Dokumen tersebut membahas mengenai karakteristik belajar siswa sekolah dasar dan motivasi belajar siswa. Terdapat berbagai bentuk kegiatan belajar yang biasa dilakukan siswa seperti belajar menemukan, menyimak, meniru, menghafal, merangkai, mengamalkan, menganalisis, merespon, mengorganisasikan, mengambil keputusan, berlatih, menghayati, dan mengamati. Dokumen juga membahas men
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang dirancang dan diarahkan untuk mencapai tujuan dengan berbuat melalui berbagai pengalaman. Hal ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme kognitif yang di kemukakan oleh Jean Piaget (Trianto, 2014:72), ‘bahwa anak membangun skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya’. Merujuk Piaget, anak adalah pembelajar yang pada dirinya sudah memiliki motivasi untuk mengetahui dan akan memahami sendiri konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Pandangan-pandangan Jean Piaget percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Sedangkan Menurut M. Sobry Sutikno (2009:5) “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya”. Selaras dengan pendapat di atas Oemar Hamalik (2011:27) mengemukakan bahwa “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing)”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari lingkunannya dalam bentuk perubahan tingkah laku. belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Gagne, Briggs, dan vager (M. Sobry Sutikno, 2014:11) mengemukakan bahwa ‘pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa’. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran
Implementasi transformasi pemberdayaan aparatur negara di Indonesia telah difokuskan pada tiga aspek utama: penyederhanaan birokrasi, transformasi digital, dan pengembangan kompetensi ASN. Penyederhanaan birokrasi bertujuan untuk membuat ASN lebih lincah dan inovatif dalam pelayanan publik melalui struktur yang lebih sederhana dan mekanisme kerja baru yang relevan di era digital. Transformasi digital memerlukan perubahan mendasar dan menyeluruh dalam sistem kerja di instansi pemerintah, yang meliputi penyempurnaan mekanisme kerja dan proses bisnis birokrasi untuk mempercepat pengambilan keputusan dan meningkatkan pelayanan publik. Selain itu, pengembangan kompetensi ASN mencakup penyesuaian sistem kerja yang lebih lincah dan dinamis, didukung oleh pengelolaan kinerja yang optimal serta pengembangan sistem kerja berbasis digital, termasuk penyederhanaan eselonisasi.
Reformasi Birokrasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun 2020-2024Universitas Sriwijaya
Selama periode 2014-2021, Kementerian Pertanian Indonesia mencapai beberapa keberhasilan, termasuk penurunan jumlah penduduk miskin dari 11,5% menjadi 9,78%. Ketahanan pangan Indonesia juga meningkat, dengan peringkat ke-13 di Asia Pasifik pada tahun 2021. Berdasarkan Global Food Security Index, Indonesia naik dari peringkat 68 pada tahun 2021 ke peringkat 63 pada tahun 2022. Meskipun ada 81 kabupaten dan 7 kota yang rentan pangan pada tahun 2018, volume ekspor pertanian meningkat menjadi 41,26 juta ton dengan nilai USD 33,05 miliar pada tahun 2017. Walaupun pertumbuhan ekonomi menurun 2,07% pada tahun 2020, ini membuka peluang untuk reformasi dan restrukturisasi di berbagai sektor.
Moderasi agama memegang peranan vital dalam mempertahankan kerukunan antar umat beragama, menjaga stabilitas sosial, dan mempromosikan nilai-nilai toleransi serta kerjasama lintas agama. Dalam konteks Indonesia, negara dengan beragam kepercayaan dan keyakinan, moderasi agama menjadi fondasi utama bagi keberlangsungan kehidupan beragama yang damai dan harmonis. Moderasi agama merupakan konsep yang mengajarkan pendekatan yang seimbang dalam praktik keagamaan, dengan menekankan toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, serta penolakan terhadap ekstremisme dan intoleransi. Di Indonesia, moderasi agama tidak hanya menjadi prinsip panduan dalam praktik keagamaan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas nasional yang memperkuat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman. Kehadiran Islam di Indonesia telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk karakter moderasi agama. Sejak masuknya Islam pada abad ke-13, agama ini telah meresap ke dalam budaya dan masyarakat Indonesia dengan pendekatan yang toleran dan inklusif. Selain itu, keberadaan agama-agama lain seperti Hindu, Buddha, dan Kristen juga turut membentuk lanskap keberagaman agama di Indonesia. Moderasi agama membantu masyarakat Indonesia untuk menjaga kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan sehari-hari. Melalui dialog antar agama, kegiatan lintas agama, dan kerjasama sosial, moderasi agama memfasilitasi pertukaran budaya dan pemahaman yang lebih dalam antar penganut agama. Hal ini mengurangi potensi konflik antar kelompok agama dan mendorong terbentuknya hubungan yang harmonis di antara mereka. Pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam mempromosikan moderasi agama melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung kerukunan antar umat beragama. Salah satu contohnya adalah Pancasila, yang menekankan pada prinsip-prinsip seperti keadilan sosial, demokrasi, dan persatuan Indonesia dalam keberagaman. Selain itu, pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Dewan Gereja Indonesia (DGI) merupakan upaya konkret untuk mendorong dialog antaragama dan pencegahan ekstremisme agama. Meskipun moderasi agama memiliki dampak positif yang besar dalam masyarakat Indonesia, tetapi masih ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam mewujudkannya sepenuhnya. Salah satunya adalah adanya kelompok-kelompok radikal yang mempromosikan ideologi ekstremisme agama. Kelompok-kelompok ini seringkali menimbulkan konflik dan ketegangan antar umat beragama, serta mengancam stabilitas sosial dan keamanan nasional. Selain itu, ketidaksetaraan dalam perlakuan terhadap umat beragama juga menjadi masalah serius dalam konteks moderasi agama. Diskriminasi dan intoleransi terhadap minoritas agama masih terjadi di beberapa daerah, memperumit upaya untuk mencapai kerukunan antar umat beragama secara menyeluruh. Untuk mengatasi tantangan tersebut, penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya moderasi agama melalui pendidikan agama yang inklusif dan holistik.
Disusun oleh :
Kelas 6D-MKP
Hera Aprilia (11012100601)
Ade Muhita (11012100614)
Nurhalifah (11012100012)
Meutiah Rizkiah. F (11012100313)
Wananda PM (11012100324)
Teori ini kami kerjakan untuk memenuhi tugas
Matakuliah : KEPEMIMPINAN
Dosen : Dr. Angrian Permana, S.Pd.,MM.
UNIVERSITAS BINA BANGSA
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...Universitas Sriwijaya
Reformasi tahun 1998 di Indonesia dilakukan sebagai respons terhadap krisis ekonomi, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan otoriter dan korup, tuntutan demokratisasi, hak asasi manusia, serta tekanan dari lembaga keuangan internasional. Tujuannya adalah memperbaiki kondisi ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan memperkuat fondasi demokrasi dan tata kelola pemerintahan. Reformasi ini mencakup bidang politik, ekonomi, hukum, birokrasi, sosial, budaya, keamanan, dan otonomi daerah. Meskipun masih menghadapi tantangan seperti korupsi dan ketidaksetaraan sosial, reformasi berhasil meningkatkan demokratisasi, investasi, penurunan kemiskinan, efisiensi pelayanan publik, dan memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah. Tetap berpegang pada ideologi bangsa dan berkontribusi dalam pembangunan negara sangat penting untuk masa depan Indonesia.
Reformasi Administrasi Publik di Indonesia (1998-2023): Strategi, Implementas...
KARAKTERISTIK BELAJAR
1. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi
sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. Faktor yang menentukan berhasil
tidaknya dalam proses belajar mengajar adalah metode belajar yang digunakan dan
motivasi belajar. Dalam kegiatan belajar, metode belajar merupakan cara yang
digunakan untuk mengajarkan suatu materi pembelajaran kepada anak sedangkan
motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan
kegiatan belajar,yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar. Motivasi belajar
adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seseorang yang
mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi
dalam belajarnya.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik
bagi guru maupun siswa. Bagi guru mengetahui motivasi belajar dari siswa sangat
diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa.Saat ini,
banyak siwa yang kurang termotivasi untuk belajar. Hal tersebut dapat di lihat dari
sikap siswa yang acuh terhadap proses pembelajaran, tidak memperhatikan guru
ketika menjelaskan materi serta tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh gur.
Selain karena kurangnya motivasi, penggunaan metode yang tepat juga
mempengaruhi proses belajar mengajar. Selama ini, kurangnya minat pada siswa
dalam mengikuti pelajaran merupakan akibat dari tidak efektif dan kurang tepatnya
metode yang digunakan.
Untuk memudahkan pemilihan metode dan teknik menumbuhkan
motivasi pada siswa yang sesuai, maka guru juga harus memahami bagaimana
karakteristik gaya belajar siswa dalam kegiatan belajar siswa. Memahami gaya
belajar setiap siswa merupakan cara terbaik untuk memaksimalkan proses belajar
dikelas .gaya belajar adalah ciri khas yang dimiliki oleh setiap orang dalam
memberikan respon terhadap pembelajaran yang diterimanya
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam makalah ini akan
membahasmengenai “Karakteristik Belajar Siswa Sekolah Dasar”.
A. Bentuk-bentuk Kegiatan Belajar biasa dilakukan siswa sekolah dasar
1. Belajar Menemukan
Jerome S. Bruner menyatakan bahwa inti belajar adalah bagaimana
orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara
aktif. Menurut Bruner, selama kegiatan belajar berlangsung hendaknya siswa
dibiarkan untuk menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari
2. ( discovery learning ). Dalam hal ini siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya
untuk berperan dalam memecahkan masalah sehingga diharapkan mereka
mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri. Metode
discovery learning mendorong siswa untuk bertanya dan merumuskan jawaban
sementara mereka, serta menarik kesimpulan terhadap prinsip umum dari
contoh praktik atau pengalaman yang dilakukannya(Bruner, 1966:96).
Bagus Takwin dalam tulisannya “Belajar Menemukan Kesalahan “
mengatakan bahwa anak dapat diajarkan untuk menemukan kesalahan-
kesalahan dari kejadian sehari-hari dengan menggunakan gambar yang memuat
beberapa kesalahan , lalu anak diminta menemukan kesalahan dalam rangkaian
gambar tersebut. Contoh: tunjukkan serangkaian gambar yang memuat dua atau
lebih anak yang sedang berkelahi, lalu ajukan pertanyaan kepada mereka apa
yang salah dari perilaku anak-anak dalam rangkaian gambar itu. Jawaban-
jawaban anak dapat menjadi bahan diskusi yang dapat merangsang anak untuk
berpikir kritis.
Metode yang dapat dilakukan untuk melatih anak belajar menemukan
suatu konsep baru yaitu metode percobaan (Experimental method ), yaitu
metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan
percobaan sendiri. Terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk
memudahkan masuknya informasi ,yaitu mendengar, menulis atau menggambar
lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, mengajak anak ke
kebun pisang untuk menjelaskan tentang pisang.
Dahar dalam Ardhiprabowo menyatakan beberapa keuntungan belajar
menemukan yaitu pengetahuan bertahan lama atau lebih mudah ingat. Hasil
belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dengan kata lain
konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang
lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. Secara menyeluruh belajar
penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir
bebas.
Kelemahan dari belajar menemukan yaitu membutuhkan waktu
persiapan dan belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima,
kelas tidak terlalu besar agar siswa mendapat perhatian guru, dan belajar
menemukan tidak menjangkau seluruh materi yang dianjurkan oleh kurikulum.
Hal ini sejalan dengan pendapat Dreyfus dalam Ardhiprabowo yang
menyatakan
2. Belajar Menyimak
3. Menurut Guntur Tarigan (1978:28), Menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.Kegiatan
belajar menyimak yang dapat dilakukan siswa adalah sebagai berikut:
Bermain dengan kata seperti bercerita, membaca serta menulis. Hal ini dapat
membantu siswa mengingat nama, tempat, tanggal dan hal-hal lain dengan
cara mendengar kemudian menyebutkannya.
Bermain dengan pertanyaan dengan cara guru memancing keingintahuan
dengan berbagai pertanyaan.
Bermain dengan gambar contoh membuat gambar,melihat video, film, dsb
Bermain dengan musik,misalnya menggali informasi isi atau pesan yang
disampaikan dalam sebuah lagu melalui syair lagu tersebut
3. Belajar Meniru
Anak akan banyak sekali belajar melalui melihat, mengamati,
menginternalisasi hingga meniru dalam bentuk perilaku, bahkan hingga
perilaku hasil meniru menetap sebagai suatu kebiasaan. Oleh karena itu, guru
hendaknya selalu memberi contoh yang baik , sehingga siswa akan berperilaku
sesuai dengan apa yang biasa dilihatnya.
4. Belajar Menghafal
Kecenderungan siswa untuk belajar dengan metode menghafal
disebabkan oleh budaya yang terjadi disekolah, yang pada umumnya
didominasi oleh komunikasi satu arah , yaitu guru ke siswa dan kurang
merangsang rasa ingin tahu, prakarsa maupun individualisasi. Siswa menjadi
penerima yang pasif. Metode menghafal juga mengandung akibat buruk pada
perkembangan mental siswa. Metode menghafal merupakan aktivitas yang
tidak terlalu banyak menuntut aktivitas berpikir. Hal ini akan berpola dalam
banyak bentuk kebiasaan belajar, sehingga siswa kehilanhansense of
learning atau kepekaan untuk belajar. Oleh karena itu sebagai guru harus dapat
membenahi metode belajar siswa dan member bekal keterampilan belajar serta
berusaha membiasakan siswa menggunakan metode berpikir logis dan
sistematis.
5. Belajar Merangkai
Dalam rangka mengembangkan kemampuan belajar merangkai dapat
dilakukan dengan permainan. Contoh: permainan aneka jenis binatang
4. Langkah-langkah kegiatan:
1) Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok binatang
2) Kemudian, membuat karakteristik dari binatang yang menjadi
kelompoknya.
3) siswa merangkai pertanyaan mengenai ciri-ciri yang sudah dibuat oleh
teman di kelompok lain. Misalnya;
Keluarga kambing
a. Hidupnya di darat
b. Makanannya rumput
c. Kegunaanya; sebagai hewan ternak, bulunya dapat dibuat untuk
kerajinan tangan,dapat menjadi hewan kurban
d. Cirri-cirinya; mempunyai 4 kaki, berbulu lembut,mempunyai kepala ,
berkembang biak dengan melahirkan, tidak punya cakar.
4) Setelah itu masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
dan selama presentasi,
5) kelompok lain boleh bertanya atau menambahkan hal-hal lain tentang
binatang yang sedang dipresentasikan.
6. Belajar Mengamalkan
Metode belajar mengamalkan erat kaitannya dengan mata pelajaran
PPKn dan Agama,karena dengan mata pelajaran tersebut anak diajarkan nilai-
nilai moral dan perilaku yang hendaknya ditampilkan pada saat mereka
bersosialisasi di masyarakat.
7. Belajar Menganalisis
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan
kemampuan belajar menganalisis pada siswa SD adalah dengan menggunakan
permainan teka-teki atau tebak-tebakan, sehingga anak terbiasa menganalisis
suatu permasalahan berdasarkan informasi yang tersedia dan mencari
jawabannya.Manfaat dari permainan teka-teki adalah;
a. Mengasah daya ingat
Dengan adanya permainan teka-teki ini akan mengasah daya ingat
anak karena anak akan menggunakan semua pengetahuan kosakata yang
dimilikinya dan juga menambah pengetahuan karena anak menemukan
kosakata yang baru. Selain itu permainan teka-teki ini juga memperkaya
wawasan anak
b. Belajar klasifikasi
5. Dengan keterampilan mengklasifikasi, ana akan mudah menata
ribuan kosakata yang dikuasainya.
c. Mengembangkan kemampuan analisis
Dengan permainan ini anak anak belajar menggabungkan dan
menemukan jawaban dengan menganalisis jawaban yang tepat dari
berbagai sumber.
d. Menghibur
Permainan teka-teki menghibur karena menenangkan dan dpat
mengakrabkan hubungan anak dengan orang tua, maupun antar teman
sebaya dan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, baik ketika
diperjalanan, dirumah, sambil menonton tv db.
8. Belajar Merespon
Respon merupakan suatu tanggapan yang diberikan oleh seseorang
sebagai reaksi dari suatu tertentu. Contoh kegiatan yang dapat mengembangkan
kemampuan merespon bagi siswa SD adalah dengan memberikan pertanyaan
seputar peristiwa yang terjadi di sekitarnya, misalnya bagaimana
respon/tanggapan siswa apabila temannya sedang ditimpa musibah banjir,
gempa bumi atau tanah longsor.
9. Belajar Mengorganisasikan
Menurut Carl Rogers yang penting dalam proses pembelajaran adalah
pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu;
a. Manusia memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
c. Pengorganisasian bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi
siswa.
Contoh belajar mengorganisasikan mata pelajaran IPS SD, ketika anak
diberikan pengetahuan tentang sejarah proklamasi kemerdekaan RI, guru dapat
membuat skema sebagai berikut.
10. Belajar Mengambil Keputusan
proklamasi
Latar belakang Waktu kejadian Orang-orang yang terlibat
6. Mengambil suatu keputusan bukanlah suatu hal yang mudah apalagi
bagi seorang anak. Bagaimanakah mengajarkan anak untuk membuat
keputusan? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengajarkan cara
mengambil keputusan bagi anak:
a) Belajar dengan meniru
Kebanyakan anak belajar dengan cara meniru dari apa yang didengar
dan dilihat. Oleh karena itu orang tua harus memberikan contoh mengambil
keputusan yang cepat dan tepat serta menyertakan alasan sederhana mengapa
kita mengambil keputusan tersebut.
Keputusan memberi alasan untuk setiap tindakan akan membuat
mereka selalu berfikir sebelum mengambil keputusan
b) Beri dorongan positif
Dorongan yang positif dibutuhkan anak agar dapat mengambil
keputusan. Kepercayaan dari orangtua akan membantu anak untuk mengambil
keputusan tanpa ragu-ragu.Selain itu anak juga akan bisa mengembangkan
kemampuannya dengan lebih sempurna
c) Belajar dari kesalahan
Anak serngkali mmembuat kesalahan dalam membuat keputusan.
Sebagai orang tua sebaiknya tidak memarahi mereka tetapi memberitahu apa
kesalahannya, apa penyebabnya dan bagaimana dampaknya serta
menunjukkan apa yang harus mereka perbuat agar anak dapat memperoleh
kembali kpercayaan dan berani mengambil keputusan lagi
d) Belajar bertanggung jawab
Kita perlu menekankan bahwa setiap pilihan dan keputusanpasti ada
imbasnya. Kita harus mengajarkan mereka untuk berani bertanggung jawab
atas pilihan mereka dimulai dari hal kecil
Contoh penerapan dalam membuat keputusan padaanak SD yaitu
diberikan permasalahan dan alternatif pemecahan masalah kemudian mereka
diminta untuk memilih penyelesaian terbaik yang tepat dengan permasalahan
tersebut
11. Berlatih
Untuk mengembangkan kemampuan berlatih, guru dapat
menggunakan metode bermain peran dengan cara mengajak siswa untuk
praktek jual beli diwarung sekolah.
12. Belajar Menghayati
7. Kemampuan menghayati dapat dikembangkan melalui mata pelajaran
kesenian, yaitu dengan cara menghayati suatu peran / tokoh dalam cerita atau
menghayati makna yang terkandung pada sebuah lagu.
13. Belajar Mengamati
Metode untuk membelajarkan anak tentang kemampuan mengamati
dapat dilakukan dengan kegiatan mengajak anak untuk mengenal ekosistem
perairan laut yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi.
B. MOTIVASI BELAJAR SISWA
1. Pengertian
Istilah “motivasi” berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu . Sudarwan
(2004 : 2) mengatakan bahwa motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan,
kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai
dengan apa yang dikehendakinya. Jadi, Motivasi merupakan kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan
dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan
antara apa yang ia miliki dan ia harapkan. Sedangkan dorongan merupakan
kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.
Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan
harapan atau pencapaian tujuan dan tujuan merupakan hal ingin di capai oleh
seorang individu. Tujuan tersebut akan mengarahkan perilaku dalam hal
ini yaitu perilaku unutk belajar.
Teori Maslow menyatakan bahwa ada beberapa teori tentang
motivasi yang selalu terkait dengan masalah kebutuhan, diantaranya:
Kebutuhanfisiologis, seperti haus,lapar,dan kebutuhan untuk istirahat
Kebutuhan akan keamanan, bebas dari rasa cemas dan khawatir
Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dalam suatu kelompok
masyarakat
Kebutuhan akan penghargaan, seperti dihargai kemampuannya
Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni dengan mengembangkan
bakat
8. Bertolak dari arti kata motivasi diatas, maka yang dimaksud dengan
motivasi belajar adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat
belajar. atau dengan kata lain sebagai pendorong semangat belajar.
2. Pentingnya Motivasi Belajar
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya
motivasi belajar adalah sebagai berikut :
Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir,
Contohnya : setelah siswa membaca suatu bab buku bacaan, di bandingkan
dengan temannya sekelas yang juga bab tersebut, ia kurang berhasil
menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi.
Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan
dengan teman sebaya,
Sebagai ilustrasi jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai
maka ia berusaha maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan
berhasil.
Mengarahkan kegiatan belajar,
sebagai ilustrasi setelah ia ketahui bahwa bahwa dirinya belum belajar secara
serius, seperti bersenda gurau di dalam kelas maka ia akan merubah perilaku
belajarnya
Membesarkan semangat belajar,
Contoh seorang anak yang telah menghabiskan banyak dana untuk
sekolahnya dan masih ada adik yang di biayai orang tua maka ia akan
berusaha agar cepat lulus.
Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja,
siswa dilatih untuk menggunakan kekuatannya sehingga dapat berhasil.
Sebagai ilustrasi, setiap hari siswa di harapkan untuk belajar di rumah,
membantu orang tua dan bermain dengan temannya. Apa yang di lakukan di
harapkan dapat berhasil memuaskan.
Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan
dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bemanfaat bagi guru,
manfaat itu sebagai berikut:
Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa,
9. Dalam hal ini pujian, hadiah, dorongan atau pemicu semangat dapat
di gunakan untuk mengobarkan semangat belajar.
Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas yang bermacam-
macam sehingga dengan bermacamnya motivasi tersebut di harapkan guru
dapat menggunakan bermacam-macam strategi belajar mangajar yang sesuai
Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara
bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur,
teman diskusi, dan penyemangat.
3. Fungsi dan Pengaruh Motivasi
Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena
motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa.
Hawley (Yusuf 1993 : 14) menyatakan bahwa para siswa yang memiliki motivasi
tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan dengan siswa yang motivasi
belajarnya rendah.
Sardiman (1986 : 84) mengemukakan ada 4 fungsi motivasi, yaitu :
Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakankarenatanpa adanya
motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar, dsb.
Menuntun arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan
demikian motivasi dapat memberi arah, dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya ;
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Pendorong untuk mencapai prestasi.
Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
keberhasilan atas suatu pekerjaan
4. Jenis Motivasi
Berdasarkan sifatnya, Suryabrata (1995 :7) menjelaskan bahwa
motivasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri
dan tidak dipengaruhi oleh sesuatu di luar dirinya karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Orang yang
tingkah lakunya digerakkan oleh motivasi intrinsik, baru akan puas kalau
tingkah lakunya telah mencapai hasil tingkah laku itu sendiri.
10. Misalnya , orang yang gemar membaca tanpa ada yang
mendorong , ia akan mencari sendiri buku – buku untuk dibacanya. Orang
yang rajin dan bertanggung jawab tanpa menunggu komando, sudah belajar
dengan sebaik – baiknya.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan belajar.
Misalnya, siswa yang sedang menyelesaikan pekerjaan rumah,
sekedar mematuhi perintah guru, kalau tidak dipatuhi guru akan
memarahinya.
5. Bentuk dan cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah.
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai
motivasi dalam belajar. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi
belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut
kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Berikut ini dikemukakan
beberapa petunjuk untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar
disekolah.
1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia
ingin dibawa. Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat
menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat
meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin
dicapai, maka akan semakin kuat motivasi nbelajar siswa (Sanjaya,
2009:29). Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya
guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
2) Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki
minat untuk belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar siswa
merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar
(Sanjaya, 2009:29). Salah satu cara yang logis untuk momotivasi siswa
dalam pembelajaran adalah mengaitkan pengalaman belajar dengan minat
siswa (Djiwandono, 2006:365).
Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat
penting, dan karena itu tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu
sangat bermanfaat bagi mereka. Demikian pula tujuan pembelajaran yang
11. penting adalah membangkitkan hasrat ingin tahu siswa mengenai pelajaran
yang akan datang, dan karena itu pembelajaran akan mampu meningkatkan
motivasi instrinsik siswa untuk mempelajari materi pembelajaran yang
disajikan oleh guru (Anni, dkk., 2006:186).
3) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar baik manakala ada dalam
suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari takut. Usahakan
agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa
tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
4) Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik
Guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik. Suatu
informasi yang disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan
yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media yang belum
pernah dikenal oleh siswa sebelumnya sehingga menarik perhatian bagi
mereka untuk belajar (Yamin, 2009:174). Dengan pembelajaran yang
menarik, maka akan membangitkan rasa uingin tahu siswa di dalam
kegiatan pembelajaran yang selanjutnya siswa akan termotivasi dalam
pembelajaran.
Motivasi untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui
penggunaan materi pembelajaran yang menharik, dan juga penggunaan
variasi metode pembelajaran. Misalnya, untuk membAngkitkan minat
belajar siswa dapat dilakukan dengan cara pemutaran film, mengundang
pembicara tamu, demonstrasi, komputer, simulasi, permaianan peran,
belajar melalui radio, karya wiasata, dan lainnya (Anni, dkk., 2006:186-187
: Hamalik, 2009:168).
Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa
5) Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai.
Dalam pembelajaran, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat
motivasi. Karena anak didik juga manusia, maka dia juga senang dipuji.
Karena pujian menimbulkan rasa puas dan senang (Sanjaya, 2009:30 ;
Hamalik, 2009:167).
6) Berikan penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus.
Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat
menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Penilaian yang diberikaan secara
terus menerus akan mendorong siswa belajar, oleh karena setiap anak
memilki kecenderungan untuk memmperoleh hasil yang baik. Disamping
itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi
12. dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama
(Hamalik, 2009:168).
7) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan
mmemberikan komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan
suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan
memberikan tulisan “ bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain
sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa (Sanjaya, 2009:21).
Penghargaan sangat efektif untuk memotivasi siswa dalam
mengerjakan tugas-tugas, baik tugas-tugas yang harus dikerjakan segera,
maupun tugas-tugas yang berlangsung terus menerus (Prayitno, 1989:17).
8) Hadiah
Hadiah diberikansebagaipenghargaanatas perilaku atau hasil
belajar positif yang sudah mereka kerjakan. Dengan pemberian hadiah ini
maka anakakanlebih termotivasiuntuk melakukan halyang positiflagi
berikutnya.
9) Ciptakan persaingan dan kerjasama
Persaingan yang sehat dapat menumbuhkan pengaruh yang baik
untuk keberhasilan proses pemebelajaran siswa. Melalui persaingan siswa
dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil
yang terbaik (Sanjaya, 2009:31). Oleh sebab itu, guru harus mendesain
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antar
kelompok maupun antar individu.g
10) Memberi ulangan
Ulangan dapat dijadikan sebagai bentuk usaha untuk
meningkatkan motivasi siswa karena anak akan lebih fokus untuk belajar
11) Ego involvement
Menumbuhkan dan membangkitkan kesadaran dalam diri siswa
untuk menerima tantangan. Hal ini akan mempengaruhi harga diri mereka
sehingga mereka akan termotivasi untuk menyelesaikan segala sesuatu
yang dibebankan kepada dirinya
12) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar merupakan bentuk motivasi intrinsik dimana anak
sudah memiliki minat untuk belajar yang berasal dari dalam diri anak tersebut
Disamping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar
diatas, adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain
13. yang sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran dan kecaman,
memberikan tugas yang sedikit berat dan menantang (Sanjaya, 2009:31).
Namun, teknik-teknik semacam itu hanya bisa digunakan dalam kasus
tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan mmemmbangkitkan motivasi
dengan cara-cara negatif lebih banyak merugikan siswa. Untuk itulah
seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif, sebaiknya
membangkitkakn motivasi dengan cara negatif dihindari.
C. Gaya Belajar siswa
Memahami gaya belajar setiap siswa merupakan cara terbaik untuk
memaksimalkan proses belajar dikelas. Gaya belajar atau learning style adalah
suatu karakteristik kognitif, afektif dan prilaku psikomotorik sebagai indikator
yang bertindak relatif stabil untuk pembelajar merasa saling berhubungan dan
bereaksi terhadap lingkungan belajar (Gobai, 2005:1). Gaya belajar adalah cara
yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti
suatu informasi (Gunawan, 2006: 139). Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa gaya belajar adalah ciri khas yang dimiliki oleh setiap orang dalam
memberikan respon terhadap pembelajaran yang diterimanya. Menurut
modalitasnya, gaya belajar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gaya belajar visual,
auditorial dan kinestetik (De Porter, 2000: 85).
Jeni-jenis gaya belajar siswa antara lain:
1. Visual (belajar dengan cara melihat)
Mata / penglihatan (visual) memegang peranan penting dalam gaya
belajar visual. Dalam hal metode pengajaran yang digunakan, guru sebaiknya
lebih banyak menitikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-
obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan
alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.
Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa
tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka
cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka
berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat
dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video.
Ada beberapa ciri-ciri gaya belajar visual :
a) Bicara agak cepat
b) Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
c) Tidak mudah terganggu oleh keributan
14. d) Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
e) Lebih suka membaca dari pada dibacakan
f) Pembaca cepat dan tekun
g) Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih
kata-kata
h) Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
i) Lebih suka musik dari pada seni
j) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis,
dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
a) Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
b) Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
c) Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
d) Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
e) Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
2. Auditori (belajar dengan cara mendengar)
Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya
melalui telinga ( alat pendengarannya ), oleh karena itu guru sebaiknya
memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang
mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan
menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan.
Mereka dapat memahami makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch
(tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya.
Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak
auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal
lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
Ciri-ciri gaya belajar auditori :
a) Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
b) Penampilan rapi
c) Mudah terganggu oleh keributan
d) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari
pada yang dilihat
e) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
f) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca
g) Biasanya ia pembicara yang fasih
h) Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
15. i) Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
j) Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
k) Berbicara dalam irama yang terpola
l) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
a) Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas
maupun di dalam keluarga.
b) Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
c) Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
d) Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
e) Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia
untuk mendengarkannya sebelum tidur.
3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui
bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam
berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi
sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan
sentuhan.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :
a) Berbicara perlahan
b) Penampilan rapi
c) Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
d) Belajar melalui memanipulasi dan praktek
e) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
f) Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
g) Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
h) Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan
tubuh saat membaca
i) Menyukai permainan yang menyibukkan
j) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah
berada di tempat itu
k) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan
kata-kata yang mengandung aksi
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
a) Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
16. b) Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya:
ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk
belajar konsep baru).
c) Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
d) Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
e) Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan
strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan
lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya,
setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.
D. Kebiasaan Guru yang Efektif dalam Memotivasi Siswa
Menurut Agus Sampurno ada beberapa kebiasaan guru yang efektif
untuk memotivasi siswa agar bersemangat dalam belajar
1. Konsistensi
Dalam hal ini, guru harus benar-benar bisa menangatur dan
memanfaatkan waktu yang ada untuk melaksanakan pembelajaran yang
efektif dan berkualitas. Dengan begitu, siswa tidak akan bersikap dan
bertindak semaunya sendiri, mengabaikan guru dan menganggu teman yang
lain
2. Perlakukan siswa sebagai individual.
Dalam mengajar, sebuah hubungan antar guru dengan siswa memang
haruslah terjalin dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut, pembatasan
maksimal jumlah siswa sudah mulai diberlakukan. Hal ini untuk memudahkan
guru dalam mengenal lebih dalam karakter siswanya sehingga proses
pendekatan guru dengan siswa akan berjalan lebih baik
Cara agar anak mengenal kita sebagai guru dengan baik dapat
dilakukan bercerita mengenai diri kita pribadi, pengalaman serta keluarga kita
agar siswa yang ada dikelas merasa mengenal anda sebagai guru dengan baik.
3. Jadikan lingkungan fisik kelas anda sedapat mungkin bernuansa belajar.
Salah satu lingkungan fisik kelas adalah tempat duduk siswa. Kita bisa
megatur pola tempat duduk siswa yang memungkinkan mereka untuk bisa
berinteraksi dan bekerjasama dengan teman lainnya dalam memecahkan
17. suatu permasalahn sperti dibentuk pola tempat duduk kelompok Dengan
lingkungan yang demikian siswa merasa asyik dan bertambah terus keingin
tahuannya dalam melakukan kegiatan belajar. Siswa juga terlatih
kemandiriannya, konsentrasinya dan kemampuan untuk memotivasi diri
sendiri.
4. Lakukan lah penilaian terhadap siswa, sesering mungkin tapi dengan alasan
yang kuat
Penilaian tidak bisa dilakukan dengan carayang berbeda-bedatidak
hanya penilaian dalam ulangan harian tapi juga bisa penilaian dari hasil proses
tanyajawab dikelas, dsb. Siswa selalu merasa ingin tahu mengenai pencapaian
hasil atas apa yang sudah dilakukan. Dengan menggunakan prinsip menilai
siswa dengan baik, akan membantu perkembangan anak untuk melakukan hal
yang terbaik saat belajar.Adapun prinsip yang baik dalam menilai siswa
adalah:
Mempunyai kriteria yang jelas dan diketahui oleh siswa sebelum dan saat
tugas dikerjakan termasuk keterampilan apa dan pengetahuan apa yang
harus dikuasai siswa di akhir pelajaran.
Saat menilai siswa, jangan selalu minta siswa menghafal hasil pengetahuan
belajarnya, namun gunakan proses penilaian sebagai cara untuk siswa agar
bisa belajar dengan lebih baik lagi
Sertakan selalu kolom refleksi siswa dan evaluasi diri sendiri dalam setiap
penilaian tugas.
Fokuslah pada kualitas hasil pekerjaan atau penampilan siswa serta aspek
kekuatan siswa
Berikan umpan balik kepada siswa dalam setiap kesempatan.
Jadikanlah kebutuhan siswa, modalitas belajar, gaya belajar siswa sebagai
landasan saat menilai dan saat membuat penugasan bagi siswa.
Perbanyaklah bukti mengenai hasil kerja siswa yang dapat digunakan untuk
memperlihatkan proses belajar siswa kepada seluruh elemen sekolah
(siswa, orang tua, guru, yayasan dan lain-lain)
Usahakan untuk menilai hal yang pantas dan berharga untuk diketahui oleh
siswa (sebagai contoh; mana yang lebih penting mengetahui tanggal hari
lahir koperasi di Indonesia dibanding mengetahui manfaat koperasi bagi
kehidupan masyarakat di Indonesia)
5. Dapatkan umpan balik dari cara anda mengajar dan bekerja
18. Banyak sekolah yang sudah mempunyai cara dan instrumen untuk
menilai guru baik kinerja maupun cara mengajar guru-gurunya. Bagaimana
jika mulai untuk;
Mendapatkan umpan balik dari siswa, seperti pemberian angket
Jurnal mengajar,dsb
Gunakan perangkat TIK (video camera) untuk melihat diri anda sendiri
saat sedang mengajar. (perhatikan juga bahasa tubuh anda saat sedang
mengajar) ingat prinsip komunikasi 60% adalah bahasa tubuh anda, 20%
nada suara saat anda berbicara dan hanya 10 % isi dari apa yang anda
utarakan.
6. Libatkan diri anda dalam setiap ajang berbagi pengetahuan formal maupun
informal .
Kita sebagai guru juga bisa mulai mengefektifkan gugus atau MGMP,
KKG dengan guru yang serumpun mata pelajaran, atau guru kelas dsb.
sebagai komunitas belajar untuk saling sharing berbagi pengetahuan dan
pengalaman
7. Membuka diri terhadap kebutuhan siswa
Sebagai guru juga harus memahami kebutuhan belajar siswanya
sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Seperti teori kecerdasan
majemuk, sebuah teori milik Howard Gardner yang sangat bermanfaat bagi
para guru untuk menyadari betapa semua siswa itu cerdas. Strategi belajar
kelompok serta strategi lain dapat digunakan demi membuka seluruh potensi
terbaik siswa .