Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan dan evaluasi lanjut kala IV pasca persalinan, yang meliputi pemantauan tanda-tanda vital ibu, kontraksi uterus, perdarahan, lochea, perineum, dan kandung kemih secara teratur untuk mencegah kematian ibu akibat komplikasi pasca persalinan seperti perdarahan berlebihan dan infeksi. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pemantauan dan pendokumentasian selama kala IV.
Dokumen ini memberikan pedoman untuk mengawasi ibu setelah melahirkan selama dua jam pertama, termasuk memantau tanda vital, suhu tubuh, kontraksi rahim, perdarahan, kandung kemih, dan tonus rahim. Ibu perlu diobservasi setiap 15 menit selama jam pertama dan 30 menit selama jam kedua untuk memastikan kondisinya stabil. Keluarga diajarkan cara menilai tonus dan perdarahan rahim serta melakukan pemijatan bila perlu.
Dokumen tersebut merupakan ringkasan 60 langkah persalinan normal yang mencakup tahapan persiapan, pemantauan, bantuan kelahiran bayi, penanganan bayi baru lahir, dan tindakan pasca persalinan. Langkah-langkah tersebut bertujuan untuk memastikan proses persalinan berjalan lancar dan aman bagi ibu dan bayinya.
Dokumen tersebut membahas tentang kala 1 persalinan, meliputi definisi persalinan dan bentuknya, tanda-tanda kala 1, fase-fasenya, perbedaan antara primigravida dan multigravida, serta langkah-langkah pemberian asuhan kebidanan selama kala 1 persalinan seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, penggunaan partograf, dan lain-lain.
Dokumen ini memberikan pedoman untuk mengawasi ibu setelah melahirkan selama dua jam pertama, termasuk memantau tanda vital, suhu tubuh, kontraksi rahim, perdarahan, kandung kemih, dan tonus rahim. Ibu perlu diobservasi setiap 15 menit selama jam pertama dan 30 menit selama jam kedua untuk memastikan kondisinya stabil. Keluarga diajarkan cara menilai tonus dan perdarahan rahim serta melakukan pemijatan bila perlu.
Dokumen tersebut merupakan ringkasan 60 langkah persalinan normal yang mencakup tahapan persiapan, pemantauan, bantuan kelahiran bayi, penanganan bayi baru lahir, dan tindakan pasca persalinan. Langkah-langkah tersebut bertujuan untuk memastikan proses persalinan berjalan lancar dan aman bagi ibu dan bayinya.
Dokumen tersebut membahas tentang kala 1 persalinan, meliputi definisi persalinan dan bentuknya, tanda-tanda kala 1, fase-fasenya, perbedaan antara primigravida dan multigravida, serta langkah-langkah pemberian asuhan kebidanan selama kala 1 persalinan seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, penggunaan partograf, dan lain-lain.
Dokumen tersebut membahas tentang persalinan kala III dan IV. Kala III meliputi pelepasan dan kelahiran plasenta setelah bayi lahir, sedangkan Kala IV adalah periode 1-2 jam pasca persalinan untuk pemulihan stabilitas fisiologi ibu dan bayi baru lahir. Dokumen ini juga menjelaskan tanda, gejala, penyebab, dan tindakan untuk kondisi seperti atonia uteri dan perdarahan berlebihan pasca persalinan.
Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Kala I, II, III dan IVpjj_kemenkes
1. Dokumen tersebut memberikan instruksi langkah-langkah persiapan dan tindakan bidan dalam menolong persalinan normal, mulai dari persiapan ruangan dan peralatan hingga tahap-tahap kelahiran bayi.
2. Langkah-langkah tersebut meliputi observasi kemajuan persalinan, pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, bimbingan meneran, hingga persiapan kelahiran kepala dan bahu bayi
Manajemen laktasi meliputi upaya seperti perawatan payudara sejak kehamilan, menyusui langsung setelah persalinan, dan melanjutkan menyusui eksklusif. Faktor-faktor seperti hormon, sikap perawat, dan kemampuan mengidentifikasi masalah dapat mempengaruhi keberhasilan laktasi. Beberapa masalah umum seperti payudara bengkak dapat diatasi dengan menyusui sering, kompres air hangat, dan
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Uterus akan membesar secara proporsional seiring bertambahnya usia kehamilan akibat pengaruh hormon. Organ dan sistem tubuh lainnya juga mengalami perubahan untuk mendukung pertumbuhan janin. Kebutuhan metabolik ibu hamil meningkat selama kehamilan.
Penjagaan bayi baru lahir sangat penting untuk menyesuaikan bayi dengan persekitaran baru. Tali pusat perlu dipotong dan bayi perlu dikeringkan selepas kelahiran, kemudian diletakkan di dalam warmer. Pengkateran umbilikal boleh digunakan untuk menilai tekanan darah bayi atau memberikan ubat, tetapi boleh menyebabkan komplikasi seperti infeksi. Ibu bapa perlu diajar untuk memantau tanda-tanda masal
Masa nifas adalah masa setelah kelahiran plasenta sampai 6 minggu. Ibu harus waspada akan tanda bahaya seperti perdarahan berlebihan, demam, sakit kepala, atau pembengkakan. Bayi baru lahir dan perinatal juga memiliki tanda bahaya seperti pernafasan kesulitan, suhu tubuh tidak normal, warna kulit aneh, atau aktivitas tidak biasa yang membutuhkan perhatian medis. Ibu dan bayi perlu
1. Dokumen tersebut memberikan pedoman lengkap tentang persiapan, prosedur, dan pemantauan persalinan normal tanpa komplikasi.
2. Persalinan alami dipromosikan dengan pendekatan sayang ibu dan tidak intervensi kecuali diperlukan.
3. Peralatan, obat-obatan, dan formulir yang dibutuhkan tersedia lengkap untuk menangani persalinan maupun komplikasi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan ibu bersalin normal pada Ny. R usia 31 tahun yang sedang dalam proses persalinan kala I hingga kala III.
2. Ibu melahirkan seorang bayi laki-laki secara spontan pada pukul 05:15 dengan berat badan 2800 gram dan panjang badan 50 cm.
3. Asuhan yang diberikan meliputi pemantauan ibu dan janin, bimb
Abortus merupakan pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia 20 minggu. Terdapat beberapa jenis abortus seperti abortus iminens, insipiens, inkomplit, komplit, dan missed abortion. Penanganannya meliputi pengosongan rahim, pemberian obat, dan antiseptik untuk mencegah infeksi.
Persalinan adalah proses keluarnya janin dan plasenta dari uterus yang ditandai dengan kontraksi rahim yang menipis dan membuka serviks serta mengeluarkan lendir darah dari vagina. Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah tenaga, jalan lahir, dan janin. Ada tanda-tanda persalinan seperti rasa sakit yang datang berkala setiap 10 menit atau lebih sering di perut bagian bawah dan keluarnya lendir darah, serta tanda b
1. Deteksi dini komplikasi masa nifas meliputi perdarahan berlebih, infeksi, dan komplikasi lainnya seperti atonia uteri dan retensi plasenta.
2. Penanganan atonia uteri meliputi kompresi bimanual, oksitosin, dan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan bila perdarahan tidak berhenti.
3. Infeksi masa nifas disebabkan oleh bakteri dan faktor risiko seperti partus l
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)dr. Rachel Sagrim
Beberapa faktor resiko yang dapat memperberat atau mempersulit kala III antara lain:
1. Faktor ibu (primipara, umur muda/tua, kurang gizi, hipertensi)
2. Faktor janin (prematur, makrosomia, kembar)
3. Faktor persalinan (persalinan dibantu, pendarahan dini, asfiksia janin)
4. Faktor plasenta (plasenta previa, plasenta akreta, vasa
Mendeteksi komplikasi persalinan kala iiicahyatoshi
Dokumen tersebut membahas tentang perdarahan pasca persalinan yang melebihi 500 ml, penyebabnya seperti atonia uteri, retensio plasenta, dan laserasi jalan lahir. Jika terjadi atonia uteri, bidan akan melakukan kompresi bimanual untuk merangsang kontraksi rahim."
Dokumen tersebut membahas tentang persalinan kala III dan IV. Kala III meliputi pelepasan dan kelahiran plasenta setelah bayi lahir, sedangkan Kala IV adalah periode 1-2 jam pasca persalinan untuk pemulihan stabilitas fisiologi ibu dan bayi baru lahir. Dokumen ini juga menjelaskan tanda, gejala, penyebab, dan tindakan untuk kondisi seperti atonia uteri dan perdarahan berlebihan pasca persalinan.
Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Kala I, II, III dan IVpjj_kemenkes
1. Dokumen tersebut memberikan instruksi langkah-langkah persiapan dan tindakan bidan dalam menolong persalinan normal, mulai dari persiapan ruangan dan peralatan hingga tahap-tahap kelahiran bayi.
2. Langkah-langkah tersebut meliputi observasi kemajuan persalinan, pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, bimbingan meneran, hingga persiapan kelahiran kepala dan bahu bayi
Manajemen laktasi meliputi upaya seperti perawatan payudara sejak kehamilan, menyusui langsung setelah persalinan, dan melanjutkan menyusui eksklusif. Faktor-faktor seperti hormon, sikap perawat, dan kemampuan mengidentifikasi masalah dapat mempengaruhi keberhasilan laktasi. Beberapa masalah umum seperti payudara bengkak dapat diatasi dengan menyusui sering, kompres air hangat, dan
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Uterus akan membesar secara proporsional seiring bertambahnya usia kehamilan akibat pengaruh hormon. Organ dan sistem tubuh lainnya juga mengalami perubahan untuk mendukung pertumbuhan janin. Kebutuhan metabolik ibu hamil meningkat selama kehamilan.
Penjagaan bayi baru lahir sangat penting untuk menyesuaikan bayi dengan persekitaran baru. Tali pusat perlu dipotong dan bayi perlu dikeringkan selepas kelahiran, kemudian diletakkan di dalam warmer. Pengkateran umbilikal boleh digunakan untuk menilai tekanan darah bayi atau memberikan ubat, tetapi boleh menyebabkan komplikasi seperti infeksi. Ibu bapa perlu diajar untuk memantau tanda-tanda masal
Masa nifas adalah masa setelah kelahiran plasenta sampai 6 minggu. Ibu harus waspada akan tanda bahaya seperti perdarahan berlebihan, demam, sakit kepala, atau pembengkakan. Bayi baru lahir dan perinatal juga memiliki tanda bahaya seperti pernafasan kesulitan, suhu tubuh tidak normal, warna kulit aneh, atau aktivitas tidak biasa yang membutuhkan perhatian medis. Ibu dan bayi perlu
1. Dokumen tersebut memberikan pedoman lengkap tentang persiapan, prosedur, dan pemantauan persalinan normal tanpa komplikasi.
2. Persalinan alami dipromosikan dengan pendekatan sayang ibu dan tidak intervensi kecuali diperlukan.
3. Peralatan, obat-obatan, dan formulir yang dibutuhkan tersedia lengkap untuk menangani persalinan maupun komplikasi.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan ibu bersalin normal pada Ny. R usia 31 tahun yang sedang dalam proses persalinan kala I hingga kala III.
2. Ibu melahirkan seorang bayi laki-laki secara spontan pada pukul 05:15 dengan berat badan 2800 gram dan panjang badan 50 cm.
3. Asuhan yang diberikan meliputi pemantauan ibu dan janin, bimb
Abortus merupakan pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia 20 minggu. Terdapat beberapa jenis abortus seperti abortus iminens, insipiens, inkomplit, komplit, dan missed abortion. Penanganannya meliputi pengosongan rahim, pemberian obat, dan antiseptik untuk mencegah infeksi.
Persalinan adalah proses keluarnya janin dan plasenta dari uterus yang ditandai dengan kontraksi rahim yang menipis dan membuka serviks serta mengeluarkan lendir darah dari vagina. Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah tenaga, jalan lahir, dan janin. Ada tanda-tanda persalinan seperti rasa sakit yang datang berkala setiap 10 menit atau lebih sering di perut bagian bawah dan keluarnya lendir darah, serta tanda b
1. Deteksi dini komplikasi masa nifas meliputi perdarahan berlebih, infeksi, dan komplikasi lainnya seperti atonia uteri dan retensi plasenta.
2. Penanganan atonia uteri meliputi kompresi bimanual, oksitosin, dan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan bila perdarahan tidak berhenti.
3. Infeksi masa nifas disebabkan oleh bakteri dan faktor risiko seperti partus l
Laporan Kasus RETENSIO PLASENTA oleh : dr. Rachel Sagrim (FK Uncen)dr. Rachel Sagrim
Beberapa faktor resiko yang dapat memperberat atau mempersulit kala III antara lain:
1. Faktor ibu (primipara, umur muda/tua, kurang gizi, hipertensi)
2. Faktor janin (prematur, makrosomia, kembar)
3. Faktor persalinan (persalinan dibantu, pendarahan dini, asfiksia janin)
4. Faktor plasenta (plasenta previa, plasenta akreta, vasa
Mendeteksi komplikasi persalinan kala iiicahyatoshi
Dokumen tersebut membahas tentang perdarahan pasca persalinan yang melebihi 500 ml, penyebabnya seperti atonia uteri, retensio plasenta, dan laserasi jalan lahir. Jika terjadi atonia uteri, bidan akan melakukan kompresi bimanual untuk merangsang kontraksi rahim."
Post partum merupakan masa 6 minggu setelah persalinan yang ditandai dengan pemulihan organ reproduksi ibu serta adaptasi peran baru sebagai ibu. Pada masa ini terjadi berbagai perubahan fisik, psikologis, dan peran sosial bagi ibu dan keluarga. Perawatan kesehatan ibu meliputi pemantauan lochia, fundus uteri, dan tanda-tanda komplikasi serta dukungan psikososial.
Dokumen tersebut membahas perubahan fisiologi ibu selama masa nifas. Secara ringkas, perubahan tersebut meliputi: (1) involusi uterus dan pengeluaran lokhea, (2) perubahan serviks dan vagina, (3) perubahan sistem pencernaan, perkemihan, kardiovaskuler, dan hematologi. Perubahan-perubahan ini merupakan proses pemulihan tubuh ibu setelah melahirkan.
Masa nifas adalah masa pemulihan setelah persalinan yang berlangsung selama 6-8 minggu. Terjadi berbagai perubahan fisiologis seperti involusi rahim, lokhea, produksi ASI, serta masalah-masalah seperti demam, nyeri, perdarahan, dan depresi. Penting untuk memulihkan kesehatan serta menjaga kebersihan dan nutrisi selama masa pemulihan ini.
Dokumen tersebut merupakan laporan pendahuluan dan asuhan kebidanan pada Ny. A dengan persalinan kala I fase aktif. Dokumen tersebut menjelaskan definisi, fisiologi, fase-fase, tanda bahaya, manajemen, dukungan, dan pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu selama persalinan kala I.
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Masa Persalinan Kala III dan IVpjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan keadaan darurat pada persalinan kala III dan IV, seperti atonia uteri, retensio plasenta, robekan jalan lahir, perdarahan, dan syok obstetrik. Penatalaksanaan meliputi pemberian obat, manajemen aktif, plasenta manual, dan penanganan awal syok seperti infus cairan dan pantau tanda vital untuk menstabilkan kondisi pasien.
Dokumen tersebut merangkum asuhan keperawatan untuk ibu intranatal dan persalinan, mulai dari fase laten aktif hingga fase pengawasan pascapersalinan. Terdapat 4 kala persalinan yang masing-masing memuat pengkajian, lingkup masalah, dan tindakan keperawatan yang sesuai. Dokumen ini memberikan panduan lengkap mengenai proses dan asuhan persalinan normal pada ibu.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut menjelaskan proses dan asuhan persalinan kala dua mulai dari tanda-tanda awal hingga kelahiran bayi beserta penatalaksanaannya oleh bidan, termasuk posisi meneran yang tepat dan tindakan pencegahan serta penanganan komplikasi.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan kebidanan masa nifas mulai dari perubahan fisiologi, anatomi payudara, fisiologi laktasi, komposisi ASI, dan kunjungan masa nifas."
Dokumen tersebut membahas tentang perdarahan postpartum yang merupakan salah satu penyebab kematian ibu pasca melahirkan. Perdarahan postpartum diklasifikasikan menjadi dua, yaitu early postpartum yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan dan late postpartum yang terjadi lebih dari 24 jam. Tiga hal penting dalam menangani perdarahan postpartum adalah menghentikan perdarahan, mencegah syok, dan mengganti darah yang hilang.
Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik ibu nifas, yang meliputi penjelasan tentang perubahan fisiologi pada masa nifas, standar operasional prosedur pemeriksaan fisik, dan tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi pada ibu nifas."
1. Pemantauan dan evaluasi lanjut kala IV
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemantauan Dan Evaluasi Lanjut Kala IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan
ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibatperdarahan. Kematian
ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan
oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan
15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan. selama 1 jam
pertama setelah persalinan, tanda-tanda vital ibu, uterus, lochea, perineum, dan kandung
kemih dipantau dan dievaluasi secara teratur sampai semua stabil dalam kisaran normal.
1. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah
Tekanan darah normal < 140/90 mmHg, Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi
masalah), Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan. Sedikit
berubah atau menetap, sistol dan diastole dapat meningkat sedikit hingga 4 hari post partum
b. Suhu
S > 38˚ C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi. Normal
<38˚ C, 24 jam pertama dapat mencapai 38˚ C karena efek
dehidrasi persalinan, ( karena perslinan yang lama dan tidak cukup minum ) atau ada infeksi
c. Nadi
setelah melahirkan nadi < 100X / menit karena kelelahan. Frekuensi nadi yang cepat atau
semakin meningkat >100 x/mnt dapat menunjukkan hipovolemia karena perdarahan
d. Pernafasan
bila suhu dan denyut nadi tidak normal, maka pernapasan akan mengikutinya
Pernapasan normal, teratur,cukup dalam frekuensi 18x/m. Fungsi pulmonal kembali ke status
sebelum hamil setelam 6 bulan post partum.
2. Konsistensi Uterus
Setelah kelahiran plasenta uterus biasanya akan berada pada garis tengah dari abdomen kira-
kira ¾ naik ke atas antara symphysis pubis dan umbilikus
Untuk membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan masase agar uterus tidak
menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat.
Menyusui merupakan metode efektif untuk meningkatkan tonus uterus, selain itu dapat
dilakukan dengan cara mempertahankan massase ringan yang juga dapat mengurangi
perdarahan. Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti darah
2. haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab ( dari jalan lahir, kontraksi
atau kandung kencing )
3. Perdarahan
Perdarahan yang normal setelah kelahiran mungkin hanya akan sebanyak satu pembalut
perempuan per jam, selama 6 jam pertama atau seperti darah haid yang banyak. Jika
perdarahan lebih banyak dari ini, ibu hendaknya diperiksa lebih sering dan penyebab –
penyebab perdarahan berat harus diselidiki. Apakah ada laserasi pada vagina atau serviks,
apakah uterus berkontraksi dengan baik, apakah kandung kencingnya kosong.
4. Lochea
Lochea (Darah nifas). Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas yang
dikeluarkan pervaginam. Sifat lochea mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lochea ini biasanya berbau anyir / amis.
Jenis - Jenis Lochea :
Lochea Rubra : berwarna merah, berisi darah segar, sisa - sisa selaput ketuban, sel - sel
desidua, sisa - sisa amnion, lanugo, vernix casiosa, dan mekonium. Lochea rubra biasanya
terjadi pada hari 1-2 hari pasca persalinan.
Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir. Lochea
Sanguinolenta biasanya terjadi pada 3-7 hari pasca peralinan.
Lochea Serosa : berwarna kuning, biasanya cairan sudah tidak berdarah lagi. Lochea Serosa
biasanya terjadi pada 7-14 hari pasca peralinan.
Lochea Alba : berwarna putih, mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut
jaringan yang mati. Lochea Alba biasanya terjadi setelah 2 minggu pasca peralinan.
Lochea Purulenta : Keluarnya cairan seperti nanah, berbau busuk, dan telah terjadi infeksi.
Locheostasis : jika lochea tidak lancar keluarnya.
4. Perineum
perinium dievaluasi untuk melihat adanya edema, memar dan pembentukan
hematoma serta untuk memeriksa apakah ada perdarahan pada jahitan perinium
5. Kandung Kemih
Jika kandung kencing penuh dengan air seni, uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik.
Jika uterus naik di dalam abdomen dan tergeser ke samping, ini biasanya merupakan
pertanda bahwa kandung kencing penuh. Bantu ibu untuk bangun dan coba apakah ia bisa
buang air kecil. Jika tidak bisa buang air kecil, bantulah ia agar merasa rileks dengan
meletakkan jari – jarinya di dalam air hangat, mengucurkan air ke atas perinium, dengan
menjaga privasinya. Jika ia tetap tidak dapat kencing, lakukan katerisasi. Setelah kandung
kencing kosong, uterus akan dapat berkontraksi dengan baik.
Kandung kemih dikaji sekali lagi menjelang akhir waktu ini dan harus dikosongkan jika
3. kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik akan mengganggu proses involusi
6. Perkiraan darah yang hilang
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah bercampur
dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap handuk, kain atau sarung. Tak
mungkin menilai kehilangan darah secara akurat melalui penghitungan jumlah sarung karena
ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau
basah oleh darah. Meletakkan wadah atau pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan
darah, bukanlah cara efektif untuk mengukur kehilangan darah dan cerminan asuhan sayang
ibu karena berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu
untuk memegang dan menyusukan bayinya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang
terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah
tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter
darah. Jika darahbisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah. Memperkirakan
kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu.
Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan
gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran
menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya
maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka
ibu telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500 ml). Penting untuk
selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah ibu selama kala empat
melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi uterus.
B. Pemantauan Keadaan Umum Ibu
a. Setelah lahirnya plasenta:
1) Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan anda secara melintang antara pusat dan
fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau lebih bawah misalnya jika dua jari
bisa diletakan di bawah pusat dan di atas fundus uteri, disebut dua jari di bawah pusat.
3) Perkirakanlah kehilangan darah secara keseluruhan
4) Periksa perinium dari perdarahan aktif, misalnya apakah dari laserasi atau episiotomy
5) Evaluasi kondisi ibu secara umum
6) Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di halaman belakang
partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
C. Selama Dua Jam Pertama Pasca Persalinan
1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15
menit selama satu jam pertarna dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika
ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi obsemasi dan penilaian kondisi ibu.
2. Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama satu jam
pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak
normal, tingkatkan frekuensi obsemasi dan penilaian kondisi ibu.
4. 3. Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pascapersalinan. Jika meningkat,
pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
4. Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam pertama dan
setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
5. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang
keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek.
6. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu mengenakan baju atau
sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau
berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala terlutup baik,
kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
7. Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
Jangan gunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pascapersalinan atau hingga
kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi
uterus secara memadai. Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya dan anjurkan untuk mengosongkannya setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu bahwa
keinginan untuk berkemih mungkin berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tak
dapat berkemih, bantu ibu dengan cara menyiramkan air beisih dan hangat ke perineumnya.
Berikan privasi atau masukkan jari-jari ibu ke dalam air hangat untuk merangsang keinginan
berkemih secara spontan.
Jika setelah berbagai upaya tersebut, ibu tetap tidak dapat berkemih secara spontan,
mungkin perlu dilakukan kateterisasi. Jika kandung kemih penuh atau dapat dipalpasi,
gunakan teknik aseptik saat memasuki kateter Nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan
kandung kemih. Setelah kandung kemih dikosongkan, lakukan masase pada fundus agar
uterus berkontraksi dengan baik.
Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ia dapat berkemih sendiri dan keluarganya
mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah darah yang keluar. Ajarkan pada
mereka bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda-tanda bahaya seperti :
Demam
Pendarahan aktif
Keluar banyak bekuan darah
Bau busuk dari vagina
Pusing
Lemas luar biasa
Penyulit dalam menyusukan bayinya
Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa.
D. Pendokumentasian Kala IV
Dalam pendokumentasian kala IV bisa menggunakan format SOAP. Format SOAP
digunakan untuk pengkajian awal pasien.
S(subjective ):Pernyataan atau keluhan dari pasien
O(Objective ): data dari hasil observasi oleh bidan atau keluarga
A(Analisys): Kesimpulan dari objective dan subjective
P(Planning): Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis.
5. ContohSOAP:
A. SUBJEKTIF
Ibu senang persalinannya lancar
Ibu mengatakan perutnya mules
B. OBJEKTIF
Pemeriksaan umum
1.Keadaan umum : Baik
2.Kesadaran : Komposmentis
3.Tanda vital:
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 37 C
RR :24 kali/menit
4.Keadaan kandung kemih : kosong
5.TFU : 2 jari di bawah pusat
6.Kontraksi uterus : baik
7.Perdarahan : 100 cc
C. ASSASMENT
Ny. S usia 35 tahung G2P2A0 post partum kala IV normal
D. PLANNING
1.Memberitau ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik
-Ibu dan keluarga mengerti dengan keadaan ibu saat ini
2.Memberi ibu makan dan minum,membersihkan dan mengganti pakaian ibu,menfasilitasi
ibu untuk berkemih dan beristirahat ntuk menghilangkan rasa lelah
-Ibu mengerti dan akan beristirahat
3.Membersihkan tubuh ibu dari lender dan darah
-Tubuh ibu telah dibersihkan
4.Memeriksa kontraksi uterus, perdarahan, TTV, dan kandung kemih setiap 15 menit sekali
pada jam pertama dan 30 menit sekali pada jam kedua
-Pemeriksaan telah dilakukan
5.Mengajarkan ibu dan keluarga cara mengganti balutan
-Ibu dan keluarga mengerti cara mengganti balutan
6.Menyuci dan menyeterilkan semua peralatan bekas pakai
-Semua peralatan sudah dicuci dan diseterilkan
7.Melakukan pendokumentasian hasil tercatat di partograf
-Pendokumentasian telah dilakukan
6. Pemantauan dan evaluasi lanjut kala IV
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemantauan Dan Evaluasi Lanjut Kala IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan
ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibatperdarahan. Kematian
ibu pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan
oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan
15 menit pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan. selama 1 jam
pertama setelah persalinan, tanda-tanda vital ibu, uterus, lochea, perineum, dan kandung
kemih dipantau dan dievaluasi secara teratur sampai semua stabil dalam kisaran normal.
1. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah
Tekanan darah normal < 140/90 mmHg, Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi
masalah), Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan. Sedikit
berubah atau menetap, sistol dan diastole dapat meningkat sedikit hingga 4 hari post partum
b. Suhu
S > 38˚ C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi. Normal
<38˚ C, 24 jam pertama dapat mencapai 38˚ C karena efek
dehidrasi persalinan, ( karena perslinan yang lama dan tidak cukup minum ) atau ada infeksi
c. Nadi
setelah melahirkan nadi < 100X / menit karena kelelahan. Frekuensi nadi yang cepat atau
semakin meningkat >100 x/mnt dapat menunjukkan hipovolemia karena perdarahan
d. Pernafasan
bila suhu dan denyut nadi tidak normal, maka pernapasan akan mengikutinya
Pernapasan normal, teratur,cukup dalam frekuensi 18x/m. Fungsi pulmonal kembali ke status
sebelum hamil setelam 6 bulan post partum.
2. Konsistensi Uterus
Setelah kelahiran plasenta uterus biasanya akan berada pada garis tengah dari abdomen kira-
kira ¾ naik ke atas antara symphysis pubis dan umbilikus
Untuk membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan masase agar uterus tidak
menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat.
7. Menyusui merupakan metode efektif untuk meningkatkan tonus uterus, selain itu dapat
dilakukan dengan cara mempertahankan massase ringan yang juga dapat mengurangi
perdarahan. Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti darah
haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab ( dari jalan lahir, kontraksi
atau kandung kencing )
3. Perdarahan
Perdarahan yang normal setelah kelahiran mungkin hanya akan sebanyak satu pembalut
perempuan per jam, selama 6 jam pertama atau seperti darah haid yang banyak. Jika
perdarahan lebih banyak dari ini, ibu hendaknya diperiksa lebih sering dan penyebab –
penyebab perdarahan berat harus diselidiki. Apakah ada laserasi pada vagina atau serviks,
apakah uterus berkontraksi dengan baik, apakah kandung kencingnya kosong.
4. Lochea
Lochea (Darah nifas). Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas yang
dikeluarkan pervaginam. Sifat lochea mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lochea ini biasanya berbau anyir / amis.
Jenis - Jenis Lochea :
Lochea Rubra : berwarna merah, berisi darah segar, sisa - sisa selaput ketuban, sel - sel
desidua, sisa - sisa amnion, lanugo, vernix casiosa, dan mekonium. Lochea rubra biasanya
terjadi pada hari 1-2 hari pasca persalinan.
Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir. Lochea
Sanguinolenta biasanya terjadi pada 3-7 hari pasca peralinan.
Lochea Serosa : berwarna kuning, biasanya cairan sudah tidak berdarah lagi. Lochea Serosa
biasanya terjadi pada 7-14 hari pasca peralinan.
Lochea Alba : berwarna putih, mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut
jaringan yang mati. Lochea Alba biasanya terjadi setelah 2 minggu pasca peralinan.
Lochea Purulenta : Keluarnya cairan seperti nanah, berbau busuk, dan telah terjadi infeksi.
Locheostasis : jika lochea tidak lancar keluarnya.
4. Perineum
perinium dievaluasi untuk melihat adanya edema, memar dan pembentukan
hematoma serta untuk memeriksa apakah ada perdarahan pada jahitan perinium
5. Kandung Kemih
Jika kandung kencing penuh dengan air seni, uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik.
Jika uterus naik di dalam abdomen dan tergeser ke samping, ini biasanya merupakan
pertanda bahwa kandung kencing penuh. Bantu ibu untuk bangun dan coba apakah ia bisa
buang air kecil. Jika tidak bisa buang air kecil, bantulah ia agar merasa rileks dengan
meletakkan jari – jarinya di dalam air hangat, mengucurkan air ke atas perinium, dengan
8. menjaga privasinya. Jika ia tetap tidak dapat kencing, lakukan katerisasi. Setelah kandung
kencing kosong, uterus akan dapat berkontraksi dengan baik.
Kandung kemih dikaji sekali lagi menjelang akhir waktu ini dan harus dikosongkan jika
kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik akan mengganggu proses involusi
6. Perkiraan darah yang hilang
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah bercampur
dengan cairan ketuban atau urin dan mungkin terserap handuk, kain atau sarung. Tak
mungkin menilai kehilangan darah secara akurat melalui penghitungan jumlah sarung karena
ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau
basah oleh darah. Meletakkan wadah atau pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan
darah, bukanlah cara efektif untuk mengukur kehilangan darah dan cerminan asuhan sayang
ibu karena berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu
untuk memegang dan menyusukan bayinya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang
terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah
tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter
darah. Jika darahbisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah. Memperkirakan
kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu.
Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan
gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran
menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya
maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka
ibu telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500 ml). Penting untuk
selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah ibu selama kala empat
melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi uterus.
B. Pemantauan Keadaan Umum Ibu
a. Setelah lahirnya plasenta:
1) Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan anda secara melintang antara pusat dan
fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau lebih bawah misalnya jika dua jari
bisa diletakan di bawah pusat dan di atas fundus uteri, disebut dua jari di bawah pusat.
3) Perkirakanlah kehilangan darah secara keseluruhan
4) Periksa perinium dari perdarahan aktif, misalnya apakah dari laserasi atau episiotomy
5) Evaluasi kondisi ibu secara umum
6) Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di halaman belakang
partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
C. Selama Dua Jam Pertama Pasca Persalinan
9. 1. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15
menit selama satu jam pertarna dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika
ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi obsemasi dan penilaian kondisi ibu.
2. Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama satu jam
pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak
normal, tingkatkan frekuensi obsemasi dan penilaian kondisi ibu.
3. Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pascapersalinan. Jika meningkat,
pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
4. Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam pertama dan
setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
5. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang
keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek.
6. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu mengenakan baju atau
sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau
berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala terlutup baik,
kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
7. Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
Jangan gunakan kain pembebat perut selama dua jam pertama pascapersalinan atau hingga
kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi
uterus secara memadai. Jika kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosongkan kandung
kemihnya dan anjurkan untuk mengosongkannya setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu bahwa
keinginan untuk berkemih mungkin berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tak
dapat berkemih, bantu ibu dengan cara menyiramkan air beisih dan hangat ke perineumnya.
Berikan privasi atau masukkan jari-jari ibu ke dalam air hangat untuk merangsang keinginan
berkemih secara spontan.
Jika setelah berbagai upaya tersebut, ibu tetap tidak dapat berkemih secara spontan,
mungkin perlu dilakukan kateterisasi. Jika kandung kemih penuh atau dapat dipalpasi,
gunakan teknik aseptik saat memasuki kateter Nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan
kandung kemih. Setelah kandung kemih dikosongkan, lakukan masase pada fundus agar
uterus berkontraksi dengan baik.
Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ia dapat berkemih sendiri dan keluarganya
mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah darah yang keluar. Ajarkan pada
mereka bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda-tanda bahaya seperti :
Demam
Pendarahan aktif
Keluar banyak bekuan darah
Bau busuk dari vagina
Pusing
Lemas luar biasa
Penyulit dalam menyusukan bayinya
Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa.
D. Pendokumentasian Kala IV
10. Dalam pendokumentasian kala IV bisa menggunakan format SOAP. Format SOAP
digunakan untuk pengkajian awal pasien.
S(subjective ):Pernyataan atau keluhan dari pasien
O(Objective ): data dari hasil observasi oleh bidan atau keluarga
A(Analisys): Kesimpulan dari objective dan subjective
P(Planning): Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis.
ContohSOAP:
A. SUBJEKTIF
Ibu senang persalinannya lancar
Ibu mengatakan perutnya mules
B. OBJEKTIF
Pemeriksaan umum
1.Keadaan umum : Baik
2.Kesadaran : Komposmentis
3.Tanda vital:
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Suhu : 37 C
RR :24 kali/menit
4.Keadaan kandung kemih : kosong
5.TFU : 2 jari di bawah pusat
6.Kontraksi uterus : baik
7.Perdarahan : 100 cc
C. ASSASMENT
Ny. S usia 35 tahung G2P2A0 post partum kala IV normal
D. PLANNING
1.Memberitau ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik
-Ibu dan keluarga mengerti dengan keadaan ibu saat ini
2.Memberi ibu makan dan minum,membersihkan dan mengganti pakaian ibu,menfasilitasi
ibu untuk berkemih dan beristirahat ntuk menghilangkan rasa lelah
-Ibu mengerti dan akan beristirahat
3.Membersihkan tubuh ibu dari lender dan darah
-Tubuh ibu telah dibersihkan
4.Memeriksa kontraksi uterus, perdarahan, TTV, dan kandung kemih setiap 15 menit sekali
pada jam pertama dan 30 menit sekali pada jam kedua
-Pemeriksaan telah dilakukan
5.Mengajarkan ibu dan keluarga cara mengganti balutan
-Ibu dan keluarga mengerti cara mengganti balutan
6.Menyuci dan menyeterilkan semua peralatan bekas pakai
-Semua peralatan sudah dicuci dan diseterilkan
7.Melakukan pendokumentasian hasil tercatat di partograf
-Pendokumentasian telah dilakukan