Makna dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan semantiknya, yaitu makna leksikal, gramatikal, dan kontekstual. Makna leksikal adalah makna dasar suatu kata, makna gramatikal dipengaruhi proses gramatika, dan makna kontekstual dipengaruhi oleh situasi penggunaan kata.
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan,di dalam, tempat, dan situasi tertentu. Jadi interaksi yang berlangsung antara seorang pedagang dan pembeli di pasar pada waktu tertentu mengunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati juga dalam acara diskusi di ruang kuliah, rapat dinas di kantor, sidang di pengadilan, dan sebagainya.
Bagaimana percakapan di bus kota atau sedang di kereta api yang terjadi di antara penumpang yang tidak saling kenal (pada mulanya) dengan topik pembicaraan tidak menentu, tanpa tujuan, dengan ragam bahasa yang berganti-ganti, apakah dapat juga di sebut sebagai peristiwa tutur? Secara sosiolinguistik percakapan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai peristiwa tutur, sebab pokok percakapan tidak menentu (berganti-ganti menurut situasi), tanpa tujuan dilakukan oleh orang-orang yang tidak segaja untuk bercakap-cakap, dan mengunakan ragam bahasa yang berganti-ganti. Sebuah percakapan baru dapat di sebut sebagai sebuah peristiwa tutur kalau memenuhi syarat.
Menurut Dell Hymes (1972) seorang pakar sosiolinguistik terkenal, bahwa suatu peristiwa tutur mempunyai delapan komponen, dan dibentuk menjadi akronim SPEAKING (diangkat dari Wadhaugh 1990):
Dalam penulisan buku teks, ada beberapa landasan yaitu
1. Landasan keilmuan, meliputi keakuratan materi, cakupan materi, dan pendukung materi
2. Landasan ilmu pendidikan dan keguruan terkait dengan hakikat belajar, pembelajaran kontekstual, pembelajaran model pakem, dan pengembangangan aktivitas, kreativitas dan motivasi siswa
3. Landasan kebutuhan siswa berkaitan dengan motivasi
4. Landasan keterbacaan materi dan bahasa yang digunakan, meliputi aspek komunikatif, dialogis, lugas,keruntutan, koheransi, kesesuaian, penggunaan istilah dan simbol.
n this era of globalization The international relationship in every sector is significant. Accordingly, the
translation works in various subject fields are strongly needed . In order to fulfill such needs, the linguists and
translators play important roles to produce good translation works as fast as possible.The question is that how fast
a translation work could be done, and how could translation work be categorized as a good one. This writing aims
to discuss some of specific problems facing the translators in the case of texts from various European languages into
English and some examples into Indonesian. These problems are of both a linguistic and non-lingistic character.The
writing is descriptive in nature and based on the library research.
Dalam penulisan buku teks, ada beberapa landasan yaitu
1. Landasan keilmuan, meliputi keakuratan materi, cakupan materi, dan pendukung materi
2. Landasan ilmu pendidikan dan keguruan terkait dengan hakikat belajar, pembelajaran kontekstual, pembelajaran model pakem, dan pengembangangan aktivitas, kreativitas dan motivasi siswa
3. Landasan kebutuhan siswa berkaitan dengan motivasi
4. Landasan keterbacaan materi dan bahasa yang digunakan, meliputi aspek komunikatif, dialogis, lugas,keruntutan, koheransi, kesesuaian, penggunaan istilah dan simbol.
n this era of globalization The international relationship in every sector is significant. Accordingly, the
translation works in various subject fields are strongly needed . In order to fulfill such needs, the linguists and
translators play important roles to produce good translation works as fast as possible.The question is that how fast
a translation work could be done, and how could translation work be categorized as a good one. This writing aims
to discuss some of specific problems facing the translators in the case of texts from various European languages into
English and some examples into Indonesian. These problems are of both a linguistic and non-lingistic character.The
writing is descriptive in nature and based on the library research.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Kajian makna bahasa
1.
2. Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu
kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan
saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan
dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita
tidak bisa memperoleh makna dari kata itu. Kata-kata yang
bersal dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan
atau kesalahan berbahasa, maka pilihan dan penggunaannya
harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam sebuah
kata. Agar bahasa yang dipergunakan mudah dipahami,
dimengerti, dan tidak salah penafsirannya, dari segi makna
yang dapat menumbuhkan resksi dalam pikiran pembaca atau
pendengar karena rangsangan aspek bentuk kata tertentu.
3. Menurut Chaer (1994), makna dapat dibedakan berdasarkan
beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis
semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal,
makna gramatikal, dan makna kontekstual. Oleh karena itu,
penulis membahas dalam makalah ini mengenai kajian
makna bahasa. Adapun rumusan masalah mencakup sebagai
berikut:
Pengertian makna bahasa.
Kajian makna Leksikal.
Kajian makna Gramitikal.
Kajian makna Kontekstual.
4. Pengertian Makna Bahasa
Semantik adalah adalah ilmu yang mempelajari tentang
makna sebuah kata.
Ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari
tiga tataran analisis bahasa : fonologi, gramatikal, dan
semantik.
Semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”.
Studi yang mempelajari makna merupakan bagian dari
linguistik.
Objek studi semantik adalah makna bahasa. Lebih tepat
lagi, makna dari satuan-satuan bahasa seperti kata, frase,
klausa, kalimat, dan wacana.
7. DARUSSALAM UNIVERSITY
Kajian Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna leksikon atau leksem atau kata
yang berdiri sendiri, tidak berada dalam konteks, atau terlepas
dari konteks.
Ada yang mengartikan bahwa makna leksikal adalah makna yang terdapat dalam kamus.
Hal itu tidak selalu benar berdasarkan pertimbangan berikut.
1. Kamus tidak hanya memuat makna leksikal. Sejumlah kemungkinan makna
ditampilkan dalam konteks sehingga makna itu bukan makna leksikal.
2. Jika kamus diartikan sebagai teks yang memuat kata beserta maknanya, definisi
tersebut tidak berlaku bagi bahasa yang tidak memiliki kamus. Padahal, makna leksikal
selalu ada pada suatu bahasa walaupun bahasa itu belum memilki kamus.
8. Kajian Makna Gramitikal
Makna Gramatikal Menurut Ahli adalah makna yang hadir sebagai akibat dari
proses gramatika seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Makna gramatikal
bergantung pada konteks yang membawanya. Hal ini terjadi akibat proses-proses
gramatikal yang terjadi pada kata tersebut, seperti pengimbuhan, pengulangan ,
dan pemajemukan.
Contoh :
Berumah
- mempunyai rumah
Rumah-rumah
- banyak rumah
Rumah sakit
- rumah tempat merawat orang sakit
9. D AINU
Dari uraian di atas, dapa kita simpulkan perbedaan makna
leksikal dan makna gramatikal sebagai berikut :
1. Makna leksika adalah makna asli, sedangkan makna
gramatikal mekna sesuai konteks
2. Makna leksikal bersifat tetap, sedangkan makna gramatikal
bisa berubah-ubah sesuai proses gramatikal yang terjadi
pada kata tersebut.
3. Makna leksikal berdiri sendiri, sedangkan makna gramatikal
terikat dengan kata lain yang mengikutinya.
10. Kajian Makna Kontekstual
Chaer mengungkapkan bahwa
makna kontekstual adalah “makna
sebuah leksem atau kata yang
berada di dalam konteks. Makna
konteks juga dapat berkenaan
dengan situasinya yakni tempat,
waktu, lingkungan, penggunaan
leksem tersebut”
Kemudian Sarwiji memaparkan
bahwa “makna kontekstual
(contextual meaning; situational
meaning) muncul sebagai akibat
hubungan antara ujaran dan situasi
pada waktu ujaran dipakai”.
Beliau juga berpendapat bahwa
makna “kontekstual adalah makna
kata yang sesuai dengan
konteksnya”.
11. Dari beberapa uraian diatas maksud dari makna kontekstual dapat
diartikan sebagai makna kata atau leksem yang berada pada suatu uraian
atau kalimat yang dipengaruh oleh situasi, tempat, waktu, lingkungan
penggunaan kata tersebut. Artinya, munculnya makna kontekstual bisa
disebabkan oleh situasi, tempat, waktu, dan lingkungan. Misalnya,
makna konteks kata kepala pada kalimat-kalimat berikut :
a. Rambut di kepala nenek belum ada yang putih.
b. Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu.
c. Nomor teleponnya ada pada kepala surat itu.
12. Menurut Chaer (1994), makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang.
Berdasarkan jenis semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal, makna gramatikal, dan
makna kontekstual. Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski
tanpa konteks apapun. Dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang
sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi indera kita atau makna apa adanya. Makna gramatikal
adalah makna yang ada jika terjadi proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau
kalimatisasi. Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam
satu konteks. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu dan
lingkungan penggunaan bahasa itu.
Kesimpulan
كاتوبر هللا ورمحة عليكم السالموه