amal itu sangat tergantung pada
niatnya."
Kedua, melakukan kebaikan itu secara benar, hal ini karena meskipun niat seseorang sudah baik, bila
dalam melakukan amal dengan cara yang tidak baik, maka hal itu tetap tidak bisa diterima oleh Allah
SWT, karena ini termasuk bagian dari mencari selain Islam sebagai agama (aturan) hidupnya yang jelas-jelas
akan ditolak Allah SWT sebagaimana yang sudah disebutkan pada QS 3: 85 di atas.
Akhirnya, menjadi jelas bagi kita bahwa hidup ini harus kita jalani untuk mengabdi kepada Allah
SWT yang terwujud salah satunya dalam bentuk melakukan kebaikan dan masing-masing orang harus
berusaha melakukan kebaikan sebanyak mungkin sebagai bentuk kongkret dari perwujudan kehidupan
yang baik di dunia dan ini pula yang akan menjadi bekal bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di
akhirat kelak.
Mungkin itu saja pidato yang bisa saya sampaikan midah-mudahan bermanfaat....
Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju
Billahi taufiq wal hidaayah. Warridho wal inaayah !
Wassalaamu’alaikum warohmatullohi. Wabarokatuh