Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dibandingkan dengan pembelajaran konvensional berdasarkan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII di SMP TMI Roudlotul Qur'an. Hasilnya menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang diajarkan dengan PBL lebih baik daripada konvensional. Hal ini mengindikasikan bahwa PBL lebih efektif d
Artikel ini menguji perbedaan kemampuan komunikasi matematis dan disposisi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan pembelajaran konvensional. Hasilnya menunjukkan siswa yang mendapat pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki kemampuan komunikasi matematis yang lebih baik dari siswa dengan pembelajaran konvensional. Namun tidak ada perbedaan disposisi matematis berdasarkan tingkat kemampuan
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...NERRU
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran model Learning Cycle 5E lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
2. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design di mana kelas VII.2 dijadikan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dibandingkan dengan pembelajaran konvensional berdasarkan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII di SMP TMI Roudlotul Qur'an. Hasilnya menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang diajarkan dengan PBL lebih baik daripada konvensional. Hal ini mengindikasikan bahwa PBL lebih efektif d
Artikel ini menguji perbedaan kemampuan komunikasi matematis dan disposisi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan pembelajaran konvensional. Hasilnya menunjukkan siswa yang mendapat pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki kemampuan komunikasi matematis yang lebih baik dari siswa dengan pembelajaran konvensional. Namun tidak ada perbedaan disposisi matematis berdasarkan tingkat kemampuan
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATK...NERRU
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran model Learning Cycle 5E lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
2. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design di mana kelas VII.2 dijadikan
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbingsrilinda_w
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa SMP melalui pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan pendekatan konvensional. Hasilnya menunjukkan siswa yang diajar dengan pendekatan inkuiri terbimbing memiliki kemampuan pemahaman dan komunikasi yang lebih baik.
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisPreally A
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis. Secara khusus dibahas tentang pengertian evaluasi, tujuan evaluasi pendidikan, jenis-jenis evaluasi seperti penilaian, pengukuran dan tes, indikator kemampuan pemahaman konsep matematis, serta kemampuan komunikasi matematis.
makalah keterampilan berpikir kritis, sangat berguna untuk teman yang akan menulis artikel, seperti karya ilmiah, makalah, atau pun referensi bahan skripsi
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...umdatus
Proposal penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP melalui penerapan metode accelerated learning dan mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pemahaman guru akan model pembelajaran matematika dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Problem Posing dalam pembelajaran matematika serta hubungannya dengan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Penelitian eksperimental ini melibatkan 202 siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Grobogan yang dibagi menjadi kelas eksperimen dan kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa pendekatan CTL dan Problem Posing sama-sama efektif dan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi matematis siswa SD melalui pembelajaran berbasis masalah dibandingkan pembelajaran konvensional.
2. Hasil penelitian menunjukkan siswa yang belajar dengan pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi matematis yang lebih besar diband
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dibandingkan model konvensional. Penelitian ini menemukan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan model CPS lebih tinggi daripada model konvensional. Siswa juga merespon pembelajaran menggunakan model CPS secara positif.
Dokumen ini membahas penelitian tentang pemahaman konsep matematika siswa pada materi geometri dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SMP Negeri 14 Palembang. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar siswa (54,1%) memiliki pemahaman konsep matematika yang sangat baik dengan rata-rata nilai 83,11.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif terhadap kemampuan berpikir kritis matematis dan sikap siswa SMP di Palu. Penelitian eksperimen ini melibatkan 200 siswa yang dibagi menjadi kelas eksperimen dan kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah menggunakan strategi konflik kognitif mem
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...tikamathworld
Dokumen ini membahas pengembangan soal matematika untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa SMP. Peneliti mengembangkan 20 soal melalui validasi ahli dan uji coba kepraktisan pada siswa. Tujuannya adalah menghasilkan soal yang valid dan praktis untuk mengukur kemampuan menghubungkan konsep matematika siswa.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...NERRU
Mathematical communication ability is a important ability to have students. This is because by having these abilities, students are able to communicate ideas or mathematical ideas both orally and in writing. However, based on preliminary studies in the form of mathematical communication and class observation tests conducted by researchers in one class at SMP Negeri 8 Kota Tangerang Selatan showed that students' mathematical communication ability is still low. The efforts that can be done is to apply a model of learning that can train and cultivate students' mathematical communication ability by applying the learning cycle 5e model. The purpose of this study is to determine the whether average of improvement mathematical communication skills of students who get learning model learning cycle 5e higher than students who obtain conventional learning. This type of research is quasi experiment. The research design used is nonequivalent control group design. The population in this research are the students of class VII.1, VII.2, and VII.3 SMP Negeri 8 Kota Tangerang Selatan and the sample is the students of class VII.2 as the experimental class and class VII.3 as the control class.
The sampling technique used cluster random sampling. Hypothesis testing of research done by parametric test (t test). In this research, it can be concluded that the average of improvement mathematical communication ability of students who get learning cycle 5e model is higher than students who get conventional learning.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kritis siswa SMK di Tasikmalaya.
2. Metode ini dirancang untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam presentasi ide dan saling bertukar pendapat, sehingga dapat mengembangkan sikap kritis.
3. Penelitian
Pembelajaran Matematika dengan Inkuiri Terbimbingsrilinda_w
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa SMP melalui pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan pendekatan konvensional. Hasilnya menunjukkan siswa yang diajar dengan pendekatan inkuiri terbimbing memiliki kemampuan pemahaman dan komunikasi yang lebih baik.
Instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematisPreally A
Dokumen tersebut membahas tentang pengembangan instrumen tes kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis. Secara khusus dibahas tentang pengertian evaluasi, tujuan evaluasi pendidikan, jenis-jenis evaluasi seperti penilaian, pengukuran dan tes, indikator kemampuan pemahaman konsep matematis, serta kemampuan komunikasi matematis.
makalah keterampilan berpikir kritis, sangat berguna untuk teman yang akan menulis artikel, seperti karya ilmiah, makalah, atau pun referensi bahan skripsi
Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa smp melalui penerapan metod...umdatus
Proposal penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP melalui penerapan metode accelerated learning dan mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pemahaman guru akan model pembelajaran matematika dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Problem Posing dalam pembelajaran matematika serta hubungannya dengan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Penelitian eksperimental ini melibatkan 202 siswa kelas V SD Negeri di Kecamatan Grobogan yang dibagi menjadi kelas eksperimen dan kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa pendekatan CTL dan Problem Posing sama-sama efektif dan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi matematis siswa SD melalui pembelajaran berbasis masalah dibandingkan pembelajaran konvensional.
2. Hasil penelitian menunjukkan siswa yang belajar dengan pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi matematis yang lebih besar diband
Dokumen tersebut membahas penelitian tentang peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dibandingkan model konvensional. Penelitian ini menemukan bahwa peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan model CPS lebih tinggi daripada model konvensional. Siswa juga merespon pembelajaran menggunakan model CPS secara positif.
Dokumen ini membahas penelitian tentang pemahaman konsep matematika siswa pada materi geometri dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di SMP Negeri 14 Palembang. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar siswa (54,1%) memiliki pemahaman konsep matematika yang sangat baik dengan rata-rata nilai 83,11.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif terhadap kemampuan berpikir kritis matematis dan sikap siswa SMP di Palu. Penelitian eksperimen ini melibatkan 200 siswa yang dibagi menjadi kelas eksperimen dan kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan pembelajaran berbasis masalah menggunakan strategi konflik kognitif mem
prosiding PGRI 2015 Pengembangan Soal Matematika Untuk Mengukur Kemampuan Kon...tikamathworld
Dokumen ini membahas pengembangan soal matematika untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa SMP. Peneliti mengembangkan 20 soal melalui validasi ahli dan uji coba kepraktisan pada siswa. Tujuannya adalah menghasilkan soal yang valid dan praktis untuk mengukur kemampuan menghubungkan konsep matematika siswa.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN ...NERRU
Mathematical communication ability is a important ability to have students. This is because by having these abilities, students are able to communicate ideas or mathematical ideas both orally and in writing. However, based on preliminary studies in the form of mathematical communication and class observation tests conducted by researchers in one class at SMP Negeri 8 Kota Tangerang Selatan showed that students' mathematical communication ability is still low. The efforts that can be done is to apply a model of learning that can train and cultivate students' mathematical communication ability by applying the learning cycle 5e model. The purpose of this study is to determine the whether average of improvement mathematical communication skills of students who get learning model learning cycle 5e higher than students who obtain conventional learning. This type of research is quasi experiment. The research design used is nonequivalent control group design. The population in this research are the students of class VII.1, VII.2, and VII.3 SMP Negeri 8 Kota Tangerang Selatan and the sample is the students of class VII.2 as the experimental class and class VII.3 as the control class.
The sampling technique used cluster random sampling. Hypothesis testing of research done by parametric test (t test). In this research, it can be concluded that the average of improvement mathematical communication ability of students who get learning cycle 5e model is higher than students who get conventional learning.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif Student Facilitator and Explaining terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan berpikir kritis siswa SMK di Tasikmalaya.
2. Metode ini dirancang untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam presentasi ide dan saling bertukar pendapat, sehingga dapat mengembangkan sikap kritis.
3. Penelitian
S jurnal pembelajaran matematika vol 3, no 1 (2015) pembelajaran matematikafaradiba nabillah
Eksperimen model pembelajaran kooperatif Tipe Team-Assisted Individualization (TAI) dan Teams Games Tournaments (TGT) pada materi bangun ruang sisi datar untuk 336 siswa kelas VIII di 3 sekolah di Ngawi. Hasilnya model TAI memberikan prestasi belajar terbaik dibanding TGT dan pembelajaran langsung, serta siswa dengan kemampuan spasial tinggi prestasinya lebih baik dari sedang dan rendah."
Berdasarkan dokumen tersebut, ringkasan singkatnya adalah:
1. Dokumen tersebut membahas perbandingan model pembelajaran Think Paire Share (TPS) dan Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika dan komunikasi matematis siswa.
2. Kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa di sekolah tersebut masih rendah, sehingga perlu dicoba model pembelajaran kooperatif TPS dan STAD
Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi matematis siswa SMA dengan pendekatan kontekstual. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII SMA Swasta Al-Azhar Medan yang terdiri dari 6 kelas. Sampel terdiri atas 2 kelas yang dipilih secara random. Hasilnya menunjukkan siswa yang diberi pembelajaran kontekstual memiliki peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan koneksi
Laporan mini riset Pembelajaran Berbasis MasalahNailul Hasibuan
Dokumen tersebut membahas latar belakang pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran berbasis masalah. Identifikasi masalahnya adalah kemampuan komunikasi matematis siswa belum memadai dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dan proses jawaban siswa melalui pembelajaran berbasis masalah
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas penerapan model pembelajaran Experiential Learning dalam pembelajaran matematika di SMA Negeri 13 Sinjai untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Model ini bertujuan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran agar dapat mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman langsung.
3. Hasil penelitian menunjukkan bah
PROPOSAL_PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP ...Alorka 114114
Skripsi ini membahas pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa SMP. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa melalui pendekatan CTL."
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan metode Socrates dengan pendekatan kontekstual. Hasilnya menunjukkan proses pembelajaran aktif dan rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa 66,28 yang dikategorikan cukup. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode tersebut berjalan cukup baik dilihat dari proses dan kemampuan
profil berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah matematika open-ended di...renatanurlaily77
bab 1 (Pendahuluan)
latar belakang
pertanyaan peneliti
manfaat penelitian
batasan penelitian
definisi operasional
bab 2 (kajian pustaka)
profil
berpikir
berpikir kritis
pemecahan masalah
hubungan berpikir kritis dengan pemecahan masalah
matematika open-ended
kecemasan matematika
penelitian relevan
bab 3 (metodelogi)
jenis dan pendekatan
subjek penelitian
data dan sumber data
teknik pengumpulan data
teknik analisis data
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Materi 1_Bagaimana Kita Memaknai Sekolah yang Berkualitas_ (ss versi kab_kot)...
4 7-1-sm (2)
1. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 3
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTS
The Use Of Cooperative Learning Model Think Pair Share (TPS) Type To Improve
Reasoning And Mathematical Problem Solving Abilities Of MTS Students
Ike Nataliasari
ikenataliasari@yahoo.co.id
Program Pascasarjana Universitas Terbuka
Graduate Program Indonesia Open University
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif untuk
menganalisis tentang kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang ada di Kota Tasikmalaya Tahun
Pelajaran 2012/2013 pada level menengah. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII MTs
Nurul Falah yang diambil secara acak terpilih kelas VIII-B terdiri dari 35 siswa sebagai
kelas eksperimen dan kelas VIII-C sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi soal tes kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis.
Analisis data menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dan uji ANOVA dua jalur
menggunakan General Linear Model Univariate Analysis. Berdasarkan hasil penelitian,
simpulan penelitian ini adalah (1) peningkatan kemampuan penalaran dan pemecahan
masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional, (2) terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran
dan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, dan (3) terdapat
interaksi antara pembelajaran dengan pengetahuan awal matematis kelompok siswa
(tinggi, sedang, rendah) dalam kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis
siswa. Temuan selama penelitian menunjukkan bahwa terdapat konstribusi dari setiap fase
TPS, diantaranya: (1) Think: pembelajaran menggunakan TPS memberikan kesempatan
kepada siswa berpikir secara mandiri, (2) Pair: selama proses pembelajaran secara
berkelompok mendorong siswa mempunyai daya nalar yang tinggi dan kreatif dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan, (3) Share: kegiatan ini mampu memberikan
kepuasan tersendiri dan rasa percaya diri dalam diri siswa. Lebih lanjut siswa dilatih untuk
mampu secara mandiri maupun berkelompok mempertanggungjawabkan hasil kerjanya
dalam kelompok.
Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif, Think Pair Share (TPS), Penalaran Matematis,
Pemecahan Masalah Matematis.
2. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 3
ABSTRACT
This experimental study was aimed at analysing the effects of Think-Pair- Share (TPS)
cooperative learning on students reasoning ability and mathematical problem solving. The
population of this study was all students of Islamic Junior High Schools (MTs) of the
2012/2013 academic year in Tasikmalaya; while.the randomly taken sample was students
of MTs Nurul Falah. Two classes were choosen, one class (VIIB) was assigned as
experimental class and class VIII-C as control class. The instrument used was test on
mathematical reasoning and problem solving ability. Data was analyzed using two
different average test and ANOVA.The results showed that: (1) the improvement of
student’s reasoning and problem-solving abilities treated through TPS Cooperative
Learning was better than those treated through conventional model, (2) there were
improvement differences of reasoning and mathematical problem solving abilities in both
classes, in terms of high, medium, and low level capabilities, and (3) there was interaction
between learning and mathematical prior knowledge of students group (high, medium,
low) in reasoning ability and mathematical problem solving. There was also revealed that
there was a contribution for each phase of the TPS Cooperative Learning on
student’learning.
Keywords: Cooperative Learning, Think Pair Share (TPS), Mathematical Reasoning,
Mathematical Problem Solving.
PENDAHULUAN
Kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis memiliki peranan yang
sangat penting dalam tercapainya tujuan pendidikan matematika di sekolah. Selain itu,
kemampuan penalaran dan pemecahan masalah juga diperlukan untuk keberhasilan siswa
di sekolah. Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang diperoleh, alasan mengapa prestasi
matematika rendah adalah rendahnya penalaran dan pemecahan masalah siswa. Wahyudin
(1999), salah satu kecenderungan yang menyebabkan sejumlah siswa gagal menguasai
dengan baik pokok-pokok bahasan dalam matematika yaitu karena siswa kurang
menggunakan nalar yang logis dalam menyelesaikan soal atau persoalan matematika yang
diberikan. Sejalan dengan hal tersebut, hasil penelitian yang dilakukan Priatna (2003)
terhadap siswa SMP Negeri di kota bandung menyimpulkan bahwa kualitas penalaran dan
pemahaman matematis siswa SMP Negeri di kota Bandung masih belum memuaskan yaitu
masing-masing hanya sekitar 49% dan 50% dari skor ideal. Hasil penelitian lainnya
menunjukan kenyataan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis juga masih
rendah. Hal ini terungkap dari hasil penelitian yang dilakukan Fakhrudin (2010) terhadap
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), secara umum hasil kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa SMP belum memuaskan sekitar 30,67% dari skor ideal.
Agar kesulitan yang dihadapi siswa dapat diatasi dan kemampuan penalaran dan
pemecahan masalah matematik dapat ditingkatkan, tentu dibutuhkan suatu metode
pembelajaran yang mampu memberikan kebermaknaan belajar bagi siswa. Salah satu
model pembelajaran yang memenuhi kriteria pembelajaran yang diuraikan di atas adalah
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS). Menurut Lie (2008:57), model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk
menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Dengan model pembelajaran ini, peserta didik
lebih banyak memiliki kesempatan untuk berpartisipasi aktif sehingga peserta didik
3. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 3
memperoleh pemahaman yang lebih besar. Berdasarkan pendapat tersebut, model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) memungkinkan keterlibatan seluruh
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga memberi dampak yang positif
terhadap pengembangan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian yang ingin dikaji adalah: (1)
Manakah yang lebih baik peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa antara yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan yang
menggunakan pembelajaran konvensional?; (2) Apakah terdapat perbedaan peningkatan
kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah?; (3) Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan pengetahuan awal
matematis kelompok siswa (tinggi, sedang, rendah) dalam kemampuan penalaran
matematis siswa?; (4) Manakah yang lebih baik peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional?; (5)
Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari
tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah?; dan (6) Apakah terdapat interaksi antara
pembelajaran dengan pengetahuan awal matematis kelompok siswa (tinggi, sedang,
rendah) dalam kemampuan pemecahan masalah matematis siswa?
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk:
1. Mengetahui mana yang lebih baik peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa
antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau
dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan pengetahuan awal matematis
kelompok siswa (tinggi, sedang, rendah) dalam kemampuan penalaran matematis
siswa.
4. Mengetahui mana yang lebih baik peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional.
5. Mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional
ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
6. Mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan pengetahuan awal matematis
kelompok siswa (tinggi, sedang, rendah) dalam kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
4. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 3
KAJIAN LITERATUR DAN TEORI
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS). Model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah salah satu tipe model pembelajaran
kooperatif yang memberi kesempatan kepada setiap peserta didik untuk menunjukkan
partisipasi kepada orang lain. Dengan model pembelajaran ini, peserta didik lebih banyak
memiliki kesempatan untuk berpartisipasi aktif sehingga peserta didik memperoleh
pemahaman yang lebih besar. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Think Pair
Share (TPS) menurut Trianto (2011:133) meliputi: berpikir, berpasangan, dan berbagi.
Selanjutnya, menurut Lie (2008:58) langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-
Share adalah:
1. Guru membagi peserta didik dalam kelompok berempat dan memberikan tugas
kepada semua kelompok,
2. Setiap peserta didik memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri,
3. Peserta didik berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi
dengan pasangannya,
4. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat.
5. Peserta didik mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada
kelompok berempat.
Berdasarkan uraian langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Think Pair Share
(TPS) di atas, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: guru membagi siswa
dalam kelompok berempat dan memberikan materi melalui Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
yang berisi materi dan latihan soal kepada semua kelompok. Siswa kemudian diminta
untuk berpikir secara individual yang kemudian mereka berdiskusi bersama temannya
secara berpasangan untuk saling bertukar pikiran. Setelah selesai berdiskusi, kedua
pasangan memiliki kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok
berempat, dan mereka mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada
kelompok berempat. Selanjutnya, siswa berbagi jawaban terhadap teman-teman seluruh
kelas, sehingga dapat menghasilkan jawaban yang bervariasi dan unik atas jawaban dari
setiap pertanyaan. Melakukan tes individu membuat skor perkembangan tiap siswa, dan
guru memberikan penghargaan kelompok.
Penalaran Matematis. Shurter dan Pierce (Dahlan, 2004) menjelaskan penalaran
sebagai terjemahan dari reasoning yang didefinisikan sebagai proses pencapaian
kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan. Menurut Sumarmo (2010)
mengungkapkan bahwa secara garis besar penalaran digolongkan dalam dua jenis yaitu
penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif adalah penarikan kesimpulan
yang bersifat umum atau khusus berdasarkan data yang teramati, dimana nilai kebenaran
dalam penalaran induktif dapat bersifat benar atau salah. Penalaran deduktif adalah
penarikan kesimpulan berdasarkan aturan yang disepakati, dimana nilai kebenaran dalam
penalaran deduktif mutlak benar atau salah dan tidak kedua-duanya. Indikator penalaran
matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan memberikan penjelasan
terhadap gambar, menarik analogi, mengajukan lawan contoh, dan melakukan generalisasi
Pemecahan Masalah Matematis. Kemampuan pemecahan masalah tergolong pada
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Suprijono (2010:10) menyatakan “Kegiatan belajar
memecahkan masalah merupakan kegiatan belajar dalam usaha mengembangkan
kemampuan berpikir. Berpikir adalah aktivitas kognitif tingkat tinggi”. Kemampuan
pemecahan masalah matematik peserta didik adalah kemampuan untuk menyelesaiakan
suatu masalah matematika secara terstruktur melalui beberapa langkah atau tahapan. Polya
(1973:5) mengemukakan bahwa solusi soal pemecahan masalah memuat empat tahapan
5. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 3
atau langkah penyelesian yaitu memahami masalah (understanding the problem), membuat
rencana pemecahan (divising a plan), melakukan perhitungan (cariying out the plan),
memeriksa kembali hasil yang diperoleh (looking back).
Terdapat banyak penelitian yang mengembangkan aspek kemampuan penalaran dan
pemecahan masalah matematis siswa dalam pembelajaran di sekolah, diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Aden (2011) dalam penelitiannya melaporkan bahwa
peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan model TPS berbantuan Sketchpad lebih baik daripada peningkatan kemampuan
penalaran matematik siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya,
Bjuland dan Kristiansand (2007), dalam artikelnya Adult Students’ Reasoning in
Geometry: Teaching Mathematics through Collaborative Problem Solving in Teacher
Education, melaporkan bahwa calon guru matematika, dalam penalaran matematika yang
berkenaan dengan membuat konjektur dan membuktikan dapat dibantu dengan strategi
pembelajaran pemecahan masalah. Penelitian ini dianggap relevan, karena topik yang
dibahas adalah geometri (segiempat, segitiga, dan lingkaran), juga kemampuan penalaran
matematika yang diukur, sementara pemecahan masalah di sini dijadikan sebagai strategi
pembelajaran, sehingga akan memperlihatkan korelasi antara penalaran dan pemecahan
masalah matematik.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan desain “non
randomized pretest-posttest control group design”. Desain penelitian ini dipilih karena
penelitian ini menggunakan kelompok kontrol, adanya dua perlakuan yang berbeda, dan
pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan data yang ditawarkan oleh pihak sekolah.
Tes matematika dilakukan dua kali yaitu sebelum proses pembelajaran, yang disebut pretes
dan sesudah proses pembelajaran, yang disebut postes.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang
ada di Kota Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/2013 pada level menengah. Sampel
penelitian adalah siswa kelas VIII MTs Nurul Falah yang diambil secara acak terpilih kelas
VIII-B terdiri dari 35 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-C sebagai kelas
kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi soal tes kemampuan
penalaran dan pemecahan masalah matematis.
TEMUAN
Data yang diperoleh dan dianalisis dalam penelitian diperoleh melalui tes kemampuan
penalaran dan pemecahan masalah matematis di awal dan akhir pembelajaran. Data
tersebut diperoleh dari 71 orang siswa, terdiri dari 35 siswa kelas eksperimen yang
memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dan 36 siswa kelas kontrol yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
1. Hasil Penelitian Kemampuan Penalaran Matematis
Berdasarkan hasil skor pretes dan postes kemampuan penalaran matematis, diperoleh
skor minimum (xmin), skor maksimum (xmaks), skor rataan ( ̅), persentase (%), dan
simpangan baku (s). Ringkasan hasil perhitungan statistik deskriptif disajikan pada Tabel
1.
6. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 3
Berdasarkan hasil analisis skor pretes yang bertujuan untuk memperlihatkan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan awal penalaran matematis siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh bahwa data skor pretes kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya, berdasarkan
hasil uji kesamaan rataan skor pretes pada taraf signifikansi = 0,05, menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretes kemampuan penalaran
matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan kata lain kedua kelas
memiliki kemampuan awal yang sama (setara) pada kemampuan penalaran matematis.
Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, perlu dilakukan pengujian perbedaaan rataan
skor gain. Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat normalitas menggunakan uji
statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas menggunakan uji
Homogeneity of Variances (Levene Statistic) terhadap skor gain pada kedua kelas tersebut.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa skor gain kemampuan penalaran matematis kedua
kelas berdistribusi normal dan homogen.
Pengujian Hipotesis 1:
Rangkuman uji perbedaan rataan skor gain pada taraf signifikansi = 0,05 disajikan
pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh nilai thitung sebesar 3,082 dan ttabel sebesar 1,667.
Dengan demikian pada taraf signifikansi = 0,05 thitung > ttabel. Artinya peningkatan
kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran konvensional.
7. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 3
Pengujian Hipotesis 2:
Dari hasil Uji ANOVA, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis.
Demikian pula kategori tingkat kemampuan matematika siswa memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis. Dengan demikian
terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa
yang memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari
kategori tingkat kemampuan siswa (tinggi, sedang, rendah).
Beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan penalaran
matematis adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa pada pembelajaran TPS
kelompok tinggi terlihat lebih baik dibandingkan dengan siswa pada pembelajaran
TPS (sedang, rendah) dan PK (tinggi, sedang, rendah).
b. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa pada pembelajaran TPS
kelompok sedang terlihat lebih baik dibandingkan dengan siswa pada pembelajaran
TPS kelompok rendah dan PK kelompok rendah. Sedangkan Peningkatan kemampuan
penalaran matematis siswa pada pembelajaran TPS kelompok sedang, dengan PK
(sedang, tinggi) tidak berbeda signifikan.
Pengujian Hipotesis 3:
Dari hasil uji ANOVA, diperoleh nilai F = 37,073 dengan nilai probabilitas (sig.) =
0,000. Hal ini berarti paling sedikit ada dua kelompok pembelajaran yang berinteraksi
dengan pengetahuan awal matematika dalam kemampuan penalaran matematis.
Untuk mengetahui pembelajaran mana yang berinteraksi dengan pengetahuan awal
matematika dilanjutkan dengan uji Scheffe, hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3, dapat ditarik kesimpulan bahwa selisih peningkatan kemampuan
penalaran matematik antara pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan
pembelajaran konvensional (PK), antara pembelajaran TPS dan PK pada siswa dengan
kategori kemampuan tinggi berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa dengan
kategori sedang. Berarti terdapat interaksi antara pembelajaran (TPS dan PK) dengan
pengetahuan awal matematika (tinggi dan sedang) dalam kemampuan penalaran
matematis. Selain itu, selisih peningkatan kemampuan penalaran matematik antara
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan pembelajaran konvensional
(PK), antara pembelajaran TPS dan PK pada siswa dengan kategori kemampuan tinggi
berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa dengan kategori rendah. Berarti
terdapat interaksi antara pembelajaran (TPS dan PK) dengan pengetahuan awal
matematika (tinggi dan rendah) dalam kemampuan penalaran matematis. Namun, selisih
8. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 3
peningkatan kemampuan penalaran matematik antara pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dan pembelajaran konvensional (PK), antara pembelajaran TPS dan PK
pada siswa dengan kategori kemampuan sedang tidak berbeda secara signifikan
dibandingkan dengan siswa dengan kategori rendah. Berarti tidak terdapat interaksi antara
pembelajaran (TPS dan PK) dengan pengetahuan awal matematika (sedang dan rendah)
dalam kemampuan penalaran matematis.
2. Hasil Penelitian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Berdasarkan hasil skor pretes dan postes kemampuan pemecahan masalah matematis,
diperoleh skor minimum (xmin), skor maksimum (xmaks), skor rataan ( ̅), persentase (%),
dan simpangan baku (s). Ringkasan hasil perhitungan statistik deskriptif disajikan pada
Tabel 4.
Berdasarkan hasil analisis skor pretes yang bertujuan untuk memperlihatkan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan awal pemecahan masalah
matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh bahwa data skor
pretes kelas eksperimen berdistribusi normal, sedangkan data skor pretes kelas kontrol
tidak berdistribusi normal. Karena salah satu kelompok tidak berdistribusi normal, maka
pengujian dilanjutkan dengan uji non-parametrik Mann-Whitney. Selanjutnya, berdasarkan
hasil uji non-parametrik Mann-Whitney pada taraf signifikansi = 0,05, menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretes kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan kata lain kedua kelas
memiliki kemampuan awal yang sama (setara) pada kemampuan pemecahan masalah
matematis.
Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, perlu dilakukan pengujian
perbedaaan rataan skor gain. Sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
normalitas menggunakan uji statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov dan homogenitas
menggunakan uji Homogeneity of Variances (Levene Statistic) terhadap skor gain pada
kedua kelas tersebut. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa skor gain kemampuan
pemecahan masalah matematis kedua kelas berdistribusi normal dan homogen.
Pengujian Hipotesis 4:
Rangkuman uji perbedaan rataan skor gain pada taraf signifikansi = 0,05 disajikan
pada Tabel 5.
9. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 3
Berdasarkan Tabel 5 diperoleh nilai thitung sebesar 2,219 dan ttabel sebesar 1,667.
Dengan demikian pada taraf signifikansi = 0,05 thitung > ttabel. Artinya peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
Pengujian Hipotesis 5:
Dari hasil Uji ANOVA, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis. Demikian pula kategori tingkat kemampuan matematika siswa memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kategori tingkat kemampuan siswa
(tinggi, sedang, rendah).
Beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan penalaran
matematis adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran TPS
kelompok tinggi terlihat lebih baik dibandingkan dengan siswa pada pembelajaran TPS
(sedang, rendah) dan PK (tinggi, sedang, rendah).
b. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran
TPS kelompok sedang terlihat lebih baik dibandingkan dengan siswa pada
pembelajaran TPS kelompok rendah dan PK kelompok rendah. Sedangkan
Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa pada pembelajaran TPS
kelompok sedang tidak berbeda signifikan dengan PK kelompok rendah.
c. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran
TPS kelompok rendah terlihat lebih baik dibandingkan dengan siswa pada
pembelajaran konvensional kelompok rendah.
Pengujian Hipotesis 6:
Dari hasil uji ANOVA, diperoleh nilai F = 51,719 dengan nilai probabilitas (sig.) =
0,000. Hal ini berarti paling sedikit ada dua kelompok pembelajaran yang berinteraksi
dengan pengetahuan awal matematika dalam kemampuan pemecahan masalah matematik.
Untuk mengetahui pembelajaran mana yang berinteraksi dengan pengetahuan awal
matematika dilanjutkan dengan uji Scheffe, hasil perhitungannya disajikan pada Tabel 6.
10. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 3
Berdasarkan Tabel 6, dapat ditarik kesimpulan bahwa selisih peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematik antara pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dan pembelajaran konvensional (PK), antara pembelajaran TPS dan PK
pada siswa dengan kategori kemampuan tinggi berbeda secara signifikan dibandingkan
dengan siswa dengan kategori sedang. Berarti terdapat interaksi antara pembelajaran (TPS
dan PK) dengan pengetahuan awal matematika (tinggi dan sedang) dalam kemampuan
pemecahan masalah matematis. Selain itu, selisih peningkatan kemampuan pemecahan
masalah matematik antara pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan
pembelajaran konvensional (PK), antara pembelajaran TPS dan PK pada siswa dengan
kategori kemampuan tinggi berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa dengan
kategori rendah. Berarti terdapat interaksi antara pembelajaran (TPS dan PK) dengan
pengetahuan awal matematika (tinggi dan rendah) dalam kemampuan pemecahan masalah
matematis. Namun, selisih peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik antara
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan pembelajaran konvensional
(PK), antara pembelajaran TPS dan PK pada siswa dengan kategori kemampuan sedang
tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa dengan kategori rendah.
Berarti tidak terdapat interaksi antara pembelajaran (TPS dan PK) dengan pengetahuan
awal matematika (sedang dan rendah) dalam kemampuan pemecahan masalah matematis.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Peningkatan
kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada siswa
yang memperoleh pembelajaran konvensional; (2) Terdapat perbedaan peningkatan
kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari tingkat kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah; (3) Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan pengetahuan awal
matematis kelompok siswa (tinggi, sedang, rendah) dalam kemampuan penalaran
matematis siswa; (4) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; (5)
Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari
tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; (6) Terdapat interaksi antara pembelajaran
11. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 3
dengan pengetahuan awal matematis kelompok siswa (tinggi, sedang, rendah) dalam
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai
berikut: (1) Bagi para guru matematika, pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat menjadi alternatif diantara
banyak pilihan model pembelajaran matematika yang mampu meningkatkan kemampuan
penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa; (2) Untuk menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS),
sebaiknya guru membuat sebuah skenario dan perencanaan yang matang, sehingga
pembelajaran dapat terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana, dan pemanfaatan
waktu yang efektif dan tidak banyak waktu yang terbuang oleh hal-hal yang tidak relevan;
(3) Perlu dikembangkan oleh pihak sekolah melalui musyawarah guru mata pelajaran
matematika, soal-soal untuk meningkatkan lima kemampuan matematis siswa, khususnya
soal-soal penalaran dan pemecahan masalah, agar siswa terbiasa mengerjakan soal-soal
tersebut sehingga dapat meningkatkan kemampuan matematis siswa; dan (4) Perlu
dilakukan penelitian lanjutan, tetapi pada level sekolah tinggi atau rendah atau terhadap
jenjang pendidikan lain seperti sekolah dasar, sekolah menengah atas, dan perguruan
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Aden, Cik. (2011). Meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematik
melalui model Think Pair Share berbantuan Geometer’s Sketchpad. Tesis Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Bjuland, R and Kristiansand. (2007). Adult Students’ Reasoning in Geometry: Teaching
Mathematics through Collaborative Problem Solving in Teacher Education. The
Montana Mathematics Enthusiast, Vol. 4, No.1. NCTM.
Dahlan, J. A. (2004). Meningkatkan kemampuan penalaran dan pemahaman matematik
siswa sekolah menengah lanjutan pertama melalui pendekatan pembelajaran Open-
Ended. Desertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung.
Fakhrudin. (2010). Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa
melalui pembelajaran dengan pendekatan Open Ended. Tesis Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Lie, A. (2008). Cooperative learning mempraktikan cooperative learning di ruang-ruang
kelas. Jakarta: PT Grasindo.
Polya, G. (1973). How to solv it. A new aspect of mathematical method (second edition).
Princeton, New Jersey: Princeton University Press.
12. Jurnal Pendidikan dan Keguruan Vol. 1 No. 1, 2014, artikel 3
Priatna, N. (2003). Kemampuan penalaran dan pemahaman matematika siswa kelas 3
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kota Bandung. Desertasi Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Sumarmo, U. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana
Dikembangkan pada Peserta Didik. Bandung: FPMIPA UPI
Suprijono, A. (2010). Cooperative learning teori dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Trianto. (2011). Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa
dalam Pelajaran Matematika. Disertasi IKIP Bandung. Bandung: Tidak Diterbitkan.